Oleh :
C. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin mengetahui kondisi anaknya.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.
Uraian Keluhan Utama.
Tidak ada.
d. Riwayat Natal:
Tanggal lahir : 4 Februari 2021
PB/BB : 51 cm/3200gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Lama persalinan: Kala I: 8 jam 30 menit Kala III: 5 menit
Kala II: 30 menit Kala IV: 2 jam
Komplikasi persalinan: tidak ada.
e. Riwayat Perinatal:
1. APGAR Score
Appearance Pulse Grimance Activity Respiratory Score
1 menit 2 2 2 1 2 9
5 menit I 2 2 2 2 2 10
5 menit 2 2 2 2 2 10
II
D. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
2) Kesadaran : composmentis
3) Nadi : 135x/menit
4) Suhu : 36,9°C
5) RR : 40x/menit
8) BB : 3200 gram
9) PB : 51 cm
10) LK : 33 cm
11) LD :34 cm
b. Status Present
Kepala : simetris, bentuk kepala mesocephal tidak ada luka, rambut
hitam, tidak ada cephal hematom, tidak ada caput
succadaneum.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : simetris, normal, tidak ada polip, bersih.
Telinga : simetris, tidak ada serumen.
Mulut : bibir tidak sianosis, palatum tidak terbelah.
Leher : tidak ada bendungan vena di leher, tidak ada pembesaran
kelenjar gondok, ataupun pembesaran kelenjar limfe.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi napas
vaskuler.
Punggung: tidak ada spina bifida.
Abdomen : perut tidak kembung, tidak ada tanda infeksi tali pusat.
Genitalia : testis berjumlah 2 dan berada di skrotum
Anus : anus berlubang.
Ekstremitas
Atas : kedua tangan fleksi, jari lengkap, simetris, gerak aktif,
tidak ada luka dan oedema, kapiler refill baik.
Bawah : kedua tangan fleksi, jari lengkap, simetris, gerak aktif,
tidak ada luka dan oedema, kapiler refill baik.
Kulit : tidak ada bintik kemerahan dan ruam kulit.
c. Reflek
1) Rooting : bayi dapat menolehkan kepalanya saat
diberi rangsangan pada pipinya
2) Sucking : bayi dapat menghisap dengan baik,
dibuktikan dengan saat bayi menyusu,
bayi dapat menghisap kuat.
3) Grasping : bayi dapat menggenggam dengan baik
ketika diberi rangsangan pada telapak
tangannya.
4) Moro :bayi dapat memfleksikan
ekstremitasnya.
5) Tonic neck : bayi dapat menolehkan kepalanya pada
satu sisi saat kepala bayi ditolehkan,
ekstremitasnya ekstensi, dan disisi
lainnya ekstremitasnya fleksi.
6) Babinski : bayi dapat mencengkram kakinya saat
telapak kakinya disentuh
E. Analisa
1. Diagnosa Kebidanan.
Bayi Ny.I usia 1 jam fisiologis.
2. Masalah.
Tidak Ada
3. Diagnosa Potensial.
Tidak Ada.
4. Tindakan Segera.
Tidak ada.
F. Penatalaksanaan
Tanggal : 4 Februari 2021 Jam: 18.00 WIB
1. Melakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik serta
memberitahukan hasilnya kepada orangtua.
Hasil: Ibu dan nenek terlihat senang setelah mengetahui keadaan anaknya
sehat.
O=
S : 36,9°C
N : 135x/menit.
RR: 35x/menit
A= By. Ny.I usia 4 jam fisiologis.
P=
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
bahwa keadaan by Ny. I baik.
Hasil: Ny.I terlihat bahagia setelah
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan konseling tanda bahaya
bayi baru lahir, dan menganjurkan ibu
untuk segera menuju tenaga/fasilitas
kesehatan bila anak mengalami ≥1 tanda
bahaya
Hasil: pasien memahami penjelasan
yang diberikan dan mampu
menyebutkan ulang 3 tanda bahaya bayi
baru lahir dan bersedia mengikuti
anjuran.
3. Memberikan konseling perawatan bayi
baru lahir.
Hasil: Ibu mengerti informasi yang
disampaikan dan bersedia mengikuti
anjuran.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui
bayi secara on demand.
Hasil: pasien bersedia mengikuti
anjuran.
5. Menganjurkan ibu untuk datang 3 hari
lagi atau jika ada keluhan.
Hasil: Ibu bersedia mengikuti anjuran.
6. Mendokumentasikan tindakan.
Hasil: tindakan telah tercatat.
PEMBAHASAN
Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari orang dewasa,
sehingga mengakibatkan penurunan suhu. Pada 30 menit pertama, bayi akan
mengalami penurunan suhu 3-4 derajat C. Pada ruangan dengan suhu 20-25 o
C
bayi akan mengalami penurunan suhu 0,3 o
C setiap menitnya. Penurunan suhu
diakibatkan oleh kehilangan panas secara konduksi, konveksi, evaporasi dan
radiasi. Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi
panasmenyebabkan bayi sangat rentan untuk mengalami hipotermia. Hipotermi
merupakan suatu kondisi tubuh dengan permasalahan mekanisme tubuh yang sulit
mengatasi tekanan suhu dingin. Ketika proses IMD, bayi akan mendapatkan panas
dari ibu melalui kontak kulit antara ibu dan bayi.
Menurut Klaus, Kennell (1982) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018) ada
beberapa keuntungan fisiologis kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, reflek
menghisap dilakukan dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, mempercepat
proses ikatan antara orangtua dan anak, body warmth (kehangatan tubuh), waktu
pemberian kasih sayang, stimulasi hormonal.
Bayi sudah BAK 1x, warna kuning jernih dan BAB 1x, meconium
berwarna hijau kehitaman. Hal ini normal sesuai teori yang menyatakan bahwa
bayi harus BAB dan BAK dalam waktu 24 jam. Air seni dibuang dengan cara
mengosongkan kandung kemih secara refleks. Bayi miksi sebanyak 6 kali sehari.
Semakin banyak cairan yang masuk maka semakin sering bayi miksi. Defekasi
pertama berwarna hijau kehitaman. Kotoran bayi yang hanya minum susu
biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI kotorannya kuning dan agak cair berbji
(Wahyuni, 2012).
2. OBYEKTIF
Hasil pemeriksaan didapatkan berat badan saat lahir 3200 gram, PB 51
cm, LK 33 cm, LD 34 cm, LiLA 13 cm. Sehingga umur By. Ny. I pada saat
pengkajian adalah adalah 1 jam. Pada pengkajian catatan buku KIA, bayi lahir
langsung menangis, dengan APGAR score 9-10-10, denyut jantung 135 x/menit,
pernapasan 40x/menit, tonus otot baik, menangis kuat, kulit kemerahan licin,
refleks baik dan tidak ada kelainan konginetal.
Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa bayi Ny. I merupakan
BBL normal. Seperti menurut M. Saleh Kosim (2007) dalam (Marmi &
Rahardjo, 2018) ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan 2500 – 4000
gram, Panjang badan bayi 48 – 50 cm, Lingkar dada 32 – 34 cm, Lingkar kepala
33–35 cm, Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali / menit kemudian
turun sampai 140 – 120 kali / menit pada saat bayi berumur 30 menit, Pernafasan
cepat pada menit – menit pertama kira – kira 80 kali / menit disertai pernafasan
cuping hidung, reaksi suprasternal dan intercostal serta rintihan hanya
berlangsung 10 – 15 menit. Setelah berumur 30 menit berkisar ± 40-60
kali/menit. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks caseosa, rambut lanugo tidak terlihat, rambut
kepala biasanya tipis. Kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan: labia
mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki – laki testis sudah turun ke
skrotum, reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek moro atau
gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, reflek graps atau menggenggam
sudah baik. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Sondakh, 2013).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa tali pusat masih basah dan
belum lepas serta tidak ada tanda infeksi. Perawatan tali pusat saat ini
menggunakan metode perawatan terbuka. Trijayanti, dkk (2020) dalam
penelitiannya dengan judul Perbedaan Perawatan Tali Pusat Tertutup Dan
Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Di Puskesmas Srondol Dan
Puskesmas Ngesrep Kota Semarang mendapatkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara lama waktu pelepasan tali pusat kelompok
perawatan tali pusat terbuka dan tertutup. Lama waktu pelepasan tali pusat
dengan metode terbuka lebih cepat yaitu 98,7 jam dan lama waktu pelepasan tali
pusat untuk metde tertutup 170,6 jam. Selisih waktu lama pelepasan tali pusat
antara metode terbuka dan tertutup 71,9 jam . Tali pusat yang terbuka akan
banyak terpapar dengan udara luar sehingga air dan wharton’s jelly yang terdapat
di dalam tali pusat akan lebih cepat menguap sehingga dapat mempercepat proses
pengeringan (gangrene) tali pusat sehingga tali pusat cepat terlepas.
(Prawirohardjo S, 2014)
3. ANALISA.
Analisa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif
(Varney, 2008) & (Maryunani, 2016).
Dalam kasus ini dapat ditegakkan diagnosa Bayi Ny. I usia 1 jam
fisiologis, tidak ditemukan masalah, diagnose potensial dan kebutuhan segera
pada praktik tidak ada
4. PENATALAKSANAAN
Pada pengkajian, ibu mengatakan bayi belum mendapatkan injeksi
vitamin K karena setelah lahir langsung dilakukan IMD selama 1 jam, dan tidak
langsung dimandikan. Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K.
Perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula, atau
usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau
menjadi sangat berat berupa perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi
ataupun perdarahan intrakranial. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses
IMD dan sebelum pemberian imunisaSI Hepatitis B (Kementerian Kesehatan,
2010).
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik, menurut
Saifuddin (2002) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018).
Secara keseluruhan dari hasil pengkajian baik data subyektif ataupun data
objektif tidak ditemukan permasalahan yang muncul pada bayi sehingga pada
penatalaksanaannya untuk memastikan bayi tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya tanpa munculnya tanda bahaya yang dapat mengancam bayi.
Penatalaksanaan pada asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. I adalah:
2. OBYEKTIF
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil suhu 37°C, nadi 136x/menit,
nafas 36x/menit. Hal ini normal, sesuai teori Prihatini&Azizah (2018) yang
menyatakan bahwa karakteristik dari periode ini yaitu bayi mempunyai
sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi
nadi apical 120-160x/menit dan frekuensi pernapasannya berkisar dari
30-60x/menit dengan periode pernapasan yang lebih cepat tetapi pernapasan
tetap stabil (tidak ada pernapasan cuping hidung atau retraksi); fluktuasi warna
kulit dari merah jambu, bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekoneum
selama periode ini, peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat
sekresi. Refleks penghisapan sangat kuat dan bayi sangat aktif.
3. ANALISA
Analisa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif
(Varney, 2008) & (Maryunani, 2016).
Dalam kasus ini dapat ditegakkan diagnosa Bayi Ny. I usia 2 jam
fisiologis, tidak ditemukan masalah, diagnose potensial dan kebutuhan segera
pada praktik tidak ada
4. PENATALAKSANAAN
Sehingga pada penatalaksanaan lanjutan dilakukan pemberian imunisasi
Hb0 dengan sebelumnya diberikan KIE mengenai imunisasi Hb0 (meliputi
manfaat dan KIPI) serta penandatanganan inform consent tindakan.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan agar bayi tidak tertular penyakit
hepatitis B, yang disuntikkan pada otot paha bagian anterolateral pada umur 0 – 7
hari. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu - bayi. Penularan Hepatitis pada bayi
baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu
persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk
mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini
mungkin. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%
bayi dari penularan Hepatitis B (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
2. OBYEKTIF
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil suhu 36,9°C, nadi
135x/menit, nafas 35x/menit. Hal ini normal, sesuai teori Prihatini&Azizah
(2018) yang menyatakan bahwa . Karakteristik dari periode ini yaitu bayi
mempunyai sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran
frekuensi nadi apical 120-160x/menit dan frekuensi pernapasannya berkisar dari
30-60x/menit dengan periode pernapasan yang lebih cepat tetapi pernapasan
tetap stabil (tidak ada pernapasan cuping hidung atau retraksi); fluktuasi warna
kulit dari merah jambu, bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekoneum
selama periode ini, peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat
sekresi. Refleks penghisapan sangat kuat dan bayi sangat aktif.
3. ANALISA
Analisa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif
(Varney, 2008) & (Maryunani, 2016).
Dalam kasus ini dapat ditegakkan diagnosa Bayi Ny. I usia 6 jam
fisiologis, tidak ditemukan masalah, diagnose potensial dan kebutuhan segera
pada praktik tidak ada
4. PENATALAKSANAAN
Saat ini dilakukan penatalaksanaan berupa memberitahukan informasi
mengenai penundaan memandikan bayi hingga bayi usia 6 jam untuk mencegah
terjadinya kehilangan panas bayi, KIE mengenai tanda bahaya bayi baru lahir,
KIE perawatan bayi sehari-hari, Menganjurkan ibu untuk rutin menjemur
bayinya dengan matahari pagi dan tetap menyusui bayi secara on demand untuk
mencegah kuning pada bayi (ikterik), menganjurkan keluarga mendukung ibu
untuk memberikan ASI eksklusif, dan anjuran untuk kunjungan ulang 3 hari.
Pada 2017, American Academy of Pedi-atrics (AAP) dan American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan bahwa
bayi yang baru lahir tetap bersama ibu mereka 24 jam sehari dan bahwa mandi
harus ditunda sampai setelah menyusui pertama. Mandi pertama harus ditunda
sampai bayi baru lahir menurut penelitian (Kelly et al., 2018).
Metha (2015) dalam hasil penelitiannya menyatakan seluruh suhu bayi
baru lahir 6 jam pasca kelahiran sebelum dimandikan adalah normal, yang
sebanyak 30 bayi (100%), sedangkan suhu bayi baru lahir 6 jam pasca kelahiran
sesudah dimandikan selama 5 menit didapatkan data hasil seluruh (100%) BBL
mengalami penurunan suhu. Penurunan suhu dalam penelitian ini adalah berkisar
antara 0,2 sampai 0,50C. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
memandikan bayi seharusnya dilakukan ketika suhu bayi sudah berada pada suhu
36,50C atau lebih. Memandikan BBL merupakan sebuah cara yang ideal untuk
membersihkan BBL dari darah dan verniks yang masih menempel, dan juga
untuk mengurangi paparan darah ibu yang mungkin mengidap virus, seperti virus
hepatitis B. Memandikan bayi yang lahir dengan berat badan normal dan usia
kehamilan yang cukup dapat diberikan ketika suhu tubuh BBL sudah stabil dan
secara hemodinamik bayi juga sudah stabil.
Pemberian informasi mengenai perawatan bayi baru lahir penting bagi
ibu. Pebrianthy&Aswan (2020) dalam penelitiannya mengenai Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Primipara Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir Di Rumah Pada
Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan mendapatkan hasil
bahwa mayoritas ibu berpengetahuan baik dalam perawatan bayi baru lahir di
rumah sebanyak 23 orang (67,6%) dan hampir seluruh ibu primipara mempunyai
sikap positif dalam perawatan bayi bari lahir di rumah yaitu sebanyak 33 orang
(97,1%)
Konseling pada ibu untuk memberikan ASI secara on demand dan
menjemur bayi pada matahari pagi setelah pulang ke rumah juga diberikan.
Hal ini sejalan dengan teori Harisson (2005) dalam (Nursanti, 2012) yang
menyatakan bahwa salah satu tindakan yang direkomendasi kan dan umum
dilakukan mayarakat adalah dengan pemanfaatan sinar matahari. Hasil penelitian
Cremer menunjukkan sinar matahari dengan intensitas cahaya 400 – 520 nm
dapat memberikan laju degradasi bilirubin 3,5 mg/dl/jam (Nursanti, 2012).
American Academy of Pediatrics Technical Report- Ultraviolet Radiation (2011)
dalam penelitian Salih memperkuat dengan menyatakan bahwa sinar matahari
mempunyai keefektifan 6,5 kali dibandingkan unit fototerapi dalam
mendegradasi bilirubin dan keefektifannya masih lebih baik meskipun musim
dingin dimana intensitasnya menurun sehingga dapat mencegah terjadinya
ikterus pada bayi baru lahir (Nursanti, 2012).
Afriani&Amin (2018) dalam penelitiannya mengenai Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Secara On Demand Di RSB. Restu
Makassar mendapatkan hasil bahwa pengetahuan dan sikap responden memiliki
persentase yang lebih tinggi pada kategori baik (65,3%) dan (72,2%). Dari hasil
uji Chi-Square diperoleh variabel pengetahuan dan sikap memiliki pengaruh
yang bermakna terhadap pemberian ASI secara on demand dengan nilai p
masing-masing p=0,001 dan p=0,000. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengetahuan dan sikap yang baik, berpengaruh terhadap pemberian ASI secara
on demand di RSB. Restu Makassar.
Anjuran kunjungan ulang berkaitan dengan SOP pelayanan neonatal
esensial dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi: 1 (satu)
kali pada umur 6 - 48 jam; 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari; dan 1 (satu) kali
pada umur 8 - 28 hari (Kemenkes RI, 2010). Hal ini juga diatur dalam Permenkes
RI No 25 Tahun 2014 Pasal 7 ayat (1), Pelayanan neonatal esensial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang
meliputi: 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam; 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari; dan
1 (satu) kali pada umur 8-28 hari (Kemenkes RI, 2010).
Pemberian informasi mengenai kunjungan neonatal diharapkan agar ibu
bisa datang memeriksakan anaknya sesuai anjuran. Handayani&Wulandari
(2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan ibu sebagian besar
berpengetahuan tinggi yaitu sebesar 17 responden (53,1%) dan sikap positif ibu
sebanyak 20 responden (62,5%). analisa bivariat didapatkan ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kunjungan neonatal di RSI, dan sikap (p=0.002) ada
hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan neonatal di RSI.
Pada evaluasi, hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan pelaksanaan yang
sudah dilakukan. Dengan demikian rencana dan pelaksanaan yang dilakukan sudah
efektif.