Disusun Oleh :
C. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin menmeriksakan kondisi anaknya.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya terlihat kuning.
Uraian Keluhan Utama.
Ibu mengatakan anaknya terlihat kuning dari area kepala hingga perut serta
lengan atas dan paha, anaknya juga menjadi malas menyusu dan lebih
banyak tertidur sejak 2 hari lalu.
3. Riwayat Kehamilan Ibu.
a. Umur kehamilan: 38 minggu
b. Riwayat Penyakit dalam hamil:
Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit
menurun seperti jantung, hipertensi, anemia, DM, asma serta penyakit
menular seperti TBC, HIV, dan hepatitis selama hamil.
c. Kebiasaan Selama Hamil:
Ibu mengatakan selama hamil tidak memiliki kebiasaan merokok,
konsumsi minuman alcohol, konsumsi jamu, narkoba, dan obat-obatan.
d. Riwayat Natal:
Tanggal lahir : 28 Maret 2021
PB/BB : 49 cm/2900 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Lama persalinan: Kala I : 10 jam Kala III : 5 menit
Kala II : 1 jam Kala IV: 2 jam
Komplikasi persalinan: tidak ada.
e. Riwayat Perinatal:
1. APGAR Score
Appearance Pulse Grimance Activity Respiratory Score
1 menit 2 2 2 1 2 9
5 menit I 2 2 2 1 2 9
5 menit 2 2 2 2 2 10
II
2. Riwayat Pemberian Vitamin K.
Bayi telah diberikan vitamin K saat usia 1 jam lahir.
3. Riwayat Pemberian Imunisasi.
Bayi telah diberikan imunisasi Hb 0 saat berusia 2 jam lahir.
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari.
a. Pola Nutrisi
Bayi telah dilakukan IMD dan berhasil dalam waktu 30 menit pertama.
Bayi menyusui hanya ketika bayi mau, biasanya >2 jam sekali,
intensitas sekitar menit.
b. Pola Eliminasi
Bayi BAK 5x, warna kuning jernih dan BAB 2-3x, konsistensi lunak,
warna kuning.
c. Pola Istirahat.
Bayi tidur sekitar 13 jam, terlihat nyenyak.
d. Pola Aktivitas
Bayi lebih banyak tertidur.
D. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
2) Kesadaran : composmentis
3) Nadi : 145x/menit
4) Suhu : 37,6°C
5) RR : 45x/menit
8) BB : 2800 gram
9) PB : 49 cm
10) LK : 33 cm
11) LD :33 cm
b. Status Present
Kepala : simetris, bentuk kepala mesocephal tidak ada luka, rambut
hitam, tidak ada cephal hematom, tidak ada caput
succadaneum.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih sedikit kuning.
Hidung : simetris, normal, tidak ada polip, bersih.
Telinga : simetris, tidak ada serumen.
Mulut : bibir tidak sianosis, palatum tidak terbelah.
Leher : tidak ada bendungan vena di leher, tidak ada pembesaran
kelenjar gondok, ataupun pembesaran kelenjar limfe.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi napas
vaskuler.
Punggung: tidak ada spina bifida.
Abdomen : perut tidak kembung, tali pusat sudah puput, tidak ada tanda
infeksi, kulit terlihat kuning.
Genitalia : testis berjumlah dua, testit telah turun ke dalam skrotum.
Anus : anus berlubang.
Ekstremitas
Atas : kedua tangan fleksi, jari lengkap, simetris, gerak aktif,
tidak ada luka dan oedema, kapiler refill baik, kulit terlihat
kuning di area lengan atas.
Bawah : kedua tangan fleksi, jari lengkap, simetris, gerak aktif,
tidak ada luka dan oedema, kapiler refill baik, kulit terlihat
kuning di area paha atas.
Kulit : warna sedikit kuning.
c. Reflek
1) Rooting : bayi dapat menolehkan kepalanya saat
diberi rangsangan pada pipinya
2) Sucking : bayi dapat menghisap dengan baik,
dibuktikan dengan saat bayi menyusu.
3) Grasping : bayi dapat menggenggam dengan baik
ketika diberi rangsangan pada telapak
tangannya.
4) Moro :bayi dapat memfleksikan
ekstremitasnya.
5) Tonic neck : bayi dapat menolehkan kepalanya pada
satu sisi saat kepala bayi ditolehkan,
ekstremitasnya ekstensi, dan disisi
lainnya ekstremitasnya fleksi.
6) Babinski : bayi dapat mencengkram kakinya saat
telapak kakinya disentuh
E. Analisa
1. Diagnosa Kebidanan.
Bayi Ny. R usia 6 hari dengan ikterik
2. Masalah.
Ikterik
3. Diagnosa Potensial.
Kern ikterik.
4. Tindakan Segera.
Rujuk konsultasi dokter SpA.
F. Penatalaksanaan
Tanggal : 3 April 2021 Jam: 12.50 WIB
1. Melakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik serta
memberitahukan hasilnya kepada orangtua.
Hasil: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan anaknya.
2. Menyampaikan pada ibu bahwa beberapa bagian tubuh bayi mengalami
ikterik atau kuning yang jika dihitung menggunakan derajat Kramer berada
di derajat empat.
Hasil: Ibu mengerti dan terlihat sedikit cemas dengan keadaan anaknya.
3. Menjelaskan penyebab terjadinya ikterik pada bayi yaitu karena timbunan
menumpuk sel darah merah yang sudah tidak terpakai dan harus segera
dikeluarkan tetapi kemampuan bayi belum optimal.
Hasil: Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
4. Menjelaskan pengaruh yang mungkin terjadi bila keadaan ikterik terus
berlanjut yaitu apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah otak.
Pada keadaan ini penderita mungkin menderita kern ikterus atau
ensefalopati biliaris. Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah sindrom
neurologis akibat pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel
otak.
Hasil: Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
5. Menjelaskan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ikterik pada
bayi diantaranya seperti fototerapi di RS.
Hasil: Ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
6. Mengedukasi ibu bahwa perlu dilakukan rujukan pada bayinya untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.
Hasil: Ibu mengerti dan memilih untuk dilakukan rujukan ke RS Ummu
Hani.
7. Memberikan lembar inform consent sebagai lembar persetujuan tindakan
rujukan.
Hasil: Ibu dan suami telah menandatangani lembar inform consent.
8. Memastikan kembali keperluan rujukan meliputi Bidan, Alat, Keluarga,
Surat, Obat, Kendaraan, Uang, Pendonor darah.
Hasil: Keperluan yang dibutuhkan telah disiapkan.
9. Melakukan rujukan ke RS Ummu Hani
Hasil: Rujukan dilakukan ke RS Ummu Hani.
PMB Sanis Melianawati, NO.RM
Amd.Keb Nama Pasien: By. Ny. R
Nama Bidan : Bidan Sanis/Nismasari
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan Jam CATATAN Nama
PERKEMBANGAN (SOAP) dan
Paraf
3 April 2021 S= Ibu mengatakan sedikit tenang setelah
13.30 WIB sampai di RS Ummu Hani.
O= S : 37,3°C
N : 145x/menit.
RR: 43x/menit
P=
1. Melakukan serah terima pasien dan
informasi hasil pemeriksaan terakhir
pasien kepada bidan RS.
Hasil: Pasien berada di IGD RS Ummu
Hani.
2. Pasien dilakukan pemeriksaan oleh
bidan RS.
Hasil: Pasien dipindahkan ke ruang
perinatal.
3. Pasien dilakukan pemantauan sambil
menunggu advice dokter.
Hasil: Advice dokter telah diterima dan
dilaksanakan oleh bidan RS.
PEMBAHASAN
Menurut Klaus, Kennell (1982) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018) ada
beberapa keuntungan fisiologis kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, reflek
menghisap dilakukan dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, mempercepat
proses ikatan antara orangtua dan anak, body warmth (kehangatan tubuh), waktu
pemberian kasih sayang, stimulasi hormonal.
Pemberian ASI eksklusif dengan cara yang kurang baik menjadi salah satu
faktor risiko mayor dari hiperbilirubinemia, sementara itu bayi dengan jenis
kelamin laki-laki cenderung lebih beresiko untuk mengalami hiperbilirubinemia
(Kosim, 2012). Pada kasus ini Bayi Ny. R berjenis kelamin laki-laki dan
intensitas pemberian ASI juga cukup kurang. Hal ini bisa menjadi faktor resiko
penyebab ikterik pada bayi.
Bayi sudah BAK ±6x/hari, warna kuning jernih dan BAB 2-3x/hari,
konsistensi lunak. Hal ini kurang normal sesuai teori yang menyatakan bahwa
bayi harus BAB dan BAK dalam waktu 24 jam. Air seni dibuang dengan cara
mengosongkan kandung kemih secara refleks. Bayi miksi sebanyak 6 kali sehari.
Hal ini bisa diakibatkan karena menurunnya frekuensi dan intensitas bayi
menyusu. Semakin banyak cairan yang masuk maka semakin sering bayi miksi.
Defekasi pertama berwarna hijau kehitaman. Kotoran bayi yang hanya minum
susu biasanya cair. Bayi yang mendapat ASI kotorannya kuning dan agak cair
berbji (Wahyuni, 2012). Rukiyah (2012) dalam teorinya menambahkan frekuensi
BAK normalnya berkemih 6 – 10x dalam sehari berwarna urin pucat, berkemih >
8x pertanda ASI cukup (Rukiyah, 2012).
Bayi Ny. R mandi 2x/hari, menggunakan air hangat. Bayi selalu mengenakan
pakaian kering dan bersih. Bila pakaian bayi basah/kotor, segera selalu diganti.
Sebelum mengganti popok, bagian genetalia selalu dibersihkan dan dikeringkan.
Bila kulit basah terlalu lama, lapisan kulit mulai rusak. Bila kulit basah di gosok,
juga lebih muda rusak, menyebabkan luka pada kulit bayi. Untuk pencegahannya
gantilah popok segera setelah anak kencing atau BAB, hindari popok yang ketat,
bersihkan dengan lembut, hindari memakai bedak pada area tersebut (Rukiyah,
2013:139). Penggantian popok secara rutin bertujuan untuk menjaga kulit bayi
tetap bersih dan lembab sehingga mencegah terjadinya diaper rush.
Peytavi&Kanti (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk mencegah
kejadian ruam popok dapat dilakukan dengan cara ganti popok sesering mungkin,
gunakan popok sekali pakai, superabsorben, dan bernapas sebagai pengganti kain
popok, membersihkan dengan lembut, dan gunakan pelembab berbahan emolien.
II. OBYEKTIF
Hasil pemeriksaan didapatkan berat badan By. Ny. R 2800 gram, PB 49 cm,
LK 33 cm, LD 33 cm. Denyut jantung 145 x/menit, pernapasan 45x/menit.
Berat badan By. Ny. R mengalami penurunan 100 gram dibandingkan berat
badan saat lahir. Dalam minggu pertama kehidupan, sering ditemukan penurunan
berat badan sebesar 5% pada bayi yang mendapat susu formula, dan 7% pada
bayi yang mendapat ASI. Apabila terjadi masalah dalam pemberian ASI
penurunan berat badan sebesar 7% dapat terjadi pada 72 jam pertama kehidupan.
Selain pengukuran antropometri berat badan, perubahan panjang badan juga
dapat diukur selama 28 hari pada bayi neonatus (Khamzah, 2012)
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan denyut jantung normal adalah
120-160 kali per menit dan tidak terdengar bunyi murmur, respirasi : status
pernapasan yang baik adalah napas dengan laju normal 40-60 kali per menit,
tidak ada wheezing dan ronki dan suhu normal adalah 36,50c-37,50c (Kemenkes
RI, 2013).
Pada pemeriksaan status present ditemukan semuanya dalam batas normal,
tali pusat sudah lepas dan tidak terdapat tanda – tanda infeksi. Menurut Dewi
(2013; h. 42) sisa tali pusat akan segera lepas pada minggu pertama. Lepasnya
tali pusat dengan baik tanpa adanya tanda infeksi yang muncul selalu berhungan
dengan perawatan tali pusat yang baik dan benar. Dalam merawat tali pusat
cukup membersihkannya dengan air bersih lalu dikeringkan dengan kassa steril
tanpa dibungkus ataupun diolesi menggunakan alkohol atau betadin agar tali
pusat cepat kering dan lepas.
Battya, dkk (2019) memperkuat penelitian sebelumnya. Dalam penelitiannya
dengan judul Perbedaan Lama Lepas Tali Pusat antara Perawatan Tali Pusat
Menggunakan Kasa Steril dengan Perawatan Terbuka pada Neonatus
didapatkan hasil lama lepas tali pusat dengan metode perawatan terbuka
pada neonatus di Puskesmas Poned KabupatenCirebon tahun 2018
adalah 6,7% cepat (<5 hari),73,3% normal (5-6 hari) dan 0,0% lambat (>6 hari)
dengan rata-rata lama lepas tali pusat 5,3 hari.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya, Trijayanti, dkk (2020) dalam
penelitiannya dengan judul Perbedaan Perawatan Tali Pusat Tertutup Dan
Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Di Puskesmas Srondol Dan
Puskesmas Ngesrep Kota Semarang mendapatkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara lama waktu pelepasan tali pusat kelompok
perawatan tali pusat terbuka dan tertutup. Lama waktu pelepasan tali pusat
dengan metode terbuka lebih cepat yaitu 98,7 jam dan lama waktu pelepasan tali
pusat untuk metde tertutup 170,6 jam. Selisih waktu lama pelepasan tali pusat
antara metode terbuka dan tertutup 71,9 jam.
Ditemukan kuning di area kepala hingga perut serta area lengan atas dan
paha bayi. Berdasarkan rumus Kramer, maka bayi berada pada derajat 3 karena
kuning di daerah kepala, leher, badan bagian atas, badan bagian bawah dan
tungkai dan dapat diperkirakan kadar bilirubin di dalam tubuh bayi 12,4 mg/dL.
III. ANALISA
Analisa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif
(Varney, 2008) & (Maryunani, 2016). Dalam kasus ini dapat ditegakkan
diagnosa Bayi Ny. R usia 6 hari dengan ikterik.
Jika hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu mengalami masalah yang
memerlukan penanganan namun tidak dapat dimasukkan dalam kategori
diagnosa, maka tuliskan sebagai masalah (Widatiningsih&Dewi, 2017:186).
Pada kasus ini ditemukan masalah yaitu kecemasan ibu terhadap kondisi
anaknya.
Diagnosa potensial ditentukan atas dasar diagnosa dan masalah yang telah
dilakukan tersebut (Widatiningsih&Dewi, 2017:185). Pada keadaan ikterik bayi
didapatkan beberapa resiko potensial yang mungkin terjadi diantaranya kern
ikterik.
IV. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data.P
dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan (Sudarti, 2010).