Oleh :
2) Kesadaran : composmentis
3) Nadi : 135x/menit
4) Suhu : 36,9°C
5) RR : 35x/menit
8) BB : 3000 gram
9) PB : 50 cm
10) LK : 34 cm
11) LD : 34 cm
F. Penatalaksanaan
Tanggal : 2 Februari 2021 Jam: 08.35 WIB
P=
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
bahwa keadaan By. Ny.S baik.
Hasil: Ny.S terlihat bahagia setelah
mengetahui hasil pemeriksaan bahwa
anaknya terlihat baik dan sehat.
2. Menyampaikan pada ibu bahwa bayi
akan diberikan imunisasi Hb0 yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis, serta menyampaikan
tentang kejadian ikutan pasca imunisasi
(KIPI) yang mungkin terjadi seperti
demam, bengkak di daerah
penyuntikkan.
Hasil: Ibu mengerti dan mampu
menyebutkan manfaat dan KIPI yang
mungkin terjadi dari imunisasi Hb0.
3. Memberikan lembar inform consent
sebagai bentuk persetujuan tindakan
imunisasi Hb0.
Hasil: Ibu telah menandatangani lembar
inform consent
4. Memberikan imunisasi Hb0.
Hasil: Bayi telah diberikan imunisasi Hb
0 pada tanggal 3 Februari 2021 pukul
09.40 WIB
5. Menghangatkan bayi kembali dengan
mengenakan topi, sarung tangan dan
kaki, bedong, selimut.
Hasil: Bayi telah dihangatkan
menggunakan topi, sarung tangan dan
kaki, bedong, selimut.
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan
ASI secara on demand yaitu
memberikan ASI setiap bayi ingin
menyusu atau seminimalnya tiap 2 jam
sekali dengan setiap kali menyusu
lamanya 15 menit, bergantian antara
payudara kanan dan kiri.
Hasil: Ibu mengerti dan bersedia
mengikuti anjuran.
7. Mendokumentasikan tindakan di buku
register dan buku KIA.
Hasil: Tindakan dan hasil telah
didokumentasikan
3 Februari 2021 S= Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak ada
13.30 WIB keluhan
Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari orang dewasa,
sehingga mengakibatkan penurunan suhu. Pada 30 menit pertama, bayi akan
mengalami penurunan suhu 3-4 derajat C. Pada ruangan dengan suhu 20-25 o
C
bayi akan mengalami penurunan suhu 0,3 o
C setiap menitnya. Penurunan suhu
diakibatkan oleh kehilangan panas secara konduksi, konveksi, evaporasi dan
radiasi. Kemampuan bayi yang belum sempurna dalam memproduksi
panasmenyebabkan bayi sangat rentan untuk mengalami hipotermia. Hipotermi
merupakan suatu kondisi tubuh dengan permasalahan mekanisme tubuh yang sulit
mengatasi tekanan suhu dingin. Ketika proses IMD, bayi akan mendapatkan panas
dari ibu melalui kontak kulit antara ibu dan bayi.
Menurut Klaus, Kennell (1982) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018) ada
beberapa keuntungan fisiologis kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, reflek
menghisap dilakukan dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, mempercepat
proses ikatan antara orangtua dan anak, body warmth (kehangatan tubuh), waktu
pemberian kasih sayang, stimulasi hormonal
Bayi sudah BAK 1x, warna kuning jernih dan BAB 1x, meconium berwarna
hijau kehitaman. Hal ini normal sesuai teori yang menyatakan bahwa bayi harus
BAB dan BAK dalam waktu 24 jam. Air seni dibuang dengan cara mengosongkan
kandung kemih secara refleks. Bayi miksi sebanyak 6 kali sehari. Semakin banyak
cairan yang masuk maka semakin sering bayi miksi. Defekasi pertama berwarna
hijau kehitaman. Kotoran bayi yang hanya minum susu biasanya cair. Bayi yang
mendapat ASI kotorannya kuning dan agak cair berbji (Wahyuni, 2012).
4. PENATALAKSANAAN.
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik, menurut
Saifuddin (2002) dalam (Marmi & Rahardjo, 2018).
Secara keseluruhan dari hasil pengkajian baik data subyektif ataupun data
objektif tidak ditemukan permasalahan yang muncul pada bayi sehingga pada
penatalaksanaannya untuk memastikan bayi tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usianya tanpa munculnya tanda bahaya yang dapat mengancam bayi.
Penatalaksanaan pada asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. S adalah:
2. OBYEKTIF.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan hasil suhu 37,4°C, nadi
135x/menit, nafas 36x/menit. Hal ini normal, sesuai teori Prihatini&Azizah
(2018) yang menyatakan bahwa . Karakteristik dari periode ini yaitu bayi
mempunyai sensitivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran
frekuensi nadi apical 120-160x/menit dan frekuensi pernapasannya berkisar dari
30-60x/menit dengan periode pernapasan yang lebih cepat tetapi pernapasan
tetap stabil (tidak ada pernapasan cuping hidung atau retraksi); fluktuasi warna
kulit dari merah jambu, bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekoneum
selama periode ini, peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat
sekresi. Refleks penghisapan sangat kuat dan bayi sangat aktif.
3. ANALISA.
Analisa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif
(Varney, 2008) & (Maryunani, 2016). Dalam kasus ini dapat ditegakkan
diagnosa Bayi Ny.S usia 2 jam fisiologis, tidak ditemukan masalah, diagnose
potensial dan kebutuhan segera pada praktik tidak ada.
4. PENATALAKSANAAN
Saat ini dilakukan penatalaksanaan memandikan bayi dan menghangatkan
bayi kembali dengan memakaikan baju bersih, sarung tangan dan kaki, popok,
dan membedong bayi, KIE mengenai tanda bahaya bayi baru lahir, KIE
perawatan bayi sehari-hari, Menganjurkan ibu untuk rutin menjemur bayinya
dengan matahari pagi dan tetap menyusui bayi secara on demand untuk
mencegah kuning pada bayi (ikterik), menganjurkan keluarga mendukung ibu
untuk memberikan ASI eksklusif, dan anjuran untuk kunjungan ulang 3 hari.
Pada 2017, American Academy of Pedi-atrics (AAP) dan American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan bahwa
bayi yang baru lahir tetap bersama ibu mereka 24 jam sehari dan bahwa mandi
harus ditunda sampai setelah menyusui pertama. Mandi pertama harus ditunda
sampai bayi baru lahir menurut penelitian (Kelly et al., 2018).
Metha (2015) dalam hasil penelitiannya menyatakan seluruh suhu bayi
baru lahir 6 jam pasca kelahiran sebelum dimandikan adalah normal, yang
sebanyak 30 bayi (100%), sedangkan suhu bayi baru lahir 6 jam pasca kelahiran
sesudah dimandikan selama 5 menit didapatkan data hasil seluruh (100%) BBL
mengalami penurunan suhu. Penurunan suhu dalam penelitian ini adalah berkisar
antara 0,2 sampai 0,50C. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
memandikan bayi seharusnya dilakukan ketika suhu bayi sudah berada pada suhu
36,50C atau lebih. Memandikan BBL merupakan sebuah cara yang ideal untuk
membersihkan BBL dari darah dan verniks yang masih menempel, dan juga
untuk mengurangi paparan darah ibu yang mungkin mengidap virus, seperti virus
hepatitis B. Memandikan bayi yang lahir dengan berat badan normal dan usia
kehamilan yang cukup dapat diberikan ketika suhu tubuh BBL sudah stabil dan
secara hemodinamik bayi juga sudah stabil.
Yuliani&Etika (2021) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu nifas primipara dengan praktik
memandikan bayi (p = 0.036). Di harapkan ibu dapat meningkatkan
pengetahuannya mengenai cara memandikan bayi dan peralatan apa saja yang
dibutuhkan agar kesehatan bayi tetap terjaga.
Konseling pada ibu untuk memberikan ASI secara on demand dan
menjemur bayi pada matahari pagi setelah pulang ke rumah juga diberikan.
Apriyulan&Dwihestie (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat
hubungan frekuensi pemberian ASI dengan derajat ikterus neonatorum fisiologis
di PKU Muhammadiyah I Yogyakaarta dengan hasil p value 0,001 < dari 0,05.
Ramadani (2017) dalam penelitiannya mengenai Dukungan Keluarga
Sebagai Faktor Dominan Keberhasilan Menyusui Eksklusif mendapatkan hasil
bahwa Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif, ibu yang keluarganya mendukung pemberian ASI eksklusif berpeluang
memberikan ASI eksklusif 3,5 kali daripada ibu yang keluarganya kurang
mendukung pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol pengetahuan ibu dan
pengalaman menyusui ibu.
Anjuran kunjungan ulang berkaitan dengan SOP pelayanan neonatal esensial
dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi: 1 (satu) kali pada
umur 6 - 48 jam; 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari; dan 1 (satu) kali pada umur 8 -
28 hari (Kemenkes RI, 2010). Hal ini juga diatur dalam Permenkes RI No 25
Tahun 2014 Pasal 7 ayat (1), Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi: 1
(satu) kali pada umur 6-48 jam; 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari; dan 1 (satu) kali
pada umur 8-28 hari (Kemenkes RI, 2010).
Pemberian informasi mengenai kunjungan neonatal berkaitan dengan SOP
kunjungan neonatal, sehingga diharapkan kunjungan neonatal dapat dilaksanakan
secara lengkap. Salasiah, dkk(2018) dalam penelitiannya mengenai Analisis
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Neonatal Di Puskesmas Kampung
Baqa Samarinda Tahun 2018 mendapatkan hasil bahwa Ada hubungan antara
pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan kunjungan neonatal di wilayah
kerja Puskesmas Kampung Baqa Tahun 2018
Pada evaluasi, hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan pelaksanaan yang
sudah dilakukan. Dengan demikian rencana dan pelaksanaan yang dilakukan sudah
efektif.