Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Disusun oleh

Ernawati

NIM: SN 202005

PRODI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2021
2
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF )

DI RUANG ICU RSUD KARANGANYAR

I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Dengue hemoragic fever adalah manifestasi klinis yang lebih
berat dari suatu penyakit yang terjadi pada pasien dengan infeksi virus
dengue (serotipe yang berbeda) dan merupakan manifestasi respon
imunologis yang berlebih terhadap serotipe virus dengue yang baru
(Marcdante & Kliegman, 2019). Demam berdarah dengue adalah
penyakit akibat infeksi virus dengue yang memiliki gambaran klinis yang
bervariasi (Liwang et al. 2020).
Klasifikasi derajat keparahan infeksi dengue menurut WHO

DD/DBD Derajat Gejala dan tanda Pemeriksaan


DD Demam dengan  Leukopenia ≤ 5.000 sel/
minimal 2: mm3
 Sakit kepala  Trombositopenia <
 Nyeri 150.000 sel/mm3
retroorbital  Peningkatan hematokrit
 Mialgia (5-10%)
 Artralgia atau  Tidak ada bukti
nyeri tulang kebocoran plasma
 Ruam
 Manifestasi
perdarahan
 Tidak ada bukti
kebocoran
plasma
DBD I Demam tanpa  Trombositopenia <

1
perdarahan 100.000 sel/mm3
spontan (tes  Peningkatan hematokrit
torniket dapat >20%
positif) dan ada
bukti kebocoran
plasma
DBD II Derajat I +
perdarahan
spontan
DBD III Derajat I/II +
(DSS) kegagalan
sirkulasi (pulsasi
lemah, hipotensi,
gelisah)
DBD IV Deajat III + syok
(DSS) dengan tekanan
darah dan nadi
tidak terdeteksi
Sumber: Liwang et al (2020)

2. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kedalam geus
Flavivirus dan keluarga Flaviciridae. Virus ini memiliki empat serotipe,
yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Serotpie terbanyak di
Indonesia adalah DENV-3. Infeksi oleh satu serotipe virus akan
menciptakan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Infeksi
oleh serotipe lain umumnya akan menyebabkan manifestasi yang lebih
berat. Virus ini mempunyai beberapa protein, salah satunya glikoprotein
NS1 yang berperan dalam diagnosis dan reguasi aktivasi sistem
komplemen dan meningkatkan permebilitas vaskular (Liwang et al.
2020).

2
3. Manifestasi klinik
Menurut Liwang et al (2020) manifestasi klinik pada demam
berdarah dengue meliputi:

Sistem organ Tanda dan gejala


Sistemik Demam tinggi, malaise, anoreksia
Tanda vital Takikardi, hipotensi
Kepala Nyeri kepala, epitaksis, gusi berdarah
Gastrointestinal Mual, hematemesis, melena, hepatomegali, asites
Kulit Petekie, purpura, ekimosis

Sedangkan menurut Aryati (2017) ciri khas DBD ditandai dengan


demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan sering terjadi
gangguan perfusi dengan syok. Trombositopenia yang disertai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) selalui dijumpai dan
merupakan gambaran khas laboratorium. Perubahan patologis utama
yang menentukan derajat keparahan DBD serta membedakannya dari
demam dengue dan viral haemorrhagic fever adalah hemostatis abnormal
dan kebocoran plasam pada pleura dan rongga perut.

4. Komplikasi
Asidosis metabolik, koagulasi intravaskular diseminata
menyebabkan perdarahan berat, bila terjadi perdarahan intrakranial dapat
menyebabkan ensefalopati; kegagalan organ (hati dan ginjal); efusi
pleura masif menyebabkan gangguan pernapasan, kongesti paru akut,
gagal jantung akibat terapi cairan yang berlebihan (Liwang et al. 2020).

5. Patofisiologi dan Pathway


Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui vektor virus yaitu
nyamuk aedes, yang tersering adalah aedes aegypti dan aedes albopictus.

3
Nyamuk ini banyak terdapat pada musim hujan. Transmisi terjadi ketika
nyamuk betina menghisap darah manusia yang mengalami viremia. Virus
bereplikasi di epitel usus nyamuk kemudian menuju hemokel dan
menginfeksi saliva sehingga virus berada di saliva, serta ke tratus genital
sehingga virus masuk ke telur nyamuk.
Masa inkubasi berkisar 4-6 hari kemudian terjadi viremia.
Terdapat tiga fase perjalanan penyakit: fase demam, fase kritis, dan fase
penyembuhan. Pada fase demam terjadi peningkatan suhu mendadak,
terjadi terus menerus selama 3 hari. Gejala yang dapat ditemukan antara
lain muka memerah, nyeri retroorbital, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
nyeri kepala, ruam, nyeri tenggorokan, mual muntah. Fase kritis terjadi
akibat permeabilitas vaskular meningkat sehingga terjadi kebocoran
plasma. Pada fase ini suhu turun, biasanya antara hari ke 4-6, umumnya
berlangsung 1-2 hari. Pada fase penyembuhan, terjadi reabsorbsi cairan
dan kompartemen ekstravaskular secara bertahap selama 2-3 hari,
keadaan hemodinamik dan gejala lai berangsur membaik. Pada orang
dewasa sinus bradikardi dan aritmia dapat terjadi (Liwang et al. 2020)

4
Pathway Virus dengue: DENV-1, DENV-
2, DENV-3, DENV-4)
Sel mast melepas Peningkatan sitokin proinflamatori
Memicu aktivitas C3a
histamin (IL-1, IL-6 dan TNF α)
dan C5a anafilotokin Transmisi ke manusia melalui
gigitan nyamuk aedes
Mediator sekunder (prostasiklin,
Reaksi gatal pada kulit
prostaglandin E2, tromboksan
Virus masuk ke sirkulasi A2, leukotrien)
sistemik
Inflamasi, iskemik dan Intervensi virus pada Mempengaruhi
nekrosis hepatosit hepatosit dan sel kupffer pusat termoregulasi Pelebaran celah endotel
Respon imunologis (sel NK, sel dan disfungsi endotel
fagosit, sel komplemen:
interferon α & β Disregulasi dipusat
Gangguan fungsi hati
termoregulasi
Perpindahan plasma dari
intravaskuler ke
Virus dengue mengintervensi ekstravaskuler
Gagal hati, Sistem metabolik:
makrofag dan bereplikasi Hipertermi
hepatitis akut meningkatkan produksi
ATP di mitokondria
Hipovolemia
Hepatomegali, nyeri Mekanisme everen pada
kuadran kanan atas, Hipermetabolik & sumsum tulang belakang Nyeri kepala/otot/sendi
ikterik, peningkatan Reactive oxygen
transaminase species (ROS) Risiko syok
Disfungsi megakarosit &
gangguan produksi trombosit Nyeri akut

Kelemahan
Penurunan elastisitas otot
Trombositopenia Mual dan muntah,
polos kapiler, miokard dan
penurunan nafsu makan
mempengaruhi kondusi
jantung
Intoleransi aktivitas
Memicu perdarahan berupa petekie, rash
Defisit nutrisi
ptekhial, ekimosis, metromenoragia,
perdarahan saluran cerna dan organ lain

5 sindrom
Dengue syok Sumber: Nasrodun (2011),
Liwang et al (2020) &
SDKI, (2017)
6. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
a. Penatalaksanaan medis
 Pencegahan DBD mencakup:
 Kontrol nyamuk: mengurangi genangan air, pemberantasan
jentik, insektisida
 Kontrol manusia: menggunakan obat penangakal nyamuk
 Vaksinasi.
 Pasien rawat jalan
 Tirah baring dan konsumsi cairan yang adekuat.
 Antipiretik: paracetamol (anak: 10 mg/kgbb/kali setiap 6 jam;
dewasa 500 mg/kali)
 Kompres hangat pada anak.
 DBD fase kritis
 Pemberian cairan kristaloid isotonik intravena, kecuali pada
bayi < 6 bulan menggunakan NaCl 0,45%. Volume yang
diberikan adalah volume rumatan +5% untuk dehidrasi.
 Durasi pemberian cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48
jam pada kasus syok dan 60-72 jam pada kasus tanpa syok.
 Pada obesitas, perhitungan volume cairan menggunakan berat
badan ideal.
 Transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada kasus
trombositopenia, dapat dipertimbangkan pada pasien dewasa
dengan hipertensi dan trombositopenia berat (< 10.000
sel/mm3).
 DBD derajat I dan II (tanpa syok)
 Jumlah cairan (oral dan intravena) yang diberikan adalah
cairan rumatan + defisit 5-10%, diberikan dalam waktu 48 jam.
 DBD derajat III (syok)
 Berikan oksigen via face mask atau nasal kanul.

6
 Volume replacement IV secara cepat dengan IV cairan
kristaloid isotonik 10 cc/kgBB selama 1-2 jam.
 Evaluasi ABC dan koreksi.
 Berikan koloid IV (dextran 40) pada hematokrit yang
meningkat.
 Pada hematokrit menurun:
 Transfusi darah 10 cc/kg/jam
 Whole blood 10 cc/kg/jam atau PRC 5 cc/kg.
 DBD derajat IV
 Pemberian cairan 10 mL/kgBB bolus cepat dalam 10-15 menit.
Bila tekanan darah terdeteksi, lanjutkan sesuai DBD derajat III.
Bila syok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10
mL/kgBB dan lakukan pemeriksaan laboratorium ABCS
(acidosis, bleeding, calcium, blood sugar).
 Transfusi darah segera (pertimbangkan hematokrit sebelum
resusitasi)
 Bila syok masih belum teratasi, pertimbangkan pemberian
inotropik.
 DBD fase penyembuhan
 Hentikan pemberian cairan intravena.
 Pada pasien dengan efusi pleura dan asites masif, terapi
diuretik dapat dipertimbangkan untuk mencegah edema paru.

b. Penatalaksanaan keperawatan
 Pemberian cairan infus yang cukup dengan perhitungan
volume cairan yang adekuat dan tepat serta perlu
memperhitungkan saat kembalinya cairan yang pindah
sehingga jumlah cairan perlu dikurangi agar tidak berlebihan.
 Nutrisi tinggi kalori-tinggi protein.
 Diberikan penurun panas; parasetamol, kompres dingin.

7
 Mengatasi syok diberikan cairan kristaloid, bila tetap syok
diberikan koloid (Nasrodun, 2011).

II. ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit (sekarang, dahulu, keluarga)
 Kaji adanya keluhan demam, nyeri otot/kepala/tulang/sendi,
adanya ruam pada kulit, petekie, perdarahan, mual muntah.
 Kaji riwayat keluarga adakah yang menderikata DBD
sebelumnya.
b. Pengkajian fokus (Bone, Bowel, Bladder, Brain, Blood, Breathing)
 Pada awal syok didapatkan tanda tekanan darah menurun, tekanan
nadi menurun, gelisah.
c. Pemeriksaan fisik
 Adanya petekie, purpura, ekimosis.
 Hepatomegali.
 Akral dingin.
d. Pemeriksaan penunjang
 Darah perifer lengkap: trombositopenia (≤ 100.000 sel/mm3),
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari baseline, leukopenia ≤ 5.000
sel/mm3.
 Antigen NS1 (sensitivitas >90%): terdeteksi saat viremia,
meningkat pada hari pertama demam dan turun hingga hari ke 5-
6, baik digunakan untuk deteksi dini.
 serologiL IgM terdeteksi pada hari ke 3-5 meningkat hingga
minggu ke 2 dan turun dalam 2-3 bulan. IgG tidak terdeteksi pada
akhir minggu ke 1, meningkat hingga menetap bertahun-tahun.
 Foto polos dada posisi right lateral decubitus: efusi pleura.
 Diagnosis definitif: isolasi kultur virus, deteksi asam nuleat
dengan PCR.

8
 USG abdomen: didapatkan gambaran double contour pada
dinding empedu (Liwang et al. 2020).

2. Diagnosa keperawatan & Intervensi keperawatan

No Diagnosis Luaran Intervensi keperawatan


keperawatan keperawatan
1 Nyeri akut (D.0077) SLKI Manajemen nyeri (I.08238)
Penyebab: Tingkat nyeri Observasi
 Agen pencedera (L.08066)  Identifikasi lokasi,
fisiologis Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
(inflamasi, iskemia, tindakan frekuensi, intensitas nyeri
neoplasma) keperawatan dan skala nyeri
 Agen pencedera selama x jam  Identifikasi respon nyeri non
kimiawi (terbakar, maka tingkat nyeri verbal
bahan kimia iritan) menurun, dengan  Identifikasi pengaruh nyeri
 Agen pencedera kriteria hasil: terhadap kualitas hidup
fisik (amputasi,  Keluhan nyeri
abses, latihan fisik menurun Terapeutik
berlebihan)  Meringis  Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
Gejala dan tanda  Sikap protektif mengurangi rasa nyeri (mis.
mayor menurun Teknik imajinasi terbimbing,
Subjektif  Gelisah kompres hangat/dingin,
 Mengeluh nyeri menurun napas dalam)
Objektif  Frekuensi nadi  Fasilitasi istirahat tidur
 Tampak meringis membaik Edukasi
 Bersikap protektif  Tekanan darah  Jelaskan penyebab, periode,
 Gelisah membaik dan pemicu nyeri
 Frekuensi nadi  Jelaskan strategi meredakan
meningkat nyeri
 Sulit tidur  Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Tanda dan gejala  Ajarkan teknik
minor nonfarmakologis untuk
Subjetik mengurangi rasa nyeri
(tidak tersedia) Kolaborasi
Objektif  Kolaborasi pemberian
 Tekanan darah analgetik jika perlu
meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan
berubah
 Proses berpikir

9
terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri
sendiri
 Diaforesis

Kondisi terkait
 Kondisi
pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner
akut
 Glaukoma
2 Hipertermi (D.0130) SLKI Manajemen Hipertermia
Penyebab Termoregulasi (I.15506)
 Dehidrasi (L.14134) Observasi
 Terpapar Setelah dilakukan  Identifikasi penyebab
lingkungan panas tindakan hipertermia (mis, dehidrasi,
 Proses penyakit keperawatan terpaparlingkungan panas,
 Ketidaksesuaian selama x jam penggunaan inkubator)
pakaian dengan maka  Monitor suhu tubuh
suhu lingkungan termoregulasi  Monitor kadar elektrolit
 Peningkatan laju membaik, dengan  Monitor haluaran urine
metabolisme kriteria hasil:  Monitor komplikasi akibat
 Respon trauma  Mengigil hipertermia
 Aktivitas berlebih menurun
 Suhu tubuh Terapeutik
 Penggunaan
inkubator membaik  Sediakan lingkungan dingin
Gejala dan tanda  Pucat menurun  Longgarkan atau lepaskan
mayor  Takikardi pakaian
Subjektif menurun  Basahi dan kipasi permukaan
 Tidak tesedia  Takipnea tubuh
Obejektif menurun  Berikan cairan oral
 Suhu tubuh diatas  Bradikardi  Ganti linen tiap hari atau
nilai normal menurun lebih sering jika mengalami
Gejala dan tanda  Piloereksi hiperhidrosis(keringat
minor menurun berlebih)
Subjektif  Kulit merah  Lakukan pendinginan
 Tidak tesedia menurun eksternal (mis, selimut
Obejektif hipotermia atau kompres
 Kulit merah dingin pada dahi, leher, dada,
 Kejang abdomen, aksila)
 Takikardi  Hindari pemberian antipiretik
 Takipnea

10
 Kulit terasa hangat atau aspirin
 Berikan oksigen jika perlu
Kondisi klinis terkait
 Proses infeksi Edukasi
 Hipertiroid  Anjurkan tirah baring
 Stroke Kolaborasi
 Dehidrasi  Kolaborasi pemberian cairan
 Trauma dan elektrolit intravena, jika
 Prematuritas perlu

3 Hipovolemia (D.0023) SLKI Manajemen hipovolemia


Penyebab Status cairan (I.03116)
 Kehilangan cairan (L.03028) Observasi
aktif Setelah dilakukan  Periksa tanda dan gejala
 Kegagalan tindakan hipovolemia
mekanisme keperawatan  Monitor intake dan output
regulasi selama x jam cairan
 Peningkatan maka status cairan Terapeutik
permeabilitas membaik, dengan  Hitung kebutuhan cairan
kapiler kriteria hasil:  Berikan posisi modified
 Kekurangan intake  Kekuatan nadi trendelenburg
cairan meningkat  Berikan asupan cairan oral
 Evaporasi  Output urine Edukasi
Gejala dan tanda meningkat  Anjurkan memperbanyak
mayor  Membran asupan cairan oral
Subjektif mukosa lembab  Anjurkan menghindarkan
 Tidak tersedia meningkat perubahan posisi mendadak
Objektif  Frekuensi nadi Kolaborasi
 Frekuensi nadi membaik  Kolaborasi pemberian cairan
meningkat  Tekanan darah IV isotonis/hipotonis/koloid
 Nadi teraba lemah membaik  Kolaborasi pemberian produk
 Tekanan darah  Tekanan nadi darah
meningkat membaik
 Tekanan darah  Turgor kulit Pemantauan cairan (I.03121)
menyempit membaik Tindakan
 Turgor kulit Observasi
menurun  Monitor frekuensi dan
 Membran mukosa kekuatan nadi
kering  Monitor frekuensi nafas
 Volume urin  Monitor tekanan darah
menurun  Monitor berat badan
 Hematokrit  Monitor waktu pengisian
meningkat kapiler
Gejala dan tanda  Monitor elastisitas atau

11
minor turgor kulit
Subjektif  Monitor jumlah, warna dan
 Merasa lemah berat jenis urine
 Mengeluh haus  Monitor kadar albumine dan
Objektif protein total
 Pengisian vena  Monitor hasil pemeriksaan
menurun serum
 Status mental  Monitor intake dan output
berubahn carian
 Suhu tubuh  Identifikasi tanda-tanda
meningkat hipovolemia
 Konsentrasi urin  Identifikasi tanda-tanda
meningkat hipervolemia
 Berat badan turun  Atur interval waktu
tiba-tiba pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Kondisi klinis terkait  Dokumentasikan hasil
 Penyakit addison pemantauan
 Trauma atau Edukasi
perdarahan  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Luka bakar pemantauan
 AIDS  Informasikan hasil
 Penyakit crohn pemantauan jika perlu
 Muntah
 Diare
 Kolitis ulseratif
 Hipoalbunemia
4 Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030) Observasi
Penyebab Setelah dilakukan  Identifikasi status nutrisi
 Ketidakmampuan tindakan  Identifikasi alergi dan
menelan makanan keperawatan intoleransi makanan
 Ketidakmampuan selama x jam  Identifikasi makanan yang
mencerna makanan maka status nutrisi disukai
 Ketidakmampuan membaik, dengan  Identifikasi kebutuhan kalori
mengabsorbsi kriteria hasil: dan jenis nutrien
nutrien  Porsi makanan  Identifikasi perlunya
 Faktor ekonomi yang dihabiskan penggunaan NGT
 Fator psikologis meningkat  Monitor asupan makanan
Gejala dan tanda  Berat badan  Monitor berat badan
mayor membaik  Monitor hasil pemeriksaan
Subjektif  IMT membaik laboratorium
 Tidak tersedia  Frekuensi Terapeutik
Objektif makan membaik  Lakukan oral hygiene
 Berat badan  Nafsu makan

12
menurun < 10% di membaik sebelum makan, jika perlu
bawah rentang  Bising usus  Fasilitasi menentukan pedman
ideal membaik diet
Gejala dan tanda  Berikan makanan tinggi serat
minor untuk mencegah konstipasi
Subjektif  Berikan makanan tinggi
 Cepat kenyang kalori dan tinggi protein
setelah makan  Berikan suplemen makan, jika
 Kram/nyeri perlu
abdomen Edukasi
 Nafsu makan  Anjurkan posisi duduk, jika
menurun mampu
Objektif  Ajarkan diet yang
 Bising usus diprogramkan
hiperaktif Kolaborasi
 Otot pengunyah  Kolaborasi pemberian
lemah medikasi sebelum makan
 Otot menelan  Kolaborasi dengan ahli gizi
lemah untuk menentuka jumah
 Membran mukosa kalori dan jenis nutrien yang
pucat dibutuhkan, jika perlu
 Sariawan
 Serum albumin Promosi berat badan (I.03136)
turun Observasi
 Rambut rontok  Identifikasi kemungkinan
berlebihan penyebab BB kurang
 Diare  Monitor adanya mual dan
Kondisi klinis terkait muntah
 Stroke  Monitor jumlah kalori yang
 Parkinson dikonsumsi sehari-hari
 Cerebral palsy  Monitor berat badan
 Cleft lip  Monitor albumin, limfosit
 Cleft palate dan elektrolit serum
 AML Terapeutik
 Kerusakan  Berikan perawatan mulut
neuromuskular sebelum pemberian makan,
 Luka bakar jika perlu
 Infeksi  Sediakan makanan yang
 AIDS tepat sesuai kondisi pasien
 Penyakit cron’s  Berikan suplemen, jika perlu
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan
yang bergizi, tetapi tetap
terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan

13
kalori yang dibutuhkan
5 Risiko syok Setelah dilakukan Pencegahan syok (I.02068)
Faktor risiko tindakan Observasi
 Hipoksemia keperawatan  Monitor status
 Hipoksia selama x jam kardiopulmonal
 Hipotensi maka tingkat syok  Monitor status oksigenasi
 Kekurangan menurun, dengan  Monitor status cairan
volume cairan kriteria hasil:  Monitor tingkat kesadaran
 Sepsis  Kekuatan nadi dan respon pupil
 SIRS meningkat  Periksa riwayat alergi
Kondisi klinis terkait  Output urin Terapeutik
 Perdarahan meningkat  Berikan oksigen
 Trauma multipel  Tingkat  Persiapkan intubasi dan
 Pneumothoraks kesadaran ventilasi mekanis, jika perlu
meningkat  Pasang jalur IV
 Infark miokard
 Saturasi oksigen  Pasang kateter urin untuk
 Kardiomiopati
meningkat menilai produksi urin
 Cedera medula
 Akral dingin  Lakukan skintest untuk
spinalis
menurun mencegah reaksi alergi
 Anafilaksis
 Pucat menurun Edukasi
 Sepsis
 Tekanan darah  Jelaskan penyebab/faktor
 KID
membaik risiko syok
 SIRS
 Frekuensi nadi  Jelaskan tanda dan gejala
membaik awal syok
 Frekuensi napas  Anjurkan memperbanya
membaik asupan cairan oral
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV
 Kolaborasi pemberian
transfusi darah
 Kolaborasi pemberian
antihistamin

Pemantauan cairan (I.03121)


Tindakan
Observasi
 Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian
kapiler
 Monitor elastisitas atau

14
turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
 Monitor kadar albumine dan
protein total
 Monitor hasil pemeriksaan
serum
 Monitor intake dan output
carian
 Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
 Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia
 Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

6 Intoleransi aktivitas
SLKI Manajemen energi (I.05178)
(D.0056) Toleransi aktivitas Observasi
Penyebab (L.05047)  Identifikasi gangguan fungsi
 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan tindakan kelelahan
kebutuhan oksigen keperawatan  Monitor kelelahan fisik dan
 Tirah baring selama x jam emosional
 Kelemahan maka toleransi  Monitor pola dan jam tidur
 Imobilitas aktivitas  Monitor lokasi dan
 Gaya hidupmeningkat, dengan ketidaknyamanan selama
monoton kriteria hasil: melakukan aktivitas
 Keluhan lelah
Gejala dan tanda menurun Terapeutik
mayor  Dispnea saat  Sediakan lingkungan nyaman
Subjektif aktivitas dan rendah stimulus(mis,
 Mengeluh lelah menurun cahaya,suara, kunjungan)
Objektif  Dipsnea setelah  Lakukan latihan rentang
 Frekuensi jantung aktivitas

15
meningkat >20% menurun gerak pasif dan/atau aktif
dari kondisi  Sianosis  Berikan aktivitas distraksi
istirahat menurun yang menyenangkan
 Frekuensi nadi  Fasilitasi duduk di sisi
Gejala dan tanda membaik tempat tidur, jika tidak dapat
minor  Tekanan darah berpindah atau berjalan
Subjektif membaik
 Dispnea  Saturasi Edukasi
saat/setelah oksigen  Anjurkan tirah baring
aktivitas membaik  Anjurkan melakukan
 Merasa tidak  Frekuensi napas aktivitas secara bertahap
nyaman setelah membaik  Anjurkan menghubungi
aktivitas perawat jika tanda dan gejala
 Merasa lemah kelelahan tidak berkurang
Objektif  Ajarkan strategi koping
 Tekanan darah untuk mengurangi kelelahan
berubah >20% dari
kondisi istirahat Kolaborasi
 Gambaran EKG  Kolaborasi dengan ahli gizi
menunjukkan tentang cara meningkatkan
aritmia saat/setelah asupan makanan
aktivitas Terapi oksigen (I.01026)
 Gambaran EKG
menunjukan Observasi
iskemia
 Sianosis  Monitor kecepatan aliran
oksigen
Kondisi klinis terkait  Monitor efektifitas terapi
 Anemia oksigen (mis. Oksimetri)
 Gagal jantung  Monitor tanda hipoventilasi
kongestif  Monitor tanda toksikasi
 Penyakit jantung oksigen dan atelektasis
koroner  Monitor integritas mukosa
 Penyakit katub hidung akibat pemasangan
jantung oksigen
 Aritmia Terapeutik
 PPOK
 Gangguan  Bersihkan sekret pada mulut,
metabolik hidung dan trakea, jika perlu
Gangguan  Pertahankan kepatenan jalan
muskuloskeletal napas
 Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien

16
Edukasi

 Ajarkan pasien dan keluarga


cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi

 Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur

3. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pasien dengan DHF difokuskan kepada
masalah prioritas pasien dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa, Perencanaan). Kriteria hasil yang diharapkan berupa:
 Tingkat nyeri menurun
 Status cairan membaik
 Status nutrisi membaik
 Termoregulasi membaik
 Tingkat syok menurun
 Toeransi aktivitas meningkat

17
DAFTAR PUSTAKA

Aryati. (2017). Buku Ajar Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press

Liwang, F, Wijaya, E, Yuswar, PW & Sanjaya, N. (2020). Kapita Selekta


Kedokteran Edisi ke-5. Depok: Media Aesculapius

Marcdante, KJ & Kliegman, RM. (2019). Nelson Essentials of Pediatrics Eigth


Edition. Philadelphia: Elsevier

Nasrodun. (2011). Penyakit Infeksi di Indonesia. Surabaya: airlangga University


Press

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai