Disusun oleh
Ernawati
NIM: SN 202005
2021
2
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF )
I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Dengue hemoragic fever adalah manifestasi klinis yang lebih
berat dari suatu penyakit yang terjadi pada pasien dengan infeksi virus
dengue (serotipe yang berbeda) dan merupakan manifestasi respon
imunologis yang berlebih terhadap serotipe virus dengue yang baru
(Marcdante & Kliegman, 2019). Demam berdarah dengue adalah
penyakit akibat infeksi virus dengue yang memiliki gambaran klinis yang
bervariasi (Liwang et al. 2020).
Klasifikasi derajat keparahan infeksi dengue menurut WHO
1
perdarahan 100.000 sel/mm3
spontan (tes Peningkatan hematokrit
torniket dapat >20%
positif) dan ada
bukti kebocoran
plasma
DBD II Derajat I +
perdarahan
spontan
DBD III Derajat I/II +
(DSS) kegagalan
sirkulasi (pulsasi
lemah, hipotensi,
gelisah)
DBD IV Deajat III + syok
(DSS) dengan tekanan
darah dan nadi
tidak terdeteksi
Sumber: Liwang et al (2020)
2. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kedalam geus
Flavivirus dan keluarga Flaviciridae. Virus ini memiliki empat serotipe,
yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Serotpie terbanyak di
Indonesia adalah DENV-3. Infeksi oleh satu serotipe virus akan
menciptakan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Infeksi
oleh serotipe lain umumnya akan menyebabkan manifestasi yang lebih
berat. Virus ini mempunyai beberapa protein, salah satunya glikoprotein
NS1 yang berperan dalam diagnosis dan reguasi aktivasi sistem
komplemen dan meningkatkan permebilitas vaskular (Liwang et al.
2020).
2
3. Manifestasi klinik
Menurut Liwang et al (2020) manifestasi klinik pada demam
berdarah dengue meliputi:
4. Komplikasi
Asidosis metabolik, koagulasi intravaskular diseminata
menyebabkan perdarahan berat, bila terjadi perdarahan intrakranial dapat
menyebabkan ensefalopati; kegagalan organ (hati dan ginjal); efusi
pleura masif menyebabkan gangguan pernapasan, kongesti paru akut,
gagal jantung akibat terapi cairan yang berlebihan (Liwang et al. 2020).
3
Nyamuk ini banyak terdapat pada musim hujan. Transmisi terjadi ketika
nyamuk betina menghisap darah manusia yang mengalami viremia. Virus
bereplikasi di epitel usus nyamuk kemudian menuju hemokel dan
menginfeksi saliva sehingga virus berada di saliva, serta ke tratus genital
sehingga virus masuk ke telur nyamuk.
Masa inkubasi berkisar 4-6 hari kemudian terjadi viremia.
Terdapat tiga fase perjalanan penyakit: fase demam, fase kritis, dan fase
penyembuhan. Pada fase demam terjadi peningkatan suhu mendadak,
terjadi terus menerus selama 3 hari. Gejala yang dapat ditemukan antara
lain muka memerah, nyeri retroorbital, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
nyeri kepala, ruam, nyeri tenggorokan, mual muntah. Fase kritis terjadi
akibat permeabilitas vaskular meningkat sehingga terjadi kebocoran
plasma. Pada fase ini suhu turun, biasanya antara hari ke 4-6, umumnya
berlangsung 1-2 hari. Pada fase penyembuhan, terjadi reabsorbsi cairan
dan kompartemen ekstravaskular secara bertahap selama 2-3 hari,
keadaan hemodinamik dan gejala lai berangsur membaik. Pada orang
dewasa sinus bradikardi dan aritmia dapat terjadi (Liwang et al. 2020)
4
Pathway Virus dengue: DENV-1, DENV-
2, DENV-3, DENV-4)
Sel mast melepas Peningkatan sitokin proinflamatori
Memicu aktivitas C3a
histamin (IL-1, IL-6 dan TNF α)
dan C5a anafilotokin Transmisi ke manusia melalui
gigitan nyamuk aedes
Mediator sekunder (prostasiklin,
Reaksi gatal pada kulit
prostaglandin E2, tromboksan
Virus masuk ke sirkulasi A2, leukotrien)
sistemik
Inflamasi, iskemik dan Intervensi virus pada Mempengaruhi
nekrosis hepatosit hepatosit dan sel kupffer pusat termoregulasi Pelebaran celah endotel
Respon imunologis (sel NK, sel dan disfungsi endotel
fagosit, sel komplemen:
interferon α & β Disregulasi dipusat
Gangguan fungsi hati
termoregulasi
Perpindahan plasma dari
intravaskuler ke
Virus dengue mengintervensi ekstravaskuler
Gagal hati, Sistem metabolik:
makrofag dan bereplikasi Hipertermi
hepatitis akut meningkatkan produksi
ATP di mitokondria
Hipovolemia
Hepatomegali, nyeri Mekanisme everen pada
kuadran kanan atas, Hipermetabolik & sumsum tulang belakang Nyeri kepala/otot/sendi
ikterik, peningkatan Reactive oxygen
transaminase species (ROS) Risiko syok
Disfungsi megakarosit &
gangguan produksi trombosit Nyeri akut
Kelemahan
Penurunan elastisitas otot
Trombositopenia Mual dan muntah,
polos kapiler, miokard dan
penurunan nafsu makan
mempengaruhi kondusi
jantung
Intoleransi aktivitas
Memicu perdarahan berupa petekie, rash
Defisit nutrisi
ptekhial, ekimosis, metromenoragia,
perdarahan saluran cerna dan organ lain
5 sindrom
Dengue syok Sumber: Nasrodun (2011),
Liwang et al (2020) &
SDKI, (2017)
6. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
a. Penatalaksanaan medis
Pencegahan DBD mencakup:
Kontrol nyamuk: mengurangi genangan air, pemberantasan
jentik, insektisida
Kontrol manusia: menggunakan obat penangakal nyamuk
Vaksinasi.
Pasien rawat jalan
Tirah baring dan konsumsi cairan yang adekuat.
Antipiretik: paracetamol (anak: 10 mg/kgbb/kali setiap 6 jam;
dewasa 500 mg/kali)
Kompres hangat pada anak.
DBD fase kritis
Pemberian cairan kristaloid isotonik intravena, kecuali pada
bayi < 6 bulan menggunakan NaCl 0,45%. Volume yang
diberikan adalah volume rumatan +5% untuk dehidrasi.
Durasi pemberian cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48
jam pada kasus syok dan 60-72 jam pada kasus tanpa syok.
Pada obesitas, perhitungan volume cairan menggunakan berat
badan ideal.
Transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada kasus
trombositopenia, dapat dipertimbangkan pada pasien dewasa
dengan hipertensi dan trombositopenia berat (< 10.000
sel/mm3).
DBD derajat I dan II (tanpa syok)
Jumlah cairan (oral dan intravena) yang diberikan adalah
cairan rumatan + defisit 5-10%, diberikan dalam waktu 48 jam.
DBD derajat III (syok)
Berikan oksigen via face mask atau nasal kanul.
6
Volume replacement IV secara cepat dengan IV cairan
kristaloid isotonik 10 cc/kgBB selama 1-2 jam.
Evaluasi ABC dan koreksi.
Berikan koloid IV (dextran 40) pada hematokrit yang
meningkat.
Pada hematokrit menurun:
Transfusi darah 10 cc/kg/jam
Whole blood 10 cc/kg/jam atau PRC 5 cc/kg.
DBD derajat IV
Pemberian cairan 10 mL/kgBB bolus cepat dalam 10-15 menit.
Bila tekanan darah terdeteksi, lanjutkan sesuai DBD derajat III.
Bila syok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10
mL/kgBB dan lakukan pemeriksaan laboratorium ABCS
(acidosis, bleeding, calcium, blood sugar).
Transfusi darah segera (pertimbangkan hematokrit sebelum
resusitasi)
Bila syok masih belum teratasi, pertimbangkan pemberian
inotropik.
DBD fase penyembuhan
Hentikan pemberian cairan intravena.
Pada pasien dengan efusi pleura dan asites masif, terapi
diuretik dapat dipertimbangkan untuk mencegah edema paru.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Pemberian cairan infus yang cukup dengan perhitungan
volume cairan yang adekuat dan tepat serta perlu
memperhitungkan saat kembalinya cairan yang pindah
sehingga jumlah cairan perlu dikurangi agar tidak berlebihan.
Nutrisi tinggi kalori-tinggi protein.
Diberikan penurun panas; parasetamol, kompres dingin.
7
Mengatasi syok diberikan cairan kristaloid, bila tetap syok
diberikan koloid (Nasrodun, 2011).
8
USG abdomen: didapatkan gambaran double contour pada
dinding empedu (Liwang et al. 2020).
9
terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri
sendiri
Diaforesis
Kondisi terkait
Kondisi
pembedahan
Cedera traumatis
Infeksi
Sindrom koroner
akut
Glaukoma
2 Hipertermi (D.0130) SLKI Manajemen Hipertermia
Penyebab Termoregulasi (I.15506)
Dehidrasi (L.14134) Observasi
Terpapar Setelah dilakukan Identifikasi penyebab
lingkungan panas tindakan hipertermia (mis, dehidrasi,
Proses penyakit keperawatan terpaparlingkungan panas,
Ketidaksesuaian selama x jam penggunaan inkubator)
pakaian dengan maka Monitor suhu tubuh
suhu lingkungan termoregulasi Monitor kadar elektrolit
Peningkatan laju membaik, dengan Monitor haluaran urine
metabolisme kriteria hasil: Monitor komplikasi akibat
Respon trauma Mengigil hipertermia
Aktivitas berlebih menurun
Suhu tubuh Terapeutik
Penggunaan
inkubator membaik Sediakan lingkungan dingin
Gejala dan tanda Pucat menurun Longgarkan atau lepaskan
mayor Takikardi pakaian
Subjektif menurun Basahi dan kipasi permukaan
Tidak tesedia Takipnea tubuh
Obejektif menurun Berikan cairan oral
Suhu tubuh diatas Bradikardi Ganti linen tiap hari atau
nilai normal menurun lebih sering jika mengalami
Gejala dan tanda Piloereksi hiperhidrosis(keringat
minor menurun berlebih)
Subjektif Kulit merah Lakukan pendinginan
Tidak tesedia menurun eksternal (mis, selimut
Obejektif hipotermia atau kompres
Kulit merah dingin pada dahi, leher, dada,
Kejang abdomen, aksila)
Takikardi Hindari pemberian antipiretik
Takipnea
10
Kulit terasa hangat atau aspirin
Berikan oksigen jika perlu
Kondisi klinis terkait
Proses infeksi Edukasi
Hipertiroid Anjurkan tirah baring
Stroke Kolaborasi
Dehidrasi Kolaborasi pemberian cairan
Trauma dan elektrolit intravena, jika
Prematuritas perlu
11
minor turgor kulit
Subjektif Monitor jumlah, warna dan
Merasa lemah berat jenis urine
Mengeluh haus Monitor kadar albumine dan
Objektif protein total
Pengisian vena Monitor hasil pemeriksaan
menurun serum
Status mental Monitor intake dan output
berubahn carian
Suhu tubuh Identifikasi tanda-tanda
meningkat hipovolemia
Konsentrasi urin Identifikasi tanda-tanda
meningkat hipervolemia
Berat badan turun Atur interval waktu
tiba-tiba pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Kondisi klinis terkait Dokumentasikan hasil
Penyakit addison pemantauan
Trauma atau Edukasi
perdarahan Jelaskan tujuan dan prosedur
Luka bakar pemantauan
AIDS Informasikan hasil
Penyakit crohn pemantauan jika perlu
Muntah
Diare
Kolitis ulseratif
Hipoalbunemia
4 Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030) Observasi
Penyebab Setelah dilakukan Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan tindakan Identifikasi alergi dan
menelan makanan keperawatan intoleransi makanan
Ketidakmampuan selama x jam Identifikasi makanan yang
mencerna makanan maka status nutrisi disukai
Ketidakmampuan membaik, dengan Identifikasi kebutuhan kalori
mengabsorbsi kriteria hasil: dan jenis nutrien
nutrien Porsi makanan Identifikasi perlunya
Faktor ekonomi yang dihabiskan penggunaan NGT
Fator psikologis meningkat Monitor asupan makanan
Gejala dan tanda Berat badan Monitor berat badan
mayor membaik Monitor hasil pemeriksaan
Subjektif IMT membaik laboratorium
Tidak tersedia Frekuensi Terapeutik
Objektif makan membaik Lakukan oral hygiene
Berat badan Nafsu makan
12
menurun < 10% di membaik sebelum makan, jika perlu
bawah rentang Bising usus Fasilitasi menentukan pedman
ideal membaik diet
Gejala dan tanda Berikan makanan tinggi serat
minor untuk mencegah konstipasi
Subjektif Berikan makanan tinggi
Cepat kenyang kalori dan tinggi protein
setelah makan Berikan suplemen makan, jika
Kram/nyeri perlu
abdomen Edukasi
Nafsu makan Anjurkan posisi duduk, jika
menurun mampu
Objektif Ajarkan diet yang
Bising usus diprogramkan
hiperaktif Kolaborasi
Otot pengunyah Kolaborasi pemberian
lemah medikasi sebelum makan
Otot menelan Kolaborasi dengan ahli gizi
lemah untuk menentuka jumah
Membran mukosa kalori dan jenis nutrien yang
pucat dibutuhkan, jika perlu
Sariawan
Serum albumin Promosi berat badan (I.03136)
turun Observasi
Rambut rontok Identifikasi kemungkinan
berlebihan penyebab BB kurang
Diare Monitor adanya mual dan
Kondisi klinis terkait muntah
Stroke Monitor jumlah kalori yang
Parkinson dikonsumsi sehari-hari
Cerebral palsy Monitor berat badan
Cleft lip Monitor albumin, limfosit
Cleft palate dan elektrolit serum
AML Terapeutik
Kerusakan Berikan perawatan mulut
neuromuskular sebelum pemberian makan,
Luka bakar jika perlu
Infeksi Sediakan makanan yang
AIDS tepat sesuai kondisi pasien
Penyakit cron’s Berikan suplemen, jika perlu
Edukasi
Jelaskan jenis makanan
yang bergizi, tetapi tetap
terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan
13
kalori yang dibutuhkan
5 Risiko syok Setelah dilakukan Pencegahan syok (I.02068)
Faktor risiko tindakan Observasi
Hipoksemia keperawatan Monitor status
Hipoksia selama x jam kardiopulmonal
Hipotensi maka tingkat syok Monitor status oksigenasi
Kekurangan menurun, dengan Monitor status cairan
volume cairan kriteria hasil: Monitor tingkat kesadaran
Sepsis Kekuatan nadi dan respon pupil
SIRS meningkat Periksa riwayat alergi
Kondisi klinis terkait Output urin Terapeutik
Perdarahan meningkat Berikan oksigen
Trauma multipel Tingkat Persiapkan intubasi dan
Pneumothoraks kesadaran ventilasi mekanis, jika perlu
meningkat Pasang jalur IV
Infark miokard
Saturasi oksigen Pasang kateter urin untuk
Kardiomiopati
meningkat menilai produksi urin
Cedera medula
Akral dingin Lakukan skintest untuk
spinalis
menurun mencegah reaksi alergi
Anafilaksis
Pucat menurun Edukasi
Sepsis
Tekanan darah Jelaskan penyebab/faktor
KID
membaik risiko syok
SIRS
Frekuensi nadi Jelaskan tanda dan gejala
membaik awal syok
Frekuensi napas Anjurkan memperbanya
membaik asupan cairan oral
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV
Kolaborasi pemberian
transfusi darah
Kolaborasi pemberian
antihistamin
14
turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
Monitor kadar albumine dan
protein total
Monitor hasil pemeriksaan
serum
Monitor intake dan output
carian
Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia
Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia
Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
6 Intoleransi aktivitas
SLKI Manajemen energi (I.05178)
(D.0056) Toleransi aktivitas Observasi
Penyebab (L.05047) Identifikasi gangguan fungsi
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan tindakan kelelahan
kebutuhan oksigen keperawatan Monitor kelelahan fisik dan
Tirah baring selama x jam emosional
Kelemahan maka toleransi Monitor pola dan jam tidur
Imobilitas aktivitas Monitor lokasi dan
Gaya hidupmeningkat, dengan ketidaknyamanan selama
monoton kriteria hasil: melakukan aktivitas
Keluhan lelah
Gejala dan tanda menurun Terapeutik
mayor Dispnea saat Sediakan lingkungan nyaman
Subjektif aktivitas dan rendah stimulus(mis,
Mengeluh lelah menurun cahaya,suara, kunjungan)
Objektif Dipsnea setelah Lakukan latihan rentang
Frekuensi jantung aktivitas
15
meningkat >20% menurun gerak pasif dan/atau aktif
dari kondisi Sianosis Berikan aktivitas distraksi
istirahat menurun yang menyenangkan
Frekuensi nadi Fasilitasi duduk di sisi
Gejala dan tanda membaik tempat tidur, jika tidak dapat
minor Tekanan darah berpindah atau berjalan
Subjektif membaik
Dispnea Saturasi Edukasi
saat/setelah oksigen Anjurkan tirah baring
aktivitas membaik Anjurkan melakukan
Merasa tidak Frekuensi napas aktivitas secara bertahap
nyaman setelah membaik Anjurkan menghubungi
aktivitas perawat jika tanda dan gejala
Merasa lemah kelelahan tidak berkurang
Objektif Ajarkan strategi koping
Tekanan darah untuk mengurangi kelelahan
berubah >20% dari
kondisi istirahat Kolaborasi
Gambaran EKG Kolaborasi dengan ahli gizi
menunjukkan tentang cara meningkatkan
aritmia saat/setelah asupan makanan
aktivitas Terapi oksigen (I.01026)
Gambaran EKG
menunjukan Observasi
iskemia
Sianosis Monitor kecepatan aliran
oksigen
Kondisi klinis terkait Monitor efektifitas terapi
Anemia oksigen (mis. Oksimetri)
Gagal jantung Monitor tanda hipoventilasi
kongestif Monitor tanda toksikasi
Penyakit jantung oksigen dan atelektasis
koroner Monitor integritas mukosa
Penyakit katub hidung akibat pemasangan
jantung oksigen
Aritmia Terapeutik
PPOK
Gangguan Bersihkan sekret pada mulut,
metabolik hidung dan trakea, jika perlu
Gangguan Pertahankan kepatenan jalan
muskuloskeletal napas
Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
16
Edukasi
3. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pasien dengan DHF difokuskan kepada
masalah prioritas pasien dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa, Perencanaan). Kriteria hasil yang diharapkan berupa:
Tingkat nyeri menurun
Status cairan membaik
Status nutrisi membaik
Termoregulasi membaik
Tingkat syok menurun
Toeransi aktivitas meningkat
17
DAFTAR PUSTAKA
Aryati. (2017). Buku Ajar Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI