Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI


SYARIAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Pengantar Akuntansi

Disusun oleh :
1. Arfina Lestari Khumaira (22622022053)
2. Elvida Andriyani (22622022052)
3. Hildayen Putri Ananda (22622022040)

Kelas A1
FAKULTAS AKUNTANSI SYARIAH
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam karena dengan rahmatnya kami
diberikan kesempatan untuk memenuhi tugas ini. Dalam makalah kali ini kami akan
membahas tentang sejarah dan perkembangan akuntansi syariah melalui referensi-referensi
buku yang kami baca. Namun, tidak lepas dari itu semua, kami memohon maaf sebelumnya
apabila terdapat kekurangan dari segi penyusunan Bahasa ataupun segi lainnya. Semoga apa
yang kami tuliskan ini dapat membantu dan memenuhi tugas makalah kami.

Kawal, September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................
C. TUJUAN .............................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

1. SEJARAH AKUNTANSI SYARIAH.................................................................


2. ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN DALAM AKUNTANSI SYARIAH............
3. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA......................

BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………

1. KESIMPULAN ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia pada tahun 1642. Kemudian
akuntansi mulai berkembangan di Indonesia pada tahun 1870. . Akuntansi sendiri
dikenal menjadi dua bagian, yakni akuntansi syariah dan akuntansi konvensional. Dan
yang akan kami bahas kali ini ialah sejarah mengenai akuntansi syariah.
Akuntansi syariah sendiri muncul karna diwajibkannya kegiatan percatatan
atas transaksi yang tidak tunai seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-
Baqarah ayat 282. Yang kemudian diikuti dengan perintahkewajiban membayar
zakat , maka dimulai praktik akuntansi di dalam pemerintahan islam yang disebut
dengan akuntansi syariah.
Akuntansi syariah menjadi penting karena semua akan dipertanggungjawaban
bukan hanya kepada atasan atau pihak manajemen saja. Akuntansi syariah telah
memaham kaidah-kaidah agama islam dan akan sadar jika melakukan perilaku
menyimpang bukan hanya saja mendapatkan hukuman dari atasan, namun juga akan
mempertanggungjawabkannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Sejarah Akuntansi Syari’ah
2. Aliran-aliran Pemikiran Dalam Akuntansi Syari’ah
3. Perkembangan Akuntansi Syari’ah di Indonesia

C. Tujuan
Tujuan makalah ini ditulis agar pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana sejarah
dan awal perkembangan akuntansi syari’ah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Akuntansi Syari’ah


Sejarah Akuntansi Syari’ah di Masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
Potret sejarah akuntansi syari’ah ini adalah dimasa hijrahnya Rasulullah saw, dari Mekah ke
Madinah tahun 622 M/1 H. Sebelum bediri negara islam, bangsa arab terpecah-pecah, tidak disatukan
oleh sistem politik kecuali tradisi kesukuan yang dominan. Namun mereka memiliki pasar dan tempat
aktivitas perdagangan di dalam negri maupun diluar negeri, yang tercermin dalam dua perjalanan di
musim dingin dan musim panas, yaitu negeri Yaman dan ke negeri Syam.

Perdagangan "konvensional" dari Mekah ke Yaman dan Ash-Sham berlanjut


setelah622, tetapi mulai mengambil jalur yang berbeda pada tahun 10 Hijri'iah (H) (632). Hal
ini dipicu oleh peristiwa fathul Mekah pada tahun 8 H (630), dimana orang-orang Arab yang
memelukI slam mulai sibuk dengan penyebaran Islam diluar semenanjung Arab, sembari
melebarkan perdagangan mereka jauh diluar Timur Tengah. Menurut catatan Have (1976)
sejak abad ke-8 orang-orang Arab "berlayar disepanjang pantai Arab dan India, dan tiba
diItalia dengan barang-barang mewah yang tidak dikenal diEropa". Meningkatnya aktivitas
komersial pedagang Muslim tentu mengharuskan pengumpulan dana untuk membiayai
permintaan Eropa yang meningkat untukbarang-barang mereka. Ekspansi yang dihasilkan
dalam lingkup perdagangan menyebabkan munculnya kemitraan dan kebutuhan untuk
memelihara catatan akuntansi yang tepat dan menyiapkan laporan yang memadai seperti yang
dipersyaratkan oleh Al-Qur'an(Al-Baqarah,2:2820.
Sebagaimana disampaikan Al-Quran diatas laporan tertulis diperlukan sebagai bentuk
pertanggungjawaban para pedagang terhadap mitra. Selain itu perlu catatan akuntansi yang
tepat dan laporan juga disorong oleh persyaratan untuk pembayaran zakat seperti perintah
ajaran islam. Oleh karena itu, untuk mengerjakan pembukuan ada yang dilakukan oleh
pedagang itu sendiri atau menyewa akuntan atau yang disebut katibul amwaal. Terminologi
ini diambil dari fungsi akuntan itu, yakni menjaga keuangan. Setelah masuknya islam,
kewajiban zakat berdampak pada didirikannya institusi baitul mal oleh Rasulullah saw, yang
berfungsi sebagai lembaga penyimpanan zakat beserta pendapatan lain yang diterima oleh
negara.
Zaid mengatakan bahwa Rasulullah memiliki 42 pejabat yang memiliki peran dan
tugas sendiri. Praktik akuntansi pada zaman Rasulullah saw, baru pada tahapan penyiapan
personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga keuangan negara. Pada masa itu kekayaan
yang di dapat negara klangsung di salurkan kepada orang-orang yang berhak. Oleh karena
itu, tidk diperlukan laporan penerimaan dan pengeluaran baitul mal, hal ini berlanjut sampai
pada masa kekhalifahan Abu Bakar (537-643 M).
Pengenalan konsep dan prosedur akuntansi formal terjadi pada masa khalifah Abu
Bakar yang memerintan antara 633-644 M. Kekayaan negara yang tersimpan semakin besar,
hal ini di picu oleh wilayah pemerintahan islam yang semakin meluas sehingga
meninggkatnya penerimaan negara. khalifah Abu membentuk unit khusus yang diberi nama
Diwan (berasal dari kata dawwana yang artinya tulisan) yang memiliki tugas khusus untuk
membuat laporan keuangan baitulmal sebagai bentuk akuntabilitas khalifah atas dana
baitulmaal yang menjadi tanggung jawabnya.
Dua kasus berikut menunjukkan keefektifan pengadilan internal melalui Diwan yang
dibentuk oleh khalifah Umar Pertama adalah penemuan defisit satu Dirham di Baitul Mal
( Perbendaharaan Publik) ini adalah penemuan yang dilakukan oleh Amr Bin Al-Jarrah yang
menulis surat kepada Khalifah kedua yang memberi kabar tentang defisit. Kasus kedua
adalah penemuan biaya tidak ada catatan sehingga mengakibatkan kerugian yang
mengharuskan akuntan membayar 1.300 dinar. Biaya yang dihilangkan ini kemudian
ditemukan ketika saldo buku dibandingkan dengan jadwal dan saldo yang sesuai lainnya di
dewan pada akhir tahun keuangan. ini juga menunjukkan bahwa bentuk audit ini dilakukan
setelah penetapan Negara Islam selama Kekhalifahan Umar.

Pada masa kekhalifahan Utsman bin Afan (644-656 M), ia masih Melanjutkan model
pencatatan aset negara seperti yang diharapkan pada masa khilafah terakhir. Selanjutnya di
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661 M), Baitul Mal mengalami perkembangan sangat
cepat. Perkembangan ini ditandai dengan : 1). Sistem manajemen Baitul Mal dari pusat
maupun daerah berjalan dengan baik, 2). Baitulmaal mengalami surplus. kelebihan ini tentu
saja merupakan konsekuensi logis dari proses perekaman, dan Pelaporan yang transparan dan
akuntabel.

Sejarah Akuntansi Syari’ah di Masa Bani Umayyah

Pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik (705-715)di era umayyah mulai
dikenalkan catatan atau register yang tidak terjilid dan tidak terpisah seperti sebelumnya.
Evolusi pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi pada masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz (618-720). Pada masa itu, sistem pembukuan telah menggunakan model jaridah
(journal), daftar al-Yawmiah (daily book) daftar attawjihat (book of directions), dan daftar
Attahwilat (book of transfer).

Sejarah Akuntansi Syari’ah di Masa Bani Abbasiyah

Puncak perkembangan Akuntansi terjadi pada masa Daulah Abbasiyah (750-847 M),
dimana terdapat pengklasifikasian catatan dalam rangka pelaporan (Accounting for
Livestock), Construction Accounting, Rice- Farm Accounting, (Treasury Accounting). Selain
itu di masa bani Abbasiyah telah menerapkan sistem Auditing. Kalkashandy mencatat bahwa
Auditor ditunjuk oleh Diwan. Auditor bertanggungjawab mereview kecocokan catatan.
Untuk jabatan sebagai reviewer (Auditor) disyaratkan memiliki kemampuan bahasa yang
tinggi, hafal Alquran, cerdas, bijaksana dapat dipercaya. Apabila auditor puas dengan
penyajian laporan keuangan, maka auditor akan membubuhkan tandatangannya.

Sejarah Akuntansi Syari’ah pada Manuskipnya al-Mazindarani

Salah satu kitab yang berisi tentang akuntansi adalah kitab yang ditulis oleh Abdullah
bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan 80 diberi judul “Risalah Falakiyah Kitab As
Siyaqat”. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki,
tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem
akuntansi di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruf Arab, tetapi
bahasa yang digunakan terkadang bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula
bahasa Turki yang populer di Daulat Utsmaniyah. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131
tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama
kali dicetak tentang sistem pencatatan sisi- sisi transaksi (double entry), dan buku Al
Mazindarani masih dalam bentuk manuskrip, belum dicetak dan belum diterbitkan.

Sistem akuntansi di zaman Khan II pada tabel 2 terdiri dari asal dokumen, buku-buku,
dan laporan. Dokumen utama untuk mencatat transaksi keuangan terbagi dua. Pertama tanda
terima (receipt) yang digunakan untuk mencatat jumlah pajak yang diterima. Kedua,
dokumen acquittal (pelunasan) digunakan untuk mencatat transfer pajak dari pemerintah
daerah ke pemerintah pusat. Setelah penerimaan pajak yang ditransfer dari pemerintah
daerah, maka pertanggungjawaban beralih ke Diwan sebagai administrator pusat. Untuk
menyiapkan doukumen, maka item-item yang harus disiapkan antara lain: Tanggal transaksi,
Tempat transaksi, Nama pembayar, Nama penerima, Alokasi yang tepat untuk item transaksi,
Spesifikasi pembayaran, Jumlah uang atau equivalen sesuai jenis, Bahagian dari pembayaran
untuk memverifikasi jumlah total pembayaran dan Segel resmi. Buku akuntansi yang dipakai
di masa dinasti Khan II dibagi menjadi dua kelompok yaitu buku yang terkait dengan
akuntansi keuangan (financing accounting books) dan buku jurnal khusus (special journal).

Sejarah Perkembangan Akuntansi Syari’ah di Era Modern

Perkembangan Akuntansi syari’ah dimasa ini didorong oleh berbagai hal sebagaimana
dijelaskan oleh harahap didalam bukunya yaitu:

a) Meningkatnya religiousity di tengah komunitas masyarakat muslim sehigga


berdampak pada timbulnya kesadaran masyarakat muslim untuk kembali
kepada ajaran Islam dalam setiap model transaksi yang akan dilakukan.
b) Meningkatnya tuntutan kepada etika dan tanggung jawab sosial yang selama
ini terkesan diabaikan dalam pencatatan akuntansi konvensional.
c) Semakin lambannya akuntansi konvensional mengantisipasi tuntutan
masyarakat yang meninginkan penerapan nilai keadilan, kebenaran, dan
kejujuran dalam setiap pencatatan.

Kebangkitan Islam baru terasa setelah beberapa negara yang berpenduduk agama
Islam, merdeka lima puluh tahun yang lalu. Negara ini tentu siap dengan pembangunan SDM
nya dan lahirlah penduduk muslim yang terpelajar dan mendapatkan ilmu dari Barat. Dalam
akulturasi ilmu ini ada beberapa kontradiksi dan disinilah ia bersikap. Dan mulai merasakan
perlunya digali keyakinan akan agamanya yang dianggapnya komprehensif. Sehingga dalam
akuntansi lahirlah ilmu Akuntansi islam.

2. Aliran-aliran Pemikiran Dalam Akuntansi Syari’ah

Dalam perkembangannya di Indonesia, akuntansi syari’ah di bagi menjadi 2


aliran,yaitu:

1) Aliran Akuntan Syari’ah Praktis

Aliran akuntansi syari’ah praktis adalah praktik akuntansi pada lembaga keuangan
syari’ah saat ini. Kemunculan berbagai lembaga keuangan syariah atau entitas yang
menggunakan kegiatan syariah dalam transaksinya mengharuskan adanya praktik pencatatan
untuk transaksi-transaksinya. Namun, pada beberapa situasi dan kondisi, akuntansi. syariah
yang secara teori belum mampu untuk diterapkan lembaga atau entitas tersebut membuat
mereka menerapkanilmu akuntansi konvensional dengan menyesuaikan pada prinsip syariah.
Pendekatan yanga digunakan pada aliranini adalah pendekatan pragmatis, dimana pendekatan
ini mengamati perilaku akuntansi secara terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur
dan prinsip akuntansi. Pragmatis terdiri dari teori yang ditandai dengan penyusunan praktik
sesungguhnya yang bermanfaat untuk memberikan saran dan solusi praktis. Aliran ini lebih
mengadaptasi pada teori akuntansi kovensional mulai dari bentuk hingga teknologinya, tetapi
tetap disesuaikan dengan prinsip islam. Aliran ini dibangun atas dasar kebutuhan industri
keuangan syariah. Pencetusnya adalah lembaga pembuat standar akuntansi syariah keuangan.
Di dunia akuntansi internasional, pemikiran ini digunakan oleh Accounting and Auditing
Standars For Islamic Financial Institutions (AAOFI) yang didirikan pada tahun 1998 di
Bahrain. AAOIFI menjadi rujukan standar akuntansi untu lembaga keuangan syariah didunia.

2) Aliran Akuntansi Syari’ah Filosofis-Teoritis

Aliran ini dibagun dari pendekatan deduktif-normatif. Perndekatan ini bermula pada
konsep yang umum dan abstrak, kemudian diturunkan pada tingkat yang lebih kongkrit dan
pragmatis. Aliran ini mencoba merumuskan konsep akuntansi syariah yang bersumber dari
nilai-nilai islam.

Aliran ini menganggap bahwa penggunaan akuntansi berbasis konvensional tidak lah
cocok untuk diterapkan dalam proses pencatatan laporan keuangan bagi yang menerapkan
prinsip syari’ah dalam transaksinya. Menurut penganut aliran akuntansi ini, landasan filosofis
akuntansi konvensional merupakan perwakilan pandangan kaun barat yang menjunjung
tinggi prinsip kapilitas, sekuler, dan liberal. Selain itu juga menurut aliran ini, teori akuntansi
konvensional hanya mementingkan laba, sehingga landasa filosofis seperti itu jelas akan
sangat berpengaruh terhadap konsep dasar teori, poraktik, hingga hasilnya akhirnya, yaitu
laporan keuangan.

3. Perkembangan Akuntansi Syari’ah di Indonesia

Akuntansi dalam islam bukanlah merupakan ilmu baru, sebenarnya dapat dilihat dari
peradaban islam yang pertama yang sudah memiliki “Baitul Mal” yang merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi sebagai “Bendahara Negara”. Adapun perkembangan akuntansi
syari’ah (Wiroso,2011), sebagai berikut:

1. Periode sebelum tahun 2002


Walaupun Bank Muamalat sudah beroperasi sejak tahun 1992 namun sampai dengan
tahun 2002 belum ada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang
mengatur, sehingga pada periode ini masih mengacu pada PSAK 31 tentang
Akuntansi Perbankan walaupun tidak dapat dipergunakan sepenuhnya, terutama
paragraf-paragraf yang bertentangan dengan prinsip syariah seperti perlakuan
akuntansi untuk kredit. Selain itu juga mengacu pada Accounting Auditing Standard
for Islamic Financial Institution yang disusun oleh Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution, suatu badan otonom yang didirikan 27
Maret 1991 di Bahrain.

2. Periode tahun 2002–2007

Pada periode ini, sudah ada PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang
dapat digunakan sebagai acuan akuntansi untuk Bank Umum Syariah, Bank
Perkreditan Rakyat Syariah dan kantor cabang syariah sebagaimana tercantum dalam
ruang lingkup PSAK tersebut.

3. Tahun 2007–sekarang

Pada periode ini DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) mengeluarkan PSAK
Syariah yang merupakan perubahan dari PSAK 59. KDPPLKS (Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) dan PSAK Syariah,
digunakan baik oleh entitas syariah maupun entitas konvensional yang melakukan
transaksi syariah baik sektor publik maupun sektor swasta.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu akuntansi merupakan warisan ilmu pengetahuan yang ditinggalkan oleh
peradaban Islam sebelumnya. Jadi menjaga dan memelihara warisan ini adalah dengan
mempelajarinya. Sehingga menjadi konstruk argumen bagi para pemikir muslim untuk
menepis tuduhan bahwa akuntansi Islam merupakan hasil plagiasi dari akuntansi barat. Selain
itu perkembangan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif
baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari
dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar
akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional.

Akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi


yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah Swt., sehingga ketika mempelajari
akuntansi syariah dibutuhkan pemahaman yang baik, mengenai akuntansi sekaligus juga
tentang syariah Islam. Terdapat 2 (dua) alasan utama mengapa akuntansi syariah diperlukan,
yaitu sebagai tuntutan untuk pelaksanaan syariah dan adanya kebutuhan akibat pesatnya
perkembangan transaksi syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Zuwardi, M. A., & Padli, H. (2020). Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah; Tinjauan Literatur
Islam. ILTIZAM Journal of Shariah Economics Research, 4(2), 69-84.

Maulina, I. (2022). Sejarah dan pemikiran akuntansi syariah. Jurnal Investasi Islam, 7(1), 1-13.

Putra, R. I. P. W. (2020). Akuntansi Syariah: Suatu Pengantar Aliran Pemikiran. Movere Journal, 2(2),


79-88.

Harahap, A. T. (2017). Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia. Warta Dharmawangsa, (

Nurhayati, S., & Wasilah. (2019). Akuntansi Syari'ah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai