Anda di halaman 1dari 11

CURANG DALAM TIMBANGAN DAN TAKARAN

(Kajian Al-Qur’an Surah Al-Muthaffifin Ayat 1-6)

Makalah
Mata Kuliah Fiqh Al-Quran dan Hadits

Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. Iskandar Usman, MA;
2. Dr. Tarmizi M. Jakfar, M.Ag;
3. Dr. Salman Abdul Muthalib, M.Ag

Oleh:
ARIFIN ABDULLAH
NIM: 201001004

PROGRAM STUDI FIQH MODERN


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2020 M/ 1441 H

1
Pendahuluan

Makalah ini akan membahas kecurangan timbangan dan takaran dalam kehidupan sehari-hari
Akan di analisis dengan pendekatan Tafsir al-Qur‟an. Tafsir Al-Munir, hadis dan Kitab Sarah
Sunan Abu Daud, Qs. At-Mutaffin ayat 1-6,

1. Latar Belakang Masalah


Timbangan (Al-Wazn) Pengertian Timbangan dan Takaran Timbangan diambil dari
kata imbang yang artinya adalah banding. Timbangan (al-wazn) adalah alat yang dipakai
untuk mengukur berat suatu benda. Dalam aktifitas bisnis timbangan biasanya dipakai untuk
mengukur berat benda dengan satuan kilo gram (kg). Sedangkan takaran (al-kail) biasanya
digunakan untuk mengukur isi barang cair, makanan dan berbagai keperluaan lainnya. Untuk
menentukan isi dan jumlah besarnya biasanya memang menggunakan alat ukur yang disebut
takaran. Kata lain yang umum kita dengar adalah literan atau sukatan. Takaran dan
timbangan adalah dua macam alat ukur yang harus benarbenar dipergunakan secara tepat dan
benar dalam perspektif ekonomi syariah
Potongan adalah penggalan atau memenggal sesuatu. Potongan timbangan artinya
memotong, memenggal atau mengurangi berat dari suatu benda yang dilakukan pada saat
proses penimbangan atau setelahnya dengan tujuan mengurangi berat pokok benda yang
ditimbang. Curang dalam timbangan dalam bahasa arab disebut tathfif berarti berdikit-dikit,
berhemat-hemat, pelit. Al-Muthafif artinya orang yang mengurangi bagian orang lain tatkala
dia melakukan Timbangan/takaran untuk orang lain. Istilah ini dipergunakan dalam Al-Quran
dengan merujuk secara khusus terhadap praktik kecurangan dalam timbangan dan takaran,
dimana praktik ini telah merampas hak orang lain. Sebagaimana disebutkan di atas semua
bentuk penipuan adalah dikutuk dan dilaknat. Maka dari itu kecurangan terhadap orang lain
lewat ketidakakuratan timbangan dan takaran, kecurangan dalam menentukan rate dalam
asuransi, dan kecurangan dalam menentukan bunga di bank, mendapat perhatian yang spesial
karena ia memiliki efek yang sangat vital dalam transaksi bisnis.
Dari permasalahan di atas penulis ingin mengkaji permasalahan Curang dalam timbangan
yang akan di Kajian Al-Qur‟an Surah Al-Muthaffifin Ayat 1-6.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Dasar Hukum dalam Al-Qur‟an tentang Timbangan?

2. Bagiaman Tafsiran Suarah Al-Mutafifin 1-6?

B. Pemabahasan
Belakangan ini perbagai macam bisnis dalam keseharian kita tidak terlepasa dari
takaran dan timbangan hampir semua daerah yang ada di wilayah Indonesia, contoh

2
pengiriman barang yang hendak dikirim harus sudah di timbang dengan satuan kilogram.
Minsal Barang yang beratnya 2,7 kg, maka oleh penyedia jasa tersebut sebagian di bulatkan
menjadi 3 kg. Ini permasalahan yang terjadi dalam bisnis pengiriman barang secara online.

Penamaan surah Al-Muthafifin karena di awali dengan ayat َ‫ط ِّففِين‬َ ‫ َو ْيل ٌ لِ ْل ُم‬mereka adalah
orang-orang yang curang dalam timbangan dan takaran, baik itu meminta menambah takaran
untuk mereka dan mengurangi takaran untuk orang lain.1 Kesesuaian surah ini dengan surah
sebelumnya Qs. (al-lnfithaar: 19) artinya “"(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali
tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan
Allah." Ayat ini meruapak ancaman besar bagi para pelaku maksiat, oleh sebab itu Allah
melanjutkan firmanya dalam surah at-Muthafifin. Itu ancaman bagi para pembuat curang
dalam timbangan dan takaran

1. Dasar Hukum Dalam Al-Quran Tentang Larangan Curang dalam Timbangan dan
Takaran
Suarah Al-Mutafifin ayat 1-6
Surah AI-Mutaffifiin adalah surah yang pertama kali diturunkan di Madinah," Ibnu
Abbas dan Qatadah Menambahkan bahwa surah AI Muthaffifiin tergolong surah Madaniyah
kecuali delapan ayat dari Firman Allah ayat terakhir (ayat29-36) adalah Makiyyah"
Sedangkan Al 'Kalbi dan Jabir bin Zaid mengatakan, "Surah AI -Muthaffifiin diturunkan
antara Makkah dan Madinah2
Diriwayatkan oleh an-Nasa-i dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih, yang
bersumber dari Ibnu „Abbas bahwa ketika Rasulullah saw sampai ke Madinah, diketahui
bahwa orang-orang Madinah termasuk orang-orang yang paling curang dalam menakar dan
menimbang. Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini sebagai ancaman kepada orang-orang
yang curang dalam menimbang dan menakar. Setelah ayat-ayat tersebut turun, orang-orang
Madinah menjadi orang-orang yang jujur dalam menimbang dan menakar
Penamaan surah ini dikarenakan surah ini di mualai dengan Al –Mutaffifin, mereka
adalah orang yang curang dalam menakar dan timabangan, 3

‫) َوإِ َذا َكالُو ُه ْم أَ ْو‬2( َ‫اس َي ْس َت ْوفُون‬


ِ ‫) الَّذِينَ إِ َذا ْاك َتالُوا َعلَى ال َّن‬1( َ‫َو ْيل ٌ لِ ْل ُم َط ِّففِين‬
َ ُ َ
‫) َي ْو َم‬5( ‫يم‬ ٍ ِ‫) لِ َي ْو ٍم َعظ‬4( َ‫) أ ََل َي ُظنُّ أولَئِ َك أ َّن ُه ْم َم ْب ُعو ُثون‬3( َ‫َو َز ُنو ُه ْم ُي ْخسِ ُرون‬
)6( َ‫ب ا ْل َعالَمِين‬ ُ ‫َيقُو ُم ال َّن‬
ِّ ‫اس ل َِر‬
Artinya:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa

1
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Tafsir Al-Munir. Jilid 15. Gema Insani, 2013. Hlm
417
2
Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, Tahrij, Muhammad Hamid Utsman. Tafsir Al-Qurtubi, Jilid 20. Hlm 168
3
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Abdul Hayyie al Kattani, dkk.,.....

3
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika)
manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.4

Menurut Bahasa
Firman Allah,(‫م‬ٚٔ ) Celakalah yakni adzab yang Pedih di akhirat, ibnu Abbas berkata,"wail” dalah
lembah yang berada di Neraka Jahannam yang mengalir didalamnya nanah penghuni neraka Ahli
bahasa mengatakan bahwa kata “al-Mutaffaf” diambil dari kata “at-thafif” yang berarti sedikit
edangakan “al mutafaf” berarti menyedikitkan hak temanya dengan cara mengurangi haknya dalam
takaran dan timbangan, 5 Pelakunya di sebut “Mutaffaf” karena cendrung tidak melakukan pencurian
dari timbangan dan takaran, malainkan hanya sedikit. Dan sesungguhnya orang yang mengurangi
sesuatu itu mengambil apa yang berada disisinya. “Tifaful al makuki” bagian atas atau bibir
cangkir “apa yang memenuhi sisi cangkir, "Setiap kalian adalah anak cucu Nabi Adam lebih dart
satu sha' yang kalian belum mengisinya." Agar ia mendekat untuk mengisi, akantapi ia tidak
mengerjaknnya. Makna hadis tersebut kalian dengan yang lain itu dekat, tidak ada yang lebih utama,
kecuali atas dasar taqwa

a. Menurut Tafsir Al-Qurtubi

An-Nasa`i meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata,"Ketika Nabi Muhammad sAw
tiba di Madinah mereka Penduduk Madinah adalah seburuk-buruk orang yang mengurangi takaran,
lalu Allah Menurunkan ayat, َ‫َو ْيل ٌ لِ ْل ُم َط ِّففِين‬
"Celakaaan Besarlah bagi orang-orang Curang"
Merekapun memperbaiki takaran setelah ayat itu turun.6

Imam Nasa‟i dan Imam Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Aqil, Ibnu Majah menambahkan dari Abdur Rahman ibnu Bisyr, keduanya
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Waqid, telah
menceritakan kepadaku ayahku, dari Yazid ibnu Abu Sa'id An-Nahwi maula Quraisy, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, orang-
orang Madinah terkenal dengan kecurangannya dalam hal takaran. Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Al-
Muthaffifin: 1) Setelah itu mereka menjadi orang-orang,yang baik dalam menggunakan
takaran.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, tclah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Nadr ibnu
Hammad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Al-A'masy. dari
Amr ibnu Murrah, dari Abdullah ibnu Haris, dari Hilal ibnu Talq yang mengatakan bahwa
ketika aku sedang berjalan bersama Ibnu Umar. maka aku bertanya, "'Siapakah manusia yang
paling baik dan paling memenuhi dalam memakai takaran, penduduk Mekkah ataukah
penduduk Madinah?*' Ibnu Umar menjawab.”Sudah seharusnya bagi mereka berbuat
demikian. tidakkah engkau telah mendengar firman-Nya: "Kecelakaan besarlah bagi orang-
orang yang curang" (Al-Muthaffifin: 1).

َ‫اس َي ْس َت ْوفُون‬
ِ ‫الَّذِينَ إِ َذا ا ْك َتالُوا َعلَى ال َّن‬
4
Ibid.
5
Ibid
6
Ibid
4
Artinya : (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi. Al-Muthaffifin: 2)

َ‫َوإِ َذا َكالُو ُه ْم أَ ْو َو َز ُنو ُه ْم ُي ْخسِ ُرون‬


Artinya: dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi. (Al-Muthaffifin: 3)

Az-Zaajja mengatakan, yakni jika mereka menerima takaran dari orang lain mereka
meminta agar takaran mereka dipenuhi, arti dari ayat tersebut adalah, yaitu orang-rang yang ketika
mereka meminta untuk dipenuhi mereka menganbil tambahan, dan jika mereka meninbang untuk
orang lain mereka mengurangi, mereka tidak rela pada orang lain, yang mereka relakan tchadap diri
mereka sendiri. 7

AI Farra` berkata, "Aku mendengar seorang wanita badui mengatakan jika orang –orang
pergi, kami mendatangai pedangang lalu menakar satu dan dua mud untuk kami sampai musim yang
akan datang, itu adalah perkataan penduduk Hijaz dan sekitarnya seperti Qais8.

‫سنُ َتأْ ِو ًيل‬


َ ‫ِيم ذلِ َك َخ ْي ٌر َوأَ ْح‬ ِ ‫َوأَ ْوفُوا ا ْل َك ْيل َ إِذا ِك ْل ُت ْم َو ِز ُنوا ِبا ْلق ِْس‬
ِ ‫طاس ا ْل ُم ْس َتق‬
Dan sempurnakanlah takaran apabila kalian menakar, dan timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (Al-Isra: 35)

ُ ِّ‫َوأَ ْوفُوا ا ْل َك ْيل َ َوا ْلمِيزانَ ِبا ْلق ِْسطِ ََل ُن َكل‬
‫ف َن ْفسا ً إِ ََّل ُو ْس َعها‬
Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. (Al-An'am: 152)
Dan firman Allah Swt.:
َ‫َوأَقِي ُموا ا ْل َو ْزنَ ِبا ْلق ِْسطِ َوَل ُت ْخسِ ُروا ا ْلمِيزان‬
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu.
(Ar-Rahman: 9)

Dan Allah Swt. telah membinasakan kaum Syu'aib dan menghancurkannya


disebabkan mereka curang terhadap orang lain dalam melakukan takaran dan timbangan.

َ ُ َ
ٍ ِ‫) لِ َي ْو ٍم َعظ‬4( َ‫أ ََل َي ُظنُّ أولَئِ َك أ َّن ُه ْم َم ْب ُعو ُثون‬
‫يم‬
Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada
suatu hari yang besar. (Al-Muthaffifin: 4-5)

7
Ibid
8
Ibid

5
Tidaklah orang-orang itu menyangka. Pengingkaran dan keheranan yang besar akan
prilaku mereka yang dengan sengaja mengurangi takaran, seakan-akan tidak terlintas dibenak
mereka dan sedikit pun mereka tidak mengira bahwa mereka telah mengurangi takaran 9
bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, meraka akan bertanggung
jawab atas perbuatannya , mereka sama sekali tidak takut kepada hari kebangkit, yang di hari
itu mereka akan diberdirikan di hadapan Tuhan yang Mengetahui semua isi dan rahasia,
untuk dimintai pertanggungjawabannya, yaitu di hari yang menakutkan karena banyak
peristiwa yang dahsyat terjadi di hari itu lagi sangat mengerikan, barang siapa yang merugi di
hari itu, maka dimasukkanlah ia ke dalam neraka yang panas.
Firman Allah Swt.:
} َ‫اس لِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬
ُ َّ‫{يَ ْو َم يَقُو ُم الن‬
(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (Al-Muthaffifin: 6)10

Yakni mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan
di tempat pemberhentian yang amat sulit, sesak, lagi menyengsarakan bagi orang yang
durhaka, karena mereka diselimuti oleh murka Allah yang tiada suatu kekuatan pun atau
panca indra pun yang mampu bertahan terhadapnya
Imam Malik telah meriwayatkan dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a., bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: di hari (ketika) manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, sehingga
seseorang dari mereka tenggelam ke dalam keringatnya sampai sebatas pertengahan
hidungnya.
Sejumlah orang meriwayatkan deri Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Mereka berdiri dengan kadar
tiga ratus tahun, "ia berkata," Akan mudah Bagi orang-orang mukmin sesuai kadar shalat fardhu
mereka. Diriwayatkan Dari Abdullah bin Umar RA, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, ``
Mereka berdiri seribu tahun dalam sesuatu yang menaungi. 11
Malik meriwayatkan dari Nafi dari ibnu Umar dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
Artinya “Hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam, sampai salah satu diantara
mereka benar-benar berdiri dalam keringatnya hingga sampai ke separuh telinga mereka 12 Malik
meriwayatkan dari Nafi dari ibnu Umar dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: Artinya “Ia
Berdiri seratus Tahun”

b. Menurut Tafsir Al-Munir

Kemudian, surah ini menjelaskan bahwa catatan orang-orang durjana yang celaka ada
di dalam buku kejelekan yang ditandai, bahwasanya tempat kembali mereka ada di tempat
paling bawah dari neraka Jahannam an-Nasa'i dan lbnu Majah meriwayatkan dengan sanad
shahih dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ketika Nabi saw. datang ke Madinah, penduduk
Madinah termasuk orang yang sangat curang dalam menakar. Kemudian Allah SWT
menurunkan ayat, "Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)!" (al-Mu' thaffifiin: 1)

9
Ibid.
10
Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, Tahrij, Muhammad Hamid Utsman. Tafsir Al-Qurtubi, Jilid 20. Hlm 168-
176
11
Ibid
12
ibid

6
Setelah turun ayat ini mereka jujur dalam menakar." As-Sudi berkata, "Di Madinah ada
seseorangyang dipanggil dengan sebutan Abu fuhainah yang mempunyai dua takaran. Dia
menakar secara sempurna ketika mengambil dan menguranginya ketika memberi. Lantas,
turunlah ayat ini."

Ini merupakan surah terakhir yang turun di Mekkah, dan ia adalah Makkiyyah menurut
pendapat Ibnu Mas'ud, Dhahhah dan Muqatil. Ada juga yang mengatakan bahwa surah ini
merupakan surah pertama yang turun di Madinah. Oleh karena itu, ia Madaniyyah penurut
pendapat Hasan dan lkrimah. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw datang ke Madinah,
saat itu penduduk Madinah merupakan orang yang paling curang dalam menakar, lantas
turunlah ayat ini sehingga mereka bagus dalam menakarr' Ini menunjukkan bahwa surah ini
adalah surah Madaniyyah atau pengertiannya adalah Rasulullah saw. membacakan surah ini
kepada penduduk Madinah setelah beliau da' tang ke Madinah, meskipun surah ini turun di
Mekah (Makiyyah).13

"Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!" (al-Mu'
thaffifiin:1) Siksa yang pedih bagi orang-orang yang mengurangi takaran atau timbangan.
Kata tathfrif berarti mengambil sedikit dari takaran atau timbangan. Sedangkan muthaffif
adalah
orang yang mengurangi hak seseorang dalam takaran atau timbangan. Ibnu Katsir berkata,
"Curang dalam takaran dan timbangan itu, bisa dengan menambah jika dia menakar atau
menimbang dari orang lain, atau bisa dengan mengurangi jika dia menakar atau menimbang
untuk orang lain." Oleh karena itu, Allah SWT menjelaskan, orang-orang yang curang akan
diancam dengan kerugian dan kehancuran berupa kecelakaan dengan firman-Nya, "(Yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di' cukupkan, dan
apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka meng urang i." (al-
Muthaffifiin: 2 -3) Mereka adalah orang-orang yang jika minta ditakarkan kepada orang lain,
maka mereka mengambil hak dengan penuh dan lebih. Akan tetapi, iika mereka menakar dan
atau menimbang milik orang lain, maka mereka mengurangi takaran atau timbangan. Allah
SWT telah memerintahkan untuk menyempurnakan takaran dan timbangan, Allah berfirman,
"Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakan dan timbanglah dengan tim' bangan
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (al-Israa': 3s) Dan
firman Allah SWT "Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
membebani seseorang melainkan menurut kesanggupan nya." (al-An'am: 152) firman Allah
swt, "Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca
itu." (ar-Rahmaan: 9) Allah telah menghancurkan kaum Syu'aib dan meluluh-lantahkan
mereka karena mereka curang dalam timbangan dan takaran setelah diberi nasihat berulang
kali. Allah berfirman, " Dan wahai kaumku ! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil,
dan ianganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat
kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan." (Huud: 85) Kemudian, Allah SWT
mengancam orang-orang yang curang dengan firman-Nya, "Tidakkah mereka itu mengira,
bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar) pada hari
(ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam." (al-Muthaffifiin: 4-6)

13
Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Tafsir Al-Munir. Jilid 15. Gema Insani, 2013. Hlm
420

7
Tidakkah terlintas di hati orang-orang yang curang tersebut bahwasanya mereka akan
dibangkitkan kembali kelak dan dimintai pertanggungjawabannya mengenai apa yang telah
mereka perbuat? Dan tidakkah mereka takut akan hari kebangkitan dan menghadap di
hadapan Tuhan mereka kelak pada hari yang sangat menakutkan dan mencekam?
Barangsiapa yang merugi di hari itu akan dimasukkan di neraka, yaitu kelak pada hari
Kiamat. Hari itu adalah hari di mana seluruh manusia berdiri dalam keadaan telanjang dan
tanpa alas kaki. Mereka berdiri di kondisi yang sangat sulit untuk menunggu perkara Tuhan
semesta alam, balasan dan penghitungan- Nya. Dalam hal ini terdapat sebuah dalil akan
besarnya dosa orang-orang yang curang dan pedihnya siksa mereka karena kecurangan itu 14

c. Menurut Kitab Fathul Bari

Mengurangi Takaran
Bunyi hadis: Bukhari, 1897)

ٍِْ ٛ‫ ث ٍِْ ْان ُح َس‬ِّٙ ِ‫ة ع ٍَْ َعه‬ ٍ ‫ َع ْج ُذ انرَّحْ ًَ ٍِ ثٍُْ خَبنِ ٍذ ع ٍَْ اث ٍِْ ِشَٓب‬َُِٙ‫ْث قَب َل َح َّذث‬ ُ َّٛ‫ انه‬َُِٙ‫ ٍْر قَب َل َح َّذث‬َٛ‫ ُذ ثٍُْ ُعف‬ٛ‫َح َّذثََُب َس ِع‬
ٍُْ‫َّللا ثٍُْ ُي َح ًَّ ٍذ َح َّذثََُب ِْ َشب ُو ث‬ ِ َّ ‫ ِّ َٔ َسهَّ َى أَ ْخجَ َر ْتُّ ح َح َّذثََُب َع ْج ُذ‬ْٛ َ‫َّللاُ َعه‬ َّ َّٗ‫صه‬ َ ِّٙ ِ‫َّةَ َزْٔ َج انَُّج‬ِٛ‫صف‬ َ ٌَّ َ‫َّللاُ َع ُُْٓ ًَب أ‬ َّ َٙ ‫ض‬ ِ ‫َر‬
ْ ْ َّ
ُِ‫ ان ًَس ِْج ِذ َٔ ِعُ َذ‬ِٙ‫ ِّ َٔ َسه َى ف‬ٛ‫صهٗ َّللاُ َعه‬ ْ َ َّ َّ َّ َ
َ ُّٙ ِ‫ ٍِْ كبٌَ انُج‬ٛ‫ ث ٍِْ ان ُح َس‬ِّٙ ِ‫٘ عٍَ َعه‬ ْ ْ ْ ُّ ْ
ِّ ‫ُٕسُفَ أخجَ َرََب َيع ًَ ٌر عٍَ انسْ ِر‬ٚ ْ ْ َ
ُّٙ ‫َار أُ َسب َيةَ فَ َخ َر َج انَُّ ِج‬ ِ ‫د‬ ٙ ‫ف‬ ‫ب‬ ُٓ ‫ت‬ ْ
ٛ
ِ َ َ ٌَ‫َ ِ فَ َ َ ِ َ ب‬‫ث‬ َ
‫ك‬ ٔ ‫ك‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ْ
َ َ ‫أ‬ ٗ َّ ‫ت‬ ‫ح‬ َ َِٙ ‫ه‬‫ج‬ ‫ع‬ْ َ ‫ت‬ ‫َل‬َ ٙ
ٍّ َ ‫ت‬
ٛ ‫ح‬ُ ِ ُْ ِ‫َّةَ ث‬ٛ‫ص ِف‬ َ ِ‫أَ ْز َٔا ُجُّ فَرُحْ ٍَ فَقَب َل ن‬
‫ ِّ َٔ َسهَّ َى ثُ َّى أَ َجبزَا َٔقَب َل نَُٓ ًَب‬ْٛ َ‫َّللاُ َعه‬ َّ َّٗ‫صه‬ َ ِّٙ ‫بر فََُظَ َرا إِنَٗ انَُّ ِج‬ ِ ‫ص‬ َ َْ َ‫َُّ َرج ََُل ٌِ ِي ٍْ ْاْل‬ٛ‫ ِّ َٔ َسهَّ َى َي َعَٓب فَهَ ِق‬ْٛ َ‫َّللاُ َعه‬ َّ َّٗ‫صه‬ َ
ٍْ ‫َجْ ِر٘ ِي‬ٚ ٌَ‫ََب‬ْٛ ‫َّللا قَب َل إِ ٌَّ ان َّش‬ ِ َّ ‫ل‬ َ ُٕ
‫س‬ ‫ر‬
َ ‫ب‬َ ٚ ِ َّ
‫َّللا‬ ٌَ‫ب‬ ‫ح‬
َ ْ
‫ج‬ ‫س‬
ُ ‫بَل‬َ َ ‫ق‬ ٍّٙ َ ٛ ‫ح‬
ُ ‫ت‬ ُ ْ
ُ ‫ث‬
ِ ِ ُ ‫ة‬ َّ ٛ ‫ف‬ ‫ص‬ َ ‫ب‬َ ٓ َّ َِ ‫إ‬ ‫ب‬َ ٛ َ ‫ن‬‫ب‬ ‫ع‬
َ َ ‫ت‬ ‫ى‬ َّ
َ َ ِ ‫ه‬‫س‬ َ ٔ ّ ْ
ٛ َ ‫ه‬ ‫ع‬
َ ُ َّ
‫َّللا‬ ٗ َّ ‫ه‬ ‫ص‬ َ ُّٙ ِ َُّ‫ان‬
‫ج‬
15
‫ئًب‬ْٛ ‫َش‬ َ
‫أ َْفُ ِس ُك ًَب‬ ِٙ‫ف‬ َٙ ِ‫ُهق‬ٚ ْ ٌْ ‫أ‬َ ُ ‫َخ ِش‬
‫ت‬ٛ َِِّٙ‫َٔإ‬ ‫ان َّذ ِو‬ ٖ‫َيجْ َر‬ ِ ‫اْل َْ َس‬
ٌ‫ب‬ ِْ

Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair(1) berkata, telah menceritakan kepada saya
Al Laits(2) berkata, telah menceritakan kepada saya 'Abdurrahman bin Khalid(3) dari Ibnu
Syihab(4) dari 'Ali bin Al Husain radliallahu 'anhuma(5) bahwa Shafiyah(6) isteri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan kepadanya. Dan diriwayatkan pula, telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad(7) telah menceritakan kepada kami
Hisyam bin Yusuf(8) telah mengabarkan kepada kami Ma'mar(9) dari Az Zuhriy(10) dari 'Ali
bin Al Husain radliallahu 'anhuma(5); Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada di dalam
masjid sedangkan isteri-isteri Beliau bersama Beliau dalam keadaan bergembira. Beliau
berkata kepada Shafiyah binti Huyyay: "Janganlah kamu tergesa-gesa hendak pulang,
tunggulah hingga aku keluar bersamamu". Rumah Shafiyah berada di perkampungan
Usamah. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar bersama Shafiyah. Kemudian di jalan
ada dua orang dari Kaum Anshar yang berjumpa dengan Beliau lalu keduanya memandang
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sesaat lalu keduanya meneruskan perjalanannya. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada keduanya: "Kemarilah kalian, ini adalah Shafiyah
binti Huyay". Maka keduanya berkata: "Maha suci Allah, wahai Rasulullah". Lalu Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Sesungguhnya syetan berjalan pada diri manusia lewat
aliran darah dan aku khawatir telah timbul suatu perasaan pada diri kalian berdua"16

14
Ibid hlm 421
15
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/1897
16
ibid

8
d. Menurut Kitab Sarah Sunan Abu daud

Hadis No 2898

ُ ُ ََ‫اَّلل بْ ُن ُم َعا ٍذ َح َّدثَنَا أَ ِِب َح َّدثَنَا ُس ْف َي ُان َع ْن ِ َِس ِاك ْب ِن َح ْر ٍب َح َّدث َ ِِن ُس َويْدُ بْ ُن ََْْ ٍٍ ََا ََ َََ َ ْب ُُ أَََ ََ َمْ َْر‬ ِ َّ ُ‫َح َّدثَنَا ُع َب ْيد‬
‫َِسا َِي َل ََ ِب ْعنَا ُه ََ َ ََّث َر َُ ٌل يَ ِز ُن‬ َ َ ‫اَّلل عَََ ْي ِو ََ َس َّ ََّل ي َ ْم ِِش ََ َس َاَ َمنَا ب‬ ِ َّ َُ ‫امْ َع ْب ِد ُّي بَ ًّزا ِم ْن ََه ََر ََأَتَْْنَا ِب ِو َمكَّ َ ُ ََ َج َاءََ َر ُسو‬
ُ َّ ‫اَّلل َض ََّّل‬
‫يب ََ َاَل‬ ٌ ‫اَّلل عَََ ْي ِو ََ َس َّ ََّل ِز ْن ََأَ ْرجِ ْح َح َّدثَنَا َح ْف ُص بْ ُن ُ َُع َر ََ ُم ْس ِ َُّل ْب ُن ابْ َرا ِى َمي امْ َم ْع ََن ََ ِر‬ ِ َّ َُ ‫ِِب ْ َْل ْج ِر ََقَا ََ َ َُل َر ُسو‬
ُ َّ ‫اَّلل َض ََّّل‬
ِ ِ َّ ََ ‫َح َّدثَنَا ُش ْع َب ُ ُ َع ْن ِ َِس ِاك بْ ِن َح ْر ٍب َع ْن َأ ِِب َض ْف َو َان بْ ِن ُ َُع ْ َْي َة ََا ََ َأتَْْ ُُ َر ُسو‬
‫اَّلل عََ َ ْي ِو ََ َس َّ ََّل ِب َمكَّ َ ُ ََ ْب َل أَ ْن‬
ُ َّ ‫اَّلل َض ََّّل‬
ُ َ ‫يث ََم َ ْم ي َ ْذ ُل ْر يَ ِز ُن ِبأَ ْج ٍر ََا ََ َأبُو د َُاَد َر ََا ُه ََْْ ٌٍ َ َمَك ََا ََ ُس ْفيَ ُان ََامْقَ ْو َُ ََ ْو َُ ُس ْفيَ َان َح َّدثَنَا ابْ ُن أَ ِِب ِر ْز َم‬ ِ ‫ُيُ َاجِ َر ِبِ َ َذا امْ َح ِد‬
‫ُك َم ْن خَام َ َف ُس ْفيَ َان‬ ُّ ُ ََ ‫وَ ََا ََ َر َُ ٌل ِمشُ ْع َب َ ُ خَامَفَ َك ُس ْفيَ َان ََا ََ َد َم ْغتَ ِِن ََبَََغ َِِن َع ْن َ َْي ََي بْ ِن َم ِعنيٍ ََا‬ ُ ‫َ ِِس ْع ُُ أَ ِِب ي َ ُق‬
‫ََامْقَ ْو َُ ََ ْو َُ ُس ْف َي َان َح َّدثَنَا أَ ْْحَدُ بْ ُن َحنْ َب ٍل َح َّدثَنَا ََ ِلي ٌع َع ْن ُش ْع َب َ ُ ََا ََ ََك َن ُس ْفيَ ُان أَ ْح َفظَ ِم ِ ِّن‬
Artinya..
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Mu'adz], telah menceritakan kepada kami
[ayahku], telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Simak bin Harb], telah
menceritakan kepadaku [Suwaid bin Qais], ia berkata; aku dan Makhramah menyambut jenis
pakaian dari sutera yang datang dari Hajar menuju Mekkah, kemudian Rasulullah SAW
mendatangi kami dengan berjalan kaki kemudian beliau menawar beberapa celana panjang
dari kami kemudian kami menjualnya kepada beliau, dan disana terdapat tukang penimbang
yang melakukan penimbangan dengan diberi diupah. Kemudian beliau berkata kepada tukang
penimbang tersebut: "Timbanglah dan penuhilah (sempurnakanlah) timbangan.." telah
menceritakan kepada kami [Hafshah bin Umar] dan [Muslim bin Ibrahim] secara makna
hampir sama. Mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Simak
bin Harb] dari [Abu Shafwan bin 'Umairah], ia berkata; aku datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di Mekkah sebelum beliau berhijrah, -ia menceritakan dengan
hadits ini dan tidak menyebutkan; menimbang dengan diberi upah. Abu Daud berkata; hadits
tersebut diriwayatkan oleh [Qais], sebagaimana yang dikatakan Sufyan. Dan perkataan yang
benar adalah perkataan Sufyan. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Rizmah; aku
mendengar ayahku berkata; seorang laki-laki berkata kepada Syu'bah, Sufyan telah
menyelisihimu. Engkau telah melukaiku, telah sampai kepadaku khabar dari Yahya bin
Ma'in, ia berkata; seluruh orang yang menyelisihi Sufyan, maka perkataan yang benar adalah
perkataan Sufyan. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan
kepada kami Waki' dari Syu'bah ia berkata; Sufyan lebih hafal dariku.

ٍَْ ‫َّت ع ُْث ًَبٌُ ع‬ َّ َٙ ‫ض‬


َ ٛ‫َّللاُ َع ُُْٓ ًَب قَب َل إََِّ ًَب تَ َغ‬ ِ ‫ت ع ٍَْ اث ٍِْ ُع ًَ َر َر‬ ٍ َْ ْٕ‫َح َّذثََُب ُيٕ َسٗ َح َّذثََُب أَثُٕ َع َٕاََةَ َح َّذثََُب ع ُْث ًَبٌُ ثٍُْ َي‬
ٌَّ ِ‫ ِّ َٔ َسهَّ َى إ‬ْٛ َ‫َّللاُ َعه‬
َّ َّٗ‫صه‬ َ ُّٙ ِ‫ضةً فَقَب َل نَُّ انَُّج‬َ ٚ‫َت َي ِر‬ْ َ‫ ِّ َٔ َسهَّ َى َٔ َكب‬ْٛ َ‫َّللاُ َعه‬
َّ َّٗ‫صه‬ ِ َّ ‫ُٕل‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫ت َرس‬ ُ ُْ ِ‫َت تَحْ تَُّ ث‬
ْ َ‫ثَ ْذ ٍر فَإََُِّّ َكب‬
17
ًَُّ ْٓ ‫ك أَجْ َر َرج ٍُم ِي ًَّ ٍْ َش ِٓ َذ ثَ ْذرًا َٔ َس‬ َ َ‫ن‬

17
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/2898

9
Telah bercerita kepada kami Musa(1) telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah(2) telah
bercerita kepada kami 'Utsman bin Mawhab(3) dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma(4)
berkata; "Sesungguhnya alasan tidak ikut sertanya 'Utsman dalam perang Badar karena dia
sedang menunggui putri Rasulullah Shallallahu'alaiwasallam yang sedang sakit. Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam berkata kepadanya: "Kamu mendapatkan pahala seperti orang
yang ikut terlibat dalam perang Badar dan hak bagiannya (ghanimah) ".18

Analisa
dalam kitab tafsir al-Qurtubi menurut an Nasai‟ bahwa penduduk mekah adalah orang yang
suka mengurangi takaran, pendapat abu abbas bahawa penduduk madinah adalah orang
ketika mebeli meminta untuk dilebihkan takaran supaya lebih berat, sedangkan dalam
menjual mereka mengurangi takarannya. Ahli bahasa mengatakan bahwa mutaffaf (orang
yang menyedikitkan) diambil dari kata tafif (sedikit) dengan cara mengurangi hak temanya
melalui takaran
Az-Zajaj pelakukanya cendrung tidak mencuri dari takaran dan timbangan mailainkan
sedikit,

Dari Abdul Malik bin Marwan, seorang laki-laki Badui Berkataka padanya,"Aku telah
mendengar apa yang Allah SWT fimankan Dalam surah AI-Muthaffifiin, dengan fiman-Nya itu
Allah bemaksud untuk Menjelaskan bahwa orang-orang yang mengurangi takaran sebenarnya telah
Sanpai kepada mereka ancaman yang besarini seperti yang aku dengar, apa

Pada ayat pertama


Ancaman bagi perbuatan curang dalam menimbang dan menakar, kemudian surah ini
menjelaskan, tentang ancaman bagi meraka yang berbuat jelek, tempat kembali mereka
adalah neraka yang paling bawah, dan bagi mereka yang berbuat baik tempat kembalinya
adalah paling tinggi (illiyin)

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan
1. Sumpurnakanlah timbangan dan takaran dengan benar
2. Bagi meraka berbuat curang dalam takaran dan timbangan akan di masukan ke dalam
neraka wail
3.

18
https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/2898

10
Daftar Pustaka

Wahbah Az-Zuhaili, Terj. Abdul Hayyie al Kattani, dkk., Tafsir Al-Munir. Jilid 15.
Gema Insani, 2013.

Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, Tahrij, Muhammad Hamid Utsman. Tafsir Al-


Qurtubi, Jilid 20.

https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/1897

HR. An Nasai dalam Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan
dalam Sunan Ibnu Majah No. 1808).

11

Anda mungkin juga menyukai