Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN MAGANG

PROSES PENANGANAN NASABAH MACET DI BPR ARTHA MUKTI


SANTOSA

Oleh :
Yudha Pramudya Sakti
19.02.51.0077

FAKULTAS HUKUM DAN BAHASA


UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN MAGANG

PROSES PENANGANAN NASABAH MACET DI BPR ARTHA MUKTI


SANTOSA

Pelaksanaan Magang
1 Agustus s/d 1 September 2022

Diterima dan Disetujui Pada Tanggal 22 Desember 2022.

Dosen Pembimbing,

(Arikha Saputra, S.H., M.H.)

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG

PROSES PENANGANAN NASABAH MACET DI BPR ARTHA MUKTI


SANTOSA

Pelaksanaan Magang
1 Agustus s/d 1 September 2022

Diterima dan Disetujui Pada Tanggal 22 Desember 2022.

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

(Arikha Saputra, S.H., M.H.) (Arikha Saputra, S.H., M.H.)

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kerja Magang ini untuk
melaporkan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan dunia kerja di PT BPR Artha
Mukti Santosa.
Dalam penyusunan laporan Kerja Magang ini, tentunya tak lepas dari arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, praktikan mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Pihak-pihak yang terkait tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Dr. Edy Winarno, S.T., M.Eng selaku Rektor Universitas Stikubank
Semarang beserta jajarannya.
2. Dr. Agnes Widyaningrum, S.E., S.Pd., M.Pd selaku DekanFakultas Hukum
dan Bahasa Universitas StikubankSemarang beserta Jajarannya.
3. Bapak Arikha Saputra S.H., M.H selaku ketua program studi ilmu hukum
Fakultas Hukum dan Bahasa Universitas Stikubank Semarang
4. Bapak Arikha Saputra,S.H., M.H Selaku Dosen Pembimbing Magang.
5. Bapak Andri Eko Harseno, S.Kom.selaku Komisaris BPR Artha Mukti
Santosa
6. Bapak Toto Wijatmiko, S.E. selaku Direktur Utama BPR Artha Mukti
Santosa
7. Ibu Yuni Mardiati, S.E.,M.M. selaku Direktur BPR Artha Mukti Santosa
8. Dan Pihak lain yang tidak dapat saya sebut satu persatu.
Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, laporan Magang ini masih
jauh dari kata sempurna.Sehingga kritikan dan masukan yang membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya laporan ini untuk kedepannya.Dan semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Semarang. 21 Desember 2022

iii
Praktikan.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN MAGANG............................................i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN MAGANG.............................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan Magang...........................................................................................3

1.3 Manfaat Magang.........................................................................................3

BAB II KAJIAN ILMU...............................................................................................5

2.1. Kajian Penggolongan Kredit Bank sebagai Sumber Pendanaan


Masyarakat..................................................................................................5

2.2. Perjanjian Kredit dan Proses Penyaluran Kredit oleh Bank.......................7

2.3. Kredit Macet.............................................................................................14

2.4. Kajian Penyeleamatan Kredit Macet........................................................15

BAB III GAMBARAN UMUM BPR ARTHA MUKTI SANTOSA....................17

3.1 Sejarah BPR Artha Mukti Santosa...........................................................17

3.2 Visi,Misi dan Values BPR Artha Mukti Santosa......................................17

3.3 Lokasi dan Kondisi BPR Artha Mukti Santosa........................................18

3.4 Struktur Organisasi BPR Artha Mukti Santosa........................................18

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.............................................................19

v
4.1 Pelaksanaan Kerja Magang di BPR Artha Mukti Santosa.........................19

4.2 Hasil Pengamatan di BPR Artha Mukti Santosa.......................................19

BAB V PENUTUP....................................................................................................24

5.1 Kesimpulan...............................................................................................24

5.2 Saran.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Magang merupakan kegiatan pelatihan kerja yang biasanya di lakukan
oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
proses pendidikan. UNISBANK merupakan salah satu perguruan tinggi yang
menerapkan program magang untuk mahasiswa semester akhir guna salah satu
syarat untuk menyelesaikan proses pendidikan. Program magang merupakan
kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan teori yang telah didapat selama
perkuliahan serta dapat mengasah kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa.
Program magang sendiri telah diaturdalam Undang - Undang No. 13 tahun 2003
tentang, Ketenagakerjaan khususnya pasal 21 -30. Dan lebih spesifiknya diatur
dalam-Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.
Per.22/Men/1X/2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri.
Dalam Peraturan Menteri tersebut, pemagangan diartikan sebagai bagian
dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan
di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman.
Pengetahuan yang kita dapat harus berjalan linier dengan keterampilan
yang kita miliki, artinya pengetahuan yang ada harus dipraktekkan agar kita dapat
mengetahui secara langsung tentang sesuatu yang telah kita pelajari di bangku
kuliah. Magang Kerja ini adalah untuk memberi bekal tambahan keterampilan
bekerja, memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan bidang keilmuan,
serta melatih kemampuan bekerja dengan orang lain dalam satu tim.Hal ini juga
bertujuan untuk mempersiapkan kita dalam menghadapi tantangan dunia global
yang semakin kompetitif.
Dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin ketat, disamping kita
harus mempunyai pengetahuan yang luas, kita juga harus mempunyai

7
kemampuan keterampilan yang kreatif sesuai dengan bidang masing-
masing.Fakta yang terjadi masa kini, dalam menghadapi persaingan dunia kerja
tidak cukup hanya dengan ilmu pengetahuan saja. Akan tetapi, harus diimbangi
dengan kemampuan keterampilan yang kita miliki.
Sehingga setelah lepas dari ikatan akademik di perguruan tinggi yang
bersangkutan, mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah
diperoleh selama masa pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan
kiprahnya di dunia kerja yang sebenarnya. Karena untuk dapat terjun langsung di
masyarakat tidak hanya membutuhkan ilmu yang telah di peroleh selama di
bangku pendidikan namun juga memerlukan skill atau ketrampilan yang dapat
mendukung kualitas kerja dari SDM.
Melalui partisipasi dalam program mata kuliah magang, diharapkan
mahasiswa memiliki gambaran yang jelas mengenai situasi dan dunia kerja
secara nyata. Mahasiswa akan mengetahui kualitas dan kapabilitas fresh graduate
seperti apa yang menjadi daya tarik institusi-institusi pemerintahan dan swasta
sehingga mahasiswa dapat mengukur kemampuan yang dimiliki dengan
persyaratan dunia kerja. Hal ini sangat penting terlebih dalam era kontemporer
tempat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangat ketat. Dengan
pengukuran terhadap kemampuan mereka, mahasiswa dapat memperbaiki diri
agar menjadi lebih kompetitif dan potensial. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam beradaptasi dengan
lingkungan dunia kerja yang sangat berbeda dengan kehidupan kuliah.
Instansi yang dapat dijadikan tempat magang praktikan adalah BPR Artha
Mukti Santosa yang berkantor pada di Jl Jendral Sudirman No.167 Semarang,
yang meruapakan salah satu perusahaan perkreditan milik Restu Group.
Praktikan disini berkesempatan untuk melihat bagaimana proses penanganan
kredit macet nasabah dan juga ikut melakukan survey kepada calon nasabah,
kemudian juga ikut melakukan proses penagihan hutang kepada para nasabah.

8
1.2 Tujuan Magang
Adapun tujuan magang antara lain :
1) Untuk mencapai tujuan Program Studi S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan
Bahasa Universitas Stikubank Semarang, yaitu menghasilkan lulusan Sarjana
yang memiliki kemampuan dan keahlian utama khususnya dalam bidang
hukum perbankan.
2) Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan teori yang telah
diperoleh dalam perkuliahan.
3) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dunia kerja bagi mahasiwa untuk
lebih siap dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
4) Menumbuhkan Menumbuhkan dan memantapkan memantapkan sikap
profesional profesional yang diperlukan diperlukan mahasiswa mahasiswa
untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya
5) Meningkatkan pengenalan mahasiswa pada aspek-aspek usaha yang potensial
dalam Praktik Magang antara lain : struktur organisasi,asosiasi usaha,jenjang
karier dan managemen usaha serta kemampuan praktik didalam hukum
perbankan.
1.3 Manfaat Magang
Adapun manfaat magang bagi mahasiswa, bagi program studi, bagi
instansi pemerintah ,antara lain :
1. Bagi mahasiswa :
a. Mengembangkan wawasan dan keterampilan mahasiswa dari teori
perkuliahan yang diperoleh.  
b. Memiliki pengalaman bersosialisasi dengan dunia kerja.
c. Mengetahui kebutuhan lapangan kerja sehingga mahasiswa dapat
mempersiapkan diri sedini mungkin untuk memasuki dunia kerja.
d. Melatih mahasiswa untuk menjadi lebih mandiri serta dapat
mempersiapkan diri agar dapat bekerja sama dalam satu team.

9
2. bagi program Studi S1 Ilmu Hukum
a. terjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara program
studi akuntansi FEB Unisbank dengan BPR. Artha Mukti Santosa
b. menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
dengan stakeholder.
c. menyempurnakan umpan balik untuk menyempurnakan materi
perkuliahan yang sesuai dengan kebutuhan di lingkungan instansi
pemerintah,BUMN,maupun swasta.
3. Bagi instansi pemerintahan.
a. menjalin hubunngan yang teratur, sehat dan dinamis antara instansi
pemerintah dengan lembaga perguruan tinggi.  
b. menumbuhkan kerjasama yang daling menguntungkakn dan bermanfaat
antara instansi  pemerintahan dengan lembaga
c. Pemerintahan dengan lembaga perguruan tinggi. perguruan tinggi.
d. instansi pemerintahan yang bersangkutan memperoleh kesempatan untuk
memperkerjakan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan magang setelah
lulus nantinya, karena telah mengenal dengan baik selama proses magang.

10
BAB II
KAJIAN ILMU
2.1. Kajian Penggolongan Kredit Bank sebagai Sumber Pendanaan
Masyarakat
Istilah kredit berasal dari kata “credere”, “credo”, dan “creditium”
dalam bahasa Latin yang ketiganya berarti kepercayaan, atau “faith” dan
“trust” dalam bahasa Inggris. Dengan kata lain, bank sebagai pihak kreditur
dalam kaitannya dengan perkreditan mempunyai keyakinan bahwa nasabah
bank sebagai pihak debitur atau penerima kredit dapat mengembalikan kredit
yang diterima sesuai dengan waktu dan persyaratan yang sudah disepakati
kedua belah pihak1.
Pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur didasarkan atas
unsur kepercayaan yang berarti bank memberikan kepercayaan kepada
nasabah. Namun, berhubung pemberian kredit oleh bank tetap merupakan
usaha bank untuk menghasilkan keuntungan, bank hanya dapat memberikan
kredit apabila sudah yakin akan kemampuan nasabah debitur untuk
mengembalikan pinjamannya sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan
yang telah disetujui di antara pihak bank dan nasabah tersebut 2. Oleh karena
itu faktor kemauan dan kemampuan sangat penting untuk diperhatikan dalam
pemberian kredit, melalui kehati-hatian untuk menjaga unsur-unsur keamanan
dan keuntungan kredit, dan berujung kepada kelancaran pengembalian kredit3.
Selain unsur kepercayaan, terdapat juga unsur-unsur waktu, prestasi,
dan risiko yang mendasari pemberian kredit oleh bank kepada nasabah
debitur. Unsur waktu berarti harus tertera keterangan waktu yang jelas antara
pemberi kredit dan pelunasannya, yang harus disetujui di awal oleh kreditur

1
Ibid, hlm. 236.
2
Iswi Hariyani, S.H., M.H., Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010, hlm. 10.
3
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2000, hlm. 299.

11
maupun debitur. Unsur prestasi berarti terdapat suatu objek sebagai
pemenuhan prestasi dan kontra prestasi saat perjanjian telah disetujui. Prestasi
yang harus diberikan oleh kreditur atau bank adalah dana sesuai kebutuhan
debitur, sedangkan prestasi yang diberikan oleh nasabah debitur berupa
pengembalian uang yang dipinjam beserta bunganya. Terakhir, unsur risiko
berarti terdapat kemungkinan terjadinya cedera janji dari nasabah debitur
dalam berjalannya perjanjian kredit. Untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya cedera janji tersebut, diperlukan jaminan atau agunan4.
Kredit dapat digolongkan menjadi tiga jenis ketika ditinjau dari
tujuannya, sebagai berikut:
a. Kredit investasi, yakni kredit dengan waktu menengah atau panjang

yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang modal

dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan atau pendirian proyek

baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik,

yang pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang

dibiayai tersebut.

b. Kredit Modal Kerja, yakni kredit yang diberikan dalam bentuk rupiah

atau mata uang asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam

satu siklus usaha dengan jangka waktu tertentu dan dapat diperpanjang

sesuai kesepakatan antara pihak yang bersangkutan.

c. Kredit Konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang

diberikan kepada debitur untuk kebutuhan konsumsi dalam lingkup

4
Rachmadi Usman, op. cit, hlm. 53

12
kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya berdasarkan penghasilan

perbulan nasabah debitur yang bersangkutan5.

2.2. Perjanjian Kredit dan Proses Penyaluran Kredit oleh Bank


Perjanjian atau persetujuan didefinisikan sebagai perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih. Dengan kata lain, perjanjian adalah hubungan hukum antara dua orang
atau lebih6. Dalam suatu perjanjian, terdapat persyaratan yang diatur di dalam
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:
a. Sepakat mengikatkan diri, yang berarti kedua belah pihak telah berjanji

dan telah menyetujui perjanjian itu satu sama lain tanpa adanya suatu

paksaan dan penipuan.

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan, yang berarti semua orang yang

diperbolehkan mengadakan suatu perjanjian harus sudah dewasa, tidak

ditaruh di bawah pengampuan, dan perempuan yang belum kawin.

Perempuan yang telah kawin maka harus dibantu oleh suaminya.

c. Tentang suatu hal tertentu, yang berarti perjanjian harus berkaitan

dengan suatu benda atau jasa (objek) yang sedang diperjanjikan yang

menimbulkan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak yang

mengadakan perjanjian tersebut. Setiap perjanjian harus memuat

setidaknya suatu objek yang jenisnya dapat ditentukan.

d. Mengandung kausa yang halal. Pasal 1335 Kitab Undang-Undang

Perdata menyebutkan bahwa “suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang


5
Hermansyah, op. cit., hlm. 61.
6
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Inermasa, 1987, hlm. 29.

13
telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak

mempunyai kekuatan.” Lalu, sebab yang terlarang diartikan dalam Pasal

1337 KUH Perdata sebagai “hal-hal yang dilarang oleh undang-undang,

atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.7”

Sebagai tambahan, unsur sepakat mengikatkan diri sebagaimana


dijelaskan sebelumnya juga harus sesuai dengan Pasal 1321 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang menetapkan bahwa tiada sepakat yang sah
apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan
paksaan atau penipuan. Oleh karena itu, perjanjian tidak sah apabila
mengandung unsur-unsur berikut:
a. Kekhilafan, yang berupa kesalahpahaman atau kekeliruan yang dapat

berkaitan dengan orang atau barang. Kekhilafan pada objek perjanjian

disebut sebagai error in substantia dan kekhilafan pada subjek

perjanjian disebut sebagai error in persona.

b. Paksaan, yang dapat berupa paksaan lahiriah (paksaan jiwa) maupun

batiniah (paksaan secara rohani), dan tidak termasuk paksaan badan.

Situasi paksaan terjadi apabila pihak yang dipaksa tidak memiliki opsi

lain dan harus menyetujui suatu perjanjian. Paksaan dapat dilakukan

oleh pihak ketiga.

c. Penipuan, yang merupakan suatu cara yang digunakan suatu pihak

untuk mengelabuhi pihak lain dalam suatu kontrak agar setuju untuk

menandatangani suatu kontrak yang dibuat di antara para pihak8.

7
Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 135.
8
Subekti, op. cit., 1995, hlm. 135.

14
Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan. Perikatan
melahirkan perjanjian yang menciptakan kewajiban pada salah satu atau lebih
pihak dalam perjanjian. Kewajiban yang dibebankan pada pihak debitur dalam
perjanjian memberikan hak pada pihak kreditur dalam perjanjian untuk
menuntut pelaksanaan prestasi dalam perjanjajian tersebut. Pelaksanaan
prestasi dalam perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak dalam
perjanjian adalah pelaksanaan dari perikatan yang terbit dari perjanjian9.
Pemberian kredit dari bank selaku pihak kreditur kepada nasabah
selaku pihak debitur harus dilakukan berdasarkan perjanjian kredit di antara
kedua belah pihak. Perjanjian kredit tersebut harus dibuat sesuai dengan
aspek-aspek hukum perjanjian/perikatan dan dengan fokus utama kepada asas-
asas hukum dan syarat sahnya suatu perjanjian/perikatan, karena perjanjian
kredit yang tidak memenuhi syarat sah perjanjian/perikatan dapat dibatalkan
dan/atau dinyatakan batal demi hukum10.
Di dalam pemberian kredit oleh bank terdapat unsur kredit yang
tercamtum dalam perjanjian kredit tersebut, yaitu:
1. Adanya para pihak, yaitu Kreditur dan Debitur;

2. Adanya kepercayaan Kreditur kepada Debitur;

3. Adanya janji atau kesanggupan membayar (mengganti) dari Debitur

kepada Kreditur;

4. Adanya tenggang waktu, pada saat penyerahan yang oleh kreditur pada

saat pembayaran kembali oleh Debitur;

9
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta: Rajawali Pers,
2002, hlm. 91.
10
Iswi Hariyani, S.H., M.H., op. cit., 2010, hlm. 14.

15
5. Adanya resiko sebagai adanya tenggang waktu, karena terbayang

adanya ketidakpastian untuk masa yang akan datang11.

Kegiatan pemberian kredit oleh perbankan adalah mengandung risiko


tinggi. Oleh karena itu, untuk meminimalisir risiko yang ada pada setiap
pemberian kredit, bank harus menganalisis kelayakan pemberian kredit dan
menilai debiturnya terlebih dahulu sebelum memberikan kredit. Analisa
tersebut dilakukan dengan prinsip 5C’s atau the five Cs of credit analysis,
yang berguna bagi kreditur untuk mengetahui kehendak baik dan kesanggupan
membayar debitur dalam pelunasan pinjaman pokok dan bunga12. Prinsip 5C’s
terdiri dari:
a. Prinsip Character atau penilaian watak, di mana bank menilai

kepribadian calon debitur untuk memahami kejujuran dan itikad baik

calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya,

sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Informasi ini

dapat diperoleh dengan menilai hubungan yang telah terjalin antara

bank dan (calon) debitur, ataupun diperoleh dari pihak lain yang

mengetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam

kehidupan kesehariannya.

b. Prinsip Capacity atau kemampuan, di mana bank menilai keahlian calon

debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya agar

merasa yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-

orang yang tepat, dan calon debiturnya akan mampu melunasi atau
11
Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya
Bhakti, 1998, hlm. 140.
12
Penjelasan Pasal 8 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang -
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

16
mengembalikan pinjamannya dalam jangka waktu yang disepakati.

Contohnya, calon debitur dengan kemampuan bisnis yang kecil tentu

tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga debitur

yang tren atau kinerja bisnisnya menurun tidak semestinya diberikan

kredit, kecuali jika penurunan itu dikarenakan kekurangan biaya di

mana dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat pemberian

kredit, tren atau kinerja bisnisnya dapat dipastikan akan semakin

membaik.

c. Prinsip Capital atau modal, di mana bank melakukan analisis terhadap

posisi keuangan nasabah secara menyeluruh, termasuk riwayat

keuangan di masa lalu dan keadaan yang akan datang untuk mengetahui

kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan

proyek atau usaha yang bersangkutan. Dalam praktiknya hingga

sekarang, bank sangat jarang memberikan kredit untuk membiayai

seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan

modal sendiri dan kekurangannya dapat dibiayai dengan kredit bank,

sehingga dapat disimpukan bahwa fungsi bank terbatas kepada

penyediaan tambahan modal yang pada umumnya lebih sedikit dari

jumlah pokoknya.

d. Prinsip Collateral atau agunan. Dalam pemberian kredit, calon debitur

umumnya diwajibkan untuk menyediakan jaminan berupa agunan yang

berkualitas tinggi, mudah dicairkan, dan bernilai minimal sebesar

17
jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu,

bank melakukan penilaian agunan yang diberikan debitur untuk

menanggung pembayaran kredit macet, dan juga wajib meminta agunan

tambahan untuk mengantisipasi keadaan di mana calon debitur tidak

dapat melunasi kreditnya, agunan tambahan tersebut dapat dicairkan

untuk menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan

yang tersisa.

e. Prinsip Condition of Economy atau prospek usaha nasabah debitur, di

mana bank menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri pada

masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran

dari hasil proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat

diketahui. Selebihnya, bank harus mengetahui mengenai tujuan

penggunaan kredit, rencana pengembangan kredit, serta urgensi dari

kredit yang diminta13.

Selain prinsip 5C’s, bank juga menerapkan prinsip 5P yang terdiri dari:
a. Party atau para pihak. Para pihak merupakan titik sentral yang

diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Dalam praktiknya, bank

sebagai pihak pemberi kredit harus memperoleh kepercayaan nasabah

sebagai pihak debitur. Bank harus menilai aspek-aspek debitur seperti

karakter dan kemampuannya, dan lain sebagainya.

13
Rachmadi Usman, op. cit., hlm. 246-248.

18
b. Purpose atau tujuan. Tujuan dari pemberian kredit sangat penting untuk

diketahui bank sebagai pihak kreditur. Bank harus melihat apakah kredit

yang diberikannya akan digunakan untuk hal-hal positif yang dapat

menaikkan pemasukkan perusahaan calon debitur. Selebihnya,

pengawasan harus dilakukan agar kredit yang diberikan dipergunakan

untuk tujuan sesuai yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit.

c. Payment atau pembayaran. Bank sebagai pihak kreditur harus

memastikan bahwa sumber pembayaran kredit dari calon debitur sungguh

tersedia dan cukup aman, sehingga dapat diharapkan bahwa kredit yang

akan diberikan dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan.

Oleh karena itu, bank harus menganalisis dan mencari tahu apakah

debitur punya sumber pendapatan setelah pemberian kredit dilakukan,

dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali

kreditnya.

d. Profitability atau perolehan laba. Bank sebagai pihak kreditur harus

memperoleh informasi mengenai perolehan laba debitur sebelum

malekukan pemberian kredit. Oleh karena itu, bank harus

memprediksikan apakah jumlah laba yang akan diperoleh oleh debitur

akan lebih besar daripada jumlah bunga pinjaman, dan juga apakah

pendapatan debitur dapat menutupi pembayaran kembali kredit. Selain

itu, bank juga harus memeriksa cash flow debitur dan sebagainya.

19
e. Protection atau perlindungan. Bank memerlukan perlindungan dari pihak

debitur terhadap kredit yang diberikannya. Perlindungan tersebut berasal

dari kelompok perusahaan atau jaminan dari holding, atau dapat berupa

jaminan pribadi milik perusahaan. Jaminan tersebut penting untuk

diperiksa, terutama untuk berjaga-jaga dalam keadaan terjadi hal-hal di

luar skenario atau di luar prediksi semula14.

2.3. Kredit Macet


Kredit Macet atau pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi
pembiayaan yang ada penyimpangan (deviasi) atas terms of lending yang
disepakati dalam pembayaran kembali pembiayaan itu sehingga terjadi
keterlambatan, diperlukan tindakan yuridis, atau diduga ada kemungkinan
potensi loss. Dalam portofolio pembiayaan, pembiayaan bermasalah masih
merupakan pengelolaan pokok, karena resiko dan faktor kerugian terhadap risk
asset tersebut akan memengaruhi kesehatan.Kemudian kredit Macet memiliki
risiko tinggi karena debitur telah gagal/menghadapi masalah dalam memenuhi
kewajiban yang telah ditentukan. Kredit bermasalah (macet) adalah kredit yang
sejak jatuh tempo tidak dapat di lunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai
dengan perjanjian.
Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan
apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran
terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang
sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan
sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

14
Ibid, hlm. 248-250.

20
2.4. Kajian Penyeleamatan Kredit Macet
Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain:
1) Rescheduling
a) Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur
memberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya
perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga
si debitur mempuyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikan.
b) Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran
hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu
angsuran kreditnya di perpanjang pembayaranya pun misalnya dari 36
kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi
mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.
2) Resconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada
seperti :
a) Kapasitas bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.
b) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal ini
penundanaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya
hanya bunga yang dapat ditunda pembayaranya, sedangkan pokok
pinjamanya tetap harus dibayar seperti biasa.
c) Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksud agar lebih
meringankan beban nasabah. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi
jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat
membantu meringankan nasabah.
d) Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada
nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi
membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai
kewajiban membayar pokok pinjamanya sampai lunas.
3) Restructuring

21
Restructuring merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara
menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang
membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak.
Tindakan ini dengan menambah jumlah kredit, dengan menambah equity.
4) Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas.
5) Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila
nasabah sudah benar-benar tidak punya etikad baik ataupun sudah tidak
mampu lagi untuk membayar semua hutanghutangnya

22
BAB III
GAMBARAN UMUM BPR ARTHA MUKTI SANTOSA
3.1 Sejarah BPR Artha Mukti Santosa
BPR Artha Mukti Santosa adalah salah satu BPR milik Restu Group
yang beroperasi sejak tanggal 23 September 2004 berlokasi di Puri Anjasmoro
F-5 Semarang. Pada tanggal 2 Oktober 2006 BPR Artha Mukti Santosa
berpindah kantor di Jl Jendral Sudirman No.167 Semarang hingga sekarang.
BPR Artha Mukti Santosa tidak hanya mengembangkan jaringannya di area
kota Semarang sehingga pada tanggal 7 April 2009 BPR Artha Mukti Santosa
membuka Kantor Cabang di Weleri yang berlokasi di Ruko Griya Weleri
Makmur Asri A1. Kantor Cabang Weleri melayani nasabah area Kendal,
Batang, Pekalongan dan sekitarnya. Guna memudahkan nasabah yang berada
di wilayah Semarang Barat bagian atas BPR Artha Mukti Santosa membuka
Kantor Kas Mijen pada tanggal 20 Juli 2013 yang berlokasi di Ruko Jatisari
Permai Blok B No. 1 Semarang. Kantor Kas Mijen melayani nasabah yang
berada di wilayah kecamatan Mijen, Gunung Pati, Boja dan sekitarnya.
3.2 Visi,Misi dan Values BPR Artha Mukti Santosa
a) Visi
Menjadi penyedia jasa yang terkemuka dan profesional yang
memberikan nilai lebih kepada nasabah/konsumen, karyawan dan para
pemegang saham.
b) Misi
Menyediakan jasa yang berkualitas dengan menjunjung tinggi
terwujudnya :
1) Kepuasan nasabah/konsumen
2) Proses yang cost effective
3) Sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen

23
c) Values
1) Responsible Bertanggung jawab dalam mengemban amanah
2) Excellent Cerdas dalam bekerja dan beraktivitas untuk menghasilkan
yang terbaik
3) Sincere Ikhlas dalam segala hal
4) Truthful Jujur dalam perkataan dan perbuatan
5) Understandable Mampu berkomunikasi dengan santun, tepat, dan
bijaksana.

3.3 Lokasi dan Kondisi BPR Artha Mukti Santosa


Lokasi BPR Artha Mukti Santosa berlokasi kantor di Jl Jendral
Sudirman No.167 Semarang.
Konsi BPR Artha Mukti Santosa tidak hanya mengembangkan
jaringannya di area kota Semarang sehingga pada tanggal 7 April 2009 BPR
Artha Mukti Santosa membuka Kantor Cabang di Weleri yang berlokasi di
Ruko Griya Weleri Makmur Asri A1. Kantor Cabang Weleri melayani
nasabah area Kendal, Batang, Pekalongan dan sekitarnya. Guna memudahkan
nasabah yang berada di wilayah Semarang Barat bagian atas BPR Artha
Mukti Santosa membuka Kantor Kas Mijen pada tanggal 20 Juli 2013 yang
berlokasi di Ruko Jatisari Permai Blok B No. 1 Semarang. Kantor Kas Mijen
melayani nasabah yang berada di wilayah kecamatan Mijen, Gunung Pati,
Boja dan sekitarnya.

3.4 Struktur Organisasi BPR Artha Mukti Santosa


Komisaris : Andri Eko Harseno, S.Kom.
Direktur Utama : : Toto Wijatmiko, S.E.
Direktur : Yuni Mardiati, S.E.,M.M.

24
25
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Kerja Magang di BPR Artha Mukti Santosa
Sistem kerja perusahaan yang ada di PT. BPR Artha Mukti Santosa
ditentukan sesuai dengan struktur organisasi yang ada, masing-masing individu
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda agar tercipta sistem kerja yang
efektif dan efisien. Jadwal kerja pegawai yang terdapat di PT. BPR Artha Mukti
Santosa dilaksanakan setiap hari senin sampai dengan hari jum’at dimulai pukul
07.30 – 16.30 WIB.
Praktikan ditugaskan dibagian yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu
pada Bagian Marketing yang bertugas untuk pengamatan kredit macet dan
penagihan terhadap kredit macet. Selain pada bagian marketing praktikan juga
membantu Accounting Officer dalam memasarkan produk tabungan. Proses
menabung, penarikan dana, pencatatan angsuran nasabah serta pemberian dan
pencairan kredit dilakukan sesuai dengan sistem yang ditetapkan.
BPR menggunakan sistem aplikasi yang terdapat beberapa modul yang
dapat digunakan yaitu : modul tabungan, deposito, kredit, akuntansi dan laporan
yang tentunya memudahkan kinerja pegawai. Semua transaksi yang dilakukan
didalam sistem tersebut akan terintegrasi secara otomatis sehingga akan
membentuk jurnal akuntansi sehingga laporan keuangan perusahaan dapat
diakses setiap waktu.

4.2 Hasil Pengamatan di BPR Artha Mukti Santosa


A. Hasil Pengamatan Penyebab Kredit Macet
Hasil pengamatan praktikan terhadap penyebab terjadinya kredit macet di
PT. BPR Artha Mukti Santosa ialah :
1. Karena kesalahan bank. Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis

26
kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi
sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula
terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga
dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.
a. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah. Tidak
memeriksa karakteristik nasabah latarbelakangnya, jejaknya dalam hal
pinjam meminjam dansebagainya.
b. Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat. Banyak persyaratan yang
dilewati seperti penghasilan tetap, jaminan usahanya.
c. Keyakinan yang berlebihan. Pihak bank terlalu yakin akan kemampuan
nasabah tanpa melakukan surve mendalam.
d. Kurang mengadakan kontak dengan nasabah. Pihak Bank tidak melakukan
komunikasi yang baik dengan nasabah
e. Pengitkatan jaminan kurang sempurna. Pengikatan jaminan tidak
disertakan dengan kuasa jual dan sita.
2. Karena kesalahan nasabah :
a. Nasabah tidak kompeten. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
membayar kewajibanya kepada bank sehingga kredit yang diberikan
macet. Dapat diakatan adanya unsur kemauan untuk membayar.
b. Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya. Nasabah tidak jujur.
Pada saat pengajuan nasabah beralasan untuk usaha namun kenyataan
pinjaman tersebut tidak dimanfaatkan untuk usaha.
3. Faktor eksternal, Artinya si Nasabah mau membayar akan tetapi tidak mampu.
Contohnya kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, hama,
kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit
tidak ada.

27
B. Hasil Pengamatan Penggolongan Pembiayaan Kredit Macet
Hasil pengamatan praktikan di BPR Artha Mukti Santosa terhadap
Pembiayaan Kredit Macet dapat digolongkan menjadi kurang lancar, diragukan,
macet ;
1) Kurang Lancar Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang
lancar apabila memenuhi kriteria berikut ini :
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga telah melampaui 90
hari
b) Sering terjadi cerukan
c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90
hari
e) Tedapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
f) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
2) Diragukan Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari.
b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen
c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d) Terjadi kapitalisasi bunga
e) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan
maupun pengikatan jaminan
3) Macet Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Prospek Usaha
1) Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami
penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

28
2) Kemungkinan besar kegiatan usaha akan berhenti.
3) Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang
menurun.
4) Manajemen sangat lemah
5) Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur.
6) Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi.
b) Kondisi Keuangan
1) Mengalami kerugian yang besar
2) Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan
usaha
3) Usaha debitur tidak dapat dipertahankan
4) Rasio utang terhadp modal sangat tinggi
5) Kesulitan likuiditas
6) Analisa arus kas menunjukan bahwa kreditur tidak mampu menutup
biaya produksi
7) Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar valuta asing dan
suku bunga.
8) Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.
c) Kemampuan Membayar
1) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270
hari.
2) Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada.
C. Hasil Pengamatan Penanganan Kredit Macet
Mengenai Penanganan kredit macet pada Kantor BPR Artha Mukti Santosa
dengan menggunakan beberapa cara.adapun cara yang pertama yaitu
menggunakan cara pendekatan secara tertulis seperti pemberian surat tagihan
kepada nasabah yang tidak membayar angsuran selama 90 hari dan belum
melunasi kewajiban nya.pemberian surat tagih dalam bentuk laporan.laporan ini
berisi tentang data-data mengenai kewajiban yang harus diselesaikan nasabah

29
dan hasil negoisasi antara nasabah dengan bank mengenai kapan pelunasan
kewajiban nya.langkah selanjutnya pendekatan secara lisan ini dengan cara
berkunjung kerumah nasabah serta memberi peringatan kepada nasabah untuk
segera melunasi kewajiban nya sebelum di berikan surat peringatan. apabila
nasabah tetap tidak membayar angsuran nya maka pihak Bank Artha Mukti
Santosa membuat surat peringatan I untuk nasabah yang macet dan di beri waktu
selama 1 bulan apabila nasabah tetap tidak membayar angsuran maka pihak Bank
Artha Mukti Santosa membuat surat peringatan II dan di beri waktu selama 1
bulan apabila nasabah tetap tidak mau membayar maka pihak Bank Jombang
membuat surat peringatan III dan masih di beri waktu selama 1 bulan.Apabila
langkah tersebut nasabah belum juga membayar angsuran maka langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh Bank Artha Mukti Santosa yaitu dengan
menempel objek agunan dengan tulisan bahwa agunan tersebut sedang dalam
pengawasan bank.apabila langkah-langkah tersebut tidak bisa membuat nasabah
untuk membayar angsuran maka langkah terakhir yaitu penyitan jaminan.
Penyelesaian kredit apabila barang agunan telah diikat secara sempurna oleh
pihak yang berwenang dalam hal ini notaris, dapat dilakukan dengan cara
penjualan agunan dengan kekuasaan sendiri ke kantor pusat.

30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil KKM (Kuliah Kerja Magang) yang dilaksanakan di BPR Artha
Mukti Santosa dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan hasil analisa dan
wawancara yang telah dilakukan terdapat suatu masalah kredit macet pada
nasabah BPR Artha Mukti Santosa. Dalam proses penanganan kredit macet ada
prosedur-prosedur dan ketentuan dari Kantor Kas Perak yaitu melakukan
pendekatan secara tertulis, pendekatan secara lisan, pihak bank melakukan
pembinaan pada debitur yang mempunyai kategori prospek baik dan itikat baik,
melakukan penyelesaian kredit bermasalah yaitu secara damai atau secara
hukum. Apabila dari ke empat prosedur yang dijalankan di BPR Artha Mutki
Santosanasabah tetap tidak mau membayar atau tidak ada niat untuk membayar
maka dari pihak Bank Artha Mukti Santosa langsung menyita jaminan dengan
cara yang sudah di tentukan.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam mengambil keputusan layak atau tidaknya nasabah
mendapatkan kredit maka pihak bank wajib bersikap hati-hati dan menganalisis
nasabah terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan kemacetan dalam
pelunasan kredit. Penanganan kredit bermasalah harus di tindak tegas supaya
nasabah tidak semena-mena mempermainkan bank.

31
DAFTAR PUSTAKA

BUKU – BUKU

Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT.


Citra Aditya Bhakti, 1998.
Iswi Hariyani, S.H., M.H., Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2010.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta:
Rajawali Pers, 2002,

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan Ketiga, Bandung: PT


Citra Aditya Bakti, 2000.
\
Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995,

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Inermasa, 1987.

WEBSITE
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4042/3/BAB%20II.pdf diakses pada 21 Desember
2022

PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang -Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

32

Anda mungkin juga menyukai