Anda di halaman 1dari 35

Tujuan

Menegakkan diagnose

Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan

Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Tahap Kerja
1. Daerah kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas alcohol, tunggu sampai kering, lalu tusuk
dengan lanset darah dengan posisi tegak dan dalam
2. Darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas kering, kemudian tetes darah berikutnya
dimasukkan kedalam micro pipet dengan cara micro pipet agak dimiringkan.
3. Micro pipet tidak boleh diisi penuh
4. Setelah selesai, bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol, kemudian diberi plester
5. Beri etiket yang jelas, (tanggal pengambilan, nama pasien, ruang rawat, nama pemeriksaan).

Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil tindakan
3. Lakukan kontak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kontak dengan merapikan pasien dan peralatan dibersihkan, kembali ketempat semula
5. Cuci tangan

Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Reference :
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik Keperawatan Anak.
Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar.
Posted by Warsono Saja at 1:54 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

SOP / PROTAP Pemeriksaan Darah Astrup

Protokol Keterampilan Pemeriksaan Darah Astrup


Tujuan
Menegakkan diagnose

Tahap preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Tahap Kerja
1. Pasang kain pengalas didaerah yang akan ditusuk
2. Arteri diraba, bila sudah teraba jelas, lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan tunggu sampai
kering
3. Udara dalam spuit dikeluarkan, jarum ditusukkan dengan posisi tegak lurus
4. Tegangkan kulit diatas arteri tersebut dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
5. Bila denyut arteri telah terasa pada ujung jarum, jarum cepat ditusukkan
6. Bila ditusukkan tepat, maka pengisap dalam spuit akan terdorong keatas oleh tekanan dari darah
arteri, dan pengisap tidak boleh ditarik
7. Setelah jumlah darah cukup, kapas alcohol ditekan disamping jarum sambil jarum dicabut
8. Bekas tusuka ditekan dengan kapas alcohol lima menit, terus ditutup dengan plester
9. Udara didalam spuit yang telah berisi darah dikeluarkan kemudian ujung jarum ditutup dengan gabus
steril yang ditusukkan
10. Spuit yang berisi darah diberi etiket dan bersama formulir pemeriksaan yang telah diisi lengkap,
segera dikirim kelaboratorium

Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil tindakan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan peralatan dikembalikan ketempat semula
5. Cuci tangan

Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Reference :
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik Keperawatan Anak.
Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar.

Posted by Warsono Saja at 1:45 AM No comments:


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Thursday, February 20, 2014

SOP/ PROTAP PERAWATAN BAYI BARU LAHIR


Tujuan
Membantu adaptasi hubungan bayi dan anak

Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat, perawat pakai jas dan masker
3. Cuci tangan

Tahap Orientasi
1. Berikan Salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Tahap Kerja
1. Pakaian bayi dibuka, kalau bayi BAB bersihkan pantat bayi, selimuti bayi dengan handuk
2. Bersihkan mata dengan kapas mata dari dalam keluar, (dari medial ke lateral)
3. Bersihkan mulut dengan kapas mulut (kelingking kanan dibungkus dengan kapas mulut tangan
kiri memegang bayi sedemikian rupa)
4. Bersihkan badan bayi mulai dari muka badan depan terus kaki dan punggung terakhir tangan
5. Usapkan minyak telon pada perut dengan usapan searah jarum jam, rawat tali pusat (prinsip dari
bagian muka)
6. Timbang BB dan catat pada kurva timbangan
7. Berikan pakaian bayi, sisir rambut, tidurkan bayi di Box bayi

Tahap Terminasi
1. Simpulkan hasil tindakan
2. Akhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan peralatan dikembalikan ketempat semula
3. Cuci tangan

Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Reference :
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik Keperawatan
Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar.
Posted by Warsono Saja at 6:45 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

SOP / PROTAP TRANSFUSI DARAH


Tujuan
Mengembalikan cairan darah tubuh

Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil; klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Tahap Kerja
1. Ambil darah vena pasien 3 cc untuk contoh golongan darah, masukkan dalam botol tersedia, beri
etiket : Nama pasien, umur, no CM, ruang rawat, tanggal dan jam pengambilan darah.
2. Formulir permintaaan darah diisi secara tepat dan benar kemudian segera dikirim bersama darah
ke bank darah RS
3. Jika darah sudah ada, periksa apakah suhu darah dalam botol sesuai dengan suhu tubuh normal,
dengan cara meraba bagian luar botolnya, bila suhu belum sesuai maka darah ditempatkan diluar lemari es
30 menit, cairan darah harus merata (homogen)
4. Pemasangan infus dengan NaCl yang tersedia
5. Bila slang infus sudah lancar, slang infus dipindahkan kebotol darah
6. Atur jumlah tetesan sesuai program
7. Setelah transfuse selesai, jarum dicabut, bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol, kemudian
ditutup dengan kasa steril dan diplester
Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil tindakan
3. Lakukan kontak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan peralatan
5. Cuci tangan

Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Reference :
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik Keperawatan Anak. Denpasar:
Departemen Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar.
Posted by Warsono Saja at 6:35 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

SOP/PROTAP MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR

Tujuan
Menjaga kebersihan bayi
Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat, perawat memakai jas dan masker
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Tahap Kerja
1. Pakaian bayi dibuka, kalau BAB pantat dibersihkan terlebih dahulu
2. Bayi ditimbang, kemudian ditidurkan diatas handuk dan diselimuti
3. Mata bayi dibersihkan mulai dari dalam keluar
4. Mulut bayi dibersihkan dengan cara ambil satu buah kapas mulut dan peras kemudian lingkarkan
di kelingking kanan, tangan kiri memegang dagu bayi dan kelingking kanan dimasukkan kemulut bayi dan
bersihkan secara perlahan
5. Badan bayi diberi sabun kemudian punggung, kaki, tangan terakhir, kemudian bersihkan mulai
muka, tangan, badan, kaki dan punggung terakhir
6. Bayi diangkat dari air dan dilap dengan handuk sampai kering, lalu rawat tali pusat
7. Bayi usap dengan minyak telon pada perut bayi, kemudian beri bedak, kemudian pakaian
Tahap Terminasi
1. Simpulkan hasil tindakan
2. Akhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan peralatan dikembalikan ketempat semula
3. Cuci tangan
Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Reference :
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik Keperawatan Anak. Denpasar:
Departemen Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar.
Posted by Warsono Saja at 6:35 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Tuesday, February 18, 2014

LOWONGAN KERJA MEDIS DAN NONMEDIS DAERAH LAMPUNG


SELATAN TERBARU 4014

Career

Rumah Sakit Natar Medika merupakan salah satu Rumah Sakit yang berada dibawah naungan Yayasan
Abdi Karya (YADIKA) Grup yang bergerak dibidang kesehatan. Dalam rangka pengembangan dan
perluasan pelayanan, membutuhkan tenaga baru dan profesional untuk bergabung bersama kami
sebagai :
RECEPTIONIST
KUALIFIKASI/PERSYARATAN :
 Wanita
 Pendidikan D3 Semua Jurusan
 IPK minimal 2,75
 Jujur dan teliti
 Mampu bekerjasama dengan tim
 Mau bekerja keras Untuk penempatan : Lampung

ADMINISTRASI KOMITE MEDIK


KUALIFIKASI/PERSYARATAN :
 Wanita
 Pendidikan S1 Keperawatan
 IPK minimal 2,75
 Jujur dan teliti
 Mampu bekerjasama dengan tim
 Mau bekerja keras Untuk penempatan : Lampung
Bagi yang memenuhi kriteria dan berminat untuk mengisi posisi tersebut dapat mengirimkan surat
lamaran, CV, Foto warna terbaru, Copy Ijazah dan Transkip Nilai, Serta Sertifikat pendukung ke alamat
: Rumah Sakit Natar Medika Jl. Raya Natar No.4 Muara Putih, Natar – Lampung Selatan 35362 atau
dikirimkan langsung melalui email ke alamat : rekrut@rsnatarmedika.com
Posted by Warsono Saja at 7:01 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

SOP / PROTAP MEMANDIKAN BAYI ATERM


Tujuan
Menjaga kebersihan bayi
Tahap Preinteraksi
1. Baca catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat, perawat memakai jas dan masker
3. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Tahap Kerja
1. Pakaian bayi dibuka, kalau BAB pantat dibersihkan terlebih dahulu
2. Bayi ditimbang, kemudian ditidurkan diatas handuk dan diselimuti
3. Mata bayi dibersihkan mulai dari dalam keluar
4. Mulut bayi dibersihkan dengan cara ambil satu buah kapas mulut dan peras kemudian lingkarkan
di kelingking kanan, tangan kiri memegang dagu bayi dan kelingking kanan dimasukkan kemulut bayi dan
bersihkan secara perlahan
5. Badan bayi diberi sabun kemudian punggung, kaki, tangan terakhir, kemudian bersihkan mulai
muka, tangan, badan, kaki dan punggung terakhir
6. Bayi diangkat dari air dan dilap dengan handuk sampai kering, lalu rawat tali pusat
7. Bayi usap dengan minyak telon pada perut bayi, kemudian beri bedak, kemudian pakaian
Tahap Terminasi
1. Simpulkan hasil tindakan
2. Akhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan peralatan dikembalikan ketempat semula
3. Cuci tangan
Dokumentasi
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Reference :
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik Keperawatan Anak. Denpasar:
Departemen Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar.
Posted by Warsono Saja at 7:00 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Friday, February 14, 2014

SOP / PROTAP / PPK PEMASANGAN OKSIGEN PADA ANAK


MEMASANG OKSIGEN
Terapi ini mencakup penggunaan masker, hood, hut, kanula nasal, face oksigen tent. Metode dipilih
berdasarkan pada:
 Konsentrasi oksigen inspirasi yang diperlukan.
 Kemampuan anak untuk bekerja sama sesuai kemampuanya menggunakan alat.
Konsentrasi diatur sesuai kebutuhan anak (biasanya 40-50 % atau 4-6 liter aliran).

1. a. Alat
- Nasal kanul, face mask, sesuai ukuran
- Central oksigen dengan flow meter
- Humidifier dengan cairan steril
- Kasa
- Plester
- Bengkok
- Hand scond
1. b. Prosedur pemasangan oksigen
- Kaji kebutuhan terapi oksigen
- Atur posisi bayi atau anak.
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
- Bersihkan rongga hidung bila terdapat secret
- Sambungkan selang kecentral oksigen, lalu cek apakah oksigan dapat mengalir dan terdapat
gelembung pada humidifier.
- Letakkan face mask atau nasal kanul pada hidung bayi atau anak.
- Alirkan oksigen sesuai petunjuk pemberian.
- Evaluasi keadaan bayi atau anak.
Posted by Warsono Saja at 6:33 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
SOP/PROTAP/PPK PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR
I. Defenisi
Ventilasi mekanis adalah alat pernapasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dengan jangka waktu yang lama
II. Tujuan
1. Memberikan kekuatan mekanis paru untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 yang fisiologis
2. Mengambil alih (manipulasi) tekanan jalan napas dan pola pernapasan untuk memperbaiki pertukaran
O2 dan CO2 secara efisien dan oksigenasi yang kuat
3. Mengurangi kerja otot jantung dengan jalan mengurangi kerja paru
III. Indikasi
1. Gangguan ventilasi
- Disfungsi otot-otot pernapasan, kelelahan otot napas
- Kelainan dinding thorax
- Penyakit neuromuskuler yang menyebabkan kelumpuhan otot napas
- Kekuatan ventilasi yang menurun atau tidal volume rendah
- Peningkatan resistensi atau obstruksi jalan napas
2. Gangguan Oksigenasi
- Hipoksemia yang sukar diatasi, misalnya : edema paru atau penyakit paru yang lain
- Kerja napas yang berlebihan (frek. Nafas lebih dari 35 x / menit)
3. Lain-lain
- Keadaan yang memerlukan sedasi dan pelumpuh otot
- Untuk menurunkan konsumsi oksigen otot jantung dan sistemik
- Untuk stabilisasi hemodinamik pasca operasi besar
- Untuk mengontrol tekanan supracranial

- Untuk mencegah otelektasis


- Keadaan lain yang menyebabkan Pa O2 < 60 dan Pa CO2 > 60

IV. Jenis Respirator


1. Respirator Time Cycled
Pernapasan yang diberikan diatur oleh waktu. Jumlah udara yang dipompakan mesin akan berhenti
sesudah waktu yang ditentukan, sehingga akan terjadi proses ekspirasi
2. Respirator Pressure Cycled
Inspirasi berhenti sesudah tekanan yang ditentukan tercapai, udara yang diberikan akan dihentikan
sehingga timbul ekspirasi. Besarnya tidal volume yang tercapai tergantung komplians paru
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :
- penderita dengan tahanan jalan napas dapat timbul ekspirasi premature. Kebocoran dapat membuat
inspirasi berkepanjangan tanpa menghasilkan tidal volume yang diinginkan
- Karena besarnya tidak volume tergantung dari komplian paru, maka pengembangan paru harus
diperhatikan dengan teliti dan besarnya tidak volume yang dihasilkan ventilator harus selalu dilihat
monitor ventilator
- Perlu pemantauan ketat keadaan umum penderita karena berpotensi terjadinya “low tidal volume”.
3. Ventilator Volume Cycled
Inspirasi berhenti setelah volme gas yang ditentukan tercapai. Ventilator tipe ini yang banyak dipakai di
ICU saat ini. Volume yang diberikan hampir selalu konstan walaupun terjadi perubahan komplians paru.
Dengan demikian ventilator tipe ini lebih berpotensi terjadi kerusakan struktur paru seperti barotrauma
atau volutrauma

V. Modus Ventilasi Mekanik


1. “Ventilasi Kontrol” (Controlled Mechanical Ventilation = CMV)
CMV memberikan ventilasi tekanan positif dengan frekwensi dan volume atau pressure yang telah
ditentukan sehingga usaha napas pasien sepenuhnya diambil alih oleh mesin ventilator. Mode ini
biasanya dipilih penderita yang diberi sedasi dan pelumpuh otot atau penderita tidak mampu bernapas
spontan. Kadang-kadang juga dipakai penderita yang memerlukan control hemodinamik yang ketat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :
- Bila penderita mulai ada usaha napas akan terjadi “tabrakan” pernapasan penderita dengan ventilator
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan atau komplikasi berupa trauma udara struktur paru
- Kontrol yang terlalu lama atau dengan tidal volume yang tinggi dapat menimbulkan penurunan curah
jantung dan ketidakstabilan hemodinamik sehingga observasi hemodinamik harus ketat
- Kontrol yang berkepanjangan dapat menimbulkan ketergantungan penderita respirator, atropi otot
napas sehingga proses penyapihan sangat sulit
2. “Ventilasi Assist Kontrol” (Assisted-control Ventilation = AC)
Ventilasi AC memberikan ventilasi “volume cucled” dengan jumlah udara dan frekwensi yang telah
ditentukan. Apabila pasien mulai bernapas tekanan inspirasi negative yang ditimbulkan akan
menyebabkan ventilator memberikan volume tambahan, tetapi apabila ventilasi mesin tidak sinkron
dengan upaya napas pasien atau aliran gas ventilator tidak cukup untuk memenuhi kebutuan pasien
maka cara ini akan menyebabkan kerja napas tambahan pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :
- Berpotensi menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik
- Komplikasi hiperventilasi dapat menurunkan rangsang pernapasan sehingga perlu diperhatikan jumlah
pernapasan.
- Bila setting tidak tepat dapat menyebabkan kelelahan bagi pasien.

3. “Syncronized Intermitten Mandatory Ventilator” (IMV/SIMV)


Respirator akan memberikan sejumlah udara (Tidal Volume) dan frekwensi saat tertentu sesuai dengan
napas spontan pasien. mode ini penderita dapat napas spontan sesuai dengan frekwensi dan tidal volume
yang dikehendaki sedang ventilator akan menyesuaikan saat yang tepat untuk memompa udara sehingga
dapat sinkron dengan napas spontan pasien.
Mode ini baik digunakan untuk penyapihan sebab dengan penurunan secara bertahap jumlah pernapasan
yang diberikan oleh mesin akan merangsang penderita secara perlahan akan memperbanyak usaha napas
spontannya sehingga ketergantungan ventilator dapat dikurangi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat :
- Harus diobservasi keadaan umum pasien saat penyapihan sebab frekwensi dan tidal volume rendah
yang diberikan akan menyebabkan kerja napas dan frekwensi pernapasan bertambah sehingga dapat
menimbulkan kelelahan.
- Frekwensi dan tidal volume yang dicapai secara spontan oleh penderita harus selalu dipantau monitor
ventilator agar mode dan kebutuhannya selalu disesuaikan.
- Modus ini dapat dikombinasikan dengan mode lain seperti “Pressure support ventilation”.
4. “Pressure Control Ventilation” (PCV)
PCV dibatasi oleh tekanan inspirasi tertinggi yang ditentukan sehingga ventilasi semenit akan dapat
berubah sesuai perubahan komplians paru atau tekanan jalan napas. Dapat terjadi volume tidal yang
diberikan rendah. Bisa digunakan untuk penderita dengan “Acute Lung injury”
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat:
- Observasi ketat keadaan umum pasien terutama pengembangan paru sebab bisa terjadi
hipo/hiperventilasi bila terjadi perubahan komplians paru.

5. “Pressure Support Ventilation” (PSV)


PSV merupakan tekanan positif yang diberikan oleh ventilator untuk membantu inspirasi dengan tujuan
mengatasi tambahan kerja napas yang diakibatkan oleh proses dalam paru, pipa ETT, sirkuit ventilator
atau hambatan lain yang ada dalam mesin. Dengan PSV pasien dapat mengatur frekwensi, lama inspirasi
aliran dan volume tidal. Dengan SIMV,PSV membantu inspirasi spontan tanpa mempengaruhi ventilasi
mesin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat:
- Observasi keadaan umum pasien dan selalu memonitor besar tidal volume dan frekwensi napas yang
dihasilkan oleh pasien monitor ventilator. Bila perlu besarnya pressure dapat ditambah atau dikurangi.
6. “Continuus Positive Air Way Pressure” (CIPAP)
mode ini penderita napas spontan tetapi diberikan tekanan positif awal yang lebih tinggi dari udara.
Meskipun cara ini memberikan tekanan jalan napas sebetulnya bukan merupakan bantuan ventilasi
mekanik, tetapi bisa bermanfaat dalam pengobatan penyakit tertentu.
7. Positive End Expiratory Pressure (PEEP)
Suatu cara memanipulasi pernapasan untuk memperbaiki oksigenasi dengan memberikan tekanan positif
akhir ekspirasi sehingga paru tetap mengembang meskipun saat ekspirasi. Pertimbangan untuk
memberikan PEEP yaitu untuk memperbaiki oksigenisasi untuk mencapai PaO2 yang tinggi atau untuk
mencegah kolaps paru selama ekspirasi, memperbesar kapasitas residu fungsional paru dan volume paru.
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat:
- PEEP yang tinggi dapat menyebabkan hipotensi karena venous return yang turun
- Perlu memantau hemodinamik, perfusi perifer terutama produksi urine.

VI. Komplikasi Ventilasi Mekanik


1. Komplikasi saluran nafas
- Aspirasi
- Trauma jalan nafas, kerusakan pipa suara
- Dislokasi pipa ETT
- Infeksi
2. Komplikasi paru
- Barotrauma, volutrauma, biotrauma
- Keracunan Oksigen
3. Komplikasi system hemodinamik
- Penurunan curah jantung
- Perfusi jaringan terganggu
- Balance cairan positif
4. Komplikasi saluran cerna
- Distensi abdomen
- Hipomutilitas usus
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Sedasi dan kelumpuhan otot nafas
7. Gangguan psikososial

VII. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat penggunaan ventilasi mekanik


1. Pemasangan awal respirator
Sterilisasi alat, kelengkapan alat (sambungan oksigen, udara, setting)
2. Sistem alarm
Perawat harus berespon terhadap setiap alarm. Alarm tidak boleh dimatikan, ditinggikan atau diturunkan
3. Humidifikasi dan temperature
Setiap penderita yang dilakukan ventilasi mekanik harus ditambahkan humidifikasi dengan temperature
yang terkontrol sehingga udara dapat dihangatkan karena system pelembab alamiah dari hidung tidak
berfungsi.

4. Selang sirkuit ventilator


Harus sealu dijaga dari kemungkinan terlepas, tertekuk, bocor atau tersumbat. Kadang dalam waktu lama
selang dapat berisi cairan yang akan mengganggu aliran udara.
5. Endotrakeal tube
Selalu evaluasi tekanan balon ETT dari kebocoran. Perhatikan plester agar ETT tidak tergeser atau
terlepas karena pasien yang berkeringat, plester basah atau penderita yang selalu bergerak
mengakibatkan ETT mudah bermigrasi. Hindari tergigitnya ETT dengan memasang pipa orofaring
(guedel). Ganti ETT tiap 1-2 minggu. Pembilasan ETT dapat dilakukan dengan memasukkan NaCl 0.9 %
di dalam ETT untuk mengencerkan lender sehingga lebih mudah untuk diaspirasi
Ganti sirkuit alat tiap 1 – 3 hari
Jaga kebersihan mulut penderita dengan membersihkan gigi dan rongga mulut tiap pagi dengan cairan
antiseptik
DASAR-DASAR VENTILASI MEKANIK
I. Ventilasi Mekanik
Alat bantu napas yang bisa bertekanan negatif maupun positif yang dapat mempertahankan Ventilasi dan
pemberian oksigen secara Mekanis dan dalam waktu yang lama.

Ventilasi mekanik dapat dipergunakan di ICU, PICU, NICU dan Unit Perawatan intensive lainnya.

II. Langkah-Langkah Pemasangan Ventilator


1. Intubasi endotracheal
- Gagal ventilasi
- Gagal Oksigenasi
- Obstruksi jalan nafas (efek obat anestesi post operasi,retensi sputum, penerunan kesadaran)
2. Pemasangan ventilator.

III. Mode ventilasi mekanik bayi dan anak kecil :


Mode ventilasi mekanik anak yang lebih disukai adalah Pressure-Controled, time cycle Ventilation (PCV)
dibandingkan Volume Constant Ventilation (VCV). Keuntungan dari mode ini adalah flow berjalan secara
terus menerus dengan konstan, meskipun dalam fase ekspirasi, sehingga memungkinkan napas spontan
pasien.

berat badan diatas 10 kg, dapat digunakan volume constan, time cycle, pressure-limited, Diatas usia dua
tahun maka pengelolaan umum hampir menyamai orang dewasa.

volume constant. Time-controled ventilator, maka VT ( Volume Tidal ) di set langsung, sedangkan
pressure-limited, time-cycle, constant flow ventilator, Tidal Volume yang diterima pasien tergantung dari
compliance dan resistance dari pasien dan juga dari parameter ventilasi seperti inspirasi time (Ti),
Flow (V), P.Insp dan PEEP

IV. Control Mandatory Ventilation (CMV)


Sejumlah udara yang diinspirasikan oleh mesin ke pasien yang dibatasi oleh volume control (VC) atau
Pressure control (PC)
> Parameter VCV > Parameter PCV
a. TV a. RR
b. RR b. T insp
c. FiO2 c. P insp
d. T insp. d. PEEP
e. Flow e. FiO2
f. P E E P

V Synchronous Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)


Mode ini menekankan mandat yang telah ditentukan sehingga pasien bernafas waktu-waktu tertentu
Terkadang mode ini diberikan bersamaan dengan pressure support (PS) dengan SIMV Rate ditiadakan
> Parameter
a. TV
b. SIMV Rate
c. Inspirasi Time
d. Pressure Support
e. FiO2
f. P E E P

VI. Continous Positive Airway Pressure (CPAP)


Dalam mode ini tiap inspirasi disuppor dengan preset constan pressure ( 15 – 35 cmH2O ), pasien harus
melakukan trigger ventilator dan biasanya dikombinasi dengan SIMV.
>Parameter :
a. PEEP
b. FiO2

1. Respirasi Rate ( RR )
a. Jumlah napas yang diberikan ke pasien setiap menit
b. Diset diatas dan dibawah nilai normal
c. 30 – 40 x/menit (bayi), 20 – 25 x/menit (anak kecil),dan 10 – 14 x/menit (dewasa)
2. Tidal Volume ( TV )
a. Volume gas yang dihantarkan oleh Ventilator setiap siklus napas Diset 6 – 8 ml/Kg.BB
b. ARDS, gunakan volume lebih kecil 4 – 6 ml/Kg.BB untuk meminimalkan tekanan berlebihan didalam
alveoli
3. Inspirasi : Ekspirasi Ratio ( I:E Ratio )
a. 1:2 / 1:1, merupakan nilai normal fisiologis inspirasi ekspirasi
b. Terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama / lebih lama dibanding ekspirasi untuk meningkatkan
PaO2
4. Inspirasi Pressure ( IP )
a. Mengatur/ membatasi jumlah pressure/volume cycled ventilator.
b. Pressure berlebih, dapat menyebabkan Barotrauma. sedangkan
c. Volume berlebih dapat menyebabkan Valutrauma
d. Jika inspirasi pressure/valume tercapai maka ventilator menghentikan hantarannya dan alarm
berbunyi.
e. Peningkatan pressure bila terjadi obstruksi, batuk, retensi sputum, ETT tergigit, fighting atau kingking.
f. Tidak melebihi 35 cm H2O.
5. FiO2 ( Fraksi Oksigen )
a. Konsentrasi (%) oksigen yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
b. Konsentrasi 21 – 100 %
c. Awal 100 % tidak boleh terlalu lama
d. Dapat diweaning bertahap
e. Setting 100 % bila ada tindakan tertentu yang menginterupsi pemberian ventilasi, berikan oksigen 100
% selama 15 menit.
6. Flow rate (f)
a. Merupakan jumlah udara inspirasi yang dialirkan dalam 1 menit.
b. Rumus : Flow Rate = (TV x 60) : T.insp
INTERVENSI
A. Suctioning
Suctioning atau penghisapan lendir merupakan prosedur yang rutin dilakukan untuk membebaskan jalan
nafas. Frekuensi yang terlalu sering dapat mengakibatkan produksi lendir menjadi bertambah atau resiko
infeksi menjadi tinggi. Tindakan ini dilakukan jika memang dianggap perlu sekali karena pertimbangan
jalan nafas yang buruk atau jika saturasi oksigen monitor mengalami penurunan atau jika lendir
mengakibatkan penumpukan CO2 dalam darah yang ditunjukkan dengan AGD. Untuk menghindari
hipoksemia saat tindakan, dapat diberikan FiO2 dengan konsentrasi tinggi (100%) dalam 3-5 siklus
pernafasan atau sampai nilai saturasi oksigen diatas 95%. Untuk menghindari atelektasis akibat
penghisapan lendir, perawat harus menggunakan teknik yang tepat misalnya diameter suction tidak
kurang dari 0,5 diameter ETT. Menarik ujung suction 1-2 cm dari karina (setelah ada rangsangan batuk)
dan tekanan suction tidak melebihi 100 cmH2O. untuk menghindari infeksi nosokomial kanula suction
digunakan tipe system tertutup atau prosedur 1 kali pakai buang kanula suction tipe terbuka. Aspirasi
tidak melebihi 10 detik dan berikan FiO2 konsentrasi tinggi selama 5-6 siklus nafas untuk menghindari
hipoksemia paska penghisapan lendir. pasien ARDS, resiko kolaps tidak saja akibat suctioning namun
lepasnya tubing saat akan melakukan tindakan suctioning mengakibatkan PEEP yang sudah diset
menjadi nol dan seketika itu paru-paru menjadi kolaps.
B. Hemodinamik
Pemilihan PEEP dan TV yang terlalu tinggi pasien hipotensi akan mengakibatkan penekanan berlebih
oleh kedua paru terhadap ventrikel sehingga akan menurunkan isi sekuncup (stroke volume) dan
penurunan terhadap curah jantung.
C. Pembatasan Anggota Gerak
pasien-pasien yang terpasang ventilator jangka panjang, disorientasi atau keadaan yang tidak kooperatif
sering dijumpai. Ekstubasi yang dilakukan oleh pasien sendiri bukan suatu hal yang tidak mungkin
terjadi. Pemasangan restrain kedua tangan diperlukan pasien-pasien seperti ini karena resiko ekstubasi
dengan keadaan balon ETT masih mengembang sangat beresiko terhadap rupture trakhea.
D. Komunikasi
Komunikasi pasien dilakukan dengan membuat catatan-catatan yang sederhana dan pasien dipantau
terhadap kemungkinan pemakaian energi yang terlalu berlebih sehingga berdampak peningkatan
komsumsi

oksigen (VO2) dan hemodinamik yang merugikan. Penyampaian komunikasi dilakukan pasien dengan
menulis sendiri dan perawat membantu membimbing tentang apa yang ingin disampaikan pasien.
E. Perubahan Posisi Tidur
Merubah posisi tidur miring ke kiri-kanan, terlentang dan atau tengkurap (jika tidak terdapat kontra
indikasi) secara periodik setiap 2 jam selain memiliki keuntungan terhadap penurunan resiko dekubitus
juga akan membantu memperbaiki komplain paru dan sirkulasi kapiler pulmonal terhadap efek gravitasi
(west zone) terutama posisi semi rekumben.
F. Humidifier
Humudifer atau pelembab udara inspirasi dari ventilator menuju pasien harus diisi air akuades dengan
ukuran yang sesuai dengan anjuran pabrik. Keuntungan lain dari humudifer adalah untuk mematikan
bakteri yang masuk ke dalam paru melalui tubing inspirasi. Kelebihan mengisi air akan mengakibatkan
naiknya air dari humudifer ke dalam paru. Dan jika air yang masuk paru dalam jumlah berlebihan akan
mengakibatkan pneumotoraks. beberapa merk ventilator, suhu humudifer perlu dipantau juga
keakuraratannya dengan meraba tubing inspirasi karena beberapa masalah bisa terjadi seperti suhu yang
tertera dihumudifer tidak sesuai dengan suhu yang sebenarnya (bisa saja lebih panas dari nilai yang
tertera) sehinga akan menyebabkan luka baker disekitar jalur trakheo-bronkhial.
G. Water trapping
Water trapping adalah penampung air diantara dua pipa (tubing). Keuntungannya adalah untuk
mencegah masuknya air ke dalam paru-paru pasien. Water trapping yang penuh harus segerah dibuang
sebelum air naik ke bagian tubing dan masuk kedalam paru. Akumulasi air akuades tubing inspirasi akan
mengakibatkan hambatan udara inspirasi dari ventilator ke dalam paru pasien sehingga akan
mengakibatkan Tidal Volume (TV) menurun.
H. Mechanical Malfunction
Yakinkan alarm setting aktif, mesin ventilator bisa saja tiba-tiba tidak berfungsi dengan baik, olehnya itu
siapkan resusitation bag disetiap pasien yang terventilator. Segera lepas ventilator dari pasien dan
lakukan manual resuscitation, kemudian cari penyebab kerusakan bila perlu ganti ventilator

I. Observasi
Observasi yang dilakukan selama penggunaan ventilator adalah :
a. Penurunan tekanan darah
b. Penurunan central Venus Pressure
c. Penurunan Pulmonary Artery Pressure
d. Penurunan tingkat kesadaran
e. Penurunan urine output
f. Pulsasi peripheral melemah
g. Capilari refill lambat
h. Gelisah
i. Pasien tampak lemah
j. Nyeri dada.
Intervensi keperawatan secara umum pada klien dengan ventilasi mekanik:
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
2. Persiapkan untuk kegawat daruratan, ambubag tersambung dengan sumber O2
3. Kaji ventilator setiap 1-2 jam, mengenai jenis, pola, tidal volume, frekuensi nafas, Fi02, dan airway
pressure.
4. Evaluasi sistem alarm, temperatur, dan sistem humidifikasi.
5. Monitor seiang dari lepas, tertekuk, bocor, atau tersumbat.
6. Lakukan oral higiene, inspeksi mulut dan membran mukosa sekitar ETT.
7. Bantu mengatasi kecemasan, jika perlu dengan medikasi
8. Pemberian neuromuskular bloker, guakan seclasi
9. Cegah ekstubasi akibat kecelakaan
10. Berikan alat komunikasi dengan klien
11. Pertahankan nutrisi yang adekuat, cegah aspirasi
12. Monitor kemungkinan komplikasi.
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian Klien:
Dalam mengkaji klien yang menggunakan ventilator, perawat mengevaluasi hal-hal berikut:
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia (gelisah, ansietas, takikardi, peningkatan frekuensi pernafasan, dan sianosis)
3. Frekuensi dan pola nafas
4. Bunyi nafas
5. Status neurologic
6. Volume tidal, minnute volume, kapasitas vital kuat.
7. Kebutuhan pengisapan/suctoning
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis

Pengkajian Peralatan
1. Jenis ventilator
2. Mode ventilator
3. Pengesetan volume tidal dan frekuensi
4. Pengesetan Fi02
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan
6. Adanya air dalam selang, terlepasnya sambungan, atau terlipatnya selang
7. Humidifikasi
8. Alarm (fungsi yang sesuai)
9. PEEP
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot-otot
pernafasan, faktor metabolik.
• Hasil yang diharapkan:
Mempertahankan AGD dalam batas normal.
- Mempertahankan airway, mobilisasi sekret, tetap bebas dari dyspnea dan gelisah.
• Intervensi keperawatan dan rasional:
- Monitor perubahan oksigenasi dan ventilasi, perubahan AGD, pulse oxymetri, dan end tidaICO2-
R : menjaga oksigenasi adekuat dan keseimbangan asam bass.
- Pertahankan ETT atau trakheostomy; amankan tube dengan plester atau perlengkapan lain.
R: mempertahankan jalan nafas yang adekuat untuk memfasilitasi ventilasi mekanik.
- Lakukan suctioning sesuai kebutuhan.
R: mengeluarkan sekret dan menjaga jalan nafas tetap terbuka.
- Kolaborasi dengan dokter untuk meningkatkan sedasi jika agitasi mengganggu ventilasi.
R: menunjang efektivitas ventilasi mekanik.
- Cegah ekstubasi tak terencana.
R: Menjaga jalan nafas dan keamanan klien.
- Reposisi F- I I dari sisi satu ke sisi yang lain setiap 4 jam, kaji dan dokumentasikan kondisi kulit.
Catatan: tempatkan tube pada batas garis di bibir, lakukan prosedur oleh 2 prang staff, lakukan suction di
atas cuff ETT sebelum mereposisi ETT.
R: mencegah kerusakan kulit, mengurangi aspirasi dari sekret oral dan pneumonia akibat pemasangan
ventilator, menjaga tube dalam posisi yang benar setelah manipulasi.
Lakukan auskultasi dada setelah mereposisi tube.
R: memastikan posisi tube tidak berubah.
Kaji status respirasi setiap 4 jam; segera merespon adanya perubahan: suara nafas di anterior, posterior,
chest excursion, kemampuan klien untuk melakukan nafas spontan, tanda dan gejala hipoxemia.
R: mengisyaratkan kondisi membaik atau memuruk, mungkin mengindikasikan kebutuhan untuk
suctioning.
Monitor RR dan bantuan nafas dan inisiatif klien untuk bernafas. R: Mengkaji efektivitas ventilasi
mekanik.
- Kaji toleransi terhadap bantuan nafas dan monitor adanya pergerakan nafas yang asinkron, melaporkan
adanya sesak nafas, atau pressure alarm yang tinggi. Jika simptomatik, lepaskan klien dari ventilator dan
berikan ventilasi manual dan siapkan untuk pemasangan chest tube.
R: mengkaji efektivitas ventilasi mekanik dan berjaga-jaga terhadap komplikasi; volutrauma, untuk
secepatnya merespon dan menangani volutrauma.
- Sediakan ambu bag dan perlengkapan suction yang siap digunakan. R: menjaga jalan nafas dan ventilasi
klien apabila terjadi keadaan emergency.
Pertahankan integritas sirkuit ventilator; monitor seting ventilator, responsif terhadap alarm ventilator,
jags tubing bebas dari uap lembab/embun dan gunakan perlengkapan seperti water trap untuk
memfasilitasi pembuangan uap lembab.
R: memaksimalkan efektivitas ventilasi mekanik dan menjaga keamanan klien.
- Monitor cuff pressure dari ETT atau trakheostomy tube: Penggembungan cuff dengan jumlah minimal
udara diperlukan untuk mencegah kebocoran udara sekitar cuff dan menjaga tidal volume. Laporkan ke
dokter jika cuff pressure melebihi 30 cmH20 atau jika cuff tidak bisa menjaga tekanan yang adekuat.
R: memaksimalkan ventilasi dan mencegah aspirasi dari sekresi oral.

- Lakukan suction oral setiap 4 jam atau jika diperlukan.


R: mencegah aspirasi dari sekresi oral dan meningkatkan kenyamanan klien.
- Monitor serial chest x-ray.
R: Mengkaji posisi ETT dan perbaikan/perburukan kondisi paru-paru.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk meningkatkan strategi memaksimalkan efektivitas penggunaan
ventilator: perubahan seting, sedasi, analgetik, teknik relaksasi, neuromuscular blockade.
R: Terapi mungkin diperlukan untuk memfasilitasi ventilasi mekanik untuk mengoptimalkan ventilasi
dan pertukaran gas.
- Kolaborsi dengan tim kesehatan untuk merawat dan merespon hal-hal yng mendasari gagal pernafasan.
R: Merawat penyebab yang mendasari akan memajukan weaning ventilator.
- Monitor kesiapan klien untuk diweaning dari ventilator.
R: Identifikasi terhadap inclikator klien siap untuk diweaning dari ventilator.
- Support klien dan keluarga untuk terlibat dalam perencanaan perawatan dan pencapaian tujuan.
R: Membantu perkembangan klien.
- Implementasikan rencana perawatan untuk menjaga kenyamanan, mobilitas, nutrisi dan integritas kulit
klien.
R: mencegah kehilangan fungsi karena penggunaan ventilator dan bed rest.
2. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas buatan; penurunan kemampuan untuk
batuk, sekret yang kental.
• Hasil yang diharapkan:
3alan nafas klien terjaga tetap terbuka, sekret muclah diambil.
• Intervensi keperawatan dan rasional:
- Kaji kebutuhan klien untuk suction pada ETT, adanya pressure alarm ventilator, terdengar suara sekret,
suara nafas yang kasar.
R: mengindikasikan kebutuhan untuk suction.
- Suctoning sesuai dengan protokol rumah sakit.
R: mencegah kmplikasi karena suctionin.
- Kaji bunyi nafas setelah suctioning.
R: membandingkan efektivitas: bunyi nafas seharusnya menunjukkan perbaikan.
- 3ika sekresi trakea kental kaji hidrasi klien dan humidifikasi ventilator, hindari memasukkan normal
saline.
R: Mengencerkan sekret yang kental dan memudahkan untuk clikeluarkan. Pemberian NS tidak
menunjukkan keefektifan dan mengakibatkan hipoksemia.
- Rubah posisi secara periodik.
R: meingkatkan drainase sekret dan ventilasi untuk semua bagian paru sehingga menurunkan resiko
atelektasis

- Kolaborasi untuk melakukan fisioterapi dada.


R: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan membantu drainase sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif.
R: meningkatkan keefektifan usaha batuk.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasang jalan nafas buatan dan ventilator.
• Hasil yang diharapkan:
Klien dapat mempertahankan metode komunikasi yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan.
• Intervensi keperawatan:
- Kaji kemampuan komunikasi klien untuk pola komunikasi pengganti. R: membantu menentukan pola
komunikasi yang memungkinkan untuk klien.
- Kembangkan metode komunikasi yang cocok untuk klien; pertanyaan
tertutup, clipboard dengan kertas dan pensil, gambar-gambar untuk
komunikasi, daftar alfabet, kontak mats, dan validasi arti dari komunikasi
yang diinginkan.
R: membantu menginterpretasikan kebutuhan klien
- Usahakan untuk membaca bibir.
R: membantu klien untuk menyampaikan kebutuhannya.
- Bicara pelan dan jelas ke klien.
R: memudahkan klien untuk mengerti.
- Jelaskan setiap prosedur yang dilakukan.
R: mengurangi kekhawatiran klien.
- Hindarkan klien dari frustrasi.
R: meningkatkan rasa nyaman dan motivasi klien untuk menyampaikan kebutuhannya.
4. Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pemasangan jalan nafas buatan.
• Hasil yang diharapkan:
Kelembaban membran mukosa oral klien terjaga; tidak terjadi ulserasi atau lesi yang lain.
• Intervensi keperawatan:
- Kaji membran mukosa oral terhadap ulserasi atau lesi yang lain.
- Inspeksi mulut dengan hati-hati, di sekitar dan di bawah plester atau alat¬alat yang digunakan untuk
mengamankan ETT.
- Jaga kebersihan mulut, oral hygiene paling sedikit I kali per shift dengan
menggunakan oral swab, sikat gigi dengan bulu yang halus. Lumasi bibir
dengan air atau pelembab bibir. Gunakan disposible oral suction.
R: semua intervensi meningkatkan kenyamanan klien; mengeluarkan bakteri dari orofaring, dan
mengurangi kemungkinan terjadinya pneumonia karena penggunaan ventilator.
5. Resiko terjadi infeksi pulmonal berhubungan dengan pemasangan jalan nafas buatan.
Hasil yang diharapkan: Klien bebas dari infeksi.

• Intervensi keperawatan:
- Pertahankan posisi kepala tempat tidur 30°.
R: mencegah aspirasi dari sekresi gastrik
- Monitor temperatur setiap 4 jam. Monitor jumlah, warns, konsistensi, dan bau lendir. Lapor dokter jika
terjadi peru ba han lendir.
R: mengidentifikasi tanda-tanda infeksi.
- Gunakan teknik mencuci tangan yang balk, gunakan gloves untuk prosedur, gunakan teknik aseptik
untuk suctioning.
R: Mencegah transmisi bakteri ke pasien.
- Suction rongga oral paling sedikit setiap 4 jam. Lakukan perawatan mulut dan pertahankan integritas
cuff ETT.
R: mengeluarkan bakteri dari orofaring dan mencegah aspirasi dari bakteri yang dapat menyebabkan
pneumonia karena penggunaan ventilator.
6. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan akan ventilasi mekanik, ketidakmampuan untuk
mengkomunikasikan kebutuhan, ketergatungan secara psikologis terhadap ventilator.
7. Penurunan cardiac output berhubungan dengan positif pressure ventilation.
8. Perubahan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk makan per oral, meningkatnya
kebutuhan nutrisi, kerusakan fungsi gastrointestinal.
9. Kelebihan volume cairan, resiko, berhubungan dengan hidrasi, mekanisme stimulasi RAA.
10.Resiko terjadi injury, perdarahan gastrointestinal berhubungan dengan positif pressure ventilation,
stress yang disebabkan keaclaan sakit kritis.
11.Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan inefektif bersihan jalan nafas, gangguan
pola tidur, nutrisi inadekuat, nyeri, faktor psikologis.
Masalah Kola boratif/ kompi ikasi potensial:
• Melawan kerja ventilator.
• Masalah-masalah ventilator, peningkatan dalam tekanan jalan nafas puncak, penurunan tekanan,
kehilangan volume.
• Gangguan kardiovaskuler.
• Barotrauma dan pneumothorax.
• Infeksi paru.
Evaluasi
• Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda vital
yang adekuat.
• Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
• Bebas dari ceders atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah putih yang
normal.
• Berkomunikasi secara efektif melalui pecan tertulis dan gerak tubuh, atau slat komunikasi lainnya.
• Terbebas dari rasa takut.
Klien dapat diweaning dari ventilator dengan AGD yang adekuat, bebas dari dyspnea dan sesak nafas,
jalan nafas efektif.[--)

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn (1999). Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and Documenting Patient Care. (3
1h ed). (Kariasa, dkk, Penerjemah). Philadelphia: F.A. Davis Company. (Sumber asli diterbitkan 1993)
Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner & Suddarths textbook of medical surgical nursing. (8th ed). (Waluyo,
dkk, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott. (Sumber asli diterbitkan 1996)
Sole. Klein. Moseley (2005). Introduction to Critical Care Nursing. (4th ed). St. Louis: Elsevier Saunders
SOP CUCI TANGAN (BIASA DAN ASEPTIK)
UPT PuskesmasDawan ICUCI TANGAN (BIASA DAN ASEPTIK)No
Dokumen:02/DW.1/SK/2012Nomor Revisi: Halaman: 1/0STANDAROPERASIONALPROSEDURTanggal
berlaku :02 Januari 2012Ditetapkan di SemarapuraKepala UPT Puskesmas Dawan Idr. I Nyoman Adiputra

NIP. 196212041988031013PENGERTIANMenggosok tangan dari kotoran dengan sabun atau antiseptic dan
dibilasdengan air mengalirTUJUAN1.

Menjaga kebersihan perorangan2.

Mencegah terjadinya infeksi silangKEBIJAKANSebelum dan sesudah melakukan


tindakanPETUGASPerawatPERALATAN1.

Bak cuci dan air mengalir2.

Sabun atau antiseptic3.

Handuk atau pengeringPERSIAPANPeralatanPROSEDURPELAKSANAAN

A.

Tahap Pra Interaksi


Kuku dalam keadaan pendek.B.

Tahap Kerja
1.

Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan bajusampai siku2.

Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka / sayatan3.

Menjaga agar tangan dan pakaian tidak menyentuh wastafel (jikatangan menyentuh wastafel cuci tangan
diulang)4.

Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian5.

Membasahi tangan dan lengan bawah, mempertahankannya lebihrendah dari siku6.

Menaruh sedikit sabun / antiseptic (2 – 4 cc). Untuk sabun batang,pegang dan gosok sampai berbusa7.

Menggosok kedua lengan dengan cepat, selama 10 – 15 detik8.

Menggosok punggung tangan, sela-sela jari9.

Menggosok sela-sela jari secara melingkar minimal 5 kali10.


Menggosok ujung-ujung jari ke telapak tangan yang lain11.

Membilas lengan dan tangan sampai bersih12.

Menutup kran dengan siku. (Bila kran harus ditutup dengan tangan,cuci kran dengan sabun terlebih dahulu
sebelum membilas tangan)13.

Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering UNIT TERKAIT1.

Petugas pelaksana

MEMBERIKAN CAIRAN MELALUI VENA DENGAN WINGNEEDLE


Nama mahasiswa :
NIM :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3 4
A. Persiapan alat
Baki dan alas, cairan infus yang dibutuhkan, set infus, wingneedle
steril, kapas alkohol dalam tempatnya, betadin, alat cukur (bila
perlu), kain pengalas dan perlak, gunting verban, kasa steril dalam
bak instrumen, korentang dalam tempatnya, plester, nierbeken,
standar infuse, spalk, kasa gulung
B. Tahap pre-interaksi
2. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
3. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
4. Cuci tangan
C. Tahap orientasi
5. Berikan salam, panggil nama klien
6. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
D. Tahap kerja
7. Mendekatkan alat ke dekat pasien
8. Pasien dibedong atau pasang pengikat tangan (bila perlu) dan
tidurkan terlentang
9. Perlak dan kain pengalas di pasang di bawah anggota tubuh yang
akan dipasang infuse
10. Botol cairan digantung, tutup botol di desinfektan dengan kapas
alkohol lalu tusukkan selang udara kemudian selang infuse di
pasang dan di sambung dengan wingneedle
11. Tutup jarum dibuka cairan dialirkan sampai keluar sehingga tidak
ada udara di dalam selang saluran infuse selanjutnya diklem dan
jarum ditutup kembali
12. Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk di desinfektan dengan
kapas alkohol lalu jarum ditusukkan ke vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas
13. Bila berhasil maka darah akan masuk ke dalam selang dan klem di
longgarkan untuk melihat kelancaran cairan atau tetesan
14. Bila tetesan lancar jarum di fiksasi
15. Memasang spalk dan tali spalk
16. Menghitung jumlah tetesan sesuai kebutuhan
17. Pasien dirapikan dan alat-alat dikembalikan pada tempatnya
E. Tahap terminasi
14. Mengobservasi reaksi pasien
15. Membuat kontrak selanjutnya
16. Mencuci tangan
17 Mendokumentasikan tindakan keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%) Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)


Nilai 2 : Dilakukan salah (50%) Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilai
Evaluasi…………………………………..
Saran………………………………………
Tanjungpinang 2010
Evaluator

…………………………
Posted by Warsono Archink at 5:50 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: cara menggunakan wingneedle, keuntungan dan kerugian mengembil darah dengan
wingneedle

SOP / INSTRUKSI KERJA PEMBERIAN SALEP MATA


MEMBERI OBAT SALEP MATA
Nama mahasiswa :
NIM :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3 4
A. Persiapan alat
1. Salep mata, kasa/kapas steril, bengkok, kasa dan larutan
desinfektan untuk membersihkan mata
B. Tahap pre-interaksi
2. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
3. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
4. Cuci tangan
C. Tahap orientasi
5. Berikan salam, panggil nama klien
6. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
D. Tahap kerja
7. Mendekatkan alat ke dekat pasien
8. Mata dibersihkan
9. Salep dibuka, kelopak mata bawah dibuka dengan ibu jari tangan
kiri
10. Salep dioleskan kedalam kelopak mata bawah dari kantung
konjungtiva
11. Dengan posisi tube membentuk sudut 45 derajat
12. Pasien diminta menutup mata perlahan-lahan agar salep merata
(jika memungkinkan)
13. Rapikan alat dan klien
E. Tahap terminasi
14. Mengobservasi reaksi pasien
15. Membuat kontrak selanjutnya
16. Mencuci tangan
17 Mendokumentasikan tindakan keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%) Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)


Nilai 2 : Dilakukan salah (50%) Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilai
Evaluasi…………………………………..
Saran………………………………………
Tanjungpinang 2010
Evaluator

…………………………

Posted by Warsono Archink at 5:48 AM No comments:


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Friday, October 10, 2014

SOP / INSTRUKSI KERJA PEMBERIAN SALEP MATA


MEMBERI OBAT TETES MATA
Nama mahasiswa :
NIM :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3 4
A. Persiapan alat
1. Obat tetes mata, kasa/kapas steril, bengkok, kasa dan larutan
desinfektan untuk membersihkan mata
B. Tahap pre-interaksi
2. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
3. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
4. Cuci tangan
C. Tahap orientasi
5. Berikan salam, panggil nama klien
6. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
D. Tahap kerja
7. Mendekatkan alat ke dekat pasien
8. Pasien dibaringkan dengan sikap yang nyaman atau duduk dengan
kepala di tengadahkan
9. Mata dibersihkan dahulu
10. Obat tetes mata dengan posisi membujur, dekatkan dengan mata
jangan sampai menyentuh
11. Perawat membuka kelopak mata dengan jari, pasien diminta
melihat ke atas (jika memungkinkan) , teteskan obat ke kantung
conjungtiva sesuai dosis
12. Kelebihan obat diserap dengan kasa
13. Rapikan alat dan klien
E. Tahap terminasi
14. Mengobservasi reaksi pasien
15. Membuat kontrak selanjutnya
16. Mencuci tangan
17 Mendokumentasikan tindakan keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%) Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)


Nilai 2 : Dilakukan salah (50%) Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilai
Evaluasi…………………………………..
Saran………………………………………
Tanjungpinang 2010
Evaluator

…………………………
..

Posted by Warsono Archink at 11:52 AM No comments:


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

SOP / INSTRUKSI KERJA PEMBERIAN SALEP TELINGA


MEMBERI OBAT SALEP TELINGA
Nama mahasiswa :
NIM :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3 4
A. Persiapan alat
1. Lidi kapas/cotton bud, larutan untuk membersihkan telinga, obat
sesuai indikasi, bengkok, pengalas.
B. Tahap pre-interaksi
2. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
3. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
4. Cuci tangan
C. Tahap orientasi
5. Berikan salam, panggil nama klien
6. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
D. Tahap verja
7. Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8. Mendekatkan alat ke dekat klien
9. Pasang pengalas dan bengkok
10. Daun telinga ditarik supaya lubang telinga menjadi lurus dan
mudah dilihat
11. Telinga dibersihkan terlebih dahulu dengan lidi kapas yang sudah
diberi larutan desinfektan dan jangan memasukkan lidi kapas
terlalu dalam.
12. Lidi kapas yang kotor ditaruh dibengkok, diulangi sampai bersih
13. Salep dioleskan dengan lidi kapas
14. Rapikan alat dan klien
E. Tahap terminasi
15. Mengobservasi reaksi pasien
16. Membuat kontrak selanjutnya
17. Mencuci tangan
18. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai 1 : Tidak dilakukan (25%) Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)


Nilai 2 : Dilakukan salah (50%) Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna (100%)
Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilai
Evaluasi…………………………………..
Saran………………………………………
Tanjungpinang 2010
Evaluator

……………
……………
Posted by Warsono Archink at 11:51 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Thursday, October 2, 2014

SOP / PROTAP PEMERIKSAAN TAKANAN DARAH


Pemeriksaan tekanan darah

Pengertian :
Merupakan tatacara pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah merupakan indikator untuk
menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi.

Tujuan :
Mengetahui nilai tekanan darah.

Kebijakan :

Alat dan bahan:


 Sphigmomanometer (tensi meter) yang terdiri dari:
o Manometer air raksa dan klep penutup dan pembuka.
o Manset udara
o Slang karet
o Pompa udara dari karet dan sekrup pambuka penutup.
 Stetoskop.
 Buku catatan nadi.
1. Pena

Prosedur :
CARA PALPASI
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju dibuka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brachialis dan kempeskan balon
udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar skrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat hasil.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

CARA AUSKULTASI
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju dibuka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brachialis dan dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar skrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali
denyut.
13. Catat tinggi air raksa manometer
 Suara Korotkoff I : menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara
auskultasi.
 Suara Korotkoff IV/V : menunjukkan besarnya tekanan diastolik
secara auskultasi.
1. Catat hasilnya pada catatan pasien.
2. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Posted by Warsono Archink at 10:44 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: cara melakukan pemeriksaan tekanan darah, lokasi pengukuran tekanan darah yang
dianjurkan

SOP / PROTAP PEMERIKSAAN PERNAFASAN


Pemeriksaan pernapasan

Pengertian :
Merupakan tatacara pemeriksaan pernapasan. Pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui sistem pernapasan.
Tujuan :
1. Mengetahui irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
Kebijakan :

Alat dan bahan:


1. Arloji (jam) atau stop-watch.
2. Buku catatan.
3. Pena

Prosedur :
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Posted by Warsono Archink at 10:39 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: cara mengukur pola nafas

SOP / PROTAP PEMERIKSAAN DENYUT NADI


Pemeriksaan denyut nadi

Pengertian :
Merupakan tatacara pemeriksaan denyut nadi. Denyut nadi merupakan indikator untuk menilai
sistem kardiovaskuler.
Tujuan :
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan).
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler.
Kebijakan :

Alat dan bahan:


1. Arloji (jam) atau stop-watch.
2. Buku catatan nadi.
3. Pena
Prosedur :
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Letakkan kedua tangan penderita telentang disisi tubuh.
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari
tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensi permenit, keteraturan irama dan
kekuatan denyutan.
7. Catat hasil.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Posted by Warsono Archink at 10:34 AM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: cara mengukur denyut nadi, lokasi tempat pengukuran denyut nadi
Wednesday, October 1, 2014

SOP / PROTAP PENGUKURAN SUHU


Pengukuran suhu
Pengertian :
Merupakan tatacara pemeriksaan suhu tubuh. Suhu tubuh merupakan indikator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Rentang suhu tubuh dapat diukur
dengan menggunakan termometer air raksa melalui oral, rektal, maupun axila dan menggunakan
termometer digital.
Tujuan :
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
Kebijakan :

Alat dan bahan:


1. Termometer
2. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi larutan air bersih
1. Bengkok
2. Kertas/tissue
3. Vaselin/jelly
4. Buku catatan suhu
5. Sarung tangan
Prosedur :
1. Pemeriksaan Suhu Oral

1. Jelaskan prosedur pada klien.


2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien.
5. Tentukan letak bawah lidah.
6. Turunkan suhu termometer dibawah 34 o C – 35 o C.
7. Letakkan termometer di bawah lidah sejajar dengan gusi.
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit.
9. Angkat termaometer dan baca hasilnya.
10. Catat hasil.
11. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
12. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

1. Pemeriksaan Suhu rektal

1. Jelaskan prosedur pada klien.


2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien.
5. Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan vaselin
jelly
6. Letakkan telapak tangan pada pada sisi glutea pasien dan
masukkan termometer ke dalam rektal jangan sampai berubah tempatnya
dan ukur suhu.
7. Setelah 3-5 menit angkat termaometer dan baca hasilnya.
8. Catat hasil.
9. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
10. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

1. Pemeriksaan suhu aksila

1. Jelaskan prosedur pada klien.


2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien.
5. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan
menggunakan tisu.
6. Letkkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi
diatas dada.
7. Setelah 3-10 menit angkat termaometer dan baca hasilnya.
8. Catat hasil.
9. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
10. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Posted by Warsono Archink at 5:42 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: cara mengukur suhu, jenis-jenis termometer, lokasi pengukuran suhu tubuh,mengukur
suhu lewat aksila

KUMPULAN SOP KEPERAWATAN LENGKAP


Daftar SOP Keperawatan :

1. Pengukuran suhu
2. Pemeriksaan denyut
3. Pemeriksaan pernafasan
4. Pemeriksaan tekanan darah
5. Menyiapkan tempat tidur terbuka dan tertutup
6. Merawat kulit pada daerah tertekan
7. Merawat rambut
8. Merawat gigi dan mulut
9. Merawat kuku
10. Melakukan higiene vulva
11. Memandikan pasien
12. Melakukan pemberian oksigen
1. kateter nasal
2. kanul nasal
3. masker oksigen
13. Melakukan fisiotherapi dada
1. drainage postural
2. clapping dan vibrasi
14. Melakukan penghisapan lendir
15. Melakukan pemberian nutrisi melalui oral
16. Melakukan pemberian nutrisi melalui pipa lambung
17. Melakukan pemberian nutrisi parenteral
18. Melakukan pemberian cairan melalui infus
19. Melakukan tranfusi darah
20. Menghitung balans cairan
21. Memenuhi kebutuhan defekasi menggunakan pispot
22. Memberikan huknah rendah
23. Memberikan huknah tinggi
24. Melakukan pemberian gliserin per rektal
25. Mengevakuasi feses secara manual
26. Memenuhi kebutuhan berkemih menggunakan urinal
27. Melakukan kateterisasi perkemihan
1. Pemasangan kateter perkemihan pria
2. Pemasangan kateter perkemihan wanita
28. Memasang kondom kateter
29. Membantu pasien duduk ditempat tidur
30. Mengatur posisi ditempat tidur
1. posisi sim
2. posisi trendelenberg
3. posisi dorsal recumbent
4. posisi genu pectoral (knee chest)
31. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
32. Memindahkan pasien oleh dua/tiga perawat
33. Membantu pasien berjalan
34. Membantu pasien melakukan mobilisasi (latihan rentang gerak)
1. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2. Fleksi dan ekstensi siku
3. Pronasi dan supinasi lengan bawah
4. Abduksi dan adduksi bahu
5. Rotasi bahu
6. Fleksi dan ekstensi jari-jari
7. Infersi dan effersi kaki
8. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
9. Fleksi dan ekstensi lutut
10. Rotasi pangkal paha
11. Abduksi dan adduksi pangkal paha
35. Melakukan teknis masase
36. Melakukan kompres panas basah
37. Melakukan kompres dingin basah
38. Melakukan rendam secara benar
1. Rendam tangan dan kaki
2. Rendam gluteal
3. Rendam seluruh bagian tubuh
39. Mencuci tangan dengan benar
1. Mencuci tangan biasa
2. Mencuci tangan dengan desinfektas
3. Mencuci tangan steril
40. Menggunakan sarung tangan
41. Menggunakan masker
42. Perawatan luka
43. Perawatan luka dekubitus
44. Pembalutan
45. Pemberian obat:
1. Pemberian obat melalui oral
2. Pemberian obat melalui intracutan
3. Pemberian obat melalui subcutan
4. Pemberian obat melalui intra vena langsung
5. Pemberian obat melalui wadah cairan intra vena
6. Pemberian obat melalui intramuskular
7. Pemberian obat melalui anus/rektum
8. Pemberian obat melalui vagina
9. Pemberian obat topikal: pada kulit
10. Pemberian obat topikal: pada mata
11. Pemberian obat topikal: pada telinga
12. Pemberian obat topikal: pada hidung
46. Prosedur dan pemeriksaan khusus:
1. Pengambilan sampel darah vena untuk pemeriksaan
2. Pengambilan sampel darah arteri untuk pemeriksaan
3. Pemeriksaan hemoglobin cara sahli
4. Pemeriksaan golongan darah dengan kacva obyek
Posted by Warsono Archink at 5:38 PM No comments:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

SOP / INSTRUKSI KERJA PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA


MEMBERI OBAT TETES TELINGA
Nama Mahasiswa :…………….
NIM :
No Aspek yang di nilai Nilai
1 2 3 4
TAHAP PRE-INTERAKSI
1. Mengecek rencana tindakan keperawatan/medik
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat: lidi kapas/cotton bud, larutan untuk membersihkan
telinga, obat sesuai indikasi, pipet dan kassa, bengkok, pengalas
Tahap orientasi
4 Memberi salam dan memperkenalkan diri
5 Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
6. Memberi kesempatan bertanya
Tahap Kerja
7. Mendekatkan alat ke dekat pasien
8. Atur posisi berbaring atau duduk dengan kepala miring
9. Pasang pengalas dan bengkok
10 Bila perlu telinga dibersihkan dulu
11 Obat telinga disiapkan dan diteteskan sesuai indikasi
12. Obat diteteskan melalui dinding telinga ke dalam lubang telinga sambil
daun telinga ditarik sehingga telingga menjadi lurus.
13. Sebaiknya pasien tetap miring selama dalam beberapa menit, supaya obat
tidak keluar
Tahap Terminasi
14. Mengobservasi reaksi pasien
15. Membuat kontrak selanjutnya
16. Mencuci tangan
F. Dokumentasi
17 Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai 1: Tidak dilakukan (25%) Nilai 3 : Dilakukan kurang tepat (75%)


Nilai 2: Dilakukan salah (50%) Nilai 4 : Dilakukan dengan sempurna
(100
Penilaian (jumlah nilai yang didapat X 100) /jumlah item yang dinilai
Evaluasi…………………………..
Saran:……………………………..
Tanjungpinang…………….2010
Evaluator

…………

Anda mungkin juga menyukai