Disusun Oleh:
Misikem
202207030
B. Latar Belakang
Population aging merupakan peningkatan populasi penduduk pada lanjut usia.
Hampir seluruh negara berkembang mengalami fenomena global meningkatnya
penduduk lanjut usia. Fertilitas dan peningkatan angka harapan hidup merupakan
penyebab peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Badan Pusat Statistik, 2015). Lansia
adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih (Azizah, 2011). Pada lansia
umumnya mengalami beberapa kemundurun, seperti kemunduran biologis, psikogis,
sosial, dan spiritual. Bertambahnya usia memang membawa akibat menurunnya
kemampuan memori secara wajar dan dianggap tidak ada kaitannya dengan demensia.
Berbagai penelitian menemukan angka kejadian demensia sebesar 35 persen pada usia di
atas 65 tahun. Ada pula studi yang menemukan angka kejadian 39 persen pada usia 50-59
tahun, dan 85 persen pada usia di atas 80 tahun (Suara Merdeka, 30-06-2010).
Penyebab dari masalah fungsi kognitif yang menurun pada lansia terjadinya
ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga merupakan alasan
tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri
sendiri. Oleh karena itu permainan merupakan merupakan suatu aktivitas yang sengaja
dilaksanakan demi kesenangan dan mempunyai aturan. Permainan sendiri dapat memicu
seseorang untuk melepaskan stress mereka dan meningkatkan fungsi kognitif mereka.
Apabila lansia tidak mendapatkan hiburan ataupun membuat kesejahteraan mereka akan
lama-kelamaan akan menrunnya fungsi kognitif mereka. Holland (2011), mengemukakan
bahwa memory games merupakan suatu permainan yang melibatkan otak untuk menginat
daftar/ list. Dalam hal ini, lansia diberikan skenario dan mendaftar apa yang dibutuhkan,
kemudian menggunakan alat-alat yang berbeda untuk membantu mengingat. Lansia
hanya perlu mengembankan area otak yang mengatur suatu petunjuk, namun juga harus
menggunakan strategi untuk mengingat suatu hal dengan kemampuannya sendiri.
Kurangnya pemahaman bahwa tentang mengurangi penurunan fungsi kognitif lansia,
diantaranya adalah anggapan bahwa lansia tidak bisa lagi berfikir dan tidak bisa diajak
mengobrol. Penurunan fungsi kognitif diharapkan tidak akan terjadinya lupa dan
demensia
Dampak apabila fungsi kognitif tidak diatasi akan menyebabkan
Penurunan fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, yaitu
pengurangan massa otak dan pengurangan aliran darah otak. Fungsi fisik dan psikis
lansia akan terganggu. Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab
terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas normal sehari-hari, dan
juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap
orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia. Pengetahuan atau
kognitif diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lansia dan sikap juga dapat
mempengaruhi perilaku lansia dalam kemandirian pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-
hari, kondisi ini akan menjadi beban bagi orang lain terutama pada keluarga (Trihayati,
2016). Penelitian Granic (2014) menyebutkan bahwa ketika seseorang memainkan sebuah
permainan, maka permainan tersebut dapat mempengaruhi mood dan emosinya.
Permainan tersebut membuat perasaan seseorang menjadi senang, yang kemudian
meningkatkan tingkat kenyamanan.
Memory games (permainan mencocokan gambar) merupakan permainan ingatan atau
konsentrasi yang menjadi alternatif permainan bagi para lansia. permainan mencocokan
gambar yakni memasangkan gambar yang sama. permainan ini sama halnya dengan
permainan puzzle yang memcocokan potongan sehingga menjadi satu pola. permainan
mencocokan gambar ini bisa dimainkan oleh anak-anak hingga lansia. melihat
pentingnya pengaruh memory game (permainan mencocokan gambar) terhadap fungsi
kognitif pada lansia sangatlah diperlukan sebagai dasar untuk meningkatkan kemamuan
otak, meningkatkan memori otak, mengurangi resiko demensia dan memperlambat
proses kemunduran daya ingat pada lansia. perawat dapat mempermudah proses lanjut
usia dengan cara permainan memory game .
diberikan.
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah dan bermain
F. Media
1. Puzzel gambar dan angka
G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pra Interaksi
Mengucapkan salam. Menjawab salam
Memperkenalkan diri. Mendengar dan
Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
,topik dan tujuan TAK.
Menyebutkan materi yang akan
disampaikan.
H. Setting Tempat
: Leader
: CO Leader
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Meja
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta bersedia diberikan terapi
b. Persiapan materi sudah disiapkan
c. Persiapan media yang digunakan sudah lengkap
d. Persiapan tempat sudah disesuaikan
e. Persiapan peserta sudah sesuai dengan sasaran
f. Kontrak waktu sudah dilaksanakan dengan peserta sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap terapi yang diberikan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat terapi sebelum terapi selesai
dilaksanakan
3. Evaluasi Hasil
J. Lampiran Materi
1. Pengertian kognitif
Pikiran nyaman pada otak manusia akan tercapai apabila fungsi
2. Fungsi kognitif
berpusat di otak. informasi yang pernah diterima akan diolah di otak, diingat
hasil dari “pola” perasangan berbagai sistem saraf pada saat yang bersamaan
dan urutan yang pasti, yang melibatkan korteks serebri, talamus, sistem
limbik, dan bagian atas formasi retikularis batang otak, proses ini disebut
kognitif.
menuntut sang pemain untuk mematuhinya, namun games berperan kuat dalam
5. Memory Games
melibatkan otak untuk mengingat daftar/ list. Dalam hal ini, lansia diberikan
yang berbeda untuk membantu mengingat. Lansia hanya perlu mengembankan area
otak yang mengatur suatu petunjuk, namun juga harus menggunakan strategi untuk
untuk mengingat
2. Membentuk suatu kalimat yang berisi hal yang perlu diingat. Misalnya: Hari
ini
Selasa
3. Bersajak untuk mengingat sesuatu yang dibutuhkan. untuk mandi, saya harus