Anda di halaman 1dari 34

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti memaparkan tentang konsep hipertensi, konsep bekam dan

konsep penanggalan bulan Hijriyah.

A. Konsep Hipertensi
a. Definisi

Tekanan darah tinggi atau dikenal dengan istilah hipertensi didefinisikan

sebagai elevasi persisten dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140

mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg

atau lebih (Black & Hawks, 2014).

Diguilio, Jackson dan Keogh (2014) mendefinisikan hipertensi yaitu tekanan

dalam pembuluh darah yang melebihi 140 mmHg (sistolik) dan 90 mmHg

(diastolik) pada lebih dari satu kejadian akibat dari penyakit primer atau

penyebab yang tidak diketahui.

Sedangkan Prasetyaningrum (2014) mendefinisikan hipertensi atau penyakit

tekanan darah tinggi sebagai suatu kondisi dimana setelah dilakukan beberapa

kali pengukuran, nilai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah suatu kondisi yang menggambarkan terjadinya peningkatan tekanan


12

darah dimana tekanan darah sistolik (TDS) lebih dari 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik (TDD) lebih dari 90 mmHg pada beberapa kali pengukuran

yang dapat disebabkan oleh penyakit primer atau penyebab lain yang tidak

diketahui.

b. Etiologi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya dan juga

berdasarkan derajat hipertensinya. Black dan Hawks (2014)

mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan etiologinya yaitu:

1. Hipertensi Essensial (hipertensi primer)

Hipertensi primer atau dikenal juga dengan hipertensi idiopatik yaitu

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Etiologi dari hipertensi idiopatik

ini tidak dapat di identifikasi, tetapi yang umumnya terlibat menyebabkan

hipertensi primer yaitu yang berkaitan dengan homeostatik. Tekanan darah

tetap tinggi dan terus naik dari waktu ke waktu karena peningkatan progresif

dan terus menerus dalam resistensi arteri perifer. Hal ini disebabkan karena

retensi ginjal yang tidak sesuai terhadap garam dan air atau ketidaknormalan

pada dinding pembuluh darah. Kondisi ini diperparah dengan adanya faktor

risiko yang menyertainya serta adanya penyakit lain yang menyertainya.

Tingkat keparahan hipertensi terjadi saat tekanan sistolik dan diastolik

meningkat keduanya.

2. Hipertensi sekunder
13

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh faktor yang dapat

di identifikasi. Tingkat keparahan tergantung dari penyebab pokoknya, faktor-

faktor personal dan lingkungan, serta durasi status penyakit yang

menyertainya. Ketika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih tetapi

tekanan darah diastolik tetap kurang dari dari 90 mmHg, maka klien di

diagnosis dengan hipertensi sistolik terisolasi (Isolated Systolic Hypertenstion/

ISH). Hipertensi sistolik terisolasi dapat terjadi karena meningkatnya curah

jantung atau perubahan aterosklerosis yang di induksi dalam pemenuhan

pembuluh darah atau keduanya. Bentuk hipertensi ini dapat diatasi dengan

cara yang sama seperti hipertensi primer. Kemungkinan berkembangnya ISH

dan tingkat keparahannya seiring dengan bertambahnya usia.

Selain itu hipertensi juga diklasifikasikan berdasarkan nilai tekanan sistolik

dan diastolik menurut laporan National Institutes of Health dengan judul

“The seventh Report of The Join National Committee (JNC) on detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (2003), hipertensi

diklasifikasikan seperti pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1: Klasifikasi Hipertensi menurut JNC (2003)

Derajat Tek. Sistolik (mmHg) Tek. Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 ≥ 100

Penggolongan derajat hipertensi lainnya dikemukakan oleh European Society

of Cardiology (ESC) (2007), yang mengkategorikan hipertensi seperti pada

tabel 2.2 dibawah ini:


14

Tabel 2.2: Klasifikasi Hipertensi menurut ESC (2007)

Kategori Tek. Sistolik (mmHg) Tek. Diastolik (mmHg)


Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 Dan atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan atau 85-89
Hepertensi derajat 1 140-159 Dan atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 Dan atau 100-109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 Dan atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 190 Dan < 90
terisolasi

c. Faktor Risiko Hipertensi

Black dan Hawks (2014) memaparkan tentang faktor-faktor risiko

hipertensi yang digolongkan menjadi faktor yang dapat di ubah dan yang

tidak dapat di ubah.

1. Faktor-Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat di ubah


a) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap sebagai penyakit poligenik dan multifaktoral, yaitu

pada seseorang dengan riwayat hipertensi pada keluarganya, beberapa

gen mungkin berinteraksi dengan lainnya dan juga lingkungan yang

dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu.

Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan

terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan kadar natrium

intraseluler dan penurunan rasio kalsium-natrium yang lebih sering

ditemui pada orang berkulit hitam. Seseorang dengan orang tua yang

memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada

usia muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa

hipertensi meningkat dengan usia 50-60% seseorang yang berumur 60

tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/ 90 mmHg. Penelitian


15

epidemiologi telah menunjukan prognosis yang lebih buruk pada

penderita yang hipertensinya dimulai pada usia muda. Hipertensi

sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang yang berusia lebih dari

50 tahun, dengan hampir 24% dari semua orang yang terkena pada usia

80 tahun.
c) Jenis Kelamin
Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria

dibandingkan pada wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada

pria dan wanita hampir sama antara usia 55-74 tahun, kemudian setelah

74 tahun, wanita berisiko lebih besar.


d) Etnis
Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada

wanita berkulit putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada

tingkat 4,7%; pria berkulit putih pada tingkat terendah berikutnya yaitu

6,3% dan pria berkulit hitam pada tingkat terendah berikutnya yaitu

22,5%; angka kematian tertinggi pada wanita berkulit hitam pada angka

29,3%. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi diantara orang berkulit

hitam tidaklah jelas, akan tetapi peningkatan dikaitkan dengan kadar

renin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap

vasopressin, tingginya asupan garam dan tingginya stress lingkungan.

2. Faktor-faktor risiko penyebab hipertensi yang dapat di ubah


a) Diabetes
Hipertensi terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes

menurut beberapa studi penelitian terkini. Hal ini disebabkan karena

diabetes mempercepat terjadinya aterosklerosis dan menyebabkan

kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh karena itu hipertensi akan

menjadi diagnosis yang lazim menyertai diabetes, walaupun


16

diabetesnya terkontrol. Ketika seseorang klien diabetes terdiagnosis

dengan hipertensi, keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut

harus benar-benar individual dan progresif.


b) Stres
Stress dapat meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah jantung

serta menstimulus aktivitas sistem saraf simpatis. Stresor dapat

disebabkan oleh banyak hal, mulai dari suara, infeksi, peradangan,

nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma, pengerahan

tenaga berkepanjangan, respons pada peristiwa kehidupan, obesitas,

usia tua, obat-obatan, penyakit, pembedahan dan pengobatan dapat

memicu respon stress. Rangsangan berbahaya ini dianggap oleh

seseorang sebagai ancaman atau dapat menyebabkan bahaya, kemudian

sebuah respons psikopatologis diprakarsai di dalam tubuh. Jika hal ini

terjadi berkepanjangan atau berlebihan, disfungsi organ sasaran atau

penyakit akan dihasilkan. Oleh karena stress adalah permasalah

persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak

stressor dan respon stress.


c) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas (tubuh yang berbentuk

“apel”), dengan meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma,

pinggang, dan perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi.

Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan

sindrom metabolis yang dapat meningkatkan hipertensi.


d) Nutrisi
Konsumsi natrium berlebihan dapat menjadi faktor penting dalam

perkembangan hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang

akhirnya terkena hipertensi akan sensitif terhadap garam dan kelebihan


17

garam akan menjadi penyebab hipertensi pada individu ini. Diet tinggi

garam mungkin menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang

berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan

darah. Muatan natrium akan menstimulasi mekanisme vasopressor di

dalam sistem saraf pusat (SSP).


e) Penyalahgunaan obat
Merokok, mengkonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan

obat terlarang merupakan faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu

nikotin dalam rokok serta obat-obatan seperti kokain dapat

menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung. Kebiasaan

mengkonsumsi obat-obatan dapat meningkatkan kejadian hipertensi

dari waktu ke waktu.

d. Tanda dan Gejala Hipertensi

Seseorang yang menderita hipertensi biasanya tidak menampakan gejala

yang khas (asimtomatik). Begitupun pada saat dilakukan pemeriksaan fisik

tidak dijumpai adanya kelainan apapun selain hasil pengukuran darah yang

tinggi. Satu kali pengukuran tekanan darah yang menunjukan peningkatan

tidak cukup untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Pada tahap awal

penyakit hipertensi tidak menunjukan tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh

klien, dan jika keadaan ini terus tidak terdeteksi selama pemeriksaan rutin,

klien akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya naik. Potter dan Perry

(2010), Black dan Hawks (2014) serta Mubarak, Cahyatin dan Susanto

(2015) memaparkan tanda dan gejala hipertensi yang secara umum

dirasakan yaitu sakit kepala yang terus menerus, kelelahan, pusing,

berdebar-debar, sesak, perdarahan hidung atau mimisan. Akan tetapi jika


18

hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat muncul

gelaja yang lebih berat seperti pandangan ganda (diplopia) karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Selain itu juga dapat

menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran akibat gangguan di pembuluh

darah otak yang dikenal dengan istilah ensefalopati hipertensi.

e. Patofisiologi

Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan

hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini menyebabkan resistensi perifer

akan meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk

mengatasi resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital

seperti jantung, otak dan ginjal akan menurun (Potter& Perry, 2010). Black

dan Hawks (2014) juga memaparkan mekanisme terjadinya hipertensi

seperti dibawah ini:

Terdapat beberapa faktor yang dapat menghasilkan perubahan pada

resistensi vaskular perifer, denyut jantung, atau curah jantung yang

mempengaruhi tekanan darah arteri sistemik. Empat sistem kontrol yang

memainkan peran utama dalam menjaga tekanan darah yaitu: (1) sistem

baroreseptor dan kemoreseptor arteri; (2) pengaturan volume cairan tubuh;

(3) sistem renin angiotensin; dan (4) autoregulasi vaskuler. Baroreseptor dan

kemoreseptor arteri bekerja secara refleks untuk mengontrol tekanan darah.


19

Baroreseptor adalah reseptor peregang utama yang berlokasi di arteri karotis,

aorta dan dinding bilik kanan jantung. Baroreseptor berfungsi memonitor

tingkat tekanan arteri dan mengatasi peningkatan melalui vasodilatasi dan

memperlambat denyut jantung melalui saraf vagus. Sedangkan

kemoreseptor berada di medulla dan karotis serta aorta, yang sensitif

terhadap perubahan dalam konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion

hydrogen dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen arteri atau PH

menyebabkan kenaikan tekanan refleksi pada tekanan, sementara kenaikan

konsentrasi karbon dioksida menyebabkan penurunan tekanan darah.

Perubahan-perubahan pada volume cairan mempengaruhi tekanan arteri

sistemik. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh kadar natrium dan air berlebih,

volume total meningkat, sehingga tekanan darah akan meningkat.

Perubahan-perubahan patologis yang mengubah ambang tekanan dimana

ginjal mengeksresikan garam dan air mengubah tekanan darah sistemik.

Selain itu juga produksi hormon penahan natrium yang berlebihan dapat

menyebabkan hipertensi. Renin dan angiotensin memainkan peran dalam

pengaturan tekanan darah. Renin adalah enzim yang di produksi oleh ginjal

yang mengkatalisis substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I,

yang dihilangkan oleh enzim pengubah paru-paru untuk membentuk

angiotensin II dan kemudian angiotensin III. Selanjutnya Angiotensin II dan

III bertindak sebagai vasokonstriktor dan juga merangsang pelepasan

aldosteron. Dengan meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik,

angiotensin II dan III akan menghambat sekresi natrium, yang akan


20

meningkatkan naiknya tekanan darah. Sekresi renin yang bertambah juga

dapat menyebabkan meningkatnya resistensi vaskular peripheral pada

hipertensi primer. Mekanisme terjadinya hipertensi dapat dilihat pada bagan

2.1 dibawah ini:

Bagan 2.1: Mekanisme terjadinya hipertensi (Black & Hawks, 2014)

Kecenderungan genetik
Faktor-faktor lingkungan

Tekanan darah

Disregulasi deteksi tekanan pada Deteksi oksigen dan CO2 darah Disregulasi deteksi serum
baroresptor orta dan karotis oleh kemoreseptor osmolaritas oleh natrium dan
ginjal
Stimulasi sitem saraf simpatis
Stimulasi system renin-
angiotensin

Heart rate Vasokonstriksi

Sekresi aldosteron
Resistensi Vaskuler
Tekanan darah
Retensi Cairan

f. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang panjang dapat

menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri di dalam tubuh dan organ

yang mendapat suplai darah oleh arteri tersebut. Black dan Hawks (2014)

menyebutkan beberapa komplikasi yang terjadi akibat hipertensi yaitu dapat

menyebabkan penyakit jantung seperti hipertropi ventrikel, infark miokard,


21

penyakit arteri koroner dan gagal jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan

stroke atau serangan iskemik transien, nefropati, penyakit arteri perifer dan

retinopati.

g. Penatalaksanaan Hipertensi
Black dan Hawks (2014) memaparkan tentang penatalaksanaan hipertensi.

Penatalaksanaan ini bertujuan untuk menormalkan tekanan darah dan

mengurangi faktor risiko serta mengontrol perkembangan hipertensi serta

mencegah terjadinya komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:


1. Penatalaksanaan Farmakologi
Pemberian terapi pengobatan pada hipertensi bertujuan untuk mengontrol

tekanan darah dengan efek samping minimal. Obat-obatan antihipertensi

dapat diklasifikasikan menjadi kategori yaitu diuretik, adrenergik alfa dan

beta antagonis (beta blocker), vasodilator, kalsium antagonis (calcium

channel blocker), enzim penukar angiotensin (angiotensin converting

enzyme) dan reseptor penghambat angiotensin (angiotensin receptor

blocker). Pemilihan jenis terapi pengobatan dan algoritma pemilihan jenis

obat disesuaikan juga dengan klasifikasi tekanan darah, sebagaimana

dijelaskan pada tabel 2.3 dibawah ini:


Tabel 2.3: Klasifikasi dan Manajemen Tekanan Darah untuk Orang
Dewasa (Black & Hawks, 2014)

Klasifikasi TDS TDD Modifikasi Tanpa indikasi Dengan


TD (mmHg) (mmHg) gaya hidup darurat indikasi
darurat
Normal < 120 Dan < 80 Dianjurkan
Prahipertens 120-139 Atau 80- Ya □ Tidak ada □Obat untuk
i 89 indikasi obat indikasi
antihipertensi darurat
Hipertensi 140-159 Atau 90- Ya □ Kebanyakan □Obat untuk
tingkat 1 99 diuretik jenis indikasi
thiazide darurat
22

□ Mungkin
dipertimbangk
an pemberian
ACEI, ARB,
BB, CCB atau
kombinasi
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ ya □ Kebanyakan □Obat
tingkat 2 100 kombinasi 2 antihiperten
obat (mis. si lain
Diuretic jenis (diuretik,
thiazide dan ACEI,
ACEI atau ARB, BB,
ARB atau BB CCB)
atau CCB

2. Penatalaksanaan non Farmakologi


Penatalaksanaan non farmakologi dilakukan dengan modifikasi gaya

hidup dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam mengobati

tekanan darah tinggi. Black dan Hawks (2014) memaparkan bentuk

penatalaksanaan non farmakologis untuk mencegah terjadinya

peningkatan tekanan darah yaitu:


a. Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup diyakini efektif untuk menurunkan tekanan darah

dan mengurangi risiko faktor-faktor kardiovaskuler dengan keseluruhan

biaya yang sedikit dan risiko yang minimal. Menurut JNC VII, modifikasi

gaya hidup dianjurkan sebagai terapi definitif awal bagi beberapa klien,

paling tidak untuk 6-12 bulan pertama setelah diagnosis awal. Modifikasi

gaya hidup berkelanjutan, bersamaan dengan terapi farmakologi dapat

mengurangi jumlah dan dosis obat antihipertensi yang diperlukan untuk

mengatur keadaan.
b. Pengurangan berat badan
Kelebihan berat badan yang ditunjukan dengan indeks massa tubuh

(IMT), sangat erat hubungannya dengan naiknya nilai tekanan darah.

Bagi banyak orang dengan hipertensi yang berat badannya 10% lebih

besar dari berat badan ideal, pengurangan berat badan sedikitnya 4,5 kg
23

dapat menurunkan tekanan fdarah sampai 10 mmHg. Pengurangan berat

badan juga memperbesar keefektifan obat antihipertensi.


c. Pembatasan natrium
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah

garam, yaitu tidak lebih dari 100 mmol/ hari (kira-kira 6 gr naCl atau 2,4

gram garam/hari) (Kaplan, 2006). Pengurangan jumlah konsumsi garam

menjadi ½ sendok teh/ hari, dapat menurunkan tekanan sistolik 5 mmHg

dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg.


d. Modifikasi diet lemak
Dislipidemia merupakan faktor risiko utama dalam perkembangan

aterosklerosis, sehingga terapi diet lemak bertujuan untuk mengurangi

lipid merupakan hal yang penting bagi keseluruhan rejimen diet.

Modifikasi asupan lemak dengan menurunkan fraksi lemak jenuh dan

meningkatkan lemak tak jenuh ganda berpengaruh terhadap penurunan

tekanan darah.
e. Olah raga
Tekanan darah dapat dikurangi dengan intensitas aktifitas fisik yang

cukup, seperti jalan cepat selama 30-45 menit hampir setiap hari dalam

seminggu. Anjurkan penderita hipertensi untuk mengawali program olah

raga secara bertahap, dengan perlahan meningkatkan intensitas dan durasi

aktifitas sebagaimana tubuh menyesuaikan dan menjadi lebih terkondisi

dengan pengawasan professional berkelanjutan. Program olah raga

aerobik secara teratur yang adekuat untuk mencapai paling tidak kadar

cukup kebugaran fisik dapat memfasilitasi pengkondisian kardiovaskuler

dan dapat membantu klien obesitas dengan hipertensi dalam mengurangi

berat badan dan mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskuler dan

semua penyebab kematian.


f. Pembatasan alkohol
24

Prevalensi hipertensi yang lebih tinggi, buruknya kepatuhan pada terapi

antihipertensi, serta sesekali terjadi hipertensi refraktori berhubungan

dengan konsumsi alkohol lebih dari 1 ons perhari.


g. Pembatasan kafein
Konsumsi kafein akut dapat meningkatkan nilai tekanan darah, konsumsi

kafein sedang kronis terlihat tidak memiliki efek yang signifikan terhadap

tekanan darah. Oleh karena itu pembatasan kafein tidak penting kecuali

bagi klien dengan respons jantung yang sensitif terhadap kafein.


h. Menghindari stress
Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang menyenangkan

bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi

dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan

darah. Banyaknya terapi relaksasi seperti meditasi transcendental, yoga,

biofeedback, relaksasi otot progresif, dan psikoterapi, dapat mengurangi

tekanan darah pada klien hipertensi.


i. Menghentikan rokok
Kandungan nikotin dalam rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan

memproduksi vasokonstriksi perifer yang memeng meningkatkan tekanan

darah arteri dalam jangka waktu yang pendek selama dan setelah

merokok. Perokok memiliki risiko terjadinya frekuensi hipertensi

malignan dan perdarahan subaraknoid yang lebih tinggi.


j. Suplementasi kalsium
Tingginya rasio natrium terhadap kalium pada diet modern bertanggung

jawab pada perkembangan hipertensi. Bagaimanapun juga, walau

suplemen kalium mungkin mengurangi tekanan darah, namun terlalu

mahal dan berpotensi terlalu berbahaya untuk penggunaan rutin.

Pertahankan asupan diet potassium (> 90 mmol atau 3500mg/ hari)

dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur, dan diet rendah lemak
25

dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan,

2006).
k. Terapi komplementer

National Institute of health (2005) dalam Kamaludin (2010)

mendefinisikan Complementary alternative complementer (CAM) atau

dalam bahasa Indonesia disebut terapi alternatif kompelementer sebagai

sebuah kelompok yang terdiri dari berbagai macam sistem pengobatan

dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak

menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Nurgiwiati (2015)

mendefinisikan terapi alternatif sebagai jenis terapi modalitas yang

diberikan sebagai pengganti praktik pengobatan kedokteran konvensional

sedangkan terapi komplementer adalah jenis terapi modalitas yang

dikombinasikan dengan pengobatan kedokteran konvensional.

Pemanfaatan terapi alternatif komplementer ini berkembang cukup pesat

di berbagai negara. Prosentase perkembangan terapi ini tercatat dengan

baik di Afrika dan populasi secara global antara 20% sampai dengan 80%.

Hal yang cukup menarik dari terapi ini didasarkan pada asumsi dasar dan

prinsip-prinsip sistem yang beroperasi (Amira & Okubadejo, 2007). Hal

senada juga diungkapkan dalam penelitian Hu, Li, Duan dan Arao (2013),

bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan terapi

alternatif komplementer di pusat peyananan kesehatan di beberapa

negara-negara berkembang seperti Australia, UK, and USA beberapa

tahun terakhir. Beberapa alasan penggunaan terapi alternatif


26

komplementer diantaranya yaitu memiliki tanggung jawab terhadap

kesehatan dan kehidupan dirinya, menginginkan pengobatan yang bersifat

holistik meliputi pengobatan fisik, jiwa dan spiritual, memiliki masalah

dengan efek samping dari pengobatan kedokteran konvensional, hasil

pengobatan konvensional dirasakan tidak memberikan kesembuhan dan

adanya perbedaan filosofi praktik pengobatan yang disebabkan oleh latar

belakang kultur (Nurgiwiati, 2015).

Salah satu terapi komplementer yang saat ini berkembang dibeberapa

negara seperti Saudi Arabia, China, Korea dan beberapa negara di Asia

dan Eropa lainnya yaitu cupping therapy atau bekam. Terapi ini dipercaya

dapat mencegah dan mengobatai berbagai penyakit salah satunya

hipertensi (Khalil, M., Al-Eidi, S., Al-Qaed, M., &. AlSanad, S, 2018).

B. Konsep Bekam
a. Definisi
Bekam dikenal juga dengan istilah cupping therapy, kop, bloodletting

therapy, al-hijamah, candhuk, canthuk dan lainnya (Umar, 2012). Bekam

atau hijamah, secara bahasa berasal dari kata al-hajamu yang artinya

menghisap. Hajama asy-syai’a artinya menghisap sesuatu (Sharaf, 2012).

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dalam kitab Zadul Ma’ad mendefinisikan

hijamah yaitu pengeluaran darah dari permukaan kulit perifer. Definisi bekam

lainnya dikemukakan oleh Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI) (2017)

bahwa hijamah atau bekam yaitu pengeluaran darah dari kulit dengan jalan
27

penghisapan, kemudian perlukaan ringan pada kulit bagian luar, kemudian

penghisapan kembali, sehingga darah keluar.

Kesimpulan dari beberapa definisi di atas yaitu bahwa bekam pengeluaran

darah dari permukaan kulit perifer dengan jalan penghisapan, kemudian

perlukaan ringan pada kulit bagian luar, kemudian penghisapan kembali

sehingga darah keluar.

b. Keutamaam Bekam
Pembahasan mengenai keutamaan bekam dapat dirujuk dari penjelasan

Rosulullah SAW dalam beberapa haditsnya. Sharaf (2012) dalam bukunya

yang berjudul “Penyakit dan Terapi bekamnya: Dasar-Dasar Ilmiah Terapi

Bekam” memaparkan beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan

bekam, yaitu:
1) Hadits dari Jabir r.a, ia berkata: Saya mendengar bahwa Nabi SAW,

bersabda “Jika dalam sebagian obat kalian terdapat kebaikan maka itu

terdapat dalam sayatan alat bekam, minum madu dan sundutan besi

panas yang sesuai penyakit. Tetapi aku tidak suka berobat dengan

sundutan besi panas” (H.R. Bukhori, Muslim dan Ahmad dalam

Musnadnya).
2) Hadits dari Anas bin Malik dia berkata, Rosulullah SAW bersabda

“Sesungguhnya pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah

hijamah (bekam) dan qusthul bahri” (H.R Bukhori nomor 5371 dan

Muslim nomor 1577).


3) Hadits dari Abu Hurairah r.a menceritakan bahwa Rasulullah SAW

berkata "Jibril berkata kepada saya bahwa yang terbaik di antara hal-hal

yang digunakan manusia untuk pengobatan adalah hijamah" (Sahih Al-

Jaami 213).
28

c. Manfaat Bekam
Manfaat bekam secara umum yang dicantumkan dalam buku panduan

pengajaran bekam oleh PBI (2017), yaitu meningkatkan efektifitas

penyimpanan zat makanan dan oksigen karena terbentuknya sel darah merah

yang baru, mengurangi beban kerja limpa, merangsang kerja sistem imun,

mencegah timbulnya penyakit kanker dan infeksi, meningkatkan elastisitas

dinding pembuluh darah, menurunkan resistensi darah, meningkatkan

terbentuknya antioksidan alami, meningkatkan jumlah makrofag,

meningkatkan jumlah sel natural killer dan limfosit T serta menurunkan

jumlah radikal bebas.

Selain itu bekam juga dapat digunakan untuk tujuan promosi kesehatan,

pencegahan penyakit dan pengobatan. Sebagaimana yang di dipaparkan oleh

Aboushanab dan AlSanad (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Cupping

Therapy: An Overview from a Modern Medicine Perspective. Pada penelitian

tersebut dipaparkan beberapa manfaat bekam yaitu untuk mengatasi nyeri

punggung bagian bawah (lower back pain), nyeri leher dan pundak (neck and

shoulder pain), sakit kepala dan migraine, nyeri lutut, kelemahan otot wajah

(facial paralysis), carpal tunnel syndrome, brachialgia, hipertensi, diabetes

mellitus, rheumnatoid arthritis dan asma. Lebih dari itu bekam juga dapat

memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan seseorang. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh Kordafshari, Ardakani, Keshavarz, Esfahani, et all

(2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Cupping Therapy Can Improve

the Quality of Life of Healthy People in Tehran” dengan nilai p value < 0,05.
29

d. Klasifikasi Bekam
Awalnya bekam hanya diklasifikasikan menjadi bekam kering dan bekam

basah, kemudian seiring berkembangnya ilmu pengetahuan klasifikasi bekam

terbagi menjadi beberapa jenis. Hal ini diungkapkan dalam penelitian

Aboushanab dan AlSanad (2018) yang mengklasifikasikan bekam saat ini

menjadi 6 kategori. Kategori ini didasarkan pada tekhnik bekam yang

digunakan, kekuatan penyodotan (power of suction), metode penyedotan

(method of suction), material di dalam kop bekam (materials inside cups), area

pembekaman (area treated) dan tipe bekam lainnya (other cupping types).

Kategori bekam yang dipaparkan dalam penelitian tersebut dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:


Tabel 2.4: Kategori Bekam (Aboushanab & AlSanad, 2018)

Technical types The power of Method of Added therapy Condition and


suction related suction related types area tested
types relation types related types
□ Bekam □ Light □ Fire cupping □ Neddle □ Bekam
kering cupping □ Manual cupping kecantikan
□ Bekam □ Medium suction □ Moxa □ Sports
luncur (flash cupping cupping cupping cupping
cupping) □ Strong □ Automatic □ Herbal □ Pedi
□ Bekam cupping suction cupping cupping
basah □ Pulsatile cupping □ Magnetic □ Abdominal
□ Massase cupping cupping cupping
cupping □ Laser □ Facial
cupping cupping
□ Electrical □ Female
stimulation cupping
cupping □ Male
□ Water cupping
cupping
□ Aquatic
cupping

e. Titik Bekam
Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI) dalam buku panduan pengajaran bekam

2017 menjelaskan mengenai lokasi atau titik bekam. Penentuan titik bekam

tersebut ditentukan berdasarkan pada:


30

1. Titik Bekam Sunnah


Titik bekam sunnah atau titik nabawi adalah titik bekam yang dianjurkan

dan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan

dalam riwayat-riwayat hadits mengenai bekam. Titik bekam sunnah, yaitu:

a. Ummu mughits (puncak kepala)


Titik bekam ummu mughits yaitu pada pertemuan garis lurus penghubung

antara daun telinga kanan dan kiri, dengan garis yang ditarik ke atas dari

hidung. Secara inferior sejajar dengan foramen magnum. Hal ini dikuatkan

oleh hadits dari Ibnu Umar, bahwa Rosulullah SAW pernah meminta

hijamah dibagian kepala atas, yang disebut ummu mugihits (H.R Ath-

Thabrany). Pembekaman pada titik ummu mughits berguna untuk

mengatasi penyakit epilepsi, pusing, vertigo, gangguan keseimbangan,

migraine, darah tinggi, mata merah, gangguan penglihatan, terekena sihir,

epistaksis, menguatkan hapalan, gelisah, depresi, insomnia, autism,

hiperaktif, ganguan saraf pusat dan stroke.


b. Akhda’in (leher bagian belakang kanan dan kiri)
Titik akhdain berada dibawah garis batas rambut kepala belakang. Sekitar

otot trapezius kanan dan kiri sejajar dengan tulang servikal ke 3 dan 7.

Adapula yang berpendapat, posisinya sejajar dengan jugularis, yang berarti

dibawah telingan kanan dan kiri. Hanya saja posisi ini berisiko mengenai

kelenjar getah bening yang ada pada bagian leher. Rosulullah pernah

melakukan pembekaman pada titik akhdain, sebagaimana hadits dari Anas,

bahwa nabi SAW pernah meminta bekam di tiga titik yaitu dua titik di

akhdain dan satu titik di kaahil (H.R Abu Daud, Tirmidzy, Ibnu Majah dan

Ahmad).
31

Kegunaan pembekaman pada titik ini yaitu untuk mengurai gejala pusing,

punggung dan leher kaku, TBC kelenjar limfe, muka bengkak, tuli

mendadak, tenggorokan nyeri dan serak, rahang kaku, nyeri pada gigi,

radang tulang, telinga berdengung, gondongan, tengkuk kaku, dan

melancarkan peredaran darah ke area kepala.


c. Katifain (bahu kanan dan kiri)
Hadits dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rosulullah SAW meminta

hijamah di tiga titik yaitu di akhdain dan diantara kedua pundak (H.R Abu

Daud). Lokasi pembekaman pada titik katifain yaitu pada bagian bahu

kanan dan kiri di atas tulang scapula hingga ke arah klavikula.

Pembekaman pada titik ini berguna untuk mengurangi kekakuan pada

leher, nyeri bagian bahu, kelemahan pada bagian lengan, mastitis, batu,

pilek dan stroke.


d. Kaahil (punuk)
Lokasi titik kaahil yaitu tepat pada punuk, sejajar dengan vertebra torakal

1-3 dibawah servikal ke 7 (C7). Hal ini dijelaskan dalam hadits yang di

riwayatkan dari Anas, bahwa Nabi SAW pernah meminta bekam di tiga

titik yakni (dua titik) di akhda’in dan satu titik di kahil (HR. Abu Daud,

Tirmidzy, Ibnu Ahmad dan Ahmad). Kegunaan pembekaman pada titik ini

yaitu untuk mengatasi kasus malaria, demam, TBC, asma, influenza,

epilepsy, kekakuan leher, punggung dan lengan atas, pusing, penyakit

tulang leher, hipertensi, epistaksis, dan stroke.

e. Warik (panggul)
Titik bekam al-warik (panggul) didasarkan pada hadits dari Jabir bahwa

nabi SAW meminta hijamah pada bagian panggul karena rasa nyeri yang

beliau rasakan dibagian tersebut (HR Abu Daud, An-Nasa’I dan Ibnu
32

Majah). Lokasi dari titik warik yaitu di bagian atas panggul pada lateral

ileum kanan dan kiri, pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus

medius bawah, kanan dan kiri. Kegunaan bekam pada titik ini yaitu untuk

mengatasi masalah impoten, hipersex, hematuria, dysuria, diare kronis dan

haid tidak teratur.


f. Hammah (kepala bagian atas)
Titik hammah belum diketahui secara pasti dimana posisinya, apakah sama

dengan lokasi ummu mugits ataukah berbeda, yang pasti dalam kitab-kitab

syuruh disebutkan bahwa makna kata hammah adalah kepala bagian atas.

Sehingga kegunaan bekam pada titik ini serupa dengan kegunaan pada

titik ummu mugits. Hal ini dikuatkan oleh hadits dari Abu Kabsyah Al-

Anmary bahwa Nabi SAW pernah meminta hijamah di bagian kepala atas

dan diantara kedua bahu beliau (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
g. Dzoril Qadami (Punggung kaki)
Lokasi dari titik dzoril qadami yaitu satu jari diatas lipatan pertemuan

antara ibu jari kaki dan telunjuk kaki. Kegunaan bekam pada titik ini yaitu

untuk mengatasi masalah hipertensi, sakit dada, sakit punggung,

kesemutan dan baal pada bagian kaki. Penentuan lokasi ini sesuai dengan

hadits dari Anas bahwa Rosulullah SAW meminta hijamah ketika beliau

sedang ihram di telapak kaki atas karena rasa sakit di bagian tersebut (HR

Ahmad, Abu Daud dan An-Nas’i).

2. Titik bekam menurut kajian anatomi dan fisiologi tubuh


Selain titik bekam sunnah atau titik-titik nabawy, penentuan titik bekam

juga berkembang mengikuti perkembangan ilmu kedokteran modern.

Sehingga penentuan titik bekam juga terkadang mengikuti titik

berdasarkan keluhan pada organ tertentu. Kajian mengenai penentuan titik


33

berdasarkan keluhan organ mengacu pada keterampilan dan pengetahuan

yang lebih terkait ilmu anatomi fisiologi tubuh manusia.

f. Larangan dalam Bekam


Secara umum kontraindikasi dari bekam yaitu jika dilakukan secara langsung

pada pembuluh darah vena, arteri, serabut syaraf, infeksi pada kulit, saluran

lubang-lubang tubuh, nodus limfe, mata dan varises. Selain itu bekam juga

tidak boleh dilakukan pada bagian tubuh yang mengalami luka terbuka, lokasi

fraktur, dan lokasi dari DVT (deep vein thrombosis) (Aboushanab & AlSanad,

2018).

Walaupun terapi bekam dipercaya efektif dalam mengatasi beberapa masalah

kesehatan yang dialami oleh seseorang, namun tidak semua orang dapat

dilakukan tindakan pembekaman, atau tidak semua bagian tubuh dapat

dilakukan pembekaman. Ada dua hal yang dijadikan bahan pertimbangan,

yang didasarkan pada bagian tubuh yang tidak boleh di bekam dan kondisi

penyakit tertentu yang dialami seseorang sehingga tidak boleh dilakukan

pembekaman (PBI, 2017 dan Rahmadi, 2019).

1. Bagian tubuh yang tidak boleh di bekam

Bagian tubuh tertentu yang tidak boleh dilakukan pembekaman, karena akan

menimbulkan rasa sakit dan berakibat fatal yaitu wanita hamil, tepat pada

bagian yang mengalami varises, lubang tubuh alamiah, seperti kelamin, mata,

telinga, anus, hidung, mulut dan putting susu, leher bagian depan (trakea) dan

samping (vena jugularis), pada semua area lipatan dan sistem limfatik, tepat

pada bagian tumor atau kanker, pada bagian kulit yang mengalami infeksi atau

luka serta seseorang yang menderita bengkak seluruh tubuh (udem anasarka).
34

2. Larangan bekam karena penyakit tertentu

Rahmadi (2019) memaparkan beberapa kondisi penyakit tertentu yang dapat

menjadi kontraindikasi dari bekam yaitu (1) penurunan elastisitas kulit, hal ini

dapat menyebabkan proses penyembuhan luka yang lama serta dapat

menyebabkan tubuh mudah terkena infeksi; (2) anemia, kondisi ini

menyebabkan semakin berkurangnya kadar Hb dalam darah jika dilakukan

pembekaman pada orang dalam keadaan anemia; (3) orang yang

mengkonsumsi obat pengencer darah. Hal ini menjadi kontraindikasi karena

akan menimbulkan risiko perdarahan yang cukup lama sehingga dapat

menyebabkan syok hipovolemik; (4) penyakit kulit kronis, apabila dilakukan

perlukaan pada kulit yang mengalami gangguan maka hal ini akan

memudahkan masuknya kuman kedalam tubuh melalui pembuluh darah akibat

perlukaan sehingga menyebabkan infeksi yang lebih berat atau sepsis; (5) DM

dengan neuropati, akan menyebabkan terjadinya ganggren jika dilakukan

perlukaan pada area yang mengalami nuropati karena pada penderita DM

Smengalami gangguan vaskularisasi pada kulit; (6) hipertensi maligna,

kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah semakin tinggi saat berbekam

akibat rangsang nyeri yang ditimbulkan saat bekam; (7) hipotensi akan

menyebabkan terjadinya syok hipovolemik, akibat pengeluaran darah yang

berdampak pada penurunan volume darah; (8) udem anasarka atau

pembengkakan berat yang terjadi pada seluruh bagian tubuh merupakan salah

satu kontraindikasi bekam. Hal ini disebabkan karena perlukaan pada daerah

udem berisiko menimbulkan risiko terjadinya infeksi serta proses

penyembuhan kulit yang lama; (9) kelainan darah seperti leukemia dan
35

hemophilia, hal ini berisiko menyebabkan terjadinya penurunan kadar Hb

secara drastic serta perdarahan yang berlangsung lama.

g. Mekanisme Kerja Bekam pada Hipertensi


Umar (2012) memaparkan bahwa salah satu teori pengobatan yang sudah ada

sejak ribuan tahun yang lalu dan masih relevan hingga sekarang adalah teori

kesimbangan (Homeostasis). Teori ini menjelaskan bahwa tubuh manusia

selalu dalam keadaan seimbang. Apabila salah satu unsur berlebihan dan

menguat, atau sebaliknya berkurang dan melemah, maka akan terjadi

ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan ini yang akan menimbulkan penyakit.

Bekam akan membantu tubuh menciptakan keseimbangan secara alami.

Apabila ada bagian tubuh yang berlebihan maka bekam akan membantu tubuh

menurunkannya. Begitu juga bila tubuh dalam keadaan kekurangan maka

bekam akan membantu tubuh untuk menguatkan atau menambahkan

kekurangan tersebut dengan mekanisme yang alami.

Bagian yang berperan penting dalam keseimbangan tubuh yaitu garis

meridian, atau dalam istilah pengobatan arab kuno disebut habl. Sedangkan

dalam dunia medis modern sistem meridian ini mirip dengan sistem

muskuloskeletal dengan aliran saraf, limfe dan pembuluh darah. Sistem ini

merupakan gambaran imajiner sistem tubuh yang terdiri dari saluran yang

membujur dan melintang pada seluruh tubuh. Sistem ini menghubungkan

permukaan tubuh dengan organ, organ dengan organ, organ dengan jaringan

penunjang, jaringan penunjang satu dengan lainnya, bagian bawah tubuh luar

dengan dalam, serta organ tubuh dengan anggota gerak. Adanya hubungan ini
36

maka terbentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dan bereaksi bersama

apabila mendapatkan rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Melalui garis

meridian inilah mengalir energi vital yang bercampur dengan darah yang

berfungsi untuk menyeimbangkan fungsi tubuh tersebut. Saat diaktifkannya

titik-titik di garis meridian tersebut, maka energi akan menngalir di sepanjang

meridian menuju bagian tubuh yang tidak seimbang atau mengalami kelainan,

selanjutnya ia akan memulihkan bagian tubuh tersebut pada kondisi semula.

Rahmadi (2019) memaparkan tentang mekanisme bekam terhadap penurunan

tekanan darah yaitu:


1. Proses pembekaman dapat menimbulkan reaksi peradangan yang terjadi akibat

kerusakan di permukaan kullit. Hal ini menyebabkan kerusakan mast cell,

sehingga memicu pengeluran beberapa zat seperti seperti serotonin, histamine,

bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lainnya. Keluarnya

mediator kimiawi tersebut menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh

darah kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam dan

terjadi pengeluaran Endhotelium Derived Relaxing Factor (EDRF) atau

dikenal dengan Nitric Oxide (NO) yang berdampak pada relaksasi otot polos

pembuluh darah. Pengeluran zat-zat tersebut akan menyebabkan relaksasi dan

vasodilatasi yang berdampak pada menurunnya tahanan (resistensi) pembuluh

darah sehingga tekanan darah menurun.

2. Proses penghisapan pada bekam akan merangsang syaraf-syaraf pada

permukaan kulit. Rangsangan ini akan dilanjutkan pada cornu posterior

medulla spinalis melalui syaraf A delta dan C, serta traktus spino thalmikus

kearah thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Endorphin adalah

peptide kecil yang dilepaskan ke hypothalamus yang akan berdampak


37

memperbaiki suasana hati dan meningkatkan rasa senang stau sejahtera.

Kondisi suasana hati yang senang dan tenang maka dengan sendirinya tubuh

akan terasa rileks, sehingga tekanan darah menurun.

3. Darah yang keluar saat proses pembekaman memiliki viskositas yang tinggi,

hal ini disebabkan karena darah yang keluar mengandung lipoprotein yang

lebih tinggi dari angka normal. Lipoprotein dibawa melalui aliran darah dala

dua komponen protein yaitu lipoprotein berdensitas rendah (LDL) dan

lipoprotein berdensitas tinggi (HDL). Ukuran LDL lebih besar dari HDL

sehingga memungkinkan lebih mudah tersangkut di pembuluh darah.

Keluarnya lipoprotein dalam tubuh diharapkan dapat memperlancar aliran dan

pembuluh darah. Sehingga viskositas darah menurun yang berdampak pada

penurunan tekanan darah. Mekanisme proses bekam pada hipertensi dapat

dilihat pada bagan 2.2 dibawah ini:

Bagan 2.2: Mekanisme Kerja Bekam pada Hipertensi (Rahmadi, 2019)

Faktor-faktor
risiko penyebab
Hipertensi: Pengobatan
1. Usia Hipertensi Hipertensi
2. Jenis
Kelamin
3. Obesitas Non Farmakologi Farmakologi
4. Stres
5. Gaya Hidup
Penusukan Bekam

Penghisapan Kulit
Perlukaan Kulit setelah perlukaan

Menstimulasi
mediator inflamasi Filtrasi kapiler kulit
(histamin,
bradikinin, serotin)
dan produksi NO Eksresi cairan

Viskositas
38

Vasodilatasi dan
Tekanan darah
resistensi

h. Penetapan Waktu Berbekam


Ibnu Sina dalam kitabnya Al-Qonun dalam Fatah (2004) menjelaskan bahwa

waktu terbaik untuk berbekam adalah satu minggu dipertengahan bulan-bulan

Qomariyah, yaitu satu minggu setelah purnama karena pada waktu ini gaya

gravitasi bulan sedang maksimal terhadap bumi. Hal ini menyebabkan darah

tertarik ke area permukaan kulit sehingga pada waktu ini akan maksimal dan

efektif untuk pengeluaran darah statis, dan toksin dalam darah dan

memperlancar aliran darah.

Beberapa pendapat ahli ilmu yang mengkaji tentang waktu terbaik untuk

berbekam yaitu tanggal 17,19 dan 21 hijriyah setiap bulannya, walaupun tidak

ada anjuran atau larangan untuk melakukan bekam pada tanggal lainnya (PBI,

2017). Pendapat tersebut didasarkan pada beberapa hadits yang memaparkan

mengenai penepatan waktu berbekam,yang dikaitkan dengan waktu secara

umum, hari dan tanggal. Beberapa hadits tersebut yaitu hadits dari Abu

Hurairah r.a, beliau berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda: “Barang siapa

meminta hijamah (bekam) pada tanggal 17, 19, dan 21 maka akan menjadi

kesembuhan dari segala penyakit” (H.R Al-Hakim dan Abu Daud dan Al-

Baihaqy. Hadits shohih menurut syarat Muslim dan hadits hasan menurut

Syaikh Albany). Hadits senada juga diungkapkan oleh Ibnu Abbas r.a yaitu

bahwa Rosulullah bersabda “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan

ialah pada tanggal 17,19, dan 21” (Al-Hakim, At-Tirmidzy dan Al-Baihaqy).
39

Hadits lainnya diriwayatkan oleh imam Tirmizi, yang berbunyi “Dahulu

Rosulullah SAW berbekam pada akhda’in dan kahil (tulang belakang). Beliau

berbekam pada tanggal 17,19 dan 21” (H.R Tirmidzi no. 2051).

Penjelasan lebih lanjut mengenai hadits tersebut di paparkan oleh Ibnu Sina

dalam kitabnya Al-Qaanun dalam Fatah (2004). Beliau berkata: “Dianjurkan

untuk tidak berbekam pada awal bulan, karena cairan-cairan tubuh kurang

aktif dan tidak normal, dan tidak di akhir bulan karena bisa jadi cairan tubuh

mengalami pengurangan. Oleh karena itu diperintahkan berbekam pada

pertengahan bulan ketika cairan-cairan tubuh bergejolak keras mencapai

puncak penambahannya karena gaya gravitasi bulan yang sangat kuat saat

pertengahan bulan”.

Sebagaimana diketahui bahwa gravitasi dapat mempengaruhi tubuh manusia

yang hidup diatas permukaan bumi. Gravitasi didefinisikan sebagai gaya tarik

menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam

semesta. Salah satu contohnya yaitu bumi. Bumi memiliki massa yang sangat

besar akan menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik

benda-benda yang ada disekitarnya termasuk makhluk hidup dan benda-benda

yang ada di bumi (Abdullah, 2016).

Teori gravitasi diusulkan oleh Newton yang dikenal dengan teori gravitasi

universal. Teori Newton mengungkapkan bahwa tiap-tiap benda di alam

semesta akan melakukan gaya tarik menarik. Besarnya gaya ini berbanding

lurus dengan perkalian massa kedua benda tersebut dan berbanding terbalik

dengan kuadrat jarak antar dua benda tersebut. Gaya gravitasi inilah yang

mengikat planet-planet sehingga tetap berada di sistem tata surya meskipun


40

planet-planet tersebut selalu bergerak. Arah gaya gravitasi sejajar dengan garis

hubung kedua benda tersebut (Abdullah, 2006). Sebagaimana yang dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:


Gambar 2.1 Gaya Gravitasi Bumi dan Bulan (Abdullah, 2006)

Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi berbanding terbalik

dengan jarak, sehingga meskipun massa bulan lebih kecil dari massa matahari

tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih kecil. Hal ini yang menyebabkan gaya

tarik bulan terhadap bumi pengaruhnya lebih besar disbanding matahari

terhadap bumi (Surinati, 2007). Adanya pengaruh gravitasi bulan terhadap

bumi menyebabkan terjadinya pasang surut air laut. Pasang surut air laut

timbul akibat gaya gravitasi matahari dan bulan pada air laut. Air laut adalah

zat cair yang mudah berubah bentuk akibat dikenai gaya. Karena gaya

gravitasi matahari atau bulan pada tempat yang berbeda di laut berbeda

besarnya maka bentuk permukaan laut bisa berbeda akibat dikenai gaya

tersebut. Ini mengakibatkan ada permukaan laut yang naik permukaaanya

(pasang) dan permukaan laut yang turun permukaannya (surut). Terjadinya

pasang surut air laut akibat dari gaya gravitasi bulan terhadap bumi dapat

dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini:

Gambar 2.2 Ilustrasi peristiwa pasang surut air laut (Abdullah, 2006)
41

Femomena pasang surut air laut akibat gravitasi bulan terhadap bumi hal ini

secara ilmiah telah dibuktikan. Hal ini juga memberikan pengaruh pada

cairan tubuh manusia. Tubuh manusia yang terdiri dari 50-60% cairan juga

ikut terpengaruh oleh gaya gravitasi bulan terhadap bumi. Walaupun

pengaruh ini tidak dirasakan secara signifikan pengaruhnya, hal ini

dikarenakan manusia adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil.

(http://www.academia.edu/36055966/Pengaruh_Bulan_Terhadap_Manusia).

Gaya gravitasi juga mempengaruhi tekanan darah pada manusia. Tekanan

darah itu sendiri adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap

pembuluh darah, saat jantung berkontraksi. Tekanan darah dipengaruhi oleh

volume darah, elastisitas dinding pembuluh darah, viskositas darah dan

resistensi perifer (Sherwood, 2019). Tekanan pada sistem sirkulasi bervariasi

dalam tubuh, bahkan pada arteri utama tekanan bervariasi dari satu titik ke

titik yang lain karena pengaruh gravitasi (Cameron, Skofronick & Grant,

2009).

Pengaruh gravitasi juga mempengaruhi volume sirkulasi darah yang

menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah vena, sehingga


42

vena-vena menjadi teregang akan melebar akibat meningkatnya tekanan

hidrostatik karena kapasitasnya bertambah. Tekanan hidrostatik berperan

dalam sistem kardiovaskuler yang dipengaruhi oleh densitas darah,

percepatan gravitasi dan tinggi dari permukaan (Widmaier & Pan (2008)

dalam Menembu, Rumampuk & Danes (2015)). Selain itu terjadi peningkatan

tekanan mencolok tekanan darah kapiler karena efek gravitasi sehingga

berdampak pada peningkatan filtrasi cairan dari kapiler ke ruang interstisial

yang menyebabkan banyak cairan keluar dari anyaman kapiler (Sherwood,

2019).

i. Penanggalan Hijriyah

Penanggalan atau kalender yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

tarikh, adalah penentuan suatu zaman yang di dalamnya telah terjadi berbagai

peristiwa penting yang sangat berpengaruh pada kehidupan individu atau umat

manusia. Penanggalan dalam Islam dimulai dari peristiwa hijrah-Nya

Rosulullah SAW yang dikenal dengan tarikh hijry (penanggalan hijriyah)

(Sholikhin, 2012). Penanggalan dalam Islam dikenal menggunakan sistem

penanggalan bulan yang memiliki perbedaan waktu terhadap penanggalan

masehi. Allat SWT telah menjelaskan bahwa dijadikan-Nya matahari dan

bulan sebagai acuan untuk perhitungan waktu. Sebagaimana Allah SWT

berfirman dalam surat Al-An’am: 96 yang artinya:

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan

(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah

yang maha perkasa lagi Maha mengetahui”


43

Allah SWT juga berfirman dalam surat QS. Yunus ayat 5 Allah SWT juga

berfirman yang artinya:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan

itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah

tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan

tanda-tanda kebesaran-Nta kepada orang-orang yang mengetahui”

Berdasarkan perhitungan Kalender Islam , dalam setahun ada 12 bulan. Hal ini

mengacu pada ayat di atas baik penanggalan yang didasarkan pada

perhitungan matahari ataupun bulan. Sebagaimana Allah SWT menjelaskan

dalam firman-Nya pada QS. At-Taubah ayat 36 yang artinya:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan”

Perhitungan awal bulan dalam kalender Hijriyah ditandai dengan keluarnya

bulan sabit. Hal ini tercantum dalam firman Allah SWT pada QS. Al-Baqoroh

ayat 189 yang artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah “bulan sabit

adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji”

Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS Yaasiin: 37-40,

yang artinya:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malah;

Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka

berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya.

Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah
44

Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai

ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai tandan yang tua. Tidak

mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat

mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”

Anda mungkin juga menyukai