Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan Ilat

(Kitab Tasynîf Masâmi’ bi Jam’i al-Jawami’)


Pendahuluan
Ilat menurut Ahlu Sunah adalah muarrif li al-hukmi yakni sesuatu motif dasar yang
menunjukkan pada adanya hukum (wujudul hukmi), bukan sebagai muatstsirah (pemberi
pengaruh hukum), karena muatstsir hanya Allah SWT.
Namun, apakah muarrif adl nas itu sendiri?, dan dijawab: bahwa ilat adalah suatu motif dasar
yang menunjukkan pada adanya hukum selain yg dari teks asal nas scr keseluruhan (al-wasf
muarrifun lifardin akhor ghoir al-ashl), yakni hukum yg berada di nas asal ditetapkan oleh
adanya ilat (bil illah) yg menyatukan antara teks nas dengan furuk. Sedangkan menurut
Hanafiah hukum ditetapkan oleh nas itu sendiri (binnaṣ).
Pembagian ilat berdasarkan pengaruhnya terhadap hukum
Ada tiga:
1. Menjadi motif/alasan hukum, seperti idah sbg alasan halal dinikah
2. Menjadi penghilang hukum, seperti talak sbg penghilang hukum boleh istimta’
3. Menjadi motif & penghilang, seperti raḍa’.
Pembagian ilat berdasarkan penyusun tubuh/zatnya
Setidaknya ada empat:
1. Hakiki, seperti riba pada makanan, perisa dirasakan oleh indera lidah misalnya.
2. Urfi, seperti hal-hal yang dianggap mulia, hina, kesempurnaan dan kekurangan.
3. Lughawi, seperti nabidz dinamai sebagai khamr.
4. Syar’i (boleh menurut jumhur untuk menta’lil suatu hukum syarak dari hukum syarak
yg lain), seperti menghukumi haramnya penjualan anjing dengan adanya hukum najis
padanya berdasarkan kaidah ilat adl muarrif.
Syarat sah ilat
1. Ilat mengandung adanya suatu hikmah
2. Ilatnya berstatus ḍabit dalam menunjukkan hikmah
3. Ilatnya benar-benar eksis/berwujud (wujudi) sesuai penyusun zatnya
4. Ditetapkannya syarat sebelum adanya penetapan hukum asal
5. Ilat tidak menjadi ibṭal atau takhsis terhadap nas asal
6. Tidak adanya mu’ariḍ dalam ilat yg diistinbat
7. Ilat tidak menyalahi/bertentangan pada nas atau ijma’
8. Adâmu ziyadah ala nas
9. Ta’ayyun
10. Ilat bukan sebuah wasf yang dikira”kan, harus bâriz (jelas)
11. Nas yg diistinbat ilatnya tidak yang sudah mencakup/mengandung/menyentuh secara
riil tentang hukum furuk
Ragam metode dalam menentukan ilat (hal 420)
Sebuah hukum tidak hanya berbicara tentang perintah dan larangan. Akan tetapi, terdapat
suatu motif dasar yang ditetapkan oleh syariat untuk menentukan alasan/ilat suatu hukum.
Dan beberapa metode menentukan ilat suatu hukum adalah sebagai berikut:
1. Ijmak
Ketika para ulama telah berijmak pada satu motif sebagai ilat suatu hukum baik ijmak
qaṭ’i atau ẓanni maka maotif tersebut ditetapkan sebagai ilatnya. Seperti dalam Sabda
Nabi saw, : “Seorang Hakim tidak diperbolehkan untuk menjatuhkan hukuman ketika
sedang marah” dimana ilat larangan tersebut menurut ijmak adalah adanya suatu motif
yang dapat mempengaruhi gangguan pada pikiran dan hati, di antaranya marah.

Anda mungkin juga menyukai