Anda di halaman 1dari 6

TEAM BUILDING for EFFECTIVE TEAM WORK IN LAB

(by nurul)

Apakah yang dimaksud dengan team building? Kadang banyak yang salah kaprah dengan istilah ini, seakan-akan
istilah ini hanya sebagai istilah keren-kerenan untuk menyelenggarakan outbond yang sifatnya hanya
sementara. Meskipun outbond dalam suatu organisasi perlu sesekali dilakukan untuk lebih menjalin keakraban,
namun bukan itu essence dari team building sesungguhnya. Arum (2013) menjabarkan bahwa pada hakikatnya
Team building adalah proses dimana membantu sebuah team dalam membentuk kesinergian dalam mencapai
goals dan tujuan yang dibuat oleh team tersebut. Jadi dalam hal ini team tahu proses yang harus dilalui dalam
mencapai kesepakatan dalam membuat keputusan.

Gambar diambil dari https://efektasgroup.com

Kita dapat memahami konsep team building dengan cara dua hal. Pertama, merupakan tindakan membentuk
sebuah team dengan cara merekrut, mewawancara, dan memilih/memilah anggota kedalam sebuah kelompok
dengan fungsi tertentu. Kedua, merupakan suatu tindakan pelaksanaan berbagai aktivitas yang dirancang untuk
memperkuat hubungan profesional dan personal dalam sebuah tim/kelompok tertentu (David Ingram, 2019),
Namun, penulis meyakini bahwa team building yang sesungguhnya adalah yang mencakup kedua hal tersebut.
Artinya, bahwa team building merupakan proses awal pembentukan sebuah tim kerja dan sekaligus sebuah
proses berkesinambungan dalam memunculkan sebuah tim kerja yang efektif dan berfungsi dengan baik. Jadi,
anggapan bahwa team buiding hanya merupakan rangkaian kegiatan sementara yang melibatkan permainan-
permainan yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu grup adalah sangat keliru. ‘Fun games for group’
hanya merupakan salah satu cara menuju proses team building yang sesungguhnya.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gallup (2017), sebuah tim yang tidak dikelola dengan baik memiliki
tingkat produktivitas 50% lebih rendah serta tingkat keuntungan perusahaan 44% dibawah tim yang dikelola
dengan baik. Penelitian lain dilakukan oleh Prof. John Kotter & Prof. James Heskett pada tahun 1992²
terhadap lebih dari 200 perusahaan tentang bagaimana budaya perusahaan mempengaruhi performa
keuangan mereka. Kotter & Heskett memaparkan data hasil penelitiannya sebagai berikut:

• Perusahaan dengan budaya yang baik menghasilkan pertumbuhan pendapatan sebanyak 682%
berbanding 166% dibandingkan dengan perusahaan lain
• Mereka juga menghasilkan pertumbuhan jumlah karyawan sebesar 282% dibandingkan perusahaan
lain yang hanya 36%
• Mereka mengalami pertumbuhan harga saham sebesar 901% jika dibandingkan perusahaan lain yang
hanya 74%
• Yang paling ekstrim, perusahaan dengan budaya yang baik merasakan peningkatan keuntungan bersih
sebesar 756% jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang hanya merasakan peningkatan sebesar
1%!
(https://teambuilding.co.id)

But, what is the urgency of a good team building in a laboratory? Pentingkah team building dalam suatu
laboratorium? tentu saja sangatlah penting. Suatu unit laboratorium juga merupakan suatu kelompok kerja
besar yang juga terdiri atas beberapa tim kerja didalamnya. Tanpa team building yang baik tentu tidak akan
menghasilkan tim kerja yang solid dan berfungsi dengan baik pula. Namun, bukankah team building itu hanya
diperuntukkan bagi perusahaan untuk mencapai target profit yang maksimal? Tentu tidak, hal ini berlaku juga
terhadap eksistensi suatu laboratorium. Rata-rata suatu perusahaan besar bahkan biasanya memiliki sebuah
laboratorium sendiri untuk kontrol internal limbah atau quality control produk akhir. Tentu saja laboratorium
tersebut mempunyai andil besar bagi performa perusahaan tersebut. Bayangkan bila performa laboratorium
perusahaan tersebut buruk? Maka apa yang terjadi? Produk akhir mungkin tidak terjaga kualitasnya dengan baik
dan pada saat sampai ke masyarakat luas, produk tersebut menimbulkan masalah di berbagai tempat.
Kemudian, nama perusahaan akan tercoreng, bahkan jika fatal dapat menyebabkan kebangkrutan. Lalu
bagaimana dengan unit laboratorium yang berdiri mandiri? Sebuah laboratorium, baik laboratorium swasta
maupun laboratorium milik pemerintah, dewasa ini kerap dituntut untuk mempunyai wacana bisnis yang
profitabel namun tetap berkualitas dengan target-target jelas. Target-target tersebut tidak akan dapat dicapai
tanpa sebuah team work yang berfungsi secara baik.

Gambar diambil dari https://www.vectorstock.com

Lalu, siapakah team builder dalam suatu laboratorium? who’s the team builder in a lab? Tentu saja pimpinan
tertinggi/ manajer puncak dan para manajer dibawahnya, bahkan tidak menutup kemungkinan seorang staf
yang dipercaya mengkoordinasi sebuah tim. Bagi laboratorium swasta, pimpinan puncak akan lebih mudah
dalam melaksanakan team building karena biasanya terlibat langsung dalam hal perekrutan personil-personil
dibawahnya. Namun lain halnya dengan suatu laboratorium milik pemerintah, dimana pimpinan puncak harus
menerima bulat-bulat keputusan kepala daerah mengenai siapa saja personil-personil/ manajer-manajer
dibawahnya. Namun baik di laboratorium swasta maupun laboratorium pemerintah, seorang team builder,
siapapun dia dan apa pun kedudukannya, akan berhasil membangun sebuah tim demi mencapai tim kerja yang
efektif jika team builder tersebut memahami dengan jelas konsep team building yang sesungguhnya.

Menurut David Ingram (2019), saat merekrut atau memilih anggota tim, tim builder harus memperhatikan
dengan baik tipe-tipe personaliti dan keahlian/keterampilan dari para kandidat. Tim buider harus mencoba
untuk membangun tim-tim kerja dimana setiap kelemahan masing-masing aggota dapat ditutupi oleh
kekuatan/kelebihan anggota tim lainnya. Tim builder juga sebaiknya memadukan hal tersebut diatas sambil juga
dengan tipe personaliti yang sama. Namun, jika memadukan kedua hal tersebut diatas tidak dapat dilakukan,
maka pertimbangan strength and weakneses tetap harus diutamakan.
Terkait dengan team building dalam suatu laboratorium, penulis juga meyakini apa yag dijabarkan oleh David
Ingram diatas juga dapat diterapkan dalam laboratorium. Seorang manajer puncak laboratorium dapat
membentuk tim-tim kerja dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan personil-personil dibawahnya, jika
telah diputuskan oleh CEO (laboratorium swasta) atau Kepala Daerah (laboratorium pemerintah) manajer-
manajer dibawahnya (manajer teknis, manajer mutu dan manajer administrasi), maka manajer puncak (kepala
laboratorium) dapat menentukan/memilih personil-personil dibawah masing-masing manajemen tersebut. Lalu
bagaimana mengelompokkan personil-personil mana saja yang dimasukkan pada manajemen teknis, manajemen
mutu dan manajemen administrasi? Tentu saja dengan melihat kekuatan dan kelemahan, serta personaliti
personil-personil yang ada. Mereka dengan keterampilan teknis dalam pengujian tentunya dimasukkan ke dalam
tim manajemen teknis dibawah manajer teknis, mereka dengan kemampuan analitik dan pengawasan yang baik
dimasukkan ke dalam tim manajemen mutu dibawah manajer mutu, dan mereka dengan keterampilan
penatausahaan tentu saja dimasukkan ke dalam tim manajemen administrasi dibawah manajer administrasi.

Setelah team builder telah berhasil memilah dan memilih personil-personil dalam tim-tim kerja tertentu, apakah
artinya proses team building telah selesai? Is it done? No, definitely not. Dari http://direktoritraining.com,
berikut beberapa pointers dalam pelaksanaan tim building yang baik: target yang jelas, komitmen, kompetensi,
kontrol, inovasi kreatif, kolaborasi, koordinasi dan komunikasi.

Bagaimana penerapan pointers tersebut dalam team building dalam suatu laboratorium?

• Target yang jelas

Kepala laboratorium (manajer puncak laboratorium) harus bisa menyampaikan dengan jelas target yang harus
dicapai kepada tim-tim kerja yang telah dibentuk dalam laboratorium yang dipimpin, misalkan target kerja tahun
ini untuk tim manajemen teknis adalah 2000 sampel pengujian, untuk tim manajemen mutu adalah 0 %
pengaduan dari customer, dan untuk tim manajemen adiministrasi adalah bergabungnya 50 customer baru.

Kata kunci dalam usaha pencapaian target adalah Motivasi. Dalam hal penyampaian target ini, seorang tim
builder dalam hal ini kepala laboratorium maupun manajer-manajer dibawahnya harus juga dapat memberikan
motivasi-motivasi yang jelas dan menarik minat anggota timnya. Motivasi yang terbaik dalam dunia kerja apapun
termasuk dalam suatu laboratorium adalah Reward and Punishment tanpa diskriminasi/subjektivitas serta Fair
Financial Policy untuk semua anggota laboratorium.

• Komitmen

Kepala laboratorium harus memastikan bahwa setiap personil laboratorium berkomitmen dengan pekerjaan
mereka dengan cara acap kali menanamkan pikiran bahwa setiap personil laboratorium mempunyai peran
penting sehingga mereka bersemangat dan tertantang untuk menjalankan misi dan mencapai target yang telah
ditentukan.

• Kompetensi
Dalam proses awal team building, kompetensi (strength and weakneses) merupakan pertimbangan awal
pengelompokkan personil. Namun hal ini tidak bersifat statis, melainkan sangat dinamis, karena seiring waktu
skills set seseorang dapat berubah sesuai dengan kesempatan yang diberikan kepadanya dan kemauan yang
ada pada dirinya. Hal ini yang tidak jarang menjadi problem tidak berjalannya team work seperti yang diinginkan
atau ditargetkan, dimana seorang atau beberapa personil tidak pernah diberi kesempatan untuk
mengembangkan diri, dalam hal ini kepala laboratorium harus melihat apakah manajer-manajer dibawahnya
cukup memberi ruang bagi personil-personil dibawahnya untuk mengembangkan diri.

• Kontrol

Kontrol antara kepala laboratorium dan tim-tim manajemen lainnya harus selalu terjaga dengan cara kepala
laboratorium memberi batasan yang jelas tim-tim manajemennya, dan juga memastikan bahwa kontrol tersebut
juga dilaksanakan oleh manajer-manajernya terhadap personil-personil lab yang dibawahinya.

• Inovasi kreatif

Pimpinan puncak laboratorium harus bersedia membuka pintu bagi penemuan baru atau karya kreatif baik dari
manajer dibawahnya maupun personil-personil lab lainnya, dan kemudian mampu merumuskan ide-ide baru
tersebut agar dapat diaplikasikan dalam proses pencapaian target.

• Kolaborasi

Kolaborasi antar tim kerja sangat diperlukan agar tercapai teamwork yang efektif. Pimpinan puncak
laboratorium sebagai team builder harus dapat menjamin kolaborasi intra dan antar tim manajemen teknis,
mutu dan administrasi dapat bersinergi dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan diadakannya fun
projects atau outbond berkala yang didalamnya terdapat berbagai group games yang menyenangkan namun
juga syarat manfaat untuk meningkatkan teamwork.

• Koordinasi

Kepala Laboratorium harus senantiasa menjaga koordinasi dalam laboratorium tetap berjalan dengan baik, baik
itu dalam tim kerja masing-masing manajemen maupun antar manajemen. Dalam penjelasan target diatas juga
tidak terlepas dari koordinasi jelas pada awal dan secara gradual.

• Komunikasi

Sebagai team builder, seorang pimpinan puncak laboratorium maupun manajer-manajer dibawahnya harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, karena dalah bidang apapun maksut dan niat yang baik tidak akan
menghasilkan output yang baik bila tidak dikomunikasikan dengan baik.

Team Building Case-solving in Laboratory


Case 1. Bagaimana bila setelah pemilihan/pengelompokan personil laboratorium dan seiring waktu berjalan
ternyata ada satu personil berselisih dengan manajernya dan tidak memungkinkan bersinergi? Maka personil
tersebut dilihat kembali apakah memiliki kekuatan lain yang bisa mendukung kerja laboratorium, jika personil
tersebut juga mempunyai kemampuan lain maka dapat bergabung dalam tim manajemen lainnya. Namun jika
tidak, maka tim builder dalam hal ini manajer puncak dapat mencoba pendekatan lain terkait strategi untuk
membangun proffesional chemistry antara keduanya, salah satunya bisa dengan menugaskan keduanya dalam
target kerja tertentu yang memaksa mereka untuk bekerjasama dengan baik.
Case 2. Seiring waktu berjalan setelah pengelompokkan semua personil laboratorium, ada penurunan kinerja
dari salah seorang atau beberapa personil laboratorium, maka adalah tugas dari team builder (baik pimpinan
puncak maupun manajer teknis/mutu/administrasi) untuk menyelidiki dengan seksama latar belakang hal
tersebut, apakah karena hal-hal dalam kehidupan pribadi, perselisihan dengan teman sejawat, ataupun karena
kebijakan yang memerlukan perbaikan. Setelah diketahui penyebabnya dengan jelas, maka segera dilakukan
tindakan recovery to prevent further damage.

Dari penjabaran diatas, dapat ditarik benang merah bahwa Team Building yang baik sangat diperlukan dalam
pencapaian Teamwork yang efektif, dan mengutip dari Vivette Payne, seorang ahli dibidang organization, team,
and leadership development: “Teams cannot be created, they must be built”

Anda mungkin juga menyukai