Anda di halaman 1dari 128

X.

1 SPESIFIKASI TEKNIS

X.1.1 PERSYARATAN UMUM

A. PERUNDANGAN DAN PERATURAN.

A.1. Terkait Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

1. UU No.2/2017 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 4, Butir (1) Pemerintah Pusat bertanggung
jawab atas:
a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional;
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang transparan,
persaingan usaha yang sehat, serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan;
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi
nasional;
e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta teknologi
konstruksi dalam negeri;
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.
2. UU No.2/2017 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 17, Butir (1) Kegiatan usaha Jasa Konstruksi
didukung dengan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi; dan (2) Sumber daya konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan berasal dari produksi dalam negeri.
3. PP NO. 22/2020 tentang Peraturan Pelaksana UU NO. 2/2017,
Pasal 25,
Butir (1) Sumber daya material dan peralatan konstruksi sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat
(2) huruf a dan b harus:
b. menggunakan material dan peralatan yang telah lulus uji dari lembaga yang berwenang
sesuai dengan standar; dan
c. mengoptimalkan penggunaan material dan peralatan dalam negeri.
Butir (2) Sumber daya konstruksi mengutamakan produk lokal, unggulan, dan ramah
lingkungan yang terdiri atas:
a. Sumber daya material;
b. Sumber daya peralatan;
c. Sumber daya teknologi; dan
d. Sumber daya manusia.
4. Perpres No, 12 Tahun 2021:
Pasal 4: Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk: b. meningkatkan penggunaan produk
dalam negeri.
Pasal 19:
Butir (1) PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK barang/jasa menggunakan:
a. produk dalam negeri;
b. produk bersertifikat dalam negeri;
Butir (3) Pemenuhan penggunaan produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sepanjang tersedia.
5. Permen PUPR No. 14/2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
melalui Penyedia:
Pasal 21,
Butir (2) spesifikasi teknis disusun dengan ketentuan: b. sedapat mungkin menggunakan
produksi dalam negeri; dan c) semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar
nasional Indonesia.

B. KUALITAS MATERIAL

1. Penyedia Jasa menjamin bahwa semua material yang diserahkan oleh Penyedia Jasa
berdasarkan Kontrak, harus baik dan baru serta memenuhi spesifikasi teknis, kecuali bila
disyaratkan lain atau ditentukan lain oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat meminta pada Penyedia Jasa agar
menyerahkan sertifikat pabrik mengenai material tersebut. Untuk peralatan Mekanikal dan
Elektrikal dilengkapi Sertifikat TKDN yang menyatakan bahwa kandungan dalam negeri > 40%
dan tersedianya Perwakilan Pabrikan dilokasi/Indonesia untuk menyakinkan ketersediaan suku
cadang dan maintanance, dan khusus untuk Peralatan Ukur agar dilengkapi dengan Sertifikat
Kalibrasi yang masih berlaku.
Selanjutnya Penyedia Jasa menjamin bahwa material yang diserahkan berdasarkan Kontrak
tidak mengandung cacat yang timbul karena bahan dan pengerjaan (kecuali jika disain dan
bahannya diharuskan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direksi / Pengguna Jasa dalam
Spesifikasi Teknis) atau oleh karena kelalaian Penyedia Jasa.
2. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas akan memberitahukan secara tertulis kepada
Penyedia Jasa apabila ada tuntutan yang timbul berdasarkan jaminan material ini, segera setelah
menerima pemberitahuan tersebut, Penyedia Jasa harus memperbaiki atau mengganti material
atau bagian material yang cacat dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa.
3. Jika setelah menerima pemberitahuan tersebut diatas, Penyedia Jasa lalai memperbaiki atau
mengganti material atau bagian material yang cacat dalam waktu yang wajar, maka Direksi /
Pengguna Jasa dapat mengambil tindakan perbaikan yang perlu, dengan biaya yang
sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa tanpa mengurangi hak-hak Direksi / Pengguna Jasa
terhadap Penyedia Jasa berdasarkan kontrak.

C. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

1. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berwenang untuk meminta keterangan
mengenai asal barang/material yang bersangkutan.
2. Sebelum barang / material / pipa dikirim ke lapangan terlebih dahulu diadakan pemeriksaan
pabrik oleh Direksi / Pengguna jasa, untuk memeriksa barang di pabrik dan mengadakan test
kualitas pipa di pabrik. Hasil test di pabrik dituangkan dalam Berita Acara Test di Pabrik dan
diberikan Sertifikat Test Pabrik. Jika pipa memenuhi spek teknik yang telah ditetapkan maka pipa
bisa dikirim ke lapangan.
3. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak dan mempunyai keleluasaan
memasuki seluruh tempat pekerjaan, termasuk bengkel yang membuat perakitan material.
Penyedia Jasa bawahan dan Penyedia Jasa harus menyediakan bahan, informasi dan bantuan
yang diperlukan dalam pemeriksaan dan pengujian, sehingga Direksi / Pengguna Jasa dan
Konsultan Pengawas dapat melakukan pemeriksaan terinci dan lengkap dengan semestinya.
4. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak memeriksa dan atau menguji
barang/meterial yang akan diserahkan, apakah sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
5. Sebelum melakukan pemeriksaan material, Penyedia Jasa harus memberitahukannya kepada
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas, agar Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas dapat menyaksikan pemeriksaan atau pengujian barang/ material.
6. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan di tempat Penyedia Jasa/sesuai kebutuhan, di
tempat penyerahan/lapangan atau di tempat tujuan akhir barang/material. Penyedia Jasa harus
menyiapkan segala fasilitas untuk pemeriksaan tersebut di atas, dan segala biaya yang berkaitan
dengan pemeriksaan barang/material ditanggung sepenuhnya oleh Penyedia Jasa.
7. Setelah barang / material / pipa sampai di lapangan, diambil sampling pipa secara acak untuk
dilakukan test kualitas pipa pada laboratorium independent yang telah mempunyai sertifikasi
untuk melakukan test kualitas pipa. Hasil test kualitas pipa dituangkan dalam sertifikat kualitas
pipa.
8. Apabila hasil pemeriksaan barang/material tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang
ditetapkan, Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat menolak barang/material
tesebut dan Penyedia Jasa harus mengganti barang.material yang tidak sesuai tersebut, atau
mengadakan perbaikan yang diperlukan agar memenuhi persyaratan Spesifikasi Teknis, dengan
biaya sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa. Apabila ada barang/material yang ditolak oleh
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa diwajibkan segera
memindahkan barang/material itu keluar tempat pekerjaan atas perintah pertama Direksi /
Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
9. Apabila terdapat perselisihan paham mengenai hasil pemeriksaan barang/material, atau Direksi
/ Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas meragukan kualitasnya, maka Direksi / Pengguna
Jasa dan Konsultan Pengawas berhak mengirimkan contoh barang/material tersebut kepada
Laboratorium Penelitian Bahan yang dibenarkan. Biaya pemeriksaan ini sepenuhnya menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.

D. PENGEPAKAN DAN PEMBUNGKUSAN PIPA, POMPA DAN ASESORISNYA SERTA


PERALATAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

1. Penyedia Jasa harus mengepak atau membungkus material untuk mencegah kerusakan
sewaktu pengangkutan sampai tempat tujuan akhir sesuai dengan standar pabrik dan/atau
petunjuk Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
2. Bila tidak disebutkan lain, seluruh material harus diberi lapisan pelindung yang standard dengan
pabrik. Permukaan yang membutuhkan pengecatan atau pelapisan untuk mencegah korosi
harus halus dan bebas dari kotoran.

E. PENGANGKUTAN, PEMBONGKARAN DAN PENYIMPANAN.

1. Sikap hati-hati harus diberikan selama pemuatan, transportasi dan pembongkaran. Setiap
kerusakan lapisan pipa harus diperbaiki sesuai dengan perintah Direksi / Pengguna Jasa dan
Konsultan Pengawas. Penanganan material harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh
pabrik.
2. Material harus dikirim, dibongkar dan ditimbun oleh Penyedia Jasa di lokasi gudang yang ditunjuk
oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Material ditempatkan pada penyangga
yang cukup untuk memungkinkan isolasi dari tanah. Selain itu penimbunan material harus dapat
mencegah kerusakan selama penyimpanan yang lama pada kondisi tropis.
3. Segala hal terkait dengan pengangkutan, pembongkaran, dan penimbunan material harus
memperhatikan keamanannya dan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Hal-hal tersebut
diatas harus mendapat perijinan terlebih dahulu dari Direks/Konsultan Pengawas.
4. Pengangkutan, pembongkaran dan penyimpanan pipa HDPE. Instruksi umum penyimpanan:
- Jangan dilempar atau dibanting dari ketinggian.
- Jangan diseret.
- Lokasi penyimpanan juga harus bebas atau berada jauh dari sumber panas serta hindari
kontak dengan lem, oli dan sebagainya.
- Penyimpanan pipa Batangan.
Pipa harus disangga per 1 meter dengan landasan kayu, pipa disusun dalam tumpukan
berbentuk piramid sampai ketinggian 1 meter serta penyangga samping pipa tidak boleh
sampai tergelincir jatuh. Pipa harus disimpan dan disusun pada level kerataan tanah yang
bagus serta tutup bagian ujung pipa untuk menghindari kotoran dan benda tajam masuk
dan merusak permukaan dalam pipa.
- Penyimpanan pipa gulungan
Pipa dengan diameter kecil harus di-pallet-kan di atas tanah dengan level kerataan yang
bagus. Pipa dengan diameter kecil dapat ditumpuk dengan ketinggian maksimum 2.5
meter dan diberikan pembatas kayu pada tiap gulungan untuk mempermudah forklift
dalam melakukan penanganan. Pipa dengan diameter gulungan besar (> 180 mm) sangat
rawan terjadi kecelakaan maka dari itu prosedur penyimpanan dan penanganan harus
dilakukan dengan benar.

Pipa HDPE

5. Pengangkutan, pembongkaran dan penyimpanan pipa Galvanis.


Instruksi umum penyimpanan:
- Jaga tempat penyimpanan agar pipa terhindar dari karat dan kerusakan lainnya yang
membuat pipa menjadi tidak tahan lama.
- Selalu jaga pipa dari air yang dapat membuat karat jika dibiarkan terus menerus.
- Pipa dan aksesoris yang sudah dikirim ke lapangan disimpan dulu di gudang sebelum
dipasang, untuk menjaga keamanan.
- Pipa dikirim ke lapangan untuk dipasang sesuai dengan kebutuhan.
- Pencatatan pipa dan accessories yang masuk dan keluar harus diadministrasikan
dengan baik, sehingga pada akhir pekerjaan bisa diketahui dengan pasti pipa yang sudah
dipasang dan belum dipasang.

Pipa Galvanis
6. Peralatan Mekanikal dan Elektrikal rentan terhadap kondisi cuaca panas, hujan debu,
benturan. Oleh karena itu penyimpanan peralatan Mekanikal dan Elektrikal agar disiapkan
ruang tersendiri dan tertutup terpisah dengan penyimpanan material lainnya

F. MATERIAL YANG RUSAK/CACAT.

1. Barang/material yang rusak/cacat sebagai akibat apapun harus segera diganti atau diperbaiki,
sehingga dapat disetujui oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
2. Bila Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas belum mengesahkan bahwa
barang/material sudah diganti atau diperbaiki oleh Penyedia Jasa, pembayaran tidak akan
dilakukan oleh Direksi / Pengguna Jasa, dan bila dalam jangka waktu tertentu,
perbaikan/penggantian barang/material yang rusak belum dilakukan, Direksi / Pengguna Jasa
dan Konsultan Pengawas berhak memerintahkan Pihak Ketiga untuk memperbaiki atau
mengganti barang/material yang cacat/rusak atas biaya Penyedia Jasa.
3. Adanya pemeriksaan oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas terhadap
barang/material dan perlengkapan yang disediakan oleh Penyedia Jasa di lapangan tidak akan
melepaskan tanggung jawab Penyedia Jasa. Walaupun semua barang/material yang diperlukan
seperti tercantum dalam Surat Perjanjian Kontrak sudah diperiksa, diterima dan dinilai untuk
dibayar, Penyedia Jasa harus mengganti atau memperbaiki barang/material yang ternyata rusak
atau tidak memenuhi persyaratan sampai pada saat penyerahan kedua.
4. Semua penggantian dan perbaikan tersebut diatas harus mendapat persetujuan Direksi /
Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dan biayanya ditanggung oleh Penyedia Jasa.

G. RESIKO DAN KEAMANAN BARANG DAN PEKERJAAN

1. Segala resiko kebakaran, kerusakan dan pencurian di lapangan atas segala material, alat,
perlengkapan dan benda-benda lain menjadi tanggungan Penyedia Jasa sepenuhnya. Penyedia
Jasa harus mempertanggungkan dalam bentuk asuransi atas segala resiko ini.
2. Yang dimaksud dengan pasal ini adalah pipa, perlengkapannya, dan pekerjaannya yang belum
diserahkan kepada Direksi / Pengguna Jasa dengan Berita Acara. Asuransi disini tidak hanya
asuransi untuk kerusakan saja, tetapi termasuk asuransi untuk resiko lainnya, seperti asuransi
kehilangan, asuransi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan termasuk segala resiko yang terjadi
di dalamnya, dan lain sebagainya.
3. Penyedia Jasa harus menempatkan penjaga keamanan (Satpam) di lapangan, selama pekerjaan
berlangsung.
4. Penyedia Jasa harus melindungi semua material terhadap kehilangan dan kerusakan yang
disebabkan oleh kejahatan orang yang tak bertanggung jawab, sampai pada saat penyerahan
pekerjaan. Hal tersebut di atas menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

H. PENGALIHAN.

1. Penyedia Jasa dilarang dan tidak dibenarkan untuk memindahtangankan atau menyerahkan
kepada Pihak Ketiga sebagian atau seluruh kepentingan, hak dan kewajibannya dalam Kontrak
tanpa izin tertulis dari Direksi / Pengguna Jasa.
2. Bila Penyedia Jasa malanggar pasal G butir 1. tersebut di atas, Direksi / Pengguna Jasa berhak
memutuskan Kontrak, sesuai peraturan yang berlaku dan segala akibat pemutusan Kontrak
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

I. PENYEDIA JASA BAWAHAN/SUB KONTRAK.

1. Berkenaan dengan sebagian atau seluruh pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak, Penyedia
Jasa dilarang mengadakan sub kontrak dengan pihak lain, tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi / Pengguna Jasa.
2. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Penyedia Jasa
Bawahan/Sub Penyedia jasa (apabila ada).
3. Aturan sub kontrak mengikuti aturan yang berlaku.

J. PENUNDAAN PEKERJAAN.

Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat memberitahukan secara tertulis kepada
Penyedia Jasa mengenai penundaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang dianggapnya perlu
kerena keadaan yang tidak menguntungkan Direksi / Pengguna Jasa, atau kerena Penyedia Jasa
tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Kontrak.
Penundaan pekerjaan harus dilakukan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Penyedia Jasa
menerima pemberitahuan Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Penyedia Jasa tidak
dibenarkan mengajukan ganti rugi karena penundaan pekerjaan tersebut diatas.

K. KETERLAMBATAN PELAKSANAAN OLEH PENYEDIA JASA.

1. Penyerahan material dan pelaksanaan jasa harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan dalam Kontrak.
2. Apabila Penyedia Jasa terlambat dalam melaksanakan kewajiban penyerahan pekerjaan
melebihi jangka waktu kontrak yang sudah ditetapkan, maka Penyedia Jasa dapat dikenakan
salah satu dan/atau semua sanksi berikut: dibebani denda sebagai ganti rugi, penyitaan jaminan
pelaksanaan dan atau pemutusan kontrak karena kelalaian. Hal-hal yang terkait dengan
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
3. Apabila dalam jangka waktu pelaksanaan kontrak, Penyedia Jasa atau subpenyedia jasanya
mengalami gangguan dalam menepati waktu penyerahan material dan pelaksanaan jasanya,
Penyedia Jasa harus segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi / Pengguna Jasa
tentang adanya kelambatan, penyebab dan lamanya keterlambatan.

L. PERUBAHAN PEKERJAAN/KONTRAK.

1. Bila dipandang perlu, Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat mengadakan
perubahan, pekerjaan tambah atau kurang tanpa membatalkan kontrak. Perintah perubahan
tersebut diatas, akan disampaikan kepada Penyedia Jasa secara tertulis dengan uraian tentang
perubahan pekerjaan tersebut, sekaligus dengan penyesuaian harga dan waktu
penyelesaiannya. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan perintah perubahan harus
mengikuti semua ketentuan yang tertera dalam kontrak, Jaminan pelaksanaan Penyedia Jasa
tetap mengikat dengan nilai seperti yang tercantum dalam kontrak dan perubahannya.
2. Setiap perubahan harga harus didasarkan pada aturan yang berlaku pada kontrak.

M. KERJA LEMBUR.

1. Penyedia Jasa tidak akan menerima tambahan biaya untuk kerja lembur dan tambahan jumlah
tenaga kerja, walaupun hal tersebut mungkin diperlukan dalam keadaan darurat sebagaimana
diperintahkan dengan surat oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas, kecuali bila
ditentukan lain dalam Kontak.
2. Biaya-biaya yang terjadi akibat adanya kerja lembur dan penambahan jumlah tenaga kerja
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa, seperti misalnya biaya pengawasan kerja lembur yang
disebabkan oleh kerja lembur.
3. Terkait dengan penyelesaian pekerjaan, Penyedia Jasa wajib melakukan kerja lembur dan
menambah jumlah tenaga kerja.

N. KEADAAN KAHAR

1. Keadaan kahar adalah keadaan sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak.
2. Apabila terjadi keadaan kahar, Penyedia Jasa harus segera memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi / Pengguna Jasa tentang keadaan tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender dan dilengkapi dengan bukti keadaan kahar sesuai yang berlaku dalam kontrak.
3. Segala hal mengenai keadaan kahar telah diatur dalam kontrak.

O. ALAMAT RESMI PENYEDIA JASA DAN PEMBERITAHUAN

1. Alamat resmi Penyedia Jasa adalah alamat yang dicantumkannya pada Dokumen Penawaran.
Segala petunjuk, surat dan komunikasi lainnya untuk Penyedia Jasa akan ditujukan kepada
alamat tesebut diatas dengan surat tercatat. Perubahan alamat Penyedia Jasa harus segera
diberitahukan secara tertulis kepada Direksi /Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
2. Pemberitahuan yang disampaikan oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya sehubungan
dengan kontrak ini harus disampaikan secara tertulis atau dengan pengiriman faximile, telegram
atau telex dan ditegaskan secara tertulis ke alamat yang ditetapkan untuk keperluan itu.
3. Pemberitahuan tersebut akan berlaku sesuai dengan tanggal yang tercantum dalam surat
pemberitahuan, tetapi dalam hal penerimaan melalui tanggal tersebut, maka tanggal penerimaan
surat pemberitahuan yang mengikat.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
X.1.2 SPESIFIKASI TEKNIS UMUM
A. PENDAHULUAN

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama dengan gambar-gambar
yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup
suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan dalam pelaksanaan
konstruksi serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan
peralatan dan material tersebut. Spesifikasi pelaksanaan dan material yang disepakati harus
diterapkan.

B. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi Teknis/Lapangan dan dapat dilihat pada
Gambar-gambar rencana terlampir.

C. MANAJEMEN LALU LINTAS

1. Umum
Kontraktor harus menjaga seluruh panjang dari lokasi kegiatan dalam kondisi sedemikian
hingga lalu lintas dapat ditampung dengan aman dan karyawan Kontraktor, Direksi Pekerjaan,
dan pengguna jalan dapat dilindungi
Sebelum memulai pekerjaan apapun, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan kepada
Direksi Pekerjaan, Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL) untuk
pengoperasiannya selama periode pelaksanaan. RMKL harus berdasarkan analisa aliran lalu
lintas tingkat makro dan juga mikro dan tidak hanya terfokus di daerah konstruksi.
RMKL harus dimutakhirkan secara regular berdasarkan pengalaman dan kondisi tempat
pekerjaan. RMKL harus memperhitungkan Prosedur Keselamatan. RMKL harus
memperhitungkan dan menyediakan fasilitas khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak
bermotor jika berada di sekitar daerah kerja.
Ruang lingkup dari manajemen lalu lintas mencakup aktivitas berikut namun tidak terbatas
pada:
a) Kontraktor harus menyediakan perlengkapan dan pelayanan lalu lintas untuk
mengendalikan dan melindungi karyawan Kontraktor, Direksi Pekerjaan, dan pengguna
jalan yang melalui daerah konstruksi, termasuk lokasi sumber bahan dan rute
pengangkutan, sesuai dengan seksi ini dan memenuhi detil dan lokasi yang ditunjukkan
dalam denah atau yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Kontraktor harus menyediakan, memasang rambu lalu lintas yang diperlukan, barikade, rel
pengaman lentur atau kaku, lampu, sinyal, marka jalan, road barrier beton atau dari plastic
yang diisi air dan perlengkapan lalu lintas lainnya dan harus menyediakan bendera dan
petunjuk lalu lintas dengan cara lain sepanjang ZONA kerja pada setiap saat selama
Periode Pelaksanaan. Manajemen lalu lintas harus dilakukan sesuai dengan perundangan
dan peraturan yang berlaku.
c) Semua pengaturan lalu lintas yang disediakan dan dipasang oleh Kontraktor harus dikaji
oleh Direksi Pekerjaan agar sesuai dengan ukuran, lokasi, reflektifitas (daya pantul),
visibilitas (daya penglihatan), kecocokan, dan penggunaan yang sebagaimana mestinya
sesuai dengan kondisi kerja yang khusus.
d) Pada lokasi dimana secara umum kondisi jalan padat sepanjang hari, kontraktor hanya
akan diijinkan untuk menggali parit dan memasang pipa selama malam hari dari jam 20:00
PM sampai 04:00 PM pada hari berikutnya. Operasi atau kegiatan komersial normal pada
area tersebut tidak terganggu.
2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
a) Penutupan Jalan yang Diperbolehkan.
Daerah konstruksi dibagi dalam daerah kerja dimana daerah kerja ini dibagi lagi dalam
zona kerja. Pekerjaan diperbolehkan dilaksanakan secara simultan dengan daerah kerja
dan zona kerja dalam jumlah tertentu.
b) Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.
Jika pada setiap saat, Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa ketentuan yang sebagaimana
mestinya untuk pengendalian lalu lintas yang aman tidak disediakan, tidak dipelihara atau
tidak dilaksanakan sesuai lingkup dari RMKL, Direksi Pekerjaan dapat membatasi operasi
Kontraktor yang mempengaruhi situasi semacam ini sampai penyesuaian yang diperlukan
telah dilaksanakan. Direksi Pekerjaan dapat juga menangguhkan seluruh pekerjaan sampai
penyesuaian tersebut dicapai.
Bilamana keselamatan umum atau karyawan Kontraktor diabaikan secara serius dan
dengan sengaja oleh Kontraktor, Direksi Pekerjaan dapat melakukan tindakan perbaikan
yang sepadan dan memotong biaya dari hak Kontraktor sebagai kompensasi kerugian dari
jumlah yang dibayarkan kepada Kontraktor.
Semua personil paling sedikit berusia 18 tahun, dan Personil harus mengenakan baju yang
reflektif, sepatu safety boot dan helm kerja pada setiap saat selama jam kerja di dalam
daerah kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus berkoordinasi dengan pihak kepolisian.
Operasi pada malam hari harus diterangi dengan lampu dan atau sistem reflektif yang
disetujui Direksi Pekerjaan. Sistem penerangan harus ditempatkan dan dioperasikan
sedemikian agar dapat menghindarkan sorot cahaya terhadap pengguna jalan yang
mendekati lokasi tersebut. Lampu pijar tidak diperkenankan.
Kontraktor harus menyediakan personil untuk melakukan pengawasan berkesinambungan
terhadap operasi pengendalian lalu lintasnya. Personil tersebut harus tersedia baik siang
maupun malam untuk menanggapi panggilan jika ada kerusakan antara lain terhadap
barikade, lampu, rambu-rambu, baik karena vandalisme atau kecelakaan lalu lintas.
Kontraktor harus memberitahu identitas personil tersebut kepada Direksi Pekerjaan
maupun pejabat lalu lintas setempat (termasuk polisi) di tempat kerja.
c) Bahan dan Peralatan
Semua bahan dan peralatan yang disediakan untuk implementasi kegiatan-kegiatan
manajemen dan keselamatan lalu lintas harus disediakan oleh Kontraktor dan tetap menjadi
miliknya pada akhir periode kontrak.
Pengaturan lalu lintas harus dibuat sedemikian hingga perlengkapan tersebut tidak boleh
merusak atau melukai kendaraan atau pengguna jalan jika tertabrak atau terjungkal dan
harus tetap stabil dan berdiri di tempat ketika diterpa angin.
d) Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL)
Kontraktor harus menyediakan tenaga Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu
Lintas (KMKL) yang memenuhi syarat dan memadai, dengan pengalaman yang sesuai
minimum 3 tahun dalam tugas-tugas semacam ini dan staf yang diperlukan (jumlah
minimum 2 orang) yang dibawahinya untuk seluruh pengendalian dari manajemen dan
keselamatan lalu lintas, termasuk koordinasi dengan pejabat lalu lintas setempat yang
bertanggung jawab sesuai yuridiksi Daerah Kerja, sedemikian hingga dapat memperkecil
halangan, resiko keselamatan dan memperlancar aliran lalu lintas yang melalui daerah
konstruksi dan melalui jalan-jalan pengalihan yang sesuai dan disetujui. Pemilihan KMKL
harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
KMKL harus secara aktif berpartisipasi dalam semua rapat reguler maupun khusus dengan
Direksi Pekerjaan. KMKL harus siap sedia pada setiap saat (24 jam per hari,7 hari per
minggu) melalui komunikasi bergerak untuk kesulitan-kesulitan, keadaan darurat, dan hal-
hal lain dari lalu lintas dan manajemen keselamatan dalam seluruh waktu dari pekerjaan.
KMKL adalah individu yang akan ditujuk oleh Direksi Pekerjaan atas semua permintaan
yang berhubungan dengan hal-hal manajemen dan keselamatan lalu lintas. KMKL
mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan berkoordinasi dengan personil
Kontraktor untuk hal-hal manajemen dan keselamatan lalu lintas.
Tugas-tugas KMKL harus mencakup berikut ini:
1) Memahami persyaratan kontraktual, termasuk denah, spesifikasi, dan lingkungan di
mana pekerjaan sipil akan dilaksanakan;
2) Menginspeksi rutin terhadap kondisi dan keefektifan dari pengaturan lalu lintas yang
digunakan dalam kegiatan dan memastikan bahwa perlengkapan tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya, bersih, dapat dilihat dan memenuhi spesifikasi, denah, serta
peraturan-peraturan setempat;
3) Meninjau dan mengantisipasi kebutuhan atas pengaturan lalu lintas yang sesuai,
memberi pendapat kepada Direksi Pekerjaan tentang hal-hal terkait, dan memastikan
bahwa RMKL telah diimplementasikan untuk pergerakan lalu lintas yang aman dan
efisien;
4) Mengkoordinasikan pemeliharaan dari pengoperasian lalu lintas dengan Direksi
Pekerjaan;
5) Melakukan rapat keselamatan lalu lintas dengan kepolisian setempat sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan rapat berkala yang dianggap perlu atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan harus diberitahu sebelumnya
untuk menghadiri rapat-rapat ini.
e) Penutupan Jalan yang Tidak Sah
Semua penutupan dini atas jalan atau lajur di luar waktu yang ditetapkan dapat
dikategorikan sebagai penutupan jalan yang tidak sah.
Semua penutupan total jalan tanpa suatu jalan pengalihan yang pantas harus dipandang
sebagai penutupan jalan yang tidak sah dan Kontraktor harus menanggung segala tuntutan
yang timbul dari pihak ketiga.
f) Akses Menuju Daerah Kerja
Kontraktor harus menggunakan sebuah Kendaraan Penghantar ketika memasuki atau
meninggalkan daerah kerja sampai jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang sama untuk Personil Direksi Pekerjaan dan Pemilik Proyek.
Manuver ini (memasuki dan meninggalkan daerah kerja) harus dilaksanakan dengan aman
sehingga memperkecil resiko terhadap para pekerja dan pengguna jalan.
g) Kejadian Khusus dan Hari Libur
Direksi Pekerjaan mencadangkan haknya untuk tidak mengijinkan penutupan jalan.
Kontraktor harus mempertimbangkan kejadian semacam ini dalam rencana kerjanya.
Bilamana terjadi Kejadian Kahar, Direksi Pekerjaan dapat juga membatalkan penutupan
jalan.
h) Penutupan Lajur/Jalan dengan Menggunakan Tanda Visual
Penutupan lajur dengan menggunakan tanda visual harus dilakukan sesuai dengan detil-
detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
i) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan Raya
Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan raya harus dilakukan sesuai dengan detil- detil
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
j) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan dalam Kota
Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan dalam kota harus dilakukan sesuai dengan detil-
detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
k) Rambu-rambu untuk Pekerjaan Jalan
Kontraktor harus menyediakan rambu jalan atau perlengkapan penanganan lalu lintas.
Penyediaan dan penempatan rambu ini sekurang-kurangnya harus sesuai dengan
pedoman Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-2003. Kontraktor
harus menyediakan peralatan tersebut dalam waktu 48 jam dan memasang serta
memelihara peralatan tersebut selama Periode Pelaksanaan.
3. Pekerjaan Jalan Atau Jembatan Sementara
a) Umum.
Kontraktor harus menyediakan memelihara, dan membongkar semua jalan, jembatan, jalan
masuk dan sejenisnya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk menghubungkan Kontraktor
dengan jalan umum pada saat Penyelesaian Pekerjaan.
Jalan sementara ini harus dibangun sampai diterima Direksi Pekerjaan, meskipun demikian
Kontraktor tetap harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau
disebabkan oleh jalan sementara ini.
b) Lahan yang Diperlukan
Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Kontraktor harus melakukan semua
pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk pembayaran kepada pemilik tanah
yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu dan harus memperoleh persetujuan dari
pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai, Kontraktor
harus membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.
c) Peralatan Kontraktor Lain yang Lewat
Kontraktor harus melakukan semua pengaturan agar Pekerjaan yang sudah dilak- sanakan
dapat dilewati dengan aman oleh Peralatan Konstruksi, bahan dan karyawan Kontraktor
lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat lokasi kegiatan. Untuk keperluan ini, Kontraktor
dan Kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat lokasi kegiatan, harus
menyerahkan suatu jadwal transportasi yang demikian kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuannya, paling sedikit 15 (lima belas) hari sebelumnya.
d) Jalan Alih Sementara atau Detour
Jalan alih sementara atau detour harus dibangun sebagaimana yang diperlukan untuk
kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan dan kekuatan
struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai
alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara telah
disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum Kontraktor harus
memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase dan rambu lalu lintas sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
e) Jalan Samping (Ramp) Sementara untuk Lalu Lintas
Kontraktor harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping sementara
untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat bilamana jalan masuk
tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan dimulai dan pada tempat lainnya yang diperlukan
atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4. Pemeliharaan Untuk Keselamatan Lalu Lintas
a) Jalan Alih Sementara dan Pengendalian Lalu Lintas
Semua jalan alih sementara dan pemasangan pengendali lalu lintas yang disiapkan oleh
PenyediaJasa selama pelaksanaan Pekerjaan harus dipelihara agar tetap aman dan dalam
kondisi pelayanan yang memenuhi ketentuan dan dapat diterima Direksi Pekerjaaan
sehingga menjamin keselamatan lalu lintas dan bagi pemakai jalan umum.
b) Pembersihan Penghalang
Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menjamin bahwa perkerasan, bahu jalan lokasi
yang berdekatan dengan Daerah Milik Jalan harus dijaga agar bebas dari bahan
pelaksanaan, kotoran dan bahan yang tidak terpakai lainnya yang dapat mengganggu atau
membahayakan lalu lintas yang lewat. Pekerjaan juga harus dijaga agar bebas dari setiap
parkir liar atau kegiatan perdagangan kaki lima kecuali untuk daerah-daerah yang
digunakan untuk maksud tersebut
c) Perkerasan sementara.
Pada area yang dapat diakses kendaraan, semua parit galian yang telah dikembalikan
setelah pemasangan pipa air limbah harus ditutup dengan lapisan permukaan bata beton.
Hal ini akan mengijinkan lalu lintas untuk menggunakan area baru lebih cepat. Lapisan bata
paving tetap dalam posisi sampai tidak ada penurunan tanah (sub soil). Bata beton
diletakkan dalam pola pada lapisan pasir yang dipadatkan paling sedikit 0,15 m. Setelah 4
minggu, kontraktor diijinkan untuk memindahkan bata beton untuk digunakan kembali.
Hanya kemudian permukaan jalan bisa dikembalikan sesuai aslinya, contoh beton atau
aspal.
5. Pengukuran Dan Pembayaran.
Besarnya biaya Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

D. PAPAN NAMA PROYEK

1. Pemasangan
Penyedia diwajibkan memasang papan nama proyek untuk memberikan informasi secara
umum kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka memudahkan identifikasi.
Dimensi/ukuran Papan Nama Proyek mengacu pada analisa harga satuan pekerjaan Papan
Nama Proyek.
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum dan memuat antara
lain :
a). Nama Proyek
b). Direksi Teknis/ Lapangan
c). Lokasi Proyek
d). Jumlah Biaya (Kontrak)
e). Nama Pelaksana (Penyedia)
f). Masa pelaksanaan proyek bulan, tanggal dan tahun
2. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk Papan Nama Proyek dibuat dalam harga Lump Sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk Papan Nama Proyek dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan
oleh Direksi Pekerjaan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lumpsum yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

E. PERIZINAN

1. Pelaksanaan.
Penyedia harus segera mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-izin yang
diperlukan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin penerangan,
izin pengambilan material, izin pembuangan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan
bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/ peraturan daerah
setempat.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya perizinan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam nilai
kontrak.

F. PENANGGUNG JAWAB TEKNIS

1. Penyedia wajib menetapkan dan menempatkan seorang Kepala Pelaksana (Manajer Proyek)
berpendidikan S1 Teknik Lingkungan/Penyehatan/Teknik Sipil yang memiliki SKA yang cakap
untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan dan memiliki
pengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis.
Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan
kepada Direksi Teknis/Lapangan.
2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan beberapa tenaga ahli yang
diperlukan sesuai dengan lingkup pekerjaan dan memiliki SKA dan berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
3. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara tertulis kepada Direksi
Teknis/ Lapangan susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya
masing-masing.
4. Bila dikemudian hari menurut tim Direksi Teknis/Lapangan, Pelaksana kurang mampu
melaksanakan tugasnya, maka Penyedia akan diberitahu secara tertulis untuk mengganti
pelaksananya.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Penyedia sudah
harus menunjuk pelaksana baru sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

G. KEAMANAN KERJA

1. Pelaksanaan
a. Penyedia diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek, Direksi
Teknis/Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan.
b. Untuk maksud-maksud tersebut Penyedia diharuskan membuat pagar pengamanan.
c. Bila terjadi kehilangan atau kerusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah
atau pengunduran waktu pelaksanaan.
d. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia bertanggung jawab atas akibatnya, untuk itu Penyedia
harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai, ditempatkan di tempat-
tempat yang strategis dan mudah dicapai.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Keamanan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam nilai
kontrak.

H. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Penyedia wajib melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan selama masa konstruksi


berlangsung, sesuai dengan matrik dampak dan pemantauan lingkungan yang tertera di dalam
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan (UKL – UPL).
2. Pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan oleh penyedia, antara lain adalah:
 Penyedia wajib melakukan penyiraman area kerja dan sekitarnya minimal 1 hari sekali,
untuk mengurangi debu akibat pekerjaan konstruksi.
 Memastikan sampah, baik dari kegiatan konstruksi maupun kegiatan domestik, dibuang
di tempat yang aman. Pembuangan sampah ini bisa dilakukan dengan bekerjasama
dengan pihak lain seperti Dinas Kebersihan.
 Penyedia harus membuat sistem drainase sementara di sekitar area konstruksi untuk
menghindari terjadinya genangan.
 Memastikan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik para pekerja, dikelola
dengan baik dan tidak mencemari lingkungan.
 Memastikan tanah sisa galian dibuang ke tempat yang aman dan tidak menimbulkan
dampak negative terhadap lingkungan dan sosial.
3. Penyedia wajib mendokumentasikan kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan
dan melaporkan secara berkala kepada pemberi tugas.

I. UKURAN – UKURAN

Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambar tersebut adalah
gambar berskala. Jika terdapat perbedaaan antara ukuran dan gambarnya, maka Penyedia harus
segera meminta pertimbangan dan persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan untuk menetapkan
mana yang benar.

J. PENYEDIAAN AIR, TENAGA LISTRIK DAN LAMPU PENERANGAN

1. Pelaksanaan
a. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk
pekerja dan air kamar mandi.
b. Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta
pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan
pekerjaan dan untuk keperluan Kantor Proyek, kantor Penyedia, kamar mandi/ WC atau
tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
c. Penyedia juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan kantor Proyek dan penerangan proyek pada malam hari sebagai
keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
d. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN dan Generator Set, dan
semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia. Pengadaan
fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur,
stop kontak serta saklar/panel.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Air Kerja, Tenaga Listrik dan Penerangan sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

K. GAMBAR – GAMBAR KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS

1. Penyedia wajib meneliti semua Gambar dan RKS/spesifikasi teknis termasuk tambahan dan
perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bilamana ada ketidak sesuaian antara Gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah RKS.
Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka harus berkonsultasi
dengan Direksi Teknis/Lapangan untuk dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana.
3. Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antara gambar rencana dan spesifikasi
teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan hal-hal lain yang
meragukan, Penyedia harus mengajukannya kepada Direksi Teknis/Lapangan secara tertulis,
dan Direksi Teknis/ Lapangan akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-gambar tersebut
untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat
penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan ditentukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan disampaikan secara tertulis kepada Penyedia.
4. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus menyerahkan
gambar kerja (shop drawing) kepada pihak Direksi Teknis/ Lapangan sebanyak 3 (tiga)
rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan gambar tersebut.
5. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan. Gambar-
gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil revisi
terkahir. Penyedia juga harus menyiapkan gambar-gambar yang menunjukan perbedaan
antara gambar rencana dan gambar kerja. Semua biaya untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia.

L. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN

Pelaksanaan
1. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-alat kecil maupun besar, harus
disediakan oleh Penyedia dalam keadaan baik dan siap pakai, sebelum pekerjaan fisik yang
bersangkutan dimulai antara lain:
 Mesin pengaduk beton dan mesin penggetar
 Mesin pemadat/compactor
 Peralatan pengelasan dan pendukungnya.
 Crane
 Perlengkapan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur.
 Peralatan lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat yang
menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.
3. Direksi Teknis/Lapangan berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau menolak
peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat alat
tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.
5. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada butir L .a
penyedia harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun,
seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar
bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya.
Pengukuran dan Pembayaran
1. Mobilisasi.
Pengukuran dan pembayaran untuk mobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk mobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Direksi
Pekerjaan bahwa mobilisasi telah lengkap untuk setiap jenis peralatan dan perlengkapan
yang diajukan kontraktor dalam penawarannya.
Perkiraan bulanan tentang kemajuan pekerjaan untuk pembayaran mobilisasi harus didukung
oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang menunjukkan bahwa mobilisasi untuk setiap
peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap dalam bulan yang direncanakan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.
2. Demobilisasi.
Pengukuran dan pembayaran untuk demobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk demobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Direksi Pekerjaan bahwa demobilisasi telah lengkap untuk setiap jenis peralatan dan
perlengkapan yang termasuk dalam demobilisasi.
Perkiraan bulanan tentang kemajuan pekerjaan untuk pembayaran demobilisasi harus
didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang menunjukkan bahwa demobilisasi
untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap dalam bulan yang
direncanakan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

M. PENYEDIAAN MATERIAL

1. Penyedia harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam daftar
kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain di dalam dokumen kontrak.
2. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan harus
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kotrak.
3. Nama produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan,
laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila diminta
untuk dipertimbangkan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Bila menurut pendapat Direksi Teknis/
Lapangan hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang
ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh Penyedia tanpa biaya tambahan.
4. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan
jadwal untuk pekerjaan lainnya.

N. DOKUMEN DAN JAMINAN KUALITAS

1. Penyedia diharuskan untuk menyerahkan jaminan kualitas dari bahan – bahan utama yang
akan dipasang dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan jaminan.
2. Penyedia harus melampirkan gambar serta brosur asli dari pabrik dalam dokumen
penawarannya, yang menggambarkan ukuran dan spesifikasi teknis dari material yang
digunakan pada pemasangan pipa.

O. CONTOH – CONTOH MATERIAL

1. Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan contoh
menurut Acuan Normatif yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan. Contoh-contoh harus
menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui Direksi Teknis/ Lapangan harus disimpan terpisah dan
tidak tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran
Penyedia harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material.
3. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan barang/ material yang disetujui sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan tidak tersedia di pasaran maka penyedia dapat mengajukan alternatif barang/
material dengan kualitas yang sama dengan spesifikasi yang ditentukan, dengan persetujuan
Direksi Teknis/ Lapangan.

P. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA

Penyedia dengan tanggungan sendiri dan dengan diketahui Direksi Teknis/ Lapangan harus
mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan
bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurang mutunya karena
pengaruh cuaca.

Q. PENGUKURAN DAN PEMATOKAN JALUR PIPA

1. Pelaksanaan
1.1. Pengukuran
a. Penyedia harus melakukan pengukuran kembali di lapangan, dan menggambarkan
kembali sesuai kondisi real di lapangan (shop drawing).
b. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan berpengalaman.
c. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Direksi Teknis/ Lapangan agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
d. Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus ditanyakan kepada
Direksi Teknis/ Lapangan.
1.2. Pematokan
a. Penyedia harus mengerjakan pematokan untuk menentukan posisi jalur pipa dan
peil/elevasi pipa sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini seluruhnya harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan terlebih dahulu sebelum memulai
pekerjaan selanjutnya. Direksi Teknis/ Lapangan dapat melakukan revisi
pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia harus mengerjakan revisi
tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
b. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, Penyedia harus memberitahukan
kepada Direksi Teknis/Lapangan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari
sebelumnya,sehingga Direksi Teknis/Lapangan dapat mempersiapkan segala
sesuatu yangdiperlukan untuk melakukan pengawasan.
c. Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh Penyedia untuk
mendapatpersetujuan Direksi Teknis/Lapangan. Hanya hasil pengukuran yang telah
disetujuiDireksi Teknis/Lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
pembayaran pekerjaan. Penyedia wajib menyediakan alat-alat ukur dengan
perlengkapannya, juru ukur serta pekerjaan lain yang diperlukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan/ pengujian hasil pengukuran.
d. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi Teknis/ Lapangan atau
dipasang sendiri oleh Penyedia harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik oleh
Penyedia. Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan
meminta kembali persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan. Bila terdapat
penyimpangan dari gambar rencana, Penyedia harus mengajukan 3 (tiga) rangkap
gambar penampang dari daerah yang dipatok tersebut. Direksi Teknis/Lapangan
akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dari pendapat/revisi pada satu copy
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Penyedia. Setelah diperbaiki
Penyedia harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar-gambar
tersebut harus dibuat agar memungkinkan untuk direproduksi. Semua gambar
gambar yang telah disetujui harus diserahkan kepada Direksi Teknis/ Lapangan
dalam bentuk asli dan 2 (dua) copy. Ukuran dan huruf yang digunakan pada gambar
tersebut harus sesuai dengan ketentuan Direksi Teknis/ Lapangan.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Pengukuran dan Pematokan Jalur Pipa sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.
R. JADWAL PELAKSANAAN

1. Penyedia harus menyiapkan jadwal pelaksanaan secara detail dan harus diserahkan kepada
Direksi Teknis/ Lapangan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan
pekerjaan dimulai. Program kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi Teknis/Lapangan. Jadwal pelaksanaan tersebut harus mencakup:
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan dan/atau
pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai latar
belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan
2. Jadwal pelaksanaan tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta lampiran
penjelasan.
3. Penyedia wajib memberikan salinan jadwal pelaksanaan yang telah disahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan dalam 5 (lima) rangkap kepada Direksi Teknis/Lapangan, dan satu salinan
harus ditempel di kantor lapangan (direksi keet) yang dilengkapi dengan grafik kemajuan
pelaksanaan pekerjaan.
4. Direksi Teknis/Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia berdasarkan grafik
rencana kerja dan kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

S. METODE KERJA

Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyedia harus mengajukan metode pelaksanaan pekerjaan


untuk disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Metode kerja sekurang kurangnya berisi :
1. Metode pelaksanaan pekerjaan.
2. Untuk komponen pekerjaan tertentu (beton, baja/besi, pipa, manhole) harus dilengkapi dengan
gambar yang menjelaskan pelaksanaannya.
3. Bahan/ material yang akan digunakan.
4. Peralatan pendukung.
5. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.

T. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

1. Penyedia diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila Direksi


Teknis/Lapangan memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan tersebut.
Dalam keadaan apapun, Penyedia tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis/ Lapangan.
2. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada Direksi
Teknis/ Lapangan sebelum memulai pekerjaan, agar Direksi Teknis/Lapangan mempunyai
waktu yang cukup untuk mempertimbangkan persetujuannya.
3. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut Direksi Teknis/ Lapangan penting, harus
dihadiri dan diawasi langsung oleh Direksi Teknis/ Lapangan atau wakilnya.
Untuk itu maka Penyedia harus menyampaikan permohonan ijin pelaksanaan (request) yang
harus sudah diterima oleh Direksi Teknis/ Lapangan selambat-lambatnya 2(dua) hari sebelum
pekerjaan dilaksanakan.

U. RAPAT – RAPAT

1. Apabila dipandang perlu, Direksi Teknis/ Lapangan dapat mengadakan rapat-rapat dengan
mengundang Penyedia dan pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan pembahasan dan
permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil/ risalah rapat merupakan ketentuan yang
bersifat mengikat bagi Penyedia.
2. Keputusan rapat yang disepakati dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh
seluruh pihak yang berkepentingan.

V. PRESTASI KEMAJUAN PEKERJAAN

1. Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang telah
diselesaikan Penyedia dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Prosentase pekerjaan ini
dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
nilai kontrak keseluruhan.
2. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

W. PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan secara
khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap diperlukan agar hasil
pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan sesuai dengan
kontrak.
2. Penyedia harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/ atau secara keseluruhan sesuai
dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil pengujian terdapat bagian
pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, Penyedia dengan biaya sendiri harus melaksanakan
perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi
Teknis/ Lapangan.

X. LAPORAN – LAPORAN

Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan pelaksanaan pekerjaan, yang terdiiri dari:
1. Laporan harian yang berisi laporan yang mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas
pekerjaan harian. Laporan harian berisi:
a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
f. Hasil inspeksi/ pengawasan/ patroli K3 dan lingkungan;
g. Kejadian insiden/kecelakaan atau penyakit akibat kerja, jika ada, dan tindak lanjutnya;
h. Catatan lain yang dianggap perlu.
2. Laporan Mingguan, yang berisi terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan
fisik pekerjaan mingguan, hasil inspeksi K3, mutu, dan lingkungan termasuk tindak lanjutnya,
serta catatan lain yang dianggap perlu.
3. Laporan bulanan dibuat oleh Penyedia, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi
hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan, termasuk hasil pelaksanaan RK3K, program mutu dan
lingkungan.
4. Untuk kelengkapan laporan, Penyedia dan Direksi Teknis wajib membuat foto-foto dan video
dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dan evaluasi pencapaian sasaran K3, mutu dan
lingkungan, termasuk rekomendasi untuk peningkatan kinerja K3, mutu dan lingkungan.
5. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan minimal pada kondisi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%
atau sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan Direksi Teknis/Lapangan.
6. Dalam pembuatan dokumentasi harus berisi informasi mengenai jenis pekerjaan, lokasi dan
kondisi kemajuan pekerjaan.
7. Tidak ada item tersendiri untuk pembiayaan pembuatan laporan termasuk rekaman video
proyek. Biaya pembuatan laporan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk
dalam nilai kontrak.

Y. SHOP DRAWING

1. Penyedia wajib membuat shop drawing yang terdiri dari gambar kerja lengkap sesuai dengan
kondisi lapangan untuk semua pekerjaan serta detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam gambar rencana atau yang diminta Direksi Teknis/Lapangan. Shop drawing ini harus
jelas mencantumkan dan menggambarkan semua data yang diperlukan.
2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.Shop drawing
harus disetujui dahulu oleh Direksi Teknis/ Lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan.
3. Biaya pembuatan shop drawing sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam
nilai kontrak.

Z. AS BUILT DRAWING

1. Setelah pekerjaan selesai Penyedia diharuskan menyerahkan As Build Drawing yang


menunjukan gambar yang terpasang disertai perubahannya bila ada paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan.
2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
3. Dokumen pekerjaan terlaksana/terpasang (as built documents) yang diserahkan kepada
pengguna pekerjaan konstruksi pada saat serah terima akhir pekerjaan adalah termasuk
dokumen hasil proses manajemen risiko K3 Perancangan dan Pelaksanaan serta SOP K3
Pemanfaatan Bangunan/ Konstruksi.
4. Apabila penyedia terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat menahan
sejumlah uang sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
5. Apabila penyedia tidak menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat
memperhitungkan pembayaran kepada penyedia sesuai dengan ketentuan dalam syarat-
syarat khusus kontrak.
6. Biaya pembuatan as built drawing sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk
dalam nilai kontrak.

AA. DIREKSI KEET, STOCK YARD, GUDANG SEMEN & PERALATAN, BEDENG PEKERJA

1. Pelaksanaan.
a. Penyedia harus membuat Direksi Keet/kantor proyek tempat bagi pelaksana dan Direksi
Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai dan dilengkapi dengan peralatan
kantor yang dibutuhkan.
b. Penyedia juga harus menyediakan halaman/stock yard dengan luas yang cukup untuk
menyimpan material yang besar seperti alat berat dan perlatan lapangan lainnya.
c. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan
bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan
pencurian.
d. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan
tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
e. Penyedia harus membuat bedeng pekerja/los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat
(bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
f. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi
tukang/ pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari
pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
g. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
h. Penyedia Jasa harus menyediakan secara penuh waktu tenaga pengamanan dan
pesuruh kantor.
i. Penyedia Jasa harus selalu menjaga bahwa kantor lapangan Direksi setiap waktu
terpelihara dengan baik berikut layanan fasilitasnya.
j. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk item ini sudah diperhitungkan dalam penawaran dan
termasuk dalam nilai kontrak.

AB. PENYIAPAN STANDAR OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAN PELATIHAN

1. Pelaksanaan.
a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Proyek 6 set Manual Operasi dan
Pemeliharaan (O & M) sedini mungkin,atau dalam waktu 28 hari setelah selesai
menginstal dan memasok peralatan di lapangan.
b. Manual harus mencakup diagram diagramatik peralatan yang mudah dibaca.
Penyedia dalam mempersiapkan Manual harus mempertimbangkan kekurangan
pengalaman personil pengelola dalam operasi dan pemeliharaan.
c. Manual harus mencakup seperti nama dan lokasi pabrikan, kantor perwakilan pabrik
pembuat, pemasok terdekat, daftar lengkap semua gambar yang berlaku, daftar suku
cadang, dan daftar komponen untuk setiap komponen dari salah satu item.
d. Daftar bagian komponen harus mencakup kode, nomor seri dan instruksi lainnya dan
sejauh mungkin harus dirinci untuk semua peralatan yang disediakan.
e. Pemeliharaan yang dilakukan untuk barang-barang ini harus dijelaskan secara rinci
termasuk frekuensi inspeksi dan pelumasan yang direkomendasikan.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk penyiapan SOP dan Pelatihan sudah diperhitungkan
dalam penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

AC. SOSIALISASI KEPADA MASYARAKAT

1. Umum
Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, dilakukan terlebih dahulu koordinasi dan
sosialisasi dengan instansi atau pihak-pihak terkait. Selain koordinasi dan sosialisasi dengan
pihak terkait juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sesuai rencana lokasi pekerjaan.
Setelah pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi tersebut dilaksanakan maka diharapkan
masyarakat dapat mengerti dan sekaligus mendukung pelaksanaan pekerjaan sejak awal
hingga selesai.
Penyelenggaraan koordinasi dan sosialisasi tersebut akan dilaksanakan oleh pemilik proyek
dibantu oleh kontraktor dan konsultan pengawas.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Sosialisasi Kepada Masyarakat sudah diperhitungkan dalam penawaran dan
termasuk dalam nilai kontrak.

AD. PENGAMANAN UTILITAS EKSISTING (BAWAH TANAH)

1. Umum.
Dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mempertimbangkan dengan cermat
keberadaan utilitas bawah tanah seperti kabel listrik, pipa gas, kabel telpon, drainase dll,
dengan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk memperoleh data awal
sepanjang lokasi pekerjaan dan melakukan.
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat utilitas bawah tanah yang rusak akibat penggalian
dan utilitas tersebut tidak diketahui keberadaan sebelumnya dan dianggap penting untuk
diperbaiki atau dipindahkan (relokasi) maka Direksi Pekerjaan dapat mempertimbangkan
biaya akibat pekerjaan tersebut dengan melampirkan bukti-bukti yang dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Besarnya biaya Pengamanan Utilitas Eksisting (bawah tanah) sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

AE. PRE-COMMISIONING DAN COMMISIONING

1. Umum.
Kontraktor harus menyerahkan rencana dan procedure pengujian, komisioning dan verifikasi
yang akan digunakan untuk menunjukkan/mendemontrasikan bahwa fasilitas terpasang,
peralatan, proses dan sistem, mampu berkinerja dengan baik secara individu maupun sebagai
bagian dari jaringan terpadu. Kontraktor harus menyampaikan rencana final kepada Direksi
Pekerjaan/Lapangan untuk review paling tidak 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan
komisioning.
Pengujian pra-komisioning dan komisioning harus mencakup semua prosedur dan fungsi,
keselamatan, keadaan darurat serta prosedur normal.
Kontraktor harus menetapkan, dalam dokumentasi konstruksinya, daftar lengkap dari uji
komisioning yang akan dilakukan berdasar Kontrak untuk membuktikan kesesuaian dengan
Spesifikasi Teknis. Pengujian semacam itu harus mencakup seluruh sistem , tetapi tidak harus
terbatas pada: -
Uji struktur dan pipa
- Pengujian kebocoran dan tekanan
- Pengujian pemadatan untuk bahan perlapisan dan penimbunan kembali
- Pengujian bahan konstruksi (termasuk pengujian beton)
- Pengujian operasi otomatis
- Pengujian operasi manual
-Pengujian kualitas bahan.
Semua pengujian yang dilakukan harus diselesaikan untuk kepuasan Engineer sesuai dengan
program uji.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk pra-komisioning dan komisioning dibuat dalam harga
Lump Sum yang terdapat dalam BOQ.
Harga lump sum untuk item ini dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Direksi
Pekerjaan bahwa persiapan commissioning dan pelaksanaan commissioning telah
dilaksanakan dan berjalan lancar tidak ada kendala dan permasalahan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat dalam
BOQ.

AF. PENGECATAN

1. Ketentuan-Ketentuan Pengecatan.
Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik maka pengecatan perlu memenuhi
ketentuan-ketentuan pengecatan, jika menginginkan hasil yang memuaskan.
Sedangkan ketentuan-ketentuan pengecatan mempunyai tujuan dan fungsi pengecatan yaitu:
 Tujuan dan fungsi pengecatan.
a. Untuk memberikan warna yang indah.
b. Untuk melindungi dan menjaga agar benda tersebut tidak mengalami proses pelapukan
atau menjadi rusak.
c. Untuk melindungi strukturdari pengaruh negatif alam cuaca.
d. Untuk menambah ketahanan kontruksi dari pengaruh panas.
 Syarat-syarat bahan cat.
Sebagai bahan bangunan, cat harus memenuhi syarat-syarat didalam penggunaannya,
antara lain adalah:
a. Cat harus kering dalam waktu 15-20 menit.
b. Pengecatan harus dapat menghasilkan lapisan yang lengket, rata, kenyal, melekat
dengan baik, tidak menyerap debu, dan harus melekat dan menutup dengan baik benda
yang dicat.
 Mutu cat.
Cat didalam pasaran telah diketahui mutunya oleh para pemakai. Cat yang baik adalah cat
yang setelah dipakai :
a. Tidak menimbulkan pecah-pecah.
b. Warnanya tidak luntur.
c. Harus dapat kering maksimum 20 menit.
d. Dapat menghasilkan lapisan cat yang lengket.
e. Bila diulaskan daapt menutup dengan rata.
f. Kenyal.
g. Melekat dengan baik.
h. Tidak menyerap debu.
i. Tahan terhadap iklim.
2. Pekerjaan Pengecatan
a. Benda yang akan dicat harus dipastikan sudah kering sebelum pengecatan dilaksanakan.
b. Haluskan benda yang akan dicat menggunakan amplas.
c. Bila benda yang akan di cat adalah tembok yang masih sedikit basah, lapiskan satu lapis
isolasi vernis, tunggu sampai kering.
d. Lapiskan plamur dengan menggunakan pisau plamir (kafe), tunggu sampai kering.
e. Haluskan tembok dengan amplas sampai halus.
f. Lapiskan beberapa lapis cat tembok
g. Pengecatan tembok lama :
- Hilangkan sebagian besar cat tembok yang lama, dengan cara dikerok atau diampelas.
- Bersihkan tembok dengan air, tunggu sampai kering.
- Lapiskan plamur menggunakan kafe untuk meratakan, tunggu sampai kering.
- Haluskan dengan ampelas sampai halus.
- Lapiskan cat tembok sampai rata.
3. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran untuk pekerjaan Pengecatan diukur dalam satuan meter persegi (m²) yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan hasil pekerjaan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
X.1.3 SPESIFIKASI TEKNIS

A. PEKERJAAN SIPIL

A.1 PEKERJAAN TANAH

A.1.1 PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN/TIMBUNAN


1) Pelaksanaan
1. Galian Tanah
a. Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/ Lapangan.
b. Sebelum penggalian dimulai, Penyedia wajib mengajukan usulan penggalian yang
akan ditempuh minimal menyebutkan:
i. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
ii. Metode atau skema penggalian.
iii. Peralatan yang digunakan.
iv. Jadwal waktu pelaksanaan.
v. Pembuangan galian.
vi. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
c. Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman sebagaimana
ditentukan dalam gambar-gambar dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis/Lapangan.
d. Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus membuat saluran
penampung air, di dasar galian yang meliputi areal galian. Air yang terkumpul harus
dapat dipompa dengan Water Pump keluar ke tempat yang aman agar tanah dasar
galian tetap kering, oleh karenanya Penyedia wajib mempersiapkan pompa lengkap
dengan perlengkapannya untuk keperluan penyedotan air tersebut.
2. Penyangga Galian
a. Stabilitas permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung jawab dari
Penyedia dan harus diperbaiki bila ada kelongsoran-kelongsoran.
b. Penyedia harus membuat penyangga-penyangga/ penahan tanah yang diperlukan
selama pekerjaan galian. Bahan untuk tonggak penyangga dan turap penahan harus
terbuat bahan dengan kualitas yang memadai dan harus kokoh.
3. Perlindungan Hasil Galian
Penyedia baru boleh melaksanakan pekerjaan selanjutnya, setelah pekerjaan galian
sebelumnya disetujui oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan termasuk perlindungan
permukaan-permukaan galian dari kerusakan yang disebabkan oleh pekerjaan lain. Bila
pihak Penyedia tidak memberikan perlindungan yang baik, maka ia menggali kembali
daerah yang bersangkutan sebelum tahap pekerjaan galian berikutnya dilanjutkan.
4. Urugan/ Penimbunan Kembali
a) Umum
Bahan-bahan untuk urugan harus dipilih dari tanah pilihan, dipadatkan hingga
tercapai 95% kepadatan kering maksimum menurut SNI-03-2828: 2011. Bahan
urugan harus dihampar berlapis dengan tebal yang tidak melebihi 300 mm dimana
ketebalan yang dimaksud adalah sebelum pemadatan.
Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis Stamper dan untuk
pekerjaan yang besar dapat dipakai Vibratory Roller, Tandem Roller dan sebagainya,
dengan kapasitas yang sesuai. Dalam proses pemadatan diperlukan penyiraman air
dengan alat Water Truck agar dicapai hasil pemadatan yang maksimal sesuai
standar.
b) Urugan Tanah Pilihan
Urugan tanah pilihan merupakan tanah galian yang diolah/dipilah atau tanah yang
dibeli dari luar, mengandung tanah liat (diameter dibawah 5 mikron) kurang dari 30%
berat. Tanah ini terdiri dari tanah mineral yang secara substansial bebas dari bahan
organik, humus, kayu, sampah dan bahan-bahan lainnya yang tidak dapat dipadatkan
dengan baik. Urugan pilihan tidak boleh mengandung bebatuan lebih besar dari 50
mm dalam dimensi apapun.
c) Urugan Pasir
Urugan pasir harus yang merupakan pasir galian atau pasir yang dibeli dari luar,
mengandung lumpur dan tanah liat (diameter dibawah 75 mikron) kurang dari 30%
berat totalnya. Pasir ini terdiri dari pasir mineral secara substansial bebas dari bahan
organik, tanah atas, kayu, sampah dan bahan-bahan lainnya yang tidak dapat
dipadatkan dengan baik. Urugan pasir tidak boleh mengandung bebatuan lebih besar
daripada 50 mm dalam dimensi apapun.
5. Pembuangan Tanah Galian
Semua tanah galian yang tidak cocok untuk digunakan sebagai tanah urug atau tanah
berlebih harus dibuang ke tempat pembuangan yang disewa oleh penyedia tanpa
pembayaran tambahan.
6. Perbaikan Kembali ke kondisi semula , utk pekerjaan jalan aspal , pekerjaan paving
block.
2). Pengukuran dan Pembayaran
1. Penggalian.
Pengukuran dilakukan dengan volume meter kubik (m³) sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada gambar atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi.
Pembayaran dilakukan dengan harga satuan sesuai Daftar Kuantitas dan Harga, dan
sudah termasuk biaya material, tenaga, peralatan, dan pekerjaan terkait lainnya.
2. Turap/Penyangga Galian.
Besarnya biaya Turap sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam nilai
kontrak.
3. Buangan Tanah Sisa Galian
Besarnya biaya Buangan Tanah Galian sudah diperhitungkan dalam penawaran dan
termasuk dalam nilai kontrak.

A.1.2 PEKERJAAN DEWATERING/PENGURASAN/PENGERINGAN


1) Pelaksanaan
a) Prinsip Pekerjaan Pengurasan
Pekerjaan galian untuk pemasangan pipa dan bangunan di bawah tanah seringkali
terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu sebelum galian tanah untuk pekerjaan
pipa dan bangunan bawah tanah dimulai, harus menyiapkan peralatan pengeringan
seperti Water Pump agar air tanah yang ada tidak mengganggu proses pelaksanaan
pekerjaan.
b) Tujuan Pekerjaan Dewatering.
Tujuan dari dewatering adalah menjaga agar dasar galian tetap kering. Untuk mencapai
tujuan tersebut biasanya air tanah diturunkan elevasinya 0,5 – 1 m dibawah dasar galian.
Mencegah rembesan, memperbaiki kestabilan tanah
c) Keuntungan-Kerugian Pekerjaan Dewatering
Keuntungan: Muka air tanah turun, Longsor kurang, Lereng lebih curam dan tekan tanah
berkurang.
Kerugian: Permukaan air sekeliling turun dan permukaan tanah turun.
2) Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Dewatering sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dan
termasuk dalam nilai kontrak.

A.2. PEKERJAAN BETON

A.2.1 REFERENSI DAN STANDAR

Karet spons yang dibentuk dan pengisi


AASHTO M 153-70 (SNI 03-4432) : sambungan dari gabus untuk lapisan beton dan
konstruksi struktur.
Pengedap sambungan beton, tipe elastis yang
AASHTO M 173-60 (SNI 03-4814) :
dituang panas.
Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan
AASHTO M 213-74 (SNI 03-4815-1998) :
beton dan konstruksi struktur.
Jumlah material yang lebih halus dari ayakan
AASHTO T 11-78 :
0.075 mm dalam agregat.
AASHTO T 21-78 : Ketidak murnian organis dalam pasir untuk beton.
AASHTO T 22-74 (SNI 1974:2011) : Kuat tekan dari contoh beton silindris.
Pembuatan dan perawatan contoh untuk
AASHTO T 23-76 (SNI 03-4810-1998) :
pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilapangan.
AASHTO T 26-72 (SNI 7974-2013) : Mutu air yang akan digunakan dalam beton.
Abrasi dari agregat kasar dengan meng- gunakan
AASHTO T 96-77 :
mesin Los Angeles.
Penentuan mutu agregat dengan meng-gunakan
AASHTO T 104-77 :
sodium sulfat.
Gumpalan lempung dan partikel yang dapat
AASHTO T 112-78 (SNI 03-4141-1996) :
pecah dalam agregat
Pembuatan dan perawatan contoh untuk
AASHTO T 126-76 (SNI 2493-2011) :
pengujian beton di laboratorium.
AASHTO T 141-74(SNI 2458-2008) : Pengambilan contoh beton segar.
SNI 15-2049-1994 : Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
SNI 03-2847-2002 :
Bangunan Gedung.
A.2.2 LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan,
instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan
mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/
keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan,
dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.
b. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar.
Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-
gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara
kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Direksi Teknis/ Lapangan, guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya.
A.2.3 MATERIAL
A.2.3.1 Mutu Semen
a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan Normatif
SNI 15-2049-1994 tentang Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup atau
dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/ Lapangan, Penyedia harus memberikan
pada Direksi Teknis/ Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman semen, dimana
tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim, bersama dengan
sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah
diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai dengan Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air serta
dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang membatu atau
menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan Normatif
bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Direksi Teknis/Lapangan berhak
untuk menolak semen yang tidak memuaskan, sekalipun sudah terdapat sertifikasi
dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya
Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh pengujian dan memberikan
bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi Teknis/ Lapangan untuk melakukan
pengujian.
e. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam jumlah
yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan memberikan
waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian
A.2.3.2. Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)
a. Mutu agregat halus: butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur
dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus: Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa diatas
ayakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara
80% dan 90% berat.
c. Mutu agregat kasar: butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah
butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali.
d. Ukuran agregat kasar: sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa diatas
ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa
kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum
10% berat.
e. Penyimpanan: pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan sudah terpilih, Penyedia
harus mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu
sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat dipertahankan pada
seluruh pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas gradasi bahan harus
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 m3 yang dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta
gradasinya sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.
A.2.3.3. Mutu Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta
baja tulangan atau jaringan kawat baja. Standar Kualitas air harus memenuhi kriteria
AASHTO T 26-72 atau SNI 7974-2013. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air
yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh
Direksi Teknis/ Lapangan.
A.2.3.4. Mutu/ Kekuatan Beton
Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah
sebagai berikut:
Tabel .1 Kelas Beton
Mutu Beton fc = K x 0,083
kg/cm2 MPa

K 100 fc 8,30
K 125 fc 10,38
K 150 fc 12,45
K 175 fc 14,53
K 200 fc 16,60
K 225 fc 18,68
K 250 fc 20,75
K 275 fc 22,83
K 300 fc 24,9
K 325 fc 26,98
K 350 fc 29,05

A.2.3.5. Penyimpanan Semen


a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat yang sesuai
untuk menyimpan dan menangani semen, gudang-gudang tersebut harus benar-
benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/ gerobak, semen harus ditutup dengan terpal
atau bahan penutup lain yang tidak tembus air, semen harus sesegera mungkin
digunakan setelah dikirim dan setiap semen yang menurut pendapat Direksi Teknis/
Lapangan sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari udara atau
dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah, semen-
semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga yang dikirim dahulu
dapat dipakai lebih dahulu.
A.2.3.6. Pengukuran Bahan-Bahan Beton
a. Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air
yang boleh diukur menurut volume. Agregat halus dan kasar harus diukur menurut
volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketepatan ±
1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
b. Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang
ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan sebelum beton di cor.
A.2.4 PELAKSANAAN
A.2.4.1. Manajemen Pelaksanaan Pengadukan dan Pengecoran Beton.
a. Penyedian barang/ jasa wajib mengajukan permohonan (request) pelaksanaan
pengecoran setelah ketersedian material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan
bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
b. Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib menyertakan shop drawing
dan rencana kerja lengkap meliputi metode dan jadwal pelaksanaan, penanggung
jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta rencana penggunaan peralatan dan
tenaga kerja.
c. Direksi Teknis/ Lapangan melaksanakan inspeksi atas kesiapan pelaksanaan
pengecoran tersebut untuk kemudian menyetujui atau tidak menyetujui rencana
pelaksanaan pengecoran.
d. Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin oleh seorang penanggung
jawab pelaksanaan yang mempunyai keahlian dan pengalaman yang cukup dalam
pelaksanaan pengecoran.
e. Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan, pengecoran dan
pemadatan harus dipimpin oleh seorang kepala tukang yang akan mengarahkan
pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
f. Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang
terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran
yang dilakukan.
g. Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk seorang pengawas yang
khsusus mengawasi kondisi bekisting dan pembesian agar selama pelaksanaan
pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar rencana pembetonan.
h. Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti beton molen (concrete
mixer 0,3-0,6 m³), pompa (concrete pump) dan concrete vibrator agar apabila terjadi
kerusakan peralatan tidak mengganggu pelaksanaan pengecoran.
i. Penyedia harus mengatur setting time pelaksanaan pengecoran sedemikian
sehingga adukan beton tidak melewati batas waktu yang disyaratkan sebelum
pengecoran.
A.2.4.2. Adukan
a. Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing untuk
umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau
lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi Teknis/
Lapangan. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus diserahkan selambat-
lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
b. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi Teknis/ Lapangan tentang
kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix
serta pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia. Trial mix
dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber
yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
c. Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecor,
pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang kontinyu
serta mempunyai kapasitas minimal 1 m3. Jenisnya harus disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh
pabrikan.
d. Pengadukan beton harus dengan Concrete Mixer kapasitas 0,3 – 0,6 m³ atau dengan
Truck Mixer (Agitator). Pengadukan dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan untuk mutu beton tertentu.
e. Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa,
tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen
tanpa adanya air yang berlebihan.
A.2.4.3. Lantai Kerja
Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah, kecuali jika
ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal 5 cm dengan mutu beton Bo (K-
175) di atas tanah sebelum tulangan beton ditempatkan.
A.2.4.4. Tebal Minimum Penutup Beton
a. Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan SNI
03-2847-2002.
b. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu
paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
c. Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap
meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar
merata.
A.2.4.5. Spesi Semen
Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian agregat halus
yang ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian sehingga dihasilkan campuran
akhir yang konsistensi plastisnya disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Spesi harus
diaduk pada satu landasan kayu atau logam dalam jumlah kecil menurut keperluan dan
setiap spesi yang sudah mulai mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih dari
30 menit tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian
tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.
A.2.4.6. Pengangkutan
a. Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat
pengecoran dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun berubahnya
kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada
formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga
pengangkutan lebih lanjut.
b. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari bahan
dengan permukaan halus dan kedap air.
c. Adukan beton harus sampai ditempat, dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil pada saat
adukan dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas toleransi yang
ditentukan.
A.2.4.7. Pengecoran
a. Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi permukaan dalam dari bekisting
harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton
yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus dibersihkan.
Pengecoran untuk Pump Sation A dan B memakai peralatan bantu Concrete Pump
mengingat tingginya pengecoran dan jauhnya posisi Ready Mix Truck dari lokasi yang
akan dicor.
b. Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicor harus segera di
hilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah
dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang disetujui oleh
Direksi Teknis/ Lapangan, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor
menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
c. Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting tempat beton dicor, kondisi
pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan
pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
d. Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan atau
tempat pengecoran untuk mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruhan acuan.
e. Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat mengenai kualitas
adukan beton, kondisi bekisting dan posisi tulangan.
f. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton
yang bersifat permanen tanpa dihadiri Direksi Teknis/ Lapangan.
g. Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar
didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara
tulangan.
h. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai
2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi Teknis/
Lapangan. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk
mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam cetakan.
i. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke bekisting yang dalam,
yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali
mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan.
Beton juga tidak boleh dicor dipermukaan bekisting yang dapat mengakibatkan
penimbunan adukan pada permukaannya. Hal ini harus disiapkan corong atau
saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya
tanpa terlepas satu sama lain.
Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter
di bawah ujung corong.
j. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau beton yang telah terkotori
oleh bahan lain tidak boleh dipergunakan dalam pengecoran.
k. Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan beton yang sudah terlanjur
agak mengeras tapi belum dicorkan sama sekali tidak diperkenankan,
l. Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti hingga
selesainya pengecoran suatu panel atau penampang yang dibentuk oleh batas-batas
elemennya atau batas penghentian pengecoran yang ditentukan untuk siar
pelaksanaan.
m. Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan
suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Penyedia harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas tertentu dengan kemiringan
yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran
ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab
sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya
dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran
yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan
dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang di tentukan oleh pihak Direksi
Teknis/ Lapangan
n. Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat
sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton yang sudah
dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Direksi Teknis/
Lapangan terhitung mulai pengecorannya.
o. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca
yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan
terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas
sekali atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal
hal ini harus mendapat persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan.
p. Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun
sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis
dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua beton harus dicorkan pada siang hari,
pengocoran bagian manapun tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan pada siang
hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi Teknis/ Lapangan untuk pengerjaan
malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika Penyedia tidak menyediakan
sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
q. Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi
pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk
diperiksa oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
A.2.4.8. Pemadatan Beton
Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan memakai concrete
vibrator (secara mekanis) yang sesuai dan dioperasikan oleh tenaga berpengalaman
dan terlatih agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan, alat konstruksi
dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton dan daerah sudut acuan.
Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari rongga dan segregasi
serta memperlihatkan permukaan yang merata ketika bekisting dibuka dan mempunyai
kepadatan yang mendekati kepadatan uji kubus.
Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena vibrasi tanpa timbul segregasi
akibat vibrasi yang berlebihan.
Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-kurangnya 5 detik dan
maksimal 15 detik.
Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah
mengeras dan tidak bole dipasang lebih dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton
yang sudah mengeras serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh batang
penggetar.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang batang penggetar dan
tidak bole lebih tebal dari 500 mm. Untuk bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis.
Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran harus sesuai dengan laju
pengecoran. Penyedia harus juga menyediakan sekurang-kurangnya 1 vibrator
cadangan untuk dipakai bila terjadi kerusakan.
A.2.4.9. Perataan Permukaan Beton
Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi bertesktur
kasar. Sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi
dengan sendok dimana perlu untuk menutupi keretakan dan mencegah timbulnya
lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang terbuka.
A.2.4.10. Siar-siar Konstruksi
a. Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-siar
tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang dipasang dengan baik, jika
perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai pengecoran
beton mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi. Pengecoran beton
harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan
jam-jam istirahat.
b. Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan
penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu
keras, permukaan tersebut harus dicetak secara ringan untuk memperlihatkan
agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan bekisting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-siar konstruksi
harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau spesifikasi
A.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran material beton diukur dalam satuan meter kubik (m³) yang terdapat dalam Daftar
Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pasangan/Beton.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dari
beton terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

A.3. BAJA TULANGAN UNTUK BETON

A.3.1 MATERIAL
Sesuai dengan SNI klasifikasi dan mutu baja tulangan harus seperti yang ditunjukan pada tabel
berikut:

Tabel.2 Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan

a. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan Penyedia harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium
resmi.
b. Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas dari karat, kotoran,
material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain yang melekat. Batang-batang
baja tulangan harus disimpan ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak bolehmenyentuh
tanah dan dilindungi terhadap karat atau rusak karena cuaca.
c. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal
4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk
setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan, akan ditentukan
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
d. Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan
SII-0136-84. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia.
e. Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang beratap tahan air dan
diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan
kerusakan dan karat.
f. Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar tekukan (Bending
Schedule) untuk disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Semua baja tulangan harus
ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi yang diperlihatkan dalam gambar dan
sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh
Direksi Teknis/ Lapangan.
g. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat menimbulkan
kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan
gambar tidak boleh dipakai.
h. Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka dikerjakan dengan
sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar dengan diameter batang yang
ditekuk.
i. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1 mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.

A.3.2 PEMASANGAN
a. Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang diperlihatkan pada gambar dan
harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan
logam menurut kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan kawat baja pada pilar dinding
dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian
tubuh utama beton.
b. Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar kontruksi
atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan
dari Direksi Teknis/ Lapangan.
c. Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton yang
sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran
sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan
harus disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Pemberitahuan kepada Direksi Teknis/
Lapangan untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu
pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke permukaan
beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
d. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan SNI.
Tabel 3. Toleransi Baja Tulangan

e. Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus ditempatkan pada
seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan maka potongan dapat diijinkan apabila
panjang batang yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada gambar-gambar.
f. Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan cara-cara seperti
ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali jika dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan. Sambungan-sambungan tidak diijinkan pada tempat-tempat yang
terdapat tegangan maksimun dan harus ditempatkan berselang-seling sehingga tidak lebih
dari 1/3 dari batang-batang yang disambung pada satu tempat
g. Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap) satu sama lain,
maka batang-batang harus didukung sehingga batang-batang itu tidak berhubungan satu
sama lain jika ruang mengijinkan. Batang-batang itu hanya diikat dengan aman minimun
pada dua tempat persambungan.
h. Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana.

A.3.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan baja tulangan. Biaya untuk
pelaksanaan pekerjaan ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang terkait
pekerjaan beton sesuai dengan yang terdapat dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.

A.4. PEKERJAAN BEKISTING

A.4.1 PEMASANGAN
a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/ Lapangan semua perhitungan dan
gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Direksi
Teknis/ Lapangan, sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun Direksi Teknis/ Lapangan telah menyetujui untuk digunakannya suatu
rencana bekisting dari penyedia, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi
tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia.
b. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban konstruksi dan
getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimum dari
Cetakan dan Acuan antara tumpuannya harus lebih kecil dari 1/400 bentang antara
tumpuan tersebut.
c. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus menggunakan
multiplek 18 mm, papan tebal minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dolken 8 – 12 cm
atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan.
d. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan harus yang kuat serta
cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan,
dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu yang sudah diolah
dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
e. Tiang penyangga baik yang vertikal/ miring harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan perpindahan tempat,
kerusakan dan overstress pada beberapa bagian konstruksi. Struktur dari tiang-tiang
penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga konstruksi
bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dari beban beban
lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan, bila perlu Penyedia membuat
perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting tersebut.
f. Untuk bekisting dinding vertikal diharuskan menggunakan alat (plastic cone) untuk
memastikan bahwa bekisting tersebut tidak mengalami lendutan.
g. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar
keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan SNI. .
h. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting harus
dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
i. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton, akan
diperiksa oleh Direksi Teknis/ Lapangan, beton tidak boleh dicor sebelum bekisting
disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Untuk menghindari kelambatan dalam
mendapatkan persetujuan, sekurang - kurangnya 24 jam sebelumnya, penyedia harus
memberitahukan Direksi Teknis/ Lapangan.

A.4.2 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran pekerjaan bekesting diukur dalam satuan meter persegi (m²) yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Bekesting.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dari
bekesting terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
B. PEKERJAAN PIPA

B.1. PENGADAAN PIPA

B.1.1 Pipa HDPE


1. High Density Polyethiline (HDPE) yang lebih dikenal dengan pipa plastis berisi PE merupakan
plastis yang dibuat melalui temperature tingggi, artinya pembuatan pipa baik bentuk maupun
dimensi dilakukan selama tahap pelelehan metarial resin.
2. Bahan utama pipa ini terbuat dari HDPE resin minimal 92,5 % (SII) ditambah bahan pembantu.
3. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material sebagaimana dirinci
dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa, fitting, valve dan perlengkapan
lainnya harus sesuai dengan pemakaian di daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara
32°C.
4. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik pembuat yang
menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi
teknis. Penyedia barang/ jasa juga harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan
fisik yang telah dilakukan di pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai
di lokasi.
5. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan standar SNI 06-
4829-2015. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk produk tertentu atau belum dibuat
di dalam negeri, maka yang ditawarkan dapat menggunakan standard lain, dengan syarat
bahwa kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan dalam
dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material bekas), dalam
keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan.
c. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa dan fitting, valve,
coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung dan bahan pelengkap
sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan atau dalam gambar/ drawing.
6. Standard lain yang dapat diterima adalah :
 SNI 06-4821-1998 : Metode pengujian dimensi pipa polietilena untuk air minum
 SNI 4829.2 : 2015 : Sistem perpipaan plastik – Pipa Polietilena (PE) dan fiting untuk
sistem penyediaan air minum Bagian 1: Umum
 SNI 19-6779-2002 : Metode pengujian perubahan dimensi pipa PE untuk air minum.
 SNI 4829.5 : 2015 : Sistem perpipaan plastik – Pipa Polietilena (PE) dan fiting untuk
sistem penyediaan air minum – Bagian 5: Ketetapan penggunaan
dalam system.
 ISO 1133-1 : Plastic – Determination of the melt mass-flow rate (MFR) and melt
volume-flow rate (MVR) of thermoplastics-Part 1: Standard method
 SNI 06-4821-1988 : Pipa PE untuk spesifikasi SPAM
 SNI 06-4829-2005 : Pipa Polyetylene untuk air minum.
 ISO 1167-1 : Thermoplastics pipes, fitting and assemblies for the conveyance of
fluids Determination of the resistance to internal presure – part 1:
General Method
 ISO 1167-2 : Thermoplastics pipes, fitting and assemblies for the conveyance of
fluids Determination of the resistance to internal presure – part 2:
Preparation of pipa test pieces
 ISO 2505 : Thermoplastics pipes-Longitudional reversion-Test method and
parameters
 ISO 4065 : Thermoplastics pipes-Universal wall thickness table
 ISO 4433-1:1997 : Thermoplastics pipes-Resistance to liquid chemicals-Classification-
Part 1: Immersion test method
 ISO 4433-2:1997 : Thermoplastics pipes-Resistance to liquid chemicals-Classification-
Part 2: Polyolefin pipes
 ISO 6259-1:1997 : Thermoplastics pipes-Determination of tensile properties-Part 1:
General test method
 ISO 6259-3:1997 : Thermoplastics pipes-Determination of tensile properties-Part 3:
Polyolefin pipes
 ISO 11357-6:2002 : Plastic-Differential scanning calorimetry (DSC)-Part 6: Determination
of oxidation induction time
 ISO 11922-1:1997 : Thermoplastics pipes for the conveyance of fluids-Dimensions and
tolerances-Part 1: Metric series
 ISO 4427 : Polyethylene pipes for water supply-spesifications
 ISO 1872 : Density (Mean Value)
 ISO 1183 : Polyethylene-Measurement of density
 ISO R527 : Tensile strength at yield and flexural modules
 ISO 527 : Elongation at break
 ASTM D696 : Liner Thermal Expansion
 DIN 52612 : Thermal Conductivity
 ISO 161-1 : Thermoplastic pipes for the transport of fluids nominal outside
diameter and nominal pressure
 ISO 3126 : Measurement of dimension
 ISO 3607 : PE- toleransi on outside diameter and wall thickness
 ISO 3636 : PE pressure pipe and fitting-dimension of flanges
 ISO 9784 : Brittleness temperatur

7. Diameter Pipa
a. Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan dalam daftar
kuantitas bahan.
b. Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus sesuai dengan
kelas N.
Kelas N :
- Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1) mm, dibulatkan
menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm.
- Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan 0,02dn, dibulatkan
menjadi 0,1 mm.
-
Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn, dibulatkan menjadi
0,1 mm.
Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18 dn dan pipa jangan
sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan peralatan untuk penggulungan
ulang.
8. Tekanan kerja
Pipa HDPE PN 10 Bar SDR-17 untuk pipa JDU , harus dilakukan pengetesan dilapangan
dengan cara memberikan tekanan hidrostatik 1,5 kali dari tekanan rencana (Pressure Design)
yang diijinkan. Tekanan kerja yang terjadi pada pipa min. 7,5 bar.
9. Kelas Pipa
a. Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari persetujuan
antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ± 0,05 m.
b. Diameter drum gulungan minimum harus 18 x dn.
c. Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06-4829-2005 tentang pipa PE
untuk air minum.
d. Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagaimana tabel
dibawah ini.
Tabel .1 Ketahanan Hidrostatik Pipa

Catatan :
1) Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan
e. Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah merupakan kegagalan.
Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam ternyata gagal dalam bentuk kenyal (ductile),
uji ulang supaya dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangan uji yang baru,
dan waktu kegagalan minimum yang baru supaya dipilih sebagaimana tabel dibawah.
Tabel .2 Ukuran Ketebalan Dinding Pipa
10. Jenis dan Macam Sambungan
Prosedur penyambungan pipa harus dilakukan sesuai standard yang berlaku hingga menjamin
kekuatan sambungan yang diinginkan.
Kontraktor dapat mengusulkan sistem penyambungan lain bilamana diperlukan atas dasar
persetujuan pemilik pekerjaan dan pengawas pekerjaan.
a. Sambungan mekanis
Mechanical-joint: sambungan plastik, injection (20 mm-63 mm) imulded, tipe push-in
dengan O-ring dan ulir.
b. Welding (heat fusion)
- Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
- Socket welding (20 mm – 125 m)
- Saddle welding
c. Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
11. Fitting
a. Fitting sambungan harus sesuai dengan pipa yang akan dipasang seperti yang tercantum
dalam Bill of Quantity.
b. Semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process (pencetakan atau proses
panas) dan didesain dengan karakteristik dan kekuatan yang sama dengan pipa yang
disambung.
c. Semua fitting yang dapat digunakan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pipa
yang digunakan.
d. Ascessories Dan Fitting HDPE
1. Ball Valve HDPE
- Ball Valve yang harus dipergunakan harus dari bahan HDPE untuk menghindari karat.
- Material yang dipergunakan harus PE SDR- 17, PN - 10
- Operational Pressure : 16 Bar
- Operational Temperature : 20’C
- Sistem Sambungan : Coupler Electrofusion
2. Flange HDPE
- Backing Flanges, PP/ Steel
- Material: PP (30% glass – fibre reinforced) with steel ring
- Connecting dimension : ISO 7005, EN 1092, BS 4504, DIN 2501
3. Coupler HDPE
- Removable centre stop
- Tekanan kerja: sampai 16 bar
- Material: HDPE PE SDR-17, PN -10
- Dilengkapi dengan Bar Code untuk pemasangan dengan mesin electrofusion
12. Transportasi Dan Penyimpanan Material
Semua pipa, fitting, accessories dan bahan lain harus ditangani hanya dengan peralatan yang
sesuai untuk menghindari kerusakan. Selama transportasi, penyimpanan dan pemasangan
semua pipa harus ditempatkan di atas tumpuan yang cukup untuk mencegah atau
menghindari kerusakan pada pelapisan dalam dan lapisan cat. atau alat penyambung.
Coupling dan Joints dan benda-benda lain yang sama disimpan dalam keadaan kering,
terangkat dari permukaan tanah gudang atau ruang tertutup. Gudang harus dibuat sedemikian
rupa untuk mempermudah keluar dan masuknya pipa dan pengecekkannya dengan
membedakan tumpukan penerimaan atau disimpan secara terpisah dan diberi tanda yang
jelas. Apabila barang disimpan mempunyai batas waktu penyimpanan atau memerlukan
penyimpanan yang khusus, metode penyimpanan harus disetujui oleh PPK dan sesuai dengan
petunjuk dari pabrik. Penutup ujung-ujung pipa atau pengaman lainnya tidak boleh dibuka
sampai pipa-pipa dan fitting-fitting tersebut dipasang di lapangan. Kehilangan atau kerusakan
material-material merupakan tanggung jawab Kontraktor dan harus segera dilaporkan secara
tertulis kepada PPK melalui pengawas lapangan dengan segala uraian- uraian yang
diperlukan.

B.1.2. Pipa GIP (Galvanis Iron Pipe)


1. Standar
Semua pipa dan alat penyambung harus didesain untuk menerima tekanan kerja minimum sebesar
0,98 Mpa (10 kg/cm2) kecuali ditentukan lain.
Standar lain yang digunakan adalah :
 SNI 07-0068-1987 : Pipa Baja untuk konstruksi umum, mutu dan cara uji.
 SNI 0039-1987 : Pipa Baja Bergalvanis.
 SNI 07-0242-1989 : Pipa Baja tanpa kambuh, mutu dan cara uji.
 SNI 07-0822-1989 : Baja Karbon strip canai panas untuk pipa.
 SNI 07-1338-1989 : Baja karbon tempa.
 SNI 07-0949-1991 : Pipa Baja coal-tar enamel lapis lindung bagian luar.
 SNI 07-1769-1990 : Penyambung pipa air minum bertekanan dari besi yang kelabu.
 SNI 07-1969-1991 : Pipa air minum bertekanan besi tuang kelabu, penyambung.
 SNI 07-2255-1991 : Pipa Baja saluran air.
 SNI 07-2195-1991 : Permukaan pipa flens, dimensi.
 SNI 07-2196-1991 : Flens pipa, toleransi dimensi.
 SN1 07-3080-1991 : Pipa spigot dan socket dari besi tuang modular untuk jaringan pipa
bertekanan, bagian 2.
 SNI 07-3025-1992 : Persyaratan las - Ketentuan Umum, Persyaratan servis untuk
sambungan las.
 SNI 07-3026-1992 : Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu struktur las.
 SNI 07-3027-1992 : Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam penilaian perusahaan
yang menggunakan las sebagai cara utama pabrikasi.
 SNI 07- 3078-1992 : Flens logam - flens besi tuang.
 SNI 07-3073-1992 : Penyambung pipa baja tanpa pasuan berulir.
 SNI 07-6398-200 : Tata cara pelapisan epoksi cair untuk bagian dalam dan luar pada
pelapisan air dari baja.
 SNI 07-3360-1994 : Penyambung pipa baja paduan dengan las tumpu.
 SNI 0039-2013 : Pipa Baja Saluran Air dengan atau tanpalapisan seng
 5112527-90 : Water Supply Steel Pipe.
 ISO 7/1 : Pipe Threads Where Pressure Tight Joins are Made on The Threads.
 ISO 1459 : Metalic Coating - Protection Against Corrosion by Hot Dip Galvanizing
Guilding Principles.
 ISO 1461 : Metalic Coating Hot-Dip Galvanized Coating on Fabricated Ferrous
Products Requirments.
 ASTM A 283F : Flow and Intermediate Tensile Strenght Carbon Steel Plates, Shapes
and Bars.
 ASTM A 570 : Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled Structural Quality.
 AWWA C 200 : Steel Water Pipe 6 Inches and Larger.
 AWWA C 203 : Coal-Tar Protective Coatings and Linings for Steel Water Pipelines
Enamel and Tape Hot Applied.
 AWWA C 205 : Cement Mortar Protective Lining and Coating for Steel Water Pipe 4
Inches and Larger Shop Applied.
 AWWA C 208 : Dimensions for Steel Water Pipe Fittings.
 AWWA Manual M11 : Steel Pipe Design and Installation.
 AWWA C 210 : Liquid Epoxy Coating System for The Interior and Exterior Steel Water
Pipe.
 JIS G 3101 : Rotted Steel for General Structure.
 JIS G 3452 : Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping.
 JIS G 3457 : Arc Welded Carbon Steel Pipe.
 JIS B 2311 : Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use.
 JIS G 3451 : Fitting of Coating Steel Pipes for Water Service.
 JIS G 550 : Spheroidal Graphite Iron Castings.
 JIS G 5702 : Blackheart Malleable Iron Castings.
 JIS G 3445 : Carbon Steel Tubes for Machine Structures Purposes.
 JIS G 3454 : Carbon Steel Pipes for Pressure Service.
 JIS K 6353 : Rubber Goods Pipes for Water Works.

2. Material Dan Fabrikasi


Pipa baja/steel harus dibuat dari plat atau lembaran baja dan sambungannya menggunakan
pengelasan tumpul (arc-welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan di pabrik, dites dan dibersihkan.
Lembaran atau plat-plat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum tidak kurang dari 226
N/mm2 (2.300 kg/cm2) dan harus memenuhi standar berikut :
 SNI 07-0949-1989 Plat baja carbon untuk uap dan bejana tekan
 SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa
 SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa
 SNI 0039-2013 Pipa Baja Saluran Air dengan atau tanpalapisan seng
 ASTM A 283, Grade D
 ASTM A 570, Grade 33
 JIS G 3101, Class 2
 JIS G 3452, SGP
 JIS G 3457, STPY
Fabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-0822-1989 atau 511 2527-90 atau
JIS G 3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan harus cukup merata pada seluruh
panjang pipa dan dibuat secara otomatis, kecuali atas persetujuan Pengguna Barang boleh dilakukan
pengelasan manual dengan prosedur yang sesuai oleh tukang yang berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling yang dibuat di pabrik harus
dengan pengelasan sudut (butt welded). Banyaknya pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan
adalah satu pengelasan memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap batang pipa. Panjang
setiap batang pipa adalah 6 meter, kecuali ditentukan lain Direksi/pengguna jasa/barang.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling pada sisi yang berlawanan untuk bagian
yang berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, plat ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian
luar maupun pada bagian dalam pipa.
3. Spesifikasi pipa GI yang digunakan:
Jenis Pipa : Pipa GI (galvanized Hot Dipped)
Standar material : SNI/SII/ISO/ASTM
klas : Medium dengan ketebalan sesuai tabel Ukuran Pipa Medium pada
SNI 0039 tahun 2013
Tabel B.1 Ukuran Pipa Medium
Teba
Diameter dalam Diameter luar Berat nominal pipa
l
nominal (mm) tanpa lapis seng
(mm
sebelum diulir (kg/m)
(mm) (inci) Nominal Maks. Min. )
15 ½ 21,3 21,8 21,0 2,6 1,21
20 ¾ 26,8 27,3 26,5 2,6 1,56
25 1 33,8 34,2 33,3 3,2 2,41
32 1¼ 42,5 42,9 42,0 3,2 3,10
40 1½ 48,4 48,8 47,9 3,2 3,56
50 2 60,3 60,8 59,7 3,6 5,03
65 2½ 76,0 76,6 75,3 3,6 6,42
80 3 88,8 89,5 88,0 4,0 8,36
100 4 114,1 115,0 113,1 4,5 12,20
125 5 139,7 140,8 138,5 5,0 16,60
150 6 168,3 166,5 163,9 5,0 19,80
200 8 219,1 221,3 216,9 6,4 33,32
250 10 273,0 275,7 270,3 6,4 41,75
300 12 323,8 327,0 320,6 6,4 49,71
350 14 355,6 359,2 352,0 6,4 54,69
400 16 406,4 410,5 402,3 6,4 62,64
450 18 457,0 461,6 452,4 9,5 105,10
500 20 508 513,1 502,9 9,5 117,02
600 24 610,0 616,1 603,9 9,5 140,88
650 26 660,0 666,6 653,4 9,5 152,80
700 28 711,0 718,1 703,9 9,5 164,34
800 32 813,0 821,1 804,9 9,5 188,23
900 36 914,0 923,1 904,9 9,5 211,90
1000 40 1016,0 1026,2 1005,8 12,7 314,22
1050 42 1067,0 1077,7 1056,3 12,7 330,19
1150 46 1168,0 1179,7 1156,3 12,7 361,82
1200 48 1219,0 1231,2 1206,8 12,7 377,79
CATATAN:
+15
Toleransi tebal untuk pipa tebal adalah %
-10
Sumber: SNI 0039:2013

Ketebalan coating hot dipped Galvanized sesuai dengan SNI 07-7033-2004 sesuai dengan tabel
berikut

Tabel. B.2 Ketebalan Minimum Pada Contoh Uji yang Disentrifugal


Benda Kerja dan Ketebalannya Ketebalan Lapisan Lokal Ketebalan Lapisan Rata-Rata
(Minimum) µm (Minimum) µm
Benda kerja berulir:
≥ 20 mm diameter 45 55
≥ 6 mm sampai < 20 mm diameter 35 45
< 6 mm diameter 20 25
Benda Kerja Lain
(termasuk coran)
≥ 3 mm 45 55
< 3 mm 35 45
Sumber: SNI 07-7033-2004
Sistem pengelasan yang digunakan adalah sub merged arc welder/electric resistance welded,
pemeriksaan pengelasan dilakukan X-ray dan Ultrasonic, panjang pipa efektif 6 m, setiap ujung pipa
harus dibuat tirus dan di tutup dengan plastik berwarna biru.

Penandaan Pipa GI
Penandaan pada batang pipa, sekurang-kurangnya mencantumkan:
 Nama pabrik pembuat atau merek dagang
 Dimensi luar pipa
 Tekanan kerja nominal
 Jenis material yang digunakan
 Seri pipa
 Tanggal produksi
 Pada pipa yang dikirim harus diberi label sesuai arahan dari PPK

Handling/Penanganan
Pipa GI yang akan diadakan/dikirim ke dalam gudang harus di beri bantalan dan di tata sesuai petunjuk
direksi/pengguna jasa serta dalam penanganan erection lapangan harus menggunakan crane/forklift.
Pengendalian bahaya dan resiko pekerjaan erection menjadi tanggung jawab penyedia jasa
sepenuhnya.

4. Pemasangan Pipa GIP


A. Lingkup Pekerjaan
Penyedia jasa tidak diizinkan memulai pelaksanaan pekerjaan sebelum semua alat-alat bantu
yang diperlukan tersedia di lapangan (berlaku untuk instalasi pipa yang diadakan baik oleh
Pemberi Pekerjaan maupun Penyedia jasa). Pipa dan perlengkapannya harus dipasang sesuai
dengan gambar rencana, kecuali bila oleh Direksi/pengguna jasa diberi petunjuk lain. Pada
umumnya gambar rencana menunjukkan tempat yang belum tepat, Direksi/pengguna jasa akan
menunjukkan tempat pipa yang paling tepat.
Sebelum memasang pipa dan perlengkapannya, pipa harus diteliti dan dibersihkan dengan
seksama. Pipa dan perlengkapannya yang berminyak, bergemuk dan lain sebagainya harus
dibersihkan terlebih dahulu sehingga benar-benar bersih, dan yang mungkin telah retak atau
mengalami kerusakan lain khususnya pada ujung-ujung pipa tidak boleh dipergunakan.
Penyedia jasa harus mengerjakan pekerjaan pemasangan pipa berupa perletakan pipa dan
penyambungan, dengan cara yang sesuai standart Direksi/pengguna jasa sesuai dengan
spesifikasi dan sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar kerja.
Setiap pipa harus dipasang dengan tepat menurut garis dan kelandaian sesungguhnya dan
sedemikian rupa sehingga pipa yang berbatasan merupakan suatu sambungan yang konsentris
yang tertutup.
Selama pemasangan, alat-alat bantu sementara dengan penopang pipa-pipa pada kedudukan
yang benar harus dipergunakan dan harus diperhatikan agar kerusakan tidak terjadi pada pipa-
pipa. Sedangkan semua alat pengikat pipa (penopang beton, bantalan-bantalan penahan dan
sebagainya) harus berada pada tempatnya dengan benar sebelum pemasangan dan
pemindahan semua peralatan sementara / bantu.
Tidak diizinkan menurunkan pipa ke dalam parit tanpa persiapan-persiapan menggunakan alat
atau perlengkapan lain yang layak dan diperlukan. Bila pipa-pipa diangkat/diturunkan dengan
mempergunakan suatu katrol maka bagian jerat baja yang melingkari pipa harus terbungkus
(dengan karet dan sebagainya).
Valve dan perlengkapan lainnya harus dipasang dengan ukuran kerja yang baik serta harus
bebas dari kotoran dan rintangan terhadap mekanismenya. Penyedia jasa bertanggung jawab
sepenuhnya dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan valve. Setiap valve yang apabila
setelah terpasang tidak berfungsi harus dilepas kembali dan kegagalan tersebut harus
diperbaiki atas beban Penyedia jasa.
Valve dan peralatan/perlengkapan lain harus dipasang pada lokasi yang tepat sesuai dengan
gambar rencana dan apabila ada perubahan harus ada persetujuan dari Direksi/pengguna jasa.
Penyambungan antar pipa yang berbeda jenisnya harus dilakukan sesuai dengan gambar
rencana dan petunjuk Direksi/pengguna jasa.
Setiap kali pekerjaan hari itu berakhir, maka ujung-ujung pipa yang terbuka untuk sementara
waktu harus ditutup dengan balok-balok dari kayu, penyekat-penyekat atau sebagaimana yang
diinstruksikan oleh Direksi/pengguna jasa.
Setiap pipa harus diperiksa dengan seksama sebelum dan sesudah dipasang. Bila kerusakan
terjadi pada pipa-pipa, peralatan-peralatan rakit, valve atau alat-alat bantu perpipaan selama
pemasangan, hal itu harus dilaporkan kepada Direksi/pengguna jasa yang akan mengambil
keputusan, apakah harus diperbaiki atau diganti.
Untuk mencegah penanganan yang tidak perlu, semua batangan pipa harus ditempatkan
sedekat mungkin pada lokasi akhir dari lajur pipa dengan memperhitungkan keamanan lalu
lintas.

B. Penanganan Bahan Pipa, Perkakas, dan Peralatannya


Perhatian perlu diberikan dalam menangani semua bahan pipa yang disediakan oleh Pemilik
untuk menghindari kerusakan pada bahan tersebut selama pengangkutan, penurunan,
pemasangan dan penyambungan sampai pada penyelesaian pada pekerjaan. Kerusakan pada
bahan pipa yang dimaksud tersebut harus diperbaiki hingga memenuhi standart spesifikasi yang
ditentukan.
Penyedia jasa harus berhati-hati dalam penanganan pipa-pipa dan lain sebagainya untuk
menjamin tidak terjadi kerusakan pada lapisan-lapisan. Pengait sama sekali tidak diperbolehkan
digunakan untuk mengait pada pinggiran ujung pipa.
Pipa-pipa dan sebagainya tidak boleh diangkut dengan mempergunakan rantai atau tambang,
akan tetapi harus dengan ikatan (sling) lebar yang melingkari pipa-pipa atau alat penyambung.
Pipa-pipa dan fittings harus disimpan terangkat dari permukaan tanah diletakkan di atas
penopang dan harus disangga, diberi bantalan dan dipasak.
Pipa-pipa tidak boleh diletakkan langsung di atas satu sama lain dan tidak boleh ditumpuk lebih
dari 8 (delapan) pipa. Harus dilakukan perawatan khusus untuk menjamin bahwa pipa-pipa yang
fleksibel tertumpu rata dan disangga dengan baik agar pipa-pipa tidak melendut.
Coupling, joints, dan benda-benda lain yang sama harus disimpan dalam keadaan kering,
terangkat dari permukaan tanah gudang atau ruang tertutup. Gudang harus dibuat sedemikian
rupa untuk mempermudah keluar dan masuknya pipa dan pengecekannya dengan
membedakan tumpukan penerimaan atau disimpan secara terpisah dan diberi tanda dengan
jelas.
Apabila ada barang-barang yang disimpan mempunyai batas waktu penyimpanan atau
memerlukan penyimpanan yang khusus, metode penyimpanan harus disetujui
Direksi/pengguna jasa dan sesuai petunjuk dari pabrik.
Penutup ujung-ujung pipa atau pengaman lainnya tidak boleh dibuka sampai pipa-pipa dan
fittings tersebut dipasang di lapangan. Semua pipa dan fitting yang disediakan sebagai
cadangan harus ditutup dan untuk pipa yang dilapisi mortar bagian dalamnya (termasuk fittings)
harus membentuk pelindung lengkap yang dapat melindungi akibat perubahan suhu.
Pipa dan perlengkapannya yang retak/rusak harus segera dilaporkan kepada Direksi/pengguna
jasa untuk diteliti apakah dapat diperbaiki atau harus diganti.
Kehilangan atau kerusakan pipa dan perlengkapannya yang telah diserahkan Penyedia jasa,
menjadi tanggung jawab Penyedia jasa sepenuhnya.
Penyedia jasa wajib melaporkan secara tertulis kepada Direksi/pengguna jasa apabila terjadi
kehilangan atau kerusakan pipa dan perlengkapannya.
Penyedia jasa juga harus menangani perkakas dan peralatan yang disediakan oleh Pemilik
sedemikian rupa guna menghindari kerusakan pada peralatan tersebut.
Semua perkakas dan peralatan harus dijaga kebersihannya dan dipelihara dengan baik
sehingga selalu siap digunakan dalam kondisi yang baik.
Kerusakan yang terjadi pada perkakas dan peralatan tersebut harus diperbaiki hingga
memenuhi standart spesifikasi yang ditentukan. Dalam hal perkakas dan peralatan tidak dapat
diperbaiki atau hilang, Penyedia jasa harus memberi kompensasi kepada Pemilik.

5. Sambungan Pipa GIP


a. Standar
Semua sambungan fleksibel dan kopling didesain untuk tekanan kerja maksimum sebesar 0,98
Mpa (10 kg /cm2) kecuali ditentukan lain.
Yang dipakai sebagai referensi adalah standar-standar berikut :
 AWWA C 219 Bolted, Sleeve-Type Coupling for Plain-End Pipe
 JIS G 3101 Rolled Steel Pipes for Water Service
 JIS G 3443 Coaling Steel Pipes for Water Service
 JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for Machine Structure Purpose
 JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure Service
 JIS G 5502 Spheroidal Graphite Iron Castings
 JIS G 5402 Blackheart Malleable Iron Castings
 JIS K 6353 Rubber Goods for Water Works Service
b. Sambungan Fleksibel Mekanikal
Sambungan mekanikal fleksibel didesain untuk menerima gaya atau kombinasi gaya-gaya yang
terjadi akibat pemuaian dan penyusutan, shear deflection, distorsi dan gaya-gaya lain pada jalur
pipa.
Sambungan mekanikal fleksibel harus setara dengan Closer Joint, Type CL-A yang diproduksi
oleh Victaulic Company Japan Ltd., atau yang setara dan disetujui.
c. Persyaratan Desain
Sambungan mekanikal fleksibel harus didesain dan dibuat untuk memenuhi kondisi operasi
sebagai berikut:
(a). Pembebanan dari 2 (dua) meter ketebalan tanah (earth cover) dengan berat jenis 2 ton/m3
ditambah sebuah truk berat 20 ton.
(b). Lendutan geser minimum sebesar 100 mm.
(c). Persyaratan-persyaratan lain seperti di bawah ini :

Tabel B.3 Persyaratan Desain Sambungan Pipa GI


Diameter Panjang Minimum Ekspansi Minimum Kontraksi
Nominal Maksimum yang diizinkan Yang diizinkan
(mm) Peletakan (mm) (mm) (mm)
300 to 400 1600 230 80
500 & 600 1700 270 80

d. Bahan-Bahan Dan Konstruksinya


Sambungan fleksibel mekanikal terdiri dari slip pipes, pipa selubung, 2 (dua) ring karet dan
housing (blok) dll, dan mempunyai flange pada kedua ujungnya.
Setiap slip pipe merupakan tipe ring yang menerus dengan rangka penguat serta ujung flange.
Slip pipes dan pipa selubung harus difabrikasikan dari lembaran atau plat baja yang mempunyai
batas keruntuhan sebesar 216 N/mm2 (2200 kg/cm2), sesuai dengan JIS G 3101 Class, JIS G
3454 STPG 370, atau yang setara.
Rubber ring housing harus dibuat dari besi cor ductile sesuai dengan JIS G 5502 class 2 FCD
450, JIS G 5702 class 2 FCMB 310 atau setara. Ring karet harus dari Styrene Butadiene Rubber
(SBR). Karet bekas tidak boleh digunakan.
e. Coating
Semua permukaan luar sambungan mekanikal, kecuali ditentukan lain, harus dilapisi primer,
kecuali permukaan slip pipe yang kontak langsung dengan air pengecatannya harus dilakukan
sesuai dengan yang dispesifikasikan disini. Semua permukaan luar dan dalam mechanical
flexible joint harus dilapisi sistem epoxy atau sistem coal tar epoxy sesuai dengan spesifikasi.
f. Sleeve Coupling
Sleeve coupling harus menggunakan sleeve-type coupling yang dibaut untuk ujung pipa polos
dan terdiri dari center sleeve, 2 (dua) buah gasket, 2 (dua) end ring, dan mur baut untuk
pemasangan coupling. Semuanya harus didesain dan diproduksi sesuai dengan AWWA C.219
dan sesuai dengan standar pabrik serta mendapat persetujuan Pengguna Barang.
g. Center Sleeve
Center sleeve ini harus berukuran sesuai dengan ukuran pipa dan fitting yang digunakan dan
terbuat dari carbon steel atau besi ductile atau malleable cast iron (besi tuang) yang sesuai
dengan atau lebih tinggi dari persyaratan di bawah ini.
 Carbon Steel
ASTM A 283 Grade C
JIS G 3101 Class 2
BS 4360 Grade 43 A
DIN 17100 RST 36
 Ductile Iron
ASTM A 536 Grade 65-45-12
JIS G 5502 Class 2 FCD 45
BS 2789 Grade 420/12
 Malleable Cast Iron
ASTM A 47 Grade 32510 or 35018
JIS G 5702 Class 3 FCMB 340
BS 6681 Grade B32-10 or W34-04
DIN 1692 GTS 35 or GTS 4t
Tabel B.4 Persyaratan Panjang Center Sleeve
Diameter Nominal Panjang Minimum Center Sleeve
(mm) (mm)
12,5 – 50 89
65 – 250 102
300 – 450 127

h. Gasket
Gasket harus terbuat dari karet sintetis, styrene butadiene rubber (SBR) yang divulkanisir
dicetak (molded) sesuai dengan standar JIS K 6353 atau nitrite butadiene rubber (NBR) atau
ethylene propylene diene monometer (EPDM). Karet bekas tidak diperkenankan untuk
digunakan.
i. End Rings/Ring Ujung
End rings harus dibuat dari carbon steel atau besi ductile atau besi tuang (malleable cast iron)
yang memenuhi atau lebih tinggi dari standar berikut :
 Carbon Steel ASTM A 576 Grade 1020
JIS G 3101 Class 2
BS 6681 Grade 43 A
DIN 17100 RST 36
 Ductile Iron dan Malleable Cast Iron
Sama dengan standar yang telah dispesifikasikan untuk Center Sleeve.

B.1.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


a. Pipa HDPE
Pengukuran pipa HDPE yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur dalam satuan linear meter
(m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas
pengadaan dan pemasangan pipa masing-masing diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam
satuan buah yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan asesories.
Pembayaran pengadaan Pipa HDPE yang menjadi bagian dari pekerjaan , memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

a. Pipa sudah berada di lokasi pekerjaan sebagaimana yercantum dalam kontrak dan
perubahanya
b. Sudah menyampaikan sertifikat uji mutu dari pabrikan / produsen
c. Sudah menyampaikan sertifikat garansi dari produsen / agen resmi yang ditunjuk oleh
produsen
d. Disetujui oleh PPK sesuai dengan capaian fisik yang diterima
e. Dilarang dipindahkan dari area lokasi pekerjaan , dan / atau dipindah tangankan oleh pihak
manapun
f. Keamanan penyimpanan dan resiko kerusakan merupakan tanggungjawab penyediajasa,
sampai dengan terjadi serahterima pekerjaan dari penyediajasa kepada PPK (FHO)
g. Besaran yang akan dibayarkan berkisar antara 50% sampai dengan 70% terhadap harga pipa
yang ada di lapangan .
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan asesories Biaya untuk
pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan pemasangan
asesories sesuai dengan yang terdapat dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari kebutuhan yang sesungguhnya,
maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat dilakukan pembayaran.

b. Pipa GIP
Pengukuran pipa GIP yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur dalam satuan linear meter
(m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas
pengadaan dan pemasangan pipa masing-masing diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam
satuan buah yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan asesories.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan pipa GIP. Biaya untuk
pengadaan pipa ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan pemasangan pipa GIP
sesuai dengan yang terdapat dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan asesories Biaya untuk
pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan pemasangan
asesories sesuai dengan yang terdapat dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari kebutuhan yang sesungguhnya,
maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat dilakukan pembayaran.
B.2. PEMASANGAN PIPA
B.2.1. Pipa HDPE
1. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan beberapa pekerja gali urug yang memiliki keahlian
melakukan pekerjaan boring (pengeboran) secara manual disamping pekerja gali urug biasa.
Semua pemasangan pipa dan accessories dan bangunan pelengkap termasuk dalam pekerjaan.
Ukuran-ukuran pokok dan pembagian-pembagian seluruhnya telah dinyatakan dalam gambar
pelaksanaan.
Tinggi Peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bowplank ditentukan terhadap tinggi peil
setempat yang disetujui oleh PPK.
2. Pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan segala macam jenis kotoran
umpamanya bekas puing-puing/ batu, alat-alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat
mengganggu kebersihan dan kelancaran aliran air didalam pipa.
3. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian harus langsung dipasang dan distel
sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui Direksi Lapangan/
Teknis serta dipadatkan dengan sempurna kecuali pengurugan pada tempat-tempat sambungan
pipa harus diperiksa terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi Lapangan/ Teknis. Setelah diperiksa
dan disetujui oleh Direksi Lapangan/ Teknis baru diperbolehkan untuk diurug.
4. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus ditutup sehingga
kotoran maupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan pada ujung pipa
tersebut harus disetujui oleh Direksi Lapangan/ Teknis.
5. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/ tikungan) harus dilaksanakan dengan penyambung
bend/ elbow yang sesuai. Begitu pula untuk percabangan harus dengan tee cross (sesuai dengan
kebutuhan).
6. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan (secara
mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa persetujuan Direksi Lapangan/ Teknis.
7. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/ tanah asal harus diperiksa dengan
teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan oleh Direksi Lapangan/ Teknis.
8. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pipa agar
yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak
boleh ada benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari
9. Pada waktu pemasangan pipa, galian untuk perletakan pipa harus kering, tidak boleh ada air sama
sekali dan bagian dalam pipa harus bersih. Penyambungan pipa hanya dilakukan dalam keadaan
kering.
10. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend dan sebagainya harus
diberi blok-blok penahan dari beton (beton K-175).
11. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam kerja, ujung-ujung
pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda asing/
air kotor kedalam pipa. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan
bebas dari minyak/ oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup (didop/plug) dan diberi beton
penahan (beton K-175).
13. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam kerja, ujung-ujung
pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda asing/
air kotor kedalam pipa. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan
bebas dari minyak/ oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
14. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup (didop/plug) dan diberi beton
penahan (beton K-175).
15. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan pipa sesuai
dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum dalam syarat-syarat teknis
pekerjaan ini.
a. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
- Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti terhadap retak-retak dan
kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di atas galian, segera sebelum
pemasangannya pada posisi terakhir.
- Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling mudah rusak pada
waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak harus diletakkan dekat galian untuk
diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis, yang akan menentukan perbaikan atau dibuang.
b. Pembersihan Pipa
- Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus disingkirkan dari ”bell”, ujung
spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian dalam ”bell”
harus diseka sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
- Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang telah terpasang harus
dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing dan kotoran. Tindakan pencegahan harus
berupa pengguna kain pembersih selama pemasangan dan penyumbatan kedap air semua
bukaan/ celah di setiap akhir pekerjaan setiap hari.
- Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari akhiranakhiran bell dan spigot.
Tiap pipa, bagian luar, akhiran spigot dan bagian dalam dari bell harus dibersihkan, kering dan
bebas dari lemak dan minyak sebelum pipa dipasang.
c. Penurunan Pipa Kedalam Galian
- Peralatan seperti Crane 20-30 ton digunakan untuk memindahkan pipa dari truk.
- Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu dengan
menggunakan tripod/tackle, handle crane & hoist atau dengan perkakas atau peralatan lainnya
yang sesuai, sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan
pelindung luar dan dalamnya.
- Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan kedalam galian.
- Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam penanganannya,
kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada Direksi Lapangan/Teknis. Direksi
Lapangan/Teknis akan menetapkan perbaikan atau penolakan bahan yang rusak tersebut.
- Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan kedalam galiannya dapat
dengan 2 cara : baik dilepas dulu dari gulungannya baru diturunkan atau diturunkan dulu
kedalam galian dalam bentuk roll baru dilepas. Pipa PE diameter besar diproduksi dalam bentuk
batang.
- Semua pipa, ”Fitting” dan ”Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu, dengan
menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai
sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung
luar dan dalamnnya. Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan ke dalam galian.
d. Pemotongan Pipa
- Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin. Bila perlu pemotongan harus dilakukan
tegak lurus terhadap sumbu pipa dan rata. Pemotongan harus dilakukan dengan peralatan yang
sesuai dengan rekomendasi pabrik.
- Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan dipotong dengan alat yang khusus
dibuat untuk keperluan tersebut. Ujung potongan serong harus sama degnan yang dibuat
dipabrik.
- Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung potongan serong harus sesuai
denga rekomendasi pabrik. Tanda kedalaman (garis melingkar yang jelas) harus dibuat diujung
spigot pipa yang dipotong dilapangan untuk menandakan kedalaman penetrasi spigot yang
benar kedalam sambungan pipa.
16. Jenis Cara Penyambungan.
Prosedur penyambungan pipa HDPE berdasarkan prosedur yang dibuat oleh pabrikan
(Temperatur, Pressure, Holding Time, Cutting dll)
a. Cara sambungan pipa Polyetheline adalah sbb :
- Sambungan mekanis Mechanical-joint: sambungan plastik, injection( 20 mm-63 mm)
imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
- HDPE Welding Machine (heat fusion)
 Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
 Socket welding (20 mm – 125 m)
 Saddle welding
- Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
b. Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan oleh Penyedia barang/ jasa.
Penyedia barang/jasa harus menyerahkan data teknis dan contoh untuk persetujuan dari Direksi
Lapangan/ Teknis.
c. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk penyambungan pipa dari
pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Direksi Lapangan/ Teknis.
d. Penyambungan Pipa dengan sambungan mekanis:
- Pipa dimasukkan kedalam sambungan lalu mur penekannya dikencangkan.
- Penyambungan sistem mekanik lainnya juga sama seperti halnya penyambungan-
penyambungan yang biasa dilakukan.
e. Penyambungan pipa dengan Welding (heat fusion)
- Butt weldding
o Pipa diklem pada alat penekan. Kedua permukaan pipa harus dibersihkan dan diratakan
dengan pengetap.
o Setelah alat pengetap dilepaskan, plat pemanas dijepit diantara kedua permukaan pipa
dengan sedikit tekanan untuk beberapa detik.
o Kemudian plat pemanas dilepaskan. Tekan kedua pipa dengan tekanan tertentu sampai
mendapatkan lebar yang dikehendaki dari bagian yang menyatu. Hilangkan tekanan untuk
beberapa saat, setelah dingin klem dapat dibuka.
o Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
 Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat pemanas,
pemotong dan pompa hidrolik.
 Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong ,plat pemanas,
pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
 Roda penyangga pipa.
 Tenda pengelasan.
 Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
 Alat ukur sambungan.
 Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
 Pipa dan penutupnya.
 Papan landasan.
 Pemotong pipa.
 Thermometer temperatur udara.
 Spidol,
 Alat ukur waktu, Materan.
o Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
 Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam keandalan benar-benar
berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
 Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin welding.
 Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik
 Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan pembersihan apabila
sebelumnya sudah digunakan.
 Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan dilakukan.
 Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
 Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan plat pada sumber
listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada kondisi temperatur yang disarankan.
o Prosedur Penyambungan.
 Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa berhadapan dengan
pemotong dalam posisi lurus.
 Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
 Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkan
 kembali pipa.
 Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh masuknya
udara kebagian dalm pipa.
 Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga ujung pipa tepat
berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan permukaan pipa yang
kontinyu.Jaga alat pemotong tetap nyala sementara klem (penjepit) dibuka untuk
menghindari permukaan yang tidak rata.
 Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan dengan permukaan
pipa.
 Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
 Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi proses pemotongan.
 Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan potongan.
 Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
 dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara hidrolik.
 Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa bahwa plat tersebut
bersih dan baik suhunya.
 Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya bagian permukaan
yang akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan sistem hidrolik dengan
menggunakan tekanan yang ditentukan sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan lelehannya merata 1-6
mm terbentuk tiap ujungnya.
 Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus dilepas supaya
pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sampai pertumbuhan
lelehan terkontrol selama waktu pemanasan.
 Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di clamp dan ujung pipa harus terus
dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanasan.
 Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas pastikan bahwa
tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
 Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan yang ada) dan
ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang sudah
ditentukan sebelumnya.
 Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sesuai yang
diindikasikan pada table.
 Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan diatas.
 Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek bahwa lelehan
sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data semua sambungan dengan mengisi
Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai diameter 20 mm -125
mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan dengan cairan pembersih
khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal yang sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket sambungan ke dalam spigot
pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera dimasukkan ke dalam socket
sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin
g. Electro welding
 Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai diameter 20 mm -
125 mm.
 Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanasnya.
 Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
 Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan tegangan dari spesifikasi
sambungan yang ditetapkan oleh produsen sambungan harus sudah disediakan.
 Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus dibersihkan dengan cairan
pembersih.
 Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
 Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan yang tersedia.
 Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila proses
penyambungan selesai;
 Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator pada sambungan.
h. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti yang tercantum dalam
Bill of Quantity dan gambar, sesuai dengan jenis pipanya.
i. Thrust Blok
 Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan aksesoris dalam
menahan pergerakan dan terbuat dari beton fc 20 MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan
langsung pada tanah stabil dengan pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200 mm.
 Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan rencana, maka
perkuatan daya dukung dilakukan dengan menggunakan cerucuk bambu atau dengan
cara lain yang disetujui Direksi Lapangan/ Teknis.
 Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding blok penahan
sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang ditetapkan, maka celah tersebut
harus diisi dengan kerikil yang dipadatkan dengan merata.
B.2.2. Pipa GIP
1. Umum
Singkatan GIP yang digunakan dalam spesifikasi dan dokumen ataupun gambar berarti Galvanized
Iron Pipe.
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara dalam keadaan baik perkakas peralatan yang
sesuai bagi pengamanan dan pemasangan pipa, valve, dan fitting.
Cara pemasangan pipa dan penggunaan perkakas serta peralatan harus sesuai dan memahami
petunjuk dari pabrik atau mengikuti pengarahan direksi/pengguna jasa.

2. Pemasangan Pipa
a. Penurunan Pipa Ke Dalam Galian
Peralatan, perkakas, dan fasilitas yang sesuai standart Direksi/pengguna jasa harus disediakan dan
digunakan oleh penyedia jasa untuk keamanan dan kenyamanan pekerjaan. Semua pipa, fitting, dan
valve harus diturunkan secara hati-hati kedalam galian, satu persatu dengan batasan diameter
memakai crane, derek, tali atau dengan mesin perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai dengan
cara sedemikian rupa agar mencegah kerusakan terhadap bahan lapisan pelindung luar (protective
coating) serta lapisan pelindung dalam (lining). Bahan tersebut sama sekali tidak diperkenankan
dijatuhkan atau dilemparkan kedalam galian.

b. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan


Semua pipa dan fitting harus diperiksa secara hati-hati dari kemungkinan kerusakan pada saat berada
diatas bagian sesaat sebelum dipasang pada posisi akhir.
Setiap ujung pipa harus diperiksa dengan secara khusus, karena daerah ini paling mudah mengalami
kerusakan dalam penanganannya. Pipa atau fitting yang rusak/cacat harus diletakkan terpisah untuk
pemeriksaan oleh Direksi/pengguna jasa yang menentukan perbaikan yang diperlukan ataupun
menolaknya.

c. Pembersihan Pipa dan Fitting


Bagian luar dan dalam ujung pipa harus dibersihkan dengan kain kering dan bersih, dikeringkan dan
bebas dari minyak, lemak sebelum dipasang.
Bila ada profil pengaku badan (stiffeners) guna melindungi pipa, semua profil pengaku tersebut harus
disingkirkan sampai bersih demikian pula benda asing lainnya dalam pipa.

d. Perletakan Pipa
Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah benda asing masuk ke dalam pipa pada saat
pipa diletakkan pada jalur.
Selama berlangsungnya peletakan, tidak boleh ada kotoran, perkakas, kain, ataupun benda-benda
lainnya ditempatkan dalam pipa.
Saat satuan panjang pipa dalam galian, setiap ujung pipa harus dipasang berhadapan dengan pipa
yang sebelumnya, pipa dipasang dan ditempatkan pada jalur dan ketinggian yang benar. Pipa
dimantapkan ditempatkan dengan bahan urugan yang telah disetujui dan dipadatkan dengan
ketinggian yang sama kecuali pada ujung pipa. Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah
tanah atau kotoran lainnya masuk ke sambungan.
Setiap saat bila pemasangan pipa sedang berlangsung, ujung pipa harus ditutup/disumbat dengan
bahan yang memadai dan dengan cara yang disetujui oleh Direksi/pengguna jasa.

e. Pemotongan Pipa
Pemotongan pipa untuk menyisipkan tee, bend atau valve atau tujuan lainnya, harus dilakukan dengan
mesin potong yang sesuai dengan cara yang rapi dan baik, tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa
maupun lapisan pelindung dalamnya dan menghasilkan ujung yang halus pada sudut yang tepat
terhadap sumbu pipa.
Pemotongan pipa besi harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang sesuai menghasilkan potongan
yang halus pada sudut yang benar atau sudut yang diminta terhadap sumbu pipa.
Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelindung luar maupun lapisan
pelindung pipa dalam. Ujung potongan pipa yang dipotong tersebut, harus dipotong serong (beveled)
dengan ukuran yang sama sebagaimana yang ditentukan dalam spesifikasi.
Tidak boleh ada fitting seperti bend,tee, flange dan spigot dipotong untuk pekerjaan pemasangan pipa,
sejauh tidak ada instruksi tertulis yang diberikan kepada Penyedia jasa dari Direksi/pengguna jasa.

f. Penyambungan Pipa Galvanized


Sambungan antar pipa baja yang digalvanisir dan perlengkapan rakit maupun antar perlengkapan rakit
dari baja yang digalvanisir terhadap pipa-pipa lain dilakukan dengan cara penyekrupan.
Penyambungan pipa galvanized dilakukan dengan memakai socket seperti yang ditentukan sebelum
pipa disambung, maka bagian ulir dari socket atau ujung-ujungpipa harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran. Setelah itu pada ulir pipa dipasang serat nanas dan baru dimasukan secara hati-hati pada
socket dan diputar sampai kencang betul.

g. Penyambungan Dengan Pengelasan


Umum
Pengelasan pipa galvanized di lapangan harus disesuaikan dengan persyaratan yang ditentukan
berikut ini. Hal-hal yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi ini, mengacu pada standar ataupun pedoman
(code) berikut ini :
 Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures' Association (WSP)
 Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
Sambungan las harus sesuai dengan aturan yang diberikan dalam persyaratan norma moder
(persyaratan AWS atau AISC).
Pengelasan harus dilakukan oleh seorang tukang las yang berpengalaman. Direksi/pengguna jasa
dapat melakukan penelitian apabila dianggap perlu. Permukaan-permukaan yang akan dilas harus
bebas dari sisik lepas, kerak logam, karat, gemuk, dan cat.
Apabila pengelasan ganda diperlukan, maka permukaan pengelasan pertama harus bersih dan bebas
dari kerak logam. Apabila diperlukan lapisan-lapisan antara pada pengelasan ganda, harus dibersihkan
dengan pukulan-pukulan ringan dengan palu bertenaga mesin atau alat lain yang disetujui
Direksi/pengguna jasa.
Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan dan dibuat lebih dalam agar
memungkinkan pengelasan sebagaimana diminta.
Jumlah pipa yang akan menjadi satu, dengan panjang yang sesuai yang dilakukan diatas permukaan
tanah, serta cara perletakannya ke posisi yang sesuai, harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi/pengguna jasa.
Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran setiap sambungan, dengan cara
pengujian radiografi kecuali ditentukan lain.
Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan sambungan dengan las tumpul
tunggal (single-welded butt joint) atau las-tumpul ganda (double-welded butt joint) sesuai yang
ditentukan.
Juru Las (Welder)
Penyedia jasa harus memasukkan pengalaman dan kualifikasi juru las yang diusulkan untuk
persetujuan Direksi/pengguna jasa.
Juru las tersebut harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup bagi pekerjaan pengelasan,
dan memegang sertifikat atau ijazah yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang.
Batang Las dan Mesin Las
Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211 dan 3212 atau yang memiliki
kuat tarik yang setara atau lebih baik dari logam dasar bahan pipa.
Batang las yang menyerap lengas (moisture) tidak boleh digunakan dan tingkat lengas harus lebih kecil
dari 2,5 % untuk batang yang diiluminasi (illuminated rod) dan 0,5 % untuk batang yang hidrogennya
rendah (low hydrogenous rod).
Mesin las, harus mesin pengelasan busur nyala (Arc Welding Machine) dengan arus AC atau
pengelasan busur nyala DC, sebagaimana yang ditentukan dalam JIS C 9301 atau pada standar yang
telah diterima oleh Direksi/pengguna jasa.

Penyiapan Ujung Pipa


Ujung pipa seluruhnya harus mempunyai alur menyudut/serong (bevel) yang sesuai sebelum
pengelasan. Kecuali ditentukan lain atau disetujui oleh Direksi/pengguna jasa, alur tersebut harus
dibuat pada bagian permukaan luar (exterior) untuk pipa dengan diameter 700 mm dan yang lebih kecil
dan pada permukaan dalam (interior) untuk pipa dengan diameter 800 mm dan yang lebih besar.
Pipa yang mempunyai ketebalan dinding 16 mm atau lebih, harus alur dikedua sisi pipa agar dapat
diletakkan sambungan las tumpul ganda (double-welded butt joint). Bentuk dan ukuran celah yang
terbentuk oleh alur menyudut tersebut, harus sesuai dengan JIS G-3443 atau sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi/pengguna jasa.
Pengelasan
Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu, tanah dan karat dengan
menyikat dan mengasah (grinding).
Bila pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam maupun lapisan pelindung luar pada
kedua ujung pipa, harus dikupas minimum 10 cm, kemudian ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang
ditentukan.
Fitting tidak boleh dipotong di lapangan.
Kualitas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan pengelasan, harus terus menerus
(berlanjut) dari bagian dasar ke bagian atas pinggiran pipa.
Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia jasa harus memperhatikan keadaan cuaca seperti
hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam kondisi cuaca seperti
yang telah disebutkan tanpa perlindungan atau persetujuan dari Direksi/pengguna jasa.
Permukaan basil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang berlebihan, tumpang tindih dan
ketidakrataan.

B.2.4. Perlintasan Pipa


a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya, kereta api dan sungai, seperti yang
telihat dalam gambar. Penyedia Jasa hendaknya mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk
membuat bangunan perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
b. Untuk pipa-pipa yang melintasi badan air/ sungai, bila diijinkan pipa-pipa dapat digantungkan
pada jembatan yang ada setelah gambar perencanaan mendapat persetujuan dari instansi yang
berwenang. Pipa yang digunakan untuk perlintasan ini adalah pipa baja. Apabila tidak
memungkinkan digantung pada jembatan yang ada maka harus diadakan jembatan pipa
tersendiri.
c. Jembatan pipa direncanakan mengunakan pipa baja seperti terlihat pada gambar rencana.
Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat-alat, dan perlengkapan-
perlengkapan lainnya yang diperlukan unutk melaksanakan pekerjaan ini.
d. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksanakan pembuatan pondasi saja,
akan tetapi sekaligus melaksanakan pemasangan pipanya dan penyambungan didalam tanah
dengan dengan pipa yang berdekatan dengan jembatan.
e. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada didalam gambar
sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri dilapangan. Segala biaya yang timbul akibat
kesalahan menghitung dari pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
f. Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus dipasang di atas bekisting berbentuk
melengkung. Besarnya chambering harus direncanakan sesuai dengan jenis pipa, ketebalan
dan diameter pipa yang digunakan, serta apabila perancah dilepas maka bentang pipa menjadi
lurus;
g. Gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci bahan pipa dan juga garis pemotongan dan
sudut masing-masing pipa untuk lawan lendut harus disiapkan.
h. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang menunjukan semua ukuran-
ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang pancang dan perhitungan-perhitungan yang
diperlukan harus diserahkan kepada Direksi Lapangan/ Teknis untuk terlebih dahulu diperiksa
dan disetujui. Penyedia jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan jembatan pipa
sebelum gambar kerja disetujui Direksi Lapangan/Teknis.
i. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan per sebagaimana terlihat pada
gambar. Ring support harus dibuat dari satu jenis baja sesuai dengan standar yang ditentukan.
Setelah semua clamp pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki dilas pada
sekeliling pipa dan dicat.
j. Semua pipa baja yang terekspos, fitting, sambungan dan pipa yang akan ditanam dalam tanah
harus dilindungi sesuai dengan SNI yang berlaku untuk pelapisan pipa baja mengenai lapisan
pelindung luar dan lapisan pelindungan dalam.
k. Konstruksi perlintasan pipa melalui rel kereta api harus memakai pelindung pipa dengan bahan
dari kontruksi beton atau kontruksi lainnya yang dapat menahan beban dari kereta yang lewat,
dan mendapat persetujuan dari PT. Kereta Api Indonesia (PT. KIA)
l. Pelaksanakan pekerjaan perlintasan rel kereta api dibawah pengawasan oleh PT. Kereta Api
Indonesia (PT. KAI).

B.2.5. Pengujian
a. Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa induk, valve, bangunan
khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving), perlintasan pipa dan perlengkapan
lainnya, sesuai dengan standar ini.
b. Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus dilakukan untuk
menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya dalam keadaan baik, kuat dan tidak
bocor serta blok-blok penahan (thrust block permanen) sanggup menahan tekanan sesuai
dengan tekanan kerja pipa.
c. Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan pengujian kebocoran, serta
peralatan meter yang diperlukan untuk penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan.
d. Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian air dilakukan dengan
pemompaan (an electric piston type test pump) yang dilengkapi meteran air dan harus dicegah
terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah
manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa yang diuji.
Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak terdapat valve udara, tenaga ahli harus menetapkan
cara pengeluaran udara.
e. Pengujian Tekanan Air
- Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan dan semua konstruksi
pengaman dari beton harus sudah berumur Iebih dari 7 hari.
- Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang jalur pipa harus diisi dengan
air bersih dan diuji dengan tekanan 0,75 MPa (≈ 7,5 kg/cm2).
- Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian dilakukan dengan tekanan
yang sama dengan memakai test band.
- Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-bagian sambungan dimana
peralatan ini harus terlihat dan diamati pada waktu penguatan berlangsung.
- Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah gangguan lalu lintas atau
keperluan lainnya, maka harus sesuai dengan petunjuk tenaga ahli.
- Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat langsung
diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji disesuaikan dengan jenis dan kelas
pipa, kecuali bila ditetapkan lain.
- Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan hidrostatis harus disediakan dan
terlebih dahulu harus diperiksa serta disetujui oleh tenaga ahli.
Jika hasil pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan gagal maka harus dicari sumber
kebocoran dan lalu diperbaiki, serta lakukan uji ulang hingga memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
- Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa, instrumeninstrumen harus
dapat menahan tekanan uji tanpa menimbulkan kerusakan pada elemen-elemennya, kalau
tidak, atau instrumen tersebut harus diangkat selama pengujian dan diganti sementara
dengan pasak/ sumbat pipa dengan persetujuan tenaga ahli.

B.2.6. Pengujian Tekanan


a. Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah galian diurug, tetapi
sebelum perbaikan kembali lantai keras. Sambungan sedapat mungkin harus ditempatkan
selama pengujian berlangsung.
b. Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata dengan air bersih.
c. Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua valve, memasang sumbat
yang memadai pada bukaannya, dan membuka valve udara sepanjang jalur pipa.
d. Bila di titik puncak tidak dipasang valve pelepas udara, maka harus dipasang valve penguapan
(evaporation) pembantu.
e. Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak valve, ujung bidang pipa yang diuji
harus dilindungi terhadap air yang bertekanan 0,75 MPa (≈7,5 kg/cm2).
f. Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-kantong udara dapat
dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam tekanan ringan yang harus
dipertahankan untuk jangka waktu 24 jam. Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap
ini harus segera diperbaiki.
g. Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu pengujian tekanan dilakukan
selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting sambungan, atau valve yang rusak harus disingkirkan dan
diganti. Pengujian harus diulang sampai memuaskan.
h. Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang lebih besar dari yang
ditetapkan dalam Tabel di bawah ini, lokasi kebocoran harus ditetapkan, lalu bahan atau
sambungan yang rusak segera diperbaiki atau diganti.
i. Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran yang diijinkan.

Tabel Kebocoran yang diijinkan bagi pipa dengan 100 sambungan

CATATAN : L/jam = Liter per jam.


j. Pengujian tekanan dengan test band (pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar)
• Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam ipa.
• Setiap sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan penyambungan selesai.
Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang dari 5 menit dengan tekanan uji dijaga agar
tetap konstan.
• Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi, waktu, tanggal dan
data setiap pengujian, termasuk peta lokasi pengujian.
• Sambungann yang rusak harus segera dilepas dan disambung kembali, serta lakukan lagi
pengujian.
k. Penggelontoran pipa.
• Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran memakai air
bersih. Penggelontoran dilakukan dengan membuka/ menguras cabang pembuang
(drainase branch), mulai dari hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
• Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
• Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki apabila ditemukan
kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil pengujian dinyatakan telah disetujui.
l. Pembersihan Pipa.
• Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil, kotoran dalam pipa
harus dibersihkah dengan membuka semua valve penguras (washout), membilas dan
memberi desinfektan pada jaringan pipa.
• Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air bersih yang mempunyai
kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik dan dalam jangka waktu sampai air yang keluar
dari valve penguras secara visual bersih dan tidak mengandung sedimen.
B.2.3. Pengukuran dan Pembayaran
a. Pipa HDPE

Pengukuran untuk pemasangan pipa HDPE diukur dalam satuan linear meter panjang (m¹)
sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pemasangan Pipa.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dari pipa
terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran untuk pemasangan asesories diukur dalam satuan buah sebagaimana terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Asesories.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dari asesories
terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
b. Pipa GIP
Pengukuran untuk pemasangan pipa GIP diukur dalam satuan linear meter panjang (m¹) sebagaimana
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dari pipa
terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran untuk pemasangan asesories diukur dalam satuan buah sebagaimana terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Asesories.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dari asesories
terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

B.3. TEST HIDROLIS


B.3.1. Pelaksanaan
Seluruh pipa induk bertekanan yang dipasang oleh Kontraktor harus diuji di bawah tekanan hidrolis
untuk tekanan uji 800 kPa atau seperti yang ditentukan. Di mana ketinggian/tingkat bagian pipa yang
berbeda atau bagian yang diuji bervariasi, titik di mana tekanan uji harus diadakan untuk diukur akan
menjadi titik terendah dalam profil dari bagian tersebut.
Kontraktor harus menyediakan semua tenaga kerja dengan semua pompa, mesin, pipa, valve
sementara, plug dan flens yang mungkin diperlukan. Peralatan tersebut harus meliputi alat pengukur
yang mampu dibaca untuk 10 kPa dan harus disertai dengan sertifikat kalibrasi yang terbaru.
Permukaan gauge harus memiliki diameter minimal 150 mm. Peralatan tersebut akan tetap menjadi
milik Kontraktor.
Semua pengujian harus dilakukan di bawah pengawasan dan kehadiran Engineer. Panjang bagian
pyang diuji harus nominal antara Bagian Valve yang dipasang seperti yang ditunjukkan pada gambar
desain. Dalam situasi apapun panjang pengujian tidak melebihi 1500 m.
Kontraktor harus membuat pengaturan sendiri untuk pengadaan air yang diperlukan dengan biaya
sendiri untuk melaksanakan tes ini. Pengujian harus dilakukan sesegera mungkin setelah selesainya
setiap bagian dari pipa utama.
Selama pengisian, Kontraktor harus melepaskan udara dari seluruh valve pelepas udara (air release
valve) dan air valve. Setelah mengisi dengan air, bagian uji harus bertahan untuk periode awal sekitar
24 jam di bawah tekanan statis dari tekanan kerja yang dimaksud pada bagian tersebut. Akan
kegagalan yang terjadi dan beberapa atau semua air hilang, prosedur pengisian dan menaikan tekanan
harus diulang setelah pekerjaan perbaikan telah dilakukan. Standing period akan dimulai dari waktu di
mana tekanan terakhir berhasil dicapai. Bagian uji harus diperiksa secara visual setelah standing period
lebih lanjut sekitar 24 jam.
Jika tidak ada gerakan yang cukup dari pipa atau kebocoran apapun telah ditemukan selama inspeksi
visual tersebut, bagian tersebut harus dikenai uji tekanan yang tepat. Sementara tekanan sedang
dinaikan, perawatan harus diambil/harus diperhatikan untuk memungkinkan pelepasan jumlah udara
lebih lanjut. Durasi pengujian pada tekanan penuh harus tidak kurang dari tiga jam untuk setiap
pengujian. Akan penurunan tekanan selama pengujian, sejumlah tambahan air harus dipompa ke
bagian yang diuji untuk mengembalikan tekanan pengujian yang dibutuhkan.
Pemulihan tekanan uji harus dilakukan pada interval setengah jam. Jumlah air yang ditambahkan setiap
waktu, disebut kemudian sebagai air makeup, harus diukur, dicatat dan ditotal di akhir pengujian.
Selama 3 jam pengujian jumlah air make up ditambahkan untuk menjaga tekanan pengujian yang
ditentukan tidak boleh melebihi jumlah yang diberikan oleh rumus berikut:
Q = 5 DLH
Dimana Q = jumlah make up lebih dari 3 jam (liter) yang diperbolehkan,
D = Nominal diameter pipa (m),
L = Panjang pipa yang diuji (km),
H = Rata rata tekanan pada bagian yang diuji (m)
Ada atau tidaknya cacat dalam pekerjaan kontraktor harus tampak/jelas.

B.3.2. Pengukuran dan Pembayaran


Untuk pekerjaan pengetesan / pengujian dilakukan oleh Penyedia Jasa. Semua biaya ditanggung oleh
Penyedia Jasa.

B.4. PEMBERSIHAN DAN DESINFEKSI PERPIPAAN


Setelah pengujian tekanan hidrostatis selesai dan terbukti berhasil, dan sebelum dilakukan penyerahan
pertama, Rekanan harus membersihkan, membilas dan memberi desinfektan pada jaringan pipa
sebagaimana ditetapkan dibawah ini.
Bagian-bagian pipa harus dicuci dengan kecepatan tinggi dan dalam jangka waktu sedemikian
sehingga air yang keluar sudah bersih dan tidak mengandung sedimen.
Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan, pada kecepatan yang lebih rendah, air ditambah
dengan larutan chlor dengan kadar sekurangnya 10 mg/l, dengan cara dipompakan melalui lubang
berdiameter kecil diujung pipa.
Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian sehingga air yang
dikeluarkan mengandung sekurangnya 5 mg klorin/liter.
Jika air ini tidak mengandung khlorin bebas setelah perioda kontak selama 24 jam dalam pemberian
desinfektan, maka proses harus diulangi.
Sebelum pemberian desinfektan pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung khlorin diatas,
rekanan harus mendapat persetujuan dari Tenaga Ahli untuk menggunakannya.

B.5 HORIZONTAL DIRECTIONAL DRILLING


A. PENJELASAN UMUM
Jalur pipa yang mengalami crossing sungai, jalan raya dan kereta api memerlukan pertimbangan
khusus yang tercakup detail baik dalam merencanakan design dan juga pada saat pemasangan
langsung di lapangan. Pekerjaan crossing pipa harus melibatkan suatu instansi terkait dikarenakan
area crossing tersebut merupakan kawasan yang harus mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
dengan jalur pipa yang biasa. Harus ada ijin dari lembaga atau instansi yang bersangkutan sebelum
pelaksanaannya, perencanaan crossing harus dibuat berdasarkan pada teknik pengerjaan yang efisien
dan meminimalkan bahaya yang dapat terjadi.
Sebelum pelaksanaan crossing harus dilakukan penelitian atau tinjauan dengan pemilik property atau
lahan, hal ini dilakukan untuk menentukan dan mengetahui lokasi crossing pipa, garis utilitas, dan
struktur bawah tanah yang lain, sehingga pekerjaan tidak mengganggu atau berbenturan dengan
fasilitas yang telah ada.
Aplikasi Horizontal Directional Drilling
Mengacu kepada keputusan menteri pertambangan dan energi Republik Indonesia Nomor
300.K/38/M.pe/1997 tentang keselamatan kerja pipa penyalur minyak dan gas bumi sehingga tingkat
keamanan saluran pipa harus mendapatkan perhatian yang lebih untuk menghindari resiko terhadap
kerusakan lingkungan ataupun manusia.
Aplikasi dari pemasangan dengan metode Horizontal Directional Drilling adalah sebagai berikut:
1. Lalu lintas perkotaan yang padat penduduk misalnya pada area jalan raya yang padat kendaraan
atau kawasan tol yang rawan akan kecelakaan dan dibawah area jalan raya akan dipasang utilitas
umum seperti pemasangan pipa.
2. Pada kawasan perumahan/pemukiman warga yang padat penduduk dan juga kawasan sentral
usaha. Yang dibawah area kawasan tersebut akan dipasang jalur pipeline atau instalasi system
perpipaan dimana pemilihan metode Horizontal Directional Drilling lebih menguntungkan daripada
menggunakan metode lainya.
3. Area sungai yang lebar dan jalur perlintasan kereta api.
Berdasarkan jenis aplikasi diatas, metode Horizontal Directional Drilling ini adalah metode yang paling
pas digunakan dibandingkan dengan metode lainnya untuk pemasangan jalur pipa yang akan melalui
jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.

Gambar. Crossing Pipa Jalan Raya

B. METODA KERJA
Secara umum pekerjaan Horizontal Drilling terdiri atas 3 urutan pekerjaan yang saling
berkesinambungan, yaitu :
1. Pekerjaan Persiapan
a. Pekerjaan Desain. Pekerjaan ini terdiri dari tahapan sebagai berikut:
- Pengambilan data tanah : Bor log / sondir ( N-value ) dan water level, sesuai kedalaman jalur
pipa yang akan dipasang. Hal ini untuk menentukan jenis mesin horizontal yang cocok.
Kedalaman jalur pipa dari permukaan tanah disarankan minimum 1.5 - 2 kali diameter luar
pipa.
- Pengecekan jalur pipa, dimana jalur pipa harus terbebas dari existing utilitas seperti kabel,
pipa air / gas dan pondasi bangunan.
- Rencana management lalulintas. Pada tahapan pekerjaan ini kontraktor terlebih dahulu akan
membuat Rencana Manajemen Lalulintas, berupa rambu2 pengarah, pengalihan jalur, lampu
sirene, dan signalman, dll.
- Rencana lay out lapangan. Rencana lay out lapangan meliputi Pemilihan lokasi pit, dimana
lokasi pit diusahakan tidak menutupi jalan/pintu rumah orang/kantor, rencana tempat stok
pipa, rencana tempat lokasi peralatan pengeboran, rencana pembuangan tanah dan air
lumpur hasil galian.
b. Pekerjaan konstruksi pit. Pekerjaan fisik / konstruksi pit dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Pekerjaan pembersihan lokasi pit Lokasi dimana akan dijadikan pit awal akan dibersihkan
terlebih dahulu untuk Mempermudah pengukuran posisi dan ukuran pit.
- Pembuatan konstruksi Pit. Penggalian pit awal dengan ukuran 1.5 x 2.5 m dan kedalaman
disesuaikan dengan kedalaman pipa. Untuk mencegah kelongsoran, biasa dipasang turap
baja/plat atau papan kayu yang di perkuat dengan shoring I- beam / kanal U. Lantai kerja
dipasang plat bordes.

2. Pekerjaan Pemboran
Proses Horizontal Directional Drilling
Komponen dasar dari sistem pengeboran horizontal directional meliputi :
1) bor unit
2) pedoman system
3) cairan pemboran system
4) pipa bor dan alat downhole, termasuk potongan-reamers kembali, dan
5) cairan pemboran mencampur atau daur ulang system.

Rig HDD terhubung ke bit pemotongan oleh string bor, yang terdiri individu sendi pipa. Reamers
Kembali digunakan untuk meningkatkan diameter pilot hole dengan ukuran yang dibutuhkan untuk
menampung diameter pipa yang akan dipasang.
Cairan pengeboran, umumnya dikenal sebagai lumpur, memainkan peran penting dalam
pengeboran, reaming, dan pull back. Sistem pencampuran cairan terpisah dari pengeboran. HDD
sistem didefinisikan oleh thrust dan kekuatan pull back, dinyatakan dalam pound dan spindle torsi,
dinyatakan dalam pound (ft).
Maksimum volume cairan pengeboran mesin dapat memompa per menit, dan poros putaran per
menit. Sebuah rig HDD khas digambarkan pada Gambar 1.
Rig pengeboran HDD digunakan untuk mengebor dan rim lubang pilot dan menarik produk pipa
kembali melalui lubang.

Dril Rack
Dril Pipe Dril Bit

Track

Gambar 1
Rig HDD

a. Pilot hole
Langkah pertama dalam instalasi HDD adalah melakukan pengeboran awal dengan berhati– hati.
Untuk memberikan mata bor dan kepala bor ke permukaan di titik keluar tertentu standart sudut
yang digunakan dalam pilot hole ini sampai kedalaman yang diperlukan tercapai. Sebuah string
bor berdiameter kecil didalam tanah di titik masuk yang ditentukan dan sudut entri desain, biasanya
antara 8 dan 16 derajat.
Untuk membantu mencegah batang bor keluar dari jalur desain yang ditentukan lubang pilot hole
biasanya dimulai dengan kepala bor miring pada posisi pukul 6.
Kemudian jalur bor secara bertahap dibawa ke arah horisontal, diikuti oleh tekukan lain sebelum
mengarahkan ke titik keluar yang ditunjukan, dimana bor dibawa ke permukaan.
Diameter luar dan ketebalan dinding pipa bor memiliki keterbatasan yang mempengaruhi radius
tikungan dari bor.
Terlepas dari sistem pelacakan yang digunakan, tujuannya adalah untuk menemukan posisi yang
sebenarnya dari kepala bor karena berlangsung sepanjang pilot bor jalan.

b. Reaming
Setelah lubang pilot berhasil dibor, langkah selanjutnya adalah memperbesar lubang mata bor
dengan diameter mata bor yang sesuai dengan diameter pipa yang akan dilewatkan dalam jalur
crossing.
Sebagai contoh, jika pipa yang akan diinstal adalah 8 inci dalam diameter, lubang dapat diperbesar
sampai 12 inci atau lebih. Hal ini untuk reaming lubang untuk diameter yang lebih besar berturut-
turut. Sementara kondisi tanah yang memiliki dampak, jumlah yang diperlukan adalah reaming yang
berjalan terutama tergantung pada diameter pipa produk dan diameter pilot hole. Ini dapat
bervariasi dari tidak berjalan reaming untuk beberapa pipa berdiameter besar. Salah satu
metodenya, biasanya disebut lubang bor continue. Dalam beberapa situasi dengan diameter pipa
kecil produk atau saluran, pipa dapat ditarik langsung ke lubang bor setelah selesai. Bagaimana
pernah, dalam operasi HDD kebanyakan lubang bor harus reamed untuk memperbesar lubang
untuk mengakomodasi menarik dalam pipa produk.
Umumnya lubang bor adalah reamed untuk 11/2 kali diameter dibagi 25,4” luar dari pipa produk
maka akan dihasilkan lebihan 1,73” untuk penambahan diameter pipa produk. Setelah lubang pilot
berhasil dibor, langkah selanjutnya adalah memperbesar lubang mata bor dengan diameter mata
bor yang sesuai dengan diameter pipa yang akan dilewatkan dalam jalur crossing. Sebagai contoh,
jika pipa yang akan diinstal adalah 8 inci dalam diameter, lubang dapat diperbesar sampai 12 inci
atau lebih. Hal ini untuk reaming lubang untuk diameter yang lebih besar berturut-turut. Sementara
kondisi tanah yang memiliki dampak, jumlah yang diperlukan adalah reaming yang berjalan
terutama tergantung pada diameter pipa produk dan diameter pilot hole. Ini dapat bervariasi dari
tidak berjalan reaming untuk beberapa pipa berdiameter besar. Salah satu metodenya, biasanya
disebut lubang bor continue.
Dalam beberapa situasi dengan diameter pipa kecil produk atau saluran, pipa dapat ditarik langsung
ke lubang bor.

c. Pull Back
Setelah lubang dibor diperbesar, pipa produk dapat ditarik melalui pullback. Sebuah alat untuk
membesarkan lubang terpasang ke string bor dan kemudian terhubung ke kepala bor untuk menarik
pipa melalui gerakan putar. Gerakan putaran ini untuk mencegah setiap rotasi membesarkan
lubang ke dalam pipa string, memungkinkan untuk kelancaran tarik ke dalam lubang yang dibor.
Pipa produk harus didukung untuk operasi mundurnya. Hal ini biasanya dicapai pada rol atau
dengan beberapa jenis crane atau backhoe.
Yang perlu diperhatikan pada saat eksekusi pullback adalah memastikan bahwa produk atau
pelapisan pipa tidak rusak. Sering pada saat pulling back sambungan pipa terlepas akibat dari
beban mundurnya melampaui batas aman dari produk pipa yang digunakan. Pulling back
dioperasikan berputar dan menarik string bor dengan perputaran tinggi. Proses pulling back pipa
berlangsung terus sampai membesarkan lubang dan mengebor tanah hingga bisa dilalui oleh pipa.
Jika memungkinkan, harus ada ruang kerja yang cukup di sisi pullingback sehingga pipa produk
dapat dirakit dalam satu panjang terus menerus. Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa pipa
mungkin terjebak selama operasi mundurnya. Sebuah skema proses mundurnya HDD ditunjukkan
pada Gambar 4.

d. Drilling and Steering


Pengeboran lubang melengkung dan horizontal memerlukan peralatan pengeboran khusus. Pilot-
holedirectional control dicapai dengan menggunakan string bor nonrotating dengan asimetris
mutakhir. Asimetri hasil terdepan dalam bias kemudi. Ketika perubahan arah diperlukan, string bor
diputar sehingga arah bias adalah sama dengan perubahan yang diinginkan arah. String bor
mungkin juga terus diputar ketika kontrol arah tidak diperlukan.
Ketika sebuah koreksi arah diperlukan, rotasi berhenti dan kepala pengeboran adalah berorientasi
pada lubang bor. Lalu rig pengeboran mendorong string bor untuk maju secara penuh. Kemudian
dimiringkan ke arah yang diinginkan. Setelah koreksi kemudi selesai, rotasi dilanjutkan sampai
koreksi lain diperlukan.
Pemadatan- jenis alat pengeboran yang paling sering digunakan dalam rig pengeboran mini dan
midi ukuran untuk mengebor melalui lembut sampai sedang konsolidasi tanah serta pasir longgar
dan padat. Kerugian utama dari motor lumpur adalah bahwa mereka lebih mahal dibandingkan
dengan kepala pemadatan dan membutuhkan ratusan galon pengeboran cairan per menit.

e. Tracking
Dalam aplikasi Tracking HDD adalah kemampuan untuk menemukan posisi, kedalaman, dan
orientasi kepala pengeboran selama proses pengeboran. Kemampuan untuk secara akurat
melacak bor sangat penting untuk penyelesaian proses pengeboran yang sukses. Jalan bor dilacak
dengan mengambil pembacaan berkala kecenderungan dan azimut dari tepi string bor.
Pembacaan dicatat dengan probe yang dimasukkan ke dalam bor sedekat mungkin dengan bor.
Jenis tiga yang paling umum pelacakan alat-alat yang elektronik, kombinasi - ac magnetometer
celerometer sistem, dan sistem navigasi inersia. Sebuah sistem terdiri dari bahan yg mudah
pemancar, penerima, dan monitor jarak jauh. Sebuah pemancar bertenaga baterai diletakan dekat
perakitan lubang bawah dekat bagian depan dari string bor, itu memancarkan sinyal magnetik
kontinyu. Penerima adalah portabel, genggam unit yang mengukur kekuatan sinyal yang dikirim
oleh transmitter. Informasi yang digunakan untuk menentukan posisi kepala bor itu, kedalaman,
dan orientasi. Monitor remote adalah unit layar dipasang di rig pengeboran di depan operator. Ini
menerima dan menampilkan informasi yang diberikan oleh penerima. Hal ini digunakan untuk
menavigasi kepala pengeboran di bawah permukaan. Data direkam untuk memberkan profil asbuilt
dari jalan pengeboran. Ketika akses ke lokasi langsung di atas keselarasan bore lubang tidak
mungkin atau ketika kedalaman lubang melebihi 100 meter, jenis lain sistem navigasi harus
digunakan.

Horizontal Directional Drilling stress analysis for steel product pipe


Langkah pertama dalam menghitung beban menarik estimasi adalah untuk mengembangkan input
data yang akan digunakan dalam perhitungan. Data ini mencakup material produk-pipa properti,
pengeboran cairan-properti, dan faktor-faktor kode atau desain yang berlaku. Contoh dari data input
yang diperlukan untuk menghitung diperkirakan menarik beban yang diberikan dalam pengeboran.
Perencanaan pekerjaan HDD perlu memperhatikan sudut bor juga harus dilakukan secara
terperinci agar sudut kelengkungannya sesuai dengan kedalaman pipa yang direncanakan,
sehingga titik keluar mesin HDD tidak menabrak utilitas lain.
Penempatan mesin HDD perlu memperhatikan beberapa faktor untuk mempermudah pekerjaan
HDD. Lahan kosong dan tidak berada diperkampungan merupakan faktor utama dalam peletakan
peralatan agar pelaksanaan HDD tidak menggangu kepentingan lain. Sumber air juga penting
dalam aplikasi HDD untuk membuat adukan betonit dan air yang berfungsi untuk mengeraskan
bagian dinding lubang bor agar pipa mudah masuk saat penarikan dengan mesin HDD.
Untuk mempermudahkan pekerjaan HDD perencanaan elevasi untuk setiap titik perlu dilakukan.
Tujuan dari menentukan titik adalah untuk mempermudah operator mesin HDD terhadap elevasi
kedalaman mesin bor HDD yang masuk agar pipa berada pada posisi yang sesuai rencana.
Ruangan kerja HDD harus memadai untuk operasi HDD. Jika perlu, rig dapat diinstal di ruang kerja
dari ukuran 50 dengan 100 ft. Namun jika ruang kerja kecil akan membatasi ukuran dan
kemampuan dari rig pengeboran. Desain penempatan dari mesin dan peralatan HDD akan
direncanakan.

3. Pekerjaan Finishing
Pekerjaan Finishing terdiri dari :
a. Pembongkaran Konstruksi Pit dan pengurugan pit.
b. Lokasi bekas pit bisa juga dijadikan bak control / manhole, dengan cara membuat lapisan
dasar untuk meletakkan shaft precast manhole.
c. Pemadatan dan pengaspalan kembali lokasi seperti semula.
d. Pengetesan aliran air bila perlu.

C. PENGUJIAN YANG DIBUTUHKAN


1. Pengujian Tanah
Tujuan pengujian tanah adalah untuk mengetahui keadaan tanah dan stratifikasinya dan
mendapatkan property tanah secara langsung. Property tanah digunakan sebagai perbandingan
terhadap banyaknya betonit dan air yang dicampurkan. Pengujian tanah ini merupakan pemetaan
termasuk explorasi bawah tanah dengan cara tiga titik boring sedalam 3.5 m.
Pengeboran HDD dapat dilakukan menembus tanah lempung lunak, dan pasir halus yang tidak
padat. Pengeboran harus kompresibilitas tanah yang dilalui pipa horizontal termasuk kedalaman
pengeboran.

2. Tes Pit
Bersamaan dengan kegiatan survai yang juga dilakukan adalah tes pit. Tes pit menyusun pengujian
untuk mengetahui utilitas atau fasilitas lain yang telah ada di sekitar lubang awal/akhir dan tingkat
resiko yang perlu dipertimbangkan agar pipa yang terpasang aman terhadap semua utilitas. Posisi
tes pit ditentukan 9 titik sondir dan 3 titik boring.
Proses tes pit dilakukan dengan menyusuri lokasi jalur pipa menggunakan alat deteksi. Setelah
diketahui adanya utilitas dan blok valve maka posisi entry HDD diambil jarak minimum 2 meter dari
utilitas yang terdekat. Lokasi tes pit dilakukan pada 3 titik lokasi.

3. Perhitungan Nilai Stress


Ketika pipa yang dipasang dengan metoda HDD, sering mengalami beban tegangan tinggi, berat
bending, dan tekanan fluida eksternal. Seringkali beban instalasi lebih berat dari beban layanan
desain. Ketika memilih bahan pipa yang sesuai untuk instalasi HDD, desain harus
mempertimbangkan sifat pipa serta lubang-lubang profil. Kedua faktor ini harus dipertimbangkan
bersama-sama untuk memilih bahan terbaik dan profil terbaik sehingga pipa dapat diinstal dan
dioperasikan tanpa resiko kerusakan. Untuk memastikan bahwa bahan dan lubang-lubang profil
cocok untuk aplikasi yang diusulkan, instalasi, operasional, dan dikombinasikan beban dan tekanan.

D. PERSYARATAN KHUSUS
Perencanaan dan proses konstruksi pemasangan pipa di bawah sungai mengikuti persyaratan
khusus sebagai berikut :
1. Berdasarkan perencanaan nilai perhitungan pulling load didapatkan T total < Force maka hasil gaya
tarik mesin terhadap pipa sesuai standar.
2. Berdasarkan perencanaan jenis mesin HDD yang digunakan adalah mini rig yang sesuai dengan
besarnya berat tarikan pipa mencapai 24.984,483 lbf, hal ini sesuai dengan karakter mini ring HDD
yang mampu menarik pipa kurang dari 40.000 lbf.
3. Konstruksi HDD yang terpasang dalam keadaan baik dan tidak merusak utilitas yang ada di
sekitarnya.
4. Pengujian untuk mendapatkan kualitas pipa yang baik dan menghindari dari kebocoran dilakukan
dengan beberapa pengujian diantaranya tes radiografi, tes hidrostatis, tes pigging dalam keadaan
baik setelah mengalami beberapa repair apabila terdapat cacat konstruksi.
5. Pekerjaan HDD tidak boleh merusakan ekosistem didalam sungai juga tidak boleh menimbulkan
kerusakan terhadap tanaman-tanaman dan kontur dimana instalasi pipa berada dibawahnya.
B.6 PEKERJAAN GATE VALVE RESILIENT SEAT, NON RISING STEM
Umum
- Untuk mempercepat penyelesaian proses pekerjaan di lapangan
- Untuk meningkatkan pelayanan
- Mampu/tahan terhadap tekanan kerja pompa dan tekanan pada pipa distribusi
- Body kuat dan tahan lama
- Tahan terhadap korosi
- Mekanisme ulir (beban putar) smooth/ringan
- Ulir/skep poros berbahan Stainless steel
- Terdapat O ring EPDM pada penyekat poros agar air tidak bocor pada poros
- Seal valve dilapisi Rubber EPDM

Spesifikasi
PENGGUNAAN : Air

TEST : Hydraulic test to BS EN 1074-1 & 2


- Seat : 1,1 dari PN 10
- Body : 1,5 dari PN 10 Operating torque test
STANDART APPLIKASI : To BS 5163: part 1 & 2 type B. BS EN 1074-1 & 2.
Stem sealing replaceable under pressure (Seal pada Stem
dapat diganti pada saat dibawah tekanan).
Overall length to BBS 5163: pt 1 (BS EN 558-1)
Flanges and drilling to BS EN 1092-2. WRAS listed
KONDISI KERJA
 Tekanan kerja maksimum : 16 Bar (1.6 mpa)

 Temperatur kerja : -10°C hingga +70°C

 Maximum dry solid content : Dianjurkan melakukan insulation untuk temperatur


kerja dibawah 0°C 10 %
267

KONSTRUKSI MATERIAL
NO KOMPONEN MATERIAL

Grey iron (BS EN 1561 EN-GJL-250) lengkap dengan baut


1 Stem Cap tutup / cap screw (FZP GR 8.8) sesuai ISO 4762

Stainless steel (BS EN 10088-1.No. 1.4021) dengan sistem


2 Stem design cetak/cor, sehingga menghasilkan permukaan yang
halus. Tidak tajam seperti hasil mesin bubut

Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7) lengkap


3 Gland Flange Assembly dengan polyamide bushing meliputi 1 wiper ring dan 3 O-
Ring (EPDM) dan 2 baut Stainless steel A4 yang
disegel dengan cara dipanaskan (dilelehkan)
4 Thrust Collar DZR brass (BS EN 12164, CW602N)
5 Bonnet Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7)
Stainless steel A4 disegel dengan cara dipanaskan
6 Bonnet Bolts
(dilelehkan) tidak bubut
7 Body Bonnet Seal Karet EPDM (ESW-70, tercantum dalam WRAS)

8 Body Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7)


268

Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7) didesign


menjadi satu bagian dengan karet (ESW-70) pada
9 Wedge Assembly bagian internal dan external, tercantum dalam
WRAS) lengkap dengan mur pengunci/wedge nut
(DZR brass BS EN 12164, CW 602N)

Didalam dan diluar (internal dan external) dengan


10 Coating caraelectrostatically, epoxy mengacu pada (WIS
4-52-01 Class B. tercantum dalam WRAS)

DIMENSI
Flanges and drilling to ISO 7005-2 (EN 1092-2:1997, DIN 2501-PN16)
DN L H D Dh Ds Jumlah F Berat Jumlah
putaran(±)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Lubang (mm) (kg)

50 178 326 165 125 18 4 19 14.2 5


80 203 339 200 160 18 8 19 17 7
100 229 371 220 180 18 8 19 22.5 9
150 267 503 285 240 22 8 24 41 13
200 292 592 340 295 22 12 27 55.8 17
250 330 680 400 355 26 12 27 84.9 22
300 356 758 460 410 26 12 27 123.1 26

Lain - lain
 Dalam hal ini pihak supplier harus menyediakan :
a. Jaminan kualitas barang asli dengan kondisi 100% baru serta jaminan mutu
produksi
b. Tidak cacat produksi
c. Manual book ( buku panduan)
d. Garansi Produk 5 tahun (melampirkan surat pernyataan garansi)
e. Training singkat tentang sistem operasional dan maintenance
f. After Sales Service (garansi purna jual)
g. Membawa contoh cutting valve (pada waktu pelaksanaan)
h. Menyebutkan nomor seri yang tertera di body valve
i. Melampirkan certificate of origin (COO) dan certificate of manufacture.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
269

B.7 SPESIFIKASI TEKNIS CHECK VALVE


Rekanan harus menyediakan check valve jenis Double Flange Resilient Seated EPDM

EDK 70 Swing Check Valve I Klep Tabok dilapis karet dengan koneksi sambungan flange.
 Packing/gasket: EPDM rubber to BS 2494 type W
 Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank flange) yang dapat dibuka sewaktu-waktu
bila diperlukan. Wafer Check Valve tidak di terima.
 Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak) yang dapat menunjukkan
merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya, besarnya diameter, tekanan kerja, dan arah
aliran air.
 Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi tuang ductile iron GGG 50,
50017.
 Coating valve harus mengikuti standard GSK fusion bonded epoxy. Ketebalan coating minimal
250 micron.
 Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang berkualitas baik.
 Tekanan kerja dari check valve mampu menahan tekanan 16 kg/cm2.
 Check valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan, dudukan, dudukan cincin dan
bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk perbaikan harus mudah diambil, mudah
dipindahkan dan mudah diganti tanpa menggunakan peralatan khusus atau harus memindahkan
valve dari jalurnya.
 Check Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau vertikal dengan aliran
ke atas dan ketika terbuka penuh check valve harus mempunyai daerah aliran bersih (a net-flow
area) tidak kurang dari luas diameter nominal pipa dan ujung flange.
 Check Valve dilengkapi dengan jaminan kualitas barang asli dengan kondisi 100% baru serta
jaminan mutu produksi yang diberikan oleh pabrikan langsung (transmitted by fax), dan dilampiri
sertifikat garansi dari Pabrik/Produsen untuk masing - masing Check Valve dengan menyebutkan
nomor seri yang tertera di body valve
 Garansi produk 5 tahun (melampirkan surat pernyataan garansi)
 Check valve yang disediakan tidak cacat produksi
 Dilengkapi dengan manual book (buku panduan)
 Mempunyai after sales service (garansi purna jual)
Melampirkan certificate of origin (COO) dan certificate of manufacture (COM) produk

B.8 SPESIFIKASI TEKNIS AIR VALVE (VALVE UDARA)


I. UMUM
Air valve berfungsi untuk pembuangan angin dalam pipa pada elevasi tinggi dan sebagai
sarana penunjang untuk meningkatkan pelayanan.
Valve udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-hal berikut ini :
a. Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
b. Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
c. Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
d. Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
e. Aman terhadap vakum.

II. SPESIFIKASI TEKNIS


PENGGUNAAN : Air maupun cairan netral lainnya dengan
suhu maksimal 90º C dengan tekanan kerja min
0,1 bar dan max 16 bar
270

TEST : Hydraulic test : 1,5 dari PN10

MATERIALS
Body , bonnet, cowl : Ductile iron GGG-50 to DIN 1693
Coating : Electrostatically applied epoxy resin
internally and externally to DIN 30677

Gasket, seal ring, sealing face : EPDM rubber to BS 2494 type W


Orifice cover, orifice braket : Nylon, injection moldings of glass filled
A190 Nilon

Washer, nut, bottom head cap screw, socket : Stainless stell 304 to BS 970
head cap screw, pin, washer, pin head mashine
screw

Seat ring, guide top, guide bottom, guide ring, : ABS (acrylonitrile butadiene styrene) is a
large orifice, small orifice polymer of very high impact strength

Plug : Plastic

DIMENSI
DN A B C D Berat
50 275 mm 220 mm 83 mm 165 mm 24 kg
80 275 mm 220 mm 83 mm 165 mm 24 kg
100 280 mm 248 mm 98 mm 195 mm 30 kg
150 344 mm 284 mm 115 mm 230 mm 44 kg
200 344 mm 284 mm 115 mm 230 mm 44 kg

Gambar Double Air Valve


271

Gambar Single Air Valve

Lain - lain
 Instalasi ( box dan wiring)
 Commissioning
 Manual book (buku panduan)
 Garansi produk 5 tahun (melampirkan surat pernyataan garansi)
 Melampirkan certificate of origin (COO) dan certificate of manufacture (COM) produk
 Tahan terhadap korosi
 Memenuhi Aerokinetic Principle
 After Sales Service (garansi purna jual)
 Menyebutkan nomor seri yang tertera di body valve
 Tidak cacat produksi
Jaminan kualitas barang asli dengan kondisi 100% baru serta jaminan mutu produksi
272

B.9 SPESIFIKASI PREASSURE REGULATION VALVE


1. Umum
PRV atau Pressure Regulating Valve adalah suatu valve (katup) yang berfungsi untuk mengatur
suatu sistem tekanan fluida gas atau cair dari sumber tekanan yang tinggi sehingga menghasilkan
tekanan yang lebih rendah sesuai kebutuhan sistem yang diinginkan.

Fungsi utama pemasangan valve jenis PRV adalah untuk menurunkan pressure dari sumber
sistem tekanan yang tinggi (misalnya; yang berasal dari kompresor, pompa, tanki reservoir serta
sistem tekanan tinggi lainnya) yang didistribusikan ke suatu sistem tertentu sehingga
mendapatkan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Pressure Regulating Valve juga juga berfungsi sebagai keselamatan pengguna dan pengaman
peralatan dari kerusakan akibat dari tekanan aliran yang tinggi.

2. PRV Satu Tahap


Prinsip kerja Pressure Regulating Valve (satu tahap) umumnya hanya menggunakan prinsip-
prinsip sistem mekanis dan tidak ada sistem elektris sama sekali.
Jika tekanan fluida di area outlet turun (area berwarna biru lebih muda), maka
yang terjadi adalah ruangan di dalam diafragma akan mengecil karena pegas 1 akan menekan
diafragma. Selain itu pegas 1 juga akan menekan poppet valve sehingga akan membuka aliran fluida
untuk masuk ke area diafragma. Fluida dapat masuk ke area ini karena memiliki tekanan yang
lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam area diafragma.

Pada suatu kondisi tertentu tekanan fluida di dalam area outlet ditambah dengan tekanan dari
pegas 2, akan cukup kuat untuk melawan dorongan dari pegas 1 yang memiliki ukuran lebih
besar daripada pegas 2. Sehingga kondisi demikian akan menciptakan keseimbangan yang
menyebabkan poppet valve kembali tertutup.

3. Tipe PRV
Spesifikasi type PRV :
Body : GJS 500 (Ductile Iron) ISO : N 1-74-2
PN : Flange
Connection : Flange
Coating : Epoxy Coating Internally & Externally Pilot & Tubing : SS 304

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
273

C. PEKERJAAN BAJA
C.1 Umum
C.1.1 Uraian

1. Yang dimaksud dengan Baja Struktur adalah bahan struktur jembatan baja seperti jembatan rangka
baja, gelagar baja, gelagar baja komposit termasuk elemen baja seperti gelagar, pelat, mur, ring,
diafragma yang digunakan sebagai suatu komponen struktur jembatan baja.
2. Pekerjaan yang diatur dalam bab ini mencakup struktur baja dan elemen baja dari struktur baja
komposit, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam
Gambar atau yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan
struktur baja baru, pelebaran dan perbaikan dari struktur.
3. Pekerjaan ini juga akan mencakup penyediaan, farbikasi, pengangkutan, pemasangan, galvanisasi
dan pengecatan baja struktur sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana
yang ditunjukkan dalam Gambar. Baja struktur harus meliputi baha struktur, baut, pengelasan, baja
khusus dan campuran, elektroda logam dan penempaan dan pengecoran baja. Pekerjaan ini harus
juga terdiri atas setiap pelaksanaan baja tambahan yang tidak disyaratkan lain, semua sesuai dengan
Spesifikasi ini dan dengan Gambar.
4. Pekerjaan dalam bab ini Spesifikasi ini jga termasuk pemasnagan struktuur jembatan baja hasil
rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit, Bailey atau sistem
rancangan lainnya yang dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa, di atas fondasi yang telah
dipersiapkan. Pekerjaan pemasnagan akan mencakup sebagaimana yang diperlukan, penanganan,
pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan pokok lepas, pemasnagan landasan, pra-
perakitan, peluncuran dan penempatan posisi akhir struktur jembatan, pencocokan elemen utama
lantai jembatan dan operasi lainnya yang diperlukan untuk pemasnagan struktur jembatan rangka baja
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini.

C.1.2 Pengendalian Mutu Baja Struktur yang Disediakan oleh Penyedia Jasa

1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa
bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dnegan
ketentuan persyaratan bahan.
2. Mutu Bahan
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir dipantau dan dikendalikan sebagaimana
yang disyaratkan dalam Standar Rujukan.
Standar Rujukan

AASHTO M111M/M111-15 : Zinc (Hot Dip Galvanized) Coatings on Iron and


Steel Products
AASHTO M169-15 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard
Quality
AASHTO M279M/M270-15 : Carbon and High-strength Low-Alloy Structural Steel Shapes,
Plates, and Bars and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Steel
Plates for Bridges
ASTM 1307-14el : Standard Specification for Carbon Steel Bolts,
Studs, and Threaded Rod 60,000 PSI Tensile
Strength
274

AWS D1.1/D1/1M:2015 : Structural Welding Code-Steel


AWS D1.5M/D1.5:2015 : Bridge Welding Code
SNI ASTM A325:2012 : Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan
kuat Tarik minimum 830 MPa (ASTM A325M-04,
IDT)
SNI 07-0722-1989 : Baja canai panas untuk konstruksi umum
SNI 07-3015-1992 : Baja canai panas untuk konstruksi dengan
pengelasan
SNI 6764:2016 : Spesifikasi baja karbon structural (ASTM
A36/A36M-12, IDT)
SNI 8458:2017 : Metode uji pengencangan baut mutu tinggi
SE No. 14/SE/M/2015 : Pedoman Pemasangan Baut Jembatan
SE No. 26/SE/M/2015 : Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan
Cara Pengecatan

C.1.3 Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Baja Struktur yang disediakan Penyedia Jasa

1. Penyimpanan Bahan
Pekerjaan baha, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus ditumpuk di atas balok pengganjal
atau landasan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dnegan tanah dan dengan suatu cara
yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana pekerjaan baja ditumpuk dalam beberapa lapis,
maka pengganjal untuk semua lapis harus berada dalam satu garis.
2. Perlindungan Bahan
Bahan harus dilindungi dari korosi, dan kerusakan lainnya dan harus tetap bebas dari kotoran, minyak,
gemuk, dan benda-benda asing lainnya. Perlindungan korosi dapat dilakukan dengan galvanisasi dana
tau pengecatan pada permukaannya.
1. Galvanisasi
Semua elemen struktur baja termasuk elemen Gelagar Baja Komposit yaitu gelagar baja, baut,
mur, ring dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan
AASHTO M111M-15.
2. Pengecatan
Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak, debu, produk korosi, residu garam,
dan sebagainya.
Jenis, komposisi dan tebal cat harus sesuai dengan Manual SE NO. 26/SE/M/2015 (Perlindungan
Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pengecatan).
Apabila ditentukan lain maka sistem proteksi dapat dilakukan dengan cara pengecatan dengan
bahan cat yang telah terlebih dahulu disetujui jenis dan ketebalannya oleh Pengawas Pekerjaan di
lokasi pekerjaan. Pemasok harus memberikan lapisan pelindung awal (primer coating) yang berupa
cat dasar untuk menghindar terjadinya karat sebelum pengecatan.
3. Ketentuan-Ketentuan Pengecatan.
275

Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik maka pengecatan perlu memenuhi ketentuan-
ketentuan pengecatan, jika menginginkan hasil yang memuaskan.

Sedangkan ketentuan-ketentuan pengecatan mempunyai tujuan dan fungsi pengecatan yaitu :


 Tujuan dan fungsi pengecatan.
a. Untuk memberikan warna yang indah.
b. Untuk melindungi dan menjaga agar benda tersebut tidak mengalami proses pelapukan
atau menjadi rusak.
c. Untuk melindungi strukturdari pengaruh negatif alam cuaca.
d. Untuk menambah ketahanan kontruksi dari pengaruh panas.
 Syarat-syarat bahan cat.
Sebagai bahan bangunan, cat harus memenuhi syarat-syarat didalam penggunaannya,
antara lain adalah:
c. Cat harus kering dalam waktu 15-20 menit.
d. Pengecatan harus dapat menghasilkan lapisan yang lengket, rata, kenyal, melekat
dengan baik, tidak menyerap debu, dan harus melekat dan menutup dengan baik
benda yang dicat.
 Mutu cat.
Cat didalam pasaran telah diketahui mutunya oleh para pemakai. Cat yang baik adalah cat
yang setelah dipakai :
a. Tidak menimbulkan pecah-pecah.
b. Warnanya tidak luntur.
c. Harus dapat kering maksimum 20 menit.
d. Dapat menghasilkan lapisan cat yang lengket.
e. Bila diulaskan daapt menutup dengan rata.
f. Kenyal.
g. Melekat dengan baik.
h. Tidak menyerap debu.
i. Tahan terhadap iklim.
4. Pekerjaan Pengecatan
a. Benda yang akan dicat harus dipastikan sudah kering sebelum pengecatan
dilaksanakan.
b. Haluskan benda yang akan dicat menggunakan amplas.
c. Bila benda yang akan di cat adalah tembok yang masih sedikit basah, lapiskan satu lapis
isolasi vernis, tunggu sampai kering.
d. Lapiskan plamur dengan menggunakan pisau plamir (kafe), tunggu sampai kering.
e. Haluskan tembok dengan amplas sampai halus.
f. Lapiskan beberapa lapis cat tembok
276

g. Pengecatan tembok lama :


- Hilangkan sebagian besar cat tembok yang lama, dengan cara dikerok atau
diampelas.
- Bersihkan tembok dengan air, tunggu sampai kering.
- Lapiskan plamur menggunakan kafe untuk meratakan, tunggu sampai kering.
- Haluskan dengan ampelas sampai halus.
- Lapiskan cat tembok sampai rata.

3. Pengukuran dan Pembayaran.

Pengukuran untuk pekerjaan Pengecatan diukur dalam satuan meter persegi (m²) yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Struktur Baja dan Atap.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan hasil
pekerjaan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Perbaikan Terhadap Pekerjaan yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Komponen struktur jembatan yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan tidak dirakit dan/atau dipasang
sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap tidak memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus
diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Perbaikan dapat termasuk
penggantian komponen yang rusak atau hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang bengkok,
perbaikan pelapisan permukaan yang rusak atau hal-hal lainnya yang dianggap perlu oleh Pengawas
Pekerjaan.

Beban pekerjaan perbaikan yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan sebagai akibat adanya
komponen yang rusak atau hilang karena kelalaian Penyedia Jasa menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.

Pekerjaan baja yang rusak selama penyimpanan, penanganan atau pemasangan harus diperbaiki sampai
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Setiap bahan atau sambungan yang rusak sebelum diperbaiki harus
ditolak dan segera disingkirkan dari pekerjaan.

Untuk jembatan struktur baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa, elemen struktur jembatan yang
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan tidak dirakit dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari SPesifikasi
ini atau dianggap tidak memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Perbaikan dapat termasuk penggantian elemen yang rusak atau
hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang bengkok, perbaikan lapisan permukaan yang rusak atau
hal-hal lainnya yang dianggap perlu oleh Pengawas Pekerjaan.

C.1.4 Pengendalian Lalu Lintas

Bilamana pemasnagan struktur jembatan memerlukan pembongkaran atau penutupan seluruh jembatan
lama, maka program penutupan harus dikoordinasikan dengan Pengawas Pekerjaan agar pengalihan lalu
lintas (detour) atau perlengkapan alternatif lainnya dapat disediakan untuk memperkecil gangguan
terhadap lalu lintas.
277

C.2 Bahan

C.2 .1 Baja Struktur

Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keeling, baut atau las harus sesuai dengan
ketentuan AASHTO M270M/M270-15.
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon struktur untuk baut atau las harus sesuai dengan
persyaratan SNI 6764:2016 atau ASTM A36/A36M-14. Baja struktur harus memiliki mutu minimum sesuai
dengan tabel.
Tabel 10. 1 Ketentuan Kekuatan Minimum Baja Struktur
Kuat Leleh Kuat Tarik Putus
Mutu Baja Struktur
Minimum (MPa)
Grade 250 250 400
Grade 345 345 450
Grade 485 485 585
Grade 690 Tebal Pelat ≤63,5 mm 690 760
Tebal Pelat >63,5 mm 620 690

Mutu baja dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit yang menunjukkan
identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.

C.2 .2 Baut, Mur dan Ring

1. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307-14el Mild Steel Bolts and Nuts (Grade A),
dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segi enam (hexagonal).
2. Baut, Mur dan Ring dari Baka Geser Mutu Tinggi
Baut, mur dan ring dari baja mutu tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang dikerjakan secara
panas memenuhi ketentuan dari ASTM F3125/F3125M-15a dengan kekuatan leleh minimum 92 ksi
(634 MPa) dan 130 ksi (896 MPa) masing-masing untuk tipe A320 dan A490 dan elongasi (elongation)
minimum 14%.
Baut mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
i. Sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ii. Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantiannya harus lebih besar dari
nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Ukuran lainnya boleh berbeda.
iii. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh berbeda dari
ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung terpenuhi dan
prosedur penarikannya dapat diperiksa.
Tabel 10. 2 Ketentuan Beban Tarik Baut untuk Tipe Critical Slip Joint

Ukuran Nominal (mm) Beban Tarik Minimum dengan Metoda


dan Nilai Putaran Ulir- Pengukuran Panjang
pitch (mm) Tipe A325 Tipe A490
M12 x 1,75 50,6 70
M16 x 2,0 94,2 130
M20 x 2,5 147 203
M22 x 2,5 182 251
M24 x 3,0 212 293
M27 x 3,0 275 381
M30 x 3,5 337 466
M36 x 4,0 490 678
278

Baut dengan standar mutu yang lain dapat digunakan apabila produsen dapat memberikan data
kekuatan material (proof load dan gaya tarik putus) dan gaya tarik minimum baut.
Kunci torsi harus diverifikasi terhadap beban tarik minimum baut dengan menggunakan alat ukur.

Penggunaan metode kunci torsi harus dilakukan dengan teliti dan memerlukan perhatian yang lebih
detail. Verifikasi kunci torsi di lapangan harus dilakukan setiap hari atau:
 Ketika lot dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diganti;
 Ketika lot dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diberi pelumas kembali;
 Ketika terdapat perbedaan yang signifikan pada permukaan baut, ulir, mur atau ring;
 Ketika mengganti kunci torsi atau komponen utama dari kunci torsi diubah (diberi pelumas).
Pengencangan baut dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman pemasangan baut jembatan.
3. Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari ASTM F3125/F3125M-
15a. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.

C.2 .3 Paku Penghubung Geser yang Dilas

Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari AASHTO M169-15 Steel
Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade 1015, 1018 atau 1020, baik baja “semi-killed”
maupun “fully killed”.

C.2 .4 Bahan Untuk Keperluan Pengelesan

Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas baja yang
memenuhi ketentuan dari SNI 03-6764-2002 harus memenuhi ketentuan dari AWS D1.5:2015. Diameter
kawat las (electrode) las harus sesuai dn posisi pengelasan dan ketebalan pelat.

C.2 .5 Bahan Kayu

Bilamana diperlukan, kayu untuk lantai jembatan harus memenuhi syarat minimum kelas I mutu A.

C.2 .6 Sertifikasi

Semua bahan baku atau acuan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh Pekerjaan, harus
disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang menyatakan bahwa bahan tersebut telah diproduksi sesuai
dengan formula standard dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
pembuatannya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku dan
diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan tanpa biaya tambahan.
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau bagain-bagian yang di rol,
baut, bahan dan pembuatan ladasan jembatan dan galvanisasi.
Bila diperlukan Pengawas Pekerjaan dapat meminta pengujian tambahan berupa pengujian bahan,
pengujian baut, pengujian las, pengukuran dimensi, loading test dan lain-lain yang dilakukan oleh lembaga
pengujian independen.

C.2 .7 Khusus Bahan Jembatan Struktur Baja yang Disediakan oleh Pengguna Jasa

1. Umum
Semua bahan atau elemen baja untuk pemasangan struktur jembatan baja yang telah dibeli
sebelumnya oleh Pengguna Jasa dan disimpan dalam satu gudang penyimpanan berbagai peralatan
279

Pengguna Jsa atau lebih. Bahan untuk setiap struktur jembatan yang diberikan dapat baru atau pernah
dipasang sebelumnya pada lokasi lain.

Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap struktur jembatan yang diberikan dapat
berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa.
Sistem tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk elemen lantai jembatan dan dapat dipasang
dengan salah satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini:
i. Perakitan awal seluruh elemen utama struktur jembatan termasuk beban pengimbang (counter-
balance) yang cocok, pada penyangga sementara yang telah disiapkan, dengan demikian struktur
yang terpasang dapat secara bertahap diluncurkan dari satu ujung jembatan ke ujung jembatan
lainnya.
ii. Perakitan bertahap elemen utama struktur jembatan dimulai dari struktur rangka ankur yang telah
dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung jembatan.
2. Elemen Struktur Jembatan Rangka Baja
Elemen Struktur Jembatan Rangka Baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa akan mencakup seluruh
elemen, sub elemen, landasan, perkakas dan peralatan yang memungkinkan Penyeddia Jasa untuk
merakit dan memasang struktur jembatan rangka baja menurut prosedur yang disarankan oleh pabrik
pembuatnya.

Bahan-bahan yang disediakan untuk jembatan akan dipasang dengan dua prosedur pokok
pemasangan jembatan akan termasuk, tapi tidak boleh dibatasi, seperti berikut ini:
i. Pemasangan dengan cara peluncuran
Seluruh panel rangka utama termasuk batang-batang penulangan jika diperlukan, semua gelagar
melintang (trasom), ikatan angin, pengaku vertical, alat penggaru, patok dan landasan sendi
bersama dengan semua perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung, perangkat
penyambung antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil untuk merakit dan komponen
peluncuran tambahan seperti rol perakitan, rol peluncur, rol pendaratan, peralatan dongkrak
hidrolik dan bahan untuk perakitan kerangka pengimbang dan ujung peluncuran (launching nose).
ii. Pemasangan dengan perakitan bertahap
Seluruh kerangka utama termasuk bagian elemen-elemen batang, diagonal, gelagar melintang,
pengaku (bracing), patok balok memanjang (stringer), pelat buhul, pelat sambung, sandaran
(railing), landasan jenis elastomer berupa karet alam atau sintetis, bersama dengan seluruh
penyambung yang diperlukan, perangkat penyambung antar struktur rangka, dongkrak hidrolik,
perkakas kecil untuk merakit dan bahan untuk perakitan struktur rangka ankur.
Tergantung pada rancangan patent dari struktur jembatan rangka baja yang akan dipasang.
Pengguna Jasa juga dapt menyediakan bahan untuk pemasangan seluruh lantai jembatan,
termasuk smeua unit lantai pra-fabrikasi, kerb, klem, baut dan perlengkapan lainnya, atau dapat
menyediakan semua balok memanjang (stringer) baja yang diperlukan, landasan dan
perlengkapan untuk pelaksanaan acuan laintai untuk penempatan laintai kayu yang akan dilintasi
kendaraan. Bilamana suatu lantai kayu untuk lintasan kendaraan disediakan, maka papan dan
kereb dari kayu akan dipasok oleh Penyedia Jasa.
3. Pemeriksaan, Pengumpulan, Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Jembatan
Seluruh bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa akan diperoleh Penyedia Jasa pada satu depot
penyimpanan peralatan atau lebih yang telah ditentukan dan disebutkan dalam dokumen pemilihan.
Penyedia Jasa harus membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk serah terima yang tepat
pada waktunya, pengakutan dan pengiriman yan akan ke lokasi pekerjaan atas seluruh bahan yang
disediakan oleh Pengguna Jasa. Penyedia Jsa harus memeriksa dan mengawasi kuantitas dan kondisi
seluruh bahan yang akan disediakan oleh Pemilik terhadap daftar pengapalan dari pabrik pembuatnya
sebelum menerima bahan tersebut dan harus melaporkan dan mendapatkan kepastian dari wakil
280

Pengguna Jasa di gudang penyimpanan bahan atas setiap kerusakan atau kehilangan setiap bahan
yang ditemukan. Penyedia Jasa harus menandatangani surat pengiriman begitu selesai pemeriksaan
dan pencatatan, dan selanjutnya harus bertanggung jawab atas kehilangan setiap bahan dalam
penanganannya.
Bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang akan digunakan untuk sementara selama operasi
pemasangan, seperti bahan untuk struktur rangka pemberat (anchor frame), struktur rangka
pengimbang (counter-balance frame), perancah ujung peluncuran (launching nose framework), rol
perakitan, rol peluncuran, ron pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan perkakas perakitan lainnya,
harus diinventarisasikan secara terpisah pada saat diserahterimakan kepada Penyedia Jasa. Penyedia
Jasa harus mengembalikan semua bahan tersebut pada Pengguna Jasa dalam keadaan baik setelah
operasi pemasangan selesai.

4. Penanganan dan Penyimpanan


Seluruh bahan harus disimpan sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini dengan ketentuan tambahan
berikut:
i. Seluruh bagian struktur baja dan bentuk lainnya harus ditempatkan di atas penyangga kayu atau
penahan gelincir di atas lantai gudang atau tempat penyimpanan yang mempunyai drainase yang
memadai.
ii. Bagian struktur berbentuk gelagar I atau profil kanal harus disimpan dengan bagian badan (web)
balok dalam posisi tegak untuk mencegah tergenangnya air dan tertahannya kotoran pad abagian
badan (web) gelagar tersebut.
iii. Semua elemen sejenis harus disimpan di suatu tempat untuk kemudahan pengenalan dan selama
penyimpanan smeua elemen harus diletakkan sedemikian rupa sehingga smeua tanda pengiriman
pada elemen tersebut dapat ditemukan tanpa menggeser atau memindah elemen yang
bersebelahan.
iv. Seluruh baut dan perlengkapan kecil harus disimpan dalam wadah atau kaleng di lokasi yang
kering dan tidak terekspos cuaca.
5. Penggantian Elemen yang Hilang atau Rusak Berat
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, elemen yang hilang atau rusak berat belum
diterima dari Pengguna Jasa, maka harus disediakan oleh Penyedia Jasa. Dalam hal ini, Penyedia
Jasa harus menjamin bahwa semua elemen baru yang dipasok terdiri dari bahan yang setara atau
lebih baik dari spesifikasi pabrik aslinya, dan semua elemen fabrikasi dibuat, diselesaikan dan ditandai
dengan teliti sesuai dengan dimensi dan toleransi seperti ditunjukkan dalam gambar kerja dari pabrik.
Penggantian elemen harus dilaksanakan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan. Sebagai tambahan, Pengawas Pekerjaan dapat meminta sertifikat bahan atau
bukti pendukung lainnya atas sifat-sifat bahan yang dipasok bila dianggap perlu.
6. Perbaikan Elemen yang Agak Rusak
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, maka elemen yang dicatat dalam keadaan
rusak/agak rusak saat diterima dari Pengguna Jasa harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa. Perbaikan
yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan harus dibatasi pada pelurusan pelat-pelat yang bengkok
dan elemen minor lainnya, perbaikan retak yang bukan karena kelelahan di bengkel dengan
pengelasan dan pengembalian kondisi lapisan permukaan yang rusak. Pekerjaan perbaikan tersebut
harus dilaksanakan pada bengkel yang disetujui sesuai dengan petunjuk dari Pengawas Pekerjaan
dengan ketentuan berikut ini:

i. Pelurusan Bahan yang Bengkok


Pelurusan pelat dan elemen minor dari bentuk-bentuk lainnya harus dilaksanakan menurut cara
yang tidak akan menyebabkan keretakan atau kerusakan lainnya. Logam tidak boleh dipanaskan
281

kecuali kalau diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana dilakukan pemanasan maka
temperatur tidak boleh lebih tinggi dari warna “merah cherry tua” yang dihasilkan/

Bilamana pemanasan telah disetujui untuk pelurusan elemen yang melengkung atau bengkok,
logam harus didinginkan selambat mungkin setelah pekerjaan pelurusan selesai. Setelah
pendinginan elesai permukaan logam harus diperiksa dengan teliti apakah terjadi keretakan akibat
pelurusan tersebut. Bahan yan gretak tidak boleh digunakan dan seluruh bahan harus diganti
sampai diterima oleh Pengawas Pekerjaan.

ii. Perbaikan Hasil Pengelasan yang Retak


Hasil pengelasan yang retak atau rusak pada elemen yang dilas di bengkel harus dikupas,
disiapkan dan dilas ulang dengan teliti menurut standar pengelasan yag ditentukan pabrik
pembuatnya sesuai dengan mutu atau mutu-mutu bahan yang akan dilas. Prosedur pengelasan
yang akan dipakai untuk pekerjaan perbaikan harus dirancang sedemikian hingga dapat
memperkecil setiap distorsi pada elemen-elemen yang sedang diperbaiki, agar toleransi fabrikasi
yang ditentukan pabrik pembuatnya dapat dipertahankan.
iii. Perbaikan Lapisan Permukaan yang Rusak
Sebagian besar elemen baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa mempunyai penyelesaian akhir
pada permukaan dengan galvanisasi celup panas. Bilamana permukaan bahan yang dipasok
terdapat lapisan yang dalam keadaan rusak, maka pengembalian kondisi pada tempat-tempat
yang rusak harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan penyiapan permukaan dan pengecatan
yang diuraikan dari spesifikasi ini, untuk perbaikan permukaan yang digalvanisasi dengan proses
celup panas.
7. Pemasokan Bahan Lantai Kayu
Jika disebutkan dalam gambar pabrik pembuat jembatan atau diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melengkapi semua bahan kayu seperti papan lantai, papan lintasan
kendaraan dan kerb.
Kayu yang digunakan untuk bahan lantai jembatan secara umum harus memenuhi ketentuan bahan,
penyimpanan dan kecakapan kerja untuk batang kayu (lumber) dan kayu (timber) sebagaimana yang
disyaratkan dari spesifikasi. Semua kayu harus dipasok dalam keadaan sudah dipotong dan sudah
dilubangi menurut ukuran yang diberikan dalam gambar kerja dari pabrik pembuat jembatan. Kecuali
diperintah lain di atas, baut, pasak, mur, ring penutup dan perangkat keras penghubung lainnya untuk
memasang lantai kayu tidak disediakan oleh Penyedia Jasa.

C.3 Kecakapan Kerja

C.3.1 Umum

Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan ring, jika diperlukan, untuk menjadmin agar celah yang
mungkin timbul antar permukaan bidang yang segaris dan berdampingan tidak melampau 1 mm untuk
baut geser mutu tinggi dan 2 mm untuk jenis sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran
bagian-bagiab yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis
atau 3 mm. akan tetapi, n=baik perbedaan ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling
maupun kombinasi toleransi akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diizinkan di atas, maka
penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian 1:4.
282

C.3.2 Pemotongan

Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi yang terjadi akibat
pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan pada elemen utama yang merupakan tepi
bebas setelah selesai dikerjakan, harus dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0m5 mm atau
ditumpulkan. Pengisim pelat penyambung, batang pengikat dan penngaku lateral dapat dibentuk dengan
pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan harus
dibuang. Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Sudut-sudut ini umumnya
dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm.

C.3.3 Lubang Untuk Baut

1. Lubang untuk Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan Baut Hitam (tidak termasuk toleransi rapat,
Baut Silinder (turned barrel bolt) dan Baut Geser Mutu Tinggi)
Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter nominal baut. Semua lubang harus dibor
atau dibor kecil dahulu kemudian diperbesar atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian
diperbesar.
Bilamana beberapa pelat atau elemen membentuk suatu elemen majemuk, pelat-pelat tersebut harus
digabung menjadi satu dengan menggunakan klem atau baut penyetel dan lubang harus dibor sampai
seluruh ketebalan dalam satu kali operasi, atau sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan
dikerjakan berulang-ulang, pelat atau elemen dapat dilubangi secara terpisah dengan menggunakan
jig atau mal. Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus
dihaluskan/dibuang.
2. Lubang untuk Baut Pas dan Baut Silinder
Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal Baut Batang (shank) atau silinder (barrel),
memenuhi toleransi – 0,0 mm, dan +0,15 mm.
Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder harus digabung
menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam
satu kali operasi dan selanjutnya diperbesar setelah perakitan. Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan
maka bagian-bagian yang terpisah harus dibor melalui jig baja dan diperbesar jika diperlukan. Semua
bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang.
3. Lubang untuk Baut Geser Mutu Tinggi
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali disyaratkan lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diameter nominal untuk baut sampai diameter
16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal untuk baut yang lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak dari pusat lubang sampai
tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus minimum 1,7 kali diameter nominal baut, sedangkan
untuk tepi pelat yang di rol atau dipotong dengan las, harus minimum 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus di bor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja dirakit dan lubang
diperbear sampai diameter yang ditentukan. Bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat
pelubangan harus dibuang dengan alat pengupas (scraper). Tepi lubang harus ditumpulkan sampai
0,5 mm. Setiap bekas tanda pad atepi permukaan bidang kontak dari ring, baut dan mur yang kasar
harus dihilangkan. Pasak pengungkit (drift) dapat dimasukkan ke dalam lubang untuk memudahkan
pengaturan posisi dari elemen-elemen baja, tetapi tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan
selama operasi tersebut dan perhatian khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebtu tidak
rusak.
283

C.3.4 Pengaku

Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban terpusat harus
mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik, di lapangan atau baja yang dapay dilas
dan terletak di daerah tekan dari flens, dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau
disyaratkan) pada flens dimana bebas tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku
yang tidak dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan lain,
dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi.

C.3.5 Pelaksanaan

1. Perakitan di Bengkel
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan maka unit-unit harus dirakit di bengkel sebelum
dikirim ke lapangan.
2. Sambungan dengan Baut Standar (selain Baut Gesr Mutu Tinggi)
Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban tarik sebelum baut mengalami deformasi permanen
(proof load-sekitar 65% terhadap kuat leleh mutu baut) harus mempunyai mur tunggal yang dapat
mengunci sendiri. Ring serong harus digunakan di mana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari
1:20 dengan salah satu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang
sedemikian hingga seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh
melebihi 6 mm di luar mur.
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran. SUatu “snap” harus
digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan tenaga manusi yang
menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak kurang dari 380 mm untuk diameter
nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus diketuk dengan palu saat mur sedang
dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali ditentukan lain.
3. Baut Geser Mutu Tinggi
i. Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh melebihi 1 : 20
terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian- bagian yang akan dibaut harus
dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh diberi gasket (lem paking mesin) atau setiap bahan
yang dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk yang berdekatan
dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali kerak pabrik yang keras dan juga
harus bebas dari bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan dan benda-
benda asing lainnya, yang menghambat elemen-elemen tersebut untuk dapat duduk
sebagaimana mestinya.
ii. Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan sekeliling elemen-elemen
baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak pabrik, cat, gemuk, cat dasar, dempul atau benda-
benda asing lainnya. Setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan,
atau kerusakan lain yang akan menghambat elemen-elemen tersebut untuk duduk sebagaimana
mestinya atau akan mempengaruhi gaya geser di antara elemen-elemen tersebut harus
dihilangkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran yang cocok. Tidak
ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang akan dihubungkan telah diperiksa
dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
284

iii. Baut Tarik


Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan pelat pada elemen-
elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak terjadi pembengkokan dan bahwa
elemen dasar dan pelat penyambung mempunyai bidang kontrak yang rapat.
Perkakas pengencang baik kunci torsi maupun mekanis, sebagaimana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, harus digunakan untuk mengencangkan baut-baut.
Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus dikalibrasi secara teratur
hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Nilai torsi yang diberikan pemasok harus
disesuaikan sebelum setiap baut digunakan dalam pekerjaan.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun cara pengendalian
dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4. Kekencangan Baut
Persayaratan kekencangan baut mengacu pada dan/atau Surat Edaran Menteri PUPR No.
14/SE/M/2015 dan/atau SNI 8458:2012.
5. Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan tentang persiapan
pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan secara tertulis, untuk persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebelum memulai fabrikasi. Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detil
yang ditunjukkan dalam Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dajulu oleh Direksi Pekerjaan.
Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana perbaikan dengan pengelasan diperlukan, maka per- baikan ini harus dilaksanakan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan penge- lasan yang
mengenai permukaan harus dibersihkan.
Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan dengan pengelasan
maka harus digunakan pelat penyambung “run-on” dan “run-off” pada bagian ujung elemen.
6. Pengecatan dan Galvanisasi
Manual sesuai dengan SE No.26/SE/M/2015: Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan Cara
Pengecatan.
Semua permukaan baja lainnya harus dicat atau digalvanis sesuai dengan desain ketebalan cat atau
galvanis yang telah ditentukan desuai lokasi di mata struktur baja tersebut akan dipasang dan/atau
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Untuk semua elemen struktur baja termasuk elemen Gelagar Baja
Komposit termasuk balok, pelat, baut, mur, ring dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan system
pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M11M/M111-15 atau ASTM A123/123M-17.
7. Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk identi- fikasi dan suatu
diagram pemasangan harus disediakan oleh Kontraktor dengan tanda- tanda pemasangan yang
ditunjukkan di dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian hingga dapat diangkut dan dibongkar di
tempat tujuannya tanpa mengalami tegangan, deformasi, atau kerusakan lainnya yang berlebihan.
Baut dengan panjang dan diamater yang sama, dan mur yang trelepas dari baut atau ring harus
dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan paket baut, ring dan mur harus dikirim
dalam kotak, krat atau tong, tetapi berat kotor dari setiap kemasan tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar
dan uraian dari bahan-bahan tersebut harus ditandai secara sederhana pada bagian luar dari setiap
kemasan.
8. Peralatan dan Perancah
285

Kontraktor harus menyediakan setiap perkakas dan perancah yang diperlukan untuk penanganan
pekerjaan yang sebagaimana mestinya. Perlengkapan ini termasuk pengaku sementara, semua
perkakas, mesin, dan peralatan termasuk pasak pengungkit (drift) dan baut penyetel.
Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan dipelihara sebagaimana mestinya agar
dapat melaksanakan pemasangan elemen-elemen dengan tenaga yang permanen.
9. Perakitan dan Pemasangan Jembatan Baja
i. Umum
Yang dimaksud dengan pemasangan jembatan pipa baja adalah pekerjaan perakitan elemen
struktur jembatan baja seperti jembatan rangka baja, gelagar baja komposit, jembatan rangka baja
semi permanen atau darurat atau yang berada dalam Kontrak pekerjaan ini.
Pekerjaan pemasangan ini akan mencakup sebagaimana yang diperlukan, penanganan, landasan,
identifikasi dan penyimpanan semua bahan elemen baja, pemasangan landasan, perakitan, dan
penempatan posisi akhir struktur jembatan baja, pencocokan elemen dan sistem lainnya yang
diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan baja sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini.
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan baja, baik dengan peluncuran maupun dengan
prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap, harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dengan
teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku petunjuk perakitan dan
pemasangan dari pabrik pembuatan jembatan dan ketentuan umum yang disyaratkan ini.
Atas permintaan Penyedia Jasa, dukungan teknis tambahan oleh personil Pengguna Jasa yang
berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk memberi pengarahan
kepada insinyur dan teknisi pemasangan dari Penyedia Jasa tentang prinsip-prinsip perakitan dan
pemasangan struktur jembatan baja yang disediakan oeh Pengguna Jasa.
Struktur jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa dirancang untuk dirakit dan dipasang
di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung. Pengelasan di lapangan yang tidak
diizinkan kecuali secara jelas diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
ii. Tahap Pekerjaan
Setelah Penyedia Jasa menyerahkan Gambar Kerja (Shop Drawing) untuk tiap jembatan baja yang
termasuk dalam cakupan Kontrak, Penyedia Jasa harus menjadwalkan program pekerjaan sedini
mungkin dalam Masa Pelaksana. Urutan dan waktu yang sangat terinci dari operasi pemasangan
untuk setiap jembatan harus digabungkan dalam jadwal pelaksanaan Penyedia Jasa, revisi harus
diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan untuk mendapat persetujuan resmi sesuai dengan
ketentuan seksi 1.12 dari Spesifikasi ini.
Untuk jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa
i. Pekerjaan Sipil
Pekerjaan sipil untuk pelaksanaan pekerjaan jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna
Jaa dan terbuat dari pasangan batu atau beton sesuai dengan Gambar Rencana harus
dikerjakan sesuai dengan Seksi yang berkaitan dengan Spesifikasi ini. Semua pekerjaan sipil
harus selesai di tempat dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan sebelum operasi perakitan
dimulai.
ii. Penentuan Titik Pengukuran dan Pekerjaan Sementara
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menentukan titik pengukuran pada salah satu oprit
jembatan yang cocok untuk merakit suatu rangka pemberat untuk pengimbang di mana
pemasangan dengan cara perakitan bertahap akan dikerjakan atau bilamana pemasangan
dengan cara peluncuran, struktur jembatan rangka baja yang telah lengkap bersama dengan
struktur rangka pengimbang dan ujung peluncur.
Semua penyangga dan kumpulan balok-balok kayu sementara dan/atau fondasi beton yang
disediakan oeleh Penyedia Jasa untuk pemasangan rol perakit, rol peluncuran, rol
pendaratan, rol pemberat (kentledge) dan penyangga struktur rangka pemberat harus
ditentukan titik pengukurannya dengan akurat dan dipasang pada garis dan elevasi yang
286

benar sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar pemasangan dari pabrik pembuatnya.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa seluruh rol dan penyangga
sementara terpasang pada elevasi yang benar agar sesuai dengan bidang peluncuran
yangtelah dihitung sebelumnya dan/atau karakterisktik lendutan untuk panjang bentang
jembatan yang akan dipasang.
iii. Pemasangan Landasan Jembatan
Landasan jembatan dapat berupa jenis landasan karet elastomeric atau landasan sendi yang
terpasang pada pelat landasan dan balok kisi-kisi. Tiap jenis landasan harus dipasang pada
elevasi dan posisi yang benar dan harus pada landasan yang rata dan benar di atas seluruh
bidang kontak. Untuk landasan jembatan yang dipasang di atas adukan mortar semen, tidak
boleh terdapat beban apapun yang diletakkan di atas landasan setelah adukan mortar semen
terpasang dalam periode paling sedikit 96 jam, perlengkapan yang memadai harus diberikan
untuk menjaga agar adukan mortar semen dapat dipelihara kelembabannya selama periode
ini. Adukan mortar semen harus terdiri dari satu bagaian semen Portland dan satu bagian
pasir berbutir halus.
iii. Pengaturan Lalu Lintas
Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan pada Seksi 1.8 dengan ketentuan tambahan
berikut ini:
Bilamana pemasangan struktur jembatan baja memerlukan pembongkaran atau penutupan seluruh
jembatan lama, maka program penutupan harus dikoordinasikan dengan Pengawas Pekerjaan
agar pengalihan lalu lintas (detour) atau perlengkapan alternative liannya dapat disediakan untuk
memeprkecil gangguan terhadap lalu lintas.
iv. Perakitan Pekerjaan Jembatan Baja
Setiap bagian harus dirakit dengan akurat sebagaiman yang ditunjukkan dalam Gambar atau
manual pemasangan yang disediakan oleh Penyedia Jasa serta mengikuti semua tanda yang telah
diberikan. Bahan struktur baja harus dikerjakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kerusakan seperti terdapat bagian-bagian yang bengkok, patah, atau kerusakan lainnya.
Tidak boleh digunakan palu yang dapat ,melukai atau mengubah posisi elemen-elemen.
Permukaan bidang kontak dan permukan yang akan berada dalam kontak permanen harus
dibersihkan sebelum bagian-bagian tersebut dirakit.
Sebelum perakitan semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari kotoran, minyak, kerak
yang lepas, bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan, bitnik-bintik, dan
cata lainnya yang akan menghambat pemasangan yang rapat atas elemen-elemen yang dirakit.
Pada elemen struktur baja yang akan diapasang dengan cara kantilever, harus dipastikan bahwa
semua elemen struktur baja sudah tersedia dan dipasang dengan seksama sehingga akan didapat
lendutan balik (camber) yang sebagaimana mestinya sesuai dengan desain atau yang tertulis
dalam manual pemasangan. Perlu diperhatikan bahwa pada cara pemasangan dengan cara
kantilever ini, apabila telah selesai penyambungan atau perakitan pada titik buhul, maka baut pada
bagian titik buhul tersebut harus dikencangkan dengan kekencangan 100% sesuai dengan
kekencangan baut yang disyaratkan.
Setiap pengencangan baut sementara harus dibuatkan sampai bangunan Tarik telah dibaut dan
semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan dibaut. Baut permanen ungtuk sambungan elemen-
elemen tekan tidak boleh dimasukkan atau dikencangkan sampai seluruh bentangan berayun.
Sambungan (splices) dan penyambungan di lapangan (field connection) harus mempunyai
setengah jumlah lubang yang diisi dengan baut dan pen (pin) silindris untuk pemasangan (setengah
baut dan setengah pun) sebelum dibaut dengan baut tegangan tinggi. Sambungan dan
penyambungan yang akan dilewati lalu lintas selama pemasangan, lubang baut harus telah terisi
semuanya.
287

Untuk jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa, baut penyambungan harus dipasang
dengan panjang dan diameter sesuai dengan manual dan sebagaimana yang ditunjukkan dalam
daftar baut dari pabrik pembuat jembatan. Ring harus ditempatkan di bawa elemen-elemen (mur
atau kepala baut) yang berputar dalam pengencangan. Bilaman permukaan luar bagian yang
dibaut mempunyai kelandaian 1:20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring serong
yang halus harus dipakai untuk mengatasi ketidaksejajarannya. Dalam segal ahal, hanya boleh
terdapat satu permukaan tanpa kelandaian, elemen yang diputar harus berbatasan dengan
permukaan ini.
v. Prosedur Pemasangan untuk Jembatan Rangka Baja yang Disediakan oleh Pengguna Jasa
i. Untuk jembatan yang dirakit dengan prosedur peluncuran, Penyedia Jasa harus mengambil
seluruh langkah pengamanan yang diperlukan untuk memastikan bahwa selama seluruh
tahap pemasangan struktur jembatan aman dari pergerakan bebas pada rol. Pergerakan
melintasi rol selama operasi peluncuran harus dikendalikan setiap saat.
ii. Seluruh bahan struktur rangka baja (counterweight) dan perancah sementara pekerjaan baja
atau kayu untuk rangka pendukung pengimbang harus dipasok oleh Penyedia Jasa. Beban
pada rangka pengimbang harus diletakkan dengan berta sedemikian rupa sehingga factor
keamanan untuk stabilitas yang benar seperti yang diasumsikan dalam perhitungan
pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan dicapai pada tiap tahap perakitan dan
pemasangan.
iii. Pelaksanaan pemasangan dengan cara peluncuran atau perakitan bertahap harus
dilaksanakan sampai struktur jembatan rangka baja terletak di atas posisi andasan akhir.
Penyedia Jasa kemudian harus memulai operasi pendongkrakan dengan menggunakan
peralatan dongkrak hidrolik dan kerangka dongkrak sampai elevasi yang cukup untuk
memungkinkan penyingkiran seluruh balok-balok kayu sementara, rol pengangga dan
penyambungan antar struktur rangka (link set) sebelum diturunkan sampai kedudukan akhir
jembatan.
iv. Operasi pendongkrakan harus dilaksanakan denga nteliti sesuai dengan prosedur
pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan Penyedia Jasa harus mengikuti urutan
dengan benar dari pemasangan dan penggabungan elemen-elemen khusus operasi ini.

C.5 Pengukuran dan Pembayaran

C.5.1 Pengukuran

1. Kuantitas baja struktur yang akan diukur untuk pembayaran sebagai jumlah dalam kilogram pekerjaan
yang telah selesai di tempat dan diterima. Untuk menghitung berat nominal dari baja roll atau besi
tuang, maka bahan-bahan tersebut dianggap mempunyai berat volume 7.850 kilogram per meter kubik.
Berat logam lainnya harus sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Berat bahan yang dihitung harus merupakan berat nominal dari pekerjaan baja yang telah selesai
dikerjakan, terdiri dari pelat, bagian-bagian yang dirol, penghubung geser (shear connector), pengaku,
penjepit, paking, pelat sam- bungan dan semua perlengkapan, tanpa adanya kelonggaran untuk
keuntungan sampingan dan penyimpangan yang diijinkan lainnya atas berat standar atau dimensi
nominal dan termasuk berat las, fillet, baut, mur, ring, kepala paku keliling dan lapisan pelindung.
Tidak ada pengurangan yang dibuat untuk pena- kikan, lubang baut dan lubang paku keling dan
sebagainya dengan luas kurang dari 0,03 m2.
2. Pengecatan atau lapisan pelindung lainnya tidak akan dibayar, biaya pekerjaan ini dianggap telah
termasuk dalam harga penawaran untuk pekerjaan baja struktur.
288

C.5.2 Pembayaran

Kuantitas pekerjaan baja struktur akan ditentukan sebagaimana disyaratkan di atas, akan dibayar pada
Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini harus dianggap sebagai
kompensasi penuh untuk pemasokan, fabrikasi dan pemasangan bahan, termasuk semua tenaga kerja,
peralatan, perkakas, pengujian dan biaya tambahan lainnya yang diperlukan atau biasa untuk
penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya dalam Seksi ini.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
289

D . PEKERJAAN REKONDISI JALAN DAN PERKERASAN


D.1. Pekerjaan Rekondisi Jalan

D.1.1 Umum
Jalan yang berfungsi dalam Kontrak ini terdiri dari konstruksi berikut ini:
 Jalan Kabupaten
 Jalan Propinsi
 Jalan harus terdiri dari lapisan berikut
 Lapisan tanah dasar
 Lapisan pondasi bawah
 Lapisan pondasi atas
 Lapisan permukaan / penutup
 Antara lapisan jalan dan semua struktur
Lapisan tanah dasar (Sub-grade) berarti lapisan tanah tepat di bawah perkerasan jalan. Lapisan
perkerasan jalan dan tanah dasar harus disusun dan dipadatkan secara bertingkat, berdasarkan
kepadatan seperti yang dipersyaratkan oleh standar Australia atau standar dan spesifikasi lain yang
setara. Lapisan tanah dasar harus dipadatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kerapatan kering
dari 150 mm atas tanah atau pengisian tidak kurang dari 95% dari kerapatan kering maksimum yang
ditentukan oleh pengujian sesuai dengan Spesifikasi Standar Bina Marga) Jika kondisi tanah yang ada
sedemikian sehingga pemadatan langsung dari sub-grade tidak dapat dilakukan sebagaimana
ditentukan, material yang tidak sesuai harus dibuang dan diganti dengan sub-base (lapisan pondasi
bawah) granular.
D.2. Lapisan Perkerasan Jalan
D.2.1 Lapis Antara Aspal Beton (Ac-Bc) dan Lapis Aus Aspal Beton (Ac- Wc)
A. Ac-Bc
Beton aspal lapis antara (Ac-Bc) mempunyai ukuran maksimum agregat 25.4 mm. Ketentuan
Agregat kasar dan standar pengujian adalah sebagai berikut :

Ketentuan Agregat Kasar dan Standar Pengujian

Sumber : Spesifikasi Umum Bidang Jalan, 2010

Kuantitas pemakaian aditif anti stripping dalam rentang 0,2% - 0,3% terhadap berat aspal,
Ketentuan Beton Aspal Lapis Pengikat (Ac-Bc) :
290

Ketentuan Beton Aspal Lapis Pengikat (Ac-Bc)

Laston
Sifat-Sifat Campuran
WC BC
Penyerapan Asal (%) Maks 1,2
Jumlah tumbukan per bidang 75
Rongga dalam campuran (%) Min 3,5
Maks 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Maks -
Kelelehan (mm) Min 3
Maks -
Marshall Quetient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60°C Min 90
Rongga dalam campuran (%) pada
kepadatan membal (refusal) Min 2,5

B. Ac-Wc
Ac-Wc mempunyai ukuran butir agregat maksimum 19 mm atau ¾”.

Ukuran Butiran Agregat

Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos


ASTM (mm) WC BC Base
1½” 37,5 - - 100
1” 25 - 100 90 - 100
¾” 19 100 90 - 100 Maks 90
½” 12,5 90 - 100 Maks 90
⅜ 9,5 Maks 90
no 8 2,36 28-58 23-49 19-45
no. 16 1,18 - - -
no. 30 0,6 - - -
no. 50 0,3 - - -
no. 100 0,15 - - -
no. 200 0,075 4 - 10 4-8 3-7
Daerah Larangan
no. 4 4,75 - - 39,5
no. 8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8
no. 16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 – 24,1
no. 30 0,6 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6
no. 50 0,3 15,5 13,7 11,4
291

Ketentuan Sifat-Sifat Campuran


Laston
Sifat-Sifat Campuran WC BC Base
Penyerapan Asal (%) Maks 1,2
Jumlah tumbukan per bidang 112
Rongga dalam campuran (%)
Min
Maks 3,5
5,5
Rongga dalam agregat (VMA) 13
(%)
Rongga terisi aspal (%) Min 15
65 14
63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min 800 1500

Laston
Sifat-Sifat Campuran WC BC Base
Kelelehan (mm) Min 3 5
Marshall Quetient 300
(kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall sisa
(%) setelah Min 75
perendaman
selama 24dalam
Rongga jam, 60°C
campuran (%) pada Min 2,5
kepadatan
membal: (refusal)
Catatan
1. Modifikasi marshall, diameter cetakan benda uji 152,4 mm. untuk kondisi kepadatan mutlak
digunakan alat penumbuk getar agar terhindar dari kemungkinan adanya agregat yang
pecah
2. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibrator hamer)
disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran.
Jika digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan perbidang harus 600 untuk
cetakan berdiameter 6 inch dan 400 untuk cetakan berdiamter 4 inch.
3. Berat jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pengujian bj. Maksimum agregat (Gmm
test, AASHTO T-209).
4. Direksi pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T.283 sebagai alternatif
pengujian kepekaan kadar air. pengondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak
diperlukan. Standar minimum untuk diterimanya prosedur T.283 harus 80% kuat tarik
sisa.
D.3. Pekerjaan Penambalan Jalan (ATB)
D.3.1 Metode Pelaksanaan
1. Traffic Management
Traffic Management dilakukan untuk mengatur lalu lintas yang dapat terganggu
selama proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk melakukan pengaturan lalu lintas
selama pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan koordinasi dengan aparat terkait seperti
dari Pihak Kepolisian terutama Unit Lalu Lintas.

Pengaturan Lalu Lintas :


Pengaturan lalu lintas dilakukan pada lokasi dimana pekerjaan sedang
dilakukan.Pelaksanaan pengaturan lalu lintas ini dilakukan dengan cara :
a. Memasang rambu-rambu lalu lintas.
b. Memasang rambu-rambu pengaman.
c. Memasang rambu-rambu peringatan.
d. Memasang lampu-lampu peringatan.
e. Memasang Barrier Pengaman.
292

f. Menempatkan Petugas Pengatur Lalu Lintas yang dilengkapi dengan Alat


Komunikasi dan Bendera.

Lampu-lampu Peringatan :
Lampu-lampu Peringatan dipasang apabila pelaksanaan dilakukan pada malam hari.
Lampu- lampu peringatan dipasang dan dinyalakan sepanjang lokasi yang sedang
dilakukan proses pekerjaan.

Barrier Pengaman :
Barrier pengaman terbuat dari Plastic Cone, palang-palang terbuat dari kayu dan
papan, Police Line, dan diberi cat yang dapat memantulkan cahaya.

2. Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan mobilisasi dilakukan untuk mengangkut semua peralatan dan perlengkapan
yang diperlukan, serta melakukan persiapan segala sesuatunya yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan. Adapun peralatan yang perlu dimobilisasi ke Lokasi
Pekerjaan :
a. Asphalt Sprayer : 1 unit
b. Air Compressor : 1 unit
c. Baby Roller 1 – 3 T : 1 unit
d. Dump Truck : 2 unit
e. Excavator 80 – 140 HP : 1 unit
f. Stamper : 3 unit
g. Tandem Roller 6 – 8 T : 1 unit
h. Three Whell Roller : 1 unit
i. Peralatan / Bahan Pendukung : 1 set

3. Pekerjaan Galian Biasa


a. Batas pelebaran badan jalan diberi tanda dengan menggunakan patok.
b. Galian jalan dilakukan dengan menggunakan Excavator sesuai dengan lebar dan
kedalaman rencana. Hasil galian diangkut dengan Dump Truck.
c. Hasil galian dibuang keluar lokasi.

4. Asphalt Treatet Base (ATB) Metode Pelaksanaan :


a. Suhu pemanasan Asphalt 145° – 155° C.
b. Untuk mendapatkan campuran asphalt yang homogen dan akurat sesuai Job Mix
Formula, produksi campuran asphalt hotmix dilakukan dengan menggunakan
Asphalt Mixing Plant (AMP).
c. Pemeriksaan suhu campuran di AMP setelah campuran keluar dari pugmil di atas
dump truck 135° – 150° C.

5. Pekerjaan Asphalt Treatet Base (ATB) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan AC-
Base.
a. Permukaan jalan yang akan dilapis dengan asphalt hotmix dibersihkan dari kotoran
dan material lepas dengan menggunakan air compressor.
b. Kemudian diberi tanda batas (marking) dengan menggunakan kapur atau cat.
c. Penghamparan asphalt hotmix dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia.
Suhu campuran asphalt hotmix pada saat penghamparan berkisar antara 130° – 150°
C.
d. Selama pelaksanaan penghamparan, ditempatkan beberapa orang pekerja untuk
merapikan bagian hamparan yang kurang rapi dan membersihkan campuran asphalt
yang tercecer.
293

D.3.2 Pekerjaan Beton Rabat


1. Persyaratan Umum
1. Beton Rabat K.175
2. Konstruksi harus menggunakan peralatan- peralatan/normalisasi yang berlaku di
indonesia seperti PBI, SNI, PMI, PPKI dan lain-lain.
2. Bahan-bahan
1. Bahan menggunakan adukan beton adukan ditempat dengan memakai molen,
kontrol mutu sesuaid engan spesifikasi di bawah ini :
1) Agregat beton
a) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet Sistem Stone Crusher.
b) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut
ASTM-C33
c) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
d) Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan
dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak dinginkan.
e) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5%.

2) Agregat kasar
a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, tidak
berpori dan berbentuk kubus.
b) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20% dari
jumlah berat seluruhnya.
c) Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi
50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.
d) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat- zatreaktif alkali atau
substansi yang merusak beton.

3) Agregat halus
a) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal dan
memenuhi persyaratan sebagai agregat halus untuk campuran beton.
b) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan substansi-substansi
yang merusak beton.
c) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari
5%.
d) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
e) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.
f) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang
tidak dinginkan.

4) PC (Portland cement)
a) Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan PC type I.
b) Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai
untuk seluruh pekerjaan beton.
c) Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh
pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai urutan
pengirimannya.
d) Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air
dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya. Semen
yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus
dikeluarkan dari lapangan.
5) Air
a) Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan.
b) Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu
diperiksakan pada laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui
294

pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.


c) Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
d) Additive
e) ntuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila
diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan additive
POZZOLITH 300R atau yang setaraf.
f) Bahan tersebut harus disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim
Pengelola Teknis Kegiatan. Additive yang mengandung Chloride atau Nitrat
tidak boleh digunakan.

D.3.3 Pekerjaan Agregat B


Persyaratan Bahan lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut :
a. Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi Pekerjaan.
Bahan Agregat ini terdiri dari Agregat kasar (batu pecah) danAgregat Halus (Pasir).
b. Kelas Lapis Pondasi Agregat Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah mutu Lapis
Pondasi Bawah untuk suatu lapisan di bawah lapisan pondasi A dan lapisan aspal. Lapis
Pondasi Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal.
c. Fraksi Agregat Kasar Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri
dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah
bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan. Pada Pekerjaan ini
terdiri dari Batu Pecah 3-5 cm, 2-3 cm, 1-2 m, dan 0.5-1 cm.
d. Fraksi Agregat Halus Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
e. Sifat-sifat Bahan Yang Diisyaratkan Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari
bahan organic dan gumpalan lempung atau bahan- bahan lain yang tidak dikehendaki
dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan
secara basah) dan memenuhi sifat yang diberikan.
Sifat-Sifat Agregat Kelas B

D.3.4 Pekerjaan Agregat S


Agregat Kelas S harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung
atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Fraksi Agregat kasar yang tertahan pada
ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang memenuhi
persyaratan. Fraksi agregat halus yang lolos pada ayakan 4,75 mm terdiri dari partikel atau
pasir alami atau batu pecah halus lainnya yang memenuhi persyaratan.
295

Persyaratan Agregat Kelas S

Program pengujian rutin pengendalian mutu bahan dilaksanakan untuk memeriksa ketidak
seragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut dilakukan
untuk setiap 1.000 m3 bahan yang dihasilkan,
pengujian paling sedikit meliputi tidak kurang dari:
 5 pengujian indeks plastisitas,
 5 pengujian gradasi partikel,
 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03- 1743-2008,
metode D.

Prengujian CBR untuk lapis pondasi Agregat Kelas S dilakukan dari waktu ke waktu
sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Kepadatan dan kadar air bahan
yang dipadatkan secara rutin diperiksa, menggunakan SNI 03-2828-2011. Dan atau Light
Weight Deflectometer (LWD) Pengujian dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut
pada lokasi yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang seling lebih dari 100 m per lajur
untuk pembangunan jalan atau penambahan lajur, dan 50 m untuk pelebaran menuju lebar
standar.
D.4. PEKERJAAN PAVING BLOCK
D.4.1 Umum
Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan jalan untuk paving block. Ada beberapa hal
yang terkait dalam pekerjaan ini yaitu :
a. Pembersihan lahan
b. Persiapan tanah untuk timbunan
c. Pekerjaan pemadatan
d. Pembuatan lapis pasir
e. Pemasangan paving block

Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pemborong harus mengukur kembali semua titik


elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan di lapangan,
Kontraktor wajib membuat gambar-gambar penyesuaian dan harus mendapat persetujuan
Pengawas.

D.4.2 Bahan-Bahan
D.4.2.1 Bahan Lapis Pasir untuk Paving Block
a. Sumber Bahan
Kontraktor harus mencari lokasi sumber bahan untuk lapis ini biaya dari pencarian dan
296

pekerjaan muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus sudah diperhitungkan


dalam penawaran Kontraktor. Kontrak harus melaporkan lokasi tersebut kepada
Konsultan Pengawas secepatnya secara tertulis disertai keterangan tentang kualitas
bahan, perkiraan kuantitas bahan dan rencana operasi pengangkutan bahan ke lokasi
proyek. Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.

b. Bahan pasir tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi limit seperti di bawah ini :
Prosentase (%) Lolos terhadap
Ukuran Tapis berat
9,25 mm 100
4,75 mm 95 - 100
2,36 80 - 100
1,18 50 - 95
600 25 - 60
300 10 - 30
150 5 - 13
75 0 - 10

c. Bahan pasir dapat berbentuk runcing lebih baik karena memberikan hasil yang stabil,
tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air yang lebih ketat pada saat pemadatan.
Butir pasir yang berbentuk runcing lebih baik karena membersihkan hasil yang stabil,
tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air lebih ketat pada saat pemedatan.
Untuk menghindarkan karakteristik pemadatan yang berbeda- beda harus diusahakan
agar sumber dari pasir tersebut adalah satu.

D.4.2.2 Bahan Paving Block


Paving block digunakan tebal 6 cm dengan mutu beton K-300.

D.4.2.3 Pelaksanaan Pekerjaan


A. Pekerjaan Timbunan Tanah
Bahan timbunan harus baik untuk pekerjaan lapisan jalan, jika dipadatkan harus dapat
mencapai hasil nilai CBR minimal yang disyaratkan sebesar 6 %. Jika digunakan bahan
timbunan yang tidak atau kurang baik dan tidak tercapai nilai CBR minimal tersebut, ini
harus dibongkar dan diganti dengan bahan yang baik tanpa adanya tambahan
pembiayaan untuk itu. Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas tentang
tahapan-tahapan persiapan untuk pekerjaan subgrade dan Kontraktor harus mengulangi
pekerjaan pemadatan, jika dianggap perlu, untuk tercapainya derajat kepadatan yang
diinginkan atau disyaratkan. Sebelum dipadatkan, dalamnya suatu lapisan yang akan
dipadatkan tidak boleh lebih dari 20 cm. Setiap lapisan lepas harus dipadatkan dengan
stamper yang ukurannya telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pemadatan harus
dimulai dari tepi timbunan dengan arah longitudinal, kemudian menggeser kearah sebelah
dalam (ketengah jalan). Lapisan terakhir harus diselesaikan dalam keadaan rata atau halus
sampai pada suatu lapisan dengan kerataan yang diinginkan. Lereng-lereng urugan harus
dibuat serapih mungkin dan tidak longsor.

Adapun hal yang harus diperhatikan adalah :


a. Pemerliharaan terhadap bagian pekerjaan yang telah selesai Bagian lapisan timbunan
yang telah selesai harus dijaga terhadap kemungkinan retak-retak akibat pengeringan
yang cepat atau akibat “traffic” kendaraan proyek atau hal-hal lain yang menyebabkan
lapisan tersebut rusak dan terganggu strukturnya.
297

b. Test atau pengujian


Test akan dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan, untuk mengetahui
kepadatan maksimum, derajat kepadatan lapangan, nilai CBR lapangan dan lain-lain
yang dianggap perlu pada lapisan ini. Pembiayaan test-test ini menjadi tanggungan
Kontraktor.

B. Pekerjaan Lapis Pasir untuk Paving Block


a. Penyimpanan :
Bedding sand harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan
tanah/kotoran disekitarnya. Tempat penimbunan harus mempunyai drainase yang baik
dan harus terlindung dari hujan sehingga air tetap merata.

b. Penghamparan pasir / bedding sand :


Pasir harus dihamparkan dengan rata diatas lapisan dasar (base course) sampai
ketebalan 4 cm padat dengan memperhatikan kadar air ketebalan 4 cm padat dengan
memperhatikan kadar air dan karakteristik gradasinya. Permukaan yang dihasilkan
harus rata. Bila concrete block telah selesai dipasang dan terlihat permukaan yang
tidak rata maka paving block tersebut harus diangkat kembali, pasir diratakan lagi
sampai diperoleh hasil yang rata. Bedding sand ini harus mempunyai kepadatan dan
ketebalan yang sama sehingga pemampatan akibat pemadatan merata. Lapisan yang
lepas/belum dipadatkan biasanya mempunyai ketebalan 5 sampai 15 mm lebih tebal
dari ketebalan padat yang disyaratkan. Selama penghamparan kadar air harus
uniform dan pasir yang belum dipadatkan tersebut harus dilindungi terhadap segala
bentuk pemadatan dan lalu lintas, sampai paving block selesai dipasang dan bersama-
sama. Bila ada bagian lapisan pasir yang tidak sengaja terkompaksi sebelum paving
digaruk dan diratakan. Waktu penghamparan harus diperhitungkan dengan baik
sehingga tidak terdapat lapisan pasir lepas yang tidak sempat ditutup dengan paving
block pada hari yang sama.

C. Pekerjaan Lapis Pasir untuk Paving Block


a. Paving Block / Grass Block harus diletakkan berhimpitan satu dengan lainnya
dengan pola sesuai dengan gambar lansekap di atas bedding sand yang belum
dipadatkan tapi sudah selesai diratakan. Lebar celah antar block tidak boleh lebih dari
4 mm, celah ini harus merupakan garis lurus dan saling tegak lurus, untuk itu diperlukan
pemasangan snar pada 2 arah yang saling tegak lurus untuk mengontrol letak dan
ikatan antar block.

b. Cara meletakkan block dan pengisian celah antara :


Dalam memasang block harus diusahakan agar untuk pengisian celah antara block
dengan elemen-elemen lain seperti pinggiran saluran, bingkai jalan, bak kontrol dan
lainlain, dipergunakan block dengan ukuran tidak dari 25 % dari ukuran utuh. Ruang
antara yang masih tersisa harus diisi setelah pemadatan awal dari paving block. Untuk
celah lebih besar dari 25 mm tetapi kurang dari 50 mm, dipergunakan aggregate halus
dengan ukuran 10 mm dan mortar kering untuk celah yang lebih kecil. Untuk bagian-
bagian jalan yang menanjak, menurun, pemasangan block harus dilakukan dari bagian
terendah kebagian yang lebih tinggi. Pola pemasangan dan warna agar dibuat sesuai
gambar, Kontraktor wajib membuat gambar kerja untuk pola di daerah-daerah khusus.
298

c. Pemadatan Awal
Alat kompaksi untuk keperluan ini harus merupakan "mechanical flat plate vibrator",
dengan karekteristik sebagai berikut :
- Plat dasar mempunyai luas : 0,25 – 0,50 m2.
- Gaya pemadatan yang dapat diberikan sebesar 1,5 ton sampai 2,0 ton
- Frekuensi getaran : 75 – 100 Hz

Paving Block harus terletak dengan mantap diatas bedding sand. Pemadatan harus
dilakukan segera setelah pemasangan paving block dengan minimal 2 passes. Jarak
antara bagian yang dipadatkan sampai bagian dimana sedang dilakukan pemasangan
block tidak boleh kurang dari 1,50 m. Adalah sangat penting untuk memadatkan bedding
sand segera setelah pemasangan block sehingga dapat dihindari berpindahnya pasir
yang masih dalam keadaan lepas karena bergeraknya block yang tidak diletakkan
dengan baik atau adanya air yang mengalir ketempat tersebut. Pemadatan harus
diulangi pada daerah selebar 1,00 m diukur dari akhir pemasangan / pemadatan
yang dilakukan pada hari sebelumnya melanjutkan dengan pekerjaan selanjutnya.
Semua block yang rusak selama pemadatan dan selama masa pemeliharaan harus
segera diganti dengan yang baru tanpa adanya biaya tambahan. Pejalan kaki boleh
menggunakan jalan concrete block ini setelah pemadatan awal sebelum
penghamparan pasir pengisi, tetapi sebaiknya setelah sambungan atau celah antar
block terisi pasir dan dipadatkan.

d. Pasir pengisi (joint filling)


Pasir yang dipergunakan untuk mengisi celah antar block harus mempunyai gradasi
sedemikian rupa sehingga 90 % dari berat lolos dari tapis 1,18 mm (BS-410). Pasir
ini harus cukup kering sehingga dapat mengisi celah-celah dengan baik. Bahan ini
bebas dari garam dan zat-zat lain yang dapat merusak material paving block.
Segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-akhiran, pasir pengisi harus
segera dihamparkan dan diratakan dengan sapu sepanjang permukaan jalan atau
trotoar dan dimasukkan ke dalam celah-celah antara dengan bantuan kompaktor. Celah
harus benar-benar terisi oleh pasir kasar. Kompaktor dari jenis lain boleh
dipergunakan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Sebagai
langkah pemadatan terakhir, permukaan jalan / trotoar harus dipadatkan dengan
mechanical flat plate vibrator, sehingga diperoleh permukaan yang padat dan rata
dengan kemiringan terhadap kedua arah tepi jalan sebesar 2%.

e. Lubang / alur pada grass block harus diisi dengan tanah subur hingga ke dasar
block, guna penanaman rumput.
D.5. PERBAIKAN BEKAS GALIAN
D.5.1 Umum
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, buruh, material, transportasi dan perlengkapan
yang diperlukan untuk membuat perkerasan (paving), seperti yang disyaratkan atau diperlihatkan
dalam gambar pemasangan tipikal sesuai dengan yang disyaratkan . Ada 5 macam pekerjaan
perkerasan (pavement reinstatement):
- Tipe : Inter Block Pavement
- Tipe : Concrete Floor Pavement
- Tipe : Sand Sheet Pavement
- Tipe : Berm Pavement
Pemakaian material bitumen tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau pada waktu permukaan
299

tanah masih basah. Tidak boleh ada material yang dipasang jika pekerjaan permukaan belum
diperiksa dan disetujui.

D.5.2 Jalan Beraspal


Sesuai dengan yang disyaraktkan ada bebrapa macam pekerjaan reinstatement yaitu:
- Tipe : Hotmix pada jalan Nasional, lebar > 12.00 m
- Tipe : Hotmix pada jalan Kabupaten, lebar > 4.00 m
- Tipe : Jalan beton Rigid

1. Persiapan Tanah Dasar


Semua tumbuh-tumbuhan harus dibuang dan tanah digali sampai kedalaman yang ditentukan.
Setelah itu, sub grade harus disiapkan dengan penyemprotan air dan digilas dengan steel roller
sampai sub grade menjadi padat dan mantap (unyielding). Jika penambahan material urugan
dibutuhkan, maka material urugan tersebut dipadatkan sehingga mencapai kepadatan 90%
modified standar Proctor.
2. Sub Base
3. Lapisan pasir yang kasar dan bersih (pasir beton) dihampar diatas dan sekeliling pipa dan
dipadatkan dengan semprotan air dan digilas sehingga 95% kepdatan standar Proctor, lapisan
pasir dasar harus mempunyai ketebalan yang merata.
4. Urugan (backfilling)
Urugan setebal 0,200 m diatas pipa ke lapisan macadam harus diisi dengan pasir pasang lapis
demi lapis setebal 0,150 m dan dipadatkan untuk mendapatkan kepadatan kering 95% standar
Proctor.
5. Lapisan Makadam
Ketebalan lapis macadam adalah 0,300 m. Lapisan macadam harus dibuat selicin mungkin,
tidak boleh ada perbedaan kedalaman lebih besar dari 7 mm pada permukaan longitudinal
sepanjang 3 m.
Profil memanjang untuk inklinasi harus memiliki kondisi yang sama
eperti di atas dengan menggunakan template yang tepat atau dengan penggaris lurus
seperti yang diperlukan. Permukaan jalan harus mempunyai tekstur yang seragam dan
dipadatkan merata.
6. Lapis Penetrasi Sementara
Setelah lapisan macadam dipadatkan, dibentuk dan dilicinkan, kemudian harus disapu bersih
dan segera setelah itu lapis penetrasi dari tipe RC-2 bitumen cut back disebar merata pada
permukaan dengan nilai ketebalan kira-kira 1,5 l/m2 atau sesuai petunjuk.
Project Manager sedimikian hingga tercapai penetrasi yang baik tanpa kelebihan timbunan
bitumen pada permukaan. Temperatur pelapisan bitumen harus 70-100°C. Bitumen harus
dipansakan pada peralatan pemanas bitumen dengan thermometer yang akurat untuk
mendapatkan control yang ketat atas temperature bitumen. Setelah penyebaran permukaan
harus dibiarkan selama sekurang - kurangnya 3 jam atau lebih sesuai petunjuk Project
Manajer, untuk mendapatkan penetrasi maksimum kemudian pasir dihamparkan secara merata
sehingga lapisan bitumen tidak kelihatn. Blinding Sand harus ditekan ke dalam lapis penetrasi
dengan penggilas 6 hingga 8 ton tidak lebih dari 2 kali gilasan.
7. Permukaan Akhir
Permukaan akhir tidak boleh dikerjakan sampai 10 (sepuluh) hari setelah pelaksanaan lapisan
penetrasi dan urugan pasir diselesaikan. Dalam waktu itu, urugan pasir dapat ditambahkan
lagi jika diperintahkan oleh Project Manager.
Sebelum pelaksanaan permukaan akhir, semua bagian yang rusak harus dibuang, diiisi
300

dipadatkan kembali dan disamakandenga npermukaan yang sudah ada, ditutup dan diisi
sesuai dengan syarat yang ditentukan dan dipadatkan. Pekerjaan perbaikan dibiarkan
mengeras. Sebelum pelaksanaan pekerjaan permukaan akhir, permukaan yang ada harus
disapu bersihdari material-material yang terletak di atasnya. Permukaan yang telah siap harus
disemprot rata dengan cut back bitumen (300/400 STV pada 40°C atau yang setara)
dipanaskan sampai mencapai temperature 150-170°C dan disemprot dengan kadar 1 liter
bitumen per meter persegi.
Segera setelah penyemprotan, permukaan harus diisi dengna lapisan batu pecah halus yang
gradasinya mencapai ukuran nominal dan digilas dengan penggilas berukuran berat kotor 6-8 ton
dengan roda yang halus/licin dan bertekanan udara. Jumlah lintasan harus dijaga minimum
sehingga dapat menekan batu jalan ke dalam lapisan bitumen.
Waktu antara penyemprotan, pemasangan lapisan [enutup dan penggilas harus
dimaksimumkan. Batu pecah halus mempunyai kadar pecah 10% misalnya 10% material halus
melalui saringan No.7 ASTM jika contoh 13 mm dipecah dalam cetakan standar di bawah beban
10 ton. Untuk type AB : jalan arteri lapisan dasar aspal diperlukan.

D.5.3 Jalan Beton


Beton yang digunakan harus sekelas minumun K-300 atau seperti yang ditentukan dalam
penawaran. Semen dan agregat harus sesuai dengan yang ditentukan di dalam spesifikasi
“Pekerjaan Beton”. Agregat kasar tambahan yang berukuran nominal anatara 20 mm dn 38 mm
boleh dipergunakan. Pengecoran dan pemadatan beton tersebut harus sesuai denga nyang
diinstruksikan dalam bab “Pekerjaan Beton”.

Penulangan harus sesuai dengan bab “Pekerjaan Beton” pada spesifikasi penulangan harus
benar-benar kokoh, berada pada posisinya selama dilakukan pengecoran dan dipasang
sedemikian rupa sehingga tulangan tidak bergeser disebabkan Karen apengecoran yang
dilaksanakan pada plat tersebut. Harga satuan harus termasuk biaya untuk bangku kerja, spacer,
kawat pengikat, pemotong dan pembuanga nmaterial sisa.
Persyaratan pekerjaan beton dimasukkan dalam spesifikasi “Pekerjaan Beton.

D.5.4 Trotoar
Trotoar Beton
Ketebalan lapisan betin minimum 70 mm. Material harus sesuai dengan kelas K175, SK SNI S-
04-1989-F.

Lapisan Batu Blok (Cone Blok)


Kerusakan pada lapisan batu blok yangdiakibatkan karena aktivitas Kontraktor, harus diperbaiki
seperti keadaan semula. Bila ada blok yang rusak oleh Kontraktir maka blok tersebut harus diganti
dengan bentuk dan ukuran yang sama.
Permukaan dasar atnah harus dipadatkan kemudian diberi lapisan pasir beton setebal 0,150 m
dan lapisan pasir setebal 0,050 m. Stelah diratakan, maka batu blok tersebut baru dapat dipasang
dan diratakan dengan vibrator.

D.5.5 Perbaikan Kembali Saluran dan Pinggiran Jalan


Harga satuan untuk perbaikan kembali harus termasuk beton, bekisting dan pemasangan. Untuk
perbaikan kembali batu tepi jalan/trotoar dan selokan maka kontraktor harus mematuhi petunjuk.
301

D.6. Perbaikan/pemulihan Sementara untuk Jalan Raya


Pemulihan sementara di mana tidak secara khusus diperlukan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga
atau Kotamadya harus terdiri dari kedalaman tambahan material sub-base sebagaimana yang
diinstruksikan oleh Engineer. Material permukaan asli dapat ditempatkan secara manual dengan
lapisan permukaan aspal beton berada di paling atas. Metode penempatan dan pemadatan
pemulihan sementara akan serupa dengan cara untuk konstruksi road-base, ke toleransi permukaan
yang sama, dan untuk menyesuaikan tingkat jalan atau trotoar yang tidak terganggu di sekitarnya.

Hanya material yang disetujui oleh Engineer yang akan digunakan untuk memperbaiki setiap
material cacat.

Segera sebelum pemulihan akhir, konstruksi dan material pemulihan sementara harus dipotong dan
dibuang di luar lokasi dan road-base dipotong jika ternyata rusak atau cacat dan diganti dan
dipadatkan seperti yang ditentukan.

D.7 Toleransi untuk Permukaan Finishing


Permukaan jadi pada setiap tahap pembangunan jalan tidak akan berbeda dari tingkat yang
dijelaskan dalam Kontrak yaitu lebih dari penyimpangan yang diizinkan berikut:

Permukaan Penyimpangan yang


diizinkan (mm)

Formasi dan sub-base +10, -30


Alas/tumpuan 15
Permukaan aus atau permukaan 6
lempengan

Kombinasi toleransi yang diijinkan dalam level-level dari berbagai trotoar tidak akan menghasilkan
pengurangan ketebalan trotoar, tidak termasuk sub-base, dengan lebih dari 15 mm dari yang
ditentukan, dan maksimum yang diijinkan dari permukaan aus di bawah suatu Tepi lurus 3 m harus
3 mm.
D.8 Beton
Kualitas lapisan permukaan beton, harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis untuk Pekerjaan Beton.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
302

E. SPESIFIKASI TEKNIK PERLENGKAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

E.1. UMUM.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2014 tentang Rencana


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3) serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 2/PRT/M/2018 tentang Pengganti Permen PU No 5/2018. Maka
Pelaksana Konstruksi wajib menyelenggarakan Program K3 untuk pembangunan SPAM ini dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap pekerjaan konstruksi harus memiliki petugas K3 yang memiliki lisensi Ahli K3 Konstruksi
sesuai dengan Permenaker R.I Nomor: PER.04/MEN/ 1987 tentang P2K3 serta Tata cara
penunjukan Ahli K3 dan Surat Dirjen Binwasnaker RI No. Kep. 20/DJPPK/VI/2004 tentang
Sertifikat Kompetensi K3 bidang Konstruksi Bangunan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Proyek dengan tenaga kerja > 100 orang atau pelaksanaan > 6 bulan harus memiliki 1
Ahli Utama K3, 1 AK3 Muda dan 2 AK3 Muda Konstruksi;
b. Proyek dengan tenaga kerja < 100 orang atau pelaksanaan < 6 bulan harus memiliki 1
AK3 Madya dan 1 AK3 Muda Konstruksi;
c. Proyek dengan tenaga kerja < 25 orang atau pelaksanaan < 3 bulan harus memiliki 1
orang AK3 Muda Konstruksi.
2. Memastikan Rencana K3 Proyek sudah dibuat sesuai dengan standar dan dikirimkan kepada
pihak yang berkepentingan. Rencana K3 proyek harus disetujui Pimpinan dan dimutakhirkan
setiap ada perubahan;

3. Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang digunakan memiliki sertifikasi yang masih
berlaku.
 Harus dilakukan inspeksi pramobilisasi sebelum diizinkan memasuki lokasi kegiatan;
 Alat harus diinspeksi oleh instansi pemerintah yang berwenang sebelum digunakan (riksa
uji);
 Pastikan umur alat sesuai dengan persyaratan.
4. Memastikan perlindungan terhadap pihak ke-3 dan lingkungan sekitar sudah direncanakan
dengan aman. Seluruh area konstruksi harus tertutup jaring pengaman selama masa
konstruksi, dipastikan tidak ada potensi benda jatuh keluar area.

5. Memastikan seluruh alat berat dioperasikan oleh operator yang memiliki SIO (Surat Izin
Operasi) dan masih berlaku. Hanya operator yang memiliki SIO (Surat Izin Operasi) yang
boleh mengoperasikan alat berat.

6. Dalam kondisi berbahaya harus mampu menghentikan pekerjaan. Lapor kepada penanggung
jawab pekerjaan atau departemen terkait dan lakukan rapat persiapan (TBM) kembali.

7. Melaksanakan inspeksi alat berat dan peralatan setiap akan digunakan dan melaksanakan
inspeksi rutin K3.

8. Membuat laporan berkala Kinerja K3 dan dilaporkan kepada pihak yang berwenang dan pihak
yang berkepentingan. Laporan ke instansi pemerintah yang berwenang dan unit K3 setiap
minggu, memuat Kinerja K3, daftar alat berat dan operator, rencana, dan aktual K3.
303

9. Penyedia Jasa wajib menyediakan APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard
dan harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya.
Dalam Pekerjaan Sistem Penyediaan Air Bersih secara Umum peralatan APD yang umunya
digunakan adalah sebagai Berikut:

- Baju kerja (Protective overall)

- Topi pelindung (safety helmet) harus sesuai standar ANSIZ.89.1-201 atau standar SNI

- Pelindung mata harus sesuai dengan ANSI Z.87.1-2010

- Pelindung pekerjan las atau gerinda

- Pelindung tangan sesuai dengan SNI0-0652-2015

- Pelindung Pernapasan (masker / dust mask)


304

- Pelindung Telinga

- Pelindung jatuh dari ketinggian sesuai dengan standar ANSI Z.359.1-2016 atau standar
SNI

Peralatan ini harus diganti apabila rusak dan habis masa pakainya

Selain perlengkapan APD di atas, Penyedia juga wajib membuat daftar dan menyediakan Alat
Pengaman Kerja (APK) sesuai dengan kondisi kerja:

1. APAR (alat pemadam api ringan)


305

2. Rambu-rambu kerja seperti traffic cone, pita penghalang (barricade tape), lampu pengaman
di jalan (traffic warning lamp) yang digunakan pada pekerjaan galian pada crossing jalan
atau bahu jalan

Safety net

3. Bendera K3, bendera merah putih dan bendera perusahaan pada lokasi strategis sesuai
dengan Kepmenaker 1135 tahun 1987
306

4. Spanduk dan poster

5. Rambu-rambu K3
307

Contoh rambu-rambu yang digunakan pekerjaan galian


308

No Simbol Keterangan
1
Dilarang Masuk

2
Rambu Penyempitan Jalan

3
Rambu Galian

4
Traffic cone

5
Barikade

Rambu Penunjuk Arah

7
Lampu Rotary

8
Rambu Peringatan Hati-Hati
309

No Simbol Keterangan
9

Rambu Kurangi Kecepatan

10
Safety Line

11
Rambu Pejalan Kaki

12

Flag Man

(1) Obat P3K yang disediakan adalah obat yang diperlukan untuk pertolongan pertama
diantaranya anti infeksi, perban, kasa, kapas, tabung oksigen dsbnya
(2) Memastikan dan melaksanakan RK3K yang sudah dibuat sudah sesuai dengan
peraturan Indonesia dan Internasional yang berlaku
(3) Memastikan perlindungan terhadap pekerja (BPJS atau asuransi ketenagakerjaan
lainnya)
(4) Memastikan alat pelindung diri dan alat pelindung kerja yang digunakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Indonesia dan peraturan internasional
(5) Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang diigunakan memiliki sertifikat yang
masih berlaku (Surat Ijin Kelaikan Alat)
(6) Memastikan operator memiliki SIO (Surat Ijin Operator) dan masih berlaku
(7) Melaksanakan safety induction dan safety briefing kepada seluruh pekerja sebelum
melaksanakan pekerjaan konstruksi
(8) Melaksanakan inspeksi alat atau peralatan yang digunakan dan melaksanakan inspeksi
rutin K3
(9) Membuat laporan kinerja K3 secara berkala dan dilaporkan kepada supervisor K3 dan
pemberi tugas
(10) Menyediakan akses yang aman bagi pelaksana dan pengawas dalam pelaksanaan
pekerjaan dan pengawasan serta untuk warga yang terganggu oleh galian perpipaan
(11) Material yang digunakan adalah plat besi atau beton yang cukup kuat untuk bisa dilalui
oleh motor. Ukuran plat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pemasangan plat ini
ditempatkan pada lokasi-lokasi yang menjadi akses masuk bagi publik, seperti:
 Mulut gang
 Akses masuk rumah warga atau pertokoan
 Persimpangan jalan kecil
10. Papan Informasi K3

Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan informasi K3
lainnya, papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap lokasi kerja, memasang
rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada lokasi kerja.
310

Papan informasi ditempatkan di dua sisi yaitu pada bagian depan proyek dan bagian belakang
proyek. Pada bagian depan proyek dengan rincian sebagai berikut:
a. Bagian Depan
 Statistik kecelakaan kerja, FR, SR, safe manhour, total manhour, LTI terakhir;
 Pekerjaan hari ini dan JSA;
 Pekerjaan hari ini, penggunaan alat berat, lisensi dan nama penanggung jawab;
 Alur proses prosedur kerja aman setiap item pekerjaan;
 Sisa waktu pelaksanaan proyek dan progress;
 Alur proses tanggap darurat dan no. telepon penting;
b. Bagian Belakang
Monitoring izin kerja dan dokumen dan asuransi BPJS Proyek.

11. Fasilitas Minimal Bahaya Keselamatan Kerja

Proyek konstruksi harus merencanakan, menganggarkan, dan membuat fasilitas proteksi


bahaya nyata yang ada di setiap pekerjaan konstruksi baik proyek bangunan maupun pekerjaan
renovasi. Standar yang dibuat ini adalah standar minimum, setiap kontraktor dapat melakukan
improvisasi atau menerapkan standar yang lebih tinggi. Pengelola Proyek akan melakukan
inspeksi secara berkala dan mendadak untuk memastikan fasiltas proteksi bahaya dibuat dan
dipelihara hingga memenuhi standar keselamatan kerja.
a. Proteksi Area Galian
Area galian merupakan area yang sangat berbahaya jika tidak diberi rambu-rambu,
sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan di daerah ini.
b. Proteksi Bahaya Jatuh Dari Ketinggian
Untuk bangunan lebih dari 2 lantai (ketinggian lebih dari 5 meter), resiko jatuh dari
ketinggian bangunan menjadi perhatian yang sangat serius dalam penerapan K3. Untuk
menghindari hal tersebut, maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
 Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Perancah
 Pemasangan Pipa Pagar Perancah
 Pemasangan Tali Keselamatan
 Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Area Bangunan
 Pemasangan Pipa Area Bekisting
c. Proteksi Bahaya Benda Jatuh

Material yang digunakan adalah jaring pengaman (polinet). Dipasang di seluruh perancah
yang digunakan sebagai platform (perancah tetap)/kemungkinan ada material yang jatuh
atau material yang terbawa angin dari dalam bangunan. Ukuran jaring disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan. Pada area-area yang menjadi akses masuk, harus dibuat kanopi yang
melindungi pekerja dari kejatuhan benda dari area perancah. Pemasangan jaring
pengaman ini ditempatkan pada lokasi-lokasi seperti:
 Perancah Eksternal
 Jaring Vertikal pada Bekisting Atas
 Jaring Vertikal pada Area Lift
 Jaring Pengaman di Perimeter Bangunan
 Jaring Pengaman di Terminal Material
311

 Jaring Pengaman Sisi Luar Bangunan


d. Menyediakan akses yang aman bagi pelaksana dan pengawas dalam pelaksanaan
pekerjaan dan pengawasan serta untuk warga yang terganggu oleh galian perpipaan

Material yang digunakan adalah plat besi atau beton yang cukup kuat untuk bisa dilalui oleh
motor. Ukuran plat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pemasangan plat ini
ditempatkan pada lokasi-lokasi yang menjadi akses masuk bagi publik, seperti:

 Mulut gang
 Akses masuk rumah warga atau pertokoan
 Persimpangan jalan kecil
12. Pelaporan
a. Penyedia melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Penyedia wajib membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga Kerja setempat
dan tembusannya disampaikan kepada PPK.
c. Penyedia wajib melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
d. Penyedia wajib membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3K bidang pekerjaan
umum sebagai bagian dari dokumen serah terima kegiatan pada akhir pekerjaan.
e. Penyedia wajib melaporkan kepada PPK dan Dinas Tenaga Kerja setempat tentang
kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja kosntruksi yang
telah terjadi pada kegiatan yang dilaksanakan.
f. Penyedia wajib menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK.

13. Penyedia bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja apabila
tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai dengan RK3K;

E.2. PERSYARATAN KHUSUS PENANGANAN WABAH

Mengacu pada Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 02/IN/M/2020
Tentang Protokol Pencegahan Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID 19) Dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, maka penyedia jasa diharuskan :
A. Membentuk Satgas Pencegahan COVID 19 bersama Pengguna Jasa
B. Menyediakan fasilitas pencegahan COVID 19 dilapangan antara lain :
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik kesehatan di lapangan
yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang memadai, antara lain tabung oksigen,
pengukur suhu badan nir-sentuh (thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan dan
petugas medis;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID 19 dengan rumah sakit dan/atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain:
pencuci tangan ( air, sabun dan hand sanitizer), tisu, masker dikantor dan dilapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu; dan
d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.
C. Mengukur suhu semua orang setiap pagi, siang dan sore.
312

D. Membuat kerjasama penanganan suspect covid 19 dengan rumah sakit dan puskemas
setempat.
E. Menghentikan sementara pekerjaan jika terindikasi ada tenaga kerja yang terpapar covid 19
bersama Pengguna Jasa.
F. Melakukan tindakan isolasi dan penyemprotan disinfektan sarana dan prasarana kantor dan
lapangan.
Perlengkapan APD harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan Instruksi Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor: 02/IN/M/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona
virus Disease 2019 (Covid – 19) dalam penyelengaraan Jasa Konstruksi. Dapat dilihat pada Lampiran 3.
Spesifikasi Teknis perlengkapan APD harus sesuai dengan ketentuan dalam Standar Pelindung Diri (APD)
dalam manajemen penanganan Covid – 19 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, bulan April 2020. Dapat dilihat pada Lampiran 4.

E.3. PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dibuat dalam harga Lump
Sum yang terdapat dalam Daftar Kuantitas Peralatan APD dan K3.

Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001
313

F. PERALATAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL (POMPA INTAKE)

F.1. Umum

 Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari
persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan
klausul - klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
 Setiap Pelaksana Pekerjaan yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari Seluruh
Dokumen Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
 Pelaksana Pekerjaan harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik Dalam
spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan
yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
 Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang Dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Pelaksana Pekerjaan
untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS
ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya

F.2. Peraturan dan Acuan

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan
Daerah maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional
maupun Internasional yang terkait. Pelaksana Pekerjaan dianggap sudah mengenal dengan baik
standard dan acuan nasional maupun internasional dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi
ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini :
 SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan standar.
 SNI-04-0255-200 tentang Persyaratan Umum instalasi Listrik.
 SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya darurat
 SNI 04-0225- 2000, PUIL 2000.
 SNI 19-6774-2002, tata cara perencanaan paket unit IPA

F.3. Pengkabelan dan Metode Instalasi

1. Pengkabelan dan metode instalasi yaitu kabel berisolasi PVC, memenuhi ketentuan (sesuai
dengan SNI 19-6774-2002, tata cara perencanaan paket unit IPA):
a. Jenis kabel terdiri dari NYA, kabel berisolasi karet dan NYA, kabel berisolasi PVC;
b. Shaft terbuat dari baja
c. Perlengkapan Listrik :
2. Main Swicth Gear (ECI)
a. Terletak di power house dan tenaga listrik yang diperoleh dari tenaga diesel genset diatur dan
dimonitor didistribusikan melalui main switch charger, dialirkan ke panel EC2, box lampu
penerangan luar, box lampu penerangan dalam dan sekaligus untuk panel penggerak
pompa air bersih.
b. Main swicth gear ini dilengkapi dengan automatic triping device untuk under voltage, under
frequency, theonal dan single phasing. Resisting dilakukan dengan manual. Panel free
standing box yang berisi bus bar.
3. Kabel – Kabel
314

Semua kabel harus memenuhi 7.10 PUIL 2000 SNI 04-0225-2000; dan pemasangannya
harus dilindungi dengan konduit. Untuk kabel yang ditanam langsung harus dari jenis NYF GBY
sedangkan kabel yang terpasang dalam air harus jenis submerine. Rekanan harus menghitung
sendiri ukuran kabel yang dipergunakan dan sebelum dipasang harus ada persetujuan
terlebih dahulu dari petugas proyek.

F.4. Peralatan Pompa Submersible (Non-Cloging) Intake Air Baku

F.4.1. Ruang Lingkup Pekerjaan Pompa

Pekerjaan pompa dimaksud adalah pengadaan dan pemasangan pompa pada bangunan Intake
yang telah ada meliputi ruang lingkup sebagai berikut :
a. Pengadaan
b. Pengangkutan ke lapangan
c. Pemasangan di lapangan
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pompa intake adalah pengadaan pompa dan motornya,
panel pompa (seperti yang dipersyaratkan), kabel pompa (built in), termasuk transportasi
hingga tiba di lokasi rencana pemasangan pompa serta melakukan pemasangan pompa dengan
meletakan pompa pada pondasi / posisi yang telah disiapkan / disediakan. Pondasi, perpipaan
dan asesoris merupakan bagian dari pekerjaan sipil.

F.4.2. Jenis Pompa

Pompa yang diperlukan adalah pompa submersible non-cloging untuk air yang dilengkapi
dengan close-coupled motor listrik submersible yang terkoneksi untuk dioperasikan pada 3
phase, 220-415 Volt, 50 Hz yang dilengkapi dengan kabel listrik heavy duty untuk aplikasi
terbenam. Pompa akan dipasang di bangunan intake dan harus mampu mengalirkan air baku.
Pompa harus dapat dioperasikan secara terus menerus dengan suhu air sampai dengan 40 oC
dan mampu dilakukan start/stop sebanyak maksimum 20 kali setiap jam.

F.4.3. Syarat Umum Pompa

1. Pompa Submersible harus mempunyai kurva karakteristik menurun secara fluktuasi debit
minimal dengan variasi head.
2. Desain kecepatan dari setiap pompa tidak melebihi 3500 rpm. Kemampuan motor pompa
harus melebihi konsumsi daya operasional pompa minimal 15%.
3. Aliran debit masuk dari sisi luar impeller. Desain impeller harus menjamin serat yang
panjang, potongan dan lainnya melintas bebas melalui pompa tanpa menyebabkan clogging
atau jamming.
4. Setiap pompa disediakan kabel submersible untuk suplai daya, dihubungkan ke pompa
dengan submersible joint box.
5. Instalasi pompa harus dilengkapi dengan level switch kedap air untuk start dan stop pompa.
6. Pompa disuplai termasuk dengan panel starter yang terdiri dari switch connector, HRC
fuses, contactor dan satu control otomatis yang bisa melindungi motor pompa dari kelebihan
temperature, naik/turun tegangan, ketidak seimbangan phasa, urutan phasa dan kondisi
intake yang kekeringan.
7. Setiap pompa harus dilengkapi dengan sertifikat test pabrik termasuk kurva yang
menunjukkan : head versus debit, daya versus debit, effisiensi versus debit sebagai contoh:
315

F.4.4. Syarat Teknis Pompa

Spesifikasi pompa Submersible yang diperlukan adalah sebagai berikut :


Type : Submersible Non Clogging Pump
Kapasitas : 50 Ltr/det
Head : 30 mtr
Efisiensi Pompa : 60% minimum pada beban kerja
Power motor yang tersedia : 35 kW / 3 x 380 V / 50 Hz
Putaran : 3500 rpm

Penyedia barang dalam penawarannya harus menyertakan brosur/katalog yang dapat


memberikan informasi tentang kinerja pompa dengan menunjukkan performance curve berupa:
kapasitas / debit, head, efisiensi dan daya yang diperlukan untuk pemasangan / instalasi serta
operasi dan pemeliharaan pompa.
Desain dan konstruksi pompa adalah sebagai berikut:
 Tipe pompa harus sesuai kebutuhan yang telah ditetapkan. Pompa mampu tahan terhadap air
baku/lingkungan yang korosif.
 Pompa harus desain standar pabrik, disediakan sesuai kebutuhan yang ditentukan dan
aplikasi yang telah ada di perencanaan. Semua komponen harus baru dan ada pernyataan
dari pabrikan.
 Tipe Non Clogging solids handling impeller pompa dengan maksimum ukuran partikel yang
bisa dilalui adalah 80 mm dan harus memiliki wear plate yang dapat di ganti atau
disesuaikan/disetel untuk kembali ke performansi semula.
 Pompa harus dapat digunakan baik untuk kondisi instalasi yang bersifat Temporary
maupun permanen.
 Pompa yang digunakan harus sangat “service friendly” dengan memliki kelebihan
penggunaan double shaft seal yang unik dengan desain cartridge/kompak dan dilengkapi
dengan konektor kabel. Cartridge shaft seal harus dapat di ganti dengan cepat di lapangan
tanpa membutuhkan peralatan yang special dimana kabel konektor motor dapat di cabut tanpa
membuka bagian atas motor.
316

 Pompa harus memiliki efisiensi yang tinggi dan mampu bekerja secara terus menerus
(continuous duty).
 Motor memiliki insulation class F dengan lilitan cooper sesuai yang diizinkan IEC untuk
temperature tinggi.
 Motor harus memiliki thermal sensor yang terdapat pada stator windings dan berfungsi untuk
melindungi motor dari panas yang berlebihan.
Bahan / Material konstruksi pompa :
 Pump casing : Cast
 Motor frame : Cast
 Impeller : Cast
 Pump shaft : Stainless rolled
 S Cover : Cast
 Ball bearing : SKF-FAG-NSK

F.4.5. Syarat Teknis Motor Listrik Pompa

Motor yang digunakan adalah 4 pole motor tipe induction, dengan desain standar NEMA B dan
squirrel cage rotor. Stator windings harus di insulasi dengan moisture resistant class H insulation
rated untuk 180oC. Motor listrik 3 phase, 380-415 Volt, 50 Hz. Spesifikasi motor listrik adalah
sebagai berikut :
Tipe : Squirrel Cage Induction Motor, NEMA B
Elektrical : 3 x 380V, 50Hz.
Power factor (cos φ 100%) : 0.8
Voltage : 3 x 80-415 V
Enclosure class (IEC 34-5) : IP 68
Insulation class (IEC 85) : Class F

F.4.6. Syarat Teknis

Kontrol Panel Pompa


Panel selain sebagai sarana untuk menghidupkan dan mematikan pompa melalui tombol manual
start-stop juga harus berfungsi sebagai alat kontrol. Komponen panel control pompa
sekurangnya-kurangnya harus terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. MCCB 3P 50 Hz
2. SELECTOR AUTO-MAN
3. RESISTOR VARIABLE
4. PUSH BUTTON
5. MOTOR PROTECTION – Dry Running, Phase Failure, Under over voltage, current
unbalance, phase failure, insulation resistance, Phase sequence, phase unbalance
6. WLC
7. VOLT METER
8. CURRENT TRAFO
9. AMPERE METER
10. FREKWENSI METER
11. ELECTRODA
12. STOPER
13. VARIABLE FREQUENCY DRIVER
14. BUSH BAR
317

15. SPARATOR
16. RELAY
17. CONTACTOR
18. PRESSURE TRANSMITTER
19. AND ACCESSORIES

F.5. Pekerjaan Pentanahan (Grounding)

 Pentanahan (sesuai dengan SNI 19-6774-2002, tata cara perencanaan paket unit IPA)
terdiri dari : Panel, transformator, generator dan elektromotor perlu pembumian. Tahanan
tanah tidak boleh dari 5 Ohm; Persyaratan harus sesuai dengan SNI 04-0225- 2000, PUIL
2000.
 Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang
ditunjukan dalam gambar / RKS.
 Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan pada panel-panel
menggunakan BCC dengan ukuran min. 6 mm² dan max. 95 mm², penyambungan ke panel
harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
 Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda pentanahan harus mencapai
permukaan air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground resistance) dibawah 2 (dua)
ohm, yang diukur setelah tidak hujan selama 3 (tiga) hari berturut-turut.
 Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengukuran ini harus disaksikan Konsultan Pengawas.

F.6. Persyaratan Pengadaan

Mesin pompa dan motor serta panel kontrol harus dibuat oleh pabrik-pabrik yang telah dikenal
produksinya dan telah teruji penggunaannya di Indonesia. Mesin pompa dan motor yang
ditawarkan harus mempunyai pabrik atau bengkel untuk perakitan, perawatan, perbaikan dan
fasilitas pengujian yang cukup memadai di Indonesia. Bagian-bagian utama rangkaian unit
mesin pompa dan motor serta panel kontrol dibuat oleh satu pabrik apabila dibuat oleh pabrik yang
berbeda maka ada surat keterangan atau rekomendasi dari pabrik pompa yang menyatakan
kesesuaian pabrik.

F.7. Syarat Khusus Pengadaan

a. Penyedia Barang / Jasa harus mendapatkan Dukungan atau melakukan Kemitraan dengan
Pabrikan Pompa atau Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM). Surat Pernyataan Dukungan
Pabrikan atau ATPM harus bermaterai cukup.
b. Penyedia Barang / Jasa harus melampirkan dalam dokumen penawaran data teknis lengkap
dan performance curve yang dikeluarkan oleh pabrik yang menunjukkan kapasitas/debit, head,
effisiensi dan daya yang diperlukan yang disahkan oleh pabrik pembuat pompa.
c. Penyedia Barang / Jasa harus melampirkan Brosur atau Katalog Asli.

F.8. Purna Jual dan Garansi

Penyedia barang harus memberikan garansi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak pompa
dipasang untuk kerusakan yang disebabkan karena konstruksi / kelalaian dari pabrik dan semua
biaya akan ditanggung oleh Penyedia barang. Jaminan Purna Jual dan garansi harus mendapat
dukungan tertulis dari pabrik. Setiap pompa dan motor harus dilengkapi test sertifikat pabrik
318

termasuk kurva yang menunjukkan : head versus debit, daya versus debit dan effesiensi versus
debit.

F.9. Prosedur Pemasangan Pompa dan Kontrol Panel

Prosedur standar untuk pemasangan pompa dan kontrol panel yang harus dilaksanakan Penyedia
Barang / Jasa adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan dan pengangkutan unit pompa dan kontrol panel dari gudang Bagian Proyek ke
lokasi yang telah ditentukan, termasuk memuat dan membongkarnya.
2) Menyiapkan alat pokok dan alat pendukung serta material pendukung untuk pemasangan
pompa dan kontrol panel di lokasi.
3) Pemeriksaan terhadap semua komponen unit pompa dan kontrol panel sesuai dengan
packing list yang ada. Periksa terhadap adanya kemungkinan kerusakan karena pengerjaan
pabrik maupun selama pengangkutan dan bongkar muat, serta cocokkan dengan data teknis
yang ada.
4) Ukur tahanan antara terminal-terminal motor (winding resistance) dan sesuaikan dengan data
teknis motor, perbedaan sampai 5% adalah wajar/normal.
5) Ukur tahanan antara terminal motor dengan badan/body motor dan hasilnya sekitar 20 M- Ohm.
Pengukuran dilakukan dalam keadaan motor kering.
6) Unit pompa dipasang di atas pondasi dan dilengkapi dengan penahan yang dibutuhkan.
7) Melaksanakan pemasangan unit pompa sesuai dengan prosedur pemasangan dari Pabrik
Pembuat Pompa atau teknik standar yang di persyaratkan oleh pabrik pembuat pompa.

F.10. Uji Coba

1. Pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui apakah


seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi syarat. Penyedia Barang / Jasa
harus melakukan uji coba pompa sesuai dengan debit rencana pemompaan dengan interval
waktu 8 (delapan) jam operasi dilakukan terhadap :
 Debit pemompaan
 Ampere
 Voltage
 Frequensi
2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang perlu tersebut merupakan tanggung jawab
kontraktor termasuk peralatan khusus yang perlu untuk di testing dari seluruh sistem ini seperti
dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan oleh Penyedia Barang / Jasa.

F.11. Pre Delivery Inspection

Penyedia Barang / Jasa harus meng-informasikan waktu kedatangan dari pompa dan kontrol panel,
dimana sebelum pompa dan kontrol panel dikirim ke lapangan harus dilakukan pemeriksaan
di pabrik pembuat untuk memastikan barang yang akan dikirim telah sesuai dengan spesifikasi
teknis yang disyaratkan. Dan apabila diperlukan dapat dilakukan test yang disaksikan oleh pemilik
pekerjaan pada workshop pabrik pembuat. Seluruh pompa yang digunakan harus memiliki test
sertifikat dari pabrik pompa sesuai dengan standar yang berlaku.
319

F.12. Pelaporan dan Dokumentasi

Penyedia Barang /Jasa harus menyusun laporan pemasangan termasuk gambar instalasi
pemasangan yang direkomendasikan, disertai dengan data pompa, hasil uji coba, dan foto-foto
pada setiap tahap pekerjaan (pemasangan).

F.13. Uji Pabrikan (FAT)

Uji Pabrikan atau Factory acceptance test (FAT) adalah pengujian penerimaan pabrikan atau
pengujian-pengujian yang dilakukan oleh pabrikan terhadap peralatan baru dan memastikan
berfungsi sesuai pesanan. FAT dilakukan di pabrikan pembuat dan disaksikan oleh perwakilan dari
pembeli dalam hal ini Kontraktor, Penyedia Jasa, dan Team Supervisi agar kulitas barang sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati sebelum dikirim ke pemesan. Pelaksanaan pengujian
pabrikan diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat dan terpercaya serta untuk mengetahui
performa peralatan agar tidak terjadi permasalahan di lapangan pada saat pemasangan.
Tingkat kesalahan dalam akurasi data harus dalam toleransi dan fluktuasi yang dibuat oleh pabrikan
dan SNI.

F.13.1. Tes Peralatan ME (Uji Pabrikan)

Semua mesin-mesin berikut perlengkapannya harus diperiksa dan dites di pabrik sebelum
dikirim. Setelah pemasangan mesin-mesin selesai, Kontraktor harus mengetes ulang di
lapangan/di lokasi. Semua tes harus mendapat persetujuan direksi/tenaga ahli, Kontraktor harus
bertanggung jawab tentang tes dilokasi, dan harus dapat memperlihatkan kefungsian masing-
masing peralatan pada direksi/tenaga ahli. Direksi/tenaga ahli harus diperbolehkan untuk
memeriksa semua peralatan/mesin-mesin pada saat dites. Sertifikat kalibrasi
instrumen/alat-alat ukur yang dipakai dalam pengetesan ini harus mendapat persetujuan dari
direksi/tenaga ahli. Jika selama tes di pabrik dan di lokasi, terdapat cacat maka Kontraktor
harus mengganti komponen yang cacat tersebut dan mengetes ulang.
Menunjukkan standar yang digunakan sebagai acuan dan syarat penerimaan hasil tes dan
inspeksi, contohnya :
 JIS 8302 – 1990 Tentang cara pengukuran kapasitas dengan menggunakan Pengukur
kapasitas jenis elektromagnetik.
 JIS 8301 – 2000, tentang cara dan metoda pengetesan untuk pompa rotodinamik
grade 1 & 2
 SNI 7518:2009 Tentang cara uji pompa grade 1 & 2.
 dll
Pengetesan atau uji pabrik meliputi kondisi berikut ini:
 Semua pompa digerakkan oleh motor listrik.
 Prosedur tes harus mendapat persetujuan dari Direksi/Tenaga Ahli. Menyiapkan blangko
pengetesan seperti contoh
320

No. Item inspeksi & tes Inspeksi Inpseksi Laporan


manufaktur bersama pengetesan
1. Inspeksi material O — O
2. Test tekanan hidrostatik
3. Tes balancing dinamik
4. Tes kinerja hidrolik
5. Tes operasi
6. Inspeksi visual
7. Pengecekan dimensi
8. Inspeksi pengecatan
9. Inspeksi sebelum
Keterangan :
O : bertanggung jawab/disediakan & melakukan inspeksi/tes,
— : tidak bertanggung jawab/tidak disediakan

Semua pompa dan panel harus dites pada 4 atau lebih kondisi kerja, yaitu:
- Kapasitas nol
- Kapasitas nominal
- Kapasitas maksimal yang diperbolehkan
- Kapasitas minimal yang diperbolehkan
d. Karakteristik masing-masing pompa yang harus meliputi:
- Kapasitas aliran air (debit)
- Head
- Kecepatan aliran
- Efisiensi
- Daya listrik yang diserap (Ampere, Voltage, dan Freqwensi)
- NPSH
- Temperatur
- Getaran

F.13.2. Inspeksi Visual

A. Metoda inspeksi
Inspeksi visual dilakukan untuk mengetahui kondisi struktur dan dimensi dari pompa
apakan sesuai dengan gambar yang diberikan
B. Syarat penerimaan
Kapasitas pada tinggi tekan yang diminta tidak boleh kurang dari spesifikasi, dan daya
yang diminta tidak boleh lebih pada kapasitas yang diminta.

F.13.3. Penerimaan (Acceptance)

Jika kualitas dan kuantitas hasil pengujian pabrik telah memuaskan pihak Pemberi Tugas
dalam segala aspek yang sesuai dengan spesifikasi, maka Direksi akan mengeluarkan berita
acara penerimaan hasil pengetesan dan barang bisa didatangkan ke lokasi untuk selanjutnya
dilakukan pengetesan di lapangan. sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan di dalam
Kontrak dan Dokumen.
321

G. PEKERJAAN MEKANIKAL (ELECTROMAGNETIC FLOWMETER DAN DATA LOGGER)

G.1 UMUM
Kontraktor harus menyediakan semua tenaga kerja, bahan, peralatan dan biaya yang diperlukan
untuk memasang dan melengkapi pekerjaan mekanikal seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
dan/atau sebagaimana ditentukan oleh spesifikasi.
Pekerjaan mekanikal yang dimaksud oleh spesifikasi ini adalah pekerjaan-pekerjaan mekanikal
yang harus sesuai dalam segala hal untuk pelayanan yang tertera dalam Pekerjaan. Kontraktor
wajib menyediakan semua tenaga kerja, bahan dan peralatan, dan melakukan pekerjaan yang
tersirat sebagai hal yang berkaitan dengan Pekerjaan tanpa biaya tambahan.

G.2. GARANSI PERALATAN


Kontraktor harus menjamin semua peralatan yang dipasok tidak akan rusak dalam jangka waktu 5
(lima) tahun setelah beroperasi. Dengan jaminan ini, Kontraktor setuju untuk mengganti atau
memperbaiki, tanpa penundaan dan atas biaya sendiri, setiap kerusakan pada bagian tersebut
karena kerusakan material, fabrikasi, pemasangan atau kegagalan peralatan tersebut. Kontraktor
harus terus memperbaiki kerusakan pada bagian Pekerjaan yang disebabkan oleh kerusakan,
kecuali kerusakan yang disebabkan oleh operasi atau perawatan yang tidak tepat oleh Majikan
atau keausan pada operasi normal.

G.3. INTERPRETASI GAMBAR-GAMBAR

Persyaratan untuk Electromagnetic Flowmeter , Logger, dan perlengkapan ditunjukkan dalam


Gambar dan/atau ditentukan dalam spesifikasi ini. Setiap penyimpangan yang signifikan dari
persyaratan tersebut harus dianggap sebagai variasi dan harus ditangani sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan untuk variasi.
Gambar kerja harus dapat menunjukkan konfigurasi yang diinginkan dari Electromagnetic Flowmeter
, Logger , dan alat kelengkapan lainnya. Gambar kontrak tidak dapat ditafsirkan sebagai rencana
perakitan lengkap, melainkan sebagai pedoman yang harus diikuti dalam rangka menjabarkan
pemasangan Electromagnetic Flowmeter , Logger yang diperlukan, termasuk peralatan dan
aksesoris kelengkapan nya. Selain itu, setiap perlengkapan dan aksesoris yang tidak ditampilkan
pada Gambar, namun dibutuhkan untuk sistem yang lengkap untuk beroperasi, harus tetap
disediakan dan dipasang oleh Kontraktor.
G.4. WATER MATER DIGITAL DAN DATA LOGGER
Water Meter Induk yang digunakan adalah type Electromagentic (Inline) dengan Index Protection
(IP) 65 apabila water meter dipasang dalam kondisi tidak terendam air. Dan apabila Water Meter
menggunakan IP 68 masih diijinkan pemasangan water meter terendam air. Water Meter Induk harus
dilengkapi Grounding (Pentanahan) dimana lokasi grounding berjarak minimal 5 meter dari
grounding Panel dan Penangkal Petir. Pressure Number (PN), Diameter (DN) dan Kapasitas Debit
Water Meter Induk agar menyesuaikan sistim perpipaan yang sudah direncanakan. Water Meter
Induk agar dilengkapi sertifikat kalibrasi yang masih berlaku. Pemasangan Water Meter Induk dan
Data Logger dilakukan oleh personil yang berpengalaman atau dari fihak vendor/pabrikan Water
Meter, serta pemasangan water meter agar mengikuti prosedur yang sudah ditetapakan oleh
vendor/pabrikan. Pemasangan Water Meter Induk tidak direkomendasi aliran dari atas ke bawah.
Water Meter Induk harus dibuat dari bahan yang tahan korosi baik internal maupun eksternal.
Pemasangan Water Meter Induk dan Data Logger agar dipasang jauh dari sumber getaran dan
gelombang magnet (trafo dll). Volume air yang diukur harus dinyatakan dalam meter kubik. Satuan
322

m3 harus terdapat pada alat pengukur dengan angka yang ditampilkan. Water meter dan Data
Logger dalam satu produk pabrikan

G.5. Pelaporan dan Dokumentasi

Penyedia Barang /Jasa harus menyusun laporan pemasangan termasuk gambar instalasi
pemasangan yang direkomendasikan, disertai dengan data Electromagnetic Flowmeter dan Data
Logger, hasil uji coba, dan foto-foto pada setiap tahap pekerjaan (pemasangan).

G.6. PEMBAYARAN

Kuantitas pekerjaan Electromagnetic Flowmeter dan Data Logger akan ditentukan sebagaimana
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Penawaran per satuan unit untuk Mata Pembayaran
yang terdaftar dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini harus dianggap
sebagai kompensasi penuh untuk pemasokan, fabrikasi dan pemasangan bahan, termasuk semua
tenaga kerja, peralatan, perkakas, pengujian dan biaya tambahan lainnya yang diperlukan atau
biasa untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya dalam Seksi ini.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga satuan yang terdapat dalam Daftar
Kuantitas dan Harga

G.7. PENGETESAN DAN COMMISIONING

Untuk pekerjaan pengetesan dan commisioning dilakukan oleh Penyedia Jasa. Semua biaya
ditanggung oleh Penyedia Jasa.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Banten

David Parlindungan Manurung, ST., MM.


NIP 197601292009121001

Anda mungkin juga menyukai