Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA


SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN

Tugas Metode Penelitian Pembelajaran Bahasa Indonesia

yang dibina oleh Prof. Dr. Syahrul Ramadhan, M.Pd.

Rizki Fitriani (10)

19016046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang…………………………………………………...............4

B. Identifikasi Masalah……………………………………………………..4

C. Batasan Masalah……………………………………………………........4

D. Rumusan Masalah……………………………………………………….7

E. Tujuan Penenlitian……………………………………………………….8

F. Manfaat Penenlitian……………………………………………………...8

G. Definisi Operasional……………………………………………………..8

BAB II Kajian Pustaka

A. Kajian Teori…………………………………………………………………….10

1. Pengertian Membaca

a) Keterampilan Menyimak (listening skills)

b) Keterampilan Berbicara (speaking skills)

c) Keterampilan Membaca (reading skills)

d) Keterampilan Menulis (writing skills)

2. Membaca Pemahaman

a) Pengertian Membaca Pemahaman

b) Tujuan Membaca

c) kemampuan Membaca Pemahaman

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

1
e) Aspek-aspek membaca

f) Tahap-tahap kemampuan membaca pemahaman

g) Pengukuran kemampuan membaca pemahaman

3. Prestasi Belajar

a) Pengertian Prestasi Belajar

b) Ciri-ciri Perubahan sebagai Hasil Belajar

c) Faktor-faktor Prestasi Belajar

d) Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar


Bahasa Indonesia.

B. Penelitian Relevan……………………………………………………………...19

C. Kerangka Konseptual………………………………………………………......20

D. Hipotesis Penelitian………………………………………………………….....21

BAB III Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian…………………………………………………………………22

B. Populasi dan Sampel……………………………………………………………22

1. Populasi ……………………………………………………………………..22

2. Sampel dan Teknik Sampling………………………………………………..22

C. Variabel Penelitian……………………………………………………………..23

1. Variabel Bebas………………………………………………………………23

2. Variabel Terikat……………………………………………………………...24

D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………..24

E. Instrumen Penelitian……………………………………………………………25

2
1. Uji Validitas Instrument……………………………………………………..26

2. Uji Reabilitas Instrument…………………………………………………….27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca pemahaman adalah suatu proses yang bukan hanya memahami arti
harfiah saja, namun membaca pemahaman juga mengharuskan pembaca untuk
memahami gagasan yang ada di dalam bacaanya. Namun, dalam membaca pemahaman
pembaca masih mengalami kesulitan dalam memahami gagasan yang terdapat dalam
teks bacaanya (Somadyo, 2015). Yang dipelajari dalam membaca tidak hanya kata-
kata, melainkan membaca pemahaman juga mengharuskan pembacanya memahami teks
bacaanya tersebut. Membaca adalah suatu proses kognitif yang menghubungkan proses
berpikir (kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan kemampuan rasional)
dan kemampuan mengingat konsep, proses, metode, serta struktur. Kurangnya kempuan
membaca pemahaman sehingga banyak pembaca yang tidak dapat mengemukakan
informasi atau gagasan yang terdapat dalam bacaannya (Dalman, 2013). Secara
komunikatif membaca berfungsi untuk mencari, menemukan, dan memperoleh
informasi dari berbagai sumber sesuai dengan pemahaman masing-masing individu
yang diperolehnya. Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan dalam
berbahasa yang harus di miliki siswa (peserta didik). Menurut Ortlieb (2013), membaca
pemahaman memiliki tahapan dalam pemerolehannya. Kemampuan membaca diperoleh
melalui beberapa tahap yang pertama, yaitu kemajuan pola piker sebelum akhirnya
mencapai tahap yang lebih tinggi dalam memperoleh atau mengola informasi. Proses
membaca pemahaman berjalan melalui tahan yang sistematis (Aliponga 2013) . Tahap
yang paling dasar atau awal membaca adalah pengenalan kata-kata dari pengakuan
sederhana terhadap huruf dan bagaimana membentuk kata-kata tertentu dengan arti
masing-masing.[1]

Individu yang terampil dalam membaca maka hal itu akan dapat membantunya
untuk memperoleh informasi dan juga akan memperluas pengetahuannya (Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006). Kesulitan dalam membaca
pemahaman di karenakan membaca pemahaman adalah suatu keterampilan (Mohamed
2015). Membaca pemahaman adalah kolaborasi antara pembaca dan teks. Selama proses

4
membaca, pembaca menyimpulkan makna dari teks dengan pemanfaatan pengetahuan
yang ia miliki sebelumnya dengan menggunakan strategi pemahaman bacaan yang
efektif. Proses pemahaman bacaan adalah kemampuan pembaca dalam memahami
maksud yang tersirat oleh penulis (Ersoy Ali dan Erdal, 2016). Keterampilan membaca
pemahaman tidak hanya berguna untuk kepentingan yang berhubungan dengan
kehidupan akademis saja, tetapi juga akan mempengaruhi seluruh kehidupan. Dalam
belajar bahasa Indonesia siswa sering merasa kesulitan karena kurang pahamnya
mengenai pentingnya membaca pemahaman. Hal ini terjadi karena siswa tidak terlalu
memiliki motivasi untuk membaca atau minat bacanya masih sangat rendah sehingga
mereka sedikit kesulitan untuk memahami sesuatu.

Membaca pemahaman adalah hal yang penting agar kita dapat memahami bacaan
dan dapat menjabarkannya. Membaca pemahaman bukan lah hal yang mudah untuk
dilakukan karena untuk dapat bisa memahami isi bacaan siswa harus sering membaca
atau membiasakan membaca. Membaca pemahaman juga dapat membantu siswa untuk
memahami buku yang sedang dibaca, mengidentifikasi isi buku, menemukan
pengetahuanbaru yang belum diketahi sebelumnya, dan, dapat memahami maksud dari
penulis buku tersebut. Menurut Nurhadi (1987), membaca pemahaman merupakan sutu
kemampuan yang di dapatkan setelah berproses yang dalam prosesnya terdapat berbagai
faktor penunjangnya. Namun, kemampuan membaca di dapatkan dari pembiasaan dan
latihan, sehingga di peroleh tahap yang lebih tinggi dan efektif. Pembelajaran bahasa
Indonesia yang masih kurang tepat berdampak pada kemampuan membaca siswa yang
rendah. Salah satu masalh mendasar dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
membaca pemahaman. Dalam memahami bacaan atau wacana siswa masih merasa
kesulitan, hal ini karena motivasi membaca siswa yang masih rendah, sehingga tidak
terlatih atau terampil dalam membaca dan sulit memahami segala sesuatu yang terdapat
dalam bacaan.

Budaya lierasi terlaksana lebih baik di Negara-negara maju yang mana


pemerintahnya sudah paham betul betapa pengtingnya literasi dan Negara tersebut juga
telah menyiapkan berbagai fasilitas pendukung yang sangat mumpuni. Membaca adalah
sebuah budaya di Negara Filandia. Filandia bisa menjadi salah satu Negara dengan
budaya membaca yang baik karena di Negara Finlandia terdapat 738 perpustakaan yang

5
terbagi menjadi perpustkaan umum dan perpustakaan universitas. Selain 738
perpustakaan ini Negara Filandia masih memiliki sekitar 140 perpustakaan keliling yang
menjadi fasilitas pendukung bagi masyarakatnya dari segala pelosok daerah untuk
membaca. Jumlah perpustakaan di Finlandia bisa di katakana banyak karena penduduk
Negara Filandia pada 2019 tercatat sebanyak 5,518 juta jiwa. Kegiatan membaca di
Finlandia bisa menjadi budaya karena di wariskan turun temurun melalui dongeng
sebelum tidur. Adanya upaya dari pemerintah dalam dunia pendidikan pun sangat
memabantu budaya membaca. Hal ini dapat dilihat dari pemberian tugas membaca buku
dalam waktu satu minggu. Kemuadian dalam dunia pertelevisian di Filandia tidak ada
dubbing dalam bahasa asing, sehingga adanya kata-kata traslet untuk meningkatkan
kemampuan membaca cepat masyarakat Finlandia, terutama anak-anak.

"Most Littered Nation In the World" melakukan penelitian yang dilaksanakan oleh
(Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016) Indonesia berada di peringkat
ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia berada tepat di antara Negara
Thailand (59) dan Negara Bostwana (61). Yang mana jika dilihat dari segi infrastuktur
dalam membantu para pembaca untuk membaca Indonesia berada di peringkat yang
setara dengan Negara-negara Eropa. Peneliti akan mengidentifikasi sebab dan akibat
mengenai keterampilan membaca untuk mengetahui permasalahan pembelajaran bahasa
Indonesia dengan cara mengidentifikasi hubungan membaca pemahaman dengan
prestasi belajar bahasa Indonesia siswa, sehingga di harapkan dapat memperbaiki proses
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam aspek keterampilan membaca
pemahaman. Namun, kegemaran membaca masyarakat Indonesia meningkat signifikan.
Indonesia menempati urutan ke-17 dari 30 negara dalam hal membaca. Masyarakat
Indonesia menghabiskan enam jam / minggu dalam hal membaca, lebih unggul dari
Negara Argentina, Turki, Spanyol, Kanada, Jerman, Amerika Serikat, italia, Mexico,
Inggris, Brazil, Taiwan, Jepang dengan masing-masing tiga jam/minggu.

Pemerintah terus berusaha meningkatkan pemahaman bacaan dengan membuat


banyak program-program literasi di semua tingkatan pendidikan. Langkah pemerintah
ini sudah sangat bagus, namun dalam pelaksanaanya masih sangat jauh dari harapan.
Hal ini disebabkan oleh siswa yang masih kurang atau termotivasi untuk membaca. Hal
ini sangat di sayangkan karena membaca adalah salah satu cara untuk memperluas

6
wawasan pengetahuan suatu bangsa erat kaitannya dengan kemajuan yang di capai
bangsa itu. Korelasi ini tercermin dari minat dan budaya membaca yang kuat dari warga
negara-negara dengan indeks literasi tertinggi di dunia.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merasa penting melaksanakan


penelitian yang berhubungan dengan membaca dan pemahaman siswa. Hal ini di
karenakan salah satu faktor penting yang membuat seseorang dapat berperestasi adalah
dengan memahami bacaan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas VII di Sekolah SMP Negeri 1 Solok Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas,
maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,
rendahnya prestasi siswa di sebabkan oleh kurangnya minat membaca, untuk itu
perlukan di lakukan penelitian mengenai hubungan prestosi dengan kegemaran
membaca. Kedua, siswa belum memahami pemahaman dalam membaca. Ketiga, siswa
belum mampu memahami buku bacaannya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, permasalahan penelitian ini dibatasi


pada hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar bahasa
Indonesia siswa kelas VII di Sekolah SMP Negeri 1 Solok Selatan.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, berapa
gemarkah tingkat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 1 Solok Selatan ? Kedua,
bagaimana konsep membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 1 Solok Selatan ?
Ketiga, apakah terdapat hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi
belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII di SMPN 1 Solok Selatan ?

7
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pertama, mendeskripsikan kegemaran membaca siswa kelas VII SMP Negeri 1 Solok
Selatan. Kedua, mendeskripsikan konsep membaca pemahaman siswa kelas VII SMP 1
Solok Selatan. Ketiga, mendeskripsikan hubungan kemampuan membaca pemahaman
dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Solok
Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu menfaat teoretis dan manfaat praktis.
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memperkaya
teori ilmu pengetahuan dalam bidang membaca pemahaman. Secara praktis, hasil
penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut.
Pertama, bagi guru, khususnya guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Solok Selatan,
yaitu sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kegemaran membaca siswa. Kedua,
bagi siswa SMP 1 Solok Selatan, yaitu sebagai umpan balik yang berguna untuk
memotivasi diri dan selalu meningkatkan kemampuan dalam pelajaran bahasa
Indonesia. Ketiga, bagi pembaca, hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah
konsep maupun teori tentang kamampuan membaca pemahaman.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran dalam penelitian, maka di


berikan definisi operasional sebagai berikut.

1. Hubungan

Hubungan merupakan kesinambungan antara dua hal atau lebih yang memudahkan
suatu proses. Hubungan penelitian ini, yaitu seberapa besar keterkaitan kemampuan
membaca pemahaman dengan prestasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Solok Selatan.
Hubungan kemampuan membaca pemahaman terhadap prestasi siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Solok Selatan.

8
2. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

Kurangnya kegemaran dalam memabaca bagi siswa adalah salah satu alasan
mengapa prestasi siswa tidak terlalu bagus. Hal ini di karenakan membaca adalah dasar
dalam mengetahui segala sesuatu. Kemampuan membaca pemahaman siswa dapat
diukur dengan menggunakan tes objektif. Indikator yang akan diukur adalah meminta
siswa untuk membaca dan nantinya akan ditarik kesimpulan dari bacaannya.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Berdasarkan permasalahan penelitian, terdapat tiga teori yang akan diuraikan


pada kajian teori ini. Pertama, berapa gemarkah tingkat membaca siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Solok Selatan. Kedua,bagaimana konsep membaca pemahaman siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Solok Selatan. Ketiga, apakah terdapat hubungan kemampuan
membaca pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII di
Sekolah SMP Negeri 1 Solok Selatan.

1. Pengertian Membaca

Menurut Tarigan (1987:1), terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu (1)


keterampilan menyimak (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills),
(3) keterampilan membaca (reading skills), (4) keterampilan menulis (writing skills).
Pemerolehan keterampilan berbahasa tersebut melalui urutan yang teratur.

a. Keterampilan Menyimak (listening skills)

Menurut Tarigan (2008:31), menyimak adalah suatu keterampilan yang harus di


miliki dengan menyimak kita dapat memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,
dan mampu mengetahui informasi yang terjadi secara lisan. .

b. Keterampilan Berbicara (speaking skills)

Keterampilan bahasa yang kedua adalah berbicara. Menurut Santosa (2007:


6.34), berbicara adalah suatu kemampuan menyampaikan informasi atau pikiran dengan
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dimengerti kelompok masyarakat tertentu.

c. Keterampilan Membaca (reading skills)

Keterampilan membaca adalah keterampilan berbahasa yang ketiga setelah


keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Seorang yang terampilan dalam
membaca akan membuat ia memahami isi teks yang bacanya (Dalman, 2013:5).

10
d. Keterampilan Menulis (writing skills)

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling tinggi


yang mana dalam keterampilan menulis ini seorang sudah bisa memprosuksi suatu hal
dari sesuatu yang ia dengar dan lihat menjadi sesuatu produk. Menulis juga salah salah
satu bentuk komunikasi secara tidak langsung yang mana dalam berkomunikasi ada
komunikali lisan dan tulisan.

Keterampilan dalam berbahasa dapat diperoleh dengan berlatih. Walaupun


menyimak dan berbicara bukanlah sesuatu yang biasa di pelajarai, namun sebenarnya
kedua hal tersebut harus tetap di latih agar kita dapat terampil. Keterampilan membaca
dan keterampilan menulis adalah dua keterampilan yang diajarkan di sekoalah-sekolah.
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti mengenai keterampilan berbahasa lebih
tepatnya “Hubungan Membaca Pemahaman dengan Keterampilan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas VII SMP NEGERI 1 Solok Selatan”. Walupun membaca
adalah hal yang penting, namun masih banyak dari peserta didik sekarang yang kurang
gemar membaca karena berbagai faktor.

2. Membaca Pemahaman

Teori yang akan diuraikan dalam membaca pemahaman, yaitu (a) pengertian
membaca pemahaman, (b) tujuan membaca, (c) kemampuan membaca pemahaman, (d)
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, (e) aspek-aspek membaca , (f)
tahap-tahap kemampuan membaca pemahaman, dan (g) pengukuran kemampuan
membaca pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa. Membaca


adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan informasi yang terdapat dalam
suatu teks atau bacaan (Dalman, 2013:21). Tarigan (1987:7), mengatakan membaca
adalah proses memahami pesan yang telas ditulis oleng penulis. Menurut Tampubolon
(1990:5), membaca adalah bagian dari keterampilan berbahasa yang harus dimiliki dan
membaca adalah salah satu alat komunikasi.

11
Menurut Abdul Razak (2009:9), membaca pemahaman adalah kemampuan
membaca yang tingkatnya lebih tinggi, dimana pembaca sanggup kembagi
menyampaikan segala Sesutu hal yang terkandung dalam teks bacaanya. Nurhadi
(1987:53), menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kemampuan yang
ada karena hasil latihan yang berkelanjutan dan tentu perlu didukung oleh faktor
lainnya. Dalman (2013:85), menyatakan bahwa membaca memiliki dua tahapan, yaitu
membaca permulaan (mekanik) dan membaca pemahaman (lanjutan). Membaca
permulaan adalah tingkat dasar dalam membaca dimana seseorang tersebut barus bisa
membaca, sedangkan membaca pemahaman adalah suatu keterampilan yang
membutuhkan proses berkelanjutan. Membaca pemahaman adalah membaca untuk
memahami isi bacaan.

Menurut Tarigan (1987:56), membaca pemahaman adalah jenis membaca yang


bertujuan untuk memahami standar-standar tulisan secara kritis baik secara sastra
maupun non sastra. Hal ini berarti membaca pemahaman bukan hanya membaca, tapi
membaca pemahaman juga mengharuskan pembacanya mengetahui serta memahami
makna bacaan. Dalam membaca pemahaman waktu adalah hal yang penting karena
membaca pemahaman termasuk membaca membaca cepat, namun tetap pembaca harus
memahami bahan yang dibacanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, membaca pemahaman adalah suatu proses


berkelanjutan yang terus dilakukan oleh pembaca. Membaca pemahaman adalah suatu
hal yang kompleks oleh karenanya membutuhkan latihan agar pembaca mampu
mengelolaan informasi secara intensif, kritis yang dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang bersifat menyeluruh.

b. Tujuan Membaca

Menurut Rahim (2008:11), terdapat sembilan tujuan membaca yaitu: (1)


kesenangan; (2) menyempurnakan membaca nyaring; (3) menggunakan strategi
tertentu; (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; (5) mengaitkan
informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya; (6) memperoleh
informasi untuk laporan lisan atau tertulis; (7) mengkonfirmasikan atau menolak
prediksi; (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

12
diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; (9)
menjawab pertanyaanpertanyaan yang spesifik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan membaca adalah membaca untuk


memperoleh fakta-fakta, membaca untuk menemukan ide pokok, dengan membaca akan
menambah pengetahuan bagi pembaca, membaca untuk memperoleh sebuah informasi,
menangkap arti kata dan ungkapan, menemukan makna tersurat dan tersirat, selain itu
dengan membaca dapat menyimpulkan suatu maksud dari sebuah bacaan.

c. Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kemampuan membaca dan


memahami informasi yang terdapat dalam tulisan. Seseorang yang mampu dalam
membaca pemahaman akan lebih mudah merespon ataupun menginterpretasi berbagai
sumber informasi yang disampaikan melalui media tulisan secara tepat dan akurat.
Kemampuan membaca pemahaman tidak hanya penting untuk pembelajaran bahasa
Indonesia, tapi juga dalam mata pelajaran lain. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
membaca pemahaman.

Menurut Oka (1983:67), kemampuan membaca yang baik dapat dibagi atas tiga,
yaitu: (1) kemampuan memberikan respon komunikatif terhadap kata-kata dan urutan
kalimat yang diamati pada permukaan bacaan; (2) kemampuan memberikan respon
interpretatif terhadap hal-hal yang tersimpan di sela-sela di balik permukaan bacaan;
dan (3) kemampuan memberikan respon evaluatif imajinatif terhadap keseluruhan
bacaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dapat dicapai


jika siswa rajin dalam membaca sehingga siswa tersebut terbiasa dan terlatih
menemukan informasi melalui pengetahuan dan pengalaman.

d. Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemapuan membaca pemahaman ada banyak,


namun faktor utamanya adalah faktor dari dalam diri, yaitu faktor intelegensi, sikap,
perbedaan kelamin, penguasaan bahasa, dan bahan bacaan; dan faktor luar diri, yaitu
yang berhubungan dengan status ekonomi ataupun status sosial lainnya.

13
e. Aspek-aspek membaca

Membaca adalah suatu keterampilan yang memerlukan proses yang cukup


panjang bahkan berkelanjutan karena membaca adalah keterampilan yang kompleks
yang menghubungkan segala unsure di dalamnya.

Dalam membaca terdapat empat aspek yang harus di pahami, yaitu: (1)
memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami
signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/ keadaan
kebudayaan, reaksi pembaca), (3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), (4) kecepatan
membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Menurut Tarigan (1979:12), seorang pembaca harus mampu menganalisis dan


mengavaluasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya tidak hanya
mengetahui tentang isi bacaan dan mengetahui informasi.

f. Tahap-tahap kemampuan membaca pemahaman

Menurut Dalaman (2013:99), terdapat empat kategori pemahaman membaca,


yaitu literal, interpretatif, kritis, dan kreatif.

1) Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan


secara eksplisit dalam teks. Somadayo (2011: 20) menyatakan yang termasuk dalam
keterampilan membaca literal ialah keterampilan: (1) mengenal kata, kalimat, dan
paragraf; (2) mengenal unsur detail, unsur perbandingan , dan unsur utama; (3)
mengenal unsur hubungan sebab akibat; (4) menjawab pertanyaan (apa, siapa, kapan,
dan dimana); dan (5) menyatakan kembali unsur perbandingan, unsur urutan, dan unsur
sebab-akibat.Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah.

2) Pemahaman interpretatif adalah kemampuan memahami informasi yang


dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Somadayo (2011: 22)
mengatakan bahwa pemahaman interpretatif meliputi kegiatan-kegiatan penalaran
sebagai berikut : (1) menarik kesimpulan; (2) membuat generalisasi; (3) memahami
hubungan sebab-akibat;(4) membuat perbandingan perbandingan; dan (5) menemukan
hubungan-hubungan baru antara fakta-fakta yang disebut dalam bacaan.

14
3) Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks.
Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Somadayo (2011:
23) mengungkapkan keterampilan yang perlu diajarkan dalam membaca kritis yaitu: (1)
menemukan informasi faktual (detail bacaan); (2) menemukan ide pokok yang tersirat;
(3) menemukan unsur urutan, perbandingan, sebab-akibat yang tersirat; (4) menemukan
suasana (mood); (5) membuat kesimpulan; (6) menemukan tujuan pengarang; (7)
memprediksi (menduga) dampak; (8) membedakan opini dan fakta; (9) membedakan
realitas dan fantasi; (10) mengikuti petunjuk; (11) menemukan unsur propaganda; (l)
menilai keutuhan dan keruntutan gagasan; (12) menilai kelengkapan dan kesesuaian
antar gagasan; (12) menilai kesesuaian antara judul dan isi bacaan; (13) membuat
kerangka bahan bacaan; dan (14) menemukan tema karya sastra.

4) Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon


emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar
profesional. Menurut Somadayo (2011: 20), pemahaman kreatif artinya pembaca tidak
hanya menangkap makna tersurat, makna antar baris, dan makna dibalik baris tetapi
juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-
hari. Beberapa keterampilan membaca kreatif yang perlu dilatihkan yaitu: (1) mengikuti
petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya; (2) membuat resensi buku; (3)
memecahkan masalah sehari-hari; (4) mengubah buku cerita(cerpen atau novel)
menjadibentuk naskah drama dan sandiwara radio; (5) mengubah puisi menjadi prosa;
(6) mementaskan naskah drama yang telah dibaca; (7) membuat kritik balikan dalam
bentuk esai atau artikel populer.

Menurut Nurhadi, 2016:4, ada tiga kempok tahap dalam membaca, yaitu:

1. Tahap prabaca

Tahap prabaca adalah tahap awal dimana kegiatan prabaca di lakukan untuk
menumbuhkan motivasi dan mengaktifkan skemata yang dimiliki pembaca. Ada
beberapa aktivitas yang termasuk dalam tahap prabaca, yaitu (1) menentukan tujuan
bacaan, (2) mendapatkan bacaan atau buku yang sesuai, (3) melakukan survey awal
untuk mengenali isi bacaan dan buku, dan (4) membuat keputusan untuk membaca.

15
2. Tahap saat baca

Tahap saat baca adalah tahap yang mengharuskan seorang pembaca untuk
mampu mengelola bacaanya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ada beberapa aktivitas
yang termasuk tahap saat baca, yaitu: (1) membaca dengan teliti bacaan atau buku; (2)
membuat analisis dan kesimpulan secara kritis; (3) menyimpan informasi pengetahuan
yang diperoleh; dan (4) membuat catatan, komentar, atau ringkasan penting, mengecek
menjadi bentuk lain, menghubungkan dengan penulis lain.

3. Tahap pasca baca

Tahap pasca baca adalah tahap terakhir dalam membaca. Tahap ini merupakan
tahap yang memperlihatkan sutu hasil dari bacaan, dimana seseorang biasa akan
mengubah sikap atau cara pandangnya secara perlahan setelah membaca suatu bacaan.
Ada beberapa aktivitas yang termasuk dalam tahap pascabaca, yaitu: (1) menentukan
sikap menerima atau menolak gagasan/isi bacaan; (2) mendiskusikan dengan orang lain;
(3) membuat komentar balikan; (4) menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; (5)
mengubah menjadi bentuk lain, dan (6) memunculkan ide baru.

Penelitian ini menekankan pada membaca pemahaman tingkat literal.

g. Pengukuran kemampuan membaca pemahaman

Menurut Tarigan 1986, dalam membaca pemahaman terdapat tingkatan-


tingkatan, yaitu: (1) mengidentifikasi arti kata/istilah (2) menangkap kata tersurat, (3)
menangkap kata tersirat, (4) mampu menyimpulkan, (5) memprediksi, dan (6)
mengevaluasi. Dalman (2014:89), menyatakan bahwa aspek-aspek membaca
pemahaman, antara lain: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal/gramatikal); (2)
memahami signifikansi/makna (maksud dan tujuan pengarang); (3) evaluasi/penilaian;
dan (4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Menurut Nurgiyantoro (2016:400-417), penilaian hasil membaca pemahaman


dapat dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Teskompetensi
membaca dibagi dalam dua cara; (1) tes kompetensi membaca dengan merespon
jawaban, dan (2) tes kompetensi membaca dengan mengonstruksi jawaban.

16
Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kompetensi peserta
didik memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Menurut Nurgiyantoro
(2016:394-396) teks bacaan yang diujukan hendaklah yang mengandung informasi yang
menuntut untuk dipahami. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari segi
tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana.

3. Prestasi Belajar

Teori yang akan diuraikan dalam hubungan membaca pemahaman dengan


prestasi belajar siswa, yaitu (a) pengertian prestasi belajar, (b) ciri-ciri perubahan
sebagai hasil belajar, (c) faktor-faktor prestasi belajar, (d) hubungan kemampuan
membaca pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Indonesia.

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mana dapat di lakukan
dimana pun (baik di sekolah maupun di lingkungan) kapan pun dan dengan siapapun.
Yang mana belajar memiliki tujuan untuk mengubah sikap menjadi lebih baik akibat
dari proses pembelajaran tersebut. Dakir (1993:125), mendefinisikan belajar adalah
sebuah bentuk modifikasi pada seseorang sebagai akibat dari sebuah pengalaman
belajar. Belajar merupakan proses oleh karenanya dalam belajar akan terdapat beberapa
tahap yang nantinya juga akan dapat sebuah evaluasi untuk mengetahui seberapa paham
seseorang terhapat pembelajaran tersebut. Dari hasil evaluasi belajar akan di dapatkan
nilai yang mana ini dapat menentukan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah bentuk
penelian dalam bentuk dunia pendidikan untuk mengetahui kondisi siswa dalam proses
pembelajaran.

b. Ciri-ciri Perubahan sebagai Hasil Belajar

Menurut Nyanyu (2006:50), suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai
hasil belajar jika memiliki ciri-ciri yakni: (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat
fungsional, (3) bersifat aktif dan positif, (4) bukan bersifat sementara,(5) bertujuan dan
terarah, dan (6) mencakup seluruh aspek tingkah laku.

17
c. Faktor-faktor Prestasi Belajar

Menurut Suryabrata (2007), ada beberapa faktor-faktor yang memengaruhi proses


dan hasil belajar siswa di sekolah yaitu: (1) faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)
faktor ini meliputi keadaan kondisi jasmani (fisiologi), dan kondisi rohani (psikologi).
Keberhasilan belajar siswa dari pengalaman menentukan penyesuaian siswa tergantung
dari kemampuan berpikir dan belajar. Hasil belajar dari pengalaman menentukan
penyesuaian diri siswa; (2) faktor eksternal yang meliputi, (a) lingkungan rumah, faktor
prestasi belajar adalah dari pihak orang tua, yang memberikan dukungan kepada siswa
untuk menyediakan fasilitas belajar di dalam rumah dan orang tua harus bisa menjaga
keutuhan rumah tangga, (b) lingkungan sekolah yang mendukung kedalam prestasi
belajar siswa terutama pada kurikulum yang bisa mengembangkan patensi belajar siswa
serta fasilitas belajar siswa dalam kelas, dan yang paling utama adalah metode mangajar
seorang guru yang bisa memberikan motivasi dan prestasi siswa; (3) faktor pendekatan
belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar
siswa di sekolah, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
Adapun faktor dari dalam diri siswa itu meliputi keadaan kondisi jasmani (fisiologi) dan
kondisi rohani (psikologi), sedangkan faktor dari luar meliputi lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah.

d. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar


Bahasa Indonesia

Menurut Tarigan (2008: 7), ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia
mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi
aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Aktivitas dan tugas membaca
dalam dunia pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawartawar
(Nurgiyantoro, 2013: 368). Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan peserta didik
melalui aktivitas membaca. Menurut Suryabrata (2006:297) prestasi belajar sebagai
nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan
kemajuan prestasi belajar siswa selama waktu tertentu.

18
Menurut Muhibbin (2010:102), prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran
dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Tarigan
(1987:7), menyatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui
media kata-kata/bahasa tulis. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam
kata-kata yang tertulis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan membaca


pemahaman yang baik, maka prestasi belajar bahasa Indonesia juga baik. Siswa yang
mempunyai kemampuan membaca buruk, maka prestasi belajar bahasa Indonesia juga
buruk. Jadi, peneliti berasumsi ada hubungan yang positif dan signifikan kemampuan
membaca pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP 1
Solok Selatan Tahun Pelajaran 2021/2022.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya adalah sebagai


berikut.

Hasil penelitian skripsi yang ditulis oleh Sheilla (2012) pendidikan Bahasa dan
Seni universitas Jember dengan judul “ Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan
Membaca Pemahaman Siswa KelasVII di SMP Negeri 1 Mangaran Situbondo”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kebiasaan
membaca siswa dengan kemampuan membaca pemahaman soal ujian akhir semester.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, di mana peneliti
mengumpulkan data dengan teknik angket kebiasaan membaca siswa dan tes
kemampuan membaca pemahaman ujian akhir semester. Analisis data menggunakan
statistik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kedua variabel tersebut. Hasil
analisis menunjukkan kebiasaan membaca tergolong cukup baik, rata-rata kebiasaan
membaca siswa sudah mencapai 73,72%. Kemampuan membaca pemahaman siswa
tergolong cukup baik. Rata-rata persentasi pada kemampuan ini mencapai 73,5%.
Diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,402 dilihat dalam tabel
interpretasi koefisien menunjukkan hubungan yang rendah antara kebiasaan membaca

19
dengan kemampuan membaca pemahaman soal ujian semester di SMP Negeri 1
Mangaran Situbondo.

Sepaham dengan penelitian di atas, Indriastuti (2016) dalam jurnal penelitiannya


tentang Hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan
mengapresiasi cerpen pada siswa kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantoro Kecamatan
Tugu Kota Semarang pada kategori sangat baik sebanyak 38%, kategori baik sebanyak
46%, kategori cukup sebanyak 15% dan kategori kurang sebanyak 1%. Persentase 46%
mengindikasikan bahwa 46% siswa telah menguasai 71%-85% kemampuan membaca
pemahaman yang meliputi: memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana,
mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya, mengenali
pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana, dan mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana dengan
kategori baik.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Tarigan, tentang kemampuan


membaca, Indriastuti (2016) melakukan penelitan tentang hubungan kemampuan
membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerpen pada siswa kelas V
SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Tugu Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan
bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerpen siswa kelas V SDN Gugus Ki
Hajar Dewantara Tugu Kota Semarang, dengan hasil r hitung sebesar 0,952>rtabel
0,195 dan harga signifikannya 0,000<0,05.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki


kemampuan membaca pemahaman yang baik, maka prestasi belajar bahasa Indonesia
juga baik. Siswa yang mempunyai kemampuan membaca buruk, maka prestasi belajar
bahasa Indonesia juga buruk. Jadi, peneliti berasumsi ada hubungan yang positif dan
signifikan kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Indonesia
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Solok Selatan relevan.

C. Kerangka Konseptual

Secara konseptual terdapat korelasi antara variabel membaca pemahaman dan


prestasi belajar bahasa Indonesia. Membaca pemahaman adalah variabel bebas (X),

20
sedangkan prestasi belajar bahasa Indonesia adalah variabel terikat (Y). Untuk lebih
jelasnya digambarkan dalam kerangka konseptual berikut.

X Y

Keterangan:

X = Kemampuan Membaca Pemahaman

Y = Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

= Korelasi

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara hubungan kemampuan membaca


pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 1
Solok Selatan. Hipotesis diterima apabila thitung<ttabel dengan dk = n-1 pada
tingkat signifikan 0,05 dan taraf kepercayaan 95%.

H1 : Terdapat korelasi yang signifikan antara hubungan kemampuan membaca


pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP N 1
Solok Selatan. Hipotesis diterima apabila thitung>ttabel dengan dk = n-1 pada
tingkat signifikan 0,05 dan taraf kepercayaan 95%

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

“Hubungan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar Sisawa”, dalam


penelitiannya menggunakan jenis penelitian deskriptif, kuantitatif dengan teknik
korelasional. Teknik kolerasional adalah metode analisis yang menghubungkan antar
dua variabel, yaitu kemampuan membaca pemahaman siswa dan prestasi belajar bahasa
Indonesia siswa kelas VII SMP 1 Solok Selatan tahun pelajaran 2021/2022. Penelitian
kuatitatif adalah penelitain yang datanya berupa angka-angka yang dapat dihitung, yang
mana dijabarkan secara terpisah kemudian dihubungkan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2015:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang di dalamnya


terdapat objek atau subjek yang memiliki kualitas dan ciri khas yang mana nantinya
peneliti yang membatasi kemudian ditarik kesimpulannya. Arikunto (2014:173),
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi, populasi merupakan keseluruhan
objek atau subjek yang memiliki ciri khas yang mana nantinya peneliti yang membatasi
kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
NEGERI 1 Solok Selatan tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 224 siswa (terdapat
tujuh kelas, dimana di setia kelas terdapat 32 siswa).

2. Sampel dan teknik sampling

Menurut Sugiyono (2015:118), sampel merupakan bagian dari populasi yang


memiliki cirri khas yang di pilih oleh peneliti dengan suatu teknik. Arikunto (2013:
174), sampel adalah wakil dari populasi. Jadi, sampel adalah bagian dari populasi yang
data diambil sebagai sampel.

Dalam pengambilan sampel dalam peneitian ini peneliti menggunakan teknik


simple random sampling. Teknik pengambilan simple random sampling digunakan oleh
peneliti dengan alasan pengambilan sampel ini dilakukan secara acak tanpa

22
memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Maka, peneliti menggunakan kelas
VIII.3 SMP Negeri 1 Solok Selatan sebagai 32 siswa sebagai sampel.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:61), variabel penelitian adalah sesuatu yang


mendukung atau berperan dalam penelitian yang kemudian ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Hadi (dalam Arikunto,
2014:159), variabel sebagai gejala yang bervariasi. Penelitian ini menggunakan dua
variabel, yaitu : (1) variabel bebas dan (2) variabel terikat.

1. Variabel bebas

Menurut Sugiyono (2015:61), variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan


terjadinya perubahan terhadap variabel terikat. Kemampuan membaca pemahaman
adalah variabel bebas dalam penelitian ini. Membaca pemahaman adalah kemampuan
meneglola bacaan dengan memahami isi dan memadukan informasi yang di dapatkan
yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan memahami keseluruhan bahan bacaan
yang di bacanya. Pemahaman bacaan dalam penelitian ini bertujuan agar siswa
memahami informasi yang terdapat dalam bacaannya sehingga mendapatkan
pengetahuan baru yang kemudian bersama dengan pengetahuan sebelumnya pembaca
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya kita dapat melihat kemampuan/kasanggupan dari siswa tersebut


melalui nilai yang ia dapatkan dalam menangkap ide/informasi yang terdapat dalam
buku bacaanya yang kemudian ia mampu menyampaikan ide-ide yang ditemukan dalam
sebuah bacaan baik secara tersurat maupun tersirat. Menurut Farr (dalam Djiwandono
2011:117), kemampuan membaca pemahaman dapat diukur dengan indikator: (1)
memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana; (2) mengidentifikasi
susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagianbagiannya; (3) mengidentifikasi
pokok-pokok pikiran yang terungkap dalam wacana; (4) mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang jawabannya sudah nampak jelas dalam wacana.

23
2. Variabel terikat

Menurut Sugiyono (2015:61), variabel terikat ada karena akibat dari variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar bahasa Indonesia.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik mampu meningkatkan
kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, serta menumbuhkan minat baca peserta didik terhadap karya sastra
Indonesia. Penelitian ini di fokuskan pada membaca pemahaman karya baik berupa
sastra, maupun non sastra. Penilaian dalam membaca pemahaman ini menjadi tolak
ukur bagi peneliti untuk mengetahui kesanggupan siswa dalam menangkap
ide/informasi yang terdapat dalam buku atau teks bacaanya. Peneliti membatasi tolak
ukur prestasi belajar bahasa Indonesia melalui aspek kognitif untuk memahami isi
bacaan sastra maupun non sastra yang bersifat objektif.

Untuk mengukur prestasi belajar bahasa Indonesia dalam penelitian ini


menggukan bebebrapa indicator, yaitu: (1) siswa mampu merangkum seluruh isi bacaan
dalam bentuk rangkuman, (2) siswa mampu menemukan kalimat penjelas yang
mendukung, (3) siswa mampu menemukan paragraf induktif dan deduktif, (4) siswa
mampu mengidentifikasi komponen atau unsur-unsur yang terdapat dalam bacaanya, (5)
siswa mampu menulis beberapa surat resmi, (6) siswa mampu memproduksi beberapa,
(7) siswa mampu menjelakan konflik yang terdapat dalam bacaanya dengan bahanya
sendiri dan bukti dari bacaan tersebut, (8) siswa mampu menganalisis unsur-unsur
ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) yang
terdapat di dalam novel Indonsia, (9) siswa mampu membuat laporan bacaan yang di
lengkapi dengan daftar pusataka ataupun referensi bacaannya, (10) dalam membuat
laporan bacaan siswa mampu menggunakan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia).

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian membutuhkan data yang akurat sebagai sebuah bukti yang dapat di
pertangung jawabkan. Dalam pengumbulan data alat yang digunakan dalam penelitian
ini mengambil informasi yang beragam dari berbagai sumber. Menurut Arifin
(2016:118) tes adalah teknik yang digunakan dalam pengambilan data pengukuran yang
di dalamnya terdapat pertanyaan ataupun perintah yang harus diijawab atau dikerjakan

24
oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Menurut Nurgiyantoro
(2010:129), tes pilihan ganda adalah tes yang paling sering digunakan. Tes pilihan
ganda terdiri dari beberapa pertanyaan yang sudah dilengkapi dengan beberapa
jawaban, sehingga siswa harus memilih jawaban yang paling tepat dalam menjawab
pertanyaan tersebut. Tes pilihan ganda juga dapat berupa pernyataan yang belum
lengkap yang kemudian diikuti sejumlah pernyataan atau bentuk yang tepat dapat
melengkapinya dari sejumlah pelengkap tersebut hanya satu yang benar sedangkan yang
lainnya merupakan pengecoh.

Dalam penelitian ini menggunakan satu macam teknik pengumpulan data, yaitu :
tes objektif (pilihan ganda). Walaupun hanya menggunakan satu teknik dalam
pengumpulan data, tapi bentuk soal yang akan dijabarkan akan dibedakan dalam tingkat
kesulitannya, dimana. Tes objektif yang digunakan dalam mengukur kemampuan
membaca pemahaman siswa kelasVII SMP Negeri 1 Negeri Solok Selatan indikator
soalnya tidak terlalu susah, namun tes objektif yang digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa lebih sulit karena sudah menggunakan soal-soal yang mengacu
pada kompetensi dasar dan penguasaan kaidah kebahasaan (ejaan tata bahasa) yang
tetap sesuai dengan isi bacaan mereka.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:148), instrumen penelitian adalah suatu alat yang


digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Arikunto (2014:203),
menyatakan instrument penelitian merupakan seperangkat alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang akan mengukur
kemampuan membaca pemahaman siswa dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa.

Langkah awal sebelum menentukan intrumen tes adalah menentukan indukator


yang akan digunakan yang kemudian dikembangkan menjadi kisi-kisi. Indikator yang
digunakan haruslah sesuai dengan tujuan dari penelitian, yaitu untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 1 Solok Selatan

25
dan apakah itu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Solok Selatan.

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2010:211), validasi adalah ukuran yang menjelaskan tingkat-


tingkatam kevalidtan/ketepan dari suatu instrument. Sebuah instrument akan dikatan
valid/tepat jika memiliki validitas tinggi dan mampu mengukur apa yang diukur. Valid
berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur. Sugiyono (2015:363),
menyatakan validasi adalah tahap kevaliatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Menurut Nurgiyantoro (2016:172), berdasarkan jenis data dan kerja analisis,


validitas dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu analisis rasional dan data empirik.
Berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan logis, validitas dibedakan menjadi dua
macam yaitu, validitas isi (content validity) dan validitas konsep atau konstruk (construc
validity). Penelitian ini menggunakan validitas analisis rasional. Validitas isi (content
validity) di gunakan untuk pengujian instrument kemampuan membaca pemahaman dan
prestasi belajar bahasa Indonesia. Uji validitas dan uji reliabilitas untuk instrumen
dalam penelitian ini dilakukan dengan expert judgment (penilaian ahli). Setelah,
dilakukan dengan expert judgment (penilaian ahli) instrumen penelitian ini akan
diujicobakan, yaitu subjek di luar subjek penelitian. Teknik point adalah teknik yang di
gunakan dalam menghitung validasi instrumen hasil uji coba pada instrumen tes
kemampuan membaca pemahaman dan instrumen tes bahasa Indonesia digunakan
teknik korelasi point-biserial karena skor instrument tersebut bersifat dikotomi atau
diskontinum (1-0), perhitungan validitas kemampuan membaca pemahaman dan tes
bahasa Indonesia sebagai berikut.

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 −
𝑟𝑝𝑏𝑠𝑖 = 𝑝
𝑆𝑡
𝑞

26
Keterangan :

𝑟𝑝𝑏𝑠𝑖 : koefisien kolerasi point biserial

Mp : maen skor dari subjek-subjek yang menjawab yang menjawab betul


item yang dicari kolerasinalnya dengan tes

Mt : maen skor total

St : standar devesiasi skor total

P : proposisi subjek yang menjawab betul item

Q :1–p

Kriteria klasifikasi tingkat validasi

Koefisien Validasi Interprestasi


0.80 - 1.00 Sangat Tinggi
0.60 – 0.79 Tinggi
0.40 – 0.59 Cukup
0.20 – 0. 39 Rendah
0.00 – 0.19 Sangat Rendah

2. Uji Reliabilitas Instrument

Menurut Gronlund (dalam Nurgiyantoro, 2016:186), tinggi rendahnya


reliabilitas aka memengaruhi validitas. Menghitung reliabitas instrument hasil tes
objektif dalam kemampuan membaca pemahaman menggunakan rumus spearman-
brown. Pengujian untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus spearman-
brown sebagai berikut.

2. 𝑟𝑏
𝑟11 =
1 + 𝑟𝑏

27
Keterangan :

𝑟11 : koefisien reliabilitas seluruh item

𝑟𝑏 : koefisien produks moment antar belahan

Klasifikasi koefisien realibilitas

Koefisien reabilitas (r) Interpretasi


0,00 ≤ r < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r < 0,60 Sedang/Cukup
0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi
0,80 ≤ r < 100 Sangat Tinggi

28
Daftar Pustaka

Aliponga, Jonathan. (2013). Reading Journal: Its Benefits for Extensive Reading.
International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 3, No. 12.

Arifin, Zainal. (2016). Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, dan Prosedur),


Cetakan Kedelapan. Jakarta: Rosda Karya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dalman. (2014). Keterampilan Menulis . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Djiwandono. (2011). Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa.


Jakarta: INDEKS.

(Online).(http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.bacaindonesia.
da i.urutan.ke-60.dunia, diakses pada 6 November 2021).

Indriastuti. (2016). Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan


Mengapresiasi Cerpen pada Siswa Kelas V SDN Gugus Ki Hajar Dewantoro
Tugu Kota Semarang. Skripsi. UNNES: Semarang.

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE

Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.

Nurhadi. (2016). Teknik Membaca. Jakarta: Bumi Aksara.

Oka, I.G.N. (1983). Pengantar Membaca dan Pengajarannya.


Surabaya : Usaha Nasional.

Rahim, Farida. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

29
Razak, Abdul. (2005). Membaca Pemahaman teori dan Aplikasi Pengajaran
Pekanbaru : Autobiografi.

Rosalina, Sheilla. (2014). Hubungan Antara Kebiasaan Membaca dengan Membaca


Pemahaman Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Mangaran Situbundo. (Online),
(https://sg.docworkspace.com/d/sIEzypqVHwoCajgY, diakses
6 November 2021)

Santoso, Singgih. (2007). Statistik Deskriptif: Konsep dan Aplikasi dengan


Microsoft Exel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Somadayo. (2011). Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Somadayo. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran PQRST Terhadap Kemampuan


Membaca Pemahaman Ditinjau dari Minat Baca. Jurnal Pendidikan ISSN 1693
4164. No. 13, Vol. 1.

Tampubolon. (1990). Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendry Guntur. (1979). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa

Tarigan , Henry Guntur. (1986). Menulis Sebagai Suatu Keterapilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. (1987). Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung : Angkasa.

30

Anda mungkin juga menyukai