Disusun oleh :
Nama : Deryahna Sri Ulina
Kelas : XII TKJ 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Peningkatan kualitas pendidikan adalah suatu tugas dan tanggung jawab semua pihak
yang dilakukan. Terutama dalam pengembangan pelajaran di sektor pendidikan Untuk itu
penyusun menulis makalah ini untuk menjelaskan dari Impuls dan Momentum Linear yang tidak
mudah untuk di fahami oleh setiap individu.
BAB II
IMPULS DAN MOMENTUM LINEAR
Momentum
• Ukuran kesukaran untuk memberhentiikan suatu benda yang sedang bergerak. Makin
sukar memberhentikannya, makin besar momentumnya. Momentum Disebabkan
adanya impuls serta Besar dan arahnya = besar dan arah impuls
Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis momentum yakni momentum linear dan momentum
sudut. Kadang-kadang momentum linear disingkat momentum. Dirimu jangan bingung ketika
membaca buku pelajaran fisika yang hanya menulis “momentum”. Yang dimaksudkan buku itu
adalah momentum linear. Seperti pada gerak lurus, kita seringkali hanya menyebut kecepatan
linear dengan “kecepatan”. Tetapi yang kita maksudkan sebenarnya adalah “kecepatan linear”.
Momentum linear merupakan momentum yang dimiliki benda-benda yang bergerak pada
lintasan lurus, sedangkan momentum sudut dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan
melingkar.
Momentum suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan gerak
benda tersebut
p = m .v
atau
P = m.v1– m.v0
P adalah lambang momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda.
Sedangkan T adalah aksi gaya. Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai
besar alias nilai, momentum juga mempunyai arah. Besar momentum p = mv. Terus arah
momentum bagaimana-kah? arah momentum sama dengan arah kecepatan. Misalnya sebuah
mobil bergerak ke timur, maka arah momentum adalah timur, tapi kalau mobilnya bergerak ke
selatan maka arah momentum adalah selatan. Bagaimana dengan satuan momentum ? karena p =
mv, di mana satuan m = kg dan satuan v = m/s, maka satuan momentum adalah kg m/s.
Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan massa
(m) dan kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum
sebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda
tersebut juga bertambah besar. Perlu anda ingat bahwa momentum adalah hasil kali antara
massa dan kecepatan. Jadi walaupun seorang berbadan gendut, momentum orang tersebut = 0
apabila dia diam alias tidak bergerak. Jadi momentum suatu benda selalu dihubungkan dengan
massa dan kecepatan benda tersebut. kita tidak bisa meninjau momentum suatu benda hanya
berdasarkan massa atau kecepatannya saja.
Jika Partikel dengan massa m bergerak sepanjang garis lurus, gaya F pada partikel
dianggap tetap dengan arah sejajar gerak partikel jadi Jika kecepatan (v) partikel pada t =0
adalah Vo maka kecepatan pada waktu t adalah
V = Vo + at
( V = Vo + at ) m
Vm = Vo. m + M.at
Vm = Vo.m + F.t
m.V – m.Vo = F.t
Perubahan momentum linear = m.v – m.Vo
Impuls gaya = F.t
Dalam suatu tumbukan, misalnya bola yang dihantam tongkat pemukul, tongkat
bersentuhan dengan bola hanya dalam waktu yang sangat singkat, sedangkan pada waktu
tersebut tongkat memberikan gaya yang sangat besar pada bola. Gaya yang cukup besar dan
terjadi dalam waktu yang relatif singkat ini disebut gaya impulsif.
Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari hukum ke-2 Newton diperoleh
F = dp/dt
∫ F dt = ∫ dp
I = F dt = p = Impuls
Jika dilihat dengan grafik, impuls dapat dicari dengan menghitung luas daerah di bawah
kurva F(t) (yang diarsir). Bila dibuat pendekatan bahwa gaya tersebut konstan, yaitu dari harga
rata-ratanya, Fr, maka:
I=F t = ∆p
Fr= I /t = p/∆t
Catatan = lambang momentum adalah p kecil, bukan P besar. Kalau P besar itu
lambang daya. p dicetak tebal karena momentum adalah besaran vektor.
Dari persamaan ini, kita bisa menurunkan persamaan Hukum II Newton “yang
sebenarnya” untuk kasus massa benda konstan alias tetap.Sekarang kita tulis kembali persamaan
di atas :
∑F= ∆p∆t
Jika Vo = kecepatan awal, Vt = kecepatan akhir, maka persamaan di atas akan menjadi :
∑F= mvt-mv∆t₀
∑F= m(vt-v)∆t₀
∑F= ∆v∆t
∑F= ma
ini adalah persamaan Hukum II Newton untuk kasus massa benda tetap, yang sudah kita
pelajari pada pokok bahasan Hukum II Newton. Di atas sebagai Hukum II Newton “yang
sebenarnya”.
Terus apa bedanya penggunaan hukum II Newton “yang sebenarnya” dengan hukum II
Newton versi momentum ? Hukum II Newton versi momentum di atas lebih bersifat umum,
sedangkan Hukum II Newton “yang sebenarnya” hanya bisa digunakan untuk kasus massa benda
tetap. Jadi ketika menganalisis hubungan antara gaya dan gerak benda, di mana massa benda
konstan, kita bisa menggunakan Hukum II Newton “yang sebenarnya”, tapi tidak menutup
kemungkinan untuk menggunakan Hukum II Newton versi momentum. Ketika kita meninjau
benda yang massa-nya tidak tetap alias berubah, kita tidak bisa menggunakan Hukum II Newton
“yang sebenarnya” (F = ma). Kita hanya bisa menggunakan Hukum II Newton versi momentum.
Contohnya roket yang meluncur ke ruang angkasa. Massa roket akan berkurang ketika bahan
bakarnya berkurang atau habis.
“Jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka tumbukan tidak mengubah
momentum total sistem”.
partikel yang satu besarnya sama dan arahnya berlawanan dengan perubahanvector
momentum partikel yang lain.
Catatan : selama tumbukan gaya eksternal (gaya grvitasi, gaya gesek) sangat kecil
dibandingkan dengan gaya impulsif, sehingga gaya eksternal tersebut dapat diabaikan.
2.6 HUKUM KEKALAN MOMENTUM LINEAR
Pada pokok bahasan Momentum dan Impuls, kita telah berkenalan dengan konsep
momentum serta pengaruh momentum benda pada peristiwa tumbukan. Pada kesempatan ini kita
akan meninjau momentum benda ketika dua buah benda saling bertumbukan. Ingat ya,
momentum merupakan hasil kali antara massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut.
Jadi momentum suatu benda selalu dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda. Kita tidak
bisa meninjau momentum suatu benda hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja.
Hukum Kekekalan Momentum Tidak peduli berapapun massa dan kecepatan benda
yang saling bertumbukan, ternyata momentum total sebelum tumbukan = momentum total
setelah tumbukan. Hal ini berlaku apabila tidak ada gaya luar alias gaya eksternal total yang
bekerja pada benda yang bertumbukan. Jadi analisis kita hanya terbatas pada dua benda yang
bertumbukan, tanpa ada pengaruh dari gaya luar Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.
Jika dua benda yang bertumbukan diilustrasikan dengan gambar di atas, maka secara
matematis,hukum kekekalan momentum dinyatakan dengan persamaan :Momentum sebelum
tumbukan = momentum setelah tumbukan
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2
Keterangan :
m1 = massa benda 1,
m2 = massa benda 2,
v1 = kecepatan benda 1 sebelum tumbukan,
v2 = kecepatan benda 2 sebelum tumbukan,
v’= kecepatan benda 1 setelah tumbukan,
v’2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum, maka :
m1v1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan,
m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan,
m1v’1 = momentum benda 1 setelah tumbukan,
m2v’2 = momentum benda 2 setelah tumbukan
Perlu anda ketahui bahwa Hukum Kekekalan Momentum ditemukan melalui percobaan
pada pertengahan abad ke-17, sebelum eyang Newton merumuskan hukumnya tentang gerak
(mengenai Hukum II Newton versi momentum telah saya jelaskan pada pokok bahasan
Momentum, Tumbukan dan Impuls). Walaupun demikian, kita dapat menurunkan
persamaanHukum Kekekalan Momentum dari persamaan hukum II Newton. Yang kita tinjau ini
khusus untuk kasus tumbukan satu dimensi, seperti yang dilustrasikan pada gambar di atas.
BAB III
TUMBUKAN
Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda 1 bergerak dengan
kecepatanv1 dan benda 2 bergerak dengan kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan
terpantul dalamarah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor
sehinggadipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan bertanda positif
dan arahke kiri bertanda negatif. Karena memiliki massa dan kecepatan, maka kedua benda
memiliki momentum (p = mv) dan energi kinetik (EK = ½ mv2). Total Momentum dan Energi
Kinetikkedua benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.
Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai berikut :
m v + m v = m v' +m v' →Persamaan 1
Keterangan :
m1 = massa benda 1,
m2 = massa benda 2
v1 = kecepatan benda sebelum tumbukan dan
v2 = kecepatan benda 2 Sebelum tumbukan
v’1 = kecepatan benda Setelah tumbukan,
v’2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum,
m1v1 = momentum benda 1 sebelum tumbukan,
m1v’1 = momentum benda 1 setelah tumbukan
m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan,
m2v’2 = momentum benda 2 setelah tumbukan
Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
12m₁v₁² = EK benda 1 sebelum tumbukan
12m₂v₂²= EK benda 2 sebelum tumbukan
12m₁v'₁²= EK benda 1 setelah tumbukan
12m₂v'₂²= EK benda 2 setelah tumbukan
Kita telah menurunkan 2 persamaan untuk Tumbukan Lenting Sempurna, yakni
persamaan Hukum Kekekalan Momentum dan Persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Ada suatu halyang menarik, bahwa apabila hanya diketahui massa dan kecepatan awal, maka
kecepatansetelah tumbukan bisa kita tentukan menggunakan suatu persamaan lain. Persamaan ini
diturunkan dari dua persamaan di atas.
m₁ v₁+m₂v₂=m₁v'₁+m₂v'₂
m₁ v₁-m₂v₂=m₁v'₁-m₂v'₂
m₁v₁-v'₁=m₂(v'₂-v₂)→ Persamaan a
Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam Tumbukan Lenting sempurna, selain
persamaan Kekekalan Momentum dan persamaan Kekekalan Energi Kinetik. Persamaan 3
menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua benda sebelum dan setelah
tumbukan sama besar tetapi berlawanan arah, berapapun massa benda tersebut.
Tumbukan elastik
e : koefisien elastisitas,
e = 1 untuk tumbukan elastis
0 < e < 1 untuk tumbukan tidak elastis
e = 0untuk tumbukan tidak elastis sempurna
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa momentum didefinisikan sebagai hasil
perkalian antara massa dengan kecepatannya, impuls didefinisikan sebagai hasil kali gaya
dengan selang waktu kerja gayanya.
Hukum kekekalan momentum suatu benda dapat diturunkan dari persamaan hukum
kekekalan energi mekanik suatu benda tersebut.
Apabila dua buah benda bertemu dengan kecepatan relatif maka benda tersebut akan
bertumbukan dan tumbukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lenting sempurna dan tak
lenting. Pada tumbukan lenting sempurna energi kinetik benda tidak ber kurang atau berubah
menjadi energi lain, pada tumbukan tak lenting energi kinetik benda sebagian berubah menjadi
energi lain seperti energi bunyi, energi panas, dll.
DAFTAR RUJUKAN
Giancoli, Douglas C.2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991, Fisika Jilid I (Terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga.
Tipler, P.A.1998, Fisika untuk Sains dan Teknik–Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga