Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH PENGANTAR LINGKUNGAN LAHAN BASAH

“MAKALAH KARAKTERISTIK LAHAN BASAH MANGROVE”

DISUSUN OLEH :
Aufadelima Najla Perimulia A. (2110116220016)
I Gusti Kadek Agus Rianta (2110116310004)
Maudiya Fitriani (2110116220013)
Nida Munirah (2110116320003)

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Dharmono, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Pengertian Mangrove
Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas
suatu tumbuhan. Ada juga yang menyebutkan bahwa mangrove berasal dari kata mangro,
yaitu nama umum untuk Rhizopora mangle di Suriname (Purnobasuki, 2005). Macnae
(1968) dalam Rusila et al., (1999) menyebutkan kata mangrove merupakan perpaduan
antara bahasa Portugis mangue dan dalam bahasa Inggris grove.

Definisi lebih lanjut tentang mangrove juga diberikan oleh beberapa ahlidengan
bahasa yang berbeda tetapi merujuk pada hal yang sama. Menurut Hutchings dan Saenger
(1987) mangrove merupakan formasi tumbuhan daerah litoral yang khas dan tumbuh di
pantai yang terlindung di daerah tropis dan subtropis. Di lain pihak, Soerianegara (1986)
menyatakan bahwa hutan mangrove ialah hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur
alluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan
terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,
Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai, estuari atau muara
sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian
maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada
kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif.
Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan
pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa
Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu
Rhizophora sp. Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias
antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah
baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di daerah pantai.

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan hutan
bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan disebut
hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh air payau.
Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon yang tumbuh
di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa pasang tropika dan subtropika. Mangrove
mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang
berperan penting sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap erosi pantai.
Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam memelihara efisiensi dan
berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan, bertanggung jawab atas kapasitasnya
sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan.

B. Ciri-ciri Abiotik dan Biotik

A. Abiotik
1. Air
Air mangrove di Indonesia berupa gabungan antara air tawar dan air laut,
sehingga menjadikan air di lingkungan tersebut menjadi payau. Dalam
pengertiannya air payau (Brackish Water) merupakan campuran antara air tawar
dan air laut (air asin). Jika kadar garam yang dikandung dalam satu liter air
adalah antara 0,5 sampai 30 gram, maka air ini disebut air payau. Namun jika
lebih, disebut air laut atau air asin.
2. Tanah
Mangrove di Indonesia berada di daerah pesisir pantai, jadi sangat berbeda
dengan daerah lainnya. Pada umumnya, mangrove berada di wilayah yang tanahnya
berupa lumpur tanah liat dan bercampur dengan bahan-bahan organik. Namun ada
beberapa wilayah yang memiliki bahan organik dengan porsi yang lebih banyak,
bahkan bisa berupa lahan gambut. Selain itu ada juga wilayah dengan jenis tanah
berupa lumpur mengandung pasir yang tinggi, ataupun dominan dengan pecahan-
pecahan karang. Hal ini terjadi di dekat kawasan terumbu karang.
3. Udara
Secara geografis, udara daerah mangrove di Indonesia termasuk jenis
udara equatorial karena berada di daerah equator antara 20° lintang selatan dan 20°
lintang utara. Daerah equator adalah daerah yang dilalui oleh garis khatulistiwa,
inilah yang menjadi alasan udara mangrove di Indonesia bersifat hangat karena
selalu disinari oleh sinar matahari sepanjang tahun. Sedangkan menurut sifar daerah
sumber udaranya mangrove di Indonesia termasuk jenis udara maritim karena
daerah mangrove di Indonesia berada di pesisir pantai. Jadi, udaranya terbentuk di
atas permukaan laut. Dari uraian di atas bisa diketahui bahwa udara di daerah
mangrove Indonesia adalah udara equator maritim karena udaranya terbentuk di
atas permukaan laut di daerah sekitar equator atau garis khatulistiwa.
4. Iklim
Iklim merupakan suatu keadaan di mana terdapat kondisi cuaca rata-rata di
suatu daerah dengan jangka waktu yang panjang (minimal 30 tahun). Iklim
dipengaruhi oleh atmosfer, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, sinar
matahari, dan tentunya garis khatulistiwa. Indonesia berada di daerah garis
khatulistiwa, jadi secara otomatis iklim di daerah mangrove adalah iklim tropis.
Iklim tropis sendiri memiliki arti suatu daerah yang terletak di antara garis isoterm
pada bumi bagian utara dan bagian selatan. Iklim tropis terdapat pada posisi 23,5
derajat lintang utara dan 23,5 derajat lintang selatan. Iklim tropis juga terletak pada
garis khatulistiwa. Pada iklim tropis hanya terdapat 2 musim, yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Wilayah tropis dibedakan menjadi dua sesuai dengan keadaan
alam. Yang pertama adalah daerah tropis kering meliputi, stepa, sabana kering, dan
juga gurun pasir. Lalu yang kedua iklim lembab meliputi, hutan hujan tropis,
sabana, serta daerah-daerah yang memiliki musim basah. Menurut Lippsmeier
(1994), Indonesia masuk ke dalam bagian hutan hujan tropis daerah sekitar
khatulistiwa sampai sekitar 15 derajat di utara dan selatan. Karakter iklim hutan
hujan tropis biasanya ditandai dengan presipitasi dan kelembaban tinggi. Karena
wilayah Indonesia ini termasuk pada wilayah tropis basah yang memiliki iklim
hangat lembab maka ciri-ciri iklim daerah mangrove dari tropis basah sebagai
berikut:
 Kelembaban udara yang relatif tinggi sampai di atas 90%.
 Memiliki curah hujan yang tinggi.
 Suhu tahunan di wilayah Indonesia bisa lebih dari 18 derajat, lalu jika
musim kemarau dapat mencapai 38 derajat.
 Perbedaan antar musim di Indonesia tidak terlalu terlihat. Kecuali pada
periode hujan ringan dan hujan besar yang disertai angin kencang.
B. Biotik
1. Fauna
Ciri utama pada fauna yang terdapat di daerah mangrove adalah
produktivitas yang tinggi namun keanekaragaman yang rendah. Hal ini disebabkan
dengan daerah yang memiliki air dengan sifat payau, hanya ada beberapa fauna saja
yang bisa beradaptasi atas perubahan di daerah mangrove dan hal ini juga yang
mengakibatkan tingkat produktivitas tinggi karena Fauna yang hidup di daerah
mangrove khususnya di Indonesia terbagi menjadi 2 kelompok, fauna daratan
membentuk atau terestrial dan fauna perairan atau akuatik.
a. Fauna Daratan Membentuk atau Terestrial
Umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas :
insecta, arachnida, reptil, primata dan aves. Kelompok ini sifat adaptasi khusus
untuk hidup di dalam hutan mangrove, karena mereka melewatkan sebagian
besar hidupnya di luar jangkauan air laut pada bagian pohon yang tinggi
meskipun mereka dapat mengumpulkan makanannya berupa hewan laut pada
saat air surut. Jenis insecta pada daerah mangrove misalnya semut (Oecophylla
sp.), ngengat (Attacus sp.), kutu (Dysdercus sp.); jenis laba-laba (Argipe spp.,
Nephila spp., Cryptophora spp.); jenis reptil seperti kadal (Varanus sp.), ular
pohon (Chrysopelea sp.), ular air (Cerberus sp.); jenis primata (Nasalis
larvatus); jenis aves seperti Podicipedidae (titihan), Phalacrococidae (pecuk),
Pelecanidae (pelikan), Ardeidae (kuntul, cangak, kowak), Ciconiidae (bangau),
Threskiornithidae (pelatuk besi, burung paruh sendok), Anatidae (bebek,
mentok, angsa), Gruidae (burung jenjang), Rallidae (ayam-ayaman, mandar,
kareo, terbombok), Heliornithidae (finfoot), Jacanidae (ucing-ucingan),
Rostratulidae, Haemotopodidae, Charadriidae (trinil), Scolopacidae (gajahan,
berkek), Recurvirostridae, Phalaropodidae, Burhinidae, Glareolidae (terik) dan
Laridae (camar).
b. Fauna Perairan atau Akuatik
Terdiri atas dua tipe, yaitu :hidup di kolam air, terutama berbagai jenis
ikan dan udang dan menempati substrat baik keras (akar dan batang mangrove)
maupun lunak (lumpur) terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis
invertebrata lainnya. Berikut jenis-jenis fauna perairan atau akuatik.
1) Kepiting Laga atau Fiddler Carb (Uca sp.)
Kepiting laga terdiri dari beragam spesies. Terdapat 80 spesies
kepiting laga di seluruh dunia. Warnanya sangat beragam. Semua warna,
hampir bisa dipastikan terdapat dikarapasnya yang berwarna-warni seperti
pelangi.
Disebut juga dengan Kepiting Pemain Biola atau Fiddler Crab.
Disebut demikian, karena gerakan capitnya mirip sekali dengan gerakan
pemain biola saat menggesek alat musik itu. Nama ilmiahnya adalah Uca sp.
Kepiting laga adalah kepiting kecil bersapit besar. Dia sering ditemukan
mencari makanan di daerah berpasir, habitat favoritnya.
Kepiting jantan memiliki capit besar sebelah, sedangkan kepiting
betinanya, mempunyai sepasang capit kecil yang sama. Kepiting laga sering
terlihat bersosialisasi di tempat yang panas. Mereka bisa hidup pada
lingkungan bersuhu tinggi, karena memiliki kemampuan beradaptasi pada
variasi suhu dan salinitas yang lebar.
Kepiting laga jantan sering bertarung untuk memperebutkan kepiting
laga betina. Mereka memiliki pola sosialisasi yang unik. Secara bersama-
sama mereka menjaga satu buah lubang.
2) Kepiting Semaphore atau Semaphore Crab (Ilyoplax sp.)
Kepiting ini sering menaikturunkan capitnya seolah-olah sedang
memainkan kode-kode semaphore. Nama ilmiahnya adalah Ilyoplax sp.
Kepiting semaphore menaikturunkan capitnya untuk menandai daerah
kekuasaannya.
Terkadang, kepiting semaphore juga melakukan hal yang sama,
untuk menunjukkan pada lawan jenisnya, bahwa dia telah siap melakukan
perkawinan.
Kepiting semaphore sering dijadikan indikator keberadaan daerah
mangrove. Ukurannya mungil, kurang dari 1 cm. Kepiting semaphore jenis
kepiting pemalu. Begitu ada gerakan, dia akan segera masuk lubangnya.
3) Kepiting Ungu Pemanjat atau Purple Climber Crab (Metopograpsus sp.)
Nama ilmiahnya adalah Metopograpsus sp. Kepiting ungu pemanjat
sering memanjat akar bakau. Kepiting ini memanjat untuk menghindari air
pasang dan predator. Di balik rapatnya perakaran mangrove jenis Rhizhopora,
kepiting ungu pemanjat sering melakukan perkawinan. Proses kawin terjadi
sesaat setelah sang betina berganti kulit.
Proses perkawinan distimulasi oleh sebuah feromon. Kepiting kawin
secara internal. Sang jantan memindahkan spermatozoa ke oviduk si betina.
Mereka kawin di darat. Tapi setelah itu, saat suhu hangat, si betina segera
menuju ke laut secara periodik untuk melepaskan telurnya.
4) Kepiting Oranye atau Orange Signaller Crab (Metaplax sp.)
Kepiting oranye menggunakan dua capit besarnya untuk menangkap
makanan di substrat mangrove yang halus. Makanannya adalah cacing-cacing
bentik yang berukuran kecil. Mereka bertempat tinggal diantara akar-akar
Rhizophora dan substrat mangrove yang halus pada tepian saluran air
mangrove.
Sang Jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari betinanya.
Kepiting oranye memiliki sepasang capit oranye yang besar, untuk itulah dia
disebut Kepiting Oranye. Warna capitnya terlihat sangat kontras dengan
substrat mangrove yang hitam.
Kepiting oranye jantan sering bertarung. Pertarungan akan terjadi
saat mereka memperebutkan betina atau lubang tempat tinggalnya. Jika sudah
bertarung mereka seolah tak mau berhenti. Pertarungan akan berhenti saat
salah satu dari mereka menyerah.
Dalam pertarungan hal biasa bila mereka akan kehilangan salah satu
capitnya. Saat malam tiba, Kepiting oranye menghabiskan hidupnya untuk
beristirahat. Kepiting oranye sering terlihat sedang bercengkrama dengan
betinanya.
Kepiting oranye sering bergerombol di substrat mangrove yang halus
untuk mencari makan dan mencari pasangan. Kepiting oranye jantan
memiliki bentuk abdomen (perut) yang lancip. Sedangkan betinanya,
memiliki abdomen membundar.
Saat bertelur, sang betina menempatkan telurnya dibagian perutnya.
Sang jantan terlihat memiliki sepasang capit yang lebih besar dari Sang
Betina.
Kepiting oranye mendapatkan oksigen dari air. Air itu kadang
mengandung garam dan logam berat yang bisa terakumulasi ke tubuh mereka.
Meskipun di bagian mulutnya sudah terdapat bulu-bulu halus sebagai filter,
namun hal ini tidak mampu menghalangi difusi ion kecil logam berat itu
masuk ke dalam membran insangnya.
5) Ikan Gelodok atau Mudskipper (Periophthalmus sp.)
Ikan gelodok disebut juga dengan mudskipper. Ikan gelodok adalah
ikan lumpur yang lucu. Ikan gelodok bisa berjalan dan berlompatan diantara
akar-akar mangrove. Ikan ini merupakan keluarga dari ikan Gobiidae. Dia
memiliki mata yang menonjol keluar. Matanya berfungsi maksimal saat
melihat pemangsanya dari jauh.
Kemampuannya untuk hidup di dua alam menjadikan fauna ini
sangat tangguh. Ikan gelodok memiliki kemampuan berjalan dengan kaki
palsunya. Sebenarnya kaki ini adalah sirip dadanya yang telah mengalami
adaptasi sehingga menjadi kuat dan bisa digunakan untuk berjalan di lumpur
mangrove.
Ikan gelodok biasa disebut ikan bermata kodok. Hal unik dari ikan
gelodok adalah matanya bisa berkedip. Tidak semua ikan gelodok hidup di
lumpur mangrove, ada juga yang hidup di muara atau inlet saluran air yang
masuk ke dalam hutan mangrove. Ular adalah predator ikan gelodok. Ular
mangrove mencari ikan gelodok pada malam hari.
Ikan gelodok adalah makanan lezat yang dapat mengganjal perut ular
hingga tiga sampai empat hari sebelum perburuan berikutnya.
6) Udang Pistol atau Pistol Shrimp (Alpheus sp.)
Udang pistol dinamakan demikian karena bunyi capitnya seperti
tembakan pistol. Disebut juga dengan Snapping Prawns karena suara
capitnya seperti petikan jari manusia. Nama ilmiahnya adalah Alpheus sp.
Sesekali dia berhenti dan bersembunyi di balik akar pohon
mangrove, pecahan karang atau daun mangrove yang jatuh pada permukaan
air, sembari mencari makanan.
Udang pistol termasuk fauna yang bisa memakan segala macam
makanan. Dalam pengembaraan menyusuri lantai hutan udang pistol
menempati lubang dari hewan mangrove yang telah ditinggalkan
penghuninya. Capitnya yang besar digunakan sebagai alat untuk memegang
dan memotong makanan.
Capit juga digunakan sebagai alat bantu dalam mendorong lumpur,
batuan kecil atau pasir saat menggali lubang. Saat bertelur, udang pistol
betina membawa telur-telur berwana hijau pada perutnya. Malam hari udang
pistol tetap aktif mencari makan menyusuri lantai hutan mangrove.
Udang pistol sering memainkan capitnya sehingga terdengar suara
seperti tembakan pistol. Hal ini dilakukannya untuk menganggu konsentrasi
pemangsanya sehingga tak jadi untuk memangsanya. Dia menggunakan hutan
mangrove sebagai tempat mencari makan, berlindung, memijah, dan
membesarkan anaknya.
Udang pistol menggali lubang persembunyiannya dibawah sebuah
pecahan batu karang. Efek yang ditimbulkan dari penggalian lubang ini
sangat unik karena akan terlihat kepulan lumpur dari dalam pecahan batu
karang tadi. Dengan kaki renangnya, dia menyingkirkan batuan kecil dan
pasir untuk membangun liangnya.
7) Kepiting Pemanjat Pohon atau Tree-Climbing Crab (Episesarma sp.)
Ukuran kepiting pemanjat pohon sebesar kepalan tangan orang
dewasa. Kepiting memiliki pasangan anggota tubuh bernama maksiliped yang
digunakan untuk makan. Diameter lubangnya bisa mencapai 6 cm.
Kepiting pemanjat pohon hidup secara berkelompok. Dalam 25
meter persegi bisa terdapat lima sampai dengan enam lubang. Nama
ilmiahnya adalah Episesarma sp. Untuk membedakan satu spesies dengan
spesies lainnya, kita bisa melihat dari warna capitnya. Kepiting jantan,
memiliki bentuk abdomen atau perut yang lancip. Selesai mencari makan, dia
kembali kedalam lubangnya.
Sama seperti kepiting ungu pemanjat, dia suka memanjat pohon
mangrove tapi tidak terlalu tinggi. Tujuannya sama untuk menghindari air
pasang dan predator, seperti ular dan berang-berang.
8) Kelomang Darat atau Land Hermit Crab (Coenobita sp.)
Nama ilmiahnya adalah Coenobita sp. Disebut juga dengan kepiting
pertapa atau kepiting hermit, karena dia nampak seperti pertapa dan cangkang
keong itu adalah goanya.
Kelomang dilahirkan telanjang tanpa cangkang. Kelomang darat
adalah kepiting anomura yang hanya memiliki tiga pasang kaki jalan. Sungut
pendek atau antenula terletak diantara matanya yang digunakan untuk
menangkap bau dan mencari makanan.
Sungut panjangnya atau antena terletak diluar matanya, berfungsi
sebagai penyentuh benda. Saat diangkat dari atas tanah kelomang darat sering
berontak, bahkan terkadang bisa melompat keluar dari cangkangnya.
Kelomang akan berganti cangkang seiring dengan perkembangan tubuhnya.
Kelomang darat mencari cangkang baru untuk menggantikan
cangkang lamanya di pesisir pantai sekitar mangrove. Kelomang darat akan
melepaskan cangkang lamanya dan berjalan mundur sambil menyembunyikan
karapasnya yang lunak.
Di alam, kelomang darat akan menggunakan apa saja untuk
mengganti cangkangnya bila merasa sudah sempit. Jika tidak segera
menemukan cangkang, dia bisa memakai cangkang apa saja seperti bohlam
lampu bekas.
Kelomang darat sangat pemilih dalam menentukan cangkangnya.
Kelomang darat bisa menghabiskan waktu hingga lebih dari dua jam, hanya
untuk melihat-lihat cangkang barunya.
Dengan menyentuh menggunakan kaki dan antenanya, kelomang
darat akan berpindah tempat ke cangkang barunya. Dia harus memastikan
kalau cangkang barunya dengan kualitas jauh lebih baik daripada cangkang
lamanya.
9) Kelomang Mangrove atau Mangrove Hermit Crab (Clibanarius sp.)
Nama ilmiahnya adalah Clibanarius sp. Kelomang mangrove mudah
dikenali dari warna kakinya yang bergaris-garis biru. Setelah terjadi
pergantian kulit, tubuhnya semakin membesar dan cangkangnya terasa
sempit. Apabila hal ini terjadi, kelomang mangrove akan segera melepaskan
cangkang keongnya dan mencari cangkang baru.
Kelomang mangrove mencarin cangkang baru di pesisir pantai. Bila
tidak ditemukan, maka kelomang mangrove akan mencoba mendekati
cangkang temannya dan mulai menyerang dua temannya yang bercangkang.
Sama seperti kelomang darat, kadang kelomang mangrove nekat
membunuh dan memakan temannya hanya untuk merebut cangkang yang
diinginkannya.
Setelah lama mencari, apabila terdapat bohlam lampu bekas
kelomang mangrove akan memasukinya. Jika ukurannya pas dengan
karapasnya, maka kelomang mangrove tidak sungkan berjalan dengan bohlam
lampu tersebut.
2. Flora
Secara umum, ciri-ciri flora yang tumbuh di daerah mangrove adalah
sebagai berikut.
 Sebagian besar hanya terdiri dari satu jenis pohon, yakni pohon bakau.
 Mempunyai akar pohon yang tidak beraturan (pneumatofora).
 Memiliki biji yang bersifat vivipar ataupun dapat berkecambah di pohonnya.
Dari ciri-ciri di atas bisa kita ketahui bagaimana jenis-jenis flora yang
tumbuh di daerah mangrove. Berikut Jenis flora yang tumbuh di daerah mangrove.
a. Bakau (Rhizophora sp.)
Pohon bakau adalah jenis tanaman mangrove tropis dari genus
Rhizophora. Di hutan mangrove, bakau biasanya tumbuh di bagian paling depan
yang berhadapan dengan laut. Memiliki akar tunjang yang tumbuh menyembul
dari batang bawah. Akar tersebut berfungsi untuk memperkokoh cengkeraman
pohon agar tidak rebah. Selain itu berfungsi juga sebagai alat pernapasan.
Pohon bakau bisa tumbuh di lingkungan dengan kadar garam tinggi,
terendam air, tanah berpasir, dan sedimen lumpur. Akar bakau memiliki kelenjar
khusus yang bisa menyaring garam dari air laut. Sebagian garam juga dibuang
melalui daun-daun tua yang digugurkan. Daun pohon bakau memiliki lapisan
kutikula yang tebal untuk mengurangi penguapan.
Kadang-kadang bakau dianggap sama dengan mangrove namun di
beberapa literatur bakau dan mangrove dianggap dua istilah yang berbeda.
Bakau merupakan salah satu jenis mangrove dari genus Rhizopora.
Bunga pohon bakau melakukan penyerbukan dengan bantuan angin.
Bunga bakau juga bisa melakukan penyerbukan sendiri. Benih yang telah
matang jatuh di sekitar pohon induknya dan kadang terbawa air laut sampai jauh.
Benih tersebut bisa bertahan lama hingga berminggu-minggu terbawa arus.
Pada awalnya benih bakau jatuh dalam posisi horisontal. Kemudian
salah satu ujungnya akan menyerap air sehingga ujung tersebut menjadi berat
dan posisinya berubah menjadi vertikal. Dalam beberapa minggu akan tumbuh
akar dan daun di ujung lain yang menghadap ke atas. Ketika bibit yang telah
berkecambah tersebut menyentuh tanah, akar tersebut akan berfungsi seperti
jangkar sehingga pohon tidak melayang di atas air. Pada keadaan tersebut pohon
bakau akan tumbuh dengan cepat. Akar akan terus menghujam tanah dan
tumbuh daun-daun baru. Dalam tahun pertama bakau bisa tumbuh hingga 60 cm.
Karena kemampuan tumbuh yang cepat di tahun-tahun awal, pohon bakau
memiliki peluang yang besar untuk bertahan hidup di lahan pasang surut. Oleh
karena itu pohon ini sering digunakan untuk reboisasi hutan mangrove.
Jenis-jenis pohon bakau yang hidup di daerah mangrove sebagai
berikut.
1) Bakau Minyak (Rhizophora apiculata)
Bakau minyak adalah pohon dengan ketinggian mencapai 30 m
dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas
hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara
yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
2) Bakau Kurap (Rhizophora mucronata)
Bakau kurap adalah pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang
melebihi 30 m. Batangnya memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu
berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akarnya adalah
akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
3) Bakau Kecil (Rhizophora stylosa)
Bakau kecil adalah pohon dengan satu atau banyak batang, tingginya
bisa mencapai 10 m. Kulit kayu yang halus, bercelah, berwarna abu-abu
hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar
udara yang tumbuh dari cabang bawah.
b. Api-api (Avicennia sp.)
Api-api merupakan pioneer atau pelopor dari spesies mangrove, yang
mungkin paling luas dari semua mangrove. Disebut pioner karena merupakan
pohon yang pertama tumbuh ketika lahan mangrove terbuka setelah terjadi
kerusakan atau gangguan. Habitus atau tongkrongan pohon ini berupa belukar
atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dengan ketinggian pohon
mencapai 30 meter dan tumbuh di atas lumpur berpasir pada bagian tepi
menjorok ke laut.
Jenis api-api yang lebih sering ditemukan di Indonesia adalah
Avicennia marina. Susunan daun Avicennia marina adalah tunggal, bertangkai,
berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat. Helai daun berbentuk
seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya,
sering dengan kristal garam yang terasa asin. Pertulangan daun pada umumnya
tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun juga terletak pada lekuk pasangan tangkai
daun teratas.
Dalam kehidupannya, pohon api-api menghadapi kondisi yang cukup
berat, karena harus tumbuh dan berkembang pada kadar garam yang tinggi.
Untuk bertahan hidup, maka jenis ini beradaptasi pada lingkungan yang
berlumpur dan berkadar garam tinggi.
Pohon api-api memiliki cara hidup yang unik, misal akar api-api
bentuknya seperti pinsil dan rapat-rapat muncul ke atas atau ke permukaan
lumpur yang berguna untuk bernafas, biasanya akar tersebut muncul di
sekeliling pangkal batangnya. Akar api-api memiliki ukuran sekitar 10-30 cm.
Api-api memiliki daun yang berwarna putih dibagian bawahnya karena
dilapisi kelenjar garam atau kristal garam. Kristal garam yang berada di bawah
lapisan daun disebabkan karena kelebihan garam yang di buang oleh tumbuhan
api-api. Jika buahnya belum gugur, biji api-api berkecambah dan masih melekat
pada rantingnya. Pada saat biji api-api terjatuh ke lumpur maka akan segera
tumbuh.
c. Pidada (Sonneratia sp.)
Berikut merupakan jenis-jenis dari pohon pidada yang hidup di daerah
mangrove.
1) Perepat atau Pidada Putih (Sonneratia alba)
Perepat atau pidada putih adalah spesies pohon yang umumnya
tumbuh di hutan bakau. Pohonnya memiliki batang yang besar dan sering
ditemukan hidup diantara bebatuan karang atau pasir laut yang langsung
berhadapan dengan laut terbuka.
Daun perepat tumbuh berhadapan, tebal, berbentuk bulat telur
terbalik, berukuran panjang 5-12 cm dan lebar 3-9 cm, dengan pangkal
bentuk baji dan berkelenjar di pangkalnya.
Bunga perepat berkelamin ganda, soliter atau dalam karangan tiga
kuntum di ujung ranting, dan bertangkai pendek. Tabung kelopak serupa
lonceng, sering berusuk, dengan 6-7 taju kelopak sepanjang 2-2,5 cm,
berwarna hijau dibagian luar dan merah dibagian dalam. Buahnya berupa bola
agak gepeng, berukuran sekitar 3 × 4 cm, berbiji banyak, dengan pangkal
yang terlindung kelopak dan bermahkota bekas tangkai putik. Buah perepat
beraroma tak sedap jika di masak.
Pohon perepat bisa tumbuh hingga 15meter dan bermahkota lebar
dengan daun yang agak jarang. Kulit batangnya berwarna krem hingga
cokelat dengan retak-retak halus mendatar.
2) Pidada Merah atau Perepat Merah (Sonneratia caseolaris)
Pidada merah adalah pohon yang ketinggiannya mencapai 15 m,
jarang mencapai 20 m. Memiliki akar nafas vertikal seperti kerucut (tinggi
hingga 1 m) yang banyak dan sangat kuat. Ujung cabang atau ranting terkulai,
dan berbentuk segi empat pada saat muda.
3) Kedabu (Sonneratia ovata)
Kedabu adalah pohon yang berukuran kecil atau sedang, biasanya
hingga 5 m, kadang-kadang mencapai 20 m, dengan cabang muda berbentuk
segi empat serta akar napas vertikal.
d. Lacang ( Bruguiera sp.)
Berikut merupakan jenis-jenis bruguiera yang terdapat di daerah
mangrove.
1) Burus (Bruguiera cylindrica)
Pohon burus selalu hijau, berakar lutut dan akar papan yang melebar
ke samping di bagian pangkal pohon, ketinggian pohon burus kadang-kadang
mencapai 23 meter. Kulit kayu berwarna abu-abu, relatif halus dan memiliki
sejumlah lentisel kecil.
2) Putut atau Kendeka (Bruguiera gymnorrhiza)
Pohon putut adalah pohon yang selalu hijau dengan ketinggian
kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayunya memiliki lentisel,
permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat
(warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian
pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut.
3) Berus Mata Buaya (Bruguiera hainessii)
Pohon berus mata buaya merupakan pohon yang selalu hijau dengan
ketinggian mencapai 30meter dan batang berdiameter sekitar 70 cm. Kulit
kayunya berwarna coklat hingga abu-abu, dengan lentisel besar berwarna
coklat-kekuningan dari pangkal hingga puncak.
4) Lenggadai (Bruguiera parviflora)
Lenggadai berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi
(meskipun jarang) dapat mencapai 20 m. kulit kayunya burik, berwarna abu-
abu hingga coklat tua, bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal
pohon. Akar lenggadai adalah akar lutut dan tingginya dapat mencapai 30 cm.
5) Tumu (Bruguiera sexangula)
Pohon tumu merupakan pohon yang selalu hijau dengan ketinggian
kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayunya berwarna coklat muda-abu-
abu, memiliki tekstur yang halus hingga kasar, memiliki sejumlah lentisel
berukuran besar, dan pangkal batang yang membengkak. Akarnya berupa
akar lutut, dan kadang-kadang akar papan.
e. Nyiri (Xylocarpus sp.)
Berikut ini merupakan jenis-jenis nyiri yang terdapat di daerah
mangrove.
1) Nyiri Batu atau Niri Batu (Xylocarpus moluccensis)
Pohon nyiri batu tingginya antara 5-20 m. Memiliki akar nafas
mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayunya halus, sementara pada batang
utama memiliki guratan-guratan permukaan yang tergores dalam.
2) Nyiri (Xylocarpus granatum)
Pohon nyiri dapat mencapai ketinggian 10-20 m. Memiliki akar
papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk dan membentuk celahan-
celahan. Batangnya seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih
tua. Kulit kayunya berwarna coklat muda-kekuningan, tipis dan mengelupas,
sementara pada cabang yang muda kulit kayu berkeriput.
f. Nipah (Nypa fruticans)
Nipah merupakan salah satu nama tanaman dari banyak spesies palem,
dengan nama latin Nypa fruticans. Pohon nipah mempunyai ciri-ciri morfologi
yang unik. Pertumbuhan cabang pohonnya berada di bawah tanah. Hanya daun
dan bunga yang bisa tumbuh di atas permukaan.
Batang nipah berbentuk rimpang dan menjalar dibawah rendaman
lumpur. Akarnya berjenis serabut yang tumbuh sepanjang 15meter bahkan
terkadang hanyut terbawa arus air.
Nipah umumnya mengalami perbanyakan secara alami dan jarang
dibudidayakan. Pada bagian atas tersusun banyak bunga yang berbentuk bulat
yang terdiri atas kumpulan bunga betina. Sedangkan bunga jantan berbentuk
lonjong, berwarna kuning atau merah dan tumbuh yang berada di bagian bawah
cabang.
Bunga nipah menghasilkan bibit yang berbentuk mirip kacang dan
memiliki sifat kayu. Kacang-kacang ini berbentuk bulat dan tumbuh
berkelompok.
Ukuran tiap tangkainya dapat mencapai 10inch atau 25 cm. Kacang
yang sudah matang biasanya akan lepas dari susunan dan jatuh ke aliran air.
Ketika mengapung di atas air, kacang akan melakukan proses germinasi.
Germinasi merupakan suatu proses dimana tanaman mulai bertumbuh dari bibit
atau apapun yang strukturnya mirip dengan bibit (perkecambahan biji).
g. Ketapang (Terminalia catappa)
Pohon ketapang merupakan tumbuhan berkayu dengan percabangan
banyak dan daun yang rindang. Hal ini yang menjadikan pohon ketapang
menjadi pohon peneduh. Pohon ketapang memiliki tajuk khas yang tumbuh
secara bertingkat sehingga menyerupai pagoda serta cabang yang mendatar.
Pohon ketapang merupakan kelompok tumbuhan dikotil atau berkeping
dua, sehingga sistem perakarannya adalah akar tunggang. Jenis akar tunggang
ketapang adalah akar tunggang bercabang, karena terdapat satu pokok berbentuk
kerucut yang arah tumbuhnya lurus ke bawah dan memiliki banyak cabang akar
yang tumbuh ke samping sebagai penopang.
Pohon ketapang memiliki batang berkayu dan mampu tumbuh
mencapai ketinggian sekitar 35 meter. Tekstur batangnya kasar sebab terdapat
alur atau sulcatus di permukaan kulit batang. Batang pohon ketapang berbentuk
bundar atau teres dan tumbuh secara tegak lurus ke atas. Pohon ketapang sulit
diidentifikasi karena ukurannya hampir sama dengan percabangan. Hal ini yang
menjadi alasan percabangan pohon ketapang di sebut juga sebagai percabangan
simpodial.
Daun ketapang masuk dalam kelompok daun tidak lengkap, karena
unsur penyusunnya hanya ada dua, yaitu tangkai daun dan helai daun. Tangkai
daun pohon ketapang sama seperti daun pada umumnya, berbentuk silinder
dengan sisi pangkal melebar dan cenderung pipih. Sementara itu helaian
daunnya berbentuk seperti telur yang terbalik atau seperti jantung. Tekstur
permukaan atasnya agak licin sementara permukaan bawahnya berambut halus.
Sistem pertulangan daun ketapang menyirip karena mempunyai satu tulang daun
besar sebagai induknya. Tulang daun berada di bagian pangkal daun. Selain itu,
ada pertulangan cabang yang muncul dari bagian pusat daun menuju luar tepi
daun. Jika diraba daun pohon ketapang juga terasa lunak dan tipis.
Bunga pohon ketapang berukuran kecil dan bentuknya menyerupai
lonceng. Ukurannya sekitar 4 sampai 8 mm dengan warna putih, krem, hingga
kuning. Bunga ketapang tidak memiliki mahkota tetapi terdapat kelopak yang
berjumlah 5 helai untuk setiap bunga. Titik tumbuh bunga ketapang berkumpul
di ujung ranting sepanjang 8 hingga 25 cm.
Pohon ketapang juga menghasilkan buah yang bentuknya mirip almond.
Oleh sebab itu, pohon ini juga disebut sebagai tropical almond. Buah ketapang
berukuran antara 4 hingga 5,5 cm dan berwarna hijau pada saat masih muda,
kemudian berubah menjadi merah kecokelatan setelah masak. Buah ini
mempunyai biji di dalamnya yang terlindungi oleh kulit buah yang licin.
Di dalam buah pohon ketapang terdapat biji yang terbungkus oleh serat.
Biji ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu kulit biji dan tali pusar. Kulit biji
terdiri atas dua lapisan, yaitu testa atau lapisan kulit terluar dan tegmen atau
lapisan kulit terdalam. Lapisan terluar berfungsi sebagai pelindung, karena
mempunyai tekstur yang keras layaknya kayu. Bagian kedua dari biji ketapang
adalah tali pusar yang menjadi penghubung antara biji dengan tembuni. Secara
sederhana tali pusar tersebut berperan seperti tangkai pada biji. Apabila biji
sudah masak, maka secara otomatis biji tersebut lepas dari tali pusar. Meski
begitu bekas keberadaan tali pusar cukup jelas di bagian atas biji.
h. Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Nyamplung memiliki habitus berupa pohon yang bertajuk rimbun
dengan tinggi mencapai 10-30 m, batang berwarna cokelat, bulat dan berkayu,
biasanya tumbuh agak bengkok, condong atau bahkan cenderung mendatar, serta
memiliki getah lekat berwarna putih atau kuning. Panjang cabang dan
diameternya dapat mencapai 21meter dan 150 cm, dengan percabangan
mendatar dan tidak berbanir. Kayunya mempunyai tekstur agak kasar tidak
merata dengan arah serat sangat berpadu, agak bergelombang atau tidak teratur.
Tanaman nyamplung biasanya menghasilkan buah yang berbentuk bulat
dengan diameter 2,5 - 3,5 cm dengan bakal buah umumnya berwarna merah.
Buah nyamplung yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang sudah
tua berwarna kekuningan. Bijinya bulat, tebal, keras, warna cokelat, inti biji
berwarna kuning. Tempurungnya keras mirip tempurung kelapa, melindungi inti
biji yang mengandung minyak, berbentuk bulat mancung berwarna kuning. Helai
daun berbentuk jorong hingga agak lonjong atau bundar telur terbalik dengan
ujung tumpul, membundar, atau melekuk ke dalam, kaku seperti kulit dan
mengkilap. Daun tunggal bersilang berhadapan, pertulangan menyirip, panjang
10 - 21 cm, lebar 6 - 11 cm, dan tangkai 1,5 - 2,5 cm. Bunga majemuk berbentuk
tandan dan berbau harum terletak pada ketiak daun yang teratas. Bunga mahkota
berwarna putih, benangsari berwarna kuning sebanyak empat helai.

C. Potensi
Hutan mangrove adalah jenis hutan yang tumbuh biasanya di daerah pantai
dimana adanya pertemuan antara air tawar yang berasal dari sungai dengan air asin yang
berasal dari laut. Air yang dihasilkan dari kedua paduan air ini biasa dikenal dengan air
payau. Hutan mangrove menjadi suatu tempat yang menghasilkan potensi dan manfaat
berbeda pula bagi kehidupan.

Adapun potensi yang dihasikan oleh hutan mangrove sebagai berikut ;

1. Hutan Mangrove Sebagai Penyedia Sandang Pangan Manusia


Hutan mangrove memiliki potensi yang sangat besar baik bagi manusia
maupun bagi flaura dan fauna yang hidup dalam ekosistem ini. Bagi manusia hutan
mangrove berpotensi sebagai penyedia kebutuhan sandang dan pangannya. Karena
hutan mangrove menyediakan beberapa jenis bahan baku yang bisa dipakai untuk
menopang kehidupan manusia. Sebut saja beberapa jenis pohon di hutan mangrove
seperti pohon bakau yang dapat dimanfaatkan untuk diambil kayunya. Kebanyakan
penduduk memanfaatkannya untuk membangun rumah atau sebagai bahan bakar.
2. Hutan Mangrove sebagai Agrowisata
Hutan ini juga bisa menjadi suatu tempat agrowisata. Pencanangan hutan
mangrove sebagai agrowisata telah dilakukan untuk beberapa kepentingan. Disamping
untuk menempatkan hutan ini sebagai penambah income daerah, sekaligus untuk ajang
konservasi terhadap hutan itu sendiri. Di Indonesia ada beberapa lokasi yang menjadi
agrowisata hutan mangrove. Perintis pertama yaitu taman wisata Alam Angke Kapuk
yang luasnya sekitar 99,82 hektar yang berlokasi di Kelurahan Kamal Muara di
Jakarta Utara. Setelah itu ada Hutan mangrove Ujung Pagkah di gresik, hutan magroe
Kulon Progo di Yogyakarta, Hutan Mangrove Wonorejo di Surabaya, Hutan mangrove
Bedul di Bayuwangi, Hutan mangrove Tarakan di Kalimantan Timur, Hutan mangrove
Muara Gembong di Bekasi, Hutan Magrove Karimunjawa, hutan mangrove Gunung
Anyar di Surabaya dan hutan mangrove Margomulya di Balikpapan.
Hutan mangrove untuk agrowisata ini tidak hanya memberikan pesona
keindahan alamnya dan menjadi tempat bersantai bagi para pengunjung karena rata-
rata tempat wisata hutan mangrove ini sudah dilengkapi dengan gazebo serta jembatan
untuk pejalan kaki menikmati keindahan alam mangrove. Disamping itu manfaat dari
agrowisata ini memberikan tempat yang baik untuk melestarikan ekosistem alam yang
ada. Karena adanya income masuk bagi tempat wisata ini, dana yang ada bisa menjadi
tambahan biaya untuk menjaga kelestariannya. Hutan mangrove ini juga memberikan
perlindungan terhadap fauna dan flora hutan mangrove di wilayah argowisata tersebut.
3. Hutan Mangrove sebagai Tempat Penelitian
Hutan mangrove memiliki banyak sekali hal-hal yang khas dan berbeda jika
dibandingkan dengan jenis hutan lainnya. Jenis flora dan fauna tentu menjadi ciri khas
tersendiri dari hutan mangrove ini. Cara tumbuh serta berkembangnya flora dan fauna
inipun berbeda dengan flora dan fauna di tempat lain. Contohnya pohon-pohon yang
ada di hutan mangrove model akarnya berbeda dari pohon-pohon yang ada di hutan di
daratan tinggi. Akar dari pohon-pohon di hutan mangrove lebih cenderung untuk
tumbuh ke atas.
Sehingga hal-hal berbeda tersebut bisa menjadi bahan penelitian yang
menarik bagi para peneliti. Belum lagi mengenai keragaman faunanya yang ada di
sini. Jenisnya juga berbeda diantara yang ada di laut maupun di sungai. Hal ini tentu
menjadi bahan penelitian yang baik untuk masa yang akan datang.
4. Hutan Mangrove sebagai Penyaring Udara Dan Air
Hutan mangrove merupakan tempat yang berfungsi untuk penyaring udara
yang berasal dari floranya. Aktifitas manusia yang menimbulkan polusi udara dapat
disaring oleh tumbuhan yang ada di hutan mangrove sehingga dapat menghasilkan
udara yang bersih yang diperlukan oleh manusia. Disamping itu kebutuhan udara
bersihpun dapat dipenuhi oleh hutan mangrove dimana floranya bisa melakukan
fotosintesis untuk menghasilkan oksigen bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan
air. Hutan mangrove juga menjadi tempat yang baik untuk menyaring air yang
mungkin mengandung bahan-bahan yang kurang baik untuk kehidupan. Ketika air
mengalir ke hutan mangrove, maka bahan-bahan ini akan mengendap dan tersaring
oleh tumbuhannya sehingga bisa menjadi air bersih.
5. Hutan Mengrove sebagai Penghambat Dampak Bencana Alam
Hutan mangrove yang rata-rata berada di bibir pantai ini merupakan salah
satu penyelamat manusia dari bencana alam, seperti tsunami. Dengan adanya hutan
mangrove ini, gelombang tinggi dari tsunami bisa sedikit teredam gelombangnya
karena dihambat oleh hutan mangrove yang ada di bibir pantai. Sehingga laju
gelombang dapat sedikit berkurang. Begitu juga dengan pemanasan global, banyaknya
pohon-pohon yang ada di hutan mangrove akan memberikan kesejukkan sehingga
mengurangi panas bumi serta membantu mengurai polusi dari aktifitas manusia.
D. Ancaman dan Upaya Konservasi

Ancaman masih terus terjadi pada hutan mangrove di seluruh Indonesia.


Penyebabnya, selain batang mangrove dijadikan kayu bakar, juga terjadi peralihan fungsi
oleh berbagai pihak. Seperti pengembangan usaha di sebuah kawasan hutan kota
mangrove. Tentunya, pemanfaatan yang tidak tepat akan menghancurkan ekosistem
mangrove. Mebuang sampah sembarangan dikawasan hutan mangrove juga dapat merusak
ekosistem mangrove. Jadi kebanyakan ancaman pada hutan mangrove penyebabnya itu
dari masyarakat yang tinggal diwilayah lahan basah mangrove.

1. Budidaya udang di sekitar hutan mangrove, bagi sebagian orang yang tinggal di dekat
pantai, hutan mangrove terlalu banyak memakan tempat. Faktanya, hutan tersebut
ditebang, seringkali dilakukan secara ilegal, untuk mengkonversi hutan yang
kemudian digunakan untuk budidaya udang intensif atau untuk menanam kelapa sawit.
Tambak udang ini sangat berbahaya bagi lingkungan karena untuk mengontrol kualitas
air dan merawat ikan menggunakan bahan kimia, sementara hutan mangrove terbiasa
dengan proses alami.
2. Polusi, hutan mangrove menghadapi masalah terkait polusi. Pertama oleh limbah
makro dan mikro (dari kantong plastik, kemasan, dll.) Yang tersangkut di mangrove,
tetapi juga karena bendungan dan pengalihan air lainnya yang mengurangi jumlah air
di sungai, sehingga mencegah sedimen mengalir ke sungai untuk dijadikan tanah
tempat tumbuh mangrove. Selain itu, ada kebocoran minyak yang bisa datang dari
kapal atau pipa (pipa besar yang membawa minyak), merupakan ancaman yang
mematikan bagi mangrove.Minyak yang kental ini dapat menutupi pori-pori
mangrove. Contohnya adalah ketika hidung kita tersumbat dengan cairan tar! Perlu
diingat bahwa pada saat normal, mangrove dapat menyaring 90%(3) dari garam yang
mereka serap. Kecuali zat beracun dari minyak yang dapat merusak sistem tersebut
dan garam yang tidak tersaring dengan baik akan mempengaruhi mangrove.
3. Hilangnya Terumbu Karang, hutan Mangrove dan terumbu karang membentuk suatu
kesatuan yang mengagumkan yang berperan sebagai superhero alam terbaik. Terumbu
karang mengurangi kekuatan gelombang, yang dapat merusak mangrove jika terlalu
kuat. Sebagai imbalannya, mangrove menyaring air yang memberikan manfaat untuk
kesehatan karang. Area ini juga berfungsi sebagai tempat bertelur dan berlindung yang
memungkinkan ikan kecil berkembang cukup untuk mencapai terumbu karang.
Kekuatan kedua ekosistem ini juga didasarkan pada keanekaragaman luar biasa dari
spesies yang hidup di dalamnya. Saat ini terumbu karang terancam oleh penangkapan
ikan dengan dinamit; pemanasan laut; pariwisata massal, dll. Apa yang mengancam
salah satu pahlawan kita dapat melemahkan yang lain, sehingga melemahkan kedua
ekosistem sekaligus. Dan ketika keanekaragaman fauna karang terancam atau punah,
keanekaragaman hayati dari hutan mangrove juga berkurang.
4. Pembukaan lahan tambak. Biasanya pembukaan lahan tambak ini untuk tambak ikan
dendeng, hal ini mengakibatkan ekosistem di daerah mangrove terganggu.

Upaya Konservasi Hutan Mangrove, untuk konservasi hutan mangrove dan


sempadan pantai, Pemerintah R I telah menerbitkan Keppres No. 32 tahun 1990.
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai, sedangkan kawasan hutan
mangrove adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat hutan mangrove yang
berfungsi memberikan perlindungan kepada kehidupan pantai dan lautan. Sempadan pantai
berupa jalur hijau adalah selebar 100 m dari pasang tertinggi kea rah darata

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan hutan


mangrove antara lain:

1. Penanaman kembali mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat


masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta
pemanfaatan hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan keuntungan
kepada masyarakat antara lain terbukanya peluang kerja sehingga terjadi peningkatan
pendapatan masyarakat.
2. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah
pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wisata
pantai (ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.
3. Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan
mangrove secara bertanggungjawab.
4. Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
5. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal tentang konservasi.
6. Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.
7. Program komunikasi konservasi hutan mangrove.
8. Penegakan hukum.
9. Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya
dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting dilibatkan
yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain itu juga
mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal (kearifan lokal) tentang
ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat
mendukung program ini.
10. Penanggulangan pembuatan tempat tinggal disekitaran wilayah tempat tumbuhnya
mangrove.
11. Memberikan edukasi pentingnya hutan mangrove kepada masyarakat.
12. Restorasi hutan mangrove yang di mana ada campur tangan manusia (Penghijauan).

E. Karakteristik Masyarakat dan Pemberdayaanya

1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa adalah sekelempok orang yang hidup bersama bekerjasama


dan berhubungan erat secara tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir seragam
(homogen). Ditinjau dari gantung dan terikat pada tanah (earth bound), mereka
mendiami wilayah tertentu di mana pertanian menjadi pusat dan dasar utama
kehidupannya.Istilah “masyarakat desa” dan “desa” sering dugunakan secara saling
dipertukarkan, meskipun masing-masing mempunyai penekanan arti yang
berbeda.Menurut Bintaro, desa bisa menunjukkan arti yang berdasarkan sudut pandang
yang dipakai. Berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda ini, maka batasan “Desa”
bisa berbeda-beda. Salah satu batasan yang diberikan adalah hasil perpaduan kegiatan
kelompok manusia dengan lingkungannya berupa suatu ujud atau kenampakan yang
berunsur sosial-ekonomi-politik-fisik yang saling berinteraksi. Ujud itu pada pokoknya
berupa wilayah tempat tinggal, terletak bukan dipusat perdagangan, dan terutama terdiri
dari usaha pertanian dan bangunan yang bertalian dengannya. Desa dalam arti itu
memiliki 3 unsur-unsurnya, yaitu:

a. Daerah dan letak: tanah, kesuburan dan luasnya serta penggunaannya, lokasi dan
batas yang merupakan lingkungan geografis.
b. Penduduk, meliputi jumlah, struktur umur, struktur mata pencaharian, yang sebagian
besar bertani, serta pertumbuhannya.
c. Tata Kehidupan: meliputi corak atau pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan warga
desa.
Ketiga unsur dari desa tersebut tidak lepas satu sama lain, melainkan
merupakan satu kesatuan. Terkadang, “Desa” dipakai untuk lebih menunjukkan unsur
pertama dan ke dua, terkadang pula secara lengkap. Demikian masih ada batasan yang
lain, misalnya dalam artian administratif dan lain-lain.

Untuk lebih mengongkretkan deskripsi tentang “Masyarakat Desa” seperti


tersebut di atas, maka akan dicoba dirumuskan kembali sekaligus dicarikan ciri-ciri
pokok di bidang sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat desa, sebagai berikut.

1. Ciri-ciri Sosial:
 Rasa persatuan yang lebih erat dan hubungan yang lebih akrab di antara warga
satu komunitas daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat lain di luar
batas wilayahnya.
 Sistem kehidupan berkelompok, atas dasar sistem kekeluargaan, maka ada
keseragaman (homogenitas) penduduk berdasarkan darah keturunan.
 Dari sudut permasalahannya, hubungan antara penguasa dengan rakyatnya
berlangsung secara informal, atas dasar musyawarah. Seorang pemimpin sering
mempunyai beberapa kedudukan dan peranan macam-macam yang tumpang
tindih, tidak ada pembagian bidang yang jelas.
 Kontrol atau pengendalian sosial atas perilaku warga sangat ketat sehingga
relatif sulit terjadi perubahan-perubahan. Dengan demikian terjadi homogenitas
dalam perilaku dan cara-cara berpikir.
 Mobilitas sosial horizontal maupun vertikal masih jarang.
2. Ciri-ciri Ekonomi:
 Keseragaman (homogenitas) dalam mata pencaharian pokok untuk sebagian
besar anggota komunitas, yaitu dibidang pertanian yang masih sederhana
teknologinya. Maka biasanya pertanian semata-mata ditujukan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga sendiri (subsistance farming). Pekerjaan lain
non-agraris sekedar sebagai sambilan, atau menampung sebagian kecil warga
masyarakat. Dengan perkataan lain, belum berkembang diferensiasi ekonomi,
yaitu pembagian kerja berdasarkan keahlian. Pembagian kerja yang ada
biasanya didasarkan atas usia, kemampuan fisik, dan jenis kelamin, tapi masih
dalam batas-batas pekerjaan pertanian dan rumah tangga.
 Kesadaran akan uang masih sedikit, sistem perkreditan masih kurang dipahami.
Tukar-menukar masih bersifat barter.
 Struktur ekonomi desa terisolasi dari lingkungan ekonomi di sekitarnya karena
kurangnya prasarana transportasi dan komunikasi, sehingga merupakan
kehidupan swasembada yang sempit dan miskin.
3. Ciri-ciri Budaya:
 Adanya semangat gotong royong, yang berintikan kesadaran bahwa hidup
seseorang tergantung pada orang lain, maka perlu selalu bersedia untuk
membantu, dan penting menjaga hubungan baik dengan sesama dengan cara
penyesuaian diri dan seragam (conform). Semangat yang akhirnya melembaga
ini timbul karena hidup komunitas sangat terikat pada tanah, yang digarap
secara ektensif dengan tehnologi sederhana yang padat tenaga, sehingga sangat
tergantung pada tolong-menolong dengan warga yang lain.
 Keterikatan pada adat kebiasaan relatif ketat karena peran golongan orang-
orang tua/ sesepuh setempat yang menonjol. Dan biasanya golongan orang-
orang tua ini justru mempunyai pandangan yang didasarkan pada tradisi.
Dengan demikian lalu terjadi keseragaman dalam bidang kebudayaan.

2. Masyarakat Kota

Masyarakat kota adalah sekelompok orang yang hidup bersama pada suatu
wilayah tertentu yang biasanya menjadi pusat politik atau pemerintahan dan atau
industry, perdagangan, kebudayaan, dengan memperlihatkan sifat atau ciri-ciri corak
pergaulan dan tata kehidupan yang berbeda dengan masyarakat desa. Adapun cirri-ciri
tersebut adalah:

1. Ciri-ciri Sosial:
 Hubungan yang relative lebih bersifat impersonal, karena jaringan sosial yang
kian kompleks.
 Penduduk lebih bersifat heterogen dilihat dari segi daerah keturunan dan latar
belakang sosial budayanya.
 Hubungan antara penguasa dengan rakyatnya lebih bersifat formal, ada
pembagian tugas dan wewenang.
 Kontrol atau pengendalian sosial atas perilaku warga masyarakat relatif longgar,
orang kian bebas dalam menentukan cara hidupnya.
 Mobilitas sosial, gerak perubahan, baik horizontal, misalnya pindah tempat dan
pekerjaan, maupun vertikal, yaitu menjadi lebih baik posisi sosial ekonomi, lebih
sering dan gampang terjadi.
2. Ciri-ciri Ekonomi:
 Heterogenitas dalam mata pencaharian, yang berarti telah berkembang"
diferensi, diversifikasi, dan spesialisasi. Pembagian kerja itu berdasarkan
keahlian.
 Tukar-menukar dengan uang, pusat perdagangan, dan pusat pasar uang.
 Kesadaran akan nilai uang kian tumbuh. Orang menjadi lebih rasional dalam
mempertimbangkan hasil dan korban, termasuk waktu.
3. Ciri-ciri Budaya:
 Orang harus bisa mandiri, tanpa sangat tergantung pada orang lain.
Individualitas lalu berkembang.
 Cara berpikir yang lebih rasional, menyebabkan bahwa interaksi yang terjadi
lebih didasarkan pada faktor kepentingan, dan bukan faktor pribadi.
 Perkembangan dan perubahan sosial lebih sering terjadi, karena orang kota pada
umumnya lebih terbuka terhadap pemikiran-pemikiran baru, termasuk dari luar
masyarakat.

Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan
budaya mereka yang bersifat umum.

a. Sederhana.
b. Mudah curiga.
c. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya.
d. Mempunyai sifat kekeluargaan.
e. Lugas atau berbicara apa adanya.
f. Tertutup dalam hal keuangan mereka.
g. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota.
h. Menghargai orang lain.
i. Demokratis dan religious.
j. Jika berjanji, akan selalu di ingat.
Sedangkan cara beadaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi
sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik adalah
sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.

Berbeda dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih


mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu.
Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.

Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:

a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di


desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya bertempat di
rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada
orang lain
c. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan
politik dan agama dan sebagainya.
d. jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
e. interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi
daripada kepentingan umum.

F. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari materi tentang “Karakteristik Lahan Basah
Mangrove” ini, yaitu merupakan suatu ekosistem yang memiliki potensi yang baik untuk
masyarakat yang ada di sekitarnya. Selain sebagai penyedia pangan manusia, juga dapat
menghambat terjadinya bencana yang ada di sekitar pesisir pantai. Pemberdayaan
mangrove jug sangat diperlukan untuk pelestarian mangrove itu sendiri.

G. Referensi

http://balitbangtek-hhbk.org/2020/10/unggah/file-publikasi/
Isi_Nyamplung_Tanaman_0612_(2).pdf
http://bp3ipjakarta.ac.id/attachments/article/615/METEOROLOGI%20BAB%20IV.pdf
http://national-oceanographic.com/article/kenalan-dengan-ekosistem-mangrove-yuk

http://repository.unair.ac.id/25626/14/14.%20Bab%202.pdf

http://repository.unpas.ac.id/35835/4/15.%20BAB%20II.pdf
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=16
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=18
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=19
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=20
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=21
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=36
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=37
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=42
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=43
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=44
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=46
https://greenindonesia.co/2018/06/mengenal-avicennia-si-api-yang-tak-panas/
https://id.scribd.com/document/345277764/Pengertian-Air-Payau

https://id.scribd.com/document/499576590/521-1329-1-SM-1

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/flora-dan-fauna-di-hutan-mangrove
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove
https://jurnalbumi.com/knol/pohon-bakau/

https://kumparan.com/ceritamalukuutara/ancaman-rusaknya-ekosistem-mangrove-di-
tidore-1rg2um5wqgL/full

https://kompasmadura.blogspot.com/2016/03/pengertian-masyarakat.html

https://mangrovemagz.com/2017/04/16/sembilan-jenis-fauna-yang-ditemukan-di-kawasan-
mangrove-teluk-awur-jepara/
https://rimbakita.com/hutan-bakau/
https://rimbakita.com/pohon-ketapang/

https://rimbakita.com/pohon-nipah/

https://qazwa.id/blog/pemberdayaan-masyarakat/

https://www.ciriciripohon.com/2020/03/ciri-ciri-pohon-perepat-di-alam-liar.html
https://core.ac.uk
https://www.gramedia.com/literasi/iklim-tropis/
https://www.kompasiana.com/khairunnisawinanda5606/608aab23d541df610613ab34/5-
potensi-hutan-mangrove-dan-manfaatnya-bagi-manusia#:~:text=Hutan
%20mangrove%20memiliki%20potensi%20yang%20sangat%20besar
%20baik,baku%20yang%20bisa%20dipakai%20untuk%20menopang
%20kehidupan%20manusia

https://www.mangrovegeneration.com/id/ancaman/

https://www.mongabay.co.id/hutan-mangrove/

Anda mungkin juga menyukai