FLUOR ALBUS
Dosen Pembimbing:
…………..
Disusun oleh:
Neng Ratna Sari
2017730086
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan referat dengan judul ‘FLUOR ALBUS’.
Terima kasih kepada ………………… selaku membimbing dalam
pembuatan referat ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak yang membaca referat ini, agar dapat
mengoreksi diri dan dapat membuat referat yang lebih baik di lain kesempatan.
Demikianlah referat ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dari kegiatan
klinis stase obstetric dan ginekologi, serta untuk menambah pengetahuan
khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari
sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80%
diantaranya adalah yang patologis. Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh
infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang
bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema,
Candida, Human papiloma virus, dan Herpes Genitalis. Penularannya dapat terjadi
melalui hubungan seksual. Fluor albus juga dapat disebabkan oleh iritasi,
neoplasma/keganasan, benda asing, radiasi, dan fisura.1,2
Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarce, saat
ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi
hormonal. Fluor albus juga sering merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh
penderita DM dan pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama.
Masalah fluor albus ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan para suami. Rasa tidak nyaman,
ketidaktentraman bekerja, rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan kanker,
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Keputihan / fluor albus / leukore merupakan sekret (bukan darah) dari
vagina atau serviks pada wanita. Keputihan dapat bersifat patologis maupun
fisiologis. Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital
yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar
pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan
bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain
itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada
vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya
berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng
berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai
kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang saling
bersentuhan.1,2,3
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh
sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal,
sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan
ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak
terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi
Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc,
Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan
fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus Doderlin. 1,2,3
Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik.
Fluor albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks),
dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel
dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam vagina, bersifat asam
dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal. 1,2,3
5
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai
hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan
kavum uteri dapat menyebabkan fluor albus patologik, begitu pula pada
adneksitis. Fluor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas,
apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-
alat genital. 1,2,3
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
6
Fluor albus fisiologik ditemukan pada : 4,5
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Menjelang atau setelah haid.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada
senggama.
d) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
a. Bakteri :
• Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria
gonorrhoeae” ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah
diplokok berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak
memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6
mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap
kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini
bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2
dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi
untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan
hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu
7
rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7.2-8.5 untuk
pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada
sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat
diluar dan dalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat
mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai
pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menyebabkan reaksi radang. Organisme ini menyerang membran mukosa,
khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum,
dan konjungtiva.
• Chlamidia trachomatis
8
dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi
yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.
Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat
infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.
• Gardanerrella vaginalis
9
Gambar 3. Bakteri Treponema Pallidum
b. Jamur :
• Candida albicans
10
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil
kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan menderita penyakit
jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami-istri
disebut sebagai phenomena ping-pong.
c. Parasit :
• Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat
bergerak berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan
mikroskop.
Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga
ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.
d. Virus :
11
Gambar 6. Virus Herpes simpleks
12
2. Iritasi :
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan
berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai
adanya darah yang tidak segar.
4. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan
prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari
flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.
13
2.4 Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi
normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina
yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. 4,5,6
14
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis. 4,5,6
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering
kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan
memberikan beberapa gejala fluor albus: 4,5,6
15
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
16
Vaginosis bacterial menyebabkan sekret vagina yang keruh, encer, putih
abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau amis dan juga memberikan
gambaran vulva dan vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dinding
vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks
dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium
uteri internum. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.6,7,8
17
jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal
putih kental. 6,7,8
18
Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia
mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat
adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks. 6,7,8
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,
19
berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu
tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. 6,7,8
2.6 Diagnosis
Anamnesis
• Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi
dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus
dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit
infeksi lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan
terjadinya keganasan terutama kanker serviks..
20
• Kontak seksual
• Perilaku
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan
mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
• Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh
rangsangan fisik
21
Pemeriksaan Fisis dan Genital
22
− Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan
bahan pemeriksaan.
− Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak
berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.
Pengambilan Spesimen
Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra 3,5,6
1. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat
pengambilan bahan duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab
berujung kecil
2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril.
3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai
kedalaman 1-2 cm, putar swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun
cukup menekan dinding uretra), dan tarik keluar perlahan-lahan (Gambar
3).
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan
5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan (milking)
oleh pasien.
23
2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl
3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan
ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit
steril
4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar
pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka
spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci spekulum
pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi.
24
5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan
spesimen
− Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian
ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril
untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang lain dibuat
sediaan biakan,
− Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk
pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin
− Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan
hapus,
− Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus
Pemeriksaan Laboratorium5,6
a) Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
§ Pada pH vagina 7.2-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus
§ Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis
25
§ Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican
§ Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak
cukup spesifik.
c) Perwarnaan Gram
ü Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan
ekstra seluler.
ü Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil
gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel
dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
d) Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
26
§ Pemeriksaan serologis
2.7 Tatalaksana9,10,11
Ø Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat
pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan
secara dini.
1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah
terjadinya penularan PHS termasuk AIDS.
27
karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat
jenis tersebut. Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat
minum bermanfaat pada pasien menaupose dengan gejala yang berat.
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara
berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel
normal menjadi kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak.
Kanker leher rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna
merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan
yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan
untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah
bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
28
Ø Kuratif9,10,11
• Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya, antara lain:
1. Bakteri
a. Gonorhoea
ü Cefixime : merupakan sefalosporin generasi ke – 3 dipakai sebagai
dosis tunggal 400 mg. Efektifitas dan sensitifitas sampai saat ini
paling baik, yaitu sebesar 95%.
ü Levofloksasin : Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan
29
b. Klamidia trakomatis
• Doksisiklin : 2 x 100 mg sehari selama 7 hari, atau
• Azitromisin : 1 gram dosis tunggal, atau
• Eritromisin : Untuk penderita yang tidak tahan tetrasiklin, ibu
hamil, atau berusia kurang dari 12 tahun, 4 x 500 mg sehari selama
1 minggu atau 4 x 250 mg sehari selama 2 minggu.1
30
c. Gardnerella vaginalis
ü Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr
5 hari
d. Treponema Pallidum
• Obat pilihan:
Benzil benzatin penisilin G (BBPG), dengan dosis:
1. Stadium primer dan sekunder: 2,4juta Unit, injeksi intramuskular, dosis
tunggal Cara: satu injeksi 2,4 juta Unit IM pada 1 bokong, atau 1,2 juta
Unit pada setiap bokong.
31
2. Stadium laten: 2,4 juta Unit injeksi intramuskular, setiap minggu, pada
hari ke 1, 8 dan 15
Sesudah diinjeksi, pasien diminta menunggu selama 30 menit.
32
2. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Sistemik :
ü Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan (Harus diberikan pd yg
bergejala maupun tidak)
ü Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau
33
4. Virus
§ Virus herpes simpleks tipe 2
• Herpes simpleks lesi episode pertama lesi primer
Asiklovir: 5x200 mg/hari selama 7-10 hari atau asiklovir: 3x400
mg/hari selama 7-10 hari
Valasiklovir: 2x500-1000 mg/hari selama 7-10 hari
Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir intravena 5 mg/kgBB tiap 8
jam selama 7-10 hari
• Herpes Simpleks rekurens
1. Lesi ringan: terapi simtomatik
2. Lesi berat:
- Asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari atau
asiklovir: 3x400 mg/hari selama 5 hari atau asiklovir 3x800
mg/hari selama 2 hari
- Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari
- Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari
3. Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi supresif
- Asiklovir 2x400 mg/hari
- Valasiklovir 1x500 mg/hari
- Famsiklovir 2x250 mg/hari
34
• HG pasien imunokompromais
1) Pengobatan untuk kasus ini memerlukan waktu yang lebih lama,
pengobatan diberikan hingga gejala klinis menghilang.
2) Asiklovir oral dapat diberikan dengan dosis 5x400 mg/hari
selama 5-10 hari atau hingga tidak muncul lesi baru.
3) Valasiklovir 2x1000 mg/hari
4) Famsiklovir 2x500 mg/hari.
• Herpes genital pada wanita hamil
Wanita hamil yang menderita herpes genitalis primer dalam
6 minggu menjelang persalinan dianjurkan untuk dilakukan seksio
sesarea sebelum atau dalam 4 jam sesudah pecahnya ketuban.
Asiklovir dosis supresi 3x400 mg/hari mulai dari usia 36
minggu dapat mencegah lesi HSV pada aterm. Asiklovir dapat
diberikan secara oral pada herpes genital episode pertama maupun
rekuren dan diberikan secara intravena apabila manifestasinya berat.
Seksio sesarea tidak dilakukan secara rutin pada wanita yang
menderita herpes genitalis rekurens. Hanya wanita dengan viral
shedding atau memiliki lesi genital pada saat mendekati persalinan
yang memerlukan seksio sesarea.
§ Kondiloma Akuminata
35
2.8 Prognosis
Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan
pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).
36
BAB III
KESIMPULAN
Fluor albus harus dibedakan apakah fisiologis atau patologis, dan yang
patologis harus dibedakan apakah termasuk IMS atau bukan.
Fluor albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks),
dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel
dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam vagina, bersifat asam dan
berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal.
penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri
dapat menyebabkan fluor albus patologik, begitu pula pada adneksitis. Fluor albus
juga ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian
atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.
Oleh karena itu perlu deteksi secara dini, dan pencegahan dimana
pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis . Adapun tatalaksana harus sesuai dengan
etiologi dari munculnya keputihan.
37
DAFTAR PUSTAKA
38