Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INFEKSI TRICHOMONAS VAGINALIS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3:

1. Valerianus Jagur
2. Fransiskus Dacosta
3. Enrique Rachella Nagot
4. Nadia Eleyani Paut
5. Reinaldis Avionita Esong
6. Emilia Efransi Sidu

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

FAKULTAS KESEHATAN

2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………4

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………5
C. TUJUAN…………………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….6

A. MORFOLOGI……………………………………………………………………….6
B. SIKLUS HIDUP……………………………………………………………………..6
C. PATOGENESIS……………………………………………………………………..7
D. GEJALA PENYAKIT……………………………………………………………….8
E. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM………………………………………………9
F. PENCEGAHAN……………………………………………………………………..9

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..10

A. KESIMPULAN………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………10
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang melimpah sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah
ini dapat memberikan pedoman bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan karena
memberikan tugas ini,sehingga kami bisa mendapat wawasan yang luas dan melatih kami untuk
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fluor albus (vaginal discharge/leucorrhea/keputihan) adalah keluarnya cairan selain darah
dari vagina secara berlebihan. Fluor albus merupakan gejala dari hampir semua penyakit
kandungan. Fluor albus bersifat fisiologi dan patologis. Fluor albus fisiologis mengeluarkan
cairan jernih (bening), tidak berbau, tidak terasa gatal, dan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
Bila cairan berubah menjadi warna kuning disertai rasa gatal, dysuria, dyspareunia, dan dalam
jumlah yang banyak maka telah terjadi fluor albus patologis (Monalisa et al., 2012). Faktor
penyebab fluor albus yaitu faktor endogen dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh
yang keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang vagina, faktor
eksogen dibedakan menjadi dua yakni karena infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi disebabkan
oleh bakteri, jamur, parasit, dan virus, sedangkan faktor non infeksi diakibatkan masuknya benda
asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, daerah sekitar vagina lembab, kondisi tubuh, kelainan
endokrin atau hormon, dan menopause (Nduru, 2014). Penyebab tersering fluor albus patologis
adalah infeksi. Fluor albus dapat dibedakan menjadi vaginitis dan cervicitis. Vaginitis disebabkan
oleh Candida albicans, Gardnerella vaginalis, Micoplasma genital dan Trichomonas vaginalis,
sementara cervicitis sering disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Hasil penelitian yang
dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa 90% kasus fluor albus patologis
disebabkan oleh infeksi menular seksual (Fosenca et al., 2013). Sekitar 75% wanita di dunia pasti
pernah mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita
mengalami keputihan dua kali atau lebih. Keputihan patologis terjadi pada 1-14% dari semua
wanita usia subur di dunia (Siddiqui et al, 2016). Universitas Sumatera Utara 2 Berdasarkan hasil
penelitian dari Ramayanti (2004) di RSU Dr. Kariadi Semarang bahwa penyebab terbanyak fluor
albus adalah mikroorgnisme tak patologis (36,6%), mikroorganisme patologis yaitu Candida
(31,6%), Gardnerella (17,6%), Trichomonas (5,7%), dan Gonococcus (0,9%). Nanda Aulia
(2014) menyatakan mikroorganisme penyebab fluor albus terbanyak yang dapat diidentifikasi
adalah Candida (17,7%), diikuti oleh Streptococcus group B (11,7 %), Escherichia coli (2,9 %),
bakteri patogen tidak teridentifikasi (14,7 %), dan bakteri non-patogen (53 %). Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya di Abidjan, didapatkan bahwa mikroorganisme tersering penyebab fluor
albus adalah Gardnerella vaginalis (47%), Candida albicans (29,4%), Chlamydia trachomatis
(13,7%), Trichomonas vaginalis (6,9%), dan Neisseria gonorrhoeae (2,9%) (Gul et al., 2013).
Menurut Depkes RI, wanita usia subur adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif, yaitu
antara usia 15 – 49 tahun dengan status belum menikah, sudah menikah, atau janda. Hasil
penelitian terbaru di India menunjukkan dari 100 wanita, ada 46 orang yang mengalami bacterial
vaginosis, 44 orang candidiasis, 4 orang trichomoniasis, serta infeksi campuran sebanyak 6 orang.
Berdasarkan observasi usia, wanita dengan kelompok usia 31-35 tahun paling banyak mengalami
keputihan diikuti dengan kelompok usia 26-30 tahun (Bindu et al., 2017). Berdasarkan
pernyataan Candra, Winarsih dan Hollah (2012) bahwa wanita hamil lebih berisiko dan mudah
terinfeksi mikroorganisme penyebab fluor albus dibandingkan wanita tidak hamil. Menurut
penelitian sebelumnya yang dilakukan di India pada tahun 2012 bahwa insidensi candidiasis
vaginalis mengalami peningkatan pada wanita hamil sebesar 22,5% dibanding dengan wanita
tidak hamil sebesar 16,6%, sehingga semakin bertambahnya usia kehamilan maka semakin
meningkat pula kejadian candidiasis vaginalis (Aring et al., 2012). Menurut Siddiqui et al (2016)
keputihan dapat menyebabkan Pelvic Inflamatory Diseases (PID), infertilitas, endometriosis,
keguguran, dan kelahiran bayi prematur. Terapi keputihan pada umumnya hanya berdasarkan
gejala klinis keputihan dan bersifat empiris, hal ini menyebabkan ketidakpuasan sebab
Universitas Sumatera Utara 3 ketepatan diagnosis akan berkurang tanpa pemeriksaan
mikroskopis keputihan. Penelitian mengenai identifikasi mikroorganisme penyebab fluor albus
masih sangat sedikit di Indonesia, sehingga data-data mengenai mikroorganisme penyebab fluor
albus perlu diperbaharui. Fluor albus disebabkan oleh banyak mikroorganisme yang perlu
diidentifikasi serta pengobatan fluor albus harus disesuaikan dengan penyebabnya. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab fluor albus pada wanita
usia subur.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah penyebaran Trichomonas vaginalis?
2. Bagaimana siklus hidup dari Trichomonas vaginalis?
3. Bagaimana pencegahan yang ditimbulkan dari Trichomonas vaginalis?
4. Menjelaskan morfologi dari Trichomonas vaginalis.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah Trichomonas vaginalis.
2. Untuk mengetahui morfologi dari Trichomonas vaginalis
3. Untuk mengetahui siklus hidup Trichomonas vaginalis.
4. Untuk mengetahui habitat Trichomonas vaginalis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. MORFOLOGI
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium
Tropozoit dan ciri-cirinya adalah : Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel
anterior, flagel ke 5 menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana undulant), pada
ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk melekatkan diri pada
jaringan sehingga menimbulkan iritasi, memiliki 1 buah inti, memiliki sitostoma pada bagian
anterior untuk mengambil makanan, perkembangbiakan dengan cara belah pasang.

B. SIKLUS HIDUP
Pada wanita tempat hidup parasit ini di vagina dan pada pria di uretra dan prostat. Parasit
ini hidup di mukosa vagina dengan makan bakteri dan lekosit Trichomonas vaginalis bergerak
dengan cepat berputar-putar diantara sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel
anterior dan membran bergelombang. Tropozoit Trichomonas vaginalis di prostat dan uretra laki-
laki, Tropozoit Trichomonas vaginalis Masuk melalui hubungan kelamin. Infeksi Trichomonas
vaginalis melalui hubungan Trichomonas vaginalis berkembang biak secara belah pasang
longitudinal, diluar habitatnya parasit mati pada suhu 50 0 C, tetapi dapat hidup selama 5 hari
pada suhu 0 0 C. Dalam perkembangbiakannya parasit ini mati pada PH kurang dari 4,9 inilah
sebabnya parasit ini tidak dapat hidup disekret vagina yang asam (PH : 3,8-4,4), parasit ini tidak
tahan pula terhadap desinfektan zat pulasan dan antibiotic. Meskipun organisme ini dapat
ditemukan dalam urine sekret uretra/setelah masase prostat, PH yang disukai pada pria belum
diketahui.
Pada sebagian besar kasus Trichomonas vaginalis ditransmisikan saat terjadi hubungan
kelamin,pria sering berperan sebagai pembawa parasit. Parasit ini berada pada saluran uretra pada
pria, seorang pria yang membawa parasit akan menularkan pada pasangannya saat terjadi
hubungan seksual, selanjutnya wanita pasangannya tersebut akan terinfeksi oleh parasit dan
berkembang biak didaerah genital. Apabila wanita tersebut kemudian berhubungan seksual
dengan pria yang sehat maka akan terjadi penularan kembali, mengamati proses penularan parasit
ini maka kelompok resiko tinggi untuk mengidap Trichomoniasis adalah para wanita pekerja seks
komersial dan pria yang suka berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks serta semua orang
yang memiliki kebiasaan seks bebas.

C. PATOGENESIS
Dalam kondisi normal, pH vagina berada di kisaran 3,8 dan 4,4 yang disebabkan oleh
adnya asam laktat yang dihasilkan oleh laktobacisus doderlein. Laktobciilus ini dalam hidupnya
menggunakan suplay glikogen yang terdapat pada sel-sel vagina. Jadi, dalam pemeriksaan
sitologi vagina normal tidak terdapat bakteri atau microorganisme lain kecuali lactobacillus
doderlei.
Tricomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang kemudian
menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultipikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan
suplai glikogen untukk lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali.
Dan diketahui secara infitro ternyata tricomonas vaginalis ini memakan dan membunuh
lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibat jumlah lactobacillus doderlein menjadi sedikit dan dapat
hilang sama sekali hingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi ini, pH
vagina akan meningkat antara 5,0 dan 5,5. Pada suasana basa seperti ini selain tricomonas
vaginalis berkembang semakin cepat akan memungkinkan untuk akan berkembangnya
mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga pada infeksi tricomonas
sering dijumpai bersama dengan infeksi mikroorganisme pathogen lainnya pada vagina. Pada
kebanyakan wanita yang menderita tricomonalis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi oleh
organism yang juga pathogen seperti urea plasma vaginalis sekitar 90% neisseria gonorrhoe
sekitar 30%, jamur sekitar 20% dan Chlamydia tracomatis sekitar 15%.
Suatu penelitian infitro tredapat trichomonas vaginalis menunjukan bahwa organism ini
memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel target dengan kontak langsung tanpa melalui
proses phgocytosis. Organism ini menghasilkan suatu faktor pendeteksi sel (cell-detaching faktor)
yang menyebabkan kehancuran sel sehingga mengelupas epihtel vagina.
Suatu penelitian juga menunjjukkan bahwa gejala trichomonalis vaginalis dipengaruhi
oleh kosentrasi ekstrogen vagina, makin tinggi kadarnya makin berkurang gejala yang
ditimbulkannya. B-estradiol diteliti dapat mengurang aktivitas cell-datacing facto dari
trichomonas vaginalis. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pemakaian ekstradiol intra vaginal
dapat mengurangi gejala klinis trichomonas vaginitis. Mengenai hubungannya dengan kanker
serviks, trichomonas vaginalis diketahui dapat mengubah gambaran sitologi dan histologist dari
serviks, dan gambaran ini mungkin cukup membingungkan dengan gambaran sitologi dan
histology yang disebabkan oleh virus kuman papilloma. Tetapi masih belum jelas hubungan
sebab akibat langsung antara kanker serviks dan trichomonal vaginitis. Mungkin hubungannya
dapat dikaitkan oleh karena organism ini dapat menimbulkan kerusakan atau erosi jaringan
serviks yang nantinya dapat memudahkan virus seperti human papilloma ataupun HIV/AIDS
menginfiltrasi ke dalam jaringan serviks.

D. GEJALA PENYAKIT
Trichomonas vaginalis merupakan penyakit menular lewat hubungan seksual (PMS),
seseorang beresiko terkena PMS apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal, bila tidak diobati dengan benar penyakit ini
dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada
bayi yang baru lahir bahkan kematian.
a. Pada Wanita
Trichomoniasis menyebabkan vaginitis(radang vagina) dengan fluor albus yang
berwarna putih seperti cream dan berbuih, bagian Vulva dan cervik bisa mengalami peradangan.
Banyaknya fluor tergantung dari beratnya infeksi dan stadium penyakit, selain gejala 10 fluor
albus yang merupakan keluhan utama penderita pruritus vagina atau vulva dan rasa pedih saat
kencing merupakan keluhan tambahan perasaan gatal pada vulva dan kadang-kadang sampai ke
paha. Sering kali penderita mengeluh keluar darah setelah berhubungan seks infeksi dapat
menjalar dan menyebabkan uretriris kadang infeksi terjadi tanpa gejala, jika ada gejala biasanya
berupa antara lain: Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau hubungan seksual, rasa nyeri pada
perut bagian bawah, pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin, keputihan berwarna putih
susu bergumpal disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin dan sekitarnya, keputihan
yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seksual, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
b. Pada Pria
Karena bentuk dan letak alat kelamin pria berada diluar tubuh, maka gejala PMS
(Penyakit menular seksual) lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan tetapi dapat pula terjadi
uretritis dan prostatitis. Tanda – tanda PMS pada pria antara lain adalah: Berupa bintil-bintil
berisi cairan, lecet atau borok pada penis atau alat kelamin, luka tidak sakit, keras dan berwarna
merah pada alat kelamin, rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin, rasa sakit yang hebat pada
saat kencing, bengkak, panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi
borok.
E. PEMERIKSAAN LABOLATORIUM
Diagnosis laboratorium dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan pada sample
sekret vagina (fluor albus) pada wanita dan sekret uretra pada pria, secara mikroskopis apabila
ditemukan parasit Trichomonas vaginalis maka diagnosa laboratorium dapat ditegakkan. Secara
klinis diagnosis Trichomoniasis ditegakkan berdasarkan adanya keluhan keputihan atau flour
albus dan rasa panas serta gatal pada vulva atau vagina dan adanya sekret encer, berbusa, bau
tidak sedap dan berwarna kekuningan serta adanya lesi bakas garukan karena gatal dan hiperemia
pada vagina. Untuk menentukan diagnosis perlu dilakukan diagnosa laboratorium dengan
menemukan parasit Trichomonas vaginalis dibahan sekret vagina, sekret uretra, sekret prostat dan
sedimentasi urine dengan melihat adanya gerakkan aktif dari temuan tropozoit Trichomonas
vaginalis didalam pemeriksaan mikroskopis, jika pergerakkan dari tropozoit berkurang mungkin
dapat dilihat pergerakkan membran bergelombang pada perbesaran tinggi. Tes diagnostik selain
dengan sediaan basah dapat juga digunakan pulasan permanen,organisme sulit dikenal pada
pulasan permanen, apabila sediaan hapus kering dikirim ke laboratorium dapat digunakan dengan
pulasan atau pengecatan giemsa atau papanicelau pada pulasan gram biasanya organisme tidak
ditemukan.

F. PENCEGAHAN
Kebiasaan melakukan seks bebas ternyata dapat memicu timbulnya Trichomoniasis
sehingga upaya pencegahan infeksi lebih dititik beratkan pada perilaku manusia, hanya
berhubungan seks dengan suami atau istri yang sah merupakan salah satu alternatif pencegahan
infeksi ini. Dengan hanya berhubungan seks terhadap pasangan sah diharapkan dapat menekan
penyebaran penularan infeksi parasit ini. Pada ibu rumah tangga sebaiknya selalu memeriksakan
diri secara periodik guna mengetahui infeksi secara dini dan segera melakukan pengobatan
apabila ada gejala dan tanda infeksi. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi penyebaran
parasit pada pria yang berhubungan dengannya, pada pria yang suka berhubungan dengan wanita
pekerja seks komersial hendaknya selalu menggunakan pelindung (kondom) saat berhubungan.
Namun demikian secara arif kita akan dapat mencegah penularan penyakit ini pada diri kita
masing-masing apabila kita memegang teguh ajaran agama karena tidak ada satu agamapun yang
mengajarkan umatnya untuk melakukan seks bebas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trichomonas (biasanya disebut sebagai ” trich”) adalah penyakit menular seksual yang paling
umum dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga merupakan salah satu dari 3 infeksi vagina
yang paling umum pada wanita. Sebagian besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Bila
bergejala kebanyakan berupa tubuh uretra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecil
sehingga memberikan gejala sebagai uretritis non gonore.

DAFTAR PUSTAKA

Digilib.unimus.ac.id
Repository.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai