Anda di halaman 1dari 22

STUDI KELAYAKAN PANTAI WERA MAWU KABUPATEN BIMA

SEBAGAI LOKASI RUKYATUL HILAL

Oleh:

Ardhia Priatibsh Rafifah


NIM: 190204003

JURUSAN ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023

1
A. STUDI KELAYAKAN PANTAI WERA MAMU KABUPATEN BIMA

SEBAGAI LOKASI RUKYATUL HILAL

B. Latar Belakang Masalah

Rukyatul hilal diartikan sebagai pelaksanaan observasi melihat Hilal

ketika Matahari terbenam pada saat akhir bulan kamariah untuk menentukan

awal bulan berikutnya. Jika Hilal bisa disaksikan maka waktu setelah

terbenamnya Matahari sudah merupakan tanggal satu bulan kamariah berikutnya.

Ketika Hilal tidak bisa terlihat pada sore itu, maka malam hari dan keesokan

harinya masih termasuk akhir bulan kamariah yang sedang berlangsung. 1

Rukyatul hilal tidak dapat dilakukan sembarang tempat, karena terdapat beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai sebuah hasil yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Suatu tempat Rukyat dikatakan layak

untuk digunakan adalah yang memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: Syarat

utamanya adalah secara geografis dan astronomis lokasi yang dimaksud harus

memungkinkan terjadinya Rukyat.

Tingkat keberhasilan rukyatul hilal (pengamatan bulan baru) sangat

bergantung kepada kondisi langit dan pemandangan di arah cakrawala bumi

(ufuk).2 Selain data hisab yang menunjukkan adanya kemungkinan Hilal terlihat,

1
Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi, Arwin Juli Rakmadi, ( kairo: Gema Insani, 2007), hlm 1-2.
2
Muhayaddin Khazin,(Ilmu Falak dalam teori dan praktik), (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hlm. 85. Lihat juga di Ahdina Constantinia, “Studi Analisis Tempat Rukyatul Hilal Menurut
Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG), (Skripsi FSH UIN Walisongo Semarang,
Walisongo Semarang, 2018), hlm. 5-6 dan Badrul Munir, “Analisis Hasil Pengamatan Hilal Badan
Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) Pusat Pada Tahun 2010-2015, (Skripsi, FSH, UIN
Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2016). hlm. 13-14.

2
terdapat hal lain yang perlu diperhatikan dalam rukyatu hilal, seperti ; udara

kotor, awan atau kabut dan cahaya yang dapat menggangu pandangan ke arah

ufuk sehingga membuat proses pengamatan sulit untuk dilakukan.3 Setidaknya

sebelum diadakan observasi Hilal harus dilakukan langkah-langkah untuk

memenuhi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam

rukyatul hilal, salah satu dari faktor penting tersebut adalah tempat rukyatul

hilal.4 Karena lokasi merupakan salah satu tempat keberhasilan pelaksanaan

rukyatul hilal, biasanya dilakukan di tempat yang tidak terhalangi banyak gedung

atau bukit dan biasanya juga di dilakukan di daerah pantai, karena wilayah itu

adalah tempat yang bebas dan ufuk baratnya tidak terhalangi. Pemersalahan yang

terjadi dilapangan adalah bahwa seringkali pelaksanaan pengaruh letak geografis,

atmosfer, polusi dan gangguan cuaca di langit. Keadaan cucaca dan iklim pada

masing-masing tempat tidaklah sama, perbedaan ini diakibatkan oleh adanya

unsur-unsur cuaca iklim adalah suhu udara, suhu udara di berbagai tempat pun

berbeda-beda. Hal ini disebakan adanya pengaruh lintang suhu tempat. 5 Maka

dari itu, tidak heran jika terkadang pada tempat Rukyat tertentu terjadi kegagalan

3
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak praktis (Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya), (Semarang: Komala Grafika, 2006), hlm. 2. Lihat juga di Tono Saksono,
(Mengkompromikan Rukyat dan Hisab), (Jakarta: Amytas Publicita, 2007), hlm. 83.
4
Suara Merdeka, “Rukyat” dalam http://m.suaramerdeka.com, diakses pada 25 Desember
2022, pukul 15.12. Wita.
5
Muhamaad Nurkhanif, dkk, “Implementasi Parameter Kelayakan Tempat Rukyatul Al Hilal
di Pantai Alam Indah Tegal”, Al-Afaq Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi, Vol. 1, Nomor 2, Desember
2019, hlm. 118. Lihat juga di Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, (Almanak Hisab Rukyat),
(Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981), hlm. 51-52.

3
pengamatan Hilal, padahal secara perhitungan data astronomis ketinggian hilal

sudah cukup tinggi.

Lebih lanjutnya dengan adanya permasalahan-permasalahan dan

pendapat mengenai tempat rukyat yang baik di atas, maka perlu diadakan peneliti

lebih lanjut tentang kelayakan tempat obsevasi demi keberhasilan pengamatan.

Lokasi Pantai Wera Mawu terletak di Kabupaten Bima yang sangat jauh dari

perkotaan sehingga tidak ada Gedung tinggi yang dapat menghalangi untuk

melihat rukyatul hilal yang merupakan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

yang terletak di ujuk timur dari Pulau Sumbawa bersebalahan denga Kota Bima

(pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi

117º40ʺ-119º10ʺ Bujur Timur dan 70º30ʺ Lintang Selatan.6 Dan dilihat dari letak

geografis-nya cukup bagus untuk melakukan pengamatan hial, karena posisi

pantai yang jauh dari perkotaan sehingga tidak tertutup oleh bangunan, dan bebas

dari polusi selain dari pada itu wilayah Kabupaten bima beriklim tropis dengan

rata-rata curah hujan relative pendek, keadaan curah hujan tahunan rata-rata

tercatat 58.75 mm.7 Sehinga bisa dikatakan awan mendung akibat kelembapan

atau curah hujan yang tinggi jarang terjadi di wilayah tersebut, sebab wilyah ini

dikatagorikan kering sepanjang tahun. Dengan dasar ini, penulis ingin melakukan

penelitian mengenai Studi Kelayakan Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima

sebagai lokasi rukyatul hilal.

6
Wikepedia Bahasa Indonesia, “Kabupaten Bima”, dalam
https://id.m.wikepedia.org/wiki/Kabupaten Bima, diakses tanggal 20 Februari 2023, pukul 11.24.
7
Ibid

4
C. Rumusan m asalah

Pada latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis

merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu jika ditinjau dari aspek

Geografis dan Astornomis ?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu

sebagai tempat Rukyatul Hilal ?

D. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk mengetahui tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu jika ditinjau dari aspek

Geografis dan Astonomis

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat kelayakan Pantai Wera

Mawu sebagai tempat Rukyatul Hilal

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini:

a. Manfaat teoritis:

1) Manfaat secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti dapat

menambah wawasan ilmu pengetahuan yang terkait tentang Keleayakan

Pantai Wera Mawu sebagai tempat Rukyatul Hilal di Kabupaten Bima dan

mampu menambah wawasan khazanah pengetahuan yang mempelajari Ilmu

Falak khususnya, agar dapat mengetahui dan memahami kelayakan dari

Pantai Wera Mawu dalam Rukyatul Hilal di Kabupaten Bima.

5
2) Menambah bahan kajian penelitian selanjutnya khususnya tentang

Rukyatul Hilal.

b. Manfaat praktis

1) Hasil penelitian diharapkan menjadi bekal pengalaman dan menambah

wawasan pengetahuan terkait dengan studi kelayakan Pantai Wera Mawu

Kabupaten Bima.

2) Mendukung metode penentuan awal bulan kamariah dengan rukyatul

hilal dengan mempertimbangkan faktor keberhasilan rukyatul hilal

berdasarkan pertimbangan tempat observasi.

3) Bisa menjadi rekomendasi titik rukyatul hilal, kepada pihak yang

berkompeten dalam rukyatul hilal seperti Kementerian Agama.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentunya harus memiliki batasan dan cakupan

yang harus diketahui oleh peneliti agar tidak melebar jauh dari fokus masalah yang

ingin di teliti.

1. Ruang lingkup

Penulis disini memfokuskan untuk melakukan penelitian terkait dengan

judul penelitian “Studi Kelayakan Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima

sebagai lokasi Rukyatul Hilal”.

2. Setting Penelitian

Dipilihnya tempat ini oleh peneliti yang berlokasi diwilayah Kabupaten

Bima tepatnya di Pantai Wera Mawu. Desa ini sangat bagus dalam

6
melakukan penelitian khusunya melihat Rukyatul Hilal karena yang

pertama lokasi pantai tersebut jauh dari perkotaan sehingga tidak ada

gedung-gedung yang tinggi, polusi. Kedua tidak terhalangi oleh gunung

atau bukit untuk melihat Rukyatul hilal dan pernah dilakukanya observasi

Hilal oleh pihak Kasubdit Hisab Rukyat Kementerian Agama RI sehingga

membuat peneliti teratarik untuk memilih lokasi tersebut.

F. Telaah Pustaka

Telaah Pustaka yaitu pencairan tentang studi atau karya sebelumnya, Sebagai

panduan penelitian selanjutnya untuk memperoleh data yang lebih absah serta

mengemukakan dan menunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan di

bahas tidak pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya atau menjelaskan posisi

penelitian di antara penelitian-penelitan sebelumnya.

1. Skripsi Anisa Nurjanah UIN Mataram 2022 dengan judul “Pandangan Ormas

Keagamaan NTB Terhadap Penetapan Pantai Loang Baloq Sebagai Lokasi

Rukyatul Hilal”. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini

yaitu sama-sama meneliti Rukyatul Hilal. Adapun perbedaan penelitian

terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu peneliti lebih

fokuskan pada studi kelayakan Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima sebagai

lokasi Rukyatul Hilal sedangkan peneliti terdahulu lebih fokus ketidak

layakan tempat Pantai Loang Baloq.8

8
Anisa Nurjanah, “Pandangan Ormas Keagaman Ntb terhadap Penetapan Pantai Loang
Balook sebagai Lokasi Rukyatul Hilal, (Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram, 2022), hlm. 11.

7
2. Skripsi Azizah Maulidiya, UIN Mataram 2019, dengan judul “Analisis

Kelayakan Pantai Loang Baloq Sebagai Tempat Rukyatul Hilal Kanwil

Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat”. 9 Dalam penelitian ini

menjelaskan mengenai alasan Kanwil kementerian Agama Provinsi Nusa

Tenggara Barat memilih Loang Baloq sebagai lokasi Rukyatul Hilal.

Persamaannya adalah sama-sama membahas kelayan tempat Rukyatul Hilal,

dan sama-sama menggunakan metode kualitatif.

Sedangkan perbedan dari penelitian ini membahas asal-usul Loang Baloq dan

lokasi pengamatan Rukyatul Hilalnya di Pantai Loang Baloq berbeda dengan

penulis yang akan meneliti Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima sebgai lokasi

pengamatan Rukyatu Hilal.

3. Skripsi Noor Aflah, Parameter Kelayakan Tempat Rukyah (Analisis Terhadap

Pemikiran Thomas Djamaluddin Tentang Tempat Rukyah yang ideal.) Dari

penelitiannya diketahui bahwa konsep pemikiran Thomas Djamaludin

mengenai kriteria tempat rukyah yang ideal bertumpu pada empat kriteria

yang menjadi parameter primer dalam menilai kelayakan sebuah tempat

rukyah.10 Dalam skripsi ini penulis menemukan persamaan yang akan diteliti ,

yakni sama-sama membahas kelayakan tempat Rukyatul Hilal. Hanya saja

dalam skripsi tersebut menganut kriteria yang digunakan oleh Prof. Tjomas
9
Azizah Maulidiya, “Analisis Kelayakan Pantai Loang Baloq Sebagai Tempat Rukyatul Hilal
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat, (Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram,
2019), hlm. 8.
10
Noor Aflah, Parameter Kelayakan Tempat Rukyah, “Analisis Terhadap Pemikiran Thomas
Djamaluddin Tentang Tempat Rukyah yang ideal, (Sripsi, FS UIN Walisongo Semarang, Walisongo
Semarang, 2014), hlm. 13.

8
Djamaluddin, sedangkan yang akan diteliti oleh penulis adalah Studi

kelayakan Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima Sebagai lokasi Rukyatul Hilal.

4. Jurnal Yulia Rahmadani dan Fatmawati, “Rukyattul Hilal: Kelayakan Tempat

Observatorium Pantai Barombong”.11 Persamaan dengan penelitian terdahulu

sama-sama membahas kelayakan tempat Rukyatul Hilal dan sama-sama

mengunakan metode kuliatitif. Adapun Perbedan dari penelitian ini iyalah

tempat observasi di Pantai Barombong Kota Makasar sedangkan peneliti di

Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima.

G. Kerangka Teori

1. Rukyatul Hilal

Kata Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a- yara- ra’yan-

ru’yatan, yang bermakna melihat, mengira, menyangka atau menduga. 12 Rukyat

didefinisikan dengan perihal melihat Bulan tanggal satu untuk menentukan hari

permulaan dan penghabisan puasa Ramadan, penglihatan dan pengamatan.

Rukyatul Hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni Rukyat

dan Hilal. Dalam Kamus Ilmu Falak disebutkan, Hilal atau ”Bulan sabit”

(crescent) adalah bagian Bulan yang tampak terang dari Bumi sebagai akibat

cahaya Matahari yang dipantulkan olehnya pada hari terjadinya ijtima’ sesaat

setelah Matahari terbenam. Apabila setelah Matahari terbenam, Hilal tampak,

11
Yulia Ramadani dan Fatmawati, “Rukyatul Hilal: Kelayakan Tempat Observasi Pantai
Barombong Kota Makassar”, Hisabuna, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2020.
12
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, terj. Hamzawi, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), cet. ke-14, hlm. 494 – 495.

9
maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan

berikutnya.13

Jadi, Rukyatul Hilal adalah suatu kegiatan atau usaha melihat Hilal

atau Bulan sabit di langit (ufuk) sebelah Barat sesaat setelah Matahari

terbenam menjelang awal bulan baru (khususnya menjelang bulan Ramadan,

Syawal dan Zulhijah) untuk menentukan kapan bulan baru itu dimulai.14

Pada intinya rukyatul hilal merupakan kegitan melihat atau mengamati

Hila pada saat Matahari terbenam menjelang awal bulan kamariah dengan

mata atau teleskop. Dalam astronomi dikenal dengan observasi. 15

Muhyiddin khazin dalam bukunya kamus ilmu falak mendefinisikan


hilal sebagai bagian bulan yang tampak terang dari bumi sebagai
akibat cahaya matahari yang dipantulkan olehnya pada hari terjadinya
ijtima' sesaat setelah matahari terbenam. Hilal ini dapat dipakai
sebagai pertanda pergantian bulan kamariah.16

Definisi hilal menurut Susiknan Azhari adalah bulan sabit dalam


bahasa Inggris disebut Cresent, yaitu Bulan Sabit yang tampak pada
beberapa saat sesudah ijtima’. Ada tingkat-tingkat penamaan orang
Arab untuk bulan:
1 Hilal, sebutan bulan yang tampak seperti sabit, antara tanggal
sampai menjelang terjadinya rupa semu bulan pada terbit awwal.
2 Badr, sebutan pada bulan purnama dan

13
Muhyiddin Khazin, (Kamus Ilmu Falak), (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), cet. I, hlm.
30.
14
Ruslandi Hasna “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyatul Hilal di Observatorium Teuku
Chiek Kuta Karang Lhoknga Aceh Besar” “ Astroislamica”, Journal Of Islamic Astronomy, Vol. 1,
Nomor 1, Juni 2022, hlm. 20.
15
Nofran Hermuzi, Uji Kelayakan Bukit Cermin Kota TanjungPinang Provinsi Kepulauan
Riau Sebagai Tempat Rukyatul Hilal (Analisis Geografis, Meteorologi dan Klimatalogis), (Skripsi, FS
UIN Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2018), hlm. 32.
16
Muhyiddin khazin kamus ilmu falak.., hlm. 77.

10
3 Qamr, sebutan bagi bulan pada setiap keadaan.17

2. Lokasi Hilal

Dalam melakukan pengamatan Hilal tentunya harus dilihat adalah

lokasi yang tepat untuk melakukan pengamatan Rukyatul Hilal, selain lokasi

harus dilihat juga keadaan cuaca yang dilakukan pengamatan Hilal tersebut.18

Hal ini dikarenakan sering terjadi kegagalan saat merukyat yang mana saat

kegagalan tersebut disebabkan mendung, hujan, tertutup oleh kabut asap

ataupun awan.

Oleh karena itu perlu adanya standarisasi tempat Rukyat atau

penentuan tempat Rukyat yang layak dengan berbagai pertimbangan dan

keilmuan dan penelitian. Bila berpedoman pada penetapan lokasi Rukyat

dalam SK PBNU No. 311/A.II.03/01/1994 mengenai pedoman Operasional

Penyelenggaraan Rukyat ditetapkan berdasarkan pertimbangan sebagai

berikut:19

a. Bahawa lokasi dimaksud telah terbukti adanya keberhasilan usaha

Rukyat pada waktu-waktu sebelumnya.

b. Bahwa secara geografis dan astronomi lokasi dimaksud memunginkan

terjadinya rukyatul hilal.

c. Berdasarkan usaha atau lalopran dari PWNU/PCNU setempat.

17
Susiknan Azhari, Ensiklopedi .... hlm. 77.
18
Ibid.
19
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, (pedoman rukyat dan hisab nahdlatul
ulama), ( Jakarta: Lajnah Falakiyah Pbnu, 2006 ), hlm. 14-15.

11
Berdasarkan pada tempat SK PBNU tersebut, dapat diketahui bahwa

dalam penentuan awal bulan kamariah terdpat beberapa hal yang harus

diperhatikan, seperti hisab, ahli rukyat, dan medan ruyat. Keberhasilan

rukyat sangatlah bergantung pada kegiatan hal tersebut.

3. Letak Geografis

Dalam arti luas, geografis didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang bumi. Bumi yang dimaksud tidak hanya mencakup

bentuk fisiknya saja, tetapi semua fenomena alam dan proses yang terjadi

dengan gejala dan proses kehidupan.20

Geografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu geo(s) dan graphein.

Geo(s) artinya bumi, graphein artinya menggambarkan, mendeskripsikan

ataupun mencitrakan. Secara harfiah geografi berarti ilmu yang

menggambarkan tentang bumi.21

Letak gegorafis tempat adalah beberapa derajat jarak tempat yang akan

digunakan untuk merukyat dari khatulistiwa (biasa dikeanal dengan

istilah lintang) dan beberapa derajat jarak tempat dari garis membujur

yang melewati kota Greenwich (dikenal dengan istilah bujur).22

4. Meteorologi

20
Anisa Nurjanah” Pandangan ormas keagamaan NTB terhadap penetapan pantai loag baloq
sebagai loksi rukyatul hilal, (Skripsi, FS UIN Mataram, Mataram, 2022), hlm. 9. Lihat juga di
Wikipedia, “Geografi” dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/geografi diakses tanggal 2 Januari 2023
pukul 10.53. Wita.
21
Enok Maryani, Geografi Dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di
Persekolahan, hlm. 8.
22
Ibid

12
Ada beberapa pengertian ilmu meteorologi. Meteorologi berasal dari

bahasa Yunani kuno yan g mempunyai makna atau arti yaitu:

Meteoros : benda yang ada di dalam udar

Logos : ilmu/kajian

Meteorologi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari masalah

atmosfer, misalnya, suhu, udara, cuaca, angin, dan berbagai sifat fisika dan

kimia atmosfer lainnya yang digunakan untuk keperluan prakiraan cuaca.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, meteorologi di definiskan sebagai

cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang ciri-ciri fisik dan kimia

atmosfer untuk meramalkan keadaan cuaca di suatu tempat secara khusus

dan di seluruh dunia secara umum. Pengertian meteorologi yang lain adalah

bahwa meteorologi adalah ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala

cuaca yang terjadi di dalam atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu

troposfer.23

Meteorologi di definisikan sebagai ilmu interdisipliner yang mempelajari

atmosfer. Studi di bidang ini telah dilakukan selama ribuan tahun meski

kemajuan yang signifikan baru terjadi pada abad ke-18. Pada abad ke-19,

sebuah gebrakan besar terjadi setelah pengamatan terkoordinasi yang

23
Jurnal Hasil Riset, “Pengertian Imu Meteorologi”, dalam
https://www.ejurnal.com/2013/11/pengertian-ilmu-meteorologi.html diakses tanggal 21
Januari 2023, pukul 10.47. Wita.

13
dilakukan lintas negara. Setelah pengembangan komputer di pertengahan

abad ke-20, peramalan cuaca dapat dilakukan.24

Atmosfer berasal dari kata Yunani “Atmos” yang berarti “uap air atau

gas” dan “Sphaira” yang berarti “langit-langit”. Oleh karena itu, atmosfer

dapat diartikan sebagai lapisan gas yang menutupi suatu planet sampai ke

kedalaman alam semesta.25

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

yang bersifat deskriptif dalam bentuk Pendekatan Lapangan ( field research ),

Penelitian kualitatif ialah penelitian yang mengungkap fenomena-fenomena

alam dari sudut pandangan partisipan dan digunakan untuk meneliti kondisi

objektik alamiah.26 Penelitian dilaksanakan dengan cara observasi langsung

terhadap objek yang diteliti, Yakini Panati Wera Mawu Kabupaten Bima.

Dalam peneleitian ini data yang diperoleh dari Obserfasi Pantai Wera Mawu

Kabupaten Bima.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif ini berperan sebagai

instrumen utama serta sebagai pengumpul data penelitian, sehingga


24
BMKG Jatim, “ Meteorologi”, dalam
https://karangploso.jatim.bmkg.go.id/index.php/using-joomla/extensions/111-meteorologi diaksees
tanggal 21 Januari 2023, pukul 11.01. Wita.
25
Studio Belajar, “Atmosfer” dalam https://www.studiobelajar.com/atmosfer/ diakses tanggal
23 Januari 2023 pukul 10.28. Wita.
26
Ibid.

14
kehadiran peneliti menjadi sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam

penelitian yang akan dilakukan.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti mengunakan lokasi yang pernah ditinjau langsung oleh pihak

KASUBDIT HISAB RUKYAT KEMENTERIAN AGAMA RI, dalam

melakukan rukyatul hilal yakni Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima Provinsi

Nusa Tenggara Barat ( NTB ).

4. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penlitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, yakni:

a. Data Premier

Data premier yaitu data yang berbentuk verbal atau kalimat yang

diucapkan, Sumber data premier di peroleh secara langsung dari sumber asli

(tidak melalui perantara), sumber data premier diperoleh para peneliti untuk

menjawab pertanyaan penelitian.27 Dalam hal ini peneliti akan melakukan

observasi dari penelitian ini data premier diperoleh dari observasi langsung,

hasil wawancara langsung dengan Kementerian Agama Kabupaten Bima,

dan BMKG Bima.

b. Data Sekunder

27
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, (Metodologi Penelitian), ( Yogyakarta: Andi, 2010), hlm.
21.

15
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari dokumen berita dan

laporan-laporan, buku ilmu falak, Skripsi, Jurnal penelitian, artikel dan

majalah yang berkaitan dengan peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Metode Observasi

Metode observasi melengkapi data-data pengamatannya. Metode

observasi adalah metode yang paling penting sebab peneliti harus serius dalam

pengamatan gerak, proses, dan kejadian.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipan

observasi partisipan kebalikan dari non observasi partisipan, jika observasi

partisipan memerlukan penelitian akan terjun langsung dilapangan sedangkan

observasi nonpartisipasi tidak. 28

Penelitian ini berlangsung di Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima.

Observasi atau pengamata lagsung terhadap objek penelitian agar mengetahui

lebih jelas perihal kondisi geografisnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh penjelasan yang valid

tentang objek penelitian dari orang yang diwawancarai. Peneliti akan


28
Ibid, hlm, 145.

16
mewawancara langsung dengan Kepala Kementerian Agama Kabupaten

Bima dan BMKG Bima

c. Dokumentasi

Dokumentasi Yakni pengumpulan data dan informasi pengetahuan

yang berhubungan dengan penelitian.29 Dokumentasi untuk mengumpulan

beberapa informasi pengetahuan, fakta dan data yang berhubungan dengan

pengamatan hilal di Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima. Dengan

demikian dapat dikumpulkan dengan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang

behubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-

buku, koran, dan website.

6. Teknik Analisis Data

a. Reduksi Data

Reduksi Data merupakan yang peneliti lakukan dengan cara memilih dan

menyeleksi data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi serta memilih bagian yang dianggap penting dan membuang

bagian yang dianggap tidak penting.

b. Display Data / Penyajian Data

Display / Penyajian data yang peneliti lakukan yakni, dengan cara

mengelompokan data sesuai dengan kelompoknya masing-masing, sehingga

29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2014), hlm. 217.

17
data yang disajikan menjadi sederhana, jelas dan mudah dibaca serta dapat

dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujian yang diinginkan peneliti.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data dan informasi dari hasil penelitian

yang diperoleh lebih valid, peneliti melakukan pengecekan kembali data-data

hasil dari narasumber serta melakukan konsultasi kepada ahlinya dan instansi

yang terkait sesuai dengan jenis data yang diperoleh.

I. Sistematika Pembahasan

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini akan dimuat latar belakang masalah yang akan diteliti

kemudian adanya keinginan untuk mengkaji dan meneliti permasalahan yang ada

menjadi judul dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Bab ini membahas

dimana diantaranya, adanya rumusan masalahan, tujuan dan manfaat penelitian,

ruang lingkup dan setting penelitian, telah pustaka, kerangka teori, metode

penelitian mengemukakan serangkaian cara dan metode penelitian dalam bab ini

diantaranya, (adanya pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi peneliti,

sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data serta pengecekan

keabsahan data) dan sistematika pembahasan.

Bab II: Faktor yang mempengaruhi tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu

sebagai tempat Rukyatul hilal

Berupa landasan teori, yaitu: Rukyatul hilal dalam menentukan faktor yang

melatarbelakangi penggunaan Pantai Wera Mawu sebagai tempat Rukyat. Dalam

18
bab ini terdapat beberapa sub pembahasan di antaranya: Pengertian Rukyat,

Pendapat Ulama Mengenai Rukyat, Kelebihan dan Kelemahan Metode Rukyat,

Pelaksanaan Rukyatul Hilal, Kriteria Tempat Rukyat yang Layak Digunakan.

Bab III: Analisis tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu jika ditinnjau dari

aspek geograis dan astronomis.

Mengenai gambaran umum Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima sebagai

tempat Rukyat. Dalam bab ini terdapat beberapa sub pembahasan diantaranya :

Letak Geografis dan Sejarah Pantai Wera Mawu. Kondisi Curah Hujan di

Kabupaten Bima, Pantai Wera Mawu sebagai Tempat Rukyat.

Bab IV: Penutup

Dalam bab ini diuraikan tentang penutup, yang dimana akan menjelaskan

tentang kesimpulandari penelitian, terdapat saran-saran, kata penutup dan daftar

Pustaka yang menjadi rujukan materi dan lamprian.

J. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Rencana jadwal kegiatan dari penelitian diperkirakan akan dilakukan selama

enam bulan hal tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, pelaporan, sampai pada

hasil penelitian maka dari itu peneliti akan menggambarkan proses rencana jadwal

kegiatan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

19
Bulan ke

Kegiatan 12 1 2 3 4 5
No.

1 Pengajuan Judul √

2 Penyusunan Proposal √ √

3 Seminar Proposal √

4 Memasuki Penelitian √ √

5 Tahap analisis penelitian √ √

6 Membuat laporan √

7 Penyempurnaan Laporan √

8 Ujian Skripsi √

Daftar Pustaka

Buku/jurnal

20
Ahdina Constantinia, “Studi Analisis Tempat Rukyatul Hilal Menurut Meteorologi,
Klimatalogi, dan geofisika BMKG, Skripsi FSH UIN Walisongo Semarang,
Walisongo Semarang, 2018.

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak praktis Metode Hisab-Rukyat Praktis Dan Solusi
Permasalahannya, Semarang: Komala Grafika, 2006.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997,


cet. XIV.

Anisa Nurjanah, “Pandangan Ormas Keagaman Ntb terhadap Penetapan Pantai Loang
Baloq sebagai Lokasi Rukyatul Hilal, Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram,
2022.

Azizah Maulidiya, “Analisis Kelayakan Pantai Loang Baloq Sebagai Tempat


Rukyatul Hilal Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram, 2019.

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta:
Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
Badrul Munir, “Analisis Hasil Pengamatan Hilal Badan Meteorologi, Klimatalogi dan
Geofisika BMKG Pusat Pada Tahun 2010-2015M, Skripsi, FSH IAIN
Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2016.

BMKG Jatim, “Meteorologi”, dalam


https://karangploso.jatim.bmkg.go.id/index.php/usingjoomla/extensions/111
meteorologi diakses tanggal 21 Januari 2023, pukul 11.01.
Enok Maryani, Geografi dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di
Persekolahan.
Jurnal Hasil Riset, “Pengertian Imu Meteorologi”, dalam
https://www.ejurnal.com/2013/11/pengertian-ilmu-meteorologi.html diakses
tanggal 21 Januari 2023, pukul 10.47.

21
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, pedoman rukyat dan hisab
nahdlatul ulama, Jakarta: Lajnah Falakiyah Pbnu, 2006.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset, 2014).
Muhayaddin Khazin, Ilmu Falak dalam teori dan praktik, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2004.

Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), cet. I.

Noor Aflah, Parameter Kelayakan Tempat Rukyah, “Analisis Terhadap Pemikiran


Thomas Djamaluddin Tentang Tempat Rukyah yang ideal, Sripsi, FS UIN
Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2014.

Ruslandi Hasna “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyatul Hilal di Observatorium


Teuku Chlek Kuta Karang Lhoknga Aceh Besar” “ Astroislamica”, Journal
Of Islamic Astronomy, Vol. 1, Nomor 1, Juni 2022.

Studio Belajar, “Atmosfer” dalam https://www.studiobelajar.com/atmosfer/ diakses


tanggal 23 Januari 2023 pukul 10:28.
Suara Merdeka, “Rukyat” http://m.suaramerdeka.com, diakses pada 25 Desember
2022, pukul 15.12.

Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amytas Publicita,


2007.

Wikipedia, “Geografi” dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/geografi diakses tanggal


2 Januari 2023 pukul 10.53.

22

Anda mungkin juga menyukai