Oleh:
1
A. STUDI KELAYAKAN PANTAI WERA MAMU KABUPATEN BIMA
ketika Matahari terbenam pada saat akhir bulan kamariah untuk menentukan
awal bulan berikutnya. Jika Hilal bisa disaksikan maka waktu setelah
Ketika Hilal tidak bisa terlihat pada sore itu, maka malam hari dan keesokan
Rukyatul hilal tidak dapat dilakukan sembarang tempat, karena terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai sebuah hasil yang dapat
utamanya adalah secara geografis dan astronomis lokasi yang dimaksud harus
(ufuk).2 Selain data hisab yang menunjukkan adanya kemungkinan Hilal terlihat,
1
Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi, Arwin Juli Rakmadi, ( kairo: Gema Insani, 2007), hlm 1-2.
2
Muhayaddin Khazin,(Ilmu Falak dalam teori dan praktik), (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hlm. 85. Lihat juga di Ahdina Constantinia, “Studi Analisis Tempat Rukyatul Hilal Menurut
Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG), (Skripsi FSH UIN Walisongo Semarang,
Walisongo Semarang, 2018), hlm. 5-6 dan Badrul Munir, “Analisis Hasil Pengamatan Hilal Badan
Meteorologi, Klimatalogi dan Geofisika (BMKG) Pusat Pada Tahun 2010-2015, (Skripsi, FSH, UIN
Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2016). hlm. 13-14.
2
terdapat hal lain yang perlu diperhatikan dalam rukyatu hilal, seperti ; udara
kotor, awan atau kabut dan cahaya yang dapat menggangu pandangan ke arah
rukyatul hilal, salah satu dari faktor penting tersebut adalah tempat rukyatul
rukyatul hilal, biasanya dilakukan di tempat yang tidak terhalangi banyak gedung
atau bukit dan biasanya juga di dilakukan di daerah pantai, karena wilayah itu
adalah tempat yang bebas dan ufuk baratnya tidak terhalangi. Pemersalahan yang
atmosfer, polusi dan gangguan cuaca di langit. Keadaan cucaca dan iklim pada
unsur-unsur cuaca iklim adalah suhu udara, suhu udara di berbagai tempat pun
berbeda-beda. Hal ini disebakan adanya pengaruh lintang suhu tempat. 5 Maka
dari itu, tidak heran jika terkadang pada tempat Rukyat tertentu terjadi kegagalan
3
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak praktis (Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya), (Semarang: Komala Grafika, 2006), hlm. 2. Lihat juga di Tono Saksono,
(Mengkompromikan Rukyat dan Hisab), (Jakarta: Amytas Publicita, 2007), hlm. 83.
4
Suara Merdeka, “Rukyat” dalam http://m.suaramerdeka.com, diakses pada 25 Desember
2022, pukul 15.12. Wita.
5
Muhamaad Nurkhanif, dkk, “Implementasi Parameter Kelayakan Tempat Rukyatul Al Hilal
di Pantai Alam Indah Tegal”, Al-Afaq Jurnal Ilmu Falak dan Astronomi, Vol. 1, Nomor 2, Desember
2019, hlm. 118. Lihat juga di Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, (Almanak Hisab Rukyat),
(Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981), hlm. 51-52.
3
pengamatan Hilal, padahal secara perhitungan data astronomis ketinggian hilal
pendapat mengenai tempat rukyat yang baik di atas, maka perlu diadakan peneliti
Lokasi Pantai Wera Mawu terletak di Kabupaten Bima yang sangat jauh dari
perkotaan sehingga tidak ada Gedung tinggi yang dapat menghalangi untuk
melihat rukyatul hilal yang merupakan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
yang terletak di ujuk timur dari Pulau Sumbawa bersebalahan denga Kota Bima
(pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi
117º40ʺ-119º10ʺ Bujur Timur dan 70º30ʺ Lintang Selatan.6 Dan dilihat dari letak
pantai yang jauh dari perkotaan sehingga tidak tertutup oleh bangunan, dan bebas
dari polusi selain dari pada itu wilayah Kabupaten bima beriklim tropis dengan
rata-rata curah hujan relative pendek, keadaan curah hujan tahunan rata-rata
tercatat 58.75 mm.7 Sehinga bisa dikatakan awan mendung akibat kelembapan
atau curah hujan yang tinggi jarang terjadi di wilayah tersebut, sebab wilyah ini
dikatagorikan kering sepanjang tahun. Dengan dasar ini, penulis ingin melakukan
6
Wikepedia Bahasa Indonesia, “Kabupaten Bima”, dalam
https://id.m.wikepedia.org/wiki/Kabupaten Bima, diakses tanggal 20 Februari 2023, pukul 11.24.
7
Ibid
4
C. Rumusan m asalah
1. Bagaimana tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu jika ditinjau dari aspek
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu
1. Untuk mengetahui tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu jika ditinjau dari aspek
a. Manfaat teoritis:
1) Manfaat secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti dapat
Pantai Wera Mawu sebagai tempat Rukyatul Hilal di Kabupaten Bima dan
5
2) Menambah bahan kajian penelitian selanjutnya khususnya tentang
Rukyatul Hilal.
b. Manfaat praktis
Kabupaten Bima.
yang harus diketahui oleh peneliti agar tidak melebar jauh dari fokus masalah yang
ingin di teliti.
1. Ruang lingkup
2. Setting Penelitian
Bima tepatnya di Pantai Wera Mawu. Desa ini sangat bagus dalam
6
melakukan penelitian khusunya melihat Rukyatul Hilal karena yang
pertama lokasi pantai tersebut jauh dari perkotaan sehingga tidak ada
atau bukit untuk melihat Rukyatul hilal dan pernah dilakukanya observasi
F. Telaah Pustaka
Telaah Pustaka yaitu pencairan tentang studi atau karya sebelumnya, Sebagai
panduan penelitian selanjutnya untuk memperoleh data yang lebih absah serta
bahas tidak pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya atau menjelaskan posisi
1. Skripsi Anisa Nurjanah UIN Mataram 2022 dengan judul “Pandangan Ormas
terdahulu dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu peneliti lebih
fokuskan pada studi kelayakan Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima sebagai
8
Anisa Nurjanah, “Pandangan Ormas Keagaman Ntb terhadap Penetapan Pantai Loang
Balook sebagai Lokasi Rukyatul Hilal, (Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram, 2022), hlm. 11.
7
2. Skripsi Azizah Maulidiya, UIN Mataram 2019, dengan judul “Analisis
Sedangkan perbedan dari penelitian ini membahas asal-usul Loang Baloq dan
penulis yang akan meneliti Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima sebgai lokasi
mengenai kriteria tempat rukyah yang ideal bertumpu pada empat kriteria
rukyah.10 Dalam skripsi ini penulis menemukan persamaan yang akan diteliti ,
dalam skripsi tersebut menganut kriteria yang digunakan oleh Prof. Tjomas
9
Azizah Maulidiya, “Analisis Kelayakan Pantai Loang Baloq Sebagai Tempat Rukyatul Hilal
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat, (Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram,
2019), hlm. 8.
10
Noor Aflah, Parameter Kelayakan Tempat Rukyah, “Analisis Terhadap Pemikiran Thomas
Djamaluddin Tentang Tempat Rukyah yang ideal, (Sripsi, FS UIN Walisongo Semarang, Walisongo
Semarang, 2014), hlm. 13.
8
Djamaluddin, sedangkan yang akan diteliti oleh penulis adalah Studi
kelayakan Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima Sebagai lokasi Rukyatul Hilal.
G. Kerangka Teori
1. Rukyatul Hilal
Kata Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a- yara- ra’yan-
didefinisikan dengan perihal melihat Bulan tanggal satu untuk menentukan hari
Rukyatul Hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni Rukyat
dan Hilal. Dalam Kamus Ilmu Falak disebutkan, Hilal atau ”Bulan sabit”
(crescent) adalah bagian Bulan yang tampak terang dari Bumi sebagai akibat
cahaya Matahari yang dipantulkan olehnya pada hari terjadinya ijtima’ sesaat
11
Yulia Ramadani dan Fatmawati, “Rukyatul Hilal: Kelayakan Tempat Observasi Pantai
Barombong Kota Makassar”, Hisabuna, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2020.
12
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, terj. Hamzawi, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), cet. ke-14, hlm. 494 – 495.
9
maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan
berikutnya.13
Jadi, Rukyatul Hilal adalah suatu kegiatan atau usaha melihat Hilal
atau Bulan sabit di langit (ufuk) sebelah Barat sesaat setelah Matahari
Syawal dan Zulhijah) untuk menentukan kapan bulan baru itu dimulai.14
Hila pada saat Matahari terbenam menjelang awal bulan kamariah dengan
13
Muhyiddin Khazin, (Kamus Ilmu Falak), (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), cet. I, hlm.
30.
14
Ruslandi Hasna “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyatul Hilal di Observatorium Teuku
Chiek Kuta Karang Lhoknga Aceh Besar” “ Astroislamica”, Journal Of Islamic Astronomy, Vol. 1,
Nomor 1, Juni 2022, hlm. 20.
15
Nofran Hermuzi, Uji Kelayakan Bukit Cermin Kota TanjungPinang Provinsi Kepulauan
Riau Sebagai Tempat Rukyatul Hilal (Analisis Geografis, Meteorologi dan Klimatalogis), (Skripsi, FS
UIN Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2018), hlm. 32.
16
Muhyiddin khazin kamus ilmu falak.., hlm. 77.
10
3 Qamr, sebutan bagi bulan pada setiap keadaan.17
2. Lokasi Hilal
lokasi yang tepat untuk melakukan pengamatan Rukyatul Hilal, selain lokasi
harus dilihat juga keadaan cuaca yang dilakukan pengamatan Hilal tersebut.18
Hal ini dikarenakan sering terjadi kegagalan saat merukyat yang mana saat
ataupun awan.
berikut:19
17
Susiknan Azhari, Ensiklopedi .... hlm. 77.
18
Ibid.
19
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, (pedoman rukyat dan hisab nahdlatul
ulama), ( Jakarta: Lajnah Falakiyah Pbnu, 2006 ), hlm. 14-15.
11
Berdasarkan pada tempat SK PBNU tersebut, dapat diketahui bahwa
dalam penentuan awal bulan kamariah terdpat beberapa hal yang harus
3. Letak Geografis
bentuk fisiknya saja, tetapi semua fenomena alam dan proses yang terjadi
Letak gegorafis tempat adalah beberapa derajat jarak tempat yang akan
istilah lintang) dan beberapa derajat jarak tempat dari garis membujur
4. Meteorologi
20
Anisa Nurjanah” Pandangan ormas keagamaan NTB terhadap penetapan pantai loag baloq
sebagai loksi rukyatul hilal, (Skripsi, FS UIN Mataram, Mataram, 2022), hlm. 9. Lihat juga di
Wikipedia, “Geografi” dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/geografi diakses tanggal 2 Januari 2023
pukul 10.53. Wita.
21
Enok Maryani, Geografi Dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di
Persekolahan, hlm. 8.
22
Ibid
12
Ada beberapa pengertian ilmu meteorologi. Meteorologi berasal dari
Logos : ilmu/kajian
atmosfer, misalnya, suhu, udara, cuaca, angin, dan berbagai sifat fisika dan
cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang ciri-ciri fisik dan kimia
dan di seluruh dunia secara umum. Pengertian meteorologi yang lain adalah
bahwa meteorologi adalah ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala
cuaca yang terjadi di dalam atmosfer terutama pada lapisan bawah yaitu
troposfer.23
atmosfer. Studi di bidang ini telah dilakukan selama ribuan tahun meski
kemajuan yang signifikan baru terjadi pada abad ke-18. Pada abad ke-19,
23
Jurnal Hasil Riset, “Pengertian Imu Meteorologi”, dalam
https://www.ejurnal.com/2013/11/pengertian-ilmu-meteorologi.html diakses tanggal 21
Januari 2023, pukul 10.47. Wita.
13
dilakukan lintas negara. Setelah pengembangan komputer di pertengahan
Atmosfer berasal dari kata Yunani “Atmos” yang berarti “uap air atau
gas” dan “Sphaira” yang berarti “langit-langit”. Oleh karena itu, atmosfer
dapat diartikan sebagai lapisan gas yang menutupi suatu planet sampai ke
H. Metode Penelitian
alam dari sudut pandangan partisipan dan digunakan untuk meneliti kondisi
terhadap objek yang diteliti, Yakini Panati Wera Mawu Kabupaten Bima.
Dalam peneleitian ini data yang diperoleh dari Obserfasi Pantai Wera Mawu
Kabupaten Bima.
2. Kehadiran Peneliti
14
kehadiran peneliti menjadi sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam
3. Lokasi Penelitian
melakukan rukyatul hilal yakni Pantai Wera Mawu Kabupaten Bima Provinsi
4. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penlitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder, yakni:
a. Data Premier
Data premier yaitu data yang berbentuk verbal atau kalimat yang
diucapkan, Sumber data premier di peroleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui perantara), sumber data premier diperoleh para peneliti untuk
observasi dari penelitian ini data premier diperoleh dari observasi langsung,
b. Data Sekunder
27
Etta Mamang Sangadji, Sopiah, (Metodologi Penelitian), ( Yogyakarta: Andi, 2010), hlm.
21.
15
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari dokumen berita dan
a. Metode Observasi
observasi adalah metode yang paling penting sebab peneliti harus serius dalam
b. Wawancara
16
mewawancara langsung dengan Kepala Kementerian Agama Kabupaten
c. Dokumentasi
a. Reduksi Data
Reduksi Data merupakan yang peneliti lakukan dengan cara memilih dan
29
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2014), hlm. 217.
17
data yang disajikan menjadi sederhana, jelas dan mudah dibaca serta dapat
hasil dari narasumber serta melakukan konsultasi kepada ahlinya dan instansi
I. Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini akan dimuat latar belakang masalah yang akan diteliti
kemudian adanya keinginan untuk mengkaji dan meneliti permasalahan yang ada
menjadi judul dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Bab ini membahas
ruang lingkup dan setting penelitian, telah pustaka, kerangka teori, metode
penelitian mengemukakan serangkaian cara dan metode penelitian dalam bab ini
sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data serta pengecekan
Bab II: Faktor yang mempengaruhi tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu
Berupa landasan teori, yaitu: Rukyatul hilal dalam menentukan faktor yang
18
bab ini terdapat beberapa sub pembahasan di antaranya: Pengertian Rukyat,
Bab III: Analisis tingkat kelayakan Pantai Wera Mawu jika ditinnjau dari
tempat Rukyat. Dalam bab ini terdapat beberapa sub pembahasan diantaranya :
Letak Geografis dan Sejarah Pantai Wera Mawu. Kondisi Curah Hujan di
Dalam bab ini diuraikan tentang penutup, yang dimana akan menjelaskan
enam bulan hal tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, pelaporan, sampai pada
hasil penelitian maka dari itu peneliti akan menggambarkan proses rencana jadwal
19
Bulan ke
Kegiatan 12 1 2 3 4 5
No.
1 Pengajuan Judul √
2 Penyusunan Proposal √ √
3 Seminar Proposal √
4 Memasuki Penelitian √ √
6 Membuat laporan √
7 Penyempurnaan Laporan √
8 Ujian Skripsi √
Daftar Pustaka
Buku/jurnal
20
Ahdina Constantinia, “Studi Analisis Tempat Rukyatul Hilal Menurut Meteorologi,
Klimatalogi, dan geofisika BMKG, Skripsi FSH UIN Walisongo Semarang,
Walisongo Semarang, 2018.
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak praktis Metode Hisab-Rukyat Praktis Dan Solusi
Permasalahannya, Semarang: Komala Grafika, 2006.
Anisa Nurjanah, “Pandangan Ormas Keagaman Ntb terhadap Penetapan Pantai Loang
Baloq sebagai Lokasi Rukyatul Hilal, Skripsi, FSIF UIN Mataram, Mataram,
2022.
Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta:
Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
Badrul Munir, “Analisis Hasil Pengamatan Hilal Badan Meteorologi, Klimatalogi dan
Geofisika BMKG Pusat Pada Tahun 2010-2015M, Skripsi, FSH IAIN
Walisongo Semarang, Walisongo Semarang, 2016.
21
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, pedoman rukyat dan hisab
nahdlatul ulama, Jakarta: Lajnah Falakiyah Pbnu, 2006.
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), cet. I.
22