Anda di halaman 1dari 5

PENANGANAN KERACUNAN MAKANAN

No. Dokumen :
No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : 5 AGUSTUS 2016
Halaman : 1/2
Kepala
UPTD Puskesmas
UPTD Besuki
PUSKESMAS
BESUKI
Endang Purwatiningsih, S.Kep
NIP. 19690609 199103 2 009

1. Pengertian Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan


pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi denagn zat patogen dan atau bahan kimia,
misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium, Perfringens,
Campylobacter, dan Staphylococus aureus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanganan keracunan
makanan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor tentang
penanganan keracunan makanan.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 tahun 2014 tentang panduan
praktik klinis dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
5. Prosedur 1. Petugas Poli/UGD melakukan pemeriksaan terhadap
pasien yang meliputi
- anamnesis/alloanamnesis
- Pemeriksaan fisik(head to toe beserta tanda-tanda
vital) dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan di
rekam medis
2. Petugas (dokter) memberikan diagnosa sementara
berdasarkan hasil pemeriksaan
3. Petugas melakukan pemeriksaan tindakan
Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah
self-limiting,pengobatan khusus tidak di perlukan.dari
beberapa studi didapatkan bahwa hanya 10% kasus
membutuhkan terapi antibiotic. Tujuan utamanya adalah
rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat
dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau
larutan intravena (misalnya, larutan natrium klorida
isotonic, larutan ringer laktat). Rehidrasi oral dicapai
dengan pemberian cairan yang mengandung natrium dan
glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate, aluminium
hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila
diare tidak segera berhenti.
a. Diphenoxylate dengan atropine (lomotil) tersedia
dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5
mg diphenoxylate /5 mL). dosis awal untuk orang
dewasa adalah 2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d).
digunakan hanya bila diare massif.
b. Jika gejalaya menetap setelah 3-4 hari, etiologi
spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur
tinja. Untuk itu harus segera dirujuk
c. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga
kebersihan diri.
4. Petugas melakukan Konseling dan Edukasi
 Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga
hygiene keluarga dan pasien.
5. Petugas menetapkan kriteria rujukan apabila
a. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari
ditangani dengan adekuat
b. Pasien mengalami perburukan.
6. Diagram Alir Terapi Pemeriksaan
Diagnosafisik
Anamnesa
1. Perawatan lokal : Panas
a. Pembersihan tali pusat larutan antiseptik
Konseling
(Klorheksidin atau iodiumdan Edukasi
povidon 2,5%)
b. Dilanjutkan oles dengan salep antibiotik 3-4x/hari.
2. Perawatan sistemik :
GejalaSemua
sistemik + : ditulis dalam rekam medis
proses
Kloksasilin oral selama 5 hr.
Atau antibiotik kombinasi dengan aminoglikosida.
Pertimbangkan kemungkinan Meticillin Resistance
Staphylococcus aureus (MRSA).

Diagnosa
Pemeriksaan fisik sementara

Farmakoterapi

Konselin dan edukasi


7. Unit Terkait
8. Rekaman Historis Diberlakukan
Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.

1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur

KERACUNAN MAKANAN Kepala UPTD Puskesmas


No. Dokumen BESUKI
UPTD
No. Revisi
PUSKESMAS
SOP TanggalTerbit
BESUKI
Halaman

6. Diagram alir

1. poli umum
2. poli KIA
3. UGD
4. Pustu/ poskesdes
7. Unit terkait

KERACUNAN MAKANAN Kepala UPTD Puskesmas


No. Dokumen BESUKI
UPTD
No. Revisi
PUSKESMAS
SOP TanggalTerbit
BESUKI
Halaman

8. Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl.

Anda mungkin juga menyukai