Anda di halaman 1dari 16

TEORI SEMANTIK

Disajikan Sebagai Tugas


Mata Kuliah: Semantik Al-Qur‟an
Dosen Pengampu: Syamsuni, MA
Oleh Kelompok 4:
Fatmawati (200103020068)
Natasya (000000000002)
Ratu Aminah Wahdah (200103020116)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

BANJARMASIN

2022
PENDAHULUAN

Kata semantik, sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang
makna. Makna yang dimaksud disini adalah makna bahasa, baik dalam bentuk morfem, kata,
atau kalimat. Kata semantik berasal dari bahasa yunani sema (noun) yang berarti tanda atau
lambang. Dalam bahasa Yunani, ada beberapa kata yang menjadi dasar kata semantik yaitu
semantikos (memaknai), semainein (mengartikan), dan sema (tanda). Sema juga berarti
kuburan yang mempunyai tanda yang menerangkan siapa yang dikubur disana. Dari kata
sema, semantik dapat dipahami sebagai tanda yang memiliki acuan tertentu dan menerangkan
tentang asal dimana kata itu disebutkan pertama kali. Semantik juga berarti studi tentang
hubungan antara simbol bahasa (kata, ekspresi, frase) dan objek atau konsep yang
terkandung di dalamnya, semantik menghubungkan antara simbol dengan maknanya.
Dalam bahasa Arab, semantik diterjemahkan dengan ilm al-Dilalah atau Dilalat al-
Alfaz. Secara terminologis semantik ialah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna ungkapan atau system penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada
umumnya.

1
PEMBAHASAN
A. Teori Referensial

Menurut teori ini bahwa makna adalah hubungan langsung antara simbol-simbol
linguistic dengan acuannya.1 Teori referensial ini berhubungan dengan nama dan acuan,
artinya hubungan antara nama dan makna yang berupa acuan. Adapun teori ini mengacu pada
segitiga semiotik yang dikembangkan oleh Ogden dan Richars. Ogden dan Richard
mengembangkan teori ini dari tokoh lingustik Prancis yang bernama Ferdinand de Saussure
yang mengatakan bahwa tanda linguistik terdiri dari komponen Signifiant (signifier) atau
penanda yaitu makna yang berupa suatu pola suara atau bunyi yang disimpan dalam pikiran,
dan signifie ( signified ) atau yang ditandai yaitu sebuah konsep yang juga disimpan dalam
pikiran.

Contoh jika terdapat suatu kata “buku” , maka komponen signifiant dari kata itu adalah
fonem yang terdiri dari b-u-k-u, dan komponen signifienya berupa makna dari suatu konsep
atau ide yang menyatakan bahwa buku itu adalah “suatu hasil karya seseorang dalam bentuk
tulisan”.

B. Teori Konseptual

Menurut teori ini makna adalah mental image (citra mental) si pembicara dari subjek
yang dia bicarakan.2 Teori ini merupakan penjabaran konsep bapak linguistik modern,
Ferdinand de Saussure, yang berpandangan bahwa tanda bahasa itu terjalin oleh konsep
penanda dan pertanda.

Teori mentalisme atau konseptual adalah teori yang dikemukakan oleh F. De Saussure,
menganjurkan studi bahasa secara sinkronis dan membedakan analisis bahasa atas la parole,
la laangue, dan le lengage secara tidak nyata telah memelopori teori makna yang bersifat
mentalistik. Dalam teori ini ia menghubungkan bentuk bahasa lahiriah (la parole) dengan
konsep atau citra mental penuturnya (la langue). Misalnya, mereka mengatakan bahwa kuda
terbang atau pegasus adalah salah satu citra mental penuturnya walaupun secara nyata, hal

1
Herlina Ginting dan Adelina Ginting, “Berberapa Teori dan Pendekatan Semantik”, Fakultas Ilmu
Budaya USU, Vol.2, No.2, Desember 2019, hal. 72
2
Herlina Ginting dan Adelina Ginting, “Berberapa Teori dan Pendekatan Semantik”, Fakultas Ilmu
Budaya USU, Vol.2, No.2, Desember 2019, hal. 72

2
tersebut tidak ada. Teori ini bertentangan dengan teori refensial dan pada umumnya
penganjur dari teori mentalisme ini adalah para psikolinguis3

Teori ini memiliki istilah lain, yaitu: teori idesional, teori intensional, dan teori
mentalistik. Teori ini beranggapan bahwa setiap makna adalah konsep, dan konsep ini harus
ada di benak penutur, selanjutnya penutur mengekpresikan konsep tersebut melalui medium
gambaran bahasa (citra akustik kata) yang diterima oleh pendengar. Lalu pendengar
menerima citra akustik tersebut.

Jadi makna yang dimaksudkan oleh teori konseptual ini bersifat mentalistik, yang
mengasumsikan entitas makna berada dipikiran penutur bahasa. Dengan demikian teori ini
mengaitkan makna dengan kegiatan menyusun dan menyampaikan gagasan melalui bahasa.

Misalnya, kata ‫قلم‬ tidak hanya bermakna pena, tapi memiliki arti yang lebih luas yang

digambarkan oleh pikiran, yaitu alat yang digunakan untuk menulis, dan sebagainya. 4

C. Teori Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif


behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan
terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut
teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan
bisa ditentukan.

Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku
tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah
laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku
yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.
5Dalam belajar siswa seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan,
menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang dewasa

3
Landasan Teori, Hal. 12
4
Moh. Kholison, Semantik Bahasa Arab, (Sidoarjo: Cv. Lisan Arabi, 2016), hal. 116-117.
5
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia Learning
Center. 2016. hlm:26- 27.

3
lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan pendekatan
inkuiri terbimbing.6

Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam mempelajari


individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian orang tentang
penasarannya, behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompk teori yang memiliki
kesamaan dalam mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai
wilayah, selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia.

Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung
perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya sudah mengajarkannya dengan
tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia
belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai hasil
belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau Input yang berupa stimulus
dan keluaran atau Output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman
kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus
dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Faktor lain
yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

6
Eni Fariyatul Fahyuni, Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry Model to
Improve Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN 2 Porong. Proceedings of International
Research Clinic & Scientific Publications of Educational Technology. 2016

4
Kelebihan Teori Behavioristik:

(1) Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.

(2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang bersangkutan.

(3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan positif dan
prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang
tampak.

(4) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat


mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak
sudha mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan
dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.

(5) Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.

(6) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya sampai
respons yang diinginkan muncul.

(7) Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.

(8) Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan
suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.

Kekurangan Teori Behavioristik:

(1) Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
(2) Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.

(3) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di
dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif.

(4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
sebagai metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

5
(5) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan
yang diberikan oleh guru.

(6) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelsan dari guru dan mendengarkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatf siswa
terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.

(7) Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak
produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.

(8) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher cenceredlearning) bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.

(9) Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari
murid

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov,


B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.

1) Thorndike Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori
behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, dan
gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang
konkret (dapat diamati), atau yang non-konkret (tidak bisa diamati). Dalam
implementasinya, siswa sekolah dasar mengalami peningkatan kemampuan membaca
dengan adanya interaksi siswa dengan media belajar, dalam hal ini berupa media cerita
bergambar.

2) Ivan Petrovich Pavlov Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik)


adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing, di
mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-
ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Dari contoh tentang percobaan dengan
hewan anjing bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

6
3) John B. Watson Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang
sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa
diamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental
yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu
diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak
penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan
apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Hanya dengan asumsi demikianlah, menurut
Watson, dapat diramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa

4) Burrhus Frederic Skinner Menurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk
menjelaskan parubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versi
Watson tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang diberikan oleh siswa
tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi
satu dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnya mempengaruhi respons yang dihasilkan.
Sedangkan respons yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa.

D. Teori Kontekstual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontekstual tentu mengacu pada
konteks, yaitu untuk mendukung kejelasan makna dan situasi yang ada hubungannya dalam
suatu peristiwa. Kemal.I (2013) mengungkapkan bahwa sebuah wacana akan sangat sulit
dipahami maknanya, jika kita tidak memahami ujaran-ujaran dalam wacana tersebut.

Berikut ini diuraikan pemikiran kedua perintis teori kontekstual, yaitu Malinowski, Firth
dan K. Ammer sebagai pengembangnya. Teori Kontekstual Malinowski Malinowski,
nama lengkapnya Bronislow Malinowski. Ia lahir di Polandia tahun 1884 dari keluarga
bangsawan. Ayahnya adalah seorang guru besar Ilmu sastra Slavik. Malinowski lulus dari
Fakultas Ilmu Pasti dan Alam pada Universitas Cracow, Polandia. Namun selama di sana ia
sangat gemar membaca bukubuku tentang folklor dan dongeng-dongeng rakyat, sehingga ia
melanjutkan belajar sosiologi empirikal di London School of Economics (Koentjaraningrat,
1980, p. 160). Malinowski melakukan penelitian di gugusan pulau Fasifik Selatan yang
dikenal sebagai kepulauan Trobriand, yang penduduknya hidup memancing dan berkebun.
Bahasa mereka disebut bahasa Kiriwinia.

Teori Kontektual K. Ammer Pada perkembangan selanjutnya, seorang ahli bahasa, K.


Ammer mengembangkan teori kontektual Malinowski dan Firth. Dia mengajukan bahwa

7
empat macam konteks, yaitu konteks bahasa (linguistics context), konteks emotif (emotional
context), konteks situasi (situational context), dan konteks budaya (cultural) (Umar, 1988, p.
69-71).

a. Konteks bahasa (linguistics context) Contoh konteks bahasa dalam bahasa Arab
misalnya kata ‫ )حسن‬baik) yang memiliki makna berbeda Dengan . ‫ حسن طعن‬dan ‫ حسن يوم‬,
‫ حسن رجل‬: menjadi ‫ طعن‬dan , ‫ يوم‬, ‫ رجل‬kata dengan dirangkai ketika demikian, maka
makna baik pada laki-laki (orang) adalah baik secara akhlak atau moral; baik pada hari
berarti hari yang tepat sehingga memungkinkan seseorang mendapatkan kebaikan yang
banyak; sedang baik pada makanan berarti makanan itu aman dikonsumsi serta baik
untuk kesehatan.
b. Konteks emotif (emotional context) Makna emotif dibatasi kualitasnya dengan
rasa, baik kuat, lemah, atau sedang. Contohnya dalam bahasa Inggris kata love dan like.
Begitu juga dalam bahasa Arab ditemukan kata yang bermakna emotif seperti ‫ ح ب‬, ‫هوى‬
, ‫ عشق‬, dan ‫ شغف‬.Kata hubb bermakna cinta secara umum; hawā adalah tingkatan cinta
yang paling tinggi; „isyq adalah cinta yang kualitasnya di bawah hawā; adapun syaghaf
adalah cinta di bawah „isyq (al-Tsa‟labi, tth:198).
c. Konteks situasi (situational context) Konteks situasi adalah situasi di mana sebuah
kata itu diletakkan. Misalnya kata ‫ يرحن‬, jika digunakan untuk mendoakan yang bersin
maka ia berada di depan lafazh Allah (sebagai fi‟il) ‫ يرحمك هلال‬, sedang jika mendoakan
orang yang sudah meninggal maka ia berada setelah lafazh Allah (sebagai khabar) ‫ هلال‬.
‫ يرحمه‬d. Konteks budaya (cultural) Makna kata dalam konteks ini ditentukan oleh
budaya dan sosial di mana bahasa itu berasal.

Dalam bahasa Inggris misalnya kata looking glass menunjukan kelas sosial yang lebih
tinggi, berbeda kata yang sama maknanya yaitu mirror yang digunakan pada kelas sosial
yang rendah. Di negeri Arab sekarang ini kata „uqailah menunjukan tingkat sosial lebih
tinggih dari pada zaujah.

Untuk memahaminya perlu memperhatikan konteks situasi. Menurut Nababan (1997:37)


makna kontekstual disebut makna situasional (Pelawi.B.Y:2009). Untuk makna kontekstual
menurut Chaer (2003:290) merupakan makna leksem yang ada dalam suatu konteks
(Kemal.I:2013).

Contoh-Contoh Makna Kontekstual

8
Contoh dari makna kontekstual sendiri yakni “Ibu memasukan benang ke dalam mata
jarum” mata jarum sendiri memiliki makna lubang yang ada pada jarum, tentu bukan jarum
yang memiliki mata.

Untuk Contoh yang kedua yaitu “Pagi ini, badanku terasa seperti diinjak kaki gajah” arti
dari kata badan adalah tubuh atau jasad dari manusia itu sendiri. Tentu masih banyak lagi
contoh dari makna kontekstual ini yang akan kita temui, dalam keseharian pun jika kita
mengobrol dengan lawan bicara atau dalam suatu kelompok akan terdapat makna kontekstual
didalamnya. Karena itulah makna kontekstual adalah makna yang memperhatikan situasi-
situasi pada saat kita mengobrol.

Makna Kontekstual adalah makna yang mengacu pada konteks untuk mendukung
kejelasan makna dari suatu kalimat serta makna kontekstual sangat berhubungan dengan
situasi, karena situasilah kita akan paham maksud dari kalimat-kalimat yang diucapkan atau
ditulis dalam sebuah buku.

Hamsa,dkk. (2021) menyatakan bahwa makna dari sebuah kalimat sering tidak
tergantung pada sistem leksikal dan gramatikal saja, namun tergantung pada kaidah wacana.
Dalam sebuah kalimat yang baik juga belum tentu maknanya dipahami oleh seseorang, jika
tidak mengaitkan dengan kalimat-kalimat yang lain.

Contoh dari makna kontekstual jika dilihat dari ekspresi seseorang “Terima kasih” yang
berarti tidak mau di dalam situasi jamuan makan. Karena itulah seseorang harus mempelajari
makna kontekstual ini jika tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yang hanya
disebabkan oleh kalimat atau ujaran dari seseorang.

E. Teori Medan Makna

Medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah sekelompok
elemen leksikal yang maknanya saling terkait karena menggambarkan bagian dari suatu
budaya atau medan realistik dalam alam semesta tertentu. Misalnya nama warna, dan nama
perabot rumah tangga. Melalui semantik, tata bahasa, atau sistem tata bahasa dan ekspresi
kamus, kerangka bahasa dapat membatasi seseorang untuk berpikir, merasa, bertindak, dan
percaya pada sesuatu. Dengan kata lain, bahasa merupakan unsur kognitif, emosional, sikap,
dan spiritual dari pemahaman manusia tentang alam semesta.

Setiap bahasa memiliki semantik, kosakata, dan sistem ekspresi yang unik (kecuali untuk
universalitas bahasa), yang dapat menggabungkan satu bahasa dengan bahasa lain (bahasa

9
yang berbeda).Artinya, pengalaman atau pemahaman tentang realitas yang terbentuk dalam
satu bahasa berbeda dengan pengalaman atau pemahaman yang terbentuk dalam bahasa lain.
Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana pembentuk identitas seseorang atau suatu bangsa.
Suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain karena pandangan bangsa itu tentang alam dan
alam semesta berbeda dengan bangsa lain, dan perbedaan pandangan ini disebabkan oleh
perbedaan bahasa. Semantik adalah komponen cabang linguistik yang mengkhususkan diri
pada makna.

Makna bahasa, khususnya makna kata, dapat dipetakan menurut bagian-bagian


penyusunnya. Pandangan ini dapat dilihat dalam bidang teori makna, yang menunjukkan
bahwa kata-kata dalam bahasa tersusun dari frasa-frasa yang menunjuk pada suatu makna
yang sama, misalnya ketika kita mendengar seseorang menyebut alat pengganti kereta api,
tentu kita dapat membayangkan segala macamnya. Jenis alat pemindah kereta api dalam hal
ini, semua alat ganti sebenarnya terbagi atas ruangan yang disebut ruang ganti. Oleh sebab
itu, apa sebenarnya medan makna itu?

Menurut Trier (1934), medan makna dapat diibaratkan dengan sebuah mosaik. Jika
makna suatu kata berubah, maka makna kata lain dalam bidang makna juga akan berubah.
Menurut Language Dictionary, bidang makna adalah kumpulan item leksikal, karena setiap
item leksikal muncul dalam konteks yang sama, makna item leksikal ini terkait satu sama
lain. Istilah, kata, atau hubungan antar kata digunakan untuk menggambarkan suatu istilah,
kata, atau hubungan antar kata, dapat diwakili oleh domain makna yang dimiliki oleh kata
lain dalam domain tertentu, dan dapat diwakili oleh kata-kata yang terkandung di dalamnya,
dalam domain tertentu. Komponen penting untuk diungkapkan. Kata-kata yang termasuk
dalam suatu kelompok biasanya disebut kata-kata dalam ranah makna atau ranah leksikal.
Arti ranah makna (ranah semantik) atau ranah leksikal adalah sekelompok elemen leksikal
yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan suatu bagian, dari teks, budaya
atau dunia nyata di alam semesta tertentu.

Teori atau Konsep Medan Makna Menurut Para Ahli

1. Menurut Mansoer Pateda

Mengenai bidang makna, Nida mengatakan dalam Mansoer Pateda (2001: 225) bahwa
“Pada dasarnya seperangkat makna (tidak terbatas pada makna yang tercermin dalam satu
kata), mereka berbagi komponen semantik tertentu”. Pada halaman yang sama, Nida juga
mengatakan “Domain semantik terdiri dari makna dengan komponen semantik umum.

10
Bagaimana hubungan makna terkandung dalam domain makna yang sama, lebar hubungan,
dan pada tingkat mana dalam hierarki itu dapat berfungsi, tergantung pada semantik
keseluruhan bahasa”.

Kata-kata atau morfem dalam setiap bahasa dapat digolongkan ke dalam kelompok-
kelompok tertentu, dan makna dari kelompok-kelompok tersebut berkaitan atau dekat karena
semuanya termasuk dalam kegiatan atau bidang keilmuan yang sama. Misalnya, kata-kata
seperti menyalin, membaca, menyontek, belajar, ujian, guru, siswa, catatan, dan buku dapat
dikelompokkan menjadi satu, karena semuanya termasuk dalam satu bidang kegiatan, yaitu
pendidikan dan pengajaran.

Selain itu, kita juga dapat menganalisis makna setiap kata atau morfem dalam komponen
makna tertentu, sehingga dapat muncul perbedaan dan persamaan makna antara satu kata
dengan kata lainnya. Dalam bahasa Indonesia, ada kata-kata seperti melihat, memandang,
mengintip, mengunjungi, menonton, dan menipu. Jika kita perhatikan, semua kata ini
menggunakan mata sebagai alat. Ini berarti bahwa semua kata ini memiliki arti yang sama.
Misalnya, kata melirik berbeda dengan kata menatap.

Dalam beberapa kasus, domain makna dapat diasosiasikan dengan kategori gramatikal
yang sama. Dengan kata lain, makna yang sama dapat diekspresikan dalam bentuk gramatikal
yang berbeda. Contoh kata-kata indah yang mengandung bidang makna abstrak kualitatif
dapat muncul sebagai kata sifat. Urutan melihat, yaitu katakanlah gadis itu cantik. Itu juga
bisa dianggap sebagai kata benda, misalnya dalam urutan kata, kecantikannya tidak
tertandingi. Hal ini juga bisa dianggap sebagai kata kerja. Contohnya ia selalu mempercantik
dirinya, karena bidang makna adalah sekelompok kata dengan makna yang saling terkait,
kata-kata umum dapat memiliki anggota yang disebut kata bawahan. Hal ini terlihat dari
adanya kata tumbuhan dengan kata bawahan, seperti bunga, durian, jagung, kelapa, dsb. Kata
bunga memiliki kata-kata bawahan, yaitu bougainville, kemboja, matahari, dan tulip. Oleh
karena itu, medan makna dapat menjadi wujud keberadaan dari medan makna itu sendiri,
bukan hanya medan makna yang terpisah dari medan makna lain, tetapi juga medan makna
yang terikat oleh jaringan makna yang lebih luas. Sebagai suatu sistem, setiap bahasa
memiliki derajat keterhubungan tertentu dalam bidang makna, yang tercermin dari lambang-
lambang yang digunakan. Contohnya pada kata rasa. Kata rasa sudah menjadi kata umum
karena kata rasa berhubungan dengan manusia. Kata rasa dapat dikaitkan dengan rasa pada
bagian seluruh tubuh, seperti lekas marah, gembira, bahagia, sakit, dsb. Selain itu, juga dapat

11
pada perasaan hati, misalnya kata cinta, kekecewaan, keterkejutan, frustrasi, kemalasan,
keterkejutan, dsb.

2. Menurut Harimurti Kridalaksana

Harimurti mengemukakan bahwa medan semantik (semantic domain) adalah bagian dari
sistem semantik bahasa, yang menggambarkan bagian dari domain budaya atau realistik
dalam alam semesta tertentu, dan perwujudan makna oleh seperangkat elemen leksikal adalah
terkait.

Kata-kata atau morfem dalam setiap bahasa dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok
tertentu sesuai dengan kesamaan ciri semantik kata-kata tersebut. Misalnya, kata kuning,
merah, hijau, biru, dan ungu termasuk dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna. Kata-
kata yang termasuk dalam suatu kelompok biasanya disebut kata-kata dalam domain makna
atau domain leksikal.

Domain makna (domain semantik) atau domain leksikal mengacu pada sekelompok
elemen kosakata yang maknanya saling berhubungan. Hal ini karena mereka menggambarkan
bagian dari teks, yang berasal dari budaya atau ranah nyata di alam semesta tertentu.
Misalnya nama warna, nama furnitur, atau nama kerabat, masing-masing merupakan medan
makna. Gamut warna Indonesia mengenal warna merah, cokelat, biru, kuning, abu-abu, putih,
dan hitam. Untuk mengekspresikan nuansa warna yang berbeda, bahasa Indonesia
memberikan informasi komparatif seperti merah darah, merah muda, dan merah bata.

Kata-kata atau morfem yang dikelompokkan bersama dalam suatu medan makna dapat
dibagi menjadi kelompok medan kolokasi dan kelompok medan kumpulan menurut sifat
hubungan semantiknya. Setiap bahasa sebagai sistem memiliki tingkat keterhubungan medan
makna yaitu tercermin dalam lambang-lambang yang digunakan. Pembagian medan makna
dapat kita lihat pada kata kerja, kata benda, dan kata sifat.

Medan Makna Menurut Pengajaran Bahasa

Pendekatan makna yang dikemukakan oleh para ahli bahasa, terutama pada masa-masa
awal linguistik struktural, sangat dipengaruhi oleh psikologi asosiatif. Berdasarkan intuisi
mereka, mereka akan menyimpulkan hubungan antara himpunan kata. Kata-kata baik, bagus,
perbaiki atau satu, kesatuan, bersatu memiliki asosiasi di antara orang-orang. Ferdinand de
Saussure membedakan hubungan asosiatif menjadi empat kelompok, yaitu (1) kesamaan

12
formal dan semantik, (2) kesamaan semantik, (3) kesamaan sufiks umum biasa, dan (4)
kesamaan kebetulan (Parera, 1990: 67).

Bally, murid Ferdinand de Saussure, memersepsikan bidang asosiatif sebagai lingkaran


di sekitar tanda yang muncul dari lingkungan leksikalnya. Misalnya, mendengar kata kerbau
membuat seseorang yang berbicara di Indonesia berpikir tentang kekuatan atau kebodohan.
Dengan demikian, bidang semantik menurut Parera (1990: 68) adalah jaringan asosiasi yang
kompleks berdasarkan kesamaan atau kemiripan, hubungan kontak, dan hubungan asosiatif
dengan penyebutan satu kata.

Mengenai pengajaran kosakata, pendapat J. Trier dapat dikutip dalam buku karya Parer
(1990: 69), yang menjelaskan kosakata suatu bahasa tersusun rapi dalam kotak-kotak dan
dalam bidang ini setiap unsur lain didefinisikan dan mempunyai batas-batas yang jelas,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih makna. Ia mengatakan bahwa setiap bidang makna
tersusun seperti sebuah mosaik, dan bahwa setiap makna akan selalu dicocokkan antar
bidang-bidang tersebut sehingga membentuk satu kesatuan kebahasaan yang tidak mengenal
tumpang tindih.

Mengutip pendapat ini, pengajaran kosakata dapat dimulai dengan beberapa kata sentral.
Selain itu, dari kata-kata ini kemungkinan asosiasi muncul melalui berbagai kemungkinan
hubungan, misalnya, dengan grup kolokasi dan grup himpunan. Menerapkan bidang teori
makna pada pengajaran kosakata dapat membawa banyak manfaat, misalnya (1)
meningkatkan pengetahuan siswa tentang suatu kata, (2) meningkatkan pemahaman siswa
tentang arti suatu kata, (3) meningkatkan ketepatan siswa dalam memilih kata, (4)
meningkatkan keterampilan mengasosiasikan kata, (5) meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan cermat, serta (6) menjadikan pengajaran kosakata lebih bermakna dalam kehidupan
dan sekitarnya

13
KESIMPULAN

Kajian semantik tidak hanya menarik perhatian para linguis dan sastrawan, tetapi juga
menarik perhatian para praktisi filsafat, pragmatik, semiotik, psikologi, sosiologi,
neurologi, dan lainnya. Sehingga dari masing-masing pendekatan yang digunakan oleh
para pemerhati semantik atau makna melahirkan siri khasnya sendiri. Dan lahir lah teori-
teori.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (1988). Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.
Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. (1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryadi, H. (1992). Teori Medan Makna dan Kebermaknaannya dalam Pengajaran Kosakata
pada Siswa Kelas I Sekolah Dasar. Cakrawala Pendidikan, 84283.
Hoetomo, M. A. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar.
Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Lehrer, A. (1974). Semantic Fields and Lexical Structure. Amsterdam: NHPC.
Pateda, Mansoer. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Kholison, Moh. Semantik Bahasa Arab. Sidoarjo: Cv. Lisan Arabi, 2016.
Fariyatul Fahyuni, Istikomah, Eni. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia
LearningCenter. 2016.
Ginting dan Adelina Ginting, Herlina. “Berberapa Teori dan Pendekatan Semantik”, \
Fakultas Ilmu Budaya USU. Vol.2, No.2, Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai