DISUSUN OLEH:
SITI MAHDIAH
NIM: 19216276
A. Latar Belakang
Penyakit Kanker menurut Union for International Cancer Control
(UICC) merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia maupun di Indonesia (Kemenkes, 2013). Menurut data
World Health Organization (WHO) tahun 2013, insiden kanker meningkat dari
12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus di tahun 2012. Jumlah
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun
2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13%
setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada tahun 2030 insiden kanker
dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker,
terlebih pada negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat
(Kemenkes, 2014).
1
2
obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang
bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat
menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah
menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007 dalam Risdayanti,
2020).
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum dan tidak
menyenangkan pada pasien setelah menjalani pengobatan kemoterapi. Insiden
mual dan muntah karena efek samping kemoterapi adalah 70-80 %, beberapa
kondisi gejala-gejala yang berhubungan dengan pemberian kemoterapi dapat
menurunkan aktivitas sehari-hari pasien kanker dan menyebabkan mereka
hanya dapat terbaring ditempat tidur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan
mereka dalam beraktivitas. Salah satu tindakan keperawatan mandiri seorang
perawat yaitu memberikan rasa nyaman untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan akibat efek samping kemoterapi dengan pemberian terapi
komplementer (Lee, 2008).
3
Selama ini pasien yang mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi
hanya diberi penanganan dengan terapi farmakologis berupa pemberian
antiemetik. Untuk itu perlu adanya terapi tambahan yang efektif dalam
membantu menurunkan gejala mual dan muntah akibat kemoterapi, salah
satunya adalah pemberian aromaterapi. Aromaterapi mengacu pada
penggunaan minyak esensial yang diekstrak dari akar, bunga, daun dan batang
tanaman, serta dari pohon tertentu. Minyak tumbuhan dapat dipecah menjadi
bahan kimia seperti alkohol, keton dan fenol, yang dianggap memiliki sifat
terapeutik. Tehnik aromaterapi inhalasi dapat digunakan untuk meningkatkan
relaksasi dan kenyamanan (Jaelani, 2009 dalam Yundha, 2020).
jahe sebagian besar mual ringan sebanyak 28 (87,5%) responden. Ada pengaruh
sangat signifikan aromaterapi jahe terhadap penurunan mual muntah pada pasien
paska kemoterapi di RS Telogorejo Semarang (p value 0,000).
diperoleh kasus kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais pada bulan Agustus
sampai Oktober tahun 2022 sebanyak 8279 orang (Rekam Medis RS Kanker
Dharmais, 2022). Dari hasil studi pendahuluan dan observasi peneliti
didapatkan bahwa dari 10 orang pasien yang menjalani kemoterapi 8 orang
diantaranya mengeluh mual dalam kategori sedang dan 2 orang sisanya
mengalami mual dalam kategori ringan. Selain itu, penatalaksanaan pasien
dengan mual dan muntah akibat kemoterapi hanya terbatas pada pemberian
terapi farmakologi berupa pemberian obat antiemetik, untuk pemberian terapi
nonfarmakologi berupa aromaterapi belum terlaksana, sehingga belum
diketahui secara pasti efektifitas penggunaan terapi ini. Oleh sebab itu peniliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pemberian
aromatherapi terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
dalam bentuk pernyataan yaitu:
“Bagaimanakah pengaruh pemberian aromaterapi peppermint terhadap
penurunan mual dan muntah pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diuraikan secara terperinci dan spesifik, yang mencakup
tiga aspek, yakni:
1. Instansi Pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai saran dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien kanker dengan melakukan pemberian terapi tambahan
(aromaterapi) dalam membantu mengurangi efek mual dan muntah
akibat kemoterapi.
2. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai saran untuk perkembangan ilmu keperawatan
tentang efektifitas pemberian aromaterapi terhadap penurunan mual
muntah pasien kanker post kemoterapi.
3. Profesi Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai saran untuk perkembangan ilmu keperawatan
dalam meningkatkan pengetahuan perawat maupun pasien kanker yang
menjalani kemoterapi mengenai efektifitas pemberian aromaterapi.
4. Penelitian Selanjutnya
6
A. Deskripsi Teori
1. Kanker
a. Pengertian
Kanker merupakan segolongan penyakit yang ditandai dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh (metastasis) (Archie, Bruera, & Cohen, 2013).
Kanker adalah sel yang tubuh mengalami mutasi (perubahan) dan
tumbuh tidak terkendali serta membelah lebih cepat dibandingkan
dengan sel normal. Sel kanker tidak mati setelah usianya cukup,
melainkan tumbuh terus dan bersifat invasif sehingga sel normal tubuh
dapat terdesak atau malah mati (Bott, 2014). Kanker adalah suatu
penyakit yang timbul akibat pertumbuhan secara tidak normal sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker (Kemenkes RI, 2015).
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel
abnormal diluar batas normal yang kemudian dapat menyerang bagian
tubuh yang berdampingan dan / atau menyebar ke organ lain. (WHO,
2018).
b. Patofisiologi Kanker
Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai berpoliferasi
secara abnormal, membiarkan sinyal pengatur pertumbuhan dilingkungan
sekitar. Sel mendapatkan karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan
jaringan sekitar. Sel menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses ke
limfa dan pembuluh darah, yang membawa sel karena tubuh yang lain.
Kejadian ini di namakan metastasis (kanker menyebar kebagian tubuh
yang lain). Sel - sel kanker juga sering disebut neoplasma ganas /
7
8
c. Manifestasi Klinis
1) Sel - sel kanker menyebar dari satu organ atau bagian tubuh ke organ
atau bagian tubuh yang lain melalui invasi dan bermetastase, sehingga
manifestasinya sesuai dengan organ atau tubuh yang terkena
2) Kanker menyebabkan anemia, kelemahan, penurunan berat badan,
disfalgia anoreksia dan nyeri (sering kali distadium akhir).
3) Gejala disebabkan oleh penghancuran jaringan dan penggantian oleh
jaringan yang sangat produktif (misalnya gangguan susum tulang dan
anemai atau kelebihan produksi steroid adrenal).
d. Jenis Kanker
kanker ini yaitu kanker paru - paru non sel kecil (paling umum) dan
kanker paru - paru sel kecil (menyebar lebih cepat).
2) Kanker Colon dan Rektum
Kanker usus besar tumbuh di jaringan usus besar, sedangkan
kanker rectum tumbuh beberapa inci dari usus besar dekat dengan
anus.
3) Kanker Payudara
Kanker ini biasanya terbentuk di dalam saluran yang membawa
susu ke kelenjar susu yang menghasilkan air susu pada wanita.
4) Kanker Pankreas
Kanker pancreas dimulai dari jaringan - jaringan pancreas yang
membantu pencernaan.
5) Kanker Prostat
Kanker prostat biasanya mulai tumbuh perlahan – lahan di kelenjar
prostat yang memproduksi air mani untuk mengangkut sperma.
6) Leukemia (Kanker Darah)
Ada banyak jenis leukemia, tetapi semua mempengaruhi darah
terutama jaringan pembentukan tubuh seperti sumsum tulang dan
sistme limfatik. Leukemia mengakibatkan kelebihan produksi sel
darah putih yang abnormal.
7) Non-Hodgkin Lymphoma
Kanker ini mempengaruhi limfosit (sejenis sel darah putih) dan
ditandai oleh kelenjar getah bening yang membesar, demam dan
penurunan berat badan.
8) Kanker Hati dan Saluran Empedu Intraheptic
Sebagian besar kanker hati dimulai di tempat lain dan kemudian
menyebar ke hati. Kanker hati berkaitan erat terkait dengan kanker
saluran empedu intrahepatik yang terjadi disaluran yang membawa
empedu dari liver ke usus kecil.
9) Kanker Ovarium
10
Kanker ini lebih mudah untuk diobati tapi sulit didekteksi pada
tahap awal. Gejala – gejalanya adalah ketidaknyamanan perut,
desakan untuk buang air kecil dan nyeri panggul.
16 ) Kanker Nasofaring
e. Stadium Kanker
f. Pengobatan Kanker
1) Pembedahan
Sangat efektif bila dilakukan pada penderita kanker stadium awal
sehingga mempunyai peluang sembuh
2) Kombinasi
Pengobatan kombinasi memadukan antara kemoterapi radioterapi dan
pembedahan
3) Radiasi
Radiasi (penyinaran) bertujuan untuk menghancurkan jaringan yang
terkena kanker
4) Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi bertujuan menjangkau sel – sel kanker yang
menyebar ke bagian tubuh lain dengan menghambat dan mengontrol
pertumbuhan sel kanker (Ariani, 2015).
2. Konsep Kemoterapi
a. Pengertian
13
4) Rambut rontok.
Banyak orang yang menjalani kemoterapi khawatir tentang
kerontokan rambut (alopecia). Beberapa orang kehilangan semua
rambutnyadengan cepat, sementara yang lain mungkin hanya
kehilangan sedikit rambut atau tidak sama sekali. Meskipun rambut
rontok dari kepala adalah yang paling umum,pasien mungkin
menemukan alis dan bulu mata rontok, dan juga mungkin
kehilangan rambut dari ketiak, kaki, dada, dan area kemaluan.
5) Pemikiran dan ingatan berubah.
Beberapa orang mengatakan mereka mengalami kesulitan
berkonsentrasi, fokus dan mengingat sesuatu setelah mereka
menjalani kemoterapi. Ini disebut gangguan kognitif terkait kanker.
Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan hal ini termasuk
"otak kemo", "kabut kanker"dan "kabut otak".
6) Sariawan.
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan sariawan, seperti
sariawan, atau infeksi. Ini lebih mungkin terjadi jika pasien pernah
atau sedang menjalani terapi radiasi ke area kepala, leher atau dada,
kemoterapi dosis tinggi atau transplantasi sel induk, atau jika
memiliki masalah gigi atau gusi atau memerlukan antibiotic
7) Perubahan kulit dan kuku.
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kulit mengelupas,
menggelap atau menjadi kering dan gatal. Selama perawatan dan
beberapa bulan setelahnya, kulit cenderung lebih sensitif terhadap
sinar matahari.- Anemia. Jika jumlah sel darah merah turun di
bawah normal, ini disebut anemia.Jumlah oksigen yang berkurang
beredar ke seluruh tubuh yang dapat membuat merasa lelah, lesu,
pusing atau sesak napas.
8) Infeksi.
Kemoterapi dapat menurunkan kadar sel darah putih, sehingga
tubuh lebihsulit melawan infeksi. Virus seperti pilek, flu, dan
17
a. Pengertian
2) Mekanisme perifer
Obat-obatan kemoterapi dapat menyebabkan iritasi pada lambung atau
lapisan gastrointestinal yang menghasilkan pelepasan neurotransmitter.
Hal ini dapat mengirim sinyal ke pusat muntah di otak. Pasien mungkin
akan mengalami nyeri ulu hati atau mual.
3) Mekanisme gabungan
Beberapa obat bekerja melalui system pusat dan perifer menyebabkan
mual dan muntah
c. Faktor Yang Mempengaruhi Mual Muntah
Efek mual muntah pada pasien kanker setelah pemberian
kemoterapi dapat dikelompokan dalam beberapa kategori, mulai dari derjat
19
ringan, sedang, berat sampai muntah, hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut:
1) Jenis agen kemoterapi yang digunakan
Jenis obat tertentu yang digunakan dalam kemoterapi memiliki efek
timbulnya mual muntah yang lebih hebat, dibandingkan dengan obat
jenis lainnya, yang disebabkan oleh komposisi obat yang terkandung
di dalamnya.
2) Dosis kemoterapi yang digunakan
Semakin besar dosis obat yang diberikan maka akan menyebabkan
mual dan muntah yang lebih hebat.
3) Waktu atau frekuensi pemberian kemoterapi
Pemberian kemoterapi dengan frekuensi yang lebih sering dengan
interval yang lebih pendek menimbulkan efek mual dan muntah yang
lebih hebat, akibat waktu pemulihan diri dari mual dan muntah yang
lebih pendek.
4) Rute pemberian obat
Obat kemoterapi yang diberikan secara intravena dapat menyebabkan
mual dan muntah lebih cepat jika dibandingkan dengan pemberian
obat secara oral karena obat kemoterapi lebih cepat diabsorbsi tubuh.
5) Faktor Individu
Mual dan muntah dapat juga dipengaruhi oleh faktor usia, jenis
kelamin, dan konsumsi alcohol
4. Aromaterapi
a. Pengertian
Aromaterapi adalah terapi untuk pengobatan dengan menggunakan
bau - bauan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan, bunga, pohon yang
berbau harum dan enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan untuk
menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak
astiri (Craig Hospital, 2013). Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan
minyak essensial atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki
20
b. Manfaat Aromaterapi
Beberapa manfaat minyak aromaterapi (esensial oil) sesuai jenisnya,
diantaranya:
1) Lavender
Dianggap paling bermanfaat dari semua minyak astiri. Lavender dikenal
untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan
dan stres (depresi) melawan kelelahan dan mendapatkan untuk relaksasi,
merawat agar tidak infeksi paru – paru, sinus, termasuk jamur vaginal,
radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan
daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat
nyaman untuk kulit bayi dll.
2) Jasmine
Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita, mengobati
impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput
lender.
3) Orange
Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar, debar
jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.
4) Peppermint
Membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di pencernaan.
melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan produksi
minyak di kulit, menyembuhkan gatal – gatal karena kadas / kurap,
herpes, kudis, karena tumbuhan beracun.
5) Rosemary
Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah,
menurunkan kolesterol, kerontokan rambut, membantu mengatasi kulit
21
14) Vanilla
Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu menenangkan pikiran
15) Night Queen
Membuat rasa nyaman dan rileks
16) Opium
Menggemberikan, memberi energy dan semangat tertentu
17) Coconut
Memberikan efek ketenangan, menghilangkan stress, mampu
mempertahankan keremajaan kulit wajah
18) Sakura
Diantaranya disentri, demam, muntah, batuk darah, keputihan, tumor,
insomnia, mimisan, sakit kepala, hipertensi (Craig Hospital, 2013).
Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmojo, 2015). Adapun hipotesis pada penelitian yaitu:
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi
experiment). Sugiyono (2017) mendefinisikan bahwa penelitian eksperimen
yaitu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain quasi experiment
yang digunakan adalah Pre and Post Test Without Control yaitu desain ini
peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding.
Efektivitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre-test dan
post-test (Dharma, 2015).
Tabel 3.1 Rancangan penelitian
Keterangan:
O1: Pengukuran derajat mual dan muntah sebelum diberikan aromaterapi
peppermint.
O2: Pengukuran derajat mual dan muntah setelah diberikan aromaterapi
peppermint.
X: Tindakan pemberian aromaterapi
29
30
Sumber :
menurut
Flaviana(2018)
Variabel Dependen
2 Derajat Tingkatan keparahan Melakukan 1. Skor 0 Ordinal
mual mual dan muntah yang observasi dan dikategorikan
muntah dirasakan oleh pasien penilaian mual tidak mual
akibat efek kemoterapi muntah muntah
menggunakan 2. Skor 1 - 3
NRS (Numeric dikategorikan
Rating Scale) ringan
yang terdiri dari 3. Skor 4 – 6
skala 0-10 dikategorikan
sedang
Menurut 4. Skor 7 – 9
Rhodes dan dikategorikan
Mc Daniel berat
5. Skor 10
(2004),
berarti
muntah.
Karakteristik
(>61 tahun).
Menurut
Hurlock (2013)
4 Jenis Jenis kelamin laki- Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin laki atau 2. Perempuan
perempuan
5 Diagnosa Penyakit yang Kuesioner / Data 1. Kanker Nominal
Medis disebabkan oleh Rekamedis Pasien payudara
(Kanker) pertumbuhan sel 2. Kanker serviks
abnormal yang 3. Leukemia
tidak terkendali di 4. Kanker paru
dalam tubuh
F. Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
1. Editing
35
Dalam penelitian menggunakan alat ukur yang baku Menurut Rhodes dan Mc
Daniel (2004) untuk mengukur mual muntah yang telah teruji validitas dan
reabilitasnya yaitu Numerik Rating Scale (NRS),
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan
sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Dalam
menguji reabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala Alpha 0-1.
rɪɪ= [ ][
K
K −1
1−∑ σb ²
σt ² ]
Keterangan :
rɪɪ : Reliabilitas Instrument
K : Jumlah Item Pertanyaan
∑ σb ² : Jumlah varians skor tiap item
37
σt ² : Varians total
Kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliable dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reabilitas (r11) > 0,6. Teknik uji reabilitas yang
digunakan dengan koefisien reliabilitas alpha cronbach dengan nilai
reliabilitas sebagai (Sugiyono, 2017).
a. 0,80 – 1,00 : Sangat reriable
b. 0,60 - 0,80 : Reliable
c. 0,40 - 0,60 : Cukup reliable
d. 0,20 - 0,40 : Agak reliable
e. 0,00 - 0,20 : Kurang reliable
H. Analisa Data
1. Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah metode pengujian statistika yang digunakan
untuk menilai sebaran data pada sampel kelompok data(variabel)
apakah berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas memiliki
fungsi sebagai media uji dalam menentukan apakah model
regresi,variabel pengganggu maupun residual terdistribusi normal atau
tidak. Teori menurut Widarjono (2010) menyatakan bahwa uji T untuk
melihat signifikansi variabel independent terhadap variabel dependen
tidak bisa diaplikasikan jika residual tidak mempunyai distribusi
normal. Dalam melakukan uji normalitas peneliti menggunakan
program SPSS dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah
responden penelitian kurang dari 50 orang yaitu sebanyak 17 orang.
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai signifikasi
Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,000 (<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa data tidak berdistribusi normal. Berdsarkan hasil tersbut
peneliti menggunakan metode statistic non parametrtik uji Wilcoxon.
2. Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari
hasil penelitian dan digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi
38
f
P x 100 %
n
Keterangan:
P = Persentase (%)
ƒ = Jumlah jawaban
n = Jumlah skor maksimal
3. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan atau perbedaan
yang bermakna antara dua variabel. Data pada penelitian ini berdistribusi
normal sehingga menggunakan uji/statistik non parametrik yaitu uji
Wilcoxon. Adapun rumus uji Wilcoxon Sign Rank Test menurut Cooper
& Schindler (2014) adalah sebagai berikut:
Dan
39
J. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian peneliti menyadari masih terdapat beberapa
kekurangan dan keterbatasan diantaranya adalah:
1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan di tempat lain.
2. Peneliti kekurangan waktu dalam pengumpulan data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti menguraikan data statistik hasil penelitian berupa analisis
univariat dan analisis bivariat yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi, serta
pembahasan penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data
Tabel 4.1
Hasiil Uji Normalitas Menggunakan Uji Shapiro-
Wilk
Shapiro-Wilk
39
42
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian diuraikan mulai dari analisa univariat sampai
analisa bivariate mengenai pengaruh pemberian aromatherapi peppermint
terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di ruang rawat inap cempaka Rumah Sakit Kanker Dharmais.
1. Analisa Univariat
45
Hal ini sesuai dengan banyak studi yang telah melaporkan bahwa
karsinoma nasofaring lebih sering didapatkan pada laki-laki dibanding
perempuan, dengan perbandingan 2-3:1. Responden laki-laki mempunyai
resiko lebih besar mengalami karsinoma nasofaring karena pada jenis
kelamin laki-laki mempunyai perilaku yang lebih berisiko mengalami
karsinoma nasofaring seperti merokok. Karsinoma nasofaring sering
terjadi pada laki-laki, dimana 90% adalah karsinoma dan sisanya yang
terbayak adalah limfoma. Angka Insiden kanker nasofaring pada populasi
47
pria dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita. Beberapa
sumber menyebutkan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi kanker
nasofaring karena wanita memiliki kekebalan yang lebih baik. Namun,
terdapat sebuah penelitian yang menghubungkan efek proteksi dari
esterogen sebagai penyebab angka insiden kanker nasofaring lebih
rendah pada wanita (Faisal, 2016).
Mual dan muntah adalah efek samping yang paling umum dan
tidak menyenangkan pada pasien setelah menjalani pengobatan
kemoterapi. Insiden mual dan muntah karena efek samping kemoterapi
adalah 70-80 %, beberapa kondisi gejala-gejala yang berhubungan
dengan pemberian kemoterapi dapat menurunkan aktivitas sehari-hari
49
2. Analisa Bivariat
linalyl acetat dan linalool adalah kandungan aktif utama pada lavender
yang berperan sebagai efek anti cemas (relaksasi) dan meredakan nausea
juga menghambat muntah (Ain et al., 2019).
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan aromaterapi sebagai terapi
komplementer untuk menurunkan skor mual muntah pada pasien yang
telah menjalani kemoterapi. Pemberian aromaterapi menggunakan
difuser melalui inhalasi sangat efektif dan cepat dirasakan oleh tubuh,
sebab molekul - molekul aromaterapi yang telah dihirup dapat diserap
dengan cepat melalui sistem pernapasan yang kemudian masuk ke aliran
darah. Aroma yang keluar tersebut merangsang sistem limbik untuk
melepaskan neurokimia otak, sehingga dapat menimbulkan efek tenang,
meningkatkan relaksasi tubuh, memperbaiki kondisi psikologis sehingga
menurunkan tingkat stress dan intensitas mual dan muntah pada pasien
yang menjalani kemoterapi. Oleh sebab itu penggunaan aromaterapi
dianjurkan untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Semua responden atau pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah
Sakit Kanker Dharmais, sebelum diberikan intervensi aromaterapi
mengalami mual muntah derajat sedang.
2. Sebagian besar responden atau pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
Rumah Sakit Kanker Dharmais, setelah diberikan intervensi aromaterapi
mengalami mual muntah derjat ringan.
3.
4. Ada pengaruh pemberian aromatherapi terhadap penurunan mual dan
muntah pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit
Kanker Dharmais, dengan p value sebesar 0,000 (<0,05).
B. Saran
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai saran dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien kanker dengan melakukan pemberian
terapi tambahan (aromaterapi) dalam membantu mengurangi efek mual
dan muntah akibat kemoterapi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai saran untuk perkembangan ilmu keperawatan
tentang efektifitas pemberian aromaterapi terhadap penurunan mual
muntah pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
3. Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai saran untuk perkembangan
ilmu keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan perawat maupun
pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengenai efektifitas pemberian
aromaterapi.
55
56
4. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai saran dalam
pengembangan penelitian sejenis, baik penelitian secara kuantitatif
ataupun kualitatif. dengan menggunakan metode pemberian dan jenis
aromaterpi yang berbeda seperti aromaterapi jenis tertentu selain
peppermint atau lavender
57
DAFTAR PUSTAKA
58
59