Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah keganasan yang paling sering ditemukan pada
sistem reproduksi wanita (Susianti & Aulia, 2017). Dari berbagai jenis penyakit
kanker yang menyerang wanita, penyakit kanker payudara dan kanker serviks
merupakan penyakit kanker dengan angka kejadian tertinggi (Aziyah et al., 2017).

Di dunia, prevalensi kanker serviks menempati urutan keempat dari


keganasan yang sering terjadi pada wanita, dengan 530.000 kasus baru setiap
tahun dan 270.000 kematian (Small et al., 2017). Beban penyakit dan kematian
yang diakibatkan oleh kanker serviks tertinggi berada di negara berpenghasilan
rendah dan menengah (Mumba et al., 2021).

Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai kanker dengan kasus baru
terbanyak pada wanita di Indonesia setelah kanker payudara yaitu sebesar 36.633
kasus dan menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian akibat kanker
setelah kanker paru dan kanker payudara dengan angka kematian 21.003 (The
Global Cancer Observatory, 2020). Angka kejadian penyakit kanker di Jawa
Tengah pada tahun 2018 mencapai 68.638 jiwa dan di Kota Semarang mencapai
406 kasus (I. P. Putri et al., 2018).

Penatalaksanaan standar kanker serviks menurut Small et al. (2017)


diantaranya adalah histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening dan/atau
radiasi dengan atau tanpa kemoterapi pada pasien kanker serviks stadium awal
dan sinar eksternal radioterapi dengan kemoterapi berbasis cisplatin bersamaan
dengan brachytherapy pada pasien dengan kanker serviks stadium lanjut lokal.
Kemoterapi adalah pengobatan yang efektif untuk kanker (Sriningsih et al., 2017).

Kemoterapi merupakan pengobatan yang paling umum dilakukan dalam


pengobatan kanker (Ismuhu et al., 2020). Kemoterapi merupakan salah satu
bentuk penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat antikanker yaitu
sitostatika. Efek samping dari kemoterapi diantaranya adalah nausea, sulit buang

11
air besar, neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia atau kerontokan rambut,
penurunan berat badan, kelelahan, penurunan nafsu makan, nyeri, dan perubahan
rasa (Ambarwati & Wardani, 2014).

Mual dan muntah yang ditimbulkan oleh kemoterapi atau Chemotherapy-


Induced Nausea and Vomiting (CINV) merupakan salah satu efek samping
kemoterapi kanker yang mengganggu serta berdampak buruk pada kualitas hidup
pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari (D’Souza et
al., 2020). Beberapa kemoterapi agen, termasuk siklofosfamid dan cisplatin, dapat
menyebabkan insiden CINV hingga 90% (Lete & Allué, 2016). Penelitian yang
dilakukan oleh Ambarwati & Wardani (2014) pada penderita kanker serviks
dengan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa
seluruh pastisipan (100%) mengeluh mual selama kemoterapi dan 3 dari 8
partisipan (37.5%) mengeluh mual disertai muntah.

Mual dan muntah akibat kemoterapi yang tidak terkontrol dapat


mempengaruhi pengobatan pasien secara umum, mengurangi respons terapeutik
pasien kanker, menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, penurunan
berat badan, hingga malnutrisi (Sriningsih et al., 2017). Mencegah terjadinya mual
muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker sangatlah penting untuk
mengurangi angka kesakitan, total biaya perawatan, dan meningkatkan kualitas
perawatan pada pasien yang menjalani kemoterapi (Natale, 2018).

Penatalaksanaan farmakologi untuk mengatasi mual muntah akibat


kemoterapi pada pasien kanker serviks terdiri dari pemberian antagonis serotonin,
depresan sistem saraf pusat, antihistamin, dan antiemetik (Shin & Park, 2018).
Namun, sebagian besar pasien yang mengkonsumsi antiemetik masih mengalami
mual muntah. Lebih dari 70% pasien mengeluh mual dan muntah setelah
kemoterapi meski sudah mengkonsumsi antiemetik (Sriningsih et al., 2017).
Sehingga perlu adanya terapi tambahan untuk mengatasi mual muntah selain
terapi farmakologis tersebut.

12
Terapi tambahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi mual dan
muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker diantaranya terapi musik, olahraga
santai, hypnosis, massage, akupunktur, dan akupresur (Ismuhu et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Islam (2019) di RSUD Temanggung juga
membuktikan bahwa ubi jalar dapat mengurangi CINV pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi dengan nilai P value = 0,000 (p<0,05)
dengan uji statistic one way anova. Adhisty et al. (2019) juga melakukan
penelitian mengenai pengaruh dari aromatherapi citrus terhadap penurunan mual
dan muntah pasien kanker serviks di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
yang hasilnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan mual muntah pada
kelompok intervensi dengan nilai median 2.00 dan uji statistik sebesar 0.000.

Selain metode-metode tersebut, ada metode lain yang penulis tawarkan


untuk mengurangi mual dan muntah dengan mengkonsumsi jahe. Jahe bekerja
meredakan gejala mual muntah dengan meningkatkan tonus lambung dan
motilitas serta pengosongan lambung (Lete & Allué, 2016). Penelitian yang
dilakukan oleh Sanaati et al. (2016) menemukan bahwa mengonsumsi kapsul jahe
(1 g/hari) dapat meringankan CINV. Penelitian yang dilakukan oleh Arslan &
Ozdemir (2015) pada pasien kanker payudara yang mengalami CINV juga
menyatakan bahwa keparahan mual dan frekuensi muntah secara signifikan lebih
rendah pada kelompok yang diberikan intervensi 1 gr jahe yang dicampur yoghurt
dibandingkan kelompok kontrol (p <0,05). Namun, perubahan frekuensi muntah
antara kelompok intervensi dan kontrol tidak signifikan secara statistik (p > 0,05).

Berdasarkan fenomena dalam latar belakang yang diuraikan diatas, yang


disertai dengan data-data empiris serta fakta-fakta hasil observasi di masyarakat
atau klinik, maka penulis tertarik untuk mendalami fenomena tersebut dengan
melakukan studi kasus dengan judul seperti diatas.

13
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan masalah diatas, dengan berbagai alternatif


pemecahan masalah untuk menurunkan mual dan muntah pada pasien kanker
serviks yang ditimbulkan kemoterapi, bagaimanakah metode untuk menurunkan
mual dan muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker serviks dengan ekstrak
jahe merah?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan kanker serviks dengan
mengaplikasikan ekstrak jahe merah untuk mengatasi mual muntah yang
ditimbulkan kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian secara umum dan secara khusus tentang
mual dan muntah pada pasien kanker serviks yang ditimbulkan
kemoterapi.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan tentang mual muntah pada
pasien kanker serviks yang ditimbulkan kemoterapi.
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan tentang mual muntah pada
pasien kanker serviks yang ditimbulkan kemoterapi.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan tentang mual muntah
pada pasien kanker serviks yang ditimbulkan kemoterapi.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan tentang mual muntah pada
pasien kanker serviks yang ditimbulkan kemoterapi.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Keilmuan
a. Bagi Penulis

14
Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, serta dapat menerapkan
standar asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik
keperawatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil kelolaan kasus dapat dijadikan referensi dan bahan
pertimbangan untuk perbaikan materi atau bahan ajar sehingga ada
keselarasan teknik dan praktik.
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil kelolaan kasus ini dapat dijadikan pertimbangan oleh pemegang
kebijakan dalam meningkatkan kualitas dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kanker serviks dengan masalah mual muntah yang
ditimbulkan kemoterapi.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan referensi untuk
memberikan intervensi keperawatan terbaik dalam menurunkan mual
dan muntah yang ditimbulkan kemoterapi pada pasien kanker serviks.
b. Bagi Perawat
Hasil kelolaan kasus ini dapat dijadikan referensi untuk meningkatkan
kualitas layanan asuhan keperawatan khususnya dalam menurunkan
mual dan muntah yang ditimbulkan kemoterapi pada pasien kanker
serviks.

15

Anda mungkin juga menyukai