PENDAHULUAN
keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh
dunia dan merupakan penyebab kematian utama (47% dari semua kematian akibat
empat terbanyak dengan angka kematian mencapai 15 kasus per 100.000 wanita
setelah kanker payudara, korpus uteri, dan kolorektal (Fauzan, 2009). Kanker
ovarium tipe epitel adalah salah satu keganasan ginekologi yang paling sering
terjadi dengan angka kematian sebanyak 150.000 jiwa setiap tahunnya di seluruh
dunia (Ferlay et al., 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil studi
kasus kanker ovarium menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks,
dimana pada tahun 2013 jumlah pasien kanker ovarium sebanyak 482 dan
mengalami kenaikan jumlah pasien yang cukup besar di tahun 2014 yaitu
sebanyak 1119 kasus. Hal ini menjadi salah satu yang harus dijadikan perhatian,
mengingat jumlah kasus penderita kanker ovarium yang akan terus meningkat.
dengan keganasan ginekologi, yaitu dapat memberikan respon terapi yang baik,
1
2
selain itu terdapat juga efek toksik yang tidak dapat dihindarkan dari pemberian
keunggulan jika dibandingkan dengan regimen tunggal, yaitu laju respon terapi
yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan kemoterapi tunggal dan dapat
karena telah terbukti memiliki khasiat terapi yang lebih baik dan toksisitas yang
al., 2003). Selain itu, menurut Piccart et al. (2000), kemoterapi kombinasi
prosedur tetap yang digunakan untuk pengobatan kemoterapi pada pasien kanker
ovarium.
pengobatan pasien kanker ovarium salah satunya dapat ditentukan dengan melihat
konsentrasi tumor marker HE4 (Mokhtar et al., 2012). Human Epidydimis protein
sensitivitas 72,9% dan spesifisitas 95% pada jaringan kanker ovarium yang tidak
ditemukan pada jaringan tumor ovarium jinak maupun jaringan ovarium normal
dan diekspresikan cukup tinggi dalam serum darah pasien kanker ovarium (Moore
3
et al., 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hatzipetros et al. (2013)
sebanyak 6 siklus menunjukan efektivitas yang baik pada pasien kanker ovarium
Selain efek terapi yang diperoleh pasien, juga terdapat efek toksik yang tidak
hasil penelitian dari Khemapech et al. (2013), dari 64 pasien kanker ovarium yang
Menurut Ehrenpreis dan Eli (2001) efek samping dari karboplatin diketahui dapat
toksisitas hampir setiap jenis kemoterapi, yaitu penurunan kadar hemoglobin yang
Cancer Society (2013), kadar leukosit yang rendah pada pasien yang menderita
kanker dapat meningkatkan adanya resiko infeksi yang serius, dan menurut Kuter
karena itu, pemberian kemoterapi pada pasien kanker diberikan pada kadar
telah dilakukan oleh Caro et al. (2001), mendapatkan hasil bahwa angka kematian
hingga sebesar 65%, sehingga efek toksik yang menjadi fokus dalam penelitian ini
untuk menilai respon kemoterapi dan efek toksik pada pasien kanker ovarium
sebagai berikut:
1.2.1 Apakah terdapat perbedaan nilai HE4 sebelum kemoterapi siklus I dan
1.2.3 Apakah terdapat perbedaan kadar leukosit sebelum kemoterapi siklus I dan
memonitor respon terapi dan efek samping kemoterapi pada pasien kanker
sel epitel.
Dapat mendapatkan efek terapi yang maksimal dan efek toksik yang