Anda di halaman 1dari 14

Analisis Tingkat Efektivitas Diniyah Sore bagi Santri

Ma’had Putra Al-Ihsan

diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran riset

Oleh
Abdan Fawwazut Thariq X MIPA 4
M. Rozan Takbir Ihsan X MIPA 4

PROGRAM ILMU RISET MADRASAH ALIYAH NEGERI 1


JEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Gusti Allah SWT, Tuhan
semesta alam, karena berkat rahmat dan karunia-Nya-lah, tugas riset ini dapat
diselesaikan dengan melalui berbagai macam rintangan. Saya sadar bahwa segala
kesulitan dan kemudahan yang terjadi selama penyusunan karya tulis ini tidak
akan terjadi tanpa seizin-Nya.

Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua


pihak yang telah mendukung saya dalam penyelesaian karya tulis ini. Kepada
Bapak Iqbal Amirullah ,S.Pd. selaku pembimbing, saya persembahkan skripsi ini
sebagai tanda bakti seorang murid kepada gurunya. Tanpa bimbingan beliau,
rasanya mustahil saya dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagaimana mestinya.

Tim penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun karya


tulis ini. Maka dari itu, tim penulis memohon maaf apabila banyak kekurangan
pada isi karya tulis ini.

Akhir kata, kembali kita panjatkan puji dan syukur kepada Gusti Allah
SWT atas segala karunia yang telah Ia berikan kepada kita semua. Saya sadar
betul bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kita
mohon maaf jika masih ditemukan adanya kekurangan pada karya tulis ini.

Jember, 17 September 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diniyah

2.2 Pengertian Pembelajaran

2.3 Pengertian Boarding School

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diniyah adalah kata lain dari menuntut ilmu. Pengertian dari Diniyah
sendiri adalah KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang wajib diikuti siswa
tertentu diluar jam sekolah. Hukum mengikuti Diniyah adalah wajib bagi siswa
tertentu. Siapa saja sih siswa tersebut?. Nah siswa tersebut adalah siswa yang
mengambil jurusan BIC (Bina Insan Cendikia), MAN PK (Program Keagamaan),
dan program Tahfidz. Semua program tersebut adalah program unggulan yang
dimiliki oleh MAN 1 JEMBER.

MAN 1 JEMBER merupakan salah satu Madrasah Aliyah Negeri terbaik


yang ada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Alamat MAN 1 JEMBER terletak di
Jl. Imam Bonjol No. 50, Kaliwates Kidul, Kaliwates, Kec. Kaliwates, Kabupaten
Jember, Jawa Timur. Sama dengan sekolah MA/SMAN pada umumnya di
Indonesia masa Pendidikan sekolah di MAN 1 Jember ditempuh dalam waktu tiga
thun pelajaran, mulai dari kelas X sampai XII. MAN 1 Jember berdiri sejak tahun
1967, sebuah sejarah yang tidak boleh dilupakan oleh siapa pun apalagi oleh
siswanya sendiri. MAN 1 JEMBER memiliki beberapa program unggulan yaitu
Program Keterampilan, Program MPK (MAN PK), Program BIC (Bina Insan
Cendikia), dan Program Tahfidz.

MAN PK (Program Keagamaan) adalah salah satu program unggulan


nasional tertua (dari program ungguln yang lain) dalam bidang keagamaan
berbasis asrama. MAN PK sempat vakum beberapa tahun dan dibuka kembali
pada tahun ajaran 2017/2018. MAN 1 Jember Bersama 10 MAN se-Indonesia
telah ditunjuk oleh Kementrian Agama sebagai MAN penyelenggara Program
Keagamaan. Alasan ditunjuknya MAN 1 Jember sebagai MAN penyelenggara
Program Keagamaan karena, MAN 1 Jember pernah dan berpengalaman
menyelenggarakan MAPK, sejak tahun 1987 hingga tahun ajaran 2007/2008.
Salah satu bukti keberhasilan MAPK adalh alumni MAPK telah menjadi tokoh di
berbagai bidang, baik skala nasional maupun skala internasional. Program MAN
PK tersebut wajib tinggal di ma’had.

Program BIC (Bina Insan Cendikia) adalah program yang berdiri pada
tahun pelajaran 2017/2018. Sudah ada enam angkatan Program BIC, dan sudah
meluluskan 3 angkatan. Program ini mengembangkan kompetisi siswa di bidang
akademik, yang lulusannya dapat/mampu menguasai ilmu pengetahuan umum dan
dibekali ilmu pengetahuan agama Islam, serta lulusannya mampu bersaing dan
bisa diterima di perguruan tinggi favorit, seperti ITS, ITB, UI, UGM. Program ini
dapat berdiri berkat inisiasi, inovasi, dan keinginan Drs. Anwarudin, M.Si, selaku
Kepala MAN 1 Jember, untuk mengembangkan sebuah program unggulan yang
relatif sama dengan MAN Insan Cendikia. Sama seperti program PK, program
BIC pun wajib tinggal di ma’had.

Program Tahfidz merupakan jurusan MIPA yang diselingi dengan


menghafal Al-Quran (Tahfidz). Banyak keinginan dari masyarakat untuk bisa
mengembangkan kemampuan putera-puterinya menghafal Al-Quran, dan bisa
menyekolah kan di program tahfidz. Menyambut keinginan besar dari masyarakat,
pada tahun pelajaran 2019/2020 mulai dibuka Program Tahfidz. Pada tahun
pelajaran 2021/2022, khusus siswa Program Tahfidz tahun pelajaran tersebut
wajib tinggal di ma’had.

Mata pelajaran riset merupakan muatan lokal yang dimiliki MAN 1


Jember. Program ini juga diikuti seluruh kelas X, XI, dan XII. Berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa Madrasah Aliyah di bidang
riset, maka Kementerian Agama RI melalui Direktur Pendidikan Islam
mengembangkan keunggulan di bidang riset. Berdasarkan SK ditunjukkal
sejumlah Madrasah Aliyah Negeri dengan mengembangkan keunggulan di Bidang
Riset, termasuk di antaranya adalah MAN 1 Jember. Keunggulan Riset di MAN 1
Jember dimulai pada tahun pelajaran 2021/2022 untuk siswa kelas X, XI, XII.
Bentuk realisasinya dikembangkan melalui mata pelajaran muatan lokal.

Sejak tahun pelajaran 2017/2018, MAN 1 Jember mengembangkan


Program Diversifikasi Program-Program Unggulan Madrasah dalam beberapa
bidang, yaitu bidang keagamaan, bidang akademik, bidang
vokasional/keterampilan, bidang riset, bidang tahfidz, dan pengembangan
program reguler. Pengembangan bidang tersebut diaktualisasikan dalam bentuk
program pengembangan (a) Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan
(MANPK), sebagai wadah pengembangan bidang keagamaan, (b) Program BIC
(Bina Insan Cendekia) sebagai wadah pengembangan bidang akademik, (c)
Madrasah Program Keterampilan, sebagai wadah pengembangan bidang
vokasional/keterampilan, (d) Madrasah/Kelas Riset, sebagai wadah
pengembangan bidang keterampilan riset, (e) Program Tahfidz, sebagai wadah
dalam pengembangan kemampuan tahfidz, (f) Madrasah Program Reguler
Unggulan, meliputi Kelas Peminatan MIPA, IPS, dan Bahasa, sebagai wadah
pengembangan bidang akademik di kelas reguler.

1.2 Rumusan Masalah

1. Program apa saja yang mengikuti diniyah sore?


2. Materi apa saja yang di ajarkan saat diniyah sore?
3. Dimana diniyah sore diadakan?
4. Apa yang terjadi jika santri Ma’had malas mengikuti diniyah,
dikarenakan minimnya waktu untuk menyuci, mengerjakan tugas, dll?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Umtuk mengetahui program-program yang mengikuti diniyah sore.


2. Untuk mengetahui materi yang dijelaskan saat diniyah sore.
3. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan diniyah sore.
4. Untuk mengetahui kondisi saat santri malas mengikuti diniyah sore.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini kita tahu apa saja kekurangan dan kelebihan di
adakannya diniyah sore dan juga berdasarkan penelitian yang akan dicapai, maka
penelitian yang akan dilakukan pun diharapkan bisa memberikan masukan kepada
pihak penyelenggara diniyah sore baik secar langsung maupun tidak. Berikut ini
beberapa manfaatnya, yaitu:

1. Bagi Santri

 Mampu mempermudah santri dalam melakukan berbagai kepentingannya


seperti menyuci, nyetrika, membereskan almari baju yang mungkin
berantakan, dll. (Jika ditiadakanya Program Diniyah Sore)
 Menjadi lebih faham materi yang dijelaskan guru saat jam pelajaran yang
mungkin tertidur saat jam pelajaran tersebut berlangsung dan dapat
memperbanyak hafalan.

2. Bagi Guru
 Mampu menambahkan wawasan guru tentang metode yang akan diajarkan
saat jam sekolah berlangsung, dan mengujicobakan saat jam diniyah sore
berlangsung. Apakah metodenya berhasil atau tidak berhasil.

3. Bagi Sekolah

 Mampu digunakan sebagai informasi dan evaluasi lebih lanjut saat


Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.

4. Bagi Penulis

 Mampu menambahkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung


mengenai cara meningkatkan level keahlian Santri Ma’had Putra Al-Ihsan
dengan menggunakan metode-metode pemnbelajaran yang diajarkan guru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diniyah

Diniyah (bimbingan belajar) adalah kegiatan pembelajaran tambahan yang


diberikan kepada siswa sebagai upaya untuk mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan, dengan tujuan agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan situasi
pendidikan yang dihadapinya (Pagalla,2021). Menurut Rosaria dan Novika (2017)
diniyah merupakan proses pemberian bantuan bagi individu maupun kelompok
oleh seorang atau lebih pembimbing yang memiliki keahlian di bidangnya. Selain
itu, menurut Agustini dan Septiadi (2021) bimbingan belajar adalah bimbingan
yang diberikan oleh para ahli, baik individu maupun kelompok yang mengalami
masalah belajar, sehingga mereka dapat memperoleh hasil belajar yang terbaik
setelah mengalami proses perubahan belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dalam
menyelesaikan masalahmasalah belajar yang dihadapi dan meningkatkan
pemahaman belajar siswa sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan.

Diniyah adalah merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik


untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama islam baik formal, non-formal maupun informal.
Pembelajaran yang diajarkan di ma’had putra al-ihsan MAN 1 JEMBER
mengajarkan ilmu agama seperti Ilmu Al-Qur’an, Ilmu Tafsir, Ilmu hadits, Ilmu
Akhlak dan Adab, Fiqih dan Ushul Fiqih, Gramatika Arab (Nahwu Shorof), Sastra
Arab (Balaghoh dan Ilmu Arudl), Manthiq (Filsafat Islam), Falak (Astronomi),
Tarikh Islam (Sejarah) dan Bahasa Arab. Jenjang pendidikan di Madrasah mulai
tingkat Ibtida’iyyah (6 tahun), Tsanawiyah (3 tahun) dan Aliyah (3 tahun), dengan
mengambil waktu pembelajaran mulai pukul 15.00-16.00 sore.

2.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam


bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan
pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide
yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Kegiatan belajar
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental
dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (Bambang
Warsita, 2008).

Pembelajaran adalah kegiatan dimana guru melakukan perananperanan


tertentu agar peserta didik dapat belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Strategi pengajaran merupakan keseluruhan metode dan prosedur
yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan tertentu (Oemar Hamalik, 2014).

Selain itu, pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta


didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri
mereka, disamping itu juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana
peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan
pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik
mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien ( Muhaimin dkk, 1996).

Dalam pengetian lain, pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan


untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal (Bambang Warsita).
Dapat dikatakan pembelajaran merupakan segala upaya untuk menciptakan
kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated)
pencapaiannya.

2.3 Pengertian Boarding School

Boarding school merupakan kata dalam bahasa Inggris yang terdiri dari
dua kata yaitu boarding dan school, boarding berarti menumpang dan school
berarti sekolah, kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi sekolah
berasrama. Menurut Khalidah (2011:16) mengungkapkan “Asrama adalah rumah
pemondokan untuk para peserta didik, pegawai dan sebagainya,sedang berasrama
yaitu tinggal bersama-sama di dalam suatu bangunan atau komplek”.

Kemudian menurut Maksudin (2010:15) berpendapat “Boarding school


adalah lembaga pendidikan di mana parasiswa tidak hanya belajar, tetapi mereka
bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Boarding school
mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh dari
rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran beberapa
mata pelajaran”. Terdapat beberapa jenis boarding school, namun tidak semua
jenis boarding school terdapat di Indonesia. Berikut jenis-jenis boarding school
menurut Yahya (2009) :

a. Sekolah dengan pelajar berjenis kelamin sama (contohnya ST. Margaret’s


School for Girls, Victoria).
b. Sekolah militer, di Indonesia contohnya SMU Taruna Nusantara, Magelang.
c. Sekolah Pra-Profesional seni, melatih pelajar menjadi seniman di berbagai
bidang seperti musik, akting, teater, ballet, dan penulis. Namun, di Indonesia
belum ditemukan sekolah dengan jenis ini.
d. Sekolah berdasarkan agama, di Indonesia sekolah seperti ini merupakan jenis
boarding school yang paling banyak. Salah satu contohnya adalah pesantren.
e. Sekolah berkebutuhan khusus seperti para remaja bermasalah, autis.
f. Sekolah junior yang menyediakan Boarding school di bawah tahap SMU.
Menurut Dahliyana (2011:6) “Karakter mengacu pada serangkaian sikap,
perilaku, motivasi dan keterampilan, sedangkan karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai individu”. Kemudian menurut Kartini (dalam
Dahliyana 2011:6) mengungkapkan ‘Karakter itu adalah jiwa yang baka dan tetap
mantap, dimana setiap perbuatan ditentukan oleh prinsip-prinsip atau patokan
dasar yang menetap’. Selain itu Badan Penelitian Dan Pengembangan Kurikulum
(dalam Dahliyana 2011:6) menegaskan bahwa “Karakter adalah watak, tabi’at,
akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap dan bertindak”.

Koesoema (dalam Mu’in, 2011:160) memahami bahwa Karakter sama


dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau
gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan yang diterima
dari lingkungan’. Kemudian Wina (dalam Mu’in, 2011:160) mengungkapkan
‘Istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana
seseorang bertingkah laku. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan
personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah
lakunya sesuai kaidah moral’. Kemendiknas (dalam Yusuf 2011:32) menjelaskan
bahwa: Karakter adalah watak, tabi’at, akhlak atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak kebajikan
terdiri atas sejumlah nilai, moral dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya dan hormat kepada orang lain’.

Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA bertujuan untuk: (1)


menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembanngan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman pe¬serta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT,
(2) mewujudkan manusia Indonesia yanng taat beragama dan berakhlak mulia,
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil,
etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Menurut Ahmad D. Marimba, tujuan akhir Pendidikan Agama Islam


adalah terbentuknya kepribadian muslim (Ahmad D. Marimba, Bandung: 1993).
Tujuan ini identik dengan tujuan hidup setiap muslim yakni menjadi hamba Allah
yang dinyatakan dalam QS. Adz-dzariat ayat 56:
‫وما خلقت اجلن واالنس اال ليعبدون‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka


beribadahku”. (Q.S. Adz-Dzariyat [51]:56)

Di samping itu, Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa tujuan pendidikan


islam adalah “Untuk membentuk manusia beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt. Selama hidupnya, dan matipun tetap dalam keadaan muslim”19 Pendapat ini
di dasari firman Allah Swt :

‫يا ايها الذ ين ا منوا اتقوا اهلل حق تقاته وال متوتن اال وانتم مسلمون‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan


sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim” (Q.S. Ali Imran [3]:102)

Berpedoman dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa tujuan pendidikan islam itu adalah untuk membentuk manusia yang
mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung
jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa tujuan akhir dari pendidikan
agama islam itu karena sematamata untuk beribadah kepada Allah .meninggalkan
larangan-Nya.

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menimbulkan


dan meningkatkan keamanan, melalui pemberian dan pemupukan, penghayatan,
pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.

Dalam sebuah usaha sadar yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang
ingin dicapai dari sebuah usaha tersebut. Begitu juga dengan Pembelajaran PAI
yang dilakukan di sekolah-sekolah. Tujuan Pendidikan Agma Islam yaiu membina
manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran
agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin mana sikap dan
tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan
kejayaan dunia dan akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang
intensif dan efekif.

2.4 Pengertian Efektivitas


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Efektifitas berasal dari kata efektif
berarti ada efeknya, manjur, mujarab, mapan (Djaka, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia Masa Kini, Pustaka Mandiri, Surakarta : 2011)

Efektifitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil,
tepat atau manjur. Efektifitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu
usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya secara ideal. Efektifitas
dapat dikatakan dengan ukuran-ukuran yang pasti misalnya usaha X adalah 60%
efektif dalam mencapai tujuan Y.

Aan Komariah dan Cepi Tratna berpendapat yang dimaksud Efektifitas


adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas,
kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Efektifitas adalah penilaian yang dibuat
sehubungan dengan prestasi individu, kelompok organisasi, semakin dekat
pencapaian prestasi yang diharapkan supaya lebih efektif hasil penilaiannya (Aan
Komariah dan Cepi Triatna, Bandung: 2005)
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Efektifitas
ialah suatu keadaan dan ukuran sejauh mana manfaat dan tercapainya tujuan yang
telah tercapai. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh pendidik, yang mana
target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum proses belajar berlanjut.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Ma’had Putra Al-Ihsan yang


beralamatkan di Jl. Imam Bonjol No. 50, Kaliwates Kidul, Kaliwates, Kec.
Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Adapun waktu Penelitian dilakukan
pada tahun 2023.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi
dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan
atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian
menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh karenanya tujuan utama
penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat
tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan kata lain, digunakan
untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagimana keadaan sesuatu (fenomena)
dan melaporkannya.

Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan


penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis (Suharsimin Arikunto, Jakarta: 1992).

Menurut Bagdon dan Tayor yang dikutip oleh S. Margono bahwa


Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati (Margono, 2007). Penelitain kualitatif ini memberikan informasi
yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
lebih banyak diterapkan pada bergai masalah. Sedangkan penelitian ini lebih
memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai
suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan
menyeluruh. Studi kasus adalah merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, peneliti haya
memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam
kontek kehidupan nyata (Robert K. Yin, 2004).

3.3 Operasional Variabel


3.4 Objek Penelitian
Menurut Bagdon dan Tayor yang dikutip oleh Margono bahwa Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskirptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian
sekaligus menjadi informan adalah, siswa MAN 1 Jember kelas XII PK1 & BIC1,
siswa MAN 1 Jember kelas XI PK1; BIC1 & Tahfidz, dan siswa MAN 1 Jember
kelas X PK1; BIC1 & Tahfidz.

3.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh keterangan yang lebih mendalam, konkret dan jelas


maka penulis menggunakan beberapa macam metode / teknik pemgumpulan data
sebagai berikut :

1. Metode interview (wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu


dilakuan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
yang di wawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Moeleong, 2005).

Dalam hal ini kita akan mewawancarai siswa MAN 1 Jember kelas XII PK1 &
BIC1, siswa MAN 1 Jember kelas XI PK1; BIC1 & TAHFIDZ, dan siswa MAN 1
Jember kelas X PK1; BIC1 & TAHFIDZ, untuk mendapatkan informasi secara
umum, pelaksanaan Program diniyah sore bagi santri ma’had apakah sudah efektif
atau belum penerapannya di MAN 1 Jember.

2. Metode polling melalui GF (Google Form)

Dalam metode ini kita akan mengetahui keefektivan diadakan nya diniyah
sore bagi santri ma’had menurut siswa nya masing masing. Untuk itu kita harus
membuat GF dan menyebarkan nya kepada ketua kelas masing masing kelas.
Setelah itu para ketua kelas akan menyebarkan nya kepada rekan kelasnya. Pa
Dengan demikian pun kita mengetahui berapa persen tingkat keefektivan nya.

Anda mungkin juga menyukai