Mushofa Tugas B.Indonesia
Mushofa Tugas B.Indonesia
BAHASA INDONESIA
Peran kiyai dalam menentukan jodoh anak"nya sebagai
living syari'ah
Di susun oleh :
1. Mushofa
2. Abdul Ghoni
PROGRAM STUDI
Bimbingan Konseling Islam (BKI) Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) BREBES
Jl. Yos Sudarso No. 26 Pasarbatang Kec. Brebes, Kab. Brebes
Jawa Tengah 52211 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini.
Sholawat dan Salam semoga terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad SAW
sang pembawa pelita dan ilmu pengetahuan yang menerangi kegelapan di alam
raya ini. Semoga kita selaku umatnya yang selalu setia mengikuti ajarannya akan
mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat nanti amin amin ya robbal alamin.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas Mata
Kuliah Bahasa Indonesia yang mana makalah ini membahas tentang “Peran kiyai
dalam menentukan jodoh anak"nya sebagai living syari'ah’’
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca supaya makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak
Haris Diar Rizki, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia, dan guru-
guru kami yang lain yang selalu membimbing kami dengan penuh keikhlasan.
kedua orang tua kami yang selalu mendukung langkah positif kami baik moril
maupun spirituil dan juga kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Kami tidak dapat membalas apa-apa atas semua kebaikan ini hanya iringan do’a
(Jazakumullah Achsanal Jaza) semoga Allah SWT membalas kebaikan bpk/ibu
semua dengan balasan yang sebaik-baiknya amin. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk orang banyak dan menjadi jariyah bagi kami amin
PENDAHULUAN
[1] Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya : Bina Ilmu. 1995), hlm. 41
[2] Sayyid Muhammad Husain Fadlullah, Dunia Wanita dalam Islam, alih bahasa. Muhammad
Abdul Qodir Al-Kaf, (Jakarta: Lemtara Basritama. 2000), hlm. 143
[3] Mona Eliza, Pelanggaran Terhadapa UU Perkawinan dan Akibat Hukumnya, (Tangerang
Selatan: Adelina Bersaudara. 2009), hlm. 2
[7] Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren (Jakarta: Dharma Bakti, 1958), hlm, 14-15
PEMBAHASAN
[9] luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isi) KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia
Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa anak selain merupakan kebanggaan dan
hiasan keluarga, juga dapat menjadi musuh dan ujian (fitnah), dalam arti
terkadang dapat menjerumuskan orang tua melakukan perbuatan yang dilarang
agama akibat tidak mengerti cara melimpahkan kasih dan cintanya kepada anak.
Anak juga merupakan sebuah amanah dan menjaga amanah adalah kewajiban
orang yang beriman. Allah SWT. Berfirman yang artinya :
[10] dalam Fiqih tanda tanda baligh ada 3 : 1,sudah genap umur 15 th bagi pria dan wanita
2,sudah pernah mimpi keluar mani bagi pria dan wanita 3, sudah mengalami haid bagi wanita usia
9th keatas
Allah SWT. Berfirman yang artinya :
"Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang
diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim". (QS: Al Baqarah: 222)
[11]. HR Ahmad (I/424, 425, 432), Bukhari no. 1905, 5065, 5066, Muslim (IV/128), At Tirmidzi
no. 1.081, An Nasa-i (VI/56-58), Ad Darimi (II/132) dan Al Baihaqi (VII/77) dari sahabat
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu.30
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan
syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga
berdasarkan syari'at Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan
muslimah harus berusaha membina rumah tangga yang Islami. Ajaran Islam telah
memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, agar terbentuk
rumah tangga yang Islami. Di antara kriteria itu ialah harus kafa'ah dan shalihah.
Kafa'ah Menurut Konsep Islam Kafa'ah (setaraf, sederajat) menurut Islam hanya
diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlaq seseorang, bukan diukur
dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang wanita dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: Al
Hujurat:13)
Orang yang hendak menikah, harus memilih wanita yang shalihah, pula wanita
harus memilih laki-laki yang shalih.
[12]. HR Bukhari no. 5.090, Muslim no. 1.466, Abu Dawud no. 2.047, Nasa’i (6/68), Ibnu Majah
1.858, Ahmad (2/428) dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu
[13]. HR Muslim no. 1.006, dan Ahmad (5/167-168), Ibnu Hibban no. 1.298 (Mawarid) dari
sahabat Abu Dzar z . Lafazh ini milik Muslim.
[14]. Tafsir Ibnu Katsir (I/236), Cet. Daarus Salam.
Ketiga istilah ini diambil dari QS. 30:21 sebagai berikut:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
pasangan (istri/suami) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir.
Mari kita lihat lebih dekat makna dari istilah-istilah tersebut.
Sakinah. Kata sakinah secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai kedamaian.
Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an (QS. Al- Baqarah/2:248; QS. At-Taubah/9:26
dan 40; QS. Al-Fath/48: 4, 18, dan 26), sakinah atau kedamaian itu didatangkan
Allah ke dalam hati para Nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak
gentar menghadapi rintangan apapun. Jadi berdasarkan arti kata sakinah pada
ayat-ayat tersebut, maka sakinah dalam keluarga dapat dipahami sebagai keadaan
yang tetap tenang meskipun menghadapi banyak rintangan dan ujian kehidupan.
Mawaddah. Quraish Shihab dalam Pengantin Al-Qur’an menjelaskan
bahwa kata ini secara sederhana, dari segi bahasa, dapat diterjemahkan sebagai
“cinta.” Istilah ini bermakna bahwa orang yang memiliki cinta di hatinya akan
lapang dadanya, penuh harapan, dan jiwanya akan selalu berusaha menjauhkan
diri dari keinginan buruk atau jahat. Ia akan senantiasa menjaga cinta baik di kala
senang maupun susah atau sedih.
Rahmah. Secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai “kasih sayang.”
Istilah ini bermakna keadaan jiwa yang dipenuhi dengan kasih sayang. Rasa kasih
sayang ini menyebabkan seseorang akan berusaha memberikan kebaikan,
kekuatan, dan kebahagiaan bagi orang lain dengan cara-cara yang lembut dan
penuh kesabaran. Jadi keluarga ideal adalah keluarga yang mampu menjaga
kedamaian, dan memiliki cinta dan kasih sayang. Unsur cinta dan kasih sayang
harus ada untuk saling melengkapi agar pasangan dapat saling membahagiakan.
Kebahagiaan mungkin akan terasa pincang jika hanya memiliki salah satunya.
Cinta (mawaddah) adalah perasaan cinta yang melahirkan keinginan
untuk membahagiakan dirinya. Ungkapan yang bisa menggambarkanya adalah,
“Aku ingin menikahimu karena aku bahagia bersamamu.” Sedangkan kasih
sayang (rahmah) adalah perasaan yang melahirkan keinginan untuk
membahagiakan orang yang dicintainya. Ungkapan ini menggambarkan rahmah,
“Aku ingin menikahimu karena aku ingin membuatmu bahagia.” Pasangan suami-
istri memerlukan mawaddah dan rahmah sekaligus, yakni perasaan cinta yang
melahirkan keinginan untuk membahagiakan dirinya sendiri sekaligus
pasangannya dalam suka maupun duka Tanpa menyatukan keduanya, akan
muncul kemungkinan pasangan suami dan istri hanya peduli pada kebahagiaan
dirinya masing- masing atau memanfaatkan pasangannya demi kebahagiaannya
sendiri tanpa peduli pada kebahagiaan pasangannya. Ringkasnya, mawaddah dan
rahmah adalah landasan batiniah atau dasar ruhani bagi terwujudnya keluarga
yang damai secara lahir dan batin.
Kesimpulan
Perkawinan merupakan suatu ketentuan dari ketentuan-ketantuan Allah
SWT di dalam menjadikan dan menciptakan alam ini. Untuk menjaga
kehormatan dan martabat manusia, Allah SWT menciptakan hukum sesuai dengan
martabat tersebut, dan Islam menjadikan pernikahan untuk memformat kasih
sayang di antara mereka dalam membangun rumah tangga yang baik dan sah
menurut agama.
Agama Islam memiliki ajaran yang komprehensif dan terinci dalam masalah
keluarga. Ada puluhan ayat Al-Qur’an dan ratusan hadis Nabi saw. Yang
memberikan petunjuk yang sangat jelas menyangkut persoalan keluarga, mulai
dari awal pembentukan keluarga, hak dan kewajiban, masing-masing unsur dalam
keluarga hingga masalah kewarisan dan perwalian. Tidak ragu lagi, bahwa tujuan
pokok perkawinan ialah demi kelangsungan hidup umat manusia dan memelihara
martabat serta kemurnian silsilahnya. Sedang kelangsungan hidup manusia ini
hanya mungkin dengan berlangsungnya keturunan. Jadi, salah satu tujuan
berkeluarga dalam Islam adalah untuk membentuk keluarga abadi, bahagia,
sejahtera, dan lahir keturunan-keturunan yang berkualitas baik secara agama
maupun keahlian duniawi.
Di samping itu, tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk memberikan
ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan manusia.
Paparan di atas adalah yang menjadi faktor atau pertimbangan bagi orang tua
(kyai) dalam menentukan jodoh anak-anaknya dengan tujuan mendapatkan
kebaikan kebaikan serta Rhidho dan Rahmat Allah SWT.Sehingga tradisi
perjodohan anak oleh orang tua terutama di kalangan kyai atau santri sampai
sekarang masih ada.
Sekian
Daftar pustaka