Di susun oleh :
1. Mushofa
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini.
Sholawat dan Salam semoga terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW sang pembawa pelita dan ilmu pengetahuan yang menerangi kegelapan di
alam raya ini. Semoga kita selaku umatnya yang selalu setia mengikuti ajarannya
akan mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat nanti amin amin ya robbal alamin.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas
Mata Kuliah Metodologi Studi Islam (MSI) yang mana makalah ini membahas
tentang “Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya dalam pro dan kontra’’ Kami
tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca supaya makalah ini dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arifiyah
Tsalatsati AM, M.S.I selaku dosen Mata Kuliah Metodologi Studi Islam (MSI),
dan guru-guru kami yang lain yang selalu membimbing kami dengan penuh
keikhlasan. kedua orang tua kami yang selalu mendukung langkah positif kami
baik moril maupun spirituil dan juga kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Kami tidak dapat membalas apa-apa atas semua kebaikan
ini hanya iringan do’a (Jazakumullah Achsanal Jaza) semoga Allah SWT
membalas kebaikan bpk/ibu semua dengan balasan yang sebaik-baiknya amin.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk orang banyak dan menjadi
jariyah bagi kami amin
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan dan manfaat penelitian
F. Metode penelitian
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN
[2] Kata sufi berasal dari bahasa Arab yakni safaya yang berarti jernih. Sebagian yang lain
berpendapat kata tersebut diambil dari kata safwa yang berarti orang yang terpilih. Ada lagi
yang yang berpendapat bahwa kata sufi diturunkan dari kata saff, yang berarti barisan atau
deretan. Sebagian lagi berasumsi asal mula kata sufi adalah suf yang berarti wol. Masih ada
beberapa pendapat lain mengenai asal-usul kata sufi dengan berbagai varian dan maknanya,
namun yang jelas istilah sufisme hadir dengan menunjuk makna orang-orang yang tertarik
pada
pegetahuan sebelah dalam (ruhani) yang mengantarkannya pada kesadaran dan pencerahan
hati.Lihat: Syaikh Fadhlalla Haeri, Jenjang-Jenjang Sufisme, terj. Ibnu Burdah dan
Shohifullah
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 1-2.
[3] Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, edisi 1987, s.v. “Tasawuf”.
[4] Umar Asasuddin Sokah, “Sufisme dan Jihad Suatu Dikotomi Palsu”, Al-Jami’ah, No. 57, Th.:
1994, hlm. 77-78.
[5] Proyek Binpertais (Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam), Pengantar Ilmu Tasawuf
(Medan: IAIN Sumatera Utara, 1982), hlm. 35.
. Inilah yang sekarang dikenal dengan istilah tarekat ,[6] yang
metodenya sudah disusun secara sistematis oleh seseorang yang secara ruhaniyah
sudah mendapat pencerahan. Adapun metode tersebut berupa tahap-tahap
(maqamat) yang harus dilalui seorang murid, dan pada setiap tahap tersebut
mempunyai sifat dan penekanan yang berbeda dan biasanya berpengaruh terhadap
keadaan ruhani sang murid (ahwal).
Dikalangan ulama terdapat perbedaan pendapat [17] mengenai posisi
tasawuf dalam Islam, yakni adanya pendapat yang pro dan kontra. Mereka yang
berpendapat pro menyatakan bahwa seseorang akan mampu mencapai derajat
ma’rifat hanya dengan melalui bimbingan seorang guru spiritual (mursyid).
Sedangkan mereka yang berpendapat kontra menyatakan bahwa seseorang akan
mampu mencapai derajat ma'rifat tanpa bimbingan seorang guru spiritual
(mursyid) sekalipun. Adapun peneliti dalam hal ini lebih sependapat dengan
pendapat pertama yakni yang menyatakan bahwa seseorang akan mampu
mencapai derajat ma’rifat hanya dengan bimbingan guru spiritual (mursyid) sebab
seorang hamba akan sangat mungkin terjerumus ke dalam kesesatan bila tidak
melalui bimbingan seorang guru spiritual (mursyid) yang telah dan mampu
mencapai derajat ma’rifatullah.
[6] Tarekat secara harfiyah berarti jalan; metode; cara yang diatur; jalan untuk mencapai
kesempurnaan jiwa dan pencerahan. Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah
Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 740. Secara terminologi tarekat adalah menjalankan ajaran
agama Islam dengan lebih hati-hati dan telitisebagaimana menjauhi/meninggalkan yang syubhat
dan melaksanakan keutamaan-keutamaan sesudah melaksanakan kewajiban-kewajiban serta
sungguh-
sungguh mengerjakan ibadah. Lihat: Sekretariat Muktamar IX Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-
Mu’tabarah an-Nahdliyyah, Hasil-Hasil Muktamar IX Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah
an- Nahdliyyah (Pekalongan: Kanzus Shalawat, 2000), hlm. 212.
[7] Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perbedaan dan keragaman dalam pemikiran dan
keberagamaan umat Islam. Pertama, faktor internal yang berkaitan dengan kecenderungan
penafsiran dan pemahaman nilai-nilai al-Qur’an. Kedua, faktor eksternal yang melibatkan sejarah,
etnik, latar belakang sosial-budaya, dan juga faktor-faktor politik. Lihat Muhammed Yunis, Politik
Pengkafiran & Petaka Kaum Beriman, alih bahasa: Dahyal Afkar (Yogyakarta: Pilar Media,
2006), hlm.xiii
Tarekat dikategorikan menjadi dua macam yang dengan itu akan dapat
diketahui apakah sebuah tarekat bisa dinyatakan sahih (benar) ataukah batal
yakni mu’tabarah dan gairu mu’tabarah. Mu’tabarah adalah tarekat yang
bersambung sanadnya kepada Rasulullah SAW. beliau menerima dari Malaikat
Jibril as. Malaikat Jibril as. dari Allah SWT .[8] Sedangkan gairu mu’tabarah
merupakan kebalikan dari mu’tabarah.
Menurut Jam’iyyah Ahli al-Tariqah al-Mu’tabarah al-Nahd}iyyah sebuah
organisasi yang mewadahi tarekat mu’tabarah se-Indonesia tarekat mu’tabarah
jumlahnya ada 45, [9] baik yang terkenal (masyhur) dan banyak pengikutnya
maupun yang bersifat lokal dan tidak begitu dikenal. Sedangkan di Indonesia
sendiri yang berkembang dan banyak pengikutnya antara lain Tarekat Qadiriyah,
Naqsyabandiyah, Syattariyah dan Syadziliyah. Sedangkan Tijaniyah,
Khalwatiyah, Sammaniyah dan Rifa’iyah hanya terdapat di sebagian daerah saja.
Adapun selain yang telah disebutkan, keberadaanya di Indonesia tidak diketahui.
Namun disini penulis hanya akan menggali lebih dalam mengenai sumber ajaran
salah satu tarekat di Indonesia, yakni Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Kadirun
Yahya. Beberapa alasan yang menjadi daya Tarik penulis mengangkat tema ini
adalah karena adanya beberapa tudingan dan klaim sesat [10] terkait dengan ajaran-
ajaran, praktek ritual dalam tarekat tersebut yang bagi sebagian kalangan
dianggap menyalahi aturan.
[8] K.H. Aziz Masyhuri (penghimpun), Permasalahan Thariqah; Hasil Kesepakatan Muktamardan
Musyawarah Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah Nahdlatul Ulama (1957-2005 M.) (Surabaya:
Khalista bekerjasama dgn Pesantren al-Aziziyyah Denanyar Jombang, 2006), hlm. 166.
[9] K.H. Aziz Masyhuri (penghimpun), Permasalahan Thariqah..., hlm 22-23.
[10] Kecaman sesat terhadap tarekat (tasawuf-sufisme Islam) merupakan dampak dari kesalah pahaman
tentang tasawuf. Mereka (pengecam) menganggap bahwa tasawuf sebagai aliran dan gerakan yang
ditambahkan kepada Islam (bukanlah asli Islam), tidak pernah diajarkan ataupun dipraktekkan oleh Nabi
SAW. Menurut mereka, tasawuf diadopsi dari luar Islam dan dianggap merusak tauhid karena di dalamnya
terdapat ajaran panteisme. Lihat: Kautsar Azhari Noer, Tasawuf Perenial Kearifan Kritis Kaum Sufi (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm. 17 dan 24. Lihat juga dalam: Kautsar Azhari Noer, Jembatan Mistikal
untuk Dialog Antar Agama, Makalah, disampaikan pada Peluncuran dan Bedah Buku When Mystic Maters
Meet: Paradigma Baru Relasi Umat Kristiani- Muslim, Karya Syafa’tun Almirzanah, yang diselenggarakan
oleh Religious Issues Forum (Relief) Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Sekolah Pasca
Sarjana UGM, pada Kamis, 19 Februari 2009, di Ruang Seminar Gedung Sekolah Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta, hlm. 4
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
permasalahnnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ayat-ayat al-Qur’an apa saja yang dijadikan sumber ajaran, awrod [12]dan
praktik ritual Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya?
2. Bagaimana pemahaman pengikut Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya
terhadap sumber ajarannya dan bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari?
[11] Dalam hal ini penulis menemukan sejumlah milis yang mengklaim Tarekat Naqsyabandiyah
pimpinan Kadirun Yahya sebagai aliran sesat antara
lain:http://islamicweb.com/,http://gurindam.blogsome.com/,http://groups.google.co.uk/,
http://swaramuslim.com/, serta masih ada beberapa milis lainnya yang menyinggung kesesatan
tarekat ini. Namun demikian, dalam hal ini peneliti tidak mau terjebak dalam polemik sesat
menyesatkan (takfir) ini.
[12] Yang dimaksud awrad disini adalah wirid (jamak), yakni amalan z|ikir yang biasa diajarkan
seorang mursyid sebuah tarekat bagi murud-muridnya. Biasanya ada awrad wajib yang bersifat
pribadi (tidak bisa diwakilkan), awrad tambahan dan awrad berkala yang dikerjakan secara
kolektif.
D.Metodologi Penelitian
1.Jenis Penelitian
[13] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1998), hlm 61.
2. Sumber Data
a. Data primer. Data primer yang dimaksud di sini adalah data yang diperoleh
dari hasil kombinasi observasi berperan serta dan wawancara tidak terstruktur
terhadap beberapa informan kunci (key person), yakni para pakar, pengurus dan
pengikut Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya di wilayah Kec. Ketanggungan
Kab. Brebes.Wawancara ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara
mendalam tentang ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sumber ajaran, awrad dan
praktik ritual mereka, agar memperoleh penjelasan tentang makna dan
pemahaman terhadap ayat- ayat yang dimaksud.
b. Data Skunder. Data skunder yang dimaksud dalam penelitian ini (sesuai dengan
tuntutan penggunaan data yang turut dipakai) adalah sumber-sumber kepustakaan
yang membahas tentang ilmu tasawuf terutama yang ada hubungannya dengan
Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya Data pustaka ini diperoleh melalui buku-
buku, jurnal-jurnal,artikel-artikel, karya ilmiah akademik dan sebagainya.
3. Jenis Data
Subyek penelitian dalam makalah ini ini adalah para pakar, pengurus sekaligus
pengikut Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya di wilayah Kec .Ketanggungan
Kab. Brebes dan sekitarnya. Penelitian ini akan mengambil informan yang benar-
benar memahami dan terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang diadakan
tarekat ini. Alasannya adalah untuk memberi ruang guna mengarahkan penulis
agar memperoleh sumber data dari informan (narasumber) secara langsung.
[14] Lihat: Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif Studi
Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu Sosial, terj. Arif Rahman (Surabaya: Usaha
Nasional, ), hlm. 21-22. Bandingkan dengan: Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.
XVI
(Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm.9
[15] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm,
157. Bandingkan dengan: Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet. VI (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 91.
[16] Pengamatan berperan serta, sering disebutkan juga etnografi atau penelitian lapangan, yakni
"pergi ke lapangan". Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin proses sosial dan
perilaku dalam budaya tersebut, yakni dengan menguraikan setting-nya dan menghasilkan
gagasan-gagasan teoritis yang akan menjelasakan apa yang dilihat dan didengar peneliti dengan
memahami arti apa yang mereka katakan (what people say) dan juga apa yang mereka lakukan
(what people do).
Data- data yang diambil dari observasi ini adalah ayat-ayat al-Qur’an yang
dijadikan sumber ajaran, awrad dan praktik ritual Tarekat Naqsyabandiyah
Kadirun Yahya. Dalam konteks ini, penulis turut serta dalam beberapa kegiatan
Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya.
b.Wawancara
Interview (wawancara) merupakan metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab yang dilakukan secara sistematis berdasarkan tujuan penelitian .
[17] Metode wawancara yang peneliti lakukan bertujuan untuk mengetahui dan
memperoleh ayat-ayat al-Qur'an yang dijadikan sumber ajaran, awrad dan praktik
ritual Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya. Penulis dalam hal ini melakukan
sebuah wawancara yang mendalam, yaitu wawancara yang tersusun secara
inklusif [18] dengan proses wawancara berlangsung mengikuti kebutuhan dan
situasi. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada dasarnya adalah untuk
mengungkapkan mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sumber ajaran,
awrad, praktik ritual Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya dan pemahaman
serta pengaruh pengikutnya dalam kehidupan sehari- hari.
BAB II MENGENAL TAREKAT NAQSABANDIYAH
1.Sejarah Tarekat Naqsyabandiyah
a.Tokoh Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah
Di antara tarekat yang sangat masyhur dengan jumlah pengikut yang
sangat banyak adalah tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat ini berasal dari salah satu
wali besar, terkenal, karamahnya sangat banyak, sosok yang sangat meneladani
akhlak dan perilaku Rasulullah saw, yaitu Sayyid Muhammad Bahauddin an-
Naqsyabandi.
[17] Wawancara dalam suatu penelitian juga bertujuan mengumpulkan keterangan untuk
menemukan sesuatu yang tidak dapat dipantau. Seperti perasaan, pikiran, motivasi tentang
pemahaman manusia dalam suatu tindakannya. Wawancara merupakan suatu bentuk metode
penelitian untuk membantu utama dari metode observasi. Lihat Koentjaraningrat, Metode-Metode
Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 129.
[18] Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian (Surabaya: Usaha
Nasional, 1993), hlm. 31
Tidak hanya menjadi keturunan Rasulullah (sayyid), ia juga pewarisnya,
mulai dari sisi ucapan, perbuatan, dan amaliah kesehariannya. Semua orang
mengenalnya, mengakui kewaliannya, dan ketekunannya dalam melaksanakan
kewajiban agama dan dalam menjauhi larangan-larangannya. Kedekatannya
dengan Allah terlihat dari berbagai karamah yang diberikan kepadanya, yang
tidak pernah menjenuhkan untuk diceritakan, didengarkan, dan ditulis oleh siapa
saja.
Nama Lengkap dan Kelahiran Sayyid Bahauddin an-Naqsabandi Sayyid
Bahauddin an-Naqsyabandi memiliki nama lengkap Sayyid Bahauddin an-
Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-
Uwaisi al-Bukhari, dan lebih masyhur dengan sebutan Sayyid Bahauddin an-
Naqsyabandi. Ia juga memiliki julukan (laqab) Muhammad al-Bukhari. Sayyid
Bahauddin merupakan keturunan Rasulullah saw dari jalur Sayyidina Husain bin
Sayyidina Ali, suami Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah saw. Ia
dilahirkan pada Muharram 717 H/1317 M, di daerah Qashrul Arifan, salah satu
desa di dekat kota Bukhara. Sayyid Bahauddin lahir dari keluarga yang sangat
agamis. Orang tuanya merupakan sosok yang memiliki pengetahuan luas dan ahli
ibadah. Kedua orangtuanya tak henti-henti mendoakan putranya agar kelak
menjadi orang yang berguna, dan bisa meneruskan perjuangan kakeknya,
Rasulullah saw.[19] Beberapa hari sebelum Sayyid Bahauddin lahir, di tanah
kelahirannya tercium bau harum semerbak. Bau harum ini tercium ketika Syekh
Muhammad Baba as-Syamasi, seorang wali besar dari desa Sammas, Bukhara,
dan murid-muridnya melewati desa tersebut. Kemudian ia mengatakan :[20] “Bau
harum yang kita cium sekarang ini, datang dari seorang laki-laki yang akan lahir
di desa ini.”[21] Syekh Baba as-Syamasi kembali menegaskan bahwa bau harum
semerbak itu semakin harum. Setelah Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi lahir, ia
segera dibawa oleh ayahnya menuju Syekh Baba as-Syamasi untuk mendapatkan
doa dan
[19] (Muhammad as-Shayadi, al-Inayah ar-Rabbaniyah, [Beirut, Darul Fikr], halaman 4).
[20] Baca Juga: Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah: NU Itu seperti Waliyullah
[21] Baca Juga Topik Terkait: Biografi para Imam Mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah H-3 dari
kelahirannya,
[22] (Abu Saud al-Kayali, al-Fuyudlat al-Ihsaniyah Syarhil Aurad al-Bahaiyah, [Beirut, Darul
Kutub Ilmiah], halaman 11)
[23] Baca Juga: Kiai Manshur Popongan, Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Pokok Ajaran Syekh
Bahauddin an-Naqsabandi Dalam ajaranya, :
[24] Baca Juga Topik Terkait: Imam Hasan al-Bashri: Biografi dan Kisah-Kisahnya
[25] (Abdul Halim, al-Budha’atul Muzjah li man Yuthali’ul Mirqah fi Syarhil Misykah, [Beirut,
Darul Kutub 'Ilmiyah], halaman: 24).
[26] Baca Juga: Pesan Mursyid Naqsyabandiyah Khalidiyah untuk Pengguna Medsos .
[29] (Husain al-Kasyifi, Rasyahatu ‘Ainil Hayah fi Manaqibi Masyayikhit Thariqah an-Naqsyabandiyah,
[Beirut, Darul Kutub Ilmiah],halaman 61).
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menegaskan dan memastikan bahwa
Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau berpegang/berpedoman
pada :
1. Al-Qur’an;
2. Al Hadist;
3. Ijma’ Ulama;
4. Qiyas;
5. Ilmu sunnatullah/hukum-hukum ilmu alam dalam alam semesta (teknologi
Al-Qur’an) sesuai dengan Q.S. Ali Imran 3:190,191, Q.S. Yusuf 12:105,
Q.S. An Nur 24 : 35, Q.S. Fushshilat 41:533 dan lain-lain.
Tarekat Naqsyabandiyah ini tergolong Ahlussunnah wal jama’ah dan bermazhab
Syafi’i dalam bidang fikih, serta mengikuti faham Asyariyah Maturidiyah dalam
bidang Teologi. Adapun Pokok-pokok pelaksanaan ajaran Tarekat
Naqsyabandiyah ada 12, yaitu :
Sementara motto yang diajarkan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya
adalah:
1. Beribadahlah sebagai Nabi/Rasul Beribadah (Pray like how prophets
pray)
2. Berprinsiplah dalam hidup sebagai pengabdi (Stand lika a devotee)
3. Berabdilah dalam mental sebagai pejuang (Devoted as a patriot)
4. Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit (Strive lika a
soldier)
5. Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik (Work as an owner)
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan
Usaha manusia untuk mencapai derajat taqwa di sisi Allah adalah sebuah
keniscayaan, sehingga berbagai cara ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Bahkan tak jarang ditempuh dengan jalan yang kadang harus mengalami
gunjingan dari banyak kalangan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan
kecenderungan yang berimplikasi pada munculnya perbedaan penafsiran dan
pemahaman serta pelaksanaan dari ajaran Islam. Salah satu perbedaan dari salah
satu usaha tersebut adalah adanya pendapat yang pro dan kontra dalam
menanggapi Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Kadirun Yahya. Dengan berbagai
alasan dilontarkan, baik dari pendapat yang pro maupun yang kontra. Tentu saja
masing-masing mempunyai argumentasi dan dasar. Akan tetapi setelah penulis
melakukan penelitian dari kedua belah pihak tersebut dengan menganalisa
terutama dari sumber ajaran Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Kadirun Yahya,
maka penulis menyimpulkan bahwa tarekat tersebut dapat dinyatakan sebagai
tarekat (aliran) yang shahih atau tidak sesat, seperti yang dituduhkan beberapa
pihak. Berdasarkan pembahasan mengenai Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan
Kadirun Yahya di atas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Daftar Pustaka
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/biografi-singkat-sayyid-bahauddin-pendiri-
tarekat-naqsyabandiyah-yioX5
- Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TH Press bekerja sama dengan Teras, 2007),
- Muhammed Yunis, Politik Pengkafiran & Petaka Kaum Beriman, alih bahasa:
Dahyal Afkar (Yogyakarta: Pilar Media, 2006),
HASIL WAWANCARA
Nara sumber: Muhammad Abduh
Kamis 05 Januari 2023
1. Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya dalam bidang Fiqih
mengikuti madzhab siapa.?
Jama’ah Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya dalam pengamalan fiqih
atau ibadah mengikuti madzhab Syafi’i
2. Kalo dalam bidang Teologi/Kalam mengikuti faham siapa.?
Dalam bidang Teologi atau Kalam kami mengikuti faham Asyariyah
Maturidiyah
3. Kalo demikian berarti pengamalan agama yang dianut oleh jamaah
Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya berfaham Ahlus-Sunnah
Wal jama’ah.?
Betul sekali, jamaah Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya berpegang
teguh dan mengikuti ulama-ulama salafus-Sholih yang
sanad keilmuannya nyambung sampai kepada Nabi Muhammad
SAW.
4. Apakah Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya berafiliasai pada
salah satu ormas Islam.?
Betul, kami berafiliasi pada salah satu ormas Islam yaitu Nahdlatul Ulama
(NU)
5. Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya Berafiliasi pada Nahdlatul
Ulama bukan pada yang lain misalkan
Muhammadiyah,Persis,Alwasliyah dll.?
Karena Nahdlatul Ulama itu sebuah organisasi Islam yang merawat
menjaga dan melestarikan ajaran-ajaran Tarekat. Di buktikan dengan
adanya JATMAN (Jam’iyah Ahli athoriqoh Mu’tabaroh An-Nahdhiyah)
yang menaungi semua aliran Tarekat Mu’tabaroh yang saat ini berjumlah
45 Tarekat termasuk Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya
6. Maturnuwun (Terimakasih)
Sami-sami (sama-sama)
HASIL WAWANCARA
Nara sumber: Muhammad Musta’in,S,Pd
Kamis 05 Januari 2023
1. Sejak tahun berapa anda bergabung menjadi jamaah Tarekat
Naqsabandiyah Kadirun Yahya.?
Sejak tahun 1993 alhamdulillah saya sudah baiat dan resmi menjadi
Ikhwan atau jamaah Tarekat Naqsabandiyah Kadirun Yahya
2. Apa motivasi anda menjadi jamaah Tarekat Naqsabandiyah
Kadirun Yahya.?
Mencari hakekat kebenaran, karena tujuan hidup ini adalah Ilaahi Anta
Maqshudi Waridhoka Mathlubi (wahai Tuhanku engkaulah yang aku
maksud dan Rhido-Mulah yang aku cari
3. Apa pengaruh dalam kehidupan sehari hari setelah anda menjadi
jamaah Tarekat ini.?
Alhamdulillah banyak positipnya baik bagi diri pribadi keluarga maupun
orang lain (lebih hati hati dalam bertindak karena merasa di lihat atau di
awasi oleh Allah SWT)
4. Selain Ibadah,dzikir,suluk,apa yang dilakukan oleh jamaah Tarekat
Naqsabandiyah Kadirun Yahya di majlis ini.?
Banyak. diantaranya adalah bakti social seperti santunan yatim piatu,
pengobatan gratis, donor darah, dan lain lain yang bermanfaat bagi
jamaah maupun masyarakat sekitar.
5. Bapak berasal dari mana.?
Saya berasal dari Magelang, mengajar di SMP Kersana dan menikah
dengan orang Kersana pula. Bapak dan kakek saya di kampong halaman
pengikut jamaah Tarekat jadi saya adalah keluarga Tarekat
6. Maturnuwun (Terimakasih)
Sami-sami (sama-sama)