Anda di halaman 1dari 2

Teori Tindakan Sosial Weber dalam Konteks Isu Sosial

Seperti yang dijelaskan pada poin teori Tindakan Sosial Weber sebelumnya,
pada dasarnya Weber memahami Sosiologi sebagai ilmu yang digunakan untuk
memahami rasionalitas dibalik tindakan yang dilakukan individu dalam
masyarakat. Meskipun pada dasarnya motif tindakan sosial individu merupakan
sesuatu yang abstrak dan memunculkan kontroversi atas status objektifitas atau
subjektifitas, namun Weber meyakinkan bahwa tindakan sosial merupakan sesuatu
yang bisa diamati, karena tindakan subjektif jika dilakukan oleh banyak individu
maka tindakan tersebut dapat diamati secara objektif. Dalam pengamatannya
terhadap tindakan sosial, Weber mengklasifikasikan jenis tindakan sosial yang
dilakukan oleh individu berdasarkan rasionalitasnya. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya juga bahwa tindakan sosial secara garis besar terbagi menjadi 2 jenis,
yakni tindakan sosial rasional dan tindakan sosial non-rasional. Tindakan rasional
terbagi menjadi 2 jenis, yakni tindakan rasionalitas instrumental (zweck-
rationalitat) dan tindakan rasional berorientasi nilai (wert-rationalitat).
Sedangkan tindakan sosial non-rasional juga terbagi menjadi 2 jenis, yakni
tindakan tradisional (traditional action) dan tindakan afektif (affectual action).
Dalam disiplin ilmu Sosiologi, teori tindakan sosial Weber dapat digunakan untuk
mengetahui alasan atau motif individu maupun kelompok dalam melakukan suatu
tindakan yang berdampak pada masyarakat.

Contoh dari penggunaan teori tindakan sosial dalam memahami motif


idnividu maupun kelompok dalam melakukan suatu tindakan sosial adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Putra (2020) yang berjudul Menelaah
Fenomena Klitih di Yogyakarta dalam Perspektif Tindakan Sosial dan Perubahan
Sosial Max Weber. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa tindakan klitih
yang dilakukan umumnya oleh penduduk Yogyakarta usia remaja, yakni tindakan
menyakiti orang-orang yang tidak bersalah dengan menggunakan senjata tajam
merupakan suatu bentuk tindakan non-rasional. Tindakan klitih pada dasarnya
dilakukan tanpa memiliki motif yang benar-benar konkrit dari para pelakunya.
Namun tindakan tersebut pada umumnya didasari atas alasan memenuhi hasrat
atau emosi yang meluap untuk menyakiti orang lain belaka. Sehingga jika
diklasifikasikan kedalam jenis tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber,
tindakan klitih setidaknya pada penelitian ini masuk ke dalam tindakan afektif
(affectual action) yang tentunya bersifat irasional atau dalam proses tindakannya
individu tindak memerhitungkan rasio, tujuan, serta alat untuk mencapai tujuan
yang benar-benar jelas.

Penelitian lain yang menggunakan teori tindakan sosial Weber dalam


memahami suatu fenomena dalam kehidupan masyarakat juga dilakukan oleh
Tatik Atiyatul Mufiroh (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Tradisi
Nyadran di Dusun Pomahan Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro dalam Perspektif Teori Tindakan Sosial Max Weber.” Nyadran
merupakan suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Bojonegoro sebagai
bentuk ritual sedekah bumi bagi masyarakat dusun Pomahan yang mayoritas
berprofesi sebagai petani. Pada awalnya, nyadran dilakukan oleh masyarakat
dusun Pomahan sebagai suatu bentuk persembahan sesaji kepada arwah yang
dianggap oleh masyarakat setempat sebagai arwah dari pembuka desa atau dusun
yang disebut sebagai dhanyang sing bahurekso. Namun seiring berubahnya
keyakinan religius masyarakat yang pada awalnya bertumpu pada keyakinan
animisme atau penyembahan terhadap roh-roh nenek moyang, menjadi bertumpu
pada keyakinan agama, yakni utamanya agama Islam. Tradisi nyadran pun
kemudian dimaknai sebagai perwujudan dari rasa syukur masyarakat dusun
Pomahan kepada Allah SWT yang telah nemberikan rezeki berupa kesuburan
dalam pertanian. Meskipun orientasi masyarakat berubah, namun jika tindakan
sosial masyarakat dusun Pomahan diklasifikasikan kedalam teori tindakan sosial
Weber, maka baik dulu maupun saat ini jenis tindakan sosial yang dilakukan
mereka adalah tindakan sosial rasional berorientasi nilai (wert-rationalitat) dan
tindakan tradisional (traditional action). Masyarakat dusun Pomahan berpendapat
bahwa nyadran dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT,
namun di sisi lain, masyarakat juga berpendapat bahwa nyadran juga dilakukan
sebagai wujud untuk mempertahankan tradisi yang telah dilakukan sejak dulu,
meskipun orientasinya berbeda.

Anda mungkin juga menyukai