Anda di halaman 1dari 13

ZIARAH KUBUR MENJELANG RAMADHAN

DOSEN PENGAMPUH

SARAH AFIFAH, S.Psi.,M.A

DISUSUN OLEH

SITI MEILINDA

NIM 2020901098

PI 20903

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

RADEN FATAH PALEMBANG

2020/2021
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Islam memiliki tradisi ritual keagamaan yaitu ziarah, ziarah sendiri telah

menjadi suatu kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat, adapun

pengertian kebudayaan itu sendiri memiliki arti yaitu sebagai pola hidup

masyarakat yang diwarisi dari generasi ke generasi meliputi seluruh aspek yang

ada baik itu aspek pemikiran maupun perilaku.

Ziarah berasal dari bahasa Arab yaitu zara-yazuru-ziyarah yang memiliki arti

berkunjung, adapun menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ziarah

memiliki arti Kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia seperti

pemakaman dan sebagainya. Baik secara etimologi kata ziarah berasal dari

bahasa Arab yaitu ziyarah yang berarti kunjungan, mengunjungi atau

mendatangi (Mohd. Idris, 1350 H: 272). Dengan demikian bahwa ziarah kubur

adalah individu atau kelompok yang berkunjung ke tempat pemakaman umum

pada waktu-waktu tertentu, yang memiliki tujuan untuk mendoakan keluarga

atau kerabat yang telah meninggal dunia. Ada pula tujuan utama ziarah kubur

merupakan mengingat kematian ditengah atmosfer pemakaman, Walaupun

perihal ini dapat dilakukan dimana saja, suasana pemakaman lebih dekat untuk

mengingatkan kita akan ajal. Ziarah sudah banyak dilakukan pada zaman

Rasulullah SAW, tetapi Rasulullah SAW sendiri melarang adanya kegiatan

ziarah karena takut terjerumus pada kemusyrikan. Namun akhirnya ziarah

diperbolehkan dengan catatan hanya untuk mengingat kematian.

Fenomena yang sering terjadi pada setiap kampung-kampung atau

daerah yang ada di Indonesia yaitu berziarah saat mulai memasuki bulan

ramadhan, tak sedikit masyarakat yang berbondong bondong ke

pemakaman untuk melakukan kegiatan ziarah tersebut. Untuk

mendoakan keluarga maupun kerabat yang telah mendahului kita, ziarah

pada saat menjelang ramadhan sudah menjadi tradisi bagi setiap

masyarakat yang ada di Indonesia. Contohnya di ranah minang daerah

sumatera barat.
2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan artikel ini yaitu:

1) untuk mengetahui tradisi dan budaya yang ada di daerah

sumatera barat terutama budaya mengenai ziarah kubur

menjelang ramadhan.

2) Ingin mengetahui perilaku para masyarakat pada saat berziarah di

pemakaman.

3) Ingin mengetahu apa motivasi masyarakat berziarah pada saat

menjelang bulan ramadhan

3. Teori Tindakan Sosial


Di dalam tingkatan yang mendasar yaitu tindakan mengarah kepada aktivitas

manusia, yaitu segala sesuatu yang dilakukan manusia. Tindakan bukan hanya

mengarah kepada segala sesuatu yang dilakukan manusia secara individu, tetapi

juga kepada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh sekumpulan kelompok

sosial. Menurut Max Weber bahwa tindakan bisa dikatakan sosial apabila

tindakan itu berisi tiga unsur yaitu :

1) perilaku itu mempunyai makna subjektif.

2) perilaku itu mempengaruhi perilaku-perilaku pelaku lain.

3) perilaku itu dipengaruhi oleh perilaku-perilaku pelaku lain.

Adapun unsur-unsur yang ditekankan weber dalam pengertiannya yaitu makna

subjektif si pelaku. Tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai manifestasi

rasional, weber menggunakan konsep dasar rasionalitas dalam

mengklasifikasikan berbagai tipe-tipe tindakan sosial. Begitupun hasil kajian dari

weber mengenai tindakan tindakan sosial dapat disebut sebagai data empiris,

weber membagi tindakan menjadi dua. Adapun fokus kajian weber yaitu :

1) Reactive Behavior

Yaitu perilaku spontan yang mempunyai subjective meaning atau rekasi

spontanitas, tindakan ini sebelumnya tidak disadari oleh seseorang.

2) Social Action
Yakni timbul dari respon suatu perilaku seseorang yang menjalankan

fungsinya sebagai masyarakat.

Kemudian berkembang menjadi kedalam empat tipe tindakan setelah melalui

kedua metode ini yaitu :

1) Zwerkrational (Rasionalitas Instrumental)

Melihat individu sebagai yang mungkin diinginkannya atas dasar kriteria

dalam menentukan suatu pilihan yang saling bersaingan, kemudian

individu memberi nilai mana alat yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan yang dipilih. Weber juga menjelaskan bahwa tindakan diarahkan

secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki

sifat-sifatnya sendiri (zwerkrational) apabila tujuan itu, alat dan akibat-

akibat sekundernya diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya

secara rasional. Hal ini mencakup pertimbangan rasional atas alat

alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai hubungan-

hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari pengguna alat

tertentu apa saja dan akhirnya pertimbangan mengenai pentingnya

tujuan-tujuan yang mungkin berbeda secara relatif (Weber, 1964 : 117).

2) Werirational (Rasionalitas yang Berorientasi Nilai)

Rasionalitas memiliki sifat yang berorientasi nilai yang penting yaitu alat

hanya obyek perhitungan yang sadar

3) Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional adalah tipe tindakan yang bersifat nonrasional,

apabila seorang individu menampakan perilaku yang disebabkan oleh

kebiasaan tanpa adanya refleksi sadar maka perilaku itu bisa

dikategorikan sebagai tindakan tradisional

4) Tindakan Afektif

Jenis aksi ini diisyarati oleh dominasi perasaan ataupun emosi tanpa

refleksi intelektual ataupun perencanaan yang sadar.

Keempat tindakan ini dianggap Weber sebagai tipe ideal, yaitu dimana

konstruksi konseptual yang memperlihatkan aspek kunci dari tipe tindakan yang
berbeda, Dan jika seluruhnya sesuai dengan salah satu tipe ini maka Weber

mengakui bahwa tidak banyak tindakan yang akan dilakukan. Atau juga ia

mencerminkan suatu penilaian yang sadar akan alternatif-alternatif dan juga

mencerminkan suatu keputusan bahwa tradisi-tradisi yang sudah mapan

merupakan cara paling baik untuk suatu tujuan yang dipilih secara sadar

diantara tujuan-tujuan lainnya (Doyle Paul Johnson, 1986 : 222).

Pola perilaku spesifik yang sama mungkin bisa sinkron menggunakan

kategori-kategori tindakan sosial yang tidak sinkron dalam situasi-situasi yang

tidak sama, tergantung pada orientasi subyektif dari individu yang terlibat.

Tindakan sosial bisa dimengerti hanya berdasarkan arti subyektif dan pola-

pola motivasional yang berkaitan dengan itu. untuk tindakan rasional, arti

subyektif itu bisa ditangkap menggunakan skema alat tujuan (means-ends

schema) (Doyle Paul Johnson, 1986 : 222).

Konsep ke 2 dari Weber ialah konsep tentang antar korelasi sosial (social

relationship). Didefinisikannya menjadi tindakan yang beberapa orang aktor

yang fc206ad04f4e2453ce9aad41266780bc, sejauh tindakan itu mengandung

makna serta dihubungkan dan diarahkan pada tindakan orang lain. tidak

seluruh kehidupan kolektif memenuhi syarat menjadi antar korelasi sosial.

Dimana tidak ada saling penyesuaian (mutual orientation) antara orang yang

satu dengan orang yang lain maka disitu tidak terdapat korelasi antar

sosial. Meskipun terdapat sekumpulan orang yang ditemukan bersamaan

(George Ritzer, 2010 : 41).

Teori tindakan percaya bahwa pada asumsi yang mendasar dimana

hubungan makhluk sosial itu berdasarkan pada perangkat sistem komunikasi

simbolik yang bersifat kompleks serta abstrak khususnya bahasa, namun

juga bisa makna-makna simbolik lainnya yang melengkapi tradisi budaya.

Secara nalar 3 sistem independen yakni sosial, budaya serta kepribadian di

dalam suatu tindakan semuanya akan saling terkait. (Irving M. Zeitlin, 1998 : 30)

Kedua tipe tindakan yang terakhir seringkali hanya merupakan

tanggapan secara otomatis terhadap rangsangan berasal dari luar. sebab itu
tidak termasuk pada jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi target

penelitian sosiologi

B. PEMBAHASAN

TRADISI ZIARAH KUBUR DI SUMATERA BARAT


Sudah sebagai kebiasaan dari tahun ketahun bagi umat Islam, khususnya

pada Ranah Minang Sumatera Barat melakukan ziarah kekuburan orang tuanya

maupun kerabat. Tradisi ini telah berlangsung lama. Di Sumatera Barat budaya ini

bukan hanya berziarah tetapi juga melakukan pembersihan terhadap pusara

keluarganya, pada saat berziarah biasanya anggota keluarga akan mengundang

pemuka agama atau biasa disebut “siak” untuk memimpin doa di kuburan dan

setelahnya memimpin doa untuk makan bersama di balai- balai dekat sana. Oleh

sebab itu, ibu-ibu disana tidak hanya membawa bunga- bunga untuk ditaburkan di

atas pusara kuburan tetapi juga membawa bekal makanan untuk di makan bersama

setelahnya, biasanya tradisi seperti ini dilakukan saat menjelang ramadhan atau

menjelang lebaran, maka tak heran jika tempat pemakaman menjelang ramadhan

atau menjelang lebaran begitu bersih dan tertata rapi kembali. Kegiatan seperti ini

tidak hanya memberikan dampak dan keuntungan untuk pihak keluarga saja namun

juga bisa sebagai upaya membantu sesama, salah satunya adalah orang-orang yang

berjualan bunga di sekitar kuburan.

Kegiatan berziarah ini sudah dilakukan sejak lama bahkan telah dilkukan

secara turun-temurun dari para leluhur terdahulu juga bisa juga di sebut sebagai

tradisi yang mungkin dapat dianggap kewajiban setiap tahunnya di hari-hari

menjelang ramadhan atau lebaran. Dalam kegiatan ziarah ini setidaknya ada kurang

lebih 15 pemuka agama atau siak yang dipanggil untuk membaca serangkaian ayat

ayat suci Al-Qur’an dan juga kalimat-kalimat thayyibah, seperti tasbih, tahmid,

tahlil, dan takbir. Adapun pahala dari bacaan tersebut ditujukan untuk anggota

keluarga atau kerabat yang telah meninggal dunia, setelah melakukan proses

pembacaan doa dan makan bersama. Para anggota keluarga memberikan imbalan

kepada para pemuka agama atau siak secara ikhlas dan sukarela, karena tidak ada

patokan atau ketetapan nominal yang diberikan oleh para pemuka agama atau siak
kepada anggota keluarga yang mengundang sebagai imbalan untuk mereka.

Kemudian imbalan tersebut dibagikan secara rata oleh anggota keluarga kepada

para siak atau pemuka agama, momen tersebut dijadikan sebagai salah satu tempat

atau wadah bagi para anggota keluarga untuk berkumpul terutama bersama para

anggota keluarga yang merantau keluar daerah maupun kota.

Ditengah-tengah pandemi seperti sekarang ini kegiatan berziarah masih tetap

diberlangsungkan dibeberapa tempat juga sebagian besar keluarga di Sumatera

Barat, namun yang disayangkan dari kegiatan tersebut ditengah-tengah pandemi ini

banyak sekali orang-orang yang merasa abai dengan protokol kesehatan salah satu

contohnya tidak memakai masker dan berkerumun dengan alih-alih juga alasan

bahwa selama ini kegiatan berziarah tersebut selalu dilakukan setiap tahunnya dan

tidak putus, Jadi tidak mungkin ditiadakan hanya karena pandemi ini.

Biasanya kegiatan ini termasuk salah satu kegiatan yang paling ditunggu-

tunggu oleh anak-anak di Sumatera Barat karena selain mengunjungi pusara kakek

nenek atau para kerabat yang telah mendahului, mereka juga menunggu uang

sadakah yang akan dibagikan setelah kegiatan membersihkan pusara, berdoa, juga

makan bersama. Sisa uang dari sedekah untuk para pemuka sebelumnya akan

diberikan kepada anak-anak untuk mereka membeli jajanan di luar gerbang area

perkuburan, biasanya anak-anak tersebut mendapatkan uang kisaran 2000 hingga

5000 rupiah per orang.


Gambar 1. Pembacaan Doa Yang Dipimpin Oleh Pemuka Agama
Gambar 2. Makan Bersama Setelah Berziarah
Gambar 3. Pembagian Sisa Uang Kepada Anak-Anak
HUKUM ZIARAH KUBUR

Terlepas dari tradisi pada daerah Sumatera Barat mengenai ziarah kubur, adapun
hukum ziarah kubur menurut para ulama yaitu ziarah kubur dianjurkan bagi kaum pria
berdasarkan hadits Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, “Rasulullah SAW. pernah menziarahi
kuburan ibu beliau, kemudian beliau menangis sehingga membuat para sahabat di
sekelilingnya menangis. Beliau lalu berkata, “Tadi aku meminta izin kepada Rabb-ku ‘azza
wa jalla agar aku dibolehkan berdo’a memohon ampun bagi ibuku, namun hal itu tidak
diperkenankan. Kemudian aku memohon agar aku dperbolehkan mengunjungi kuburnya,
maka hal ini diperbolehkan bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur, karena hal itu akan
mengingatkan kalian kepada akhirat.”

Namun ada beberapa perselisihan pendapat dari para ulama mengenai ziarah kubur
bagi perempuan namun dapat disimpulkan bahwa pendapat tersebut terbagi menjadi dua
kelompok yaitu ada yang berpendapat mengharamkan namun ada juga yang
memperbolehkan dan menganjurkan, Pendapat yang kuat dalam permasalahan ini adalah
pendapat yang memperbolehkan wanita berziarah kubur namun yang harus tetap diingat
ialah jangan terlalu sering mengikuti kegiatan berziarah kubur. Dari dalil-dalil inilah
terciptanya perbedaan pendapat seperti diatas, berikut adalah beberapa dalil yang
menjelaskan dibolehkannya wanita berziarah kubur ;

Hadits yang berasal dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, dari Abdullah bin Abi Mulaikah,
dia berkata, “Pada suatu hari ‘Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku bertanya padanya,
“Wahai Ummul Mukminin, darimanakah engkau?” Maka beliau menjawab, “Dari kubur
Abdurrahman bin Abi Bakar.” Maka aku menukas, “Bukankah rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melarang ziarah kubur?” Beliau pun menjawab, “Benar, namun kemudian beliau
memerintahkannya.”

Adapun terdapat di dalam sebuah hadits yang panjang dan diriwayatkan oleh
Muhammad bin Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul Mukminin,
‘Aisyah radliallahu ‘anha ketika beliau membuntuti Nabi Muhammad SAW yang
mendatangi perkuburan Baqi’ di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ‘Aisyah bahwa Allah memerintahkannya untuk
mengunjungi penghuni kuburan Baqi’ dan memintakan ampunan bagi mereka. Maka
‘Aisyah kemudian bertanya, “Lalu apa yang akan aku katakan pada mereka?” Kata beliau,
“Ucapkanlah, Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan
mukminin. Semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami
maupun yang akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian.”

Perempuan tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur karena akan
menimbulkan perbuatan yang menyimpang pada syariat seperti tabarruj (bersolek di depan
yang bukan muhrim).
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa berziarah adalah


mengunjungi makam seseorang atau keluarga serta kerabat yang bertujuan untuk
mendoakan mereka yang telah mendahului kita, adapun pelajaran yang dapat diambil dari
kegiatan tersebut yaitu mengingatkan kita bahwa siap tidak siap kita akan menemui ajal
dan ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Namun tradisi dari daerah Sumatera
Barat mengenai ziarah kubur juga memiliki manfaat yaitu mempererat tali silahturahmi
sesama anggota keluarga, meskipun ziarah kubur dulu dilarang namun sekarang ziarah
kubur telah disunnahkan. Ziarah kubur bukan termasuk sebuah bid’ah karena Rasulullah
SAW juga pernah melakukan ziarah kubur di makam ibunya pada waktu itu, kemudian
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk melakukan ziarah kubur.
DAFTAR PUSTAKA

Juniasari Monica, Pipit Utami, Anton Marzuki (2014, Mei) Hukum Ziarah Kubur. Diperoleh
dari : http://monicajunia21.blogspot.com/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html tanggal 13
Desember 2021

Sonia (2021,April) Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan di Padang Pariaman, dari Berdoa,
Makan-makan hingga Sedekah. Diperoleh dari : https://padangkita.com/tradisi-ziarah-
kubur-jelang-ramadan-di-padang-pariaman-dari-berdoa-makan-makan-hingga-sedekah
tanggal 13 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai