Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH ILMU PEMULIAAN TERNAK

“ Ringkasan jurnal Seleksi dan Perkawinan Ternak Ayam Lokal ”

OLEH

NAMA : GIYESI
NIM : L1A120044
KELAS : A

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
DETEKSI GEN Mx AYAM TOLAKI MENGGUNAKAN TEKNIK EKSTRAKSI
DNA YANG BERBEDA

PENDAHULUAN
Ayam lokal atau lazim dikenal sebagai ayam buras (bukan ras) memiliki
sejumlah sifat ekonomis, namun dalam pengembangannya ayam lokal di Indonesia
sampai saat ini masih belum ditangani secara serius dan kontinu, upaya ke arah seleksi
yang terarah pada karakteristik fenotipik tertentu masih sangat terbatas.
Ayam Tolaki temasuk dalam kategori ayam lokal yang memiliki fenotip yang
khas selain ayam lokal lainnya seperti: ayam Nunukan, Bangkok, Pelung, Nagrak,
Sentul, Merawang, Merawas, Kedu hitam/putih, Kokok Balenggek, Tukong, Kate dan
ayam Berugo. Ayam Tolaki termasuk salah satu dari 31 jenis ayam lokal yang memiliki
karakteristik penampilan yang khas (Nataamidjaja dan Dwiyanto, 1994). Ayam Tolaki
adalah ayam lokal asli Sulawesi Tenggara. Ayam ini memiliki pola warna bulu yang
mirip dengan ayam hutan merah (Gallus gallus), sehingga ada yang menyebutnya sebagai
ayam hutan. Sampai saat ini ayam Tolaki masih dikelompokkan sebagai ayam aduan,
namun sesungguhnya dengan menilik postur tubuhnya, maka ayam Tolaki dapat
diarahkan untuk tujuan produksi daging dan telur.
Ayam lokal diketahui memiliki sejumlah sifat ekonomis, diantaranya
kemampuan adaptasi yang tinggi pada lingkungan yang kurang baik dan memiliki daya
tahan terhadap sejumlah serangan penyakit viral meskipun di lingkungan tropis seperti
Indonesia prevalensi penyakit relatif lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan kinerja
produksi ayam lokal menjadi tidak optimal.
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan ayam lokal di Indonesia memiliki
ketahanan cukup tinggi terhadap terhadap serangan penyakit viral seperti Avian Influenza
(AI) dan Newcastle Disease (ND). Sifat antiviral ini diketahui dikontrol oleh gen Mx
(Maeda, 2005; Sulandari, et al., 2010; Pagala, et al., 2013). Penggunaan teknik molekuler
dengan memilih genotipe gen kandidat yang resisten terhadap penyakit tertentu sebagai
Marker Assisted Selection (MAS) diharapkan dapat mempercepat pembentukan jenis
ayam lokal resisten terhadap beberapa penyakit yang mematikan seperti AI dan ND.
Salah satu teknik dasar molekuler untuk mengidentifikasi keberadaan sejumlah
gen adalah teknik isolasi genom dan ekstraksi DNA. Bahan ekstraksi DNA dapat
diperoleh dari bagian tubuh/jasad suatu makhluk hidup dengan asumsi bahwa DNA
terdapat pada semua bagian tubuh makhluk hidup. Sumber atau asal suatu bahan
ekstraksi serta metode ekstraksi yang digunakan dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas DNA yang dihasilkan.

MATERI DAN METODE


Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian bertempat diLaboratorium Lapang Kandang Unggas Unit
Pembibitan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo. Ekstraksi DNA dan amplifikasi
DNA gen Mx dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler
Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan April
sampai dengan Agustus 2013.
Materi Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Tolaki yang diambil
dari beberapa daerah di Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara
sebanyak 25 ekor. Pengambilan sampel darah dan bulu dilakukan pada tahap I (pertama)
penelitian, selanjutnya analisis laboratorium pada tahap II di Laboratorium Departemen
IPTP Fakultas Peternakan IPB. Bahan yang digunakan adalah bahan kimia untuk
pengambilan sampel darah, ekstraksi DNA, amplifikasi DNA, gel elektroforesis, dan
Silver Staining antara lain : EDTA, Trs, HCL pekat, potassium aseat, air bebas ion, NaCl,
NaOH, SDA, natrium asetat, asam asetat, fenol, etanol absolute, kloroform, isoamil
alkohol, dan proteinase K, agarose, bromfenolblue, etidium Bromida, marker DNA
leader 100 pb, Tris-Borat-EDTA, Mgcl2, dNTP, Taq polymerase dan random primer.
Alat yang digunakan mesin PCR, elektroforesis, autoclave, vacuum tainer, pipet
mikro, pipet tip,disposable glove, sentrifuse, vortex,gelas piala, magnetic stirrer, tabung
eppendorf, alat thremocycler, lampu UV, kamera paraloid.

Metode Penelitian

Ekstraksi DNA dari Sampel Darah


Sampel darah dalam tabung EDTAdimasukkan ke dalam tabung mikro (1.5 ml)
lalu ditambahkan dengan 1000 µl DW/TE (NaCl 0.2%). Setelah divortex dan didiamkan
5 menit, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm selama 5 menit. Larutan
supernatan yang terbentuk dibuang. Tahap berikutnya dilakukan penambahan 40 µl SDS
10%, 10 µl proteinase K 5 mg/ml, dan 1 x STE (Sodium Tris EDTA) sebanyak 300 µl.
Larutan selanjutnya dikocok perlahan dalam inkubator bersuhu 550 C selama 2 jam.
Kemudian ditambahkan laruatn phenol 400 µl, 400 µl CIAA (Chloroform:Isoamyl
alkohol =24 :1), dan 40 µl NaCL 5 M dikocok perlahan pada suhu ruang selama 1 jam
lalu disentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit.
Larutan bening yang mengandung DNA dipindahkan sebanyak 400 µl ke tabung
eppendorf 1.5 ml yang baru. Selanjutnya ditambahkan 800 µl EtOH (etanol absolut), dan
40 µl NaCl 5 M. Lalu disimpan dalam freezer selama semalam. Tahap berikutnya larutan
disentrifugasi lagi pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit, supernatant yang terbentuk
dibuang lalu didiamkan dalam keadaan terbuka atau dalam desikator sampai alcohol
hilang. Tahap terakhir ditambahkan 100 µl TE 80% atau Elution Buffer yang berfungsi
sebagai buffer. DNA yang diperoleh lalu disimpan dalam freezer sampai akan
digunakan.

Ekstraksi DNA dari Sampel Bulu

Sampel bulu yang dapat digunakan merupakan sampel bulu utuh,ayam Tolaki
yang memiliki bagian kalamus. Ekstraksi DNA dari sampel bulu dilakukan menggunakan
kit ektraksi Phire Animal Tissue Direct PCR Kit (Thermo Fisher Scientific Inc.).
Prosedur ektraksi dilakukan mengikuti petunjuk dari produsen kit sebagai berikut: ± 0.5
cm bagian awal (akar/kalamus) bulu dipindahkan kedalam tabung 1.5 ml, kemudian
dipotong menjadi beberap bagian kecil. Pada tabung 1.5 ml ditambahkan 20 µl Dilution
Buffer dan 0.5 µl DNA Release™ Additive.
Campuran dalam tabung diaduk menggunakan vortex dan kemudian
disentrifugasi. Setelah itu campuran diinkubasi selama 2-5 menit pada suhu ruang dan
dilanjutkan selama 2 menit pada suhu 98 °C. Sampel DNA siap digunakan atau disimpan
pada suhu -20°C untuk digunakan dikemudian hari.
Amplifikasi Ruas Gen Mx dengan PCR
Sampel DNA diamplifikasi dengan mesin PCR (Polymerase Chain Reaction)
(Muladno, 2010). Primer spesifik untuk mengamplifikasi gen Mx berdasarkan Sironi et
al. (2010) adalah primer foward (5’-GCA CTG TCA CCT CTT AAT AGA-3’) dan
reverse (5’-GTA TTG GTA GGC TTT GTT GA-3’). Amplifikasi DNA dilakukan pada
total volume 25 µl terdiri dari 2 µl (10-100 ng) DNA, 15,75 µl air bebas ion steril; 2,5 µl
10× buffer tanpa, meliputi proses denaturasi awal pada suhu 94 ºC selama 4 menit. Tahap
II dilakukan dengan 30 x siklus, meliputi denaturasi pada suhu 94 ºC selama 10 detik,
penempelan primerpada suhu 60ºC selama 1 menit, pemanjangan molekul DNA pada
suhu 72 ºC selama 2 menit. Tahap III dilakukan dengan 1 x siklus, meliputi pemanjangan
akhir molekul DNA pada suhu 72 ºC selama 7 menit. Inkubasi pada 4 °C hingga
digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Elektroforesis
Elektroforesis fragmen DNA hasilamplifikasi dengan PCR dilakukan
menggunakan perangkat elektroforesis pada gel agarosa 2% (0,5 gram/25 ml 0,5 X
TBE). Perangkat dijalan menggunakan buffer 0,5 X TBE, pada tegangan 100 volt selama
30 menit. Viasualisasi gel elktroforesis dilakukan pada perangkat dokumentasi gel Alpha
Imager (Alpha Imager).

Analisis Data
Berdasarkan hasil ekstraksidan amplifikasi DNA selanjutnya dilakukan analisis
secara kualitatif dengan cara membandingkan tampilan pita DNA yang dihasilkan dari
kedua metode ektraksi DNA dalam gel elektroforesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstraksi DNA ayam Tolaki
Hasil ekstraksi DNA yang diperoleh dari ayam Tolaki menggunakan metode
ekstraksi yang berbeda.
Teknologi ekstraksi DNA pada organisme eukaryot (manusia, hewan, dan
tumbuhan) umumnya dilakukan dengan beberapa tahapan dasar seperti degradasi dinding
sel, penghilangan RNA dan protein serta presipitasi dan purifikasi DNA. Prosedur kerja
dalam tahapan ekstraksi ini dapat digunakan untuk ekstraksi dari berbagai jaringan tubuh,
darah, rambut, feses, tulang, sperma, urine, daun, kayu, jamur dan sebagainya.
Berdasarkan prinsip dasar ini telah banyak dikembangkan berbagai teknik ekstraksi
DNA, yang dapat dikelompokkan kedalam teknologi ekstraksi DNA konvensional dan
teknologi Kit DNA (Sulandari dan Zein, 2003).
Berdasarkan hasil ekstraksi DNA ayam Tolaki dengan metode ekstraksi darah
(teknik DNA konvensional) dan bulu (teknik DNA Kit) memperlihatkan kualitas DNA
yang cukup baik. Seluruh sampel DNA terkumpul dengan baik pada stocking gel.
Ekstraksi DNA dari sampel darah menunjukkan kualitas DNA sedikit lebih baik jika
dibandingkan dengan sampel DNA dari bulu. Hal ini dapat dilihat pada pita DNA yang
lebih tebal dan bersih, sedangkan pita DNA asal bulu lebih tipis dan memperlihatkan
sebaran pita sedikti smear. Hasil ekstraksi DNA berupa tampilan pita DNA pada stocking
gel bermakna bahwa semua sampel mengandung gen Mx, namun belum diketahui berapa
panjang ukuran DNA serta genotipe dari gen Mx ini.

Amplifikasi DNA Ayam Tolaki

Berdasarkan hasil amplifikasi PCR DNA pada sampel darah ayam Tolaki
diperoleh informasi bahwa semua sampel ayam Tolaki memiliki gen Mx pada exon 13
dengan ukuran pita DNA sebesar 299 pb. Produk PCR hasil ekstraksi DNA dari sampel
darah memperlihatkan kualitas DNA yang lebih baik, hal ini dapat dilihat dari tampilan
pita DNA yang lebih tebal dibandingkan pita DNA hasil ekstraksi DNA dari sampel bulu
yang sedikit lebih tipis. Meskipun demikian kedua metode ekstraksi DNA diatas cukup
efektif dan cukup baik digunakan dalam mendeteksi keberadaan gen Mx.
Gen Mx adalah gen yang bertanggungjawab terhadap kemampuan ayam dalam
mempertahankan diri terhadap serangan virus flu burung (Maeda 2005: Sulandari et
al.2011;Sartika, 2010)) dan virus Newcastle Disease (Pagala et al, 2013). Ukuran pita
DNA gen Mx pada ayam Tolaki sebesar 299 pb relatif sejalan dengan hasil penelitian
yang dilaporkan oleh Sironi, et al. (2010) yang menemukan adanya gen Mx pada exon 13
ayam jenis White Leghorn dan New Hampshire sebesar 300 pb.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Metode ekstraksi darah menggunakan teknik DNA konvensional dan metode ekstraksi
bulu menggunakan teknik DNA Kitmemperlihatkan kualitas DNA yang cukup baik.
2. Hasil ekstraksi DNA menggunakan teknik ekstraksi konvensional menghasilkan
kulaitas DNA yang relatif sedikit lebih baik dibandingkan menggunakan teknik DNA
Kit
3. Melalui ekstraksi DNA dan hasil amplifikasi dengan mesin PCR diperoleh DNA gen
Mx dengan panjang ukuran 299 bp.
DETEKSI GEN Mx AYAM TOLAKI MENGGUNAKAN
TEKNIK EKSTRAKSI DNA YANG BERBEDA

Muhammad Amrullah Pagala1* dan Niken Ulupi2


1)
Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo
Jl.HEA Mokodompit Kampus UHO Anduonohu, Kendari 93232
2)
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor Jl Agatis Kampus IPB, Darmaga, Bogor, 16680
*E-mail:amroe74@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode yang efektif dalam teknik ekstraksi DNA
dari gen Mx (Myxovirus) ayam Tolaki. Gen Mx adalah gen yang bertanggungjawab
terhadap kemampuan ayam untuk mertespon serangan penyakit viral seperti penyakit
Flu Burung dan New Castle Disesase. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April
sampai dengan bulan Agustus 2013. Sampel penelitan terdiri atas 25 ekor ayam Tolaki
dewasa, yang diperoleh dari pemeliharaan secara ekstensif oleh masyarakat di
Kabupaten Konawe. Penelitian ini menggunakan kedua metode ekstraksi DNA yakni
metode ekstraksi DNA secara konvensional dan metode Kit ekstraksi DNA.
Selanjutnya hasil ekstraksi DNA diamplifikasi menggunakan mesin PCR. Produk DNA
kedua metode tersebut kemudian dibandngkan dan dianalisis secara kualitatif. Secara
umum kedua metode tersebut cukup efektif untuk menghasilkan kualitas DNA gen Mx
yang baik. Ekstraksi DNA gen Mx dari kedua metode tersebut menghasilkan ukuran
DNA dengan panjang 299 pb.

Kata Kunci : Gen Mx, Ayam Tolaki, Ekstraksi DNA, PCR

ABSTRACT
The objective of this research was to find the effective method that is producing
DNA of Mx gene of Tolaki chicken. Mx gene (Myxovirus) gene is the specific genes
that control the ability of the animals to be resistant or susceptible to virus attacks
(Avian influenza and Newcastle Disease virus). The study conducted from April to
August 2013. A total 25 chickens Tolaki (aged 8-12 months) were obtained from
extensive maintenance in Konawe Regency communities. The research was used both
the DNA extraction conventional method and DNA extraction kit method. The result of
DNA fragmenth was amplified with PCR machine (Polymerase Chain Reaction). The
DNA product were compared and analyzed qualitatively. Source of DNA material are
blood and feathers of Tolaki chicken. The study showed the extraction of DNA from
blood samples showed slightly better quality of DNA (DNA band was thick and clean)
compared with DNA samples from feathers (DNA band was thin and smear). However,
generally the both techniques were effectively produced DNA. Extraction of DNA from
both methods of DNA obtained with the Mx gene size was 299 bp
.
Key Words : Mx gene, Tolaki chicken, DNA extraction, PCR

1 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014


PENDAHULUAN kemampuan adaptasi yang tinggi pada
lingkungan yang kurang baik dan
Ayam lokal atau lazim dikenal memiliki daya tahan terhadap sejumlah
sebagai ayam buras (bukan ras) serangan penyakit viral meskipun di
memiliki sejumlah sifat ekonomis, lingkungan tropis seperti Indonesia
namun dalam pengembangannya ayam prevalensi penyakit relatif lebih tinggi.
lokal di Indonesia sampai saat ini masih Kondisi ini menyebabkan kinerja
belum ditangani secara serius dan produksi ayam lokal menjadi tidak
kontinu, upaya ke arah seleksi yang optimal.
terarah pada karakteristik fenotipik Beberapa hasil penelitian
tertentu masih sangat terbatas. Hal ini mengungkapkan ayam lokal di
dapat dilihat masih tingginya Indonesia memiliki ketahanan cukup
keragaman sifat-sifat yang dimiliki, tinggi terhadap terhadap serangan
baik sifat-sifat tampilan fisik maupun penyakit viral seperti Avian Influenza
produktivitasnya (Mansjoer, 2003). (AI) dan Newcastle Disease (ND). Sifat
Tingginya keragaman sifat yang antiviral ini diketahui dikontrol oleh gen
dimiliki ayam lokal merupakan potensi Mx (Maeda, 2005; Sulandari, et al.,
dasar dalam pembentukan galur ayam 2010; Pagala, et al., 2013).
lokal asli yang murni dan unggul, Penggunaan teknik molekuler
melalui program seleksi yang dengan memilih genotipe gen kandidat
berkesinambungan dan karakterisasi yang resisten terhadap penyakit tertentu
pada sifat-sifat khas yang menonjol. sebagai Marker Assisted Selection
Ayam Tolaki temasuk dalam (MAS) diharapkan dapat mempercepat
kategori ayam lokal yang memiliki pembentukan jenis ayam lokal resisten
fenotip yang khas selain ayam lokal terhadap beberapa penyakit yang
lainnya seperti: ayam Nunukan, mematikan seperti AI dan ND.
Bangkok, Pelung, Nagrak, Sentul, Salah satu teknik dasar molekuler
Merawang, Merawas, Kedu hitam/putih, untuk mengidentifikasi keberadaan
Kokok Balenggek, Tukong, Kate dan sejumlah gen adalah teknik isolasi
ayam Berugo. Ayam Tolaki termasuk genom dan ekstraksi DNA. Bahan
salah satu dari 31 jenis ayam lokal yang ekstraksi DNA dapat diperoleh dari
memiliki karakteristik penampilan yang bagian tubuh/jasad suatu makhluk hidup
khas (Nataamidjaja dan Dwiyanto, dengan asumsi bahwa DNA terdapat
1994). Ayam Tolaki adalah ayam lokal pada semua bagian tubuh makhluk
asli Sulawesi Tenggara. Ayam ini hidup. Sumber atau asal suatu bahan
memiliki pola warna bulu yang mirip ekstraksi serta metode ekstraksi yang
dengan ayam hutan merah (Gallus digunakan dapat mempengaruhi kualitas
gallus), sehingga ada yang dan kuantitas DNA yang dihasilkan.
menyebutnya sebagai ayam hutan. Berdasarkan hal tersebut, maka
Sampai saat ini ayam Tolaki masih penelitian analisis gen Mx ayam Tolaki
dikelompokkan sebagai ayam aduan, dengan teknik ekstraksi DNA yang
namun sesungguhnya dengan menilik berbeda dilakukan untuk melihat
postur tubuhnya, maka ayam Tolaki efektifitas metode serta kualitas DNA
dapat diarahkan untuk tujuan produksi yang dihasilkan.
daging dan telur. (Pagala dan Nafiu,
2012;Pagala dan Aku, 2010).
Ayam lokal diketahui memiliki
sejumlah sifat ekonomis, diantaranya

2 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014


MATERI DAN METODE NaOH, SDA, natrium asetat, asam
asetat, fenol, etanol absolute, kloroform,
Tempat dan Waktu
isoamil alkohol, dan proteinase K,
Lokasi penelitian bertempat agarose, bromfenolblue, etidium
diLaboratorium Lapang Kandang Bromida, marker DNA leader 100 pb,
Unggas Unit Pembibitan Fakultas Tris-Borat-EDTA, Mgcl2, dNTP, Taq
Peternakan Universitas Halu Oleo. polymerase dan random primer.
Ekstraksi DNA dan amplifikasi DNA Alat yang digunakan mesin
gen Mx dilakukan di Laboratorium PCR, elektroforesis, autoclave, vacuum
Pemuliaan dan Genetika Molekuler tainer, pipet mikro, pipet tip,disposable
Departemen IPTP Fakultas Peternakan glove, sentrifuse, vortex,gelas piala,
IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan magnetic stirrer, tabung eppendorf, alat
April sampai dengan Agustus 2013. thremocycler, lampu UV, kamera
paraloid.
Materi Penelitian
Sampel yang digunakan dalam Metode Penelitian
penelitian ini adalah ayam Tolaki yang
diambil dari beberapa daerah di Ekstraksi DNA dari Sampel Darah
Kabupaten Konawe Selatan Propinsi Sampel darah dalam tabung
Sulawesi Tenggara sebanyak 25 ekor. EDTAdimasukkan ke dalam tabung
Pengambilan sampel darah dan bulu mikro (1.5 ml) lalu ditambahkan dengan
dilakukan pada tahap I (pertama) 1000 µl DW/TE (NaCl 0.2%). Setelah
penelitian, selanjutnya analisis divortex dan didiamkan 5 menit,
laboratorium pada tahap II di kemudian disentrifugasi pada kecepatan
Laboratorium Departemen IPTP 8000 rpm selama 5 menit. Larutan
Fakultas Peternakan IPB. Bahan yang supernatan yang terbentuk dibuang.
digunakan adalah bahan kimia untuk Tahap berikutnya dilakukan
pengambilan sampel darah, ekstraksi penambahan 40 µl SDS 10%, 10 µl
DNA, amplifikasi DNA, gel proteinase K 5 mg/ml, dan 1 x STE
elektroforesis, dan Silver Staining (Sodium Tris EDTA) sebanyak 300 µl.
antara lain : EDTA, Trs, HCL pekat, Larutan selanjutnya dikocok perlahan
potassium aseat, air bebas ion, NaCl, dalam inkubator bersuhu 55 0C selama 2
jam. Kemudian ditambahkan laruatn

3 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014


phenol 400 µl, 400 µl CIAA digunakan atau disimpan pada suhu -20
(Chloroform:Isoamyl alkohol =24 :1), °C untuk digunakan dikemudian hari.
dan 40 µl NaCL 5 M dikocok perlahan
Amplifikasi Ruas Gen Mx dengan
pada suhu ruang selama 1 jam lalu
PCR
disentrifugasi pada kecepatan 12000
rpm selama 5 menit. Sampel DNA diamplifikasi
Larutan bening yang mengandung dengan mesin PCR (Polymerase Chain
DNA dipindahkan sebanyak 400 µl ke Reaction) (Muladno, 2010). Primer
tabung eppendorf 1.5 ml yang baru. spesifik untuk mengamplifikasi gen Mx
Selanjutnya ditambahkan 800 µl EtOH berdasarkan Sironi et al. (2010) adalah
(etanol absolut), dan 40 µl NaCl 5 M. primer foward (5’-GCA CTG TCA
Lalu disimpan dalam freezer selama CCT CTT AAT AGA-3’) dan reverse
semalam. Tahap berikutnya larutan (5’-GTA TTG GTA GGC TTT GTT
disentrifugasi lagi pada kecepatan GA-3’). Amplifikasi DNA dilakukan
12000 rpm selama 5 menit, supernatan pada total volume 25 µl terdiri dari 2 µl
yang terbentuk dibuang lalu didiamkan (10-100 ng) DNA, 15,75 µl air bebas
dalam keadaan terbuka atau dalam ion steril; 2,5 µl 10× buffer tanpa,
desikator sampai alkohol hilang. Tahap meliputi proses denaturasi awal pada
terakhir ditambahkan 100 µl TE 80% suhu 94 ºC selama 4 menit. Tahap II
atau Elution Buffer yang berfungsi dilakukan dengan 30 x siklus, meliputi
sebagai buffer. DNA yang diperoleh denaturasi pada suhu 94 ºC selama 10
lalu disimpan dalam freezer sampai detik, penempelan primerpada suhu 60
akan digunakan. ºC selama 1 menit, pemanjangan
molekul DNA pada suhu 72 ºC selama 2
Ekstraksi DNA dari Sampel Bulu menit. Tahap III dilakukan dengan 1 x
siklus, meliputi pemanjangan akhir
Sampel bulu yang dapat molekul DNA pada suhu 72 ºC selama 7
digunakan merupakan sampel bulu menit. Inkubasi pada 4 °C hingga
utuh,ayam Tolaki yang memiliki bagian digunakan untuk analisis lebih lanjut.
kalamus. Ekstraksi DNA dari sampel
bulu dilakukan menggunakan kit Elektroforesis
ektraksi Phire Animal Tissue Direct Elektroforesis fragmen DNA hasil
PCR Kit (Thermo Fisher Scientific amplifikasi dengan PCR dilakukan
Inc.). Prosedur ektraksi dilakukan menggunakan perangkat elektroforesis
mengikuti petunjuk dari produsen kit pada gel agarosa 2% (0,5 gram/25 ml
sebagai berikut: ± 0.5 cm bagian awal 0,5 X TBE). Perangkat dijalan
(akar/kalamus) bulu dipindahkan menggunakan buffer 0,5 X TBE, pada
kedalam tabung 1.5 ml, kemudian tegangan 100 volt selama 30 menit.
dipotong menjadi beberap bagian kecil. Viasualisasi gel elktroforesis dilakukan
Pada tabung 1.5 ml ditambahkan 20 µl pada perangkat dokumentasi gel Alpha
Dilution Buffer dan 0.5 µl DNA Imager (Alpha Imager).
Release™ Additive.
Campuran dalam tabung diaduk Analisis Data
menggunakan vortex dan kemudian
disentrifugasi. Setelah itu campuran Berdasarkan hasil ekstraksidan
diinkubasi selama 2-5 menit pada suhu amplifikasi DNA selanjutnya dilakukan
ruang dan dilanjutkan selama 2 menit analisis secara kualitatif dengan cara
pada suhu 98 °C. Sampel DNA siap membandingkan tampilan pita DNA

4 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014


yang dihasilkan dari kedua metode
ektraksi DNA dalam gel Teknologi ekstraksi DNA pada
elektroforesis. organisme eukaryot (manusia, hewan,
dan tumbuhan) umumnya dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan beberapa tahapan dasar seperti
degradasi dinding sel, penghilangan
Ekstraksi DNA ayam Tolaki
RNA dan protein serta presipitasi dan
Hasil ekstraksi DNA yang purifikasi DNA.
diperoleh dari ayam Tolaki Prosedur kerja dalam tahapan ekstraksi
menggunakan metode ekstraksi yang ini dapat digunakan untuk ekstraksi dari
berbeda disajikan pada gambar 1 dan berbagai jaringan tubuh, darah, rambut,
gambar 2 feses, tulang, sperma, urine, daun, kayu,
jamur dan sebagainya. Berdasarkan
M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 prinsip dasar ini telah banyak
dikembangkan berbagai teknik ekstraksi
DNA, yang dapat dikelompokkan
kedalam teknologi ekstraksi DNA
konvensional dan teknologi Kit DNA
(Sulandari dan Zein, 2003).
Berdasarkan hasil ekstraksi DNA
ayam Tolaki dengan metode ekstraksi
darah (teknik DNA konvensional) dan
bulu (teknik DNA Kit) memperlihatkan
kualitas DNA yang cukup baik. Seluruh
Keterangan : M = DNA Marker 1 kb sampel DNA terkumpul dengan baik
1,2,3,...= DNA Sampel pada stocking gel. Ekstraksi DNA dari
sampel darah menunjukkan kualitas
Gambar 1. Hasil ektraksi DNA darah DNA sedikit lebih baik jika
ayam Tolaki dibandingkan dengan sampel DNA dari
bulu. Hal ini dapat dilihat pada pita
M 1 2 3 4 5 6 7 8 910 DNA yang lebih tebal dan bersih,
sedangkan pita DNA asal bulu lebih
tipis dan memperlihatkan sebaran pita
sedikti smear. Hasil ekstraksi DNA
berupa tampilan pita DNA pada
stocking gel bermakna bahwa semua
sampel mengandung gen Mx, namun
belum diketahui berapa panjang ukuran
DNA serta genotipe dari gen Mx ini.
Kedua teknik ekstraksi DNA yang
telah diaplikasikan di atas
Keterangan : M = DNA Marker 1 kb memperlihatkan kelebihan dan
1,2,3,...= DNA Sampel kekurangan masing-masing. Teknik
DNA secara konvensional menunjukkan
Gambar 2. Hasil ektraksi DNA hasil yang lebih baik dari teknik DNA
buluayam Tolaki Kit, namun kekurangannya
membutuhkan waktu pengerjaan yang
cukup lama dan tahapan lebih rumit,

5 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014


sedangkan teknik DNA kit prosesnya Tolaki diperoleh informasi bahwa
cukup mudah, cepat dan sederhana, semua sampel ayam Tolaki memiliki
namun untuk menghasilkan kulaitas pita gen Mx pada exon 13 dengan ukuran
DNA yang baik membutuhkan jumlah pita DNA sebesar 299 pb. Produk PCR
sampel yang cukup banyak (Fatchiyah, hasil ekstraksi DNA dari sampel darah
et al., 2011). memperlihatkan kualitas DNA yang
Amplifikasi DNA Ayam Tolaki lebih baik, hal ini dapat dilihat dari
tampilan pita DNA yang lebih tebal
Hasil amplifikasi DNA dengan
dibandingkan pita DNA hasil ekstraksi
PCR ditampilkan pada Gambar 3 dan
Gambar 4 DNA dari sampel bulu yang sedikit
lebih tipis. Meskipun demikian kedua
metode ekstraksi DNA diatas cukup
efektif dan cukup baik digunakan dalam
400 pb mendeteksi keberadaan gen Mx.
Gen Mx adalah gen yang
299 pb
bertanggungjawab terhadap kemampuan
300 pb ayam dalam mempertahankan diri
299 pb
100 pb
terhadap serangan virus flu burung
(Maeda 2005: Sulandari et
al.2011;Sartika, 2010)) dan virus
Newcastle Disease (Pagala et al, 2013).
Ukuran pita DNA gen Mx pada ayam
Tolaki sebesar 299 pb relatif sejalan
Keterangan : M = Marker 1 kb dengan hasil penelitian yang dilaporkan
1,2,3,...= Jumlah sampel oleh Sironi, et al. (2010) yang
menemukan adanya gen Mx pada exon
Gambar 3 Hasil Amplifikasi PCR DNA 13 ayam jenis White Leghorn dan New
sampel darah Ayam Tolaki Hampshire sebesar 300 pb.
Penelitian awal terkait gen Mx
pada ayam sebelumnya telah dilakukan
oleh Ko, et al. (2002) dan Maeda (2005)
yang menunjukkan gen Mx terletak
pada kromosom 1, dengan panjang
fragmen 20.767 pasang basa (pb),
400 pb
terdiri atas 13 exon, 1.115 pb coding
300 pb 299 pb region, dan sisanya 705 asam amino.
Gen Mx cukup efektif digunakan dalam
100 pb
program breeding yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu genetik rumpun
ayam lokal yang tahan terhadap infeksi
Keterangan : M = Marker 1 kb virus avian influenza dan Newcastle
1,2,3,...= Jumlah sampel Disease (Sartika, et al., 2011; Pagala, et
al., 2013)
Gambar 4 Hasil Amplifikasi PCR DNA
sampel bulu Ayam Tolaki KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil amplifikasi Berdasarkan hasil penelitian,
PCR DNA pada sampel darah ayam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Metode ekstraksi darah Pagala, M.A., Muladno, C.Sumantri &
menggunakan teknik DNA S.Murtini. 2013.Association of
konvensional dan metode ekstraksi Mx Gene Genotype with Antiviral
bulu menggunakan teknik DNA and Production Traits in Tolaki
Kitmemperlihatkan kualitas DNA Chicken.J. Poult Sci. 12 (12):
yang cukup baik. 735-739.
2. Hasil ekstraksi DNA menggunakan Pagala MA, dan L.O. Nafiu. 2012.
teknik ekstraksi konvensional Identifikasi molekuler sifat anti
menghasilkan kulaitas DNA yang viral ayam Tolaki melalui deteksi
relatif sedikit lebih baik gen Mx sebagai marka genetik.
dibandingkan menggunakan teknik Agriplus. 23:139-144.
DNA Kit Pagala M.A, dan A.S. Aku. 2010. Studi
3. Melalui ekstraksi DNA dan hasil Sebaran dan Pemetaan Populasi
amplifikasi dengan mesin PCR Ayam Tolaki di Kabupaten
diperoleh DNA gen Mx dengan Kolaka dan Kolaka Utara dalam
panjang ukuran 299 bp. rangka pelestarian plasma nutfah
asli Sulawesi Tenggara. Warta
Untuk mendapatkan validasi hasil Wiptek Volume 18 Edisi Januari
ekstraksi DNA yang lebih akurat 2010.
menggunakan kedua metode ekstraksi SambrookJ., F.Fritsch, & T. Maniatis.
DNA tersebut, maka dibutuhkan jumlah 1989. Molecular Cloning. A
sampel yang lebih banyak dan proses Laboratory Manual 2nd ed. (US) :
optimasi yang lebih lama. Cold Spring Harbor Laboratory
Press.
DAFTAR PUSTAKA Sartika T., S. Sulandari, & MSA. Zein,.
2011. Selection of Mx gene
Fatchiyah, E.L.Aruminingtyas, S. genotype as genetic marker for
Widyarti, S.Rahayu. 2011. Avian Influenza resistance in
Biologi molekuler Prinsip dasar Indonesian native chicken. BMC
analisis. Penerbit Erlangga. Proceed. 2011, 5(Suppl 4):S37.
Jakarta. Sartika, T. 2005. Gen Mx+ sebagai
Maeda. 2005. Polymorphism of Mx penyeleksi resistensi flu burung.
Gene in Asian Indigenous chicken Warta Penelitian dan
population. Seminar Nasional pengembangan pertanian
Tentang Unggas Lokal III: 25 (27).2005.
Agustus 2005. Universitas Schwarz H, O.Harlin, A.Ohnemus,
Diponegoro. Semarang B.Kaspers, & P.Staeheli. 2004.
Mansjoer SS. 2003. Potensi ayam buras Synthesis of IFN-β by virus
di Indonesia. Makalah semiloka infected chicken embryo cells
pengkajian pengembangan demonstrated with spesific
produksi bibit ayam Buras dan antisera and new bioassay. J Interf
Itik, Cisarua Bogor, Tanggal 11 - Cyt Res. 24:179-184.
12 Desember 2003. Sironi, L., P. Ramelli, J.L.Williams, &
Nataamidjaja A.G. dan K. Diwyanto, P.Mariani. 2010. PCR-RFLP
1994. Konservasi Ayam Buras Genotyping Protocol for Chicken
Langka. Proceeding, Koleksi Mx Gene G/A Polymorphism
dan Karakterisasi Plasma Nutfah associated with the S631N
Pertanian, Bogor.

7 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014


Mutation. Genet Mol Res.
9(2):1104-1108.
Staeheli P, R. Grob, E. Meir, J.
Sutcliffe, & O.Haller. 1998.
Influenza-susceptible mice carry
Mx genes with a large deletion or
a nonsense mutation. Mol Cell
Biol. 8(10):4518-4523.
Sulandari S., MSA Zein, D. Astuti, &
T.Sartika. 2009. Genetic
polymorphisms of the chicken
antiviral Mx gene in a variety of
Indonesia indigenous chicken
breeds. J Vet. 10(2): 50-56.
Sulandari, S, dan M.S.A. Zein. 2003.
Panduan Praktis Laboratorium
DNA. Buku. Edisi Pertama.
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian
Biologi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Bogor.
hlmn.125.

8 JITRO VOL.1 NO.1, September 2014

Anda mungkin juga menyukai