Indofood merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terdiversifikasi, antara lain mi instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus, serta minuman. Selain itu, Indofood CBP juga menjalankan kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel maupun karton, untuk mendukung kegiatan usaha utamanya. Didalam teori persaingan dikenal suatu teori dari Michael Proter untuk menganalisis persaingan perusahaan yaitu Porter’s Five Forces Model. Dalam Porter’s Five Forces Model digambarkan bahwa perusahaan bersaing dengan pesaing potensial, yaitu pemain eksisting, pemain baru, pemasok (supplier), pembeli (buyer), dan produsen produk-produk pengganti. Dengan demikian, kita harus mengetahui bahwa ada lima kekuatan yang menentukan karakteristik suatu industri. Analisa terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri melalui Porter’s Five Forces Model dipengaruhi oleh lima kekuatan dalam industri, yaitu hambatan bagi pemain baru (barrier to entry), ancaman dari produk substitusi (threat of substitute), kekuatan daya tawar konsumen (bargaining power of buyers), kekuatan daya tawar pemasok (bargaining power of suppliers), dan tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing competitor). Porter’s Five Forces 1. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry) Tidak cukup banyak perusahaan baru yang bisa masuk ke industri Indofood karena Indofood telah membangun hambatan yang tinggi bagi para migranbaru dalam bisnis ini. Produk Indofood sudah lama melekat sebagai produk unggulan di mata konsumen menjadi salah satu kendala bagi pemain baru untuk bersaing di industri ini. Indofood memiliki skala ekonomi yang besar dan inovasi yang hebat berkelanjutan, mampu menghasilkan diferensiasi produk yang cukup tinggi. Selain itu, Jaringan distribusi yang luas membuat pasar Indofood sulit untuk disaingi. Hambatan bagi pemain baru yang memasuki industri adalah pemain baru membutuhkan investasi yang besar jika ingin memasuki industri yang sudah terpenuhi perusahaan yang sudah memiliki produk yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia seperti produk Indofood. Selain itu, waktu juga menjadi penghalang karena butuh waktu lama untuk masuk dan menjadi pemain besar dalam industri makanan dan minuman di Indonesia dan pemain baru membutuhkan inovasi produk terbaru yang mungkin lebih baik dari produk Indofood. 2. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute) Semakin tinggi selera masyarakat maka semakin tinggi pula tantangan perusahaan untuk meningkatkan hasil dan inovasi pada produknya. Namun ketika permintaan produk menurun, hal itu terjadi ketika orang bosan dan tidak tertarik lagi untuk membelinya dan beralih ke produk pengganti yang dianggap lebih menarik. Hal tersebut menjadi ancaman bagi Indofood. Contohnya adalah produk mie instan Indomie, seiring waktu masyarakat yang awalnya antusias ingin membeli karena rasanya enak namun lama kelamaan masyarakat merasa bosan karena produk tersebut tidak diberikan inovasi baru untuk menarik konsumen kembali dan munculnya. produk pengganti seperti mie instan sehat “Lemonilo” yang menawarkan produk yang serupa. Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah kualitas produk, khususnya produk mie instan. Munculnya isu mengenai kesehatan dari mengonsumsi mie instan, Indofood harus memastikan bahwa mie yang mereka produksi merupakan makanan sehat. 3. Kekuatan daya tawar dari konsumen (bargaining power of buyers) Indofood memproduksi produk-produk berkualitas dengan inovasi dan citra merek yang tinggi. Dengan kualitas yang unggul tersebut membuat daya tawar konsumen tidak terlalu tinggi karena biaya perpindahanproduk yang rendah. Banyak pesaing yang memiliki produk serupa dengan kualitas yang ebrsaing. Namun Indofood tetap menekankan pada cita rasa Nusantara sehingga citra produk dan keunggulannya tetap terjaga. Banyaknya pesaing yang bermunculan membuat Indofood harus mencari solusi yang tepat agar tidak ditinggalkan konsumen. Dengan menjaga kualitas produk dan menjadikan harga lebih murah dari yang lain akan membuat konsumen merasa puas. 4. Kekuatan daya tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers) Kekuatan daya tawar pemasok pada produk Indofood cukup rendah mengingat perusahaan ini memiliki kapitalisasi terbesar di Indonesia. Dalam hubungan dengan pemasok, Indofood menerapkan integrasi vertical dengan PT. Bogasari sebagai pemasok produk bahan baku produksi. Hal ini membuat perusahaan dapat memperoleh harga bahan baku lebih rendah dengan margin yang lebih tinggi ketimbang pesaing. PT. Bogasari tentunya perlu menjaga hubungan dengan Indofood mengingat eksistensi Indofood di dunia industri cunsumer goods. 5. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing competitor) Persaingan pada industry consumer goods sangatlah tinggi. PT. Indofood sebagai market leader memiliki keuntungan tersediri mengingat para pesaing akan mengikuti segala inovasi yang dimiliki Indofood seperti harga, desain produk dan cita rasa. Sebagai contoh pasar mie instan, Indofood memimpin dengan merek andalannya, yaitu Indomie. Kekuatan merek Indomie sudah sangat kuat di masyarakat dimana masyarakat terbiasa menyebut semua jenis mie instan dengan “indomie”. Kompetitor utamanya adalah Mie Sedap yang memiliki kesamaan mengejar ceruk pasar yang sama namun memiliki kekuatan merek yang lebih lemah dibandingkan merek Indomie.