BAB I. PENDAHULUAN*
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN.
1. Pengertian Dasar.
Definisi Manajemen:
1. Perencanaan
(Planning)
2. Pengorganisasian
(Organizing)
Anggota
3. Penyusunan
Manajemen Organisasi
personalia (Staffing)
(Bawahan)
4. Pengarahan
(Directing)
5. Pengawasan
Tujuan
(Controlling)
Organisasi
Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda.
Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas.
2. Berbagai istilah.
Industrial Relations:
3. Aset pembangunan.
4. Sejarah MSDM.
Pada permulaan abad kedua puluhan ini, manusia sudah dianggap sebagai
manusia yang mempunyai perasaan, pikiran dan kebutuhan, manusia tidak
seperti masa sebelumnya dianggap sebagai suatu barang yang dapat
diperlakukan sekehendak hati majikan. Manusia benar-benar dianggap
sebagai sumber daya yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang
manusiawi dan mendapatkan perhatian yang mendalam dari pihak majikan
agar prestasinya selaku sumber daya manusia dapat ditingkatkan.
2. Produktivitas kerja.
3. Kepuasan pekerja.
4. Pengembangan pekerja.
5.Tujuan MSDM.
1. Tujuan organisasional.
2. Tujuan fungsional.
Secara fungsional tujuan MSDM di setiap organisasi harus sesuai dengan
tujuan organisasi yang lebih besar. Pencapaian sasaran pada masing-
masing unit organisasi tidak berlebihan dan tidak terlalu kurang dari
tujuan organisasi secara keseluruhan. Adanya kelebihan atau
kekurangan pencapaian sasaran pada masing-masing unit organisasi tsb.,
menunjukkan adanya pemborosan penggunaan SDM. Oleh karena itu,
setiap unit organisasi yang mengelola atau menggunakan SDM harus
mampu memelihara keseimbangan yang tepat dalam kuantitas maupun
kualitas SDMnya masing-masing dalam mencapai tujuan organisasi, dan
sinkron dengan tujuan organisasi dalam arti luas.
3. Tujuan sosial.
4. Tujuan personal.
6. Aktivitas MSDM.
4. Peninjauan (Orientation).
5. Penempatan (Placement)
7. Pengembangan (Development)
I. Umum.
1. Tujuan konvensional.
2. Tujuan pemerataan.
1. Pemerataan pendapatan.
2. Pemerataan pendidikan.
Selain tujuan-tujuan tsb, masih ada tujuan lain yang sifatnya merupakan
tanggapan pada masalah situasional di suatu negara, misalnya untuk
menggantikan tenaga kerja asing, meningkatkan partisipasi pendidikan
dll. Perencanaan SDM (manpower/tenaga kerja) tidak dapat dilepaskan
dari peranan pemerintah suatu negara dalam melaksanakan
kebijaksanaan ketenagakerjaan.
1. Umum.
Keterangan:
- test psikologi.
- wawancara.
Pada berbagai unit organisasi yang besar, fungsi pengadaan tenaga
kerja ini biasanya didelegasikan kepada para ahli bagian personalia,
sedangkan pada unit organisasi yang kecil, seringkali cukup ditangani
oleh pimpinan unit ybs.
Kualitas tenaga kerja yang bagaimana dan sejumlah berapa orang tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam suatu organisasi, diperlukan adanya analisa
jabatan atau analisa kerja yang akan menentukan permintaan tenaga kerja
yang memenuhi persyaratan (job requirements = syarat-syarat pekerjaan)
untuk mendukung jabatan tsb. Pengisian lowongan kerja tsb dapat
dilakukan dari dalam (internal) atau dari luar (eksternal) perusahaan
untuk dapat mencapai jumlah recruits sesuai persyaratan untuk keperluan
seleksi selanjutnya.
Analisa jabatan.
Untuk melaksanakan penarikan atau seleksi tenaga kerja dengan baik dan
tepat, perlu lebih dulu diketahui keterangan-keterangan yang lengkap
tentang jabatan yang perlu diisi. Pada dasarnya, analisa jabatan (job
analysis) merupakan suatu proses untuk membuat uraian pekerjaan
sedemikian rupa, sehingga dari uraian tsb dapat diperoleh keterangan-
keterangan yang perlu untuk dapat menilai jabatan itu guna suatu
keperluan.
Definisi analisa jabatan pekerjaan oleh William B. Werther dan Keith Davis
dalam bukunya “Human Resources and Personnel Management”:
Penjelasan:
c) Job analysis for setting rates, bertujuan untuk menentukan nilai masing-
masing jabatan dalam suatu organisasi, sehingga dapat ditentukan
tingkat upah masing-masing secara adil.
1. Analisa jabatan harus memberikan semua fakta yang penting yang ada
hubungannya dengan jabatan ybs.
Analisa jabatan.
Nama jabatan:……………….
10) dsbnya.
b) Interview.
d) Kombinasi.
Hal tsb akan merupakan salah satu kunci untuk dapat membuka
“pintu informasi” dengan lebih lebar, sehingga dapat diperoleh
informasi yang diperlukan.
b) Ringkasan jabatan.
g) Kondisi kerja.
a) Identifikasi jabatan:
1. Nama.
2. Kode.
3. Bagian.
b) Persyaratan kerja:
1. Pendidikan.
5. Persyaratan fisik.
6. Status perkawinan.
7. Jenis kelamin.
8. Usia.
9. Kewarganegaraan.
Standar personalia.
Ada 5 (lima) sifat hakiki yang terdapat pada manusia yang dapat
memimpin orang lain dengan berhasil, yaitu:
a) Kebenaran.
b) Kemauan.
d) Pengetahuan.
e) Kesempurnaan watak (hal yang membuat orang lain hormat dan
percaya).
a) Peramalan kebutuhan.
1. Ramalan penjualan.
3) Persaingan.
Penjelasan:
Rumus:
TA = Hari kerja yang hilang : (Hari karyawan bekerja + Hari karyawan tidak
bekerja)
f) Kondisi kerja.
2. Perputaran karyawan (“Turnover”).
Perputaran (turnover) karyawan adalah aliran para karyawan yang masuk dan
keluar organisasi (perusahaan), yang merupakan petunjuk kestabilan
karyawan. Makin tinggi turnover berarti makin tinggi atau makin sering
terjadi pergantian (keluar/masuk) karyawan, yang berarti makin besar
kerugian organisasi (perusahaan) ybs.
Turnover yang tinggi pada suatu bidang dalam suatu organisasi, menunjukkan
bahwa bidang tsb perlu diperbaiki kondisi kerjanya atau cara pembinaannya.
Contoh: Suatu perusahaan memiliki rata-rata 800 tenaga kerja/bulan, di mana
selama itu terjadi 16 x karyawan keluar (“accession”) dan 24 x pemecatan
(“separation”).
Tenaga kerja yang diperlukan suatu organisasi diperoleh dari 2 (dua) sumber,
yakni: sumber dari dalam organisasi dan sumber dari luar organisasi.
Hal ini berarti untuk mengisi kekosongan jabatan dalam suatu organisasi
digunakan tenaga dari dalam organisasi itu sendiri (sumber intern).
Pertimbangan yang dikemukakan mengapa pengambilan tenaga kerja dari
dalam perusahaan/organisasi itu sendiri ialah:
1) Karena tenaga kerja tsb telah diketahui sifat, pribadi dan kecakapannya.
Hal inilah yang sering disebut dengan “the promotion from within” yang
berarti suatu kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi
pada jabatan yang baru berdasarkan prestasi sebelumnya yang sudah
ditunjukkan.
Keadaan ini yang memungkinkan terciptanya “The right man on the right
place”.
Bila berdasarkan jasanya, maka yang lebih seniorlah yang harus dipilih.
Bila yang senior yang dipilih, maka belum tentu yang senior akan lebih
baik dan bermutu dari yang yunior.
Bila berdasarkan prestasi, maka harus seobyektif mungkin jangan sampai
pilih kasih atau atas dasar emosi.
- Organisasi harus mempunyai data yang lengkap dan benar, baik tentang
semua jabatan yang ada, maupun tentang karyawan atau pejabat-pejabat
dalam organisasi ybs.
Apabila sumber dari dalam belum cukup, atau sudah tidak mungkin lagi,
maka langkah lain untuk menarik tenaga kerja ialah dari sumber di luar
organisasi (sumber ekstern) yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan
yang telah ditentukan.
Sumber tenaga kerja dari luar organisasi yang dapat dimanfaatkan a.l.:
3. Lembaga pendidikan.
b) Badan swasta.
5. Iklan/advertensi.
6. Sumber-sumber lain.
Seleksi adalah pemilihan tenaga kerja yang sudah tersedia. Tujuan seleksi adalah
untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat dan memiliki kualifikasi
(kecakapan) yang sesuai dengan deskripsi (uraian) jabatan yang ada dan/atau sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
Setelah seleksi berhasil menetapkan jumlah tenaga kerja disertai dengan kualitas yang
sesuai, maka perlu langkah “orientasi” (peninjauan) atau “induksi” (penempatan) bagi
tenaga kerja yang diterima sebagai karyawan/pegawai baru dari organisasi ybs.
Pada bagan tsb, proses seleksi tergantung pada 3 (tiga) masukan yang akan sangat
menentukan efektivitas proses seleksi, yaitu:
Proses seleksi memberikan penilaian akan sifat-sifat, watak serta kemampuan para
pelamar secara tepat, teliti dan lengkap. Sifat, watak serta kemampuan yang
dibutuhkan untuk dapat memenuhi ketentuan-ketentuan dalam deskripsi jabatan
(job description), harus sejauh mungkin tercermin atau ada pada diri para
pelamar. Ini berarti pula bahwa tenaga kerja yang diterima adalah pelamar yang
memenuhi syarat-syarat yang tergambar dalam spesifikasi jabatan (job
specification).
c. Umur. h. Bakat.
e. Pendidikan. j. Karakter.
a. Technical skill: merupakan jenis keahlian yang utama yang harus dimiliki oleh
para pegawai pelaksana.
b. Human skill: merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang akan
memimpin beberapa orang bawahan atau lebih.
c. Conceptual skill: merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh mereka yang
akan memangku jabatan pucuk pimpinan, sebagai figur yang harus mampu
mengkoordinir aktivitas-aktivitas utama dalam organisasi dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Umur. Perhatian dalam proses seleksi juga tertuju pada masalah “umur”
pelamar. Usia muda dan usia “lanjut” tidak menjamin diterima dan tidaknya
seorang pelamar. Mereka yang berusia “lanjut”, tenaga fisiknya relatif terbatas,
meskipun mereka pada umumnya banyak pengalaman, karena pengalaman juga
berkaitan erat dengan umur. Sebaliknya mereka yang berusia muda, mungkin
memiliki vitalitas fisik yang cukup baik, tetapi “labour turnover” mereka relatif
lebih besar, dan umumnya rasa tanggung jawabnya relatif agak kurang,
dibanding yang berusia “agak lanjut”. Oleh karena itu yang terbaik adalah
pelamar-pelamar yang berusia sedang, atau lebih kurang 30 tahun, dengan
kualitas-kualitas yang disesuaikan dengan keperluan organisasi ybs. Pada
umumnya suatu perusahaan menolak mempekerjakan mereka yang sudah
berusia “lanjut”, karena alasan-alasan sbb:
d. Sering mangkir.
e. Sering sakit atau relatif kurang sehat dibandingkan dengan yang berusia muda.
Hal tersebut bertolak belakang dengan hasil survai di Amerika Serikat terhadap
mereka yang berusia lanjut, ternyata 93 % pegawai yang berusia lanjut
produktivitasnya sama baiknya dengan pegawai yang berusia muda. Oleh karena
itu belum tentu mereka yang berusia lanjut kurang produktif dibanding yang
berusia muda. Mereka yang berusia lanjut umumnya lebih bertanggung jawab,
lebih disiplin, lebih tertib, lebih teliti, lebih berhati-hati, lebih bermoral dan lebih
berbakti daripada yang berusia muda.
Jenis kelamin. Pada abad ini memang terbuka lebar kesempatan tenaga kerja,
baik pria maupun wanita, untuk berbagai jabatan. Jabatan-jabatan tsb ada yang
memang dikhususkan untuk pria, ada juga yang khusus untuk wanita, tetapi
banyak juga yang terbuka untuk kedua jenis kelamin tsb. Dalam hal tsb, maka
perlu penanggung jawab sumber daya manusia dalam masing-masing organisasi
ybs, memperhatikan perundang-undangan sosial yang berlaku. Sebagai contoh,
perundang-undangan sosial melarang setiap perusahaan mempekerjakan wanita
di pertambangan, wanita tidak boleh dipekerjakan pada malam hari, kecuali
perawat kesehatan di rumah sakit.
Keadaan fisik. Kondisi fisik seorang pelamar kerja turut memegang peranan
penting dalam proses seleksi, karena bagaimanapun juga suatu organisasi secara
optimal akan senantiasa ingin memperoleh tenaga kerja yang:
Bagi pelamar yang memiliki keadaan fisik yang baik, jelas lebih beruntung dalam
proses seleksi, tentunya dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang lain.
Bakat. Bakat atau “aptitude” seorang calon/pelamar turut pula sebagai kunci
sukses dalam proses seleksi. Bakat ini dapat tampak pada tes-tes, baik fisik
maupun psikologis. Dengan tes-tes tsb dapat diketahui bakat-bakat yang
tersembunyi, yang pada suatu saat dapat dikembangkan. Dalam proses seleksi,
yang lebih ditonjolkan memang bakat yang nyata, tetapi bakat yang tersembunyi
tetap mendapat perhatian.
a. Periang. d. Pemarah.
Meskipun semua kualifikasi itu penting, namun tetap harus dicatat bahwa tidak
seluruh kualifikasi tsb harus dimiliki seorang pelamar atau calon pegawai.
Kualifikasi itu memang sangat tergantung pada “job specification” dari jabatan
tertentu, berarti pula tergantung pada jabatan yang lowong dan perlu diisi.
Seleksi merupakan “pemilihan tenaga kerja yang telah tersedia”. Tujuan seleksi
adalah mencari tenaga kerja yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
organisasi. Ada 2 (dua) metode/cara seleksi yang umum dipergunakan dalam
mengadakan pemilihan (Manullang,1982), yaitu:
Kedua cara ini dipakai di berbagai negara, tetapi di negara-negara maju pada
umumnya sudah banyak menggunakan cara seleksi berdasarkan ilmu pengetahuan
(ilmiah), sedangkan di negara-negara berkembang masih banyak menggunakan
cara non ilmiah, meskipun cara ilmiah juga mulai digunakan. Kedua cara tsb pada
umumnya menggunakan pula wawancara (interview), untuk mengetahui tepat
tidaknya seorang calon tenaga kerja/karyawan menempati jabatan tertentu.
Cara ilmiah. Cara seleksi berdasarkan ilmu pengetauan (cara ilmiah) adalah cara
seleksi berdasarkan data yang diperoleh dari job specification, sehingga
persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam job specification harus dapat
dipenuhi oleh calon karyawan, agar benar-benar sesuai dengan keinginan
organisasi. Di samping itu data yang bersifat non ilmiah berikut ini juga masih
dipertimbangkan dalam proses seleksi ilmiah:
d. Wawancara langsung.
Ke lima sumber data tsb masih terdapat banyak kelemahannya, yakni tercapainya
obyektivitas yang prima daripadanya belum tentu dapat diandalkan. Cara seleksi
berdasarkan ilmu pengetahuan ini pada umumnya sudah diberikan di negara-
negara maju misalnya negara-negara di daratan Eropa ataupun Amerika Serikat,
dsb.
Cara non ilmiah. Cara seleksi ini pada umumnya banyak digunakan di negara-
negara berkembang seperti di negara kita sendiri. Bahan pertimbangan cara
seleksi non ilmiah pada umumnya adalah data-data mulai dari surat lamaran
sampai dengan referensi/rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya. Cara non
ilmiah ini di samping didasarkan pada 5 data ( dari surat lamaran s.d.
referensi/rekomendasi) tsb, sering ditambah dengan faktor-faktor lain misalnya:
Interview. Interview atau wawancara lazim digunakan dalam proses seleksi calon
pegawai atau calon karyawan. Kenyataan menunjukkan bahwa di negara mana
saja, termasuk Indonesia, pelaksanaan wawancara dalam penerimaan tenaga kerja
baru, tidak dapat dihindarkan, meskipun hasil wawancara itu sendiri belum tentu
merupakan faktor utama dalam penentuan diterima tidaknya seorang pelamar.
6. Orientasi.
Obyek orientasi. Setelah pelamar dapat diterima sebagai karyawan baru dalam
perusahaan/organisasi, maka karyawan baru perlu melaksanakan program
orientasi. Program orientasi dengan obyek orientasi yang berupa lingkungan baru
yang perlu diketahui oleh karyawan baru tsb, dapat dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Kondisi kerja.
4. Program pelayanan.
5. Deskripsi jabatan/pekerjaannya.
4. Tenaga kerja baru akan lebih senang bekerja pada organisasi dan
memungkinkan berkurangnya “turnover” karyawan, dsb.
1. Pendahuluan.
Arti pengembangan.
Latihan dan pendidikan ini dilaksanakan baik untuk karyawan baru (agar dapat
menjalankan tugas-tugas baru yang dibebankan) maupun untuk karyawan lama
(untuk meningkatkan mutu pelaksanaan tugas sekarang maupun masa datang).
Dengan demikian program latihan dan pendidikan karyawan dalam
organisasi/perusahaan sangat penting untuk memajukan organisasi/perusahaan
ybs, lebih lagi bila pengetahuan dan teknologi makin berkembang dengan pesat.
Pada dasarnya latihan dan pendidikan merupakan proses yang berlanjut dan
bukan proses sesaat. Munculnya kondisi-kondisi baru, sangat mendorong
pimpinan organisasi/perusahaan untuk terus memperhatikan dan menyusun
program-program latihan dan pendidikan yang kontinyu serta semantap mungkin.
Tujuan pengembangan.
b. Keterampilan karyawan.
-Diskusi kasus,
business games
(permainan
perdagangan) ,
project study
(mempelajari
proyek), consulting
project (proyek
pemberian nasehat)
,role playing
(permainan peran).
-Games sensitivity
training (pelatihan
permainan
kepekaan).
pengembangan.
Isi program
Penilaian dan
identifikasi Sasaran-sasaran
kebutuhan- dan pengembangan
kebutuhan
Prinsip-
prinsip belajar
Keterangan:
- Pendidikan.
Technical skills
Conceptual skills
Keterangan gambar:
Evaluasi (penilaian).
Evaluasi terhadap pelaksanaan program latihan dan pendidikan
(pengembangan) sangat penting dilaksanakan, sebab pada dasarnya
implementasi (pelaksanaan) program latihan dan pengembangan tsb
berfungsi sebagai proses transformasi (perubahan) yang perlu ditelaah hasil
pencapaiannya. Para karyawan yang tidak terlatih, diubah menjadi
karyawan-karyawan yang berkemampuan, sehingga dapat diberi tanggung
jawab lebih besar. Untuk menilai keberhasilan program latihan dan
pengembangan tsb, perlu diadakan evaluasi (penilaian) yang sistematis
(teratur) dan tepat.
3. Tujuan pengembangan.
Aspek organisasi.
4. Faedah pengembangan.
b) Pengurangan pemborosan.
i) Mengurangi kecelakaan-kecelakaan.
j) Memperbaiki komunikasi.
c) Motivation (dorongan).
6. Metode latihan.
b. Apprenticeship (magang).
b. Coaching (pelatihan).
g. Bacaan selektif.
a. Kursus-kursus.
b. Role playing (permainan peran).
c. Simulasi (meniru, pekerjaan tiruan, gambaran tiruan).
d. Sensitivity training (pelatihan kepekaan).
e. Latihan.
f. Special meeting (pertemuan khusus).
g. Multiple management (bermacam-macam manajemen).
1) Jalur promosi.
3) Kecakapan kerja dan senioritas dsb yang relevan dengan maksud dan
tujuan promosi jabatan.
Prinsip “orang yang tepat pada jabatan yang tepat” dengan jalan
pemindahan atau jalan yang lain akan membawa hasil yang baik bagi
organisasi dan petugas ybs.
Suatu promosi penting untuk meningkatkan motivasi seorang petugas dalam
suatu organisasi. Pemberian promosi harus bertitik tolak untuk
kepentingan organisasi dan bukan untuk kepentingan pribadi seorang
petugas.
1. Jalur promosi.
Jalur promosi ialah suatu chart (peta) yang menunjukkan jalur atau jalan
kenaikan suatu jabatan dalam suatu organisasi. Contoh: jalur promosi
suatu perusahaan industri besar di bidang manajemen personalia. Dari
peta tsb dapat terlihat suatu jalur promosi dalam bidang manajemen
personalia untuk perusahaan besar yang terbagi menjadi 2 (dua) jalur,
sbb:
2. Dasar-dasar promosi.
2 (dua) dasar untuk mempromosikan seseorang, yaitu:
b) Senioritas.
4. Penurunan (demotion).
Promosi x Demotion.
5. Pemindahan.
Suatu organisasi yang cukup besar perlu memiliki pola dasar promosi,
demotion, dan pemindahan yang jelas atas anggota-anggotanya. Untuk
keperluan itu perlu adanya hal-hal sbb (Manullang, 1982):
2.Perencanaan karier.
a) Pendidikan formalnya.
b) Pengalaman kerjanya.
c) Sikap atasannya.
d) Prestasi kerjanya.
e) Bobot pekerjaannya.
3.Pengembangan karier.
Titik sentral untuk memungkinkan meniti jalur karier tsb pada dasarnya
terletak pada 2 (dua) hal:
a) Kemampuan intelektual.
Kedua hal tsb perlu senantiasa dibina oleh setiap karyawan/anggota organisasi
terutama yang potensial bila ingin maju dalam kariernya.
Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling berkaitan.
Seseorang dijenjang karierkan untuk menunjang kepentingan dan/atau tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Penjelasan:
1) Sifat tugas.
2) Beban tugas.
Suatu organisasi harus memiliki tujuan yang jelas. Perumusan tujuan yang
jelas harus didasarkan pada pengamatan dan perencanaan yang cermat dan
mantap, sebab dari tujuan organisasi tsb akan dapat ditentukan:
2) Analisa jabatan.
5) Seleksi.
6) Orientasi (peninjauan).
c) Jabatan struktural.
Penjelasan:
Jabatan pokok ialah jabatan yang fungsi dan tugas pokoknya adalah
menunjang langsung tercapainya sasaran pokok organisasi, misal: Dalam
suatu lembaga pendidikan, jabatan pokok adalah bidang jabatan yang
menangani operasi pendidikan dan pengajaran; dalam organisasi
perusahaan adalah bidang jabatan yang menangani produksi dan
pemasaran, dsb. Jabatan pokok tsb seyogyanya ditempati oleh orang2 yang
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sesuai/searah.
Pola jalur karier bertahap ialah suatu pola yang menunjukkan urutan
berjenjang dan bertahap dari jabatan2 dalam struktur organisasi yang
membentuk karier seseorang. Urutan jabatan yang berjenjang dan
bertahap harus ditempuh oleh seorang karyawan/anggota organisasi dalam
meniti kariernya. Latar belakang pendidikan dan pengalaman tugas
masing2 individu yang bertekad meniti karier sangat diperhatikan.
c) Jabatan struktural.
Kurun waktu jabatan seseorang atau masa jabatan seseorang dalam suatu
organisasi sebaiknya ditentukan secara tegas dan tepat, sehingga akan
memberi efek psikologis yang positif terhadap pemangku jabatan ybs.
Penjelasan:
Akibat2 yang mungkin timbul dari masa jabatan seseorang yang terlalu
lama dalam suatu organisasi a.l:
2) Sikap pasif (tidak giat) dan apatis (tak acuh) serta mundurnya
motivasi (dorongan) dan inisiatif (prakarsa) dalam bekerja.
1. Informasi.
a) Ceramah2.
b) Pidato pengarahan.
c) Edaran2.
b. Analisa jabatan,
a) Prestasi kerja.
c) Permintaan berhenti.
d) Kesetiaan organisasional.
Dengan adanya perencanaan karier yang jelas dan mantap, akan dapat
mendorong para karyawan secara individual maupun kelompok untuk
menggali kemampuan masing2 agar dapat mencapai sasaran2 karier
yang diinginkan.
d) Mendorong pertumbuhan.
e) Mengurangi penimbunan.
1. Umum.
Semua jenis perangsang yang dapat dinilai dengan uang termasuk ke dalam
jenis motivasi yang material incentive, dan semua jenis perangsang/dorongan
yang tidak dapat dinilai dengan uang termasuk dalam jenis motivasi yang non
material incentive. Motivasi yang berupa non material incentive (perangsang
non material) meliputi:
2. Latihan sistematik.
Penjelasan:
2. Latihan sistematik.
a) Kegairahan bekerja.
b) Menaikkan penghasilannya.
Pegawai yang sehat lebih produktif dari pegawai yang kurang sehat.
Setiap pimpinan atau setiap orang yang bekerja dengan bantuan orang lain
dalam suatu organisasi harus mengetahui dan memiliki dengan sebaik-
baiknya teknik-teknik untuk dapat memelihara prestasi dan kepuasan kerja
karyawan, antara lain memberikan motivasi (dorongan) kepada
bawahannya agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai aturan dan
pengarahan.
Model motivasi:
a) Model tradisional.
c) Model SDM.
Penjelasan:
a) Model tradisional.
Secara tradisional para manajer mendorong (memotivasi) tenaga kerja
dengan cara memberikan imbalan berupa upah/gaji yang makin
meningkat, artinya apabila tenaga kerja rajin bekerja dan aktif, upahnya
akan dinaikkan. Pandangan ini menganggap bahwa pada dasarnya para
karyawan adalah malas, dan dapat didorong kembali hanya dengan
imbalan uang, tetapi para manajer makin lama makin mengurangi
jumlah imbalan tsb.
Model ini timbul, karena kritikan dari para ahli (Argyris, Mc.Gregor,
Maslow, dan Libert) terhadap model hubungan manusiawi sebagai model
yang hanya menyalahgunakan para karyawan dengan cara lebih canggih
(sophisticated). Para ahli berpendapat bahwa motivasi karyawan tidak
hanya pada upah atau kepuasan kerja, tetapi beranekaragam. Motivasi
yang penting bagi karyawan menurut model SDM adalah:
pengembangan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan
organisasi dan anggota organisasi, di mana setiap karyawan
menyumbang sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya.
I. Umum.
Kepemimpinan harus melekat pada seorang manajer, karena kepemimpinan
(leadership) merupakan inti dari manajemen, sedangkan inti dari
kepemimpinan adalah human relation (hubungan antar manusia), sehingga
baik buruknya manajemen tergantung pada baik buruknya kepemimpinan.
Baik buruknya kepemimpinan tsb sangat tergantung kepada baik buruknya
human relation dari pemimpin-pemimpin/manajer-manajer yang
menjalankan kepemimpinan tsb. Sukses tidaknya suatu organisasi sebagian
besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-
orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi. Seorang pemimpin
yang baik adalah seseorang yang tidak melaksanakan sendiri tindakan yang
bersifat operasional, tetapi mengambil keputusan, menentukan
kebijaksanaan dan menyerahkan kepada orang lain untuk melaksanakan
keputusan yang telah diambil sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
digariskan.
- Pengertian pemimpin.
- Pengertian kepemimpinan.
c) Ingin tahu.
d) Kemampuan analitis.
f) Kapabilitas integratif.
Dengan adanya fungsi yang berbeda-beda, spesialisasi yang makin
beranekaragam dan kepentingan yang berbeda-beda pula, maka
“kapabilitas integratif” (kemampuan yang mencakup berbagai aspek)
menjadi sangat penting artinya, karena hanya dengan kapabilitas
integratif, administrasi dan organisasi dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan yang bulat ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
g) Keterampilan berkomunikasi.
h) Keterampilan mendidik.
l) Sense of timing.
Seorang pemimpin harus mengetahui saat yang tepat atau tidak tepat
untuk bertindak. Pengetahuan tsb penting untuk tujuan alokasi
sumberdaya dan pertimbangan-pertimbangan psikologis.
o) Kesederhanaan.
Syarat mutlak (conditio sine qua non) bagi seorang pemimpin adalah
memiliki kesederhanaan dan kewajaran dalam cara hidup, cara bekerja,
dan cara bertindak (tidak berbelit-belit).
p) Keberanian.
q) Kemampuan mendengar.
s) Ketegasan.
Seorang pemimpin harus memiliki ketegasan dalam menghadapi
bawahan dan ketidaktentuan untuk menjamin stabilitas organisasi,
meskipun dihadapkan kepada masa depan yang kurang diketahui
sifatnya.
2. Wewenang kepemimpinan.
1. Sifat kepemimpinan.
d) Motivasi pribadi.
e) Kemahiran berkomunikasi.
f) Kecakapan mengajar.
g) Kecakapan sosial.
h) Kemampuan teknis.
2. Gaya kepemimpinan.
a) Tipe pribadi.
c) Tipe otoriter.
d) Tipe demokratis.
e) Tipe paternalistis.
a) Masalah komunikasi.
Penyebab konflik ini karena salah pengertian yang berkenaan dengan
kalimat, bahasa yang kurang atau sulit dimengerti, informasi yang mendua
dan tidak lengkap serta gaya individu yang tidak konsisten.
c) Masalah pribadi.
1) Pandangan tradisional.
Konflik merupakan hal yang tak diinginkan dan berbahaya bagi suatu
organisasi. Bagi yang berpandangan tradisional ini menganggap kalau
terjadi konflik, pasti terjadi sesuatu yang tidak beres dalam organisasi.
Ketidakberesan dalam organisasi ini harus segera diperbaiki, sehingga
fungsi-fungsi dalam organisasi dapat berjalan dan terintegrasi kembali
secara baik.
2) Pandangan perilaku.
3) Pandangan interaksi.
c) Konflik lini-staf, yaitu konflik antara lini dan staf, misal: adanya
perbedaan pendapat antara personalia lini dan personalia staf.
Di antara 4 (empat) konflik tsb, konflik lini dan staf merupakan konflik
yang sering terjadi dalam suatu organisasi.
Konflik lini-staf.
Perbedaan pandangan.
Para anggota staf sering lebih dekat dengan manajer puncak dibanding
orang-orang lini, sehingga dapat mengambil keuntungan atas posisi
mereka.
Konflik lini dan staf sebenarnya tidak perlu terjadi apabila masing-masing
pihak (lini dan staf) benar-benar menghayati tugas pokok masing-masing,
dan memahami bahwa melaksanakan tugas dalam satu organisasi secara
kompak sangat diperlukan, karena setiap kegiatan dalam organisasi
merupakan sub-sistem sub-sistem yang bergerak terpadu.
Metode ini berkaitan dengan kegiatan para manajer yang dapat secara
langsung mempengaruhi pihak-pihak yang saling bertentangan,
misalnya melalui perubahan dalam struktur organisasi, mekanisme
koordinasi, dsbnya.
Kegiatan2
Serikat Kegiatan2
Karyawan Manajemen
Kesempatan2 Karyawan
Dari bagan tsb dapat dilihat bahwa peranan pemerintah cukup penting
sebagai jaminan yang kuat untuk terhindarnya konflik yang
berkepanjangan antara pihak manajemen dan pihak serikat karyawan
bila terjadi. Dengan demikian pelanggaran hukum yang dilakukan atau
mungkin akan dilakukan oleh masing-masing pihak dapat dicegah atau
diatasi oleh pihak pemerintah.
Landasan pertimbangan.
a) Business unionism.
b) Social unionism.
Social unionism yakni bila misi serikat karyawan tsb bertujuan pada
kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial, ekonomi dan politik yang lebih
luas.
- Promosi.
d) Peranan pemerintah.
b) Tahap perundingan.
c) Tahap lanjutan/administrasi.
d) Kualitas SDM yang kita miliki dan yang ada di pasaran tenaga kerja.
Ketentuan-ketentuan standar.
3) Sasaran-sasaran apa saja pada tiap bagian yang ingin dicapai dan
bagaimana keterkaitan antara bagian-bagian tsb, sehingga secara sistematis
sasaran organisasi dapat dicapai.
4) Bagaimana pola karier dari para karyawan dalam organisasi, yang akan
berpengaruh pada upaya karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja, dsb.
Hal-hal tsb perlu diketahui oleh para karyawan, sehingga akan memperlancar
pelaksanaan pengendalian aktivitas dalam organisasi/perusahaan.
Pendekatan teknis.
c) Pendekatan statistik.
d) Pendekatan kepatuhan.
b) Daftar isi.
f) Tubuh laporan berisi data, fakta, pandangan serta alasan yang merupakan
dasar kesimpulan dan saran.
g) Sumber data.
- Laporan tsb harus jelas menerangkan ruang lingkup dan tujuan audit,
lengkap tetapi cukup ringkas serta tidak memihak, dengan disertai
kesimpulan serta saran-saran yang obyektif.
- Suatu laporan audit yang baik dan obyektif sangat bermanfaat untuk dapat
dipakai sebagai pedoman pengambilan kebijaksanaan tertentu.
B. Alasan pemberhentian.
Penjelasan:
B. Alasan pemberhentian.
a.1. Tidak cakap dalam masa percobaan. Dalam masa percobaan yang
waktunya paling lama 3 bulan, seorang karyawan atau pegawai
dapat diberhentikan seketika dengan tanpa memperhatikan
tenggang waktu satu bulan. Pada umumnya alasan pemberhentian
karyawan dalam masa percobaan tsb adalah karena ketidakcakapan
karyawan ybs dalam melaksanakan tugas yang dibebankan.
Pemberhentian dalam masa percobaan tsb, tidak memberi hak
kepada karyawan ybs untuk menuntut ganti rugi berupa pesangon
dan/atau uang jasa kepada perusahaan. Demikian pula perusahaan
tidak wajib untuk memberikan pesangon dan/atau uang jasa kepada
karyawan ybs.
b.3. Menolak pimpinan baru. Apabila karyawan tidak cocok dan tidak
sehati dengan sepak terjang pimpinan barunya, dapat saja
menimbulkan stress yang tidak menguntungkan dirinya, sehingga
karyawan dapat minta berhenti dengan hak pesangon, balas jasa
atau lainnya.
d. Masa kerja lebih dari 3 tahun dan seterusnya, uang pesangonnya adalah
4 bulan upah bruto.
Uang jasa. Demikian halnya dengan uang jasa, tidak setiap pemutusan
hubungan kerja berakibat adanya pemberian uang jasa bagi karyawan ybs.
Adapun contoh besarnya uang jasa adalah sbb:
Uang ganti rugi. Suatu pemberian uang ganti rugi antara lain untuk
keperluan-keperluan sbb:
d. Ganti rugi karena akibat kecelakaan, meninggal dunia karena tugas dll
semacam itu.
b. Kondisi fisik dan mental. Pegawai yang sakit-sakitan secara fisik atau
mental dapat diberhentikan sebagai pegawai negeri berdasarkan ketentuan
penilaian kesehatan yang sah. Pemberhentian tsb diberikan hak pensiun
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Pemensiunan pegawai.
b. Dibiayai oleh perusahaan. Dana pensiun dapat pula diperoleh dari potongan
keuntungan perusahaan yang dimasukkan ke dalam “dana jaminan hari
tua”. Dengan demikian perusahaanlah yang bertanggung jawab atas
pemberian jaminan hari tua kepada anak buah atau pegawainya. Dapat
pula dilakukan variasi dengan menambah dana jaminan hari tua tsb dengan
potongan gaji pegawai ybs.
c. Dibiayai bersama kedua pihak. Merupakan gabungan kedua cara tsb. Cara
ini hampir sama dengan variasi cara kedua tsb.
c. Menepati proses alamiah. Secara alamiah usia pegawai makin lama makin
lanjut, tetapi daya kemampuan fisik dan mental rohani makin menurun,
sehingga kalau tetap dibebani tugas mungkin akan “menyiksa” dirinya. Di
sinilah perlunya program pemensiunan diterapkan secara “manusiawi”.
- ks -