KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta dukungan kerja sama dari semua pihak terkait di
lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya, sehingga
penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya Triwulan III Tahun 2022 ini dapat terlaksana dengan baik.
LKj Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya Triwulan III tahun 2022 ini disusun dalam
rangka memenuhi Peraturan Presiden (Perpres) nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang merupakan wujud
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan
kepada Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya dalam kurun waktu Juli– September
2022.
Selain itu, laporan ini disusun sebagai sarana pengendalian dan penilaian kinerja
dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih (good
governance and clean government), serta sebagai umpan balik dalam perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan ke depan.
Semoga laporan ini dapat menjadi tolak ukur dan memberikan umpan balik bagi
peningkatan kinerja bagi Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya, serta menjadi
motivasi untuk meningkatkan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan
di masa mendatang.
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya Triwulan (LKj TW) III tahun
2022 merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden (Perpres) nomor 29 tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya telah menetapkan peta strategis tahun 2022
dengan 7 Sasaran Strategis (SS) dan 14 Indikator Kinerja Utama (IKU). tahun 2022,
capaian nilai per sasaran strategis Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya adalah
sebagai berikut:
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................vii
iv
diterbitkan (lembaga) ................................................32
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Usulan Target Pra Sehatkan Tahun 2022 ....................................................... 51
2. Perizinan Usaha Perikanan Budidaya yang Diterbitkan ................................... 54
3. Unit Pembudidayaan Ikan yang mendapatkan Sertifikas Cara Budidaya
Ikan yang Baik ................................................................................................. 57
i
BAB I. PENDAHULUAN
8
Kinerja (LKj) sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) maupun
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. LKj juga merupakan sarana
untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga prinsip pemerintahan yang bersih dan
bertanggung jawab (good governance) dapat diwujudkan.
10
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya.
Jumlah pegawai Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya sampai dengan 31
Maret 2020 adalah 53 orang yang terdiri dari pegawai PNS sejumlah 43 orang,
pegawai CPNS sejumlah 3 orang dan tenaga kontrak sejumlah 7 orang. 53 pegawai
tersebut tersebar pada 5 kelompok dengan komposisi sebagai berikut: Kelompok Ikan
Konsumsi sejumlah 13 orang (22,64%); (ii) Kelompok Ikan Hias sejumlah 9 orang
(16,98%); (iii) Kelompok Pengembangan Usaha sejumlah 9 orang (16,98%); dan (iv)
Pelayanan Usaha sejumlah 10 orang (18,86%); dan (v) Kelompok Tata Usaha
sejumlah 12 orang (22,64%).
Tabel 1. Jumlah Pegawai Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya.
Jumlah Pegawai
No. Unit Kerja %
(orang)
1. Kelompok Ikan Konsumsi 13 22,64
2. Kelompok Ikan Hias 9 16,98
3. Kelompok Pengembangan Usaha 9 16,98
4. Kelompok Pelayanan Usaha 10 18,86
5. Sub Koordinator Tata Usaha 12 22,64
Jumlah 53 100
Jumlah Pegawai
No. Tingkat Pendidikan %
(orang)
1. Doktor (S3) 1 1,89
2. Magister (S2) 22 41,5
3. Sarjana (S1/D4) 20 37,73
4. Diploma (D3) 3 5,67
5. SLTA/ DI /D2 6 11,32
6. Di bawah SLTA 1 1,89
11
Jumlah 53
Ditinjau dari aspek ekonomi, dan sosial perikanan budi daya merupakan salah
satu subsektor yang mempunyai potensi dan peran strategis sebagai alternatif untuk
12
peningkatan perkonomian nasional, kesejahteraan sosial dan ketahanan pangan
nasional. Potensi produksi perikanan budi daya di Indonesia diestimasi mencapai 100
juta ton/tahun dengan nilai produksi mencapai 251 miliar US Dolar (Dahuri 2018).
Pengembangan perikanan budi daya diestimasi akan menciptakan lapangan
pekerjaan sebesar 15 juta orang pada tahun 2030, apabila kebijakan peningkatan
produksi yang berorientasi ekspor dan domestik diimplementasikan secara tepat dan
berkelanjutan di Indonesia. Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, sektor
perikanan budi daya mempunyai peran yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan dalam Sustainable Development
Goals (SDGs). Food Agriculture Organization (FAO), menyebutkan bahwa perikanan
budi daya mempunyai relevansi terhadap pencapaian SDGs terutama dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional (goal 1), motor penggerak perekonomian
untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan penciptaan lapangan kerja
(goal 4), menjamin ketersediaan suplai ikan melalui peningkatan produksi ikan yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan (goal 12), dan pengelolaan sumber daya laut
yang berkelanjutan (goal 14).
1.5.2. Permasalahan
13
dalam usaha budidayanya (perubahan iklim, perkembangan teknologi, peningkatan
persyaratan pasar dan persaingan usaha)
Permasalahan internal yang dihadapi oleh Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya dalam pembangunan perikanan budi daya berkelanjutan adalah 1)
keterbatasan anggaran dibandingkan dengan tugas dan fungsi yang diberikan, 2)
sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas, 4) keterbatasan kesempatan
untuk melakukan sinergitas dalam rangka mendukung peningkatan produksi dan
usaha budidaya.
Sedangkan permasalahan ekternal dalam pembangunan perikanan budi daya
yang berkelanjutan yaitu 1) kurangnya sinergitas dengan pemangku kepentingan lain
seperti asosiasi dan pemerintah daerah, 2) kompleksnya perizinan berusaha bagi
pembudidaya di Indonesia, 3) lemahnya stabilitas usaha budidaya bagi skala mikro
dan kecil yang menyebabkan kurangnya kepercayaan lembaga pembiayaan (tidak
bankable), 4) meningkatnya persyaratan produk perikanan budidaya di pasar nasional
dan internasional, 5) keterlibatan berbagai pihak dalam penguatan kelembagaan
usaha budidaya belum optimal.
Tantangan dalam pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan di masa
sekarang yaitu: (i) penurunan daya beli konsumen sehingga usaha budidaya harus
efisien dan menghasilkan ikan dengan harga terjangkau, (ii) isu kerusakan lingkungan
akibat kegiatan budidaya sehingga pelaksanaan kegiatan budidaya harus
mempertimbangkan kelestarian lingkungan; (iii) perkembangan teknologi dan
perubahan demografi penduduk sehingga perlu penyesuaian dalam kegiatan usaha
budidaya dan pemasaran hasilnya. (iv) persaingan ekspor akibat peningkatan
produksi budidaya di beberapa negara lain berkembang lebih pesat dengan harga
yang bersaing; (v) meningkatnya dampak perubahan iklim terhadap kegiatan
budidaya.
14
3. Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, pada bab ini disajikan rencana
strategis, gambaran singkat mengenai sasaran dan kebijakan dan program
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada tahun 2020 – 2024, rencana kerja
dan anggaran tahun 2022, penetapan kinerja Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya serta pengukuran/pengelolaan kinerja Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya.
4. Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan, pada bab ini disajikan prestasi
Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya serta
evaluasi dan analisis kinerja. Dalam bab ini juga disampaikan akuntabilitas
keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula
penjelasan tentang kinerja anggaran.
5. Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang
keberhasilan, kegagalan serta permasalahan dan kendala utama. Dalam bab
ini juga disampaikan saran pemecahan masalah yang akan dilaksanakan
pada tahun berikutnya berupa perbaikan perencanaan, kebijakan, dan
perbaikan pelaksanaan program/kegiatan.
15
BAB II. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA
16
Kebijakan pembangunan perikanan budidaya dikelompokkan menjadi tiga
kelompok strategi, meliputi Pengelolaan Kawasan Berkelanjutan, Peningkatan
Produksi Perikanan Budidaya, dan Peningkatan Kesejahteraan Pembudidaya Ikan.
Kelompok strategi tersebut kemudian masing- masing dijabarkan dalam strategi,
sebagaimana disajikan pada Gambar berikut:
17
5. Terkelolanya Perikanan Budidaya Berkelanjutan Lingkup Direktorat Produksi
dan Usaha Budidaya.
a. Rekomendasi kebijakan tata kelola bidang produksi dan usaha budidaya
(rekomendasi kebijakan);
b. Bantuan sarana prasarana ikan hias (paket)
c. Bantuan sarana produksi budidaya ikan sistem bioflok (paket)
d. Jumlah Tenaga Kerja (orang).
6. Meningkatnya kualitas Pengendalian dan Pengawasan Perikanan Budidaya.
a. Unit pembudidayaan ikan yang siap di sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang
Baik (CBIB) (Unit).
7. Tata Kelola Pemerintahan yang baik.
a. IP ASN lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya;
b. Persentase penyelesaian LHP BPK Satker Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya;
c. Nilai rekon kinerja;
d. Persentase jumlah rekomendasi hasil pengawasan yang dimanfaatkan
untuk perbaikan kinerja lingkup Satker Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya yang dokumen tindak lanjutnya telah tuntas ;
e. Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan
yang terstandar Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya ;
f. Tingkat efektifitas pelaksanaan kegiatan prioritas/strategis lingkup
Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya.
18
3. Jumlah Tenaga Kerja (orang) dari target semula 12.588 orang menjadi 3.070
orang.
Namun demikian terjadi penambahan IKU yaitu bantuan sarana produksi
budidaya ikan sistem bioflok dengan target 275 paket. Adapun Revisi Penetapan
Kinerja Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya tahun 2022, sebagai berikut.
Tabel 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2022 Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya.
Target TARGET
SASARAN
INDIKATOR KINERJA TAHUNAN
STRATEGIS I II III IV (2022)
1. Kampung 1. Kampung perikanan - - - 1 1
Budidaya Berbasis budidaya yang menjadi
Kearifan Lokal tanggung jawab
yang Menjadi Direktorat Produksi dan
Tanggungjawab Usaha Budidaya
Direktorat Produksi (Lokasi)
dan Usaha
Budidaya
19
Target TARGET
SASARAN
INDIKATOR KINERJA TAHUNAN
STRATEGIS I II III IV (2022)
20
2.4. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2022
Pengukuran tingkat capaian IKU dilakukan dengan berpedoman pada
formula penghitungan yang telah ditetapkan dalam informasi Indikator Kinerja atau
Manual IKU. Selanjutnya nilai capaian tersebut dihitung dengan membandingkan
antara realisasi capaian dengan target yang telah ditetapkan. Pengukuran capaian
kinerja dilakukan secara berkala melalui penyusunan laporan kinerja Triwulanan
yang didukung dengan impelementasi Aplikasi BSC http://kinerjaku.kkp.go.id yang
merupakan Sistem Aplikasi Pengukuran Kinerja berbasis informasi teknologi.
21
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
22
TARGET
SASARAN INDIKATOR TAHUNAN Target Realisasi % Realisasi
STRATEGIS KINERJA (2022)
TW III
diterbitkan
(lembaga)
5. Bantuan 30 30 30 100%
sarana
prasarana ikan
hias (paket)
6. Bantuan 275 - - -
sarana
produksi
budidaya ikan
sistem bioflok
(paket)
7. Jumlah Tenaga 3070 - - -
Kerja (orang)
23
TARGET
SASARAN INDIKATOR TAHUNAN Target Realisasi % Realisasi
STRATEGIS KINERJA (2022)
TW III
Produksi dan Usaha
Usaha Budidaya Budidaya
10. Persentase 100 - 100 100
penyelesaian
LHP BPK atas
Satker
Direktorat
Produksi dan
Usaha
Budidaya (%)
24
TARGET
SASARAN INDIKATOR TAHUNAN Target Realisasi % Realisasi
STRATEGIS KINERJA (2022)
TW III
pengetahuan
yang
terstandar
lingkup
Direktorat
Produksi dan
Usaha
Budidaya (%)
14. Tingkat 75 - - -
efektivitas
pelaksanaan
kegiatan
prioritas/strate
gis lingkup
Direktorat
Produksi dan
Usaha
Budidaya (%)
25
produksi dan produktivitas perikanan budidaya; (d) meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan pembudidaya ikan; dan (e) meningkatkan partisipasi masyakarat lokal.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membangun kampung-kampung
tematik perikanan budidaya air tawar, payau, dan laut. Kampung-kampung tematik ini
berbasis kearifan lokal untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.
Kegiatan pembangunan kampung perikanan budidaya merupakan salah satu program
prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2021-2024. Pembangunan
kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal dirancang secara terintegrasi
mulai dari hulu hingga ke hilir serta mengembangkan teknologi-teknologi lain seperti
pengembangan pakan mandiri, inovasi teknologi budidaya, pemasaran serta
pengolahan, hingga dukungan pengembangan kemampuan teknis, manajemen
usaha dan permodalan bagi pelaku usaha perikanan setempat.
Kabupaten Gresik telah ditetapkan menjadi salah satu lokasi kampung perikanan
budidaya dengan komoditas unggulan ikan bandeng melalui Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 64 tahun 2021. Pemilihan Kabupaten Gresik sebagai
Kampung Perikanan Budidaya Bandeng tidak terlepas dari analisis data statistik yang
menyatakan bahwa Kabupaten Gresik merupakan salah satu penyumbang atau
produsen ikan bandeng di Indonesia. Volume produksi Ikan Bandeng pada tahun 2020
tercatat sebesar 87.119 ton. Klasterisasi berbasis komoditas unggulan akan lebih
efektif dalam mempercepat pergerakan ekonomi lokal dan daerah.
Kampung Perikanan Budidaya Bandeng Kabupaten Gresik menjadi tanggung
jawab Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya, selain dalam hal penyaluran bantuan
sarana prasarana produksi dan usaha budidaya juga dalam pendampingan serta
pemantauannya. Selain kampung perikanan budidaya bandeng, terdapat lokasi
kampung perikanan budidaya lainnya yang mendapatkan bantuan sarana prasarana
produksi dan usaha budidaya yaitu Pati (nila salin), OKU Timur (patin), Pasaman (ikan
mas), Lombok Timur (lobster), Bogor (ikan hias), dan Blitar (ikan hias).
IKU Kampung Perikanan Budidaya yang Menjadi Tanggung Jawab Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya merupakan IKU baru pada tahun 2022 dengan target
1 (satu) lokasi. Sampai dengan Triwulan III belum terdapat capaian target IKU ini
dikarenakan penghitungan capaian target dilakukan pada akhir tahun sebagaimana
pada Tabel 5.
26
Tabel 5. Capaian IKU Kampung Perikanan Budidaya yang Menjadi Tanggung
Jawab Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya
Nama SS : Kampung Budidaya Berbasis Kearifan Lokal yang Menjadi Tanggung Jawab Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya
Nama Indikator: Kampung Perikanan Budidaya yang Menjadi Tanggung Jawab Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya (Lokasi)
% Pertumbuhan Rancangan Renstra
2021 2022 TW III 2021 thd DJPB 2020-2024
% Capaian
TW III 2022
Realisasi Target Realisasi
TW Tahun Tahunan TW TW III terhadap terhadap Target %
III 2021 III realisasi target 2024 Capaian
TW III tahun thd target
2021 2022 akhir
Renstra
- - 1 - - - - - - -
27
3. Distribusi paket bantuan sarana prasarana produksi dan usaha budidaya di
kampung ikan nila salin Pati berupa:
- Pompa air 4 inchi sebanyak 10 unit
- Pompa air 6 inchi sebanyak 10 unit
4. Distribusi paket bantuan sarana prasarana produksi dan usaha budidaya kampung
ikan bandeng Gresik berupa pompa air 6 inchi sebanyak 10 unit.
5. Distribusi paket bantuan Chest freezer di kampung lobster Lombok Timur
sebanyak 9 unit.
6. Distribusi paket bantuan sarana prasarana produksi di kampung lobster Lombok
Timur sebanyak 11 paket.
7. Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pembudidaya Ikan di Kampung
Perikanan Budidaya Bandeng Gresik.
Kendala dalam pencapaian target IKU ini antara lain Dinas belum secara rutin
menyampaikan laporan pemanfataan bantuan dan laporan produksi hasil budidaya.
Beberapa hal yang harus ditingkatkan dalam mendukung pencapaian target IKU
tersebut pada triwulan III antara lain berkoordinasi dengan Dinas Perikanan setempat
dalam hal pemanfaatan bantuan serta pendataan hasil produksi pada lokasi
kampung-kampung perikanan budidaya yang telah dilakukan intervensi program
kampung perikanan budidaya
28
500/1738/Banda/2018; 01/PKS/Dep.2/IV/2018; 03/MoU/ot.160/B/04/2018;
01/PKS/DJPT-KKP/IV/2018; 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018 tanggal 5 April 2018.
Fasilitasi sertipikasi hak atas tanah pembudidaya ikan atau pra sehatkan
dilakukan melalui koordinasi dengan perangkat daerah yang membidangi perikanan
budidaya untuk menyiapkan daftar calon peserta dan calon lokasi hasil identifikasi,
inventarisasi, dan verifikasi (sesuai dengan lokasi yang telah disepakati bersama
dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota). Daftar calon peserta dan calon lokasi tersebut selanjutnya akan
diusulkan kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
untuk menjadi target sertipikasi hak atas tanah pembudidaya ikan pada tahun
berikutnya.
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pra sehatkan adalah untuk menyiapkan
lahan pembudidaya ikan yang memenuhi persyaratan sesuai kriteria agar dapat
diproses penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanahnya, dengan tujuan untuk
mendapatkan legalitas hak atas tanah yang dimiliki dan selanjutnya dapat digunakan
sebagai jaminan dalam akses pembiayaan untuk pengembangan usaha
pembudidayaan ikan.
Target IKU Jumlah Fasilitasi Sertpikasi Hak Atas Tanah Pembudaya Ikan pada
tahun 2022 adalah 5.000 (lima ribu) orang. Terdapat penyesuaian terhadap target IKU
tersebut jika dibandingkan dengan target yang tercantum dalam Rencana Strategis
(Renstra) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (13.000 bidang). Justifikasi
terhadap penyesuaian target tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan fasilitasi sertipikasi hak atas tanah pembudidaya ikan atau pra sehatkan
merupakan program lintas sektor (lintor) yang melibatkan beberapa
Kementerian/Lembaga dalam rangka mendukung Reforma Agraria. Selain program
lintor, Kementerian ATR/BPN juga memiliki program Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) untuk percepatan proses sertipikasi tanah masyarakat. Seiring
dengan program yang dijalankan tersebut semakin banyak masyarakat termasuk
didalamnya adalah pembudidaya ikan yang telah tersentuh program fasilitasi
sertipikasi hak atas tanah dan telah mendapatkan sertipikat.
2. Jumlah usulan pra sehatkan jika dibandingkan dengan jumlah sertipikat tanah yang
diterbitkan oleh BPN diharapkan dapat terealisasi 100%.
3. Sejak tahun 2021 terdapat perubahan satuan target dari semula “bidang” menjadi
“orang”, hal tersebut sebagaimana hasil evaluasi pada trilateral meeting dalam
rangka penyesuaian satuan target sesuai yang tercantum dalam aplikasi
perencanaan.
Target IKU Jumlah Fasilitasi Sertipikasi Hak Atas Tanah Pembudidaya Ikan pada
Triwulan III tahun 2022 adalah 5.000 orang. Capaian IKU tersebut sampai dengan
Triwulan III adalah sebanyak 11.053 orang (12.231 bidang) atau 368,43% jika
dibandingkan dengan target Triwulan III. Jika dibandingkan dengan target tahun 2022
yaitu 5.000 orang maka capaian tersebut sudah terealisasi sebesar 221,06% (Tabel
29
6). Apabila dibandingkan dengan target dalam Renstra yaitu 13.000 bidang maka
capaian sampai dengan Triwulan III sudah terealisasi sebesar 94,08%.
Tabel 6. Capaian IKU Jumlah Fasilitasi Sertifikasi Hak Atas Tanah Pembudidaya
Ikan
30
3.2.3 Sasaran Strategis (SS-4) : Terkelolanya Perizinan Sesuai Ketentuan
IKU3. Perizinan usaha perikanan budidaya yang diterbitkan
31
Tabel 7. Capaian IKU Perizinan Usaha Perikanan Budidaya yang Diterbitkan.
Nama SS : Pengelolaan Perizinan sesuai ketentuan
Nama Indikator : Perizinan Usaha Perikanan Budidaya yang diterbitkan (unit/Lembaga)
% Pertumbuhan Rancangan Renstra
2021 2022 TW II 2021 thd DJPB 2020-2024
% Capaian
TW II 2022
Realisasi Target Realisasi
TW Tahun Tahu TW III TW III terhadap terhadap Target %
III 2021 nan realisasi target 2024 Capaian
TW II 2021 tahun thd target
2022 akhir
Renstra
- - 50 45 50 - 111,11 - - -
Satuan untuk realisasi tahun 2021 berupa unit sedangkan satuan realisasi
pada tahun 2022 menggunakan lembaga, sehingga tidak bisa dibandingkan karena
tidak setara. Pencapaian perizinan usaha perikanan budidaya yang diterbitkan pada
Triwulan III Tahun 2022 adalah sebanyak 50 lembaga atau sebesar 111,11%
dibandingkan target sebesar 45 lembaga. Hal ini sesuai dengan rekomendasi pada
Triwulan sebelumnya meningkatkan kinerja pelayanan, kualitas layanan perizinan
dan menjaga performa kinerja pelayanan sesuai dengan SOP untuk melayani
perusahaan/lembaga yang diterbitkan layanan perizinannya.
Dukungan anggaran kegiatan Perizinan Usaha Perikanan Budidaya sebesar
Rp.250.000.000,- dengan capaian realisasi sampai dengan Triwulan III tahun 2022
sebesar Rp. 222.662.350 (89.06%). Target untuk IKU perizinan pada tahun 2022
sudah tercapai namun demikian tindak lanjut rekomendasi Triwulan IV kelompok
pelayanan usaha tetap menjaga layanan perizinan sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan.
IKU 4. Rekomendasi kebijakan tata kelola bidang produksi dan usaha budidaya
(rekomendasi kebijakan)
Melalui program-program yang dicanangkan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan, diharapkan dapat membantu peningkatan gizi masyarakat dengan
peningkatan angka konsumsi ikan dalam rangka mendukung program pencegahan
stunting dan ketahanan pangan keluarga, mendorong peningkatan produksi ikan hasil
budidaya untuk pemenuhan permintaan konsumsi ikan segar, mengoptimalkan usaha
budidaya dalam satu kawasan secara terintegrasi melalui pola hemat lahan dan
pemanfaatan lahan pekarangan dengan melibatkan kelompok pembudidaya ikan dan
kelompok wanita tani, serta meningkatkan peran usaha hilir perikanan, pengolah dan
pemasar hasil perikanan dan perdagangan. Pengembangan perikanan budidaya
membutuhkan input sarana dan prasarana produksi yang memadai dalam rangka
32
menunjang peningkatan produksi budidaya sehingga diperlukan rekomendasi
kebijakan dalam mendukung tata kelola bidang produksi dan usaha budidaya. .
Tabel 8. Capaian IKU Rekomendasi Kebijakan Tata Kelola Bidang Produksi dan
Usaha Budidaya (Rekomendasi Kebijakan).
Target Triwulan III Tahun 2022 telah tercapai dengan tersusunnya 13 (tiga belas)
rekomendasi kebijakan. Penghitungan capaian target untuk Rekomendasi kebijakan
di Triwulan III secara kumulatif. Rekomendasi kebijakan tersebut terdiri dari
1. Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana Dan Prasarana
Budidaya Ikan Lele dan/atau Ikan Nila Sistem Bioflok;
2. Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Budidaya Ikan Hias Tahun
Anggaran 2022;
3. Petunjuk Teknis Pembangunan Kampung Perikanan Budidaya Bandeng Di
Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2022;
4. Petunjuk Teknis Fasilitasi Sertipikasi Ha Katas Tanah Pembudidaya Ika;
5. Revisi SNI Produksi Ikan Hias Cupang ;
6. Revisi SNI Produksi Ikan Hias Black Ghost;
7. Revisi SNI Produksi Ikan Hias Discus;
8. Revisi SNI Produksi Ikan Hias Badut;
9. Revisi SNI Instalasi Pengolahan Limbah Pada Tambak Udang;
10. Revisi SNI CBIB Ikan Air Tawar;
11. Revisi SNI CBIB Udang;
12. Revisi SNI CBIB Rumput Laut;
13. Revisi SNI CBIB Ikan Laut.
33
automatic adjustment sebesar Rp. 994.250.000,- sehingga pagu anggaran kegiatan
menjadi 1.905.750.000,-.
Pelaksanaan kegiatan rekomendasi kebijakan dilakukan untuk menjawab
kebutuhan stakeholder. Adapun target Rekomendasi kebijakan pada Triwulan III
sebanyak 7 rekomendasi kebijakan. Sedangkan capaian realisasi rekomendasi
kebijakan di Triwulan III sebesar 13 rekomendasi kebijakan. Realisasi capaian
Triwulan III pada tahun sebelumnya lebih kecil dibandingkan Triwulan III pada tahun
2022 ini dikarenakan pada tahun ini adanya kebutuhan mendesak penyusunan revisi
SNI CBIB sehingga BSN menyetujui untuk melakukan revisi 4 judul SNI CBIB melalui
mekanisme fast track.
Rencana aksi pelaksanaan Triwulan III adalah menyampaikan 4 rekomendasi
kebijakan RSNI CBIB bidang Produksi dan Usaha Budidaya yang telah disusun ke
Sekretariat komisi teknis disampaikan ke BSN untuk diproses penetapannya menjadi
SNI.
Teknologi budidaya ikan hias saat ini telah dikuasai dengan baik oleh unit
pelaksana teknis di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya maupun oleh
masyarakat khususnya pembudi daya ikan hias. Sentra-sentra produksi ikan hias
masih terpusat di pulau Jawa seperti Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat. Oleh
karena itu perlu upaya untuk menyebarluaskan kegiatan budidaya ikan hias di seluruh
wilayah Indonesia.
Rencana Aksi Nasional (RAN) pengembangan industri ikan hias nasional yang
diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, saat ini
sedang memasuki tahap finalisasi. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal
ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mempunyai tanggung jawab untuk
peningkatan produksi dan mutu ikan hias melalui tersedianya sarana dan prasarana
pembudidayaan ikan hias. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut di atas maka perlu
adanya kegiatan yang dapat memberikan stimulus bagi masyarakat khususnya
pembudi daya ikan hias.
Bantuan ikan hias tahun 2022 ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan
pengembangan kampung ikan hias dan peningkatan produksi ikan hias. Ikan hias
sebagai salah satu komoditas utama di sektor perikanan, berhasil memberikan
kontribusi yang cukup baik yaitu dengan jumlah produksi ikan hias nasional tahun
2020 sebesar 1,49 milyar ekor (angka sementara, sumber: satudata.kkp.go.id) yang
mengalami peningkatan produksi dari tahun 2019 dengan jumlah produksi 1,34 milyar
ekor (angka sementara, sumber: satudata.kkp.go.id). Pada tahun 2022 telah
ditetapkan target produksi ikan hias nasional yaitu sebesar 1,56 milyar ekor, untuk
mencapai target tersebut perlu adanya strategi khusus dalam peningkatan produksi
ikan hias nasional. Oleh karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal
ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
bantuan budidaya ikan hias.
34
Tabel 9. Capaian IKU Bantuan Sarana Prasarana Ikan Hias (Paket).
Bantuan ikan hias yang pemerintah berikan adalah dalam bentuk barang berupa
Induk Ikan Koi (20 paket) dan Induk Ikan Maskoki (10 paket). Upaya yang sudah
dilakukan untuk pelaksanaan bantuan ikan hias di Triwulan III adalah ) proses
distribusi bantuan induk ikan hias sebanyak 30 paket di Kabupaten Blitar dan
Kabupaten Bogor dengan melibatkan tim teknis kelompok kerja pusat maupun
kabupaten dinas, 2) Koordinasi dengan pihak pemenang lelang terkait dengan
pelaksanaan distribusi bantuan dan 3) penandatangan berita acara serah terima serta
pemeriksaan hasil pekerjaan.
Realisasi pada Triwulan III tahun 2022 tidak dapat dibandingkan dengan
realisasi Triwulan III tahun 2021, dikarenakan pada tahun 2021 bantuan untuk ikan
hias dilakukan oleh UPT lingkup DJPB. Selama pelaksanaan distribusi bantuan ikan
hias di Triwulan III tidak ditemukan kendala ataupun permasalahan. Rencana aksi
kegiatan pada Triwulan IV sebagai rekomendasi adalah melakukan koordinasi
pemanfaatan bantuan ikan hias di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Bogor
35
pencadangan anggaran (automatic adjusmant) di tahap 2 menjadi
Rp.53.500.000.000,- dengan realisasi anggaran hingga TW III 2022 sebesar
Rp.16.019.923.859 atau capaian sebesar 29.94 %. Dari 275 paket bantuan terbagi
menjadi 2 tahap pengadaan yaitu tahap pertama pengadaan kolam bioflok dan
peralatan perikanan dan tahap kedua pengadaan benih ikan, pakan, obat dan vitamin.
Pengadaan kolam bioflok dan peralatan perikanan dibagi menjadi 16 paket
pengadaan. Sedangkan pengadaan benih ikan, pakan, obat dan vitamin dibagi
menjadi 16 paket pengadaan.
Upaya kegiatan yang sudah dilakukan dalam pelaksanaan bantuan pemerintah
sistem bioflok antara lain:
1. Telah terlaksananya CPCL terhadap kelompok penerima bantuan;
2. Bimtek online yang telah dilaksanakan di wilayah barat dan timur;
3. Pembangunan kolam bioflok telah terlaksana di beberapa daerah serta
4. Pengadaan paket pakan, benih dan obat-obatan telah terdistribusi di
beberapa daerah.
Capaian indikator kinerja ini sampai Triwulan 3 Tahun 2022 belum dapat diukur
karena pengukuran dilakukan dalam periode tahunan. Capaian indikator kinerja ini
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya tidak bisa dibandingkan karena pada
tahun sebelumnya pengadaan sistem bioflok diadakan di UPT. Tindak lanjut kegiatan
pada Triwulan IV sebagai rekomendasi adalah mempercepat proses lelang
pengadaan sistem bioflok melalui e-katalog serta mendorong para penyedia untuk
segera mendistribusikan barang yang telah dipesan dalam kontrak. Selain itu juga
dilakukan bimbingan teknis praktek langsung untuk para pembudidaya, penyuluh dan
tim pokja Kab/Kota dengan harapan dapat menaikkan tingkat keberhasilan dalam
budodaya ikan sistem bioflok.
Tabel 10. Capaian IKU . Bantuan Sarana Produksi Budidaya Ikan Sistem
Bioflok
36
IKU 7. Jumlah tenaga kerja (orang)
Sesuai intruksi Presiden untuk mendorong program program yang bersifat
padat karya, maka pihaknya akan fokus dengan mendorong kegiatan yang langsung
menyerap lebih banyak tenaga kerja. Disisi lain, karakteristik usaha budidaya di
Indonesia hampir 80 persen merupakan skala kecil menengah, menurutnya menjadi
nilai tersendiri bagi kekuatan struktur ekonomi Indonesia karena lebih banyak
mendorong pemberdayaan masyarakat.
Program terobosan berikutnya adalah pembangunan kampung perikanan
budidaya tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal dengan tujuan pengentasan
kemiskinan melalui peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan menjaga
komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dari kepunahan. Kampung perikanan
budidaya menjadi salah satu andalan untuk bisa menjadi ketahanan pangan nasional.
Selain itu, program terobosan KKP terkait subsektor perikanan budidaya diharapkan
dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Pada periode Triwulan III ini belum terdapat capaian target dikarenakan pada
periode ini pelaksanaan kegiatan masih berada pada tahapan persiapan dan
koordinasi.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana aksi yaitu persiapan dan
koordinasi kegiatan. Tindak lanjut kegiatan pada Triwulan III sebagai rekomendasi
adalah mendapatkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/jasa maupun penerima bantuan pemerintah.
37
3.2.5. Sasaran Strategis (SS-6) : Meningkatnya Kualitas Pengendalian dan
Pengawasan Perikanan Budidaya Bidang Produksi Dan Usaha.
IKU 8. Unit pembudidayaan ikan yang siap di sertifikasi Cara Budidaya Ikan
yang Baik (CBIB) (Unit)
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) yang merupakan salah satu bagian
penting dari Sistem Pengendalian Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
(SJMKHP) di bidang perikanan budidaya, yang dikembangkan untuk menjamin mutu
dan keamanan pangan hasil pembudidayaan ikan dengan berpedoman pada
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.02/MEN/2007 tentang Cara
Budidaya Ikan Yang Baik.
Penerapan CBIB oleh unit pembudidayaan ikan tersebut dilakukan dengan cara
memelihara dan/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol sehingga memberikan jaminan keamanan pangan dari
pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan dan bahan
kimia serta biologis.
Seiring dengan perubahan kebijakan terkait dengan pelaksanaan kegiatan
sertifikasi unit budidaya, sesuai dengan amanat Undang – Undang Nomor 11/2020
tentang Cipta Kerja dan PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Resiko yang selanjutnya diturunkan dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 10 tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan
Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kelautan
dan Perikanan bahwa pelaku usaha budidaya diwajibkan untuk memenuhi CBIB.
Untuk pelaku usaha budidaya skala mikro dan kecil diwajibkan untuk memiliki surat
pemenuhan prinsip – prinsip CBIB dan untuk pembudidaya skala menengah dan
besar wajib memiliki sertifikat CBIB. Dalam pelaksanaan kegiatan CBIB dimaksud,
perubahan mekanisme prosedur sertifikasi yang semula akan dilakukan oleh
Lembaga Sertifikasi Proses (LSPro) terakreditasi oleh KAN yaitu LSPro BBPBAT
Sukabumi, BBPBAP Jepara dan BPBAP Takalar, tidak jadi dilaksanakan. Sertifikasi
CBIB tetap dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Adapun tujuan kegiatan CBIB adalah untuk
Capaian sertifikasi CBIB Triwulan III tahun 2022 sejumlah 1,193 sertifikat yang
berasal dari unit produksi budidaya yang tersebar di 34 Provinsi. Target CBIB tahun
2022 adalah 1.000 Unit pembudidayaan ikan yang siap di sertifikasi Cara Budidaya
Ikan yang Baik dengan sebaran sebagaimana terlampir (Lampiran 3). Kegiatan yang
38
mendukung pencapaian sertifikasi CBIB adalah rapat koordinasi dengan Provinsi,
Penyiapan LSPro, penilaian sertifikasi ke lapangan, sosialisasi/pelatihan CBIB.
Dukungan anggaran kegiatan sertifikasi CBIB untuk Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya tahun 2022 semula sebesar Rp. 357.600.000,- dan mengalami
automatic adjustment sebesar Rp. 102.100.000,- (29,17%). Anggaran yang
tersisa saat ini sebesar Rp 255.500.000,- Realisasi penyerapan anggaran sampai
dengan Triwulan III tahun 2022 adalah sebesar Rp. 226.593.200,- (88,68%).
Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
sertifikasi CBIB antara lain :
1. Tidak ada organisasi khusus yang menangani CBIB, tidak ada fungsi
standardisasi dan sertifikasi di unit kerja DJPB pusat. Terbatasnya personil
yang menangani CBIB dan pekerjaan tambahan lainnya yang di membebani
tugas utama personil yang menangani CBIB;
2. Mutasi personil/ petugas CBIB baik pusat maupun di daerah;
3. Keterbatasan anggaran karena adanya automatic adjustment pada anggaran
CBIB pusat dan dekonsentrasi pada Provinsi; serta
4. Adanya perubahan mekanisme pelaksanaan sertifikasi.
Pada tahun 2022, kegiatan sertifikasi CBIB dilaksanakan oleh 34 provinsi dengan total
target 1.000 unit dan total anggaran Rp. 1.616.447.000,- dengan rincian anggaran di
pusat sebesar Rp. Rp 255.500.000,- dan anggaran dekonsentrasi di 34 provinsi
adalah Rp. 1.360.947.000,-.
Tabel 12. Capaian IKU Unit Pembudidayaan Ikan yang Siap di Sertifikasi Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) (Unit).
Nama SS : Meningkatnya kualitas pengendalian dan pengawasan perikanan budidaya
bidang produksi dan usaha
Nama Indikator : Unit pembudidayaan ikan yang siap di sertifikasi Cara Budidaya Ikan
yang Baik (CBIB)
% Pertumbuhan Rancangan Renstra
2021 2022 TW III 2021 thd DJPB 2020-2024
% Capaian
TW III 2022
Realisasi Target Realisasi
TW Tahun Tahuna TW TW II terhadap terhadap Target %
III 2021 n (unit) III realisasi target 2024 Capaian
(unit) TW III tahun thd target
2021 2022 akhir
Renstra
1411 2.250 1.000 - 1193 84.54 119,3 - - -
Dalam periode ini telah diterbitkan sertifkat CBIB sebanyak 1.193 sertfikat, dari
target sudah sangat melampaui dengan prosentase sebesar 119,3%.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana aksi. Kedepannya sebagai
rekomendasi yaitu penyesuaian target kinerja sesuai pemotongan anggaran serta
39
kebijakan untuk penyediaan sumber daya manusia dan organisasi pelaksana
sertifikasi.
3.2.6. Sasaran Strategis (SS-8) : Tata Kelola Pemerintah yang baik lingkup
Produksi dan Usaha Budidaya.
IKU 9. IP ASN lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya
Indikator kinerja IKU ini adalah adalah suatu instrument yang digunakan
untuk mengukur secara kuantitatif tingkat profesionalitas ASN yang hasilnya
digunakan untuk penilaian dan evaluasi guna pengembangan profesionalitas profesi
ASN. Indeks profesionalitas ASN diukur menggunakan standar profesionalitas ASN.
Standar professional ASN terdiri dari empat dimensi, yaitu:
1. Kualifikasi, merupakan dimensi yang menggambarkan tingkat atau jenjang
pendidikan yang dicapai seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan
dan/atau keahlian khusus, sehingga seseorang tersebut mengetahui,
memahami dan dapat menjalankan pekerjaan tertentu sesuai tugas jabatannya.
Alat ukur yang digunakan adalah persentase berdasarkan jenjang riwayat
pendidikan terakhir yang dicapai oleh PNS;
2. Kompetensi, merupakan dimensi yang menggambarkan kemampuan seseorang
yang merupakan kombinasi antara pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
didukung dengan program pengembangan kompetensi berkesinambungan yang
tercermin melalui perilaku kinerja, yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Alat
ukur yang digunakan adalah persentase berdasarkan jenis diklat yang pernah
diikuti (seperti Diklat Kepemimpinan, Diklat Fungsional, Diklat Teknis, Kursus-
kursus, dan Seminar/Workshop/Magang/sejenis;
3. Kinerja, merupakan dimensi yang menggambarkan pencapaian sasaran kerja
pegawai yang didasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat
unit kerja atau organisasi dengan memperhatikan target, capaian, hasil dan
manfaat yang dicapai serta perilaku PNS. Alat ukur yang digunakan adalah rata-
rata kinerja individu pada suatu unit kerja;
4. Disiplin, merupakan dimensi yang menggambarkan kesanggupan seorang
pegawai untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan, peraturan kedinasan apabila tidak ditaati
atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas jabatan. Alat ukur yang digunakan
persentase jumlah PNS yang memperoleh hukuman disiplin berdasarkan
tingkatan hukuman disiplin.
40
Gambar 5. Matrik Perhitungan Indeks profesionalitas ASN.
41
Capaian IKU diperoleh dari keikutsertaan para ASN di meningkatkan
kompetensinya sesuai dengan kebutuhan organisasi melalui: tugas belajar, izin
belajar, Diklat, seminar/workshop/magang, dan sejenisnya, serta capaian kinerja
individu melalui penilaian prestasi kerja pada periode tahun Januari 2022 sampai
dengan Desember 2022 yang telah ditindaklanjuti dengan melakukan penginputan di
aplikasi epegawai dan terintegrasi dengan aplikasi ropeg.kkp.go.id.
Lebih lanjut, upaya yang telah dilakukan untuk perbaikan kinerja diantaranya
adalah memetakan perencanaan kebutuhan pendidikan/diklat/kursus, membuat
usulan kebutuhan pendidikan/diklat/kursus dalam upaya meningkatkan kapasitas
ASN khususnya lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya. Adapun
rekomendasi untuk Triwulan selanjutnya adalah melakukan monitoring dan evaluasi
keikutsertaan ASN dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan usulan kebutuhan
diklat.
IKU 10. Persentase penyelesaian LHP BPK Satker. Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya.
Nilai Temuan atas laporan keuangan yang ditampilkan dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK atas LK DJPB merupakan pernyataan profesional pemeriksa
mengenai kewajaran informasi keuangan yang dilaporkan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akutansi
pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclousure), kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.
Tabel 14. Prosentase Penyelesaian LHP BPK Satker Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya (%).
Nama SS: Tata Kelola Pemerintah yang baik lingkup Produksi dan Usaha Budidaya
Nama Indikator: Prosentase Penyelesaian LHP BPK satker Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya (%)
% Pertumbuhan Rancangan Renstra
2021 2022 TW III 2021 thd DJPB 2020-2024
% Capaian
TW III 2022
Realisasi Target Realisasi
TW Tahun Tahunan TW TW III terhadap terhadap Target %
III 2021 III realisasi target 2024 Capaian
TW III tahun thd target
2021 2022 akhir
Renstra
- - 100 - 100 - 100 - - -
Dalam periode Triwulan III ini nilai presentase penyelesaian LHK BPK lingkup
Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya mencapai 100. Realisasi pada Triwulan III
tahun 2022 tidak dapat dibandingkan dengan realisasi Triwulan III tahun 2021,
dikarenakan target capaian IKU diukur dalam periode tahunan.
42
Rencana aksi kegiatan pada Triwulan IV adalah koordinasi terhadap
pelaksanaan audit BPK terhadap kegiatan tahun selanjutnya dengan Sekretariat
Ditjen Perikanan Budidaya.
IKU 11. Nilai rekon SAKIP Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya (nilai)
Pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Usaha-usaha penguatan akuntabilitas kinerja dan sekaligus peningkatannya,
dilakukan antara lain melalui Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP). Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.
Evaluasi SAKIP ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan: (i) Mengidentifikasi
berbagai kelemahan dalam penerapan sistem akuntabilitas kinerja, di lingkungan
instansi pemerintah (SAKIP); (ii) Memberikan saran perbaikan atau rekomendasi
untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi pemerintah; dan (iii)
Menyusun pemeringkatan hasil evaluasi guna kepentingan penetapan kebijakan di
bidang pendayagunaan aparatur negara. Evaluasi dan penilaian SAKIP dilakukan
atas komponen-komponen SAKIP sesuai dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Pada kedua peraturan tersebut disebutkan bahwa komponen
SAKIP terdiri dari rencana strategis, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja,
pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, dan reviu dan evaluasi kinerja.
Sedangkan pada tingkat eselon I KKP, penilaian terhadap SAKIP dilakukan oleh Itjen
KKP.
Tabel 15. Capain IKU Nilai Rekon Kinerja Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya.
Nama SS: Tata Kelola Pemerintah yang baik lingkup Produksi dan Usaha Budidaya
Nama Indikator: Prosentase Penyelesaian LHP BPK satker Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya (%)
% Pertumbuhan Rancangan Renstra
2021 2022 TW II 2021 thd DJPB 2020-2024
% Capaian
TW II 2022
Realisasi Target Realisasi
TW II Tahun Tahunan TW TW II terhadap terhadap Target %
2021 II realisasi target 2024 Capaian
TW II 2021 tahun thd target
2022 akhir
Renstra
- - 92 - - - - - - -
43
Realisasi pada Triwulan III tahun 2022 tidak dapat dibandingkan dengan
realisasi Triwulan III tahun 2021, dikarenakan target capaian IKU diukur dalam periode
tahunan.
Dalam periode Triwulan III ini belum dapat diukur capaian dikarenakan target
ditetapkan dalam periode satu tahun. Pada periode ini pelaksanaan kegiatan pada
Beberapa kegiatan untuk mendukung capaian indikator ini telah dilakukan, antara lain
adalah penyusunan Perjanjian Kinerja Level 2, Rencana Aksi, Evaluasi Rencana Aksi,
manual IKU, pembahasan Matrik Peran Hasil, penyusunan LKj Triwulan III, Input pada
aplikasi “Kinerjaku” untuk seluruh satuan kerja di lingkup Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya.
Kendala pada pelaksanaan Triwulan III adalah revisi PK terkait dengan adanya
automatic adjustment tahap 2 sehingga ada beberapa kegiatan yang targetnya
berubah sehingga memerlukan koordinasi.
Rencana aksi kegiatan pada Triwulan IV adalah dilakukan penyusunan SAKIP
Triwulan IV terhadap kegiatan yang mendukung capaian Nilai Rekon di Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya. Aspek penilaian yang dilakukan untuk memperoleh
capaian tersebut berupa 3 (tiga) aspek yaitu: Kepatuhan, Kesesuaian dan
Ketercapaian serta melakukan perbaikan matrik peran hasil.
44
Tabel 16.Capain IKU Persentase Jumlah Rekomendasi Hasil Pengawasan yang
Dimanfaatkan untuk Perbaikan Kinerja Lingkup Satker Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya yang Dokumen Tindak Lanjutnya Telah Tuntas.
Nama SS: Tata kelola pemerintahan yang baik lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya
45
Tabel 17. Capaian Rekomendasi Hasil Pengawasan yang Dimanfaatkan
untuk Perbaikan Kinerja Lingkup Ditjen Perikanan BudidayaTriwulan III Tahun
2022
46
Tabel 18. Capaian IKU Presentase Unit Kerja yang Menerapkan Sistem
Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Lingkup Direktorat
Produksi dan Usaha.
Nama SS : Tata kelola pemerintahan yang baik lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya
Nama Indikator: Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan
yang terstandar Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya (%)
% Pertumbuhan Rancangan Renstra
2021 2022 TW III 2021 thd DJPB 2020-2024
% Capaian
TW III 2022
Realisasi Target Realisasi
TW Tahun Tahunan TW TW III terhadap terhadap Target %
III 2021 III realisasi target 2024 Capaian
TW III tahun thd target
2021 2022 akhir
Renstra
100 119, 86 86 100 100 100 100 90 -
05
Pada tahun 2022 target indikator Persentase unit kerja lingkup Direktorat Produksi
dan Usaha Budidaya yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang
terstandar ditargetkan angka 86 % dengan realiasi pada Triwulan III tahun 2022
sebesar sebesar 100%. Apabila dibandingkan dengan realisasi pada Triwulan yang
sama pada Tahun 2021, didapat nilai yang sama yaitu 100. Nilai tersebut juga sama
dengan nilai capaian pada Eselon II lain di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
Pada Triwulan III, Direktur, Koordinator dan Subkoordinator lingkup Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya telah berpartisipasi aktif dalam memanfaatkan akun
bitrix sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Lebih lanjut, upaya yang dapat
dilakukan untuk perbaikan kinerja diantaranya mempertahankan serta meningkatkan
keterlibatan/postingan di bitrix lebih banyak lagi, sesuai dengan persyaratan ketentuan
penilaian yang terbaru.
IKU 14. Tingkat efektifitas pelaksanaan kegiatan prioritas/strategis lingkup
Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya
Indikator ini untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan
prioritas/strategis lingkup Satker. Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya, berupa
hasil evaluasi data pemanfaatan bantuan pemerintah tahun 2022, antara lain bantuan
premi asuransi perikanan bagi pembudidaya ikan kecil, bantuan sarana prasarana
produksi budidaya.
47
Tabel 19. Capaian IKU Tingkat Efektifitas Pelaksanaan Kegiatan Prioritas /
Strategis Lingkup Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya.
Realisasi pada Triwulan III tahun 2022 tidak dapat dibandingkan dengan
realisasi Triwulan III tahun 2021, dikarenakan target capaian IKU diukur dalam periode
tahunan.
Dalam periode Triwulan III ini belum dapat diukur capaian dikarenakan target
ditetapkan dalam periode satu tahun. Pada periode ini pelaksanaan kegiatan pada
Beberapa kegiatan untuk mendukung capaian indikator ini telah dilakukan, antara lain
adalah koordinasi internal terhadap pelaksanaan kegiatan prioritas lingkup Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya.
Rencana aksi kegiatan pada Triwulan IV adalah meningkatkan koordinasi
internal terhadap pelaksanaan kegiatan prioritas lingkup Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya.
48
BAB IV. PENUTUP
Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya merupakan salah satu unit kerja
Eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia, memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan
perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan bidang perikanan
budidaya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya berlandaskan kepada tujuan, sasaran dan program kerja yang
telah diterapkan dalam Renstra KKP, Renstra DJPB dan kontrak kinerja antara
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya dengan Direktur dan/atau Pelaksana Direktur
Produksi dan Usaha Budidaya.
Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya Triwulan III
Tahun 2022 menyajikan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) selama Triwulan
III. Terhadap capaian IKU tersebut dilakukan analisis dan evaluasi serta
pembandingan terhadap capaian IKU tahun sebelumnya pada Triwulan III sebagai
bahan analisis dan evaluasi lebih lanjut untuk menilai keberhasilan.
Berdasarkan uraian pencapaian kinerja dalam BAB III, dari hasil analisis
terhadap capaian kinerja Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya sampai Triwulan
III tahun 2022 dari total 14 (empat belas) IKU pendukung sasaran strategis,
sejumlah 8 (delapan) IKU telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada
Triwulan III, yaitu
1. IKU 2. Jumlah Fasilitasi Sertipikasi Hak Atas Tanah Pembudidaya Ikan
2. IKU 3. Perizinan usaha perikanan budidaya yang diterbitkan
3. IKU 4. Rekomendasi kebijakan tata kelola bidang produksi dan usaha
budidaya
4. IKU 5. Bantuan sarana prasarana ikan hias
5. IKU 8. Unit pembudidayaan ikan yang siap di sertifikasi Cara Budidaya
Ikan yang Baik (CBIB)
6. IKU 10. Persentase penyelesaian LHP BPK atas Satker Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya
7. IKU 12. Persentase jumlah rekomendasi hasil pengawasan yang
dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja lingkup Satker Direktorat Produksi
dan Usaha Budidaya yang dokumen tindak lanjutnya telah tuntas
8. IKU 13. Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen
pengetahuan yang terstandar Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti pada Triwulan
berikutnya adalah sebagai berikut:
49
menyampaikan bahwa Dinas belum lokasi kampung-kampung
secara rutin menyampaikan laporan perikanan budidaya yang telah
hasil produksi dan perkembangan dilakukan intervensi program
pelaksanaan kegiatan di kampung kampung perikanan budidaya
perikanan budidaya bandeng Gresik.
2. Jumlah Fasilitasi Sehatkan (1) melakukan monitoring usulan
1) Dinas lambat dalam pra sehatkan tahun 2022 kepada
menyampaikan usulan target Dinas Kabupaten/Kota untuk
bidang serta daftar nominatif CPCL memastikan usulan tersebut sudah
pra sehatkan. dikoordinasikan dengan Kantor
2) Usulan daftar nominatif yang Pertanahan setempat, (2)
disampaikan tidak sesuai dengan melakukan koordinasi dengan
format. Kementerian ATR/BPN agar usulan
3) Dinas belum melakukan koordinasi pra sehatkan tahun 2022 telah
dengan Kantor Pertanahan dimasukkan dalam target Sertipikasi
Kabupaten/Kota setempat dalam tahun 2023 beserta
hal penentuan lokasi target penganggarannya.
sertipikasi tanah
3 Rekomendasi Kebijakan sebagai Menyampaikan 4 rekomendasi
pedoman pembinaan serta kebijakan RSNI CBIB bidang
pengawasan pelaksanaan kegiatan Produksi dan Usaha Budidaya yang
ketersediaan Standar Nasional telah disusun ke Sekretariat komisi
Indonesia (SNI) Perikanan Budidaya teknis disampaikan ke BSN untuk
diproses penetapannya menjadi
SNI.
50
LAMPIRAN
51
Jumlah Jumlah
No Provinsi No Kabupaten Kota Usulan Usulan
(Bidang) (Orang)
37 Banyumas 48 40
38 Pekalongan 50 50
39 Magelang 102 102
40 Sragen 37 31
41 Purbalingga 178 162
42 Brebes 71 64
43 Cilacap 200 200
12 Jawa Timur 44 Malang 550 519
45 Pamekasan 40 40
46 Lamongan 1000 909
47 Sampang 132 132
48 Bojonegoro 50 50
49 Tuban 110 108
50 Pacitan 50 50
51 Tulungagung 100 66
52 Pasuruan 250 250
53 Situbondo 100 100
54 Banyuwangi 150 147
55 Kediri 36 33
56 Sumenep 100 95
13 Nusa Tenggara Barat 57 Lombok Tengah 450 329
14 Nusa Tenggara Timur 58 Kupang 4 4
59 Sumba Barat Daya 15 15
60 Malaka 43 43
61 Timor Tengah Selatan 54 54
62 Timor Tengah Utara 16 16
63 Belu 3 3
64 Sumba Barat 86 86
15 Kalimantan Barat 65 Landak 20 20
66 Ketapang 150 132
67 Melawi 4 4
16 Kalimantan Selatan 68 Kotabaru 94 94
69 Tanah Bumbu 200 172
70 Tanah Laut 12 12
17 Kalimantan Timur 71 Kutai Kartanegara 500 327
72 Penajam Paser Utara 90 90
73 Paser 160 44
74 Berau 50 50
75 Kota Samarinda 50 41
18 Kalimantan Utara 76 Nunukan 79 79
52
Jumlah Jumlah
No Provinsi No Kabupaten Kota Usulan Usulan
(Bidang) (Orang)
77 Tana Tidung 105 105
78 Bulungan 147 147
19 Sulawesi Tengah 79 Morowali Utara 29 27
20 Sulawesi Barat 80 Mamuju Tengah 218 170
81 Majene 20 20
82 Polewali Mandar 40 40
21 Sulawesi Utara 83 Minahasa Utara 73 73
84 Bolmong Selatan 50 50
85 Bolaang Mongondow 14 14
22 Sulawesi Tenggara 86 Muna 96 96
87 Konawe Selatan 13 13
88 Kolaka 53 53
89 Bombana 52 52
23 Sulawesi Selatan 90 Pinrang 504 466
91 Bone 350 347
92 Gowa 500 466
93 Luwu 182 159
94 Luwu Utara 100 100
95 Luwu Timur 100 100
96 Takalar 100 100
97 Jeneponto 55 48
98 Wajo 175 174
99 Sinjai 70 70
24 Gorontalo 100 Boalemo 30 18
101 Gorontalo Utara 20 20
102 Gorontalo 16 16
Jumlah 12.231 11.053
53
Lampiran 2. Perizinan Usaha Perikanan Budidaya yang Diterbitkan
54
36 CV. Berkah Kalimantan Indonesia Rekom Udang
37 PT. Yellu Mutiara Rekom Inti Mutiara
38 PT. Jenggala Bentala Indonesia Rekom Ikan Hias
39 PT. Syaqua Indonesia Rekom Udang
55
Lampiran 3. Unit Pembudidayaan Ikan yang mendapatkan Sertifikasi Cara
Budidaya Ikan yang Baik.
No Provinsi Realisasi
1 Aceh 30
2 Sumatra Utara 0
3 Jambi 66
4 Sumatra Barat 39
5 Sumatra Selatan 5
6 Riau 14
7 Bengkulu 0
8 Lampung 85
9 Kepulauan Riau 35
10 Bangka Belitung 51
11 Banten 4
12 DKI Jakarta 12
13 Jawa Barat 114
14 Jawa Tengah 41
15 Jawa Timur 133
16 DI Yogyakarta 14
17 Bali 33
18 Nusa Tenggara Barat 33
19 Nusa Tenggara Timur 10
20 Kalimantan Barat 59
21 Kalimantan Tengah 22
22 Kalimantan Selatan 27
23 Kalimantan Timur 78
24 Kalimantan Utara 18
25 Gorontalo 0
26 Sulawesi Utara 25
27 Sulawesi Tengah 66
28 Sulawesi Selatan 48
29 Sulawesi Tenggara 0
30 Sulawesi Barat 28
31 Maluku 99
32 Maluku Utara 1
33 Papua 0
34 Papua Barat 3
TOTAL 1.193
56