Anda di halaman 1dari 5

Jurnal

Kardiologi Indonesia
Editorial J Kardiol Indones. 2016;37:1-5
ISSN 0126/3773

Gagal Jantung Kongestif dan Fibrilasi Atrium:


Apa Terapi Terbaik?
Yoga Yuniadi

G
agal jantung bukan menurun bahkan Studi Framingham, pasien gagal jantung kongestif
meningkat prevalensinya.1 Terapi sindrom yang kemudian mengalami FA memiliki rasio hazard
koroner akut yang lebih baik dan makin kematian 1.6 pada laki-laki dan 2.7 pada perempuan
banyaknya populasi manula ditengarai dalam pengamatan selama 4.2 tahun. Begitu juga bila
sebagai penyebab peningkatan tersebut. Gagal pasien FA yang kemudian mengalami gagal jantung
jantung sistolik menimbulkan peningkatan tekanan kongestif mempunyai rasio hazard kematian 2.7 pada
akhir diastolik ventrikel kiri yang akhirnya akan laki-laki dan 3.1 pada perempuan dalam pengamatan
meningkatkan pula tekanan atrium kiri sehingga terja­ selama 5.6 tahun.7
di remodeling atrium yang kemudian menyebabkan Terjadi diskusi panjang tentang terapi apa yang
terjadinya fibrilasi atrium (FA). Sebaliknya FA dengan terbaik bagi pasien dengan duo gagal jantung dan
respon ventrikel yang cepat dan tidak terkontrol FA. Tidak seperti pasien gagal jantung yang memiliki
juga akan menyebabkan remodeling ventrikel yang irama sinus, pada pasien FA terdapat paling tidak dua
berujung pada gagal jantung. Selain itu FA juga persoalan tambahan, yaitu: (1) hilangnya atrial kick
meningkat pada manula, sejalan dengan peningkatan yang dapat mengurangi curah jantung hingga 30%,
kejadian gagal jantung. dan (2) risiko laju jantung yang cepat yang lebih sulit
Kejadian duo gagal jantung dan FA bervariasi dikelola dan mencetuskan gagal jantung akut.
mulai dari 6% pada pasien dengan simtom minimal
atau asimtomatik hingga mencapai 35% pada pasien
dengan New York Heart Association (NYHA) Digoksin
kelas II-IV.2-5 Keberadaan duo itu boleh jadi karena
keduanya memiliki faktor risiko dan mekanisme yang Digoksin suatu obat inotropik positif yang sudah
sama. Faktor risiko itu meliputi hipertensi, diabetes sangat lama dikenal. Sempitnya jendela terapeutik dan
melitus, penyakit jantung iskemik dan penyakit katup terjadinya peningkatan konsumsi oksigen miokardium
jantung.6 pada pemakaian digoksin menyebabkan indikasi
Duo gagal jantung dan FA memiliki prognosis pemakaiannya terbatas. Panduan terapi gagal jantung
yang lebih jelek yaitu mortalitas yang lebih tinggi meletakkan digoksin dalam indikasi kelas IIa dengan
dibandingkan masing-masing kondisi. Menurut tingkat bukti B atau C untuk mengurangi hospitalisasi
gagal jantung pada pasien gagal jantung dengan fraksi
ejeksi yang menurun.8, 9 Keuntungan hospitalisasi ini
Alamat Korespondensi diperoleh baik pada pasien dengan irama sinus maupun
Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP. Divisi Aritmia, Departemen Kardiologi FA, iskemik maupun non iskemik, dan pasien dalam
dan Kedokteran Vaskular, FKUI dan Pusat Jantung Nasional Harapan terapi inhibitor enzyme konversi angiotensin (EKA)
Kita, Jakarta. E-mail: yogay136@gmail.com

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 37, No. 1 • Januari - Maret 2016 1


Jurnal Kardiologi Indonesia

maupun tidak. Digoksin tidak memiliki pengaruh Kedua metaanalisis di atas mengubah paradigma
terhadap penurunan mortalitas. Digoksin biasanya lama tentang manfaat digoksin khususnya pada pasien
baru diberikan bila pasien masih ada gejala walaupun FA. Sebagai klinisi kedua data di atas harus membuat
sudah dalam terapi optimal sesuai dengan panduan.8 kita lebih hati-hati dan selektif dalam pemakaian
Suatu metaanalisis10 terhadap 19 studi observasio­ digoksin. Sementara belum ada suatu penelitian
nal untuk mengetahui efek digoksin terhadap acak terkontrol, untuk meninggalkan sepenuhnya
mortalitas segala sebab dengan melibatkan 300.000 penggunaan digoksin sebagai kendali laju pada pasien
pasien FA dan/atau gagal jantung. Metaanalisis ini FA hanya dengan berdasarkan metaanalisis dari studi
menunjukkan bahwa terapi digoksin berhubungan observasional.
dengan peningkatan risiko mortalitas terutama pada
pasien FA. Tiga dari 19 uji klinis dalam metaanalisis
tersebut melibatkan 117.434 subjek dengan gagal Penghambat Beta
jantung dan FA.11-13 Sumber data dan analisis pada
ketiga studi tersebut identik dan ditampilkan secara Penggunaa obat penghambat beta untuk pasien
terpisah untuk subset FA dan gagal jantung (Gambar gagal jantung dan FA masih menjadi pilihan untuk
1). Pada kelompok FA digoksin berhubungan dengan mengendalikan laju jantung, khususnya pada gagal
peningkatan risiko kematian (HR 1.28, 95% CI, 1.12 jantung dengan fraksi ejeksi yang menurun. Obat
to 1.46, P , 0.01) sedangkan pada analisis subset gagal penghambat beta lebih disukai dari pada digoksin
jantung kongestif tidak terdapat perbedaan mortalitas untuk kendali laju karena lebih baik mengontrol laju
antara pemakai dengan bukan pemakai digoksin (HR jantung saat latihan. Dalam panduan tatalaksana
1.05, 95% CI, 0.91 to 1.20, P ¼ 0.52). gagal jantung ESC, obat penghambat beta menjadi
Metaanalisis lain terhadap 11 studi observasional pilihan pertama untuk gagal jantung dengan disfungsi
mencoba meneliti hubungan antara digoksin dengan ventrikel kiri dan FA dengan indikasi kelas I dan
mortalitas segala sebab pada pasien FA. Didapatkan tingkat bukti A.15
digoksin berhubungan dengan peningkatan risiko Berbeda dengan panduan di atas, sebuah meta­
mortalitas sebesar 21% (HR 1.21, 95% CI 1.12 to analisis mengenai efek obat penghambat beta pada
1.30). Berbeda dengan metaanalisis sebelumnya, pada pasien gagal jantung dan FA. Empat studi acak
studi ini ketika dilakukan analisis subgroup pada pasien terkontrol yang melibatkan jumlah total subjek 1667
dengan atau tanpa gagal jantung didapatkan digoksin dengan gagal jantung dengan penurunan ejeksi fraksi
tetap berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan FA menunjukkan bahwa luaran obat penghambat
pada kedua subgroup tersebut.14 beta tidak sebaik pada pasien dengan irama sinus.

Gambar 1. Grafik forest plot tiga studi pada populasi gagal jantung dan FA. Analisis dilakukan
terpisah pada subset FA dan subset gagal jantung. Dikutip dari kepustakaan no 10.

2 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 37, No. 1 • Januari - Maret 2016


Yuniadi Y: Gagal Jantung Kongestif dan Fibrilasi Atrium: Apa Terapi Terbaik?

Obat penghambat beta tidak menurunkan hospitalisasi sinus dan 3066 (17%) pasien dengan irama FA. Obat
(OR: 1.11 [95% CI: 0.85 to 1.47]; p = 0.44) maupun penghambat beta menurunkan mortalitas segala sebab
mortalitas (OR: 0.86 [95% CI: 0.66 to 1.13]; p = pada pasien dengan irama sinus (HR 0·73, 95%CI
0.28).16 0·67–0·80; p<0·001) tetapi tidak pada irama FA (HR
Metaanalisis lain yang dipublikasikan di Lancet 0·97, 95% CI 0·83–1·14; p=0·73). Hal yang sama
tahun 2013 terhadap 10 trial acak terkontrol mengenai juga terjadi pada tingkat hospitalisasi.17 (Gambar 3)
perbandingan obat penghambat beta dengan placebo Kedua metaanalisis di atas seyogyanya memberikan
pada pasien gagal jantung. Adanya irama FA atau sinus suatu pandangan baru dalam hal pemakaian obat
diidentifikasi dari EKG awal. Sebanyak 18254 subjek penghambat beta untuk gagal jantung dengan fraksi
yang terdiri dari 13946 (76%) pasien dengan irama ejeksi yang menurun dan FA. Rekomendasi pemakaian

Gambar 2. Efek obat penghambat beta terhadap mortalitas segala sebab pada pasien gagal jantung
dan FA. Dikutip dari kepustakaan no. 16

Gambar 3. Kurva Kaplan-Meier efek obat penghambat beta pada pasien gagal jantung dan irama
FA baik pada mortalias (A) maupun hospitalisasi (B). Tampak tidak ada perbedaan manfaat antara
obat penghambat beta dibandingkan placebo. Dikutip dari kepustakaan no. 17

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 37, No. 1 • Januari - Maret 2016 3


Jurnal Kardiologi Indonesia

obat penghambat beta untuk duo gagal jantung dan Wikstrand J. Presence and development of atrial fibrillation in
FA perlu disikapi dengan sangat hati-hati. Pemakaian chronic heart failure. Experiences from the MERIT-HF Study.
obat penghambat beta sebagai kendali laju FA harus Eur J Heart Fail. 2006;8:539-46.
dilakukan secara selektif dan pemantauan yang 6. Ho KK, Pinsky JL, Kannel WB and Levy D. The epidemiol­
ketat. ogy of heart failure: the Framingham Study. J Am Coll Cardiol.
Kegagalan digoksin dan obat penghambat beta 1993;22:6A-13A.
untuk terapi duo gagal jantung dan FA cukup 7. Wang TJ, Larson MG, Levy D, Vasan RS, Leip EP, Wolf PA,
menyulitkan dalam tatalaksana keadaan tersebut D’Agostino RB, Murabito JM, Kannel WB and Benjamin EJ.
karena obat kendali laju lain yang tersisa adalah Temporal relations of atrial fibrillation and congestive heart
penghambat kanal kalsium yang justru tidak dapat failure and their joint influence on mortality: the Framingham
digunakan pada keadaan gagal jantung dengan fraksi Heart Study. Circulation. 2003;107:2920-5.
ejeksi yang menurun. Barangkali ini saatnya kita 8. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Jr., Drazner
membuka peluang lebih besar untuk tatalaksana MH, Fonarow GC, Geraci SA, Horwich T, Januzzi JL, Johnson
FA secara invasif dengan ablasi radiofrekuensi. MR, Kasper EK, Levy WC, Masoudi FA, McBride PE, McMur­
Studi CAMTAF (Catheter Ablation Versus Medical ray JJ, Mitchell JE, Peterson PN, Riegel B, Sam F, Stevenson LW,
Treatment of Atrial Fibrillation in Heart Failure)18 Tang WH, Tsai EJ and Wilkoff BL. 2013 ACCF/AHA guideline
memperlihatkan bahwa ablasi radiofrekuensi efektif for the management of heart failure: executive summary: a report
mengembalikan irama sinus pada pasien FA dan gagal of the American College of Cardiology Foundation/American
jantung yang menghasilkan perbaikan fungsi ventrikel Heart Association Task Force on practice guidelines. Circulation.
kiri, kapasitas fungsional dan gejala-gejala gagal 2013;128:1810-52.
jantung dibandingkan dengan terapi kendali laju. 9. Camm AJ, Lip GY, De Caterina R, Savelieva I, Atar D, Hohn­
loser SH, Hindricks G, Kirchhof P, Guidelines-CPG ESCCfP
and Document R. 2012 focused update of the ESC Guidelines
Daftar Pustaka for the management of atrial fibrillation: an update of the 2010
ESC Guidelines for the management of atrial fibrillation--
1. Bleumink GS, Knetsch AM, Sturkenboom MC, Straus SM, Hof­ developed with the special contribution of the European Heart
man A, Deckers JW, Witteman JC and Stricker BH. Quantifying Rhythm Association. Europace. 2012;14:1385-413.
the heart failure epidemic: prevalence, incidence rate, lifetime risk 10. Vamos M, Erath JW and Hohnloser SH. Digoxin-associated
and prognosis of heart failure The Rotterdam Study. Eur Heart J. mortality: a systematic review and meta-analysis of the literature.
2004;25:1614-9. Eur Heart J. 2015;36:1831-8.
2. Corell P, Gustafsson F, Schou M, Markenvard J, Nielsen T and 11. Hallberg P, Lindback J, Lindahl B, Stenestrand U, Melhus H
Hildebrandt P. Prevalence and prognostic significance of atrial and group R-H. Digoxin and mortality in atrial fibrillation: a
fibrillation in outpatients with heart failure due to left ventricular prospective cohort study. Eur J Clin Pharmacol. 2007;63:959-
systolic dysfunction. Eur J Heart Fail. 2007;9:258-65. 71.
3. De Ferrari GM, Klersy C, Ferrero P, Fantoni C, Salerno-Uriarte 12. Shah M, Avgil Tsadok M, Jackevicius CA, Essebag V, Behlouli
D, Manca L, Devecchi P, Molon G, Revera M, Curnis A, Sarzi H and Pilote L. Relation of digoxin use in atrial fibrillation and
Braga S, Accardi F and Salerno-Uriarte JA. Atrial fibrillation in the risk of all-cause mortality in patients >/=65 years of age with
heart failure patients: prevalence in daily practice and effect on versus without heart failure. Am J Cardiol. 2014;114:401-6.
the severity of symptoms. Data from the ALPHA study registry. 13. Chao TF, Liu CJ, Chen SJ, Wang KL, Lin YJ, Chang SL, Lo
Eur J Heart Fail. 2007;9:502-9. LW, Hu YF, Tuan TC, Chen TJ, Chiang CE and Chen SA. Does
4. Dries DL, Exner DV, Gersh BJ, Domanski MJ, Waclawiw digoxin increase the risk of ischemic stroke and mortality in atrial
MA and Stevenson LW. Atrial fibrillation is associated with fibrillation? A nationwide population-based cohort study. Can
an increased risk for mortality and heart failure progression in J Cardiol. 2014;30:1190-5.
patients with asymptomatic and symptomatic left ventricular 14. Ouyang AJ, Lv YN, Zhong HL, Wen JH, Wei XH, Peng HW,
systolic dysfunction: a retrospective analysis of the SOLVD tri­ Zhou J and Liu LL. Meta-analysis of digoxin use and risk of
als. Studies of Left Ventricular Dysfunction. J Am Coll Cardiol. mortality in patients with atrial fibrillation. Am J Cardiol.
1998;32:695-703. 2015;115:901-6.
5. van Veldhuisen DJ, Aass H, El Allaf D, Dunselman PH, 15. McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD, Auricchio A, Bohm
Gullestad L, Halinen M, Kjekshus J, Ohlsson L, Wedel H and M, Dickstein K, Falk V, Filippatos G, Fonseca C, Gomez-
Sanchez MA, Jaarsma T, Kober L, Lip GY, Maggioni AP, Park­

4 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 37, No. 1 • Januari - Maret 2016


Yuniadi Y: Gagal Jantung Kongestif dan Fibrilasi Atrium: Apa Terapi Terbaik?

homenko A, Pieske BM, Popescu BA, Ronnevik PK, Rutten FH, 17. Kotecha D, Holmes J, Krum H, Altman DG, Manzano L,
Schwitter J, Seferovic P, Stepinska J, Trindade PT, Voors AA, Cleland JG, Lip GY, Coats AJ, Andersson B, Kirchhof P, von
Zannad F, Zeiher A and Guidelines ESCCfP. ESC Guidelines Lueder TG, Wedel H, Rosano G, Shibata MC, Rigby A, Flather
for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure MD and Beta-Blockers in Heart Failure Collaborative G. Ef­
2012: The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute ficacy of beta blockers in patients with heart failure plus atrial
and Chronic Heart Failure 2012 of the European Society of fibrillation: an individual-patient data meta-analysis. Lancet.
Cardiology. Developed in collaboration with the Heart Failure 2014;384:2235-43.
Association (HFA) of the ESC. Eur Heart J. 2012;33:1787- 18. Hunter RJ, Berriman TJ, Diab I, Kamdar R, Richmond L,
847. Baker V, Goromonzi F, Sawhney V, Duncan E, Page SP, Ullah
16. Rienstra M, Damman K, Mulder BA, Van Gelder IC, McMurray W, Unsworth B, Mayet J, Dhinoja M, Earley MJ, Sporton S and
JJ and Van Veldhuisen DJ. Beta-blockers and outcome in heart Schilling RJ. A randomized controlled trial of catheter ablation
failure and atrial fibrillation: a meta-analysis. JACC Heart Fail. versus medical treatment of atrial fibrillation in heart failure (the
2013;1:21-8. CAMTAF trial). Circ Arrhythm Electrophysiol. 2014;7:31-8.

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 37, No. 1 • Januari - Maret 2016 5

Anda mungkin juga menyukai