A. TUJUAN PERCOBAAN
RA
3. Menentukan hubungan antara medan magnetik dan jumlah lilitan.
4. Menentukan tetapan permeabilitas.
ITE
B. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
sar
1. 1 set solenoida 8. Kabel jumper
2. Teslameter digital 9. Barrel base
Da
3. Multimeter digital 10. Support rod
4. Power supply 11. Klem
ika
5. Distributor 12. Hall probe, axial
6. Meteran 13. Lab jack
Fis
Sebuah solenoid dapat dibuat dengan cara melilitkan kawat pada sebuah tabung dengan jumlah lilitan
tertentu. Jika solenoid tersebut dialiri listrik, maka di dalam solenoid tersebut akan timbul medan
rat
magnet.
bo
La
Gambar 1.1 Perhitungan medan magnet sepanjang sumbu z pada loop kawat
Dengan menurunkan persamaan di atas, maka akan diperoleh rapat fluks magnetik sepanjang sumbu
loop kawat seperti berikut :
µ0𝐼 𝑅
𝐵(𝑧) = 2 3 (1.2)
(𝑅2+𝑍2)
2
−6 𝐻
RA
Dengan konstanta magnetik sebesar µ0 = 1. 2566×10 𝑚
. Jika terdapat sejumlah kecil loop
identik yang saling berdekatan, densitas flux magnetiknya diperoleh dengan mengalikan B(z) dengan
ITE
jumlah lilitan n. Pada pusat loop (z=0), diperoleh :
sar
µ0.𝑛.𝐼
𝐵(0) = 2𝑅
(1.3)
Da
Untuk menghitung densitas flux magnetik dari solenoida yang memiliki panjang l dan jumlah lilitan n,
𝑛
dapat dilakukan dengan mengalikan densitas fluks magnetik pada satu loop dengan 𝑙 dan kemudian
diintegralkan sepanjang l.
ika
µ0.𝑛.𝐼 ⎡ 𝑎 𝑏 ⎤
𝐵(𝑧) = ⎢ − ⎥ (1.4)
2𝑙 ⎢ 𝑅2+𝑎2 1 1
⎥
⎣( ) (𝑅 +𝑏2)
2 2 2
⎦
Fis
Jika diukur tepat di bagian tengah solenoida, maka persamaan di atas menjadi :
1
µ0.𝑛.𝐼 −2
ium
2 1
𝐵(0) = ⎡𝑅 + ⎤ (1.5)
2𝑙 ⎣ 2 ⎦
or
a. Pastikan alat terangkai seperti pada Gambar 1.2 (konsultasikan dengan asisten).
b. Operasikan catu daya sebagai sumber arus konstan, set tegangan hingga 18 volt dan arus pada nilai
bo
yang diinginkan. Perhatian : arus tidak boleh lebih dari 1 ampere dan pastikan solenoid tidak
menimbulkan panas.
La
c. Buatlah nilai medan magnet yang terbaca pada teslameter menjadi nol sebagai kalibrasi.
d. Posisikan hall probe sehingga tepat berada pada ujung kiri dari solenoid yang paling kecil.
e. Majukan hall probe memasuki solenoid (100 lilitan) sepanjang 1 cm dari posisi awal, sebanyak 10
sampel titik pengukuran secara bertahap hingga mencapai ujung kanan solenoid.
f. Catat nilai medan magnet yang tertera pada display teslameter untuk setiap posisi pada Tabel 1.
RA
ITE
sar
Da
Gambar 1.2 Set- up eksperimen untuk menentukan medan magnet
ika
Tabel 1. Data hasil pengukuran medan magnet terhadap arus yang diberikan pada solenoida 100 lilitan
Fis
B ( x 10-3 Tesla)
No. l (x 10-2 m)
I = 0,1 A I = 0,2 A I = 0,3 A I = 0,4 A I = 0,5 A
ium
1 0
2 1
3 2
or
4 3
5 4
rat
6 5
7 6
bo
8 7
9 8
10 9
La
Tabel 2. Data hasil pengukuran medan magnet terhadap arus yang diberikan pada solenoida 300 lilitan
B ( x 10-3 Tesla)
No. l (x 10-2 m)
I = 0,1 A I = 0,2 A I = 0,3 A I = 0,4 A I = 0,5 A
1 0
2 1
RA
Tabel 3. Data hasil pengukuran medan magnet terhadap arus yang diberikan
ITE
pada circular coil
No. I (A) B ( x 10-3 Tesla)
Circular tunggal, Circular tunggal, Circular 3,
sar
d= 8,5 cm d= 12 cm d= 12 cm
1 1
2 2
Da
3 3
4 4
5 5
ika
Fis
E. TUGAS PENDAHULUAN
ium
1. Jelaskan perbedaan besaran B dan H dalam teori medan elektromagnetik (tuliskan rumus
masing-masing)!
2. Dua buah pengantar dialiri arus sebesar 2 A dengan arah berlawanan. Kedua penghantar
or
−7
tersebut berjarak 12 cm, jika µ𝑜 = 4π x 10 Wb/An. Maka tentukan besar kuat medan magnet di
rat
F. TUGAS ANALISIS
1. Buatlah kurva antara kuat medan magnet sebagai sumbu-y dengan posisi hall probe sebagai
sumbu-x. Jelaskan bentuk kurva yang Anda peroleh!
RA
ITE
sar
Da
ika
Fis
ium
or
rat
bo
La
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui dan memahami hubungan antara voltase dan kuat medan elektrik di uji, dengan jarak plat
yang konstan.
RA
2. Memahami hubungan antara kuat medan listrik dan jarak plat yang telah di uji dengan voltase yang
ITE
konstan.
3. Menentukan potensial listrik pada plat kapasitor yang diukur dengan probe sebagai fungsi dari posisi.
sar
B. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
1.
2.
Plat Kapasitor 283x 283 mm (2 buah)
Da
Plat Kapasitor dengan lubang, d = 55 mm (1 buah)
ika
3. Electric field meter (1 buah)
Fis
RA
→
Medan listrik yang seragam 𝐸 dihasilkan antara dua plat kapasitor. Kuat medan ditentukan dengan Electric
ITE
field strength meter. Sebagai fungsi dari jarak plat d dan voltase U. Potensial listrik φ dalam bidang ini
diukur dengan probe pengukuran potensial.
sar
Da
ika
Fis
1. Cara Set-up alat percobaan ini digambarkan seperti pada Gambar 1 pertama-tama Electric field meter
harus pada nilai keseimbangan 0 dengan Voltase 0 V. Kuat medan listrik sekarang diukur dengan
Voltase yang bermacam-macam pada jarak plat apapun (kurang lebih 10 cm).
RA
2. Kuat medan magnet diukur sebagai fungsi jarak antara 2 plat kapasitor pada kisaran 2 sampai 12 cm
dengan tidak mengubah set – up alat tetapi dengan voltase konstan 200V.
ITE
3. Cara set – up alat percobaan seperti pada Gambar 2 jarak kedua plat adalah 10 cm. kemudian
diberikan tegangan 250 V, potensial listrik antara plat di ukur dengan pengujian pengukuran potensial.
sar
Untuk menghindari gangguan dari muatan permukaan luar, udara pada ujung probe yang di-ionisiasi,
menggunakan nyala api dengan panjang 3 sampai 5 mm. Probe harus selalu di gerakan paralel ke plat
Da
kapasitor.
ika
Teori dan Evaluasi
Fis
→ δ →
𝑟𝑜𝑡 𝐸 = 𝐵
ium
δ𝑡
→
𝑑𝑖𝑣 𝐷 = ρ
or
Ikuti persamaan Maxwell`s untuk medan listrik E pada plat kapasitor. Untuk kasus keadaan stabil dalam
pengisian ruang bebas diantara plat
rat
→
bo
𝑟𝑜𝑡 𝐸 = 0 (1)
→
𝑑𝑖𝑣 𝐷 = 0 (2)
La
Jika satu plat ditempatkan pada bidang y-z dan paralel dengan jarak d dan jika gangguan batasan plat
→
diabaikan, hal tersebut mengikuti bentuk (5.2) 𝐸 yang terletak di arah x dan seragam. karena medan
→
tersebut irrotasional (rot 𝐸 = 0) sehingga dapat dinyatakan sebagai gradien dari medan skalar φ.
→
Sementara 𝐸 karena tidak ada bentuknya, hal tersebut bisa dinyatakan sebagai hasil bagi perbedaan
medan terhadap perpindahan.
RA
→ (φ1−φ0) 𝑈
𝐸= 𝑥1− 𝑥2
= 𝑑
(3)
ITE
Dimana perbedaan potensial sama dengan voltase U yang digunakan dan d adalah jarak antara plat.
sar
Dari garis regresi untuk nilai yang diukur dari Gambar 3 dengan dinyatakan secara eksponensial.
Da
E = A . UB
ika
eksponensial mengikuti sebagai berikut
Fis
B = 1.005 ± 0.003.
Dengan jarak yang konstan d, E adalah sebanding dengan tegangan.
ium
or
rat
bo
La
RA
ITE
sar
Gambar 4. Kuat medan listrik sebagai fungsi dari jarak plat
Da
ika
Fis
ium
or
rat
bo
Gambar 5. Nilai yang diukur dari gambar 4 di tempatkan pada skala log- log
La
Dengan voltase konstan U kuat medan E bervariasi berbanding terbalik dengan jarak d. Jika diukur
nilainya di plot pada skala log-log (Gambar 5) maka dikarenakan
𝑈
log E = log 𝐷
= logU - logD,
Selama potensial φ dari permukaan equipotensial pada plat kapasitor bergantung linier terhadap jarak
x. Contoh : dari plat dengan potensial φ1, kemudian
𝑈
φ = φ1 − 𝐸 . 𝑥 = φ1 − 𝑑
. 𝑥
Sedangkan di set = 0 (Gambar 6), Dengan voltase U =250V dan jarak plat d =10 cm, diukur nilainya
RA
pada Gambar 7 menunjukkan hubungan linier antara posisi dan potensial. Dengan persamaan linier
ITE
φ = φ1 + 𝐸 . 𝑥
Mengikuti persamaan sebagai berikut;
sar
Da
φ1 = 256 𝑉
Dan
ika
𝑘𝑉
𝐸 =− 2. 68±0. 04 𝑚
Fis
→
𝐸
ium
or
φ1 φ φ0
rat
x
bo
La
Da
ika
E. Tabel Percobaan
Tabel 1. Data Percobaan medan magnet dan potensial listrik pada plat kapasitor dengan d = 5 cm, 10 cm
Fis
d (x 10 cm)
.
1 100
2 150
or
3 5 200
4 250
rat
5 300
1 100
2 150
bo
3 10 200
4 250
La
5 300
1 100
2 150
3 15 200
4 250
5 300
No. −2
d (x 10 cm) V input (V) V output (V) E (V/m)
1 2
2 4
3 6 100
RA
4 8
5 10
ITE
1 2
2 4
3 6 200
sar
4 8
5 10
1
2
3
2
4
6 Da
300
ika
4 8
5 10
Fis
F. Tugas Pendahuluan
ium
3. Suatu kapasitor keping sejajar memiliki luas 200 cm2 per kepingnya. Kedua keping tersebut terpisah sejauh
rat
2 cm. Saat diisi udara, beda potensial di antara kedua keping 300 Volt. Saat diisi bahan dielektrik, beda
potensialnya turun menjadi 100 Volt. Berapakah konstanta dielektrik bahan tersebut?
bo
Keempat kapasitor di atas memiliki nilai yang sama, yaitu 4 mF. Tentukanlah besar energi yang tersimpan di
dalam gabungan keempat kapasitor di atas!
5. Sebutkan dan jelaskan penerapan modul ini di kehidupan manusia!
Modul Medan Dan Potensial Listrik Pada Plat Kapasitor Page 8
G. Tugas Analisis
1. Jelaskan hubungan antara dan potensial listrik pada plat kapasitor dengan jarak kedua plat
kapasitor, berdasarkan data pada tabel percobaan!
2. Jelaskan hubungan antara dan potensial listrik pada plat kapasitor dengan V input yang
diberikan, berdasarkan data pada tabel percobaan!
RA
3. Berdasarkan percobaan yang telah anda lakukan, buatlah grafik antara kuat medan listrik, E
ITE
(V/m) pada sumbu y dan V output (V) pada sumbu x.
4. Jelaskan asumsi-asumsi yang digunakan pada percobaan ini!
sar
Da
ika
Fis
ium
or
rat
bo
La
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kuat arus pada setiap cabang dalam suatu rangkaian listrik.
RA
2. Menentukan besarnya beda potensial antara dua titik dalam suatu rangkaian listrik.
ITE
B. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
sar
1. Resistor
2. Papan rangkaian
Da
3. Power supply
4. Multimeter
ika
5. Kabel penghubung
Fis
Untuk mengukur kuat arus di suatu rangkaian digunakan amperemeter. Amperemeter dipasang
seri seperti Gambar 1 (a). Untuk mengukur tegangan antara dua titik dalam rangkaian
or
digunakan voltmeter. Voltmeter pengukur tegangan dipasang paralel seperti Gambar 1 (b).
rat
bo
La
(a) (b)
Gambar 1. Rangkaian untuk pengukuran arus dan tegangan
Kirchoff.
Hukum Kirhcoff I menyatakan: “Pada setiap titik percabangan, jumlah arus yang masuk melalui titik
tersebut sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut”.
RA
Dari Gambar 2, berlaku persamaan:
ITE
I1 + I2 + I3 = I4 + I5
sar
Da
ika
Fis
Gambar 2. Ilustrasi dari Hukum Kirchoff tentang titik percabangan
Hukum Kirchoff II juga bisa disebut hukum simpal, karena pada kenyataannya beda potensial di
ium
antara dua titik dalam suatu rangkaian dalam keadaan arus tetap (tunak) selalu konstan.
∑ E= 0 (2)
or
rat
bo
La
1. Susunlah rangkaian seperti Gambar 3. Gunakan R1 =.. , R2 = .., R3 = .., R4 = .., dan R5 =....
2. Ukurlah hambatan pada resistor dengan multimeter. Tuliskan hasil pengukuran yang
diperoleh pada Tabel 1.
3. Ukurlah tegangan V1, V2, V3, V4, dan V5. Tuliskan hasil pengukuran yang diperoleh pada
Tabel 2.
RA
4. Ukurlah arus yang melewati R1, R2, R3, R4, dan R5. Tuliskan hasil pengukuran diperoleh pada
Tabel 3.
ITE
sar
Da
ika
Fis
1
2
bo
3
4
5
La
E1 = 12 V
E2 = 12 V
E. TUGAS PENDAHULUAN
RA
a. Hambatan
b. Arus
ITE
c. Tegangan (volt)
2. Jelaskan secara kompleks apa itu resistor dan kode warna perangkatnya ? Jika diketahui
sar
sebuah resistor dengan pita satu berwana kuning, pita dua berwarna orange, pita tiga
berwarna coklat, dan pita empat berwarna emas.
a.
b. Da
Berapakah nilai resistornya ?
Jika diketahui nilai arusnya adalah 0,83 A. Berapakah nilai tegangannya ?
ika
3. Jelaskan kegunaan dari hukum Kirchoff I dan II!
4. Jelaskan perbedaan hukum Kirchoff I dan II?
Fis
5. Buatlah tabel warna gelang pada resistor serta jelaskan bagaimana cara membaca warna
gelang pada resistor!
ium
F. TUGAS ANALISIS
or
2. Jelaskan perbandingan hasil pengukuran resistor, arus, dan beda tegangan dengan hasil
perhitungan!
bo
A. TUJUAN PERCOBAAN
Arus bolak-balik adalah arus listrik yang berubah-ubah besar dan arahnya. Bentuk arus
bolak-balik yang paling sederhana secara matematis adalah arus sinusoidal. Sebagai
contoh:
( ) ( ) (1)
antara dan ditunjukkan oleh luas yang dibatasi kurva ( ) dengan sumbu ,
( )
(2)
Untuk listrik bolak-balik tersebut, arus yang diukur oleh amperemeter adalah arus
Karakteristik listrik bolak balik yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah arus dan
tegangan yang ada pada induktor dan kapasitor. Marilah kita tinjau mula-mula
R L
A B
Induktor murni, L, jika dialiri arus bolak balik i akan timbul GGL induksi sebesar
sebesar
(3)
(4)
√ ( ) √ ( ) (5)
( ) (6)
Ubah fungsi ini menjadi vektor fasor, misal pers (4) menjadi:
(7)
Kita gambarkan vektor tersebut seperti dalam Gambar 3 (a) atau seperti dalam
Gambar 3 (b) dengan menganggap t .
(8)
√ (9)
√ (10)
( √ ) ( ) ( √ ) √ √ ( ) (11)
(12)
√ ( ) √ (13)
dengan reaktansi induktif. Impedansi Z dapat juga digambar dalam diagram fasor seperti di
bawah ini:
XL
R
Gambar 4. Impedansi Z
Karakteristik untuk rangkaian seri RC dapat juga diturunkan dengan cara yang
serupa. Jika pada rangkaian seri RL tegangan mendahului arus, maka pada
~
Gambar 5. Rangkaian mengukur impedansi rangkaian seri RLC
4. Ukur dan catat beda potensial antara ujung-ujung resistor (V R), ujung-ujung induktor
(VL), ujung-ujung kapasitor (VC), Ukur dan catat pula besar arus
5. Ulangi percobaan 2 dan 4 dengan frekuensi 40.000 Hz, 70.000 Hz, 100.000 Hz,
130.000 Hz.
3. Kemudian catat nilai VR,, Vl, Vc dan I pada rangkaian tersebut, ulangi percobaan
sebanyak 3 kali
10000
40000
70000
100000
130000
D. TUGAS PENDAHULUAN
E. TUGAS ANALISIS
A. Tujuan Percobaan
1. Pemancar, 1 buah
2. Penerima, 1 buah
3. Dudukan pemancar dan penerima, 2 buah
4. Kisi Polarisator, 1 buah
5. Plat acrylic, 1 buah
6. Plat aluminium, 1 buah
7. Dudukan Plastik, 3 buah
Polarisasi merupakan proses pembatasan getaran vektor yang membentuk suatu gelombang
transversal sehingga menjadi satu arah. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal
saja dan tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal. Suatu gelombang transversal
mempunyai arah rambat yang tegak lurus dengan bidang rambatnya. Apabila suatu gelombang
memiliki sifat bahwa gerak medium dalam bidang tegak lurus arah rambat pada suatu garis
lurus, dikatakan bahwa gelombang ini terpolarisasi linear. Sebuah gelombang tali mengalami
polarisasi setelah dilewatkan pada celah
Polarisasi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan transparan akan maksimum bila sinar
pantul tegak lurus terhadap sinar bias. Sudut datang dan sudut pantul pada saat polarisasi
maksimum disebut sudut Brewster atau sudut polarisasi (iP). Berdasarkan hukum Malus,
intensitas polarisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Cahaya merupakan salah satu dari gelombang elektromagnetik yang berosilasi secara
transversal yang merupakan salah satu sifat unik yang dimiliki oleh cahaya tersebut dan tidak
dimiliki oleh gelombang pada umumnya, maka dalam cahaya akan terjadi gejala difraksi serta
interferensi didalamnya. Seperti yang telah diketahui bahwa difraksi merupakan suatu gejala
penyebaran arah yang dialami oleh seberkas gelombang pada saat melewati celah sempit
dibandingkan dengan ukuran panjang gelombangnya. Inteferensi merupakan akibat bersama
yang ditimbulkan oleh beberapa gelombang cahaya, yang diperoleh dengan cara
menjumlahkan gelombang- gelombang tersebut.
Polarisasi cahaya dibedakan atas tiga macam diantaranya adalah, cahaya dikatakan
mempunyai polarisasi linier apabila medan listriknya berosilasi (bergetar) pada suatu garis
lurus. Jika ujung vektor medan listriknya bergerak pada suatu elips, maka cahayanya dikatakan
terpolarisasi eliptik.
Dalam hukum Malus, suatu polarisasi yang sempurna akan menghasilkan 50% intensitas
cahaya tak terpolarisasi yang datang. Dianggap bahwa tidak ada cahaya yang hilang oleh
pantulan – pantulan dan rantai- rantai hidrokarbon didalamnya benar-benar sejajar. Anggaplah
bahwa komponen polarisasi yang tidak diinginkan seluruhnya dapat diserap, sedangkan
komponen polarisasi yang diinginkan seluruhnya diteruskan.
Jika suatu cahaya terpolarisasi linier dijatuhkan tegak lurus terhadap polaroid, sedang arah
polarisasi membuat sudut dengan sumbu mudah polaroid, maka amplitudo yang diteruskan
dadalah sebesar proyaksi medan listrik pada sumbu mudah. Akibatnya intensitas cahaya yang
diteruskan menjadi :
(2)
Bias ganda merupakan sifat yang dimiliki beberapa Kristal tertentu (terutama kalsit) untuk
membentuk dua sinar bias dari suatu sinar datang tunggal. Sinar bias (ordinary ray) mengikuti
hukum-hukum pembiasan normal. Sinar bias lain, yang dinamakan sinar luar biasa
(extraordinary ray), mengikuti hukum yang berbeda. Kedua sinar tersebut bergerak dengan
kelajuan yang sama, di mana cahaya sinar biasa terpolarisasi tegak lurus terhadap cahaya
sinar luar biasa.
Cahaya yang terpolarisasi bidang bisa diperoleh dari cahaya yang tidak terpolarisasi dengan
menggunakan bahan bias ganda yang disebut polaroid. Polaroid terdiri atas molekul panjang
yang rumit yang tersusun paralel satu sama lain. Jika satu berkas cahaya terpolarisasi bidang
jatuh pada polaroid yang sumbunya membentuk sudut terhadap arah polarisasi datang,
amplitudonya akan diperkecil sebesar cos . Karena intensitas berkas cahaya sebanding
dengan kuadrat amplitudo, maka intensitas terpolarisasi bidang yang ditransmisikan oleh alat
polarisasi adalah:
(3)
I I 0 cos 2
D. Prosedur Percobaan
1. Susunlah alat percobaan seperti Gambar 2, pastikan frekuensi pada alat adalah 100 Hz,
2. Catatlah data yang ditunjukkan oleh receiver (penerima) saat jarak antara receiver dan
transmitter divariasikan di Tabel 1 tanpa menggunakan medium.
3. Catatlah data yang ditunjukkan oleh receiver (penerima) saat acrylic diarahkan pada sudut
00, 200 , 400 ,600 , 800, 1000 , 1200 ,1400, 1600 , 1800 di Tabel 2, dengan jarak transmitter dan
receiver adalah 100 cm.
Modul Gelombang Mikro Page 4
Gambar 1. Skema rancangan percobaan gelombang mikro
4. Ulangi langkah yang sama untuk plat aluminium dan catat data di Tabel 3.
5. Catatlah data yang ditunjukkan oleh penerima saat polarisator dengan posisi vertikal
diarahkan pada sudut 00, 200 , 400 ,600 , 800, 1000 , 1200 ,1400, 1600 , 1800 terhadap garis
horizontal di Tabel 4.
6. Ulangi langkah yang sama untuk polarisator dalam posisi horizontal catat di Tabel 5!
E. Tugas Analisis
4. Mengapa gelombang mikro tidak dapat dilihat oleh mata dan mampu memanaskan sebuah
benda? Jelaskan cara kerja gelombang mikro?
F. Tugas Pendahuluan
1. Bandingkan nilai Io dan Im!
2. Bandingkan perbedaan nilai Im pada data Gelombang Mikro menggunakan medium polarisator
vertikal dan horizontal !
3. Bandingkan nilai Im pada ketiga plat yang digunakan, manakah nilai Im yang paling besar ?
Jelaskan mengapa demikian!
4. Gambarkan grafik dari kelima percobaan tersebut dan analisis grafik tersebut (sumbu x adalah
variable ) dan (sumbu y adalah Im)
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami pengaruh jarak, lebar dan banyaknya celah kisi terhadap pola difraksi.
2. Menentukan panjang gelombang sinar laser yang digunakan
1. Laser
2. Dudukan laser
3. Tegangan pembangkit laser
4. Celah ganda dan celah jamak
5. Dudukan celah
6. Kertas Millimeter block
Difraksi adalah peristiwa pelengkungan cahaya akibat melalui celah sempit, atau medium berbeda
sehingga cahaya akan tampak melebar di suatu celah. Cahaya tidak lagi merambat menurut garis lurus.
Jika panjang gelombang sinar datang sebanding dengan lebar celah maka akan terbentuk pola gelap
terang yang ditangkap pada layar. Pada difraksi celah ganda, cahaya sumber di lewatkan pada dua buah
celah yang terpisah secara paralel. Pola difraksi cahaya bergantung pada perbandingan ukuran panjang
gelombang dengan lebar celah yang dilewati, serta jarak pemisah celah pertama dan celah kedua.
Pada praktikum ini akan dibahas difraksi pada celah banyak (kisi). Perumusan umum difraksi pada celah
banyak adalah:
(1)
(2)
dimana λ adalah panjang gelombang cahaya, d adalah jarak antar celah, adalah sudut perbedaan fasa,
adalah jarak antara ujung garis ke-n dengan garis terang pusat dan m menyatakan orde terang.
A. Langkah-Langkah Percobaan
Gambar 2. Setting alat percobaan difraksi celah tunggal, ganda dan jamak
1. Atur jarak antara layar dengan celah (L) sehingga lebar celah dapat diukur dengan
mudah.
2. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri garis terang.
3. Ukur dan catat jarak antara garis gelap pertama, kedua dan ketiga pada kedua sisi
dengan garis terang pusat.
1. Putar pemutar celah ke (II) dan catat lebar celah a serta jarak antar celah d.
2. Atur jarak antara layar dengan celah (L) sehingga lebar celah dapat diukur dengan
mudah.
3. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri garis terang.
4. Ukur dan catat jarak antara garis gelap pertama, kedua dan ketiga pada kedua sisi
dengan garis terang pusat.
1. Putar pemutar celah ke (III) dan catat lebar celah a serta jarak antar celah d.
2. Atur jarak antara layar dengan celah (L) sehingga lebar celah dapat diukur
dengan mudah.
3. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri garis terang.
4. Ukur dan catat jarak antara garis gelap pertama, kedua dan ketiga pada kedua sisi
dengan garis terang pusat.
d x10-3
n (jumlah l y
(m) KSR (%)
celah) (m) (m)
y1= =
y2= 2=
0,5 0,05 y3= 3=
̅
y1= =
y2= 2=
1 0,05 y3= 3=
̅
y1= =
y2= 2=
0,5 0,1 y3= 3=
̅
1
y1= =
y2= 2=
1 0,1 y3= 3=
̅
y1= =
y2= 2=
0,5 0,2 y3= 3=
̅
y1= =
y2= 2=
1 0,2 y3= 3=
̅
Catatan : Untuk celah tunggal a=d
Tabel 2. Data Percobaan Interferensi dan difraksi dengan menggunakan celah ganda
n (jumlah l a x10-3 d x10-3 y KSR (%)
celah) (m) (m) (m) (m)
y1= =
0,5 0,05 0,25 y2= 2=
̅
y1= =
2 1 0,05 0,25 y2= 2=
̅
y1= =
0,5 0,04 0,5 y2= 2=
̅
Tabel 3. Data Perrcobaan Interferensi dan difraksi dengan menggunakan celah jamak
n l a x10-3 d x10-3 y (m) KSR (%)
(jumlah (m) (m) (m)
celah)
y1= =
0,5 0,04 0,2 y2= 2=
̅
3
y1= =
0,2
1 0,04 y2= 2=
̅
D. Tugas Pendahuluan
1. Apakah kepanjangan dari Laser? Apa pengertiannya dan bagaimana proses terbentuknya?
2. Jelaskan sifat-sifat Laser dan apa keuntungan dari sifat-sifat tersebut?
3. Sebutkan macam-macam jenis Laser dan apa perbedaan mendasar satu dengan yang lainnya?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan polarisasi cahaya dan apa manfaat nya dalam kehidupan
sehari-hari?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Difraksi? Jelaskan sejarah singkat penemuan Difraksi!
E. Tugas Analisis
1. Jelaskan prosedur pengambilan data dalam setiap percobaan yang kita lakukan?
2. Berapa panjang gelombang sinar laser HeNe yang diperoleh dari hasil perhitungan data
percobaan? Apakah nilainya sama dengan alat yang digunakan (632 x 10-9 m)?
3. Jelaskan pengaruh jarak, lebar dan banyaknya celah kisi terhadap pola difraksi?
4. Berapakah nilai KSR dalam tiap percobaan ? Jelaskan!
Modul Difraksi Pada Celah Tunggal dan Jamak Page 5