Indonesia merupakan negara yang memiliki resiko bencana alam paling tinggi di dunia menurut
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) atau Badan PBB untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana. Hal ini dikarenakan tingginya jumlah
penduduk yang terpapar atau memiliki risiko tertinggi terhadap bencana gempabumi, tsunami,
letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan yang mencapai
kisaran 5,4 juta orang (BBC Indonesia dalam Hasan, 2012)
Kondisi geografis dan geologis Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai daerah rawan bencana.
Gempabumi merupakan salah satu ancaman bencana alam dengan intensitas yang tinggi di
Indonesia sebagaimana terlihat dalam tabel 1.1. diatas. Pada tahun 2015, di Indonesia
berdasarkan data BMKG tercatat intensitas gempabumi sebanyak 4.917 gempa.
Sepanjang tahun 2021, gempa bumi mengakibatkan berbagai kerusakan bangunan di Jawa
Timur. Berbagai gempa bumi ini juga menjadikan awal pertanda bahwa mitigasi bencana masih
lemah.
Gempa berkekuatan M 6,1 terjadi di Malang, pada Sabtu, 10 April 2021. Berdasarkan data
BPBD Jawa Timur ada 115 orang menjadi korban gempa bumi ini. Tercatat ada 10 orang
meninggal dunia, 2 orang luka berat, 6 orang luka sedang, dan 97 orang luka ringan.
Gempa ini juga meluluhlantakkan 16.541 unit rumah. Rinciannya 8.968 rumah rusak ringan,
5.160 rumah rusak sedang, dan 2.413 unit rumah rusak berat. Tak hanya itu, gempa ini juga
merusak sejumlah fasum. Ada 5 fasum yang rusak yang terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas
ibadah, hingga fasilitas kesehatan.
Betdasarkan data BMKG terjadi 13 kali rentetan gempa susulan pasca gempa bumi berkekuatan
M 6,1 di perairan selatan Kabupaten Malang. Dari pengamatan BMKG, rentetan gempa Malang
rata-rata merupakan gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo
Australia. Selain itu, Dampak gempa Malang ini dirasakan warga Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan,
Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Banyuwangi, Ponorogo, Jember.
Setelah gempa bumi di Malang, Gempa 5,9 SR mengguncang Blitar pada Jumat, 21 Mei 2021.
Ada ratusan rumah di 8 daerah di Jawa Timur yang mengalami kerusakan. Dampak dari gempa
Blitar adalah, rumah warga dan 20 fasilitas umum (fasum) mengalami kerusakan. Dampak
kerusakan tersebut tersebar di 8 kabupaten/kota.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, rincian
kerusakan yaitu Kabupaten Blitar (144 rumah, 11 fasum), dan Kabupaten Malang (90 rumah, 5
fasum). Selain itu, kerusakan juga terjadi di Kabupaten Pasuruan (29 rumah, 3 fasum), Lumajang
(19 rumah), Jember (1 fasum), Kabupaten Kediri (3 rumah), Kota Malang (1 rumah) serta Kota
Blitar (4 rumah rusak).
Ada tiga korban mengalami luka ringan hingga berat. Warga dengan luka berat ada satu orang
dari Kabupaten Blitar. Dua korban luka ringan dari Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan.
Berdasarkan data BMKG, gempa tersebut juga diikuti 4 kali gempa susulan. Masing-masing
berkekuatan 2,7 SR, 2,9 SR, 3,1 SR dan 2,8 SR.