Anda di halaman 1dari 1

Kelompok I - Pengantar Perancangan Ruang Luar TA B

1. Cindy Wilona Kaulika – 220406037


2. Stevan Reynardi – 220406048
3. Wilbert – 220406058

Satu Tungku Tiga Batu

Filosofi Satu Tungku Tiga Batu adalah sebuah filosofi lokal yang berasal dari Fakfak
di Papua Barat. Filosofi ini telah diwariskan sejak dahulu secara turun temurun di dalam
keluarga warga Fakfak. Latar belakang lahirnya filosofi tersebut bermula dari warga suku
Mbaham Matta yang memasak di atas tunguku yang terdiri dari tiga batu besar. Ketiga batu
ini disusun membentuk lingkaran sehingga menopang kuali yang digunakan.
Tungku dalam Bahasa daerahnya disebut hirriet yang berarti kebun, tanah, atau
negeri. Kata ini sendiri merujuk pada wadah dimana keberagaman hidup dan bertumbuh.
Tiga batu adalah simbol dari “Kau, Saya dan Dia Bersaudara” yang juga mengarah terhadap
tiga sendi kehidupan bermasyarakat, yakni adat, pemerintah dan agama. Jadi, secara
keseluruhan, filosofi Satu Tungku Tiga Batu dapat diartikan sebagai wadah atau tempat
dimana keberagaman dalam masyarakat hidup dan bertumbuh, yang menjadikan filosofi
tersebut sebagai suatu nilai budaya yang pertama-tama bertalian erat dengan sistem
kekerabatan suku.
Seiring berjalannya waktu, penduduk Fakfak kian semakin beragam dan semakin
terbuka terhadap dunia luar. Meskipun semakin telah ada agama baru yang masuk, mereka
dapat hidup secara toleran dan harmonis. Dari fakta tersebut, kita dapat melihat bahwa
filosofi Satu Tungku Tiga Batu masih relevan dalam masyarakat Fakfak. Selain itu, filosofi
tersebut juga menjadi identitas dari masyarakat Fakfak itu sendiri, dimana adat, agama dan
pemerintahan berdiri sejajar. Hal tersebut menandakan ketiga unsur ini menjadi pilar ataupun
pedoman hidup bagi masyarakat Fakfak.
Dari filosofi ini, dapat kita ketahui bahwa perbedaan dapat menyatukan, dari
perbedaan itu sendiri dapat terlahir sebuah kesatuan. Hal ini dapat dilihat dari toleransi antar
masyarakat Fakfak yang multietnis.

Anda mungkin juga menyukai