Anda di halaman 1dari 29

1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEPEMIMPINAN KEPALA


MADRASAH ALIYAH RIYADUL MUTA’ALIMIN

Oleh
XXXXXX
NIM. xxxx

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)


MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
STIE LM PONDOK PESANTREN SURYALAYA
TASIKMALAYA
2022
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang lahir dari
komunitas masyarakat memiliki komitmen keagamaan yang kuat, madrasah
tentu lebih mencerminkan semangat keberagamaan (religiousity) dalam
kegiatan pendidikannya. Madrasah sebagai lembaga pendidikan berciri khas
agama Islam mengemban visi yaitu; sebagai lembaga pencerdasan masyarakat
muslim Indonesia, sebagai lembaga pelopor peningkatan kesejahteraan
masyarakat muslim Indonesia dan, sebagai lembaga pemelihara dan
pengembang nilai-nilai dan budaya keislaman bagi masyarakat muslim
(Depag RI, 1998: 7).
Lembaga pendidikan selalu memunculkan seorang pemimpin yang
mampu menggerakkan dan mempengaruhi anggotanya, sekaligus sebagai
wakil dari anggota tersebut dalam hubungannya dengan pihak luar. Hal senada
diungkapkan oleh Wahyudi bahwa dalam suatu kehidupan masyarakat selalu
muncul seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan
perilaku anggota masyarakat ke arah tujuan tertentu (Wahyudi, 2009: 119).
Dalam usaha untuk memenuhi harapan, pemimpin menggunakan segala
kemampuan dan memanfaatkan lingkungan dan potensi yang dimiliki dalam
lembaga pendidikan yang dikelola.
Lembaga pendidikan yang ingin bertahan harus meningkatkan
operasionalnya dan harus mampu mengelola kegiatannya secara profesional
artinya harus selalu mengikuti arus global. Kebutuhan manusia baik yang
menyangkut masalah kebutuhan tenaga kerja yang setiap saat berubah maupun
kebutuhan sosial agama manusia dalam bermasyarakat dituntut serta
terpenuhi, baik untuk mencari kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat dan
selalu mengikuti kebijaksanaan pemerintah. Lembaga sekolah yang mampu
mengelola dan melaksanakan kegiatannya secara profesional akan selalu
menarik minat siswa, untuk masuk dan akan menjadi sekolah terdepan.
Sekolah yang pelaksanaan pendidikannya baik, yang diwujudkan dengan
2

prestasi sekolah yang unggul, sekolah yang efektif, sekolah favorit, sekolah
berstandar nasional atau internasional, atau sejenisnya, diyakini dimulai dari
kepemimpinannya dan proses pembelajarannya. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Buseri bahwa maju mundurnya sebuah sekolah tentu sangat
berkaitan dengan mutu kepemimpinannya, terutama sekali kepala sekolah
(Kamrani Buseri, 2010: 84).
Kepala madrasah, selain berperan sebagai pelatih (coach) bagi para
guru dan staf madrasah, sekaligus bertindak sebagai spokesman yang harus
mengkomunikasikan ide dan gagasan mengenai konsep mutu kepada warga
madrasah dan stakeholders madrasah. Pengelolaan pendidikan menjadi lebih
baik dan berkualitas, jika kepala madrasah memegang peranan sesuai dengan
jabatan dan tugasnya dalam mencapai keberhasilan organisasi madrasah. Agar
dapat menjalankan tugas dan wewenang itu, maka ia harus memiliki
kemampuan dan kemahiran untuk mengenali dan mampu mempergunakan
sumber dayanya untuk mewujudkan harapan, visi dan misi institusinya.
Sekolah merupakan organisasi yang kompleks dan unik, sehingga
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Kepala sekolah yang berhasil,
yaitu tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan dari para individu yang ada di
dalam lingkungan sekolah (Wahjosumidjo, 2011: 3). Keberhasilan sekolah
adalah keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Keberhasilan sekolah dapat dilihat dari kualitas sekolah yang semakin baik.
Kualitas kepemimpinan kepala sekolah di dalam mencapai keberhasilan suatu
sekolah sangatlah penting. Terhadap seluruh sekolah yang berhasil orang akan
selalu menunjuk bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kunci
keberhasilan terhadap kualitas sekolah. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan merupakan kunci dari pencapaian keberhasilan sekolah.
Pengambilan keputusan yang sangat penting di antara kegiatan lain karena
terdapat peran manajer sebagai pemimpin dalam hal ini kepala sekolah.
Pengambilan keputusan dapat menjadikan sekolah sebagai sebuah
organisasi pendidikan yang terus berdinamika ditengah hambatan dan
ancaman yang muncul baik itu dari internal maupun eksternal sekolah.
Sekolah menjadi lebih fleksibel meskipun harus melewati proses yang begitu
3

rumit dalam mencapai tujuannya. Dalam kegiatan pengambilan keputusan


seorang kepala sekolah membutuhkan informasi. Karena dengan informasi
maka akan ditempuh sebuah pemecahan masalah yang efektif dan efisien
dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Sistem informasi yang dikelola dengan
baik dapat menjadi aset bagi sekolah yang menerapkannya. Kepala sekolah
dapat memanfaatkan sistem informasi dalam memanaj sekolah mencapai
tujuan serta visi misi yang ditetapkan.
Kepala sekolah harus mengetahui segala perubahan dan perkembangan
yang terjadi di dalam lembaga yang dipimpinnya dalam usaha pengembangan
kualitas pembelajaran dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan juga
menghasilkan peserta didik yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Karena kegagalan dan
keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena kepala
sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh
sekolah menuju tujuannya (Mulyasa, 2008: 158).
Sekolah atau madrasah yang berhasil menjalankan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan yang baik tentu ada kualitas kepemimpinan yang
dilakukan oleh kepala sekolah baik dalam hal pengambilan keputusan oleh
kepala sekolah dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan hubungan
kepala sekolah dengan para stafnya untuk menemukan rancangan baru dalam
melakukan suatu penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, kepemimpinan
kepala sekolah yang baik merupakan suatu keharusan, yaitu demi tercapainya
visi, misi, dan tujuan sekolah. Konsepsi kepemimpinan kepala sekolah inilah
yang kemudian melatarbelakangi untuk dikaji lebih dalam mengenai
pengambilan keputusan pada kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Riyadul
Muta’alimin Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
pada pembahasan ini adalah “Bagaimana pengambilan keputusan pada
kepemimpinan Kepala Madrasah Aliyah Riyadul Muta’alimin?”
4

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan,
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam mekanisme
pengambilan keputusan oleh kepala Madrasah Aliyah Riyadul
Muta’alimin Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam pertimbangan
kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di Madrasah Aliyah Riyadul
Muta’alimin Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Secara etimologi kata Decide berasal dari bahasa Latin prefix “de”
yang berarti off, dan kata caedo yang berarti to cut. Ini berarti proses kognitif
“cuts off” sebagai tindakan memilih di antara beberapa alternatif yang
mungkin. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, pengambilan keputusan
(Decision Making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan
yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau
lebih karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan ada satu
keputusan yang akan diambil (Dagun, 2006: 185).
Secara terminologi, pengambilan keputusan adalah serangkaian
aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi kemudian menetapkan berbagai alternatif
yang dianggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi
(Siswanto, 2010: 171). Pengambilan keputusan decision making tidak semata-
mata dilakukan hanya pada proses pemecahan masalah problem solving tetapi
juga pada proses pembuatan pilihan choice making pada setiap fungsi
manajemen dalam mencapai tujuan.
Ibnu Syamsi dalam bukunya menyajikan pendapat para ahli berkaitan
dengan pengertian pengambilan keputusan, sebagai berikut:
a. George R. Terry menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah
pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih
alternatif yang ada.
b. Claude S. Goerge, Jr mengatakan proses pengambilan keputusan itu
dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara
sejumlah alternatif.
c. Ahli lain yaitu Harold Koontz dan Cyril O‟Donnell mengatakan bahwa
pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara alternatif mengenai
6

suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana dapat
dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat (Ibnu Syamsi, 2007: 5-
6).
Pengambilan keputusan adalah tindakan rasional dan logis dalam
menetapkan keputusan melalui ; (1) identifikasi masalah; (2) membuat solusi
alternatif; (3) memilih solusi; (4) mengimplementasikan dan mengevaluasi
solusi. Pengambilan keputusan adalah pilihan alternatif penyelesaian
permasalahan, dengan terlebih dahulu memahami permasalahnnya dengan
cara mengurai masalah sehingga didapatkan pokok permasalahan atau bukan
permasalahan, selanjutnya dengan keilmuan dapat merumuskan berbagai
alternatif penyelesaian permasalahan yang berdasar dan di dukung data dan
fakta yang akurat (Aspizain Chaniago, 2017: 20).
Dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan, yaitu perumusan
beberapa alternatif tindakan dalam menggarap situasi yang dihadapi serta
menetapkan pilihan yang tepat antara beberapa alternatif yang tersedia setelah
diadakan evaluasi mengenai efektivitas alternatif tersebut untuk mencapai
tujuan para pengambil keputusan. Adapun hasil dari pengambilan keputusan
adalah keputusan. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang
meminta seseorang harus membuat prediksi ke depan, memilih salah satu di
antara dua pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai
frekuensi prakiraan yang akan terjadi. Pengambilan keputusan sangat penting
bagi seorang kepala sekolah karena proses pengambilan keputusan
mempunyai peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, komunikasi,
koordinasi dan perubahan organisasi. Oleh karena itu, setiap kepala sekolah
harus memiliki ketrampilan dalam mengambil keputusan secara cepat, tepat,
efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.
2. Tipe-Tipe Keputusan
D. Bross dalam Kamaluddin (2007: 10) membagi keputusan menjadi
tiga tipe. Hal ini didasarkan pada tingkatan keputusan.
a. Keputusan otomatis: Keputusan ini berada pada tingkat terendah.
Keputusan otomatis dilakukan atas sifat biologis atau fisis, dan gerak
7

refleks atau insting. Keputusan ini tidak dilakukan proses pemikiran


terlebih dahulu.
b. Keputusan memoris: Keputusan di tingkat selanjutnya yaitu keputusan
memoris. Kebalikan dari keputusan otomatis, keputusan memoris
mengutamakan kemampuan mengingat akan wewenang dan tugas yang
diberikan kepada yang pengambil keputusan. Keputusan ini cenderung
pada penggunaan insting yang diarahkan pada tujuantujuan yang ingin
dicapai.
c. Keputusan kognitif: Keputusan yang paling tinggi tingkatannya yaitu
keputusan kognitif. Dalam keputusan ini, ilmu pengetahuan dan faktor-
faktor tertentu menjadi dasar pembuatan keputusan. Terdapat proses yang
lebih kompleks dalam keputusan kognitif yaitu adanya proses identifikasi,
perumusan masalah, pembuatan berbagai alternatif, pemilihan alternatif
dan implementasi serta pemantauan.
Faisal (2008: 75) membagi tipe keputusan menjadi dua, yaitu:
a. Keputusan terprogram: (1) Dibuat menurut kebiasaan, aturan, dan
prosedur baik tertulis maupun tidak tertulis; (2) Bersifat rutin dan
berulang-ulang
b. Keputusan tak terprogram (tidak terstruktur): (1) Mengenai masalah
khusus, khas, dan tidak biasa; (2) Kebijakan yang ada belum
menjawab; dan (3) Tanpa pengalokasian sumber daya
3. Fungsi dan Dasar Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan memiliki dua fungsi yaitu (a) Pangkal
permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara
individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara
organisasional; (b) Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut
dengan masa yang akan datang, dimana pengaruhnya akan berlangsung cukup
lama (Mujamil Qomar, 2007: 289). Tujuan pengambilan keputusan yang
bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain).
Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat
kontradiktif ataupun tidak kontradiktif). Pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan akan berpengaruh besar
8

terhadap kelangsungan organisasi sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah


sebagai pimpinan harus mampu memilih alternatif-alternatif keputusan yang
tepat sehingga tujuan organisasi sekolah untuk meningkatkan kinerja
pendidikannya dapat tercapai secara optimal.
George R. Terry (dalam Syamsi, 2007: 16), menjelaskan dasar-dasar
dari pengambilan keputusan, antara lain:
a. Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih
bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor
kejiwaan lain. Kelebihannya, yaitu: (1) Kemudahan untuk memutuskan.
(2) Lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan dan
membutuhkan waktu yang singkat. Akan tetapi, pengambilan keputusan
ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya
karena hanya diambil oleh satu pihak sehingga hal-hal yang lain sering
diabaikan.
b. Pengalaman
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan
apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan
masalah.
c. Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan
sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi
kabur atau kurang jelas.
d. Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi
yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun
untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
e. Rasional
9

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.


Masalah-masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat
terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
4. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
Eti Rochety (2012: 160) membagi jenis keputusan berdasarkan sudut
pandangnya yaitu:
a. Keputusan berdasarkan Tingkat Kepentingan: Jenis keputusan ini
mengacu kepada hierarki manajemen yang terdiri dari tiga tingkatan
manajemen. Pertama, keputusan untuk menjawab tantangan dan perubahan
lingkungan jangka panjang berada pada tingkat manajemen puncak yang
bersifat strategis. Kedua, keputusan yang bersifat administrasi berada pada
tingkat manajemen menengah yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
daya. Ketiga, keputusan keputusan yang menyangkut kegiatan operasional
organisasi sehari-hari berada pada manajemen tingkat bawah.
b. Keputusan Berdasarkan Regularitas: Keputusan ini mendasarkan pada
kegiatan manajemen yang dilakukan secara terstruktur di mana kegiatan
terjadi secara berulang-ulang dan tidak terstruktur di mana bukan termasuk
kegiatan yang rutin terjadi. Sehingga untuk kegiatan manajemen secara
terstruktur dilakukan pengambilan keputusan terprogram yaitu dengan
melalui serangkaian tahap penyelesaian. Sedangkan untuk kegiatan
manajemen secara tidak terstruktur dilakukan pengambilan keputusan
tidak terprogram tanpa melalui serangkaian tahap penyelesaian.
c. Keputusan Berdasarkan Lingkungan: Lingkungan memiliki cakupan yang
lebih luas sehingga keputusan jenis ini dibedakan berdasarkan kondisi
yang dialami, yaitu: (1) Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti; (2)
Pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko; (3) Pengambilan
keputusan dalam kondisi tidak pasti; (4) Pengambilan keputusan dalam
kondisi konflik.
5. Tahapan dan Teknik Pengambilan Keputusan
10

Seorang manajer perlu memahami langkah-langkah pengambilan


keputusan sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux, yang terdiri
dari lima langkah, yaitu: (a) Mengidentifikasi masalah atau peluang, (b)
Membuat alternatif-alternatif, (c) Mengevaluasi alternatif, (d) Memiliki dan
mengimplementasikan alternatif, dan (e) Mengavaluasi alternatif (Syafarudin
dan Anzizhan, 2008: 55). Robbins (2008: 83) menjabarkan proses pembuatan
keputusan melalui delapan tahap, sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah
b. Identifikasi kriteria keputusan
c. Pengalokasian bobot kriteria
d. Pengembangan alternatif
e. Analisis alternatif
f. Pemilihan sebuah alternatif
g. Implementasi alternatif
h. Evaluasi efektivitas keputusan
Dalam aplikasi teknik pengambilan keputusan dapat dikelompokkan
dalam dua pendekatan yaitu 1) Pendekatan Kuantitatif, yaitu pendekatan yang
didasari dengan analisis perhitungan matematis, Teknik atau metode
kuantitatif telah memberikan kontribusi secara ilmiah dalam pengambilan
keputusan. 2) Pendekatan Kualitatif, yaitu pendekatan yang didasari oleh
analisis sosial non matematis yang tidak sampai melakukan perhitungan secara
nominal, tetapi keputusan yang dibuat tetap mampu mendapatkan kualitas
mendekati ilmiah (Aspizain Chaniago, 2017: 105).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa proses
pengambilan keputusan terdiri dari berbagai tindakan yang memanfaatkan
berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. Oleh karena itu, pengambilan
sebuah keputusan bukanlah sebuah hal yang mudah, Karena sebuah keputusan
adalah permulaan dari sebuah risiko. Benar, setiap keputusan mengandung
sebuah risiko, yang mau tak mau harus dihadapi ke depannya, terutama oleh
sang pengambil keputusan, yaitu manajer (kepala madrasah).
11

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah


1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam bahasa inggris sering disebut leader dari akar
kata to lead dan kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership (Imam
Suprayogo, 1999: 161). Sedangkan menurut istilah kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktivitas individu atau group untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu dalam situasi yang telah ditetapkan. Dalam mempengaruhi
aktivitasnya individu pemimpin menggunakan kekuasaan, kewenangan,
pengaruh, sifat dan karakteristik, dan tujuannya adalah meningkatkan
produktivitas dan moral kelompok.
J. Reberu mendefinisikan tentang kepemimpinan, adalah kesanggupan
menggerakkan sekelompok manusia kearah tujuan bersama sambil
menggunakan daya-daya badani dan rohani yang ada dalam kelompok
tersebut. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan unsur
dinamis yang sanggup mengkaji masa lampau, menelaah masa kini dan
menyoroti masa depan, untuk kemudian berani mengambil keputusan yang di
tuangkan dalam tindakan.
Memahami dari pengertian di atas bahwa orang yang melakukan
perbuatan/ pengaruh kepada orang lain adalah pemimpin. Bagaimana cara/kiat
dari orang yang memimpin dengan menggunakan kemampuan yang
dimilikinya serta melalui orang yang dipengaruhinya berharapn akan
mencapai tujuan yang diharapkannya bersama. Hal yang harus digarisbawahi
bahwa kepemimpinan itu adalah kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektif.
Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Apabila dianalisis
lebih dalam lagi akan tergambar bahwa manusia merupakan faktor penentu
sukses atau tidaknya kepemimpinan dari sebuah organisasi. Karena itu,
sumberdaya manusia ini tidak tidak bisa diabaikan dan tidak bisa diberlakukan
sama dengan sumberdaya nonmanusia.
12

Proses kepemimpinan dapat terlaksana jika terjadi interaksi dua atau


tiga orang lebih, maka disisni terdapat faktor perilaku pegaruh dan yang
mempengaruhi dan siapa yang akan bisa jadi pemimpin. Karena itu pimpinan
merupakan suatu tingkatan dalam manajemen yang melakukan fungsi-fungsi
manajemen, pembentukan, perencanaan, pengaturan, pendorong, sistem
hubunhan dan pengendalian, kehendak untuk memimpin dan memberikan
pengarahan.
2. Kepemimpinan Kepala Madrasah/Sekolah
Di lingkungan sekolah, kepala sekolah merupakan pemimpin puncak
yang menentukan keberhasilan sekolah tersebut untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul kepemimpinan
setelah melalui proses yang sangat panjang (Rivai, 2007: 1). Seorang
pemimpin yang menginginkan keberhasilan dalam lembaga atau organisasi
yang dipimpinnya harus banyak memiliki suatu kelebihan yang dapat
diteladani oleh para bawahannya. Pemimpin yang baik memahami bahwa
keteladanan merupakan alat bantu yang efektif dalam menjalankan roda
kepemimpinannya, keteladanan yang diberikannya berdaya pengaruh jauh
lebih hebat dibandingkan bila ia hanya mongkhotbahkannya
Kepala sekolah adalah orang yang memiliki kekuasaan serta pengaruh
dalam menentukan kegiatan belajar mengajar disekolah itu, kehidupan di
sekolah diatur dengan sedemikiaan rupa melalui kepemimpinan seorang
kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah akan berhasil apabila mereka
memahami keadaan sekolah sebagai organisasi yanng kompleks dan unik serta
mampu melaksanakan peraanan kepala sekolah sebagai seorang yang
diberikan tanggung jawab untuk memimpin sekolah (Wahjosumidjo,
2007:81).
Kepemimpinan bermanfaat bagi setiap pemimpin menjalankan
perannya sebagai pemimpin pendidikan yaitu antara lain berperan sebagai,
educator, manajer, administrator, supervisor, leader, enterpreneur,
motivator, climator, and organizer. (Usman, 2006: 246). Mukhtar Latif (2003:
131) mengemukakan faktor penentu keberhasilan seorang pemimpin
diantaranya adalah oteknik, kepemimpinan yaitu menciptakan situasi sehingga
13

menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk


melaksanakan apa yang dikehendakinya.
Peran kepala sekolah sebagai sentral kepemimpinan di sekolah sangat
menentukan arah sekolah tersebut, maju atau mundurnya sekolah tersebut
tergantung bagaimana kepala sekolah memainkan perannya senagai
pemimpin. Seorang pemimpin diuntut untuk dapat mengorganisasikan
lembaga maupun institusinya. Pemimpin harus mampu menciptakan suasana
kerja yang sehat seperti memupuk dan memelihara kesediaan masing-masing
bahwa mereka termasuk dalam kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan
terhadap usaha-usahanya dan sifat yang ramah-tamah.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah adalah upaya yang dilakukan kepala sekolah sebagai leader
mempengaruhi banyak orang (guru, tenaga administrasi, siswa, stakeholders)
melalui komunikasi untuk mencapai tujuan sekolah. Indikatornya adalah
kepala sekolah mampu menggerakkan semua warga sekolah untuk untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
3. Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah/madrasah
Seorang pemimpin seyogyanya memiliki pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Pengetahuan dan ketrampilan tersebut dapat diperoleh dari pengamatan belajar
secara teori maupun dari pengalaman dalam praktik selama menjadi
pemimpin.
Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan kedalam salah satu tipe
dan mungkin setiap tipe memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Salah
seorang pemimpin yang memiliki salah satu tipe bisa menyesuaikan diri
dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kepemimpinannya. Kartini
Kartono (2011: 69) membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut:
a. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
14

dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-


kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar. Dalam kepemimpinan ini seorang kepala sekolah harus
memiliki kharisma yang baik untuk menggerakkan bawahannya supaya
manajemen sekolah berfungsi dengan baik.
b. Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(2) mereka bersikap selalu melindungi, (3) mereka jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka
memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan
daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan
maha benar.
c. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah:
(1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan
sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran,
usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6)
komunikasi hanya berlangsung searah.
Jadi dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala sekolah
menggerakkan bawahannya secara perintah komando dan otoriter yang
harus dituruti oleh bawahannya.
d. Tipe Partisipatif
15

Gaya kepemimpinan ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa


cara untuk memotivasi orang-orang adalahdengan melibatkan mereka
dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptkan
rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama
e. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
(1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang
harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain
tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah
diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak
buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap
eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap
dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.

Dalam kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah memimpin


bawahannya berdasarkan keputusan sendiri yang harus segera
dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
f. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki
keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat
marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik
diterapkan dalam lingkungan sekolah
g. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
16

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang


mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-
administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat.
h. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggungjawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya
akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.
4. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kapala sekolah meliputi usaha perencanaan,
pengoeganisasian, penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan menggunakan potensi yang ada disekolah.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
perencanaan yang terpenting adalah pembuatan keputusan yang
merupakan proses mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam pembuatan perencanaan. Pola pengambilan keputusan yand
17

dapat dilakukan adalah pengumpulan data yang diperoleh dari pencatat


dan peneliti pengembangan data dan penentuan data operasional
(Burhanuddin, 1998: 54)
Secara umum perencanaan merupakan usaha sadar dan
pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dan oleh suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Proses penyusunan rencana yang harus diperhatikan
adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam mencapai
tujuan yaitu dengan mengumpulkan data, mencatat, dan menganalisis
data serta merumuskan keputusan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Organisasi adalah aktivitas-aktivitas penyusunan dan
membentuk hubungan-hubungan sehingga terwujud kesatuan usaha
dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan (Purwanto, 1992: 17).
Pada dasarnya organisasi merupakan suatu kerja sama yang dilakukan
oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan (actuating) adalah usaha membujuk orang
melakukan tugas-tugas yang telah ditentukan dengan penuh semangat
untuk mencapai tujuan institusi. Cara terbaik untuk menggerakkan
para anggota organisasi adalah dengan cara pemberian komando dan
tanggung jawab utama para bawahan terletak pada pelaksanaan
perintah yang diberikan itu. Penggerakan merupakan usaha yang
dilakukan oleh pemimpin kepada para bawahannya dengan jalan
mengarahkan dan memberikan petunjuk agar mereka mau
melaksanakan tugasnya dengan baik menuju tercapainya tujuan yang
telah ditentukan bersama.
d. Pengawasan/ Supervisi (controling)
“Supeervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu bawahan dalam melaksanakan
18

pekerjaan mereka secara efektif” (Purwanto, 1992: 76). Dari


pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemimpin
organisasi mempunyai tugas membantu bawahan dalam
mengembangkan potensi yang mereka miliki dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari.
Manajemen kepemimpinan yang dilakukan meliputi
perencanaan, organisasi, penggerakan, dan pengawasan adalah bentuk
tanggung jawab pimpinan suatu organisasi. Pemimpin harus mampu
memberikan keseimbangan pada masing-masing tugasnya sebagi
pemimpin dalam memanajemen bawahannya.
5. Tugas dan Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, menurut
Wahjosumidjo, harus mampu:
a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan
percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas
masing-masing.
b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para
siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi
kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.
c. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa
atau bertindak keras terhadap guru, staf dan siswa. Sebalik kepala
sekolah harus mampu melakukan perbuatan yang membangkitkan
kemauan guru, staf, dan siswa untuk bekerja dengan penuh semangat
dan percaya diri.
Pada umumnya, dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan
terjadi melalui dua bentuk yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan
informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila di lingkungan organisasi
jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang yang
ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan informal terjadi
dimana, kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang-
orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan
khusus atau berbagai sumber yang dimiliknya dirasakan mampu
19

memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota


organisasi yang bersangkutan.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang
mampu menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas. Pemimpin
pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, maka kepala sekolah
mengorganisasikan sekolah dan personil yang bekerja di dalamnya untuk
dibawa bekerja ke dalam situasi yang efektif, efisien, demokratis dan kerja
sama institusional yang bergantung pada keahlian pekerja. Di bawah
kepemimpinannya, program pendidikan untuk para siswa harus betul-betul
direncanakan, diorganisir, dan ditata.

C. Kepala Sekolah Sebagai Pengambil Keputusan


Pada dasarnya seluruh kegiatan yang berlangsung dalam sebuah
sekolah merupakan akibat atau konsekuensi dari berbagai keputusan yang
diambil pimpinan. Apakah pada akhirnya sekolah berhasil mencapai sasaran
secara efisien atau sebaliknya mengalami kegagalan, ditentukan oleh
ketepatan dari berbagai keputusan yang diambil kepala sekolah sebagai
pimpinan. Dengan demikian seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan
perlu memiliki pikiran dan kehati-hatian, karena ia harus membawa organisasi
ke arah tujuan yang ingin dicapai bersama. Ia juga harus mampu memilih
berbagai alternatif yang terbaik, sehingga dituntut pula kemampuan analisis
untuk memilih pemecahan masalah yang rasional.
Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan merupakan peran yang
paling penting dari peranan yang lain seperti informasional dan interpersonal.
Ada empat peran sebagai pengambil keputusan yaitu, enterpreneur artinya
kepala sekolah berusaha memperbaiki penampilan sekolah. Disturbance
handler artinya memperhatikan gangguan yang timbul di sekolah. A resource
allocater artinya menyediakan segala sumber daya sekolah. A negotiator roles
artinya kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan
musyawarah dengan pihak luar (Wahyosumidjo, 2009: 94).
Kunci utama dari implementasi berbagai keputusan yang
dikembangkan di sekolah, pada dasarnya terletak pada kemampuan kepala
20

sekolah dalam melakukan pengambilan keputusan secara tepat dan


kontekstual sesuai dengan tahapan proses pengambilan keputusan yang efektif
yaitu melalui tahapan perumusan masalah, penentuan kriteria pemecahan
masalah, pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah, penilaian terhadap
alternatif pemecahan masalah, pemilihan alternatif yang terbaik, penetapan
keputusan atau pengimplementasian alternatif yang dipilih. Tahapan-tahapan
inilah yang menjadi acuan pengembangan model pengambilan keputusan yang
akan dikembangkan dalam proses pengambilan keputusan kepala sekolah.
Demikian halnya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
kepala Madrasah Riyadul Muta’alimin Kecamatan Jatinunggal Kabupaten
Sumedang, pengambilan keputusan bertujuan untuk menampung pendapat
yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar
dapat lebih diterima oleh semua pihak. Di sinilah peran kepemimpinan, yaitu
sebagai pihak yang mengkoordinasikan antar individu maupun sebagai
pemegang kendali jalannya suatu organisasi.
1. Mekanisme Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah
Mekanisme pengambilan keputusan kepala MA Riyadul
Muta'alimin mengedepankan pada musyawarah dewan guru. Maka untuk
mengkaji setiap keputusan yang sudah disepakati, dilakukanlah sebuah
pertemuan khusus dewan guru untuk mengambil alternatif solusi setiap
pemecahan masalah. Implementasi atau realisasi dari sebuah keputusan
yang baik sangat dipengaruhi oleh unsur lainnya yang menjadi perhatian
penting sekaligus menjadi pertimbangan bagi kepala sekolah.
Pertimbangan tersebut dapat berupa keterbatasan waktu, kondisi cuaca,
kondisi geografis sekolah, dan jumlah partisipan. Kondisi seperti ini
seringkali muncul dan sangat tidak diharapkan terjadi sehingga prosesi
pengambilan keputusan sekolah sedikit mengalami polemik.
Kepala MA Riyadul Muta'alimin sebelum mengambil keputusan
akan bermusyawarah dengan seluruh guru dan staf sekolah terhadap hal-
hal yang akan dihadapi oleh sekolah. Melalui musyawarahkan hal-hal
yang perlu di ambil keputusan dengan mendengarkan pendapat dari
seluruh guru dan staf sekolah dan akan diambil keputusan yang menjadi
21

keputusan bersama. Sebelum mengambil keputusan, kepala sekolah


sebelumnya berusaha mencari informasi-informasi mengenai masalah
yang ditemukan, yang akan dijadikan bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan. Langkah-langkah dalam proses pengambilan
keputusan tentunya juga melihat topik bahasan yang akan diputuskan itu
seperti apa. Serta memperhatikan berbagai hal yang harus
dipertimbangkan. Tapi terkadang karena banyak nya pihak yang dilibatkan
sering dibuat sebuah draft yang diajukan yang nantinya akan disetujui atau
tidak didalam rapat.
Kewenangan dalam melakukan pengambilan keputusan secara
mutlak memang menjadi kewenangan seorang kepala sekolah. Namun
kadangkala juga kewenangan ada pada wakil kepala sekolah tapi itu
sifatnya koordinatif, tetap semua ada pada kendali kepala sekolah sebagai
ujung tombak serta penanggung jawab utama jalannya lembaga
pendidikan.
Pada masalah-masalah tertentu sebagai contoh dalam mengatasi
topik bahasan keuangan, pihak-pihak yang dilibatkan pun orang-orang
yang memang keseharianya bertugas dan bertanggung jawab dalam hal itu
seperti Kepala TU dan bendahara, dan tidak mungkin melibatkan dan
mengikutsertakan pihak-pihak lain yang memang bukan wilayahnya dalam
membahas topik bahasan tersebut.
Frekuensi pengambilan keputusan yang dilakukan pun karena di
MA Riyadul Muta'alimin menganut sistem teamwork maka hampir-hampir
pengambilan keputusan ini melihat porsi-porsi tertentu. Ada kalanya
pengambilan keputusan itu dilakukan dalam satu tahun sekali atau bahkan
ada yang dilakukan dalam kurun waktu satu bulan sekali, pada umumnya
keputusan yang diambil itu berdasarkan program-program yang sudah
dibuat, lalu nantinya akan diadakan evaluasi dan beberapa pembenahan.
Proses pengambilan keputusan yang dilaksanakan oleh kepala MA
Riyadul Muta'alimin dilakukan dengan adanya tahap-tahap observasi,
pengumpulan data, perencanaan dan mengidentifikasikan masalah yang
berkaitan dengan pendidikan di MA Riyadul Muta'alimin, kemudian
22

melakukan musyawarah di antara guru-guru, untuk mengambil suatu


kebijakan atau keputusan, kepala sekolah melakukan kegiatan pendekatan-
pendekatan secara interpersonal kepada guru-guru untuk melakukan
kegiatan organizing, supervisi sebagai kegiatan controlling dilakukan oleh
kepala sekolah yang dituangkan dalam penilaian kerja guru,untuk
meningkatkan potensi guru kepala sekolah mengikut serta guru-guru
dalam kegiatan pelatihan dan lomba.
Dapat dipahami bahwa mekanisme pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh kepala MA Riyadul Muta'alimin melalui kegiatan
identifikasi awal terhadap unit permasalahan, merumuskan tujuan
penyelesaian masalah, identifikasi berbagai alternatif solusi, menentukan
kriteria pemilihan alternatif solusi, dan menentukan pilihan alternatif
solusi sehingga menjadi kumpulan keputusan atau kebijakan. Upaya
pengambilan keputusan di madrasah dilakukan dengan mengundang
kehadiran para dewan guru dalam satu pertemuan khusus selanjutnya
memaparkan suatu permasalahan terkait dengan keputusan yang akan
diambil.
2. Pertimbangan Kepala Madrasah dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang dilakukan disini ada 2 (dua) macam
yang pertama melalui hasil rapat, hal ini berpegang pada musyawarah
karena kepala sekolah selaku penanggung jawab utama yang berada di
sekolah menerapkan sistem kerja teamwork. Kedua adalah sistem
pengambilan keputusan yang sifatnya normatif, sistem normatif ini
biasanya dilakukan berdasarkan aturan main yang berlaku atau dalam arti
kata sudah ada petunjuk teknisnya secara detail yang mengatur hal
tersebut, seperti sudah diatur oleh undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri atau peraturan daerah.
3. Implementasi Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah
Implementasi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala
MA Riyadul Muta'alimin adalah melalui legalisasi keputusan, rancangan
operasional, sosialisasi dan komunikasi, aksi dan tindakan, pengawasan,
review dan evaluasi. Di samping itu, sumber daya merupakan kunci
23

suksesnya pelaksanaan program kegiatan di sekolah yang terdiri dari


personil yang profesional, memiliki wawasan yang luas dan memiliki
komitmen yang tinggi terhadap moral atau etika. Dalam implementasi
keputusan kepala madrasah dalam melaksanakan kepemimpinannya
berperan regulatif, demokratis dan persuasif.
Peran kepala sekolah secara regulatif yaitu dalam rangka
menegakkan aturan-aturan kepegawaian maupun aturan-aturan
kependidikan. Aturan kepegawaian di sini misalnya kepala sekolah harus
bersikap tegas karena ini sudah merupakan aturan Undang-undang
merupakan peraturan yang ada di atasnya, maka kepala sekolah harus
bersikap tegas misalnya dalam hal penertiban kehadiran pegawai yang
menjadi bawahannya, ketepatan jam mengajar guru yang menjadi
bawahannya, ketepatan pulang, ketepatan pelaksanaan progam
pembelajaran, jadwal-jadwal atau kalender-kalender pendidikan yang ada
di sekolah ini merupakan peran regulatif yang tidak bisa ditawar kalau
sudah tersurat di dalam Undang-undang atau peraturan maka itu kepala
sekolah bersikap tegas.
Kepala berperan demokratif misalnya kebijakan-kebijakan yang
menyangkut kepentingan sekolah secara mandiri jadi tidak melibatkan
institusi yang lain. Dalam kepentingan sekolah, maka kepala harus
melibatkan seluruh dewan guru, karyawan sekolah mungkin juga akan
melibatkan stakeholder yang ada di sekolah termasuk komite sekolah
paguyuban sekolah harus saya libatkan.
Peran persuasif, pembuatan keputusan yang bersifat manusiawi,
kepala sekolah tidak boleh bersikukuh dengan aturan-aturan formal yang
sudah digariskan tetapi bukan berarti harus dilanggar tetapi hanya dalam
pelaksanaannya bersifat manusiawi, sebagai contoh ada guru yang datang
terlambat karena keluarga di rumah ada yang sakit, tidak boleh ada sifat
regulatif kemudian bersifat menghukum, menjatuhkan sanksi bagi kami itu
tidak benar. Yang ditempuh itu adalah sejauh mungkin melakukan
pendekatan kepada yang bersangkutan kemudian memberi jalan keluar
24

yang nyaman bagi anak buah sehingga kepentingan beliau di sekolah dan
kepentingan di rumah sama-sama berjalan
Kepala MA Riyadul Muta'alimin menerapkan peran kepemimpinan
yang demokrasi, seperti yang diterapkan selama ini: (a) memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada seluruh guru dan karyawan MA Riyadul
Muta'alimin dalam hal kreativitas untuk pembelajaran dan kegiatan yang
dilaksanakan sekolah; dan (b) Kepala sekolah terbuka dalam segala
masalah yang dihadapi sekolah kepada seluruh anggota yayasan dan orang
tua peserta didik.
4. Sosialisasi Keputusan Kepala Sekolah Terhadap Kelangsungan
Program Pendidikan
Sosialisasi keputusan sekolah terhadap kelangsungan program
pendidikan di MA Riyadul Muta'alimin diterapkan melalui penjelasan
secara terbuka dengan masing-masing wakil kepala sekolah selanjutnya
disampaikan kepada seluruh komponen tenaga pendidikan dan
kependidikan untuk dapat dilaksanakan sesuai rencana dan melibatkan
seluruh komponen pendidikan dan kepala sekolah selalu bekerja sama
dewan guru dalam membangun komunikasi yang baik sehingga terjaga
interaksi sosial yang sangat tinggi.
Sosialisasi keputusan sekolah terhadap kelangsungan program
pendidikan di MA Riyadul Muta'alimin diterapkan melalui penjelasan
secara terbuka dengan masing-masing wakil kepala sekolah selanjutnya
disampaikan kepada seluruh komponen tenaga pendidikan dan
kependidikan untuk dapat dilaksanakan sesuai rencana dan melibatkan
seluruh komponen pendidikan dan kepala sekolah selalu bekerja sama
dewan guru dalam membangun komunikasi yang baik sehingga terjaga
interaksi sosial yang sangat tinggi.
25

BAB III
PENUTUP

Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai keberanian untuk


mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang
timbul sebagai konsekuensi daripada keputusan yang diambilnya. Seorang
pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi yang mendalam
dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Di samping itu, gaya
kepemimpinan yang dijalankannya dalam mengelola suatu organisasi harus dapat
mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian
rupa, sehingga segala tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan
yang bersangkutan. Apapun gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang
pemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya harus dapat memberikan
motivasi serta kenyaman bagi para anggotanya. Hanya dengan jalan demikian
pencapaian tujuan dapat terlaksana. Apapun model kepemimpinan yang
dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap organisasi yang dipimpinnya, dia
harus dapat memberikan motivasi, kenyamanan dan perubahan ke arah kebaikan
bagi anggotanya.
Demikian halnya dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
kepala Madrasah Riyadul Muta’alimin Kecamatan Jatinunggal Kabupaten
Sumedang, pengambilan keputusan bertujuan untuk menampung pendapat yang
dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih
diterima oleh semua pihak melalui:
1. Mekanisme Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah
2. Pertimbangan Kepala Madrasah dalam Pengambilan Keputusan
3. Implementasi Pengambilan Keputusan Kepala Madrasah
4. Sosialisasi Keputusan Kepala Sekolah Terhadap Kelangsungan Program
Pendidikan
Pengambilan keputusan pada kepemimpinan kepala MA Riyadul
Muta'alimin juga dilakukan melalui beberapa proses yaitu: menyusun rencana,
pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, evaluasi dan pengembangan. Dari
beberapa proses tersebut akhirnya disusunlah Rencana Pengembangan Sekolah
26

dengan maksud agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah tersebut berdasarkan dari hasil
pemikiran bahwa sekolah merupakan unit pelaksana pendidikan formal terdepan
dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan
pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda, maka sekolah harus
dinamis dan juga kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan
peningkatan kualitas pendidikan dan sekaligus peningkatan sumberdaya manusia,
semua itu akan dapat terlaksana jika sekolah dengan berbagai keragamannya,
diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sesuai dengan
kondisi lingkungan dan kebutuhan dari peserta didik.
27

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama R. I. (1998). Al-Qur'an dan Terjemahan. Semarang:Yayasan.


Asy-Syifa

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi


Pembelajaran (Learning Organization). Jakarta: Alfabeta,

Kamrani Buseri, (2010). Reinventing Pendidikan Islam: Menggagas Kembali


Pendidikan Islam yang Lebih Baik. Banjarmasin: Antasari Press.

Wahjosumidjo, (2011). Kepemimpinan Kepela Sekolah: Tinjauan Teoritik dan


Permasalahan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

E. Mulyasa, (2008). Menjadi Kepala Sekolah Profesional Bandung: Remaja


Rosdakarya

Dagun, S. M. (2006). Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga


Pengakajian Kebudayaan

Siswanto, (2010), Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibnu Syamsi, (2007). Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi Jakarta:


Bumi Aksara

Aspizain Chaniago, (2017). Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Lentera


Ilmu Cendikia

Kamaluddin (2007). Pengambilan Keputusan Manajemen. Malang: Dioma

Faisal (2008). Sistem Informasi Manajemen Jaringan. Malang: UIN-Malang Press

Mujamil Qomar, (2007). Manajemen Pendidikan Islam Jakarta: Erlangga

Eti Rochaety dkk. (2012). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara

Syafarudin dan Anzizhan, (2008). Sitem Pengambilan Keputusan Pendidikan.


Jakarta: Grasindo.

Stephen P. Robbin & David A. De Cenzo, (2008). Fundamentals of Management:


Essential Concepts and Applications. New York: Pearson Prentice
Hall

Imam Suprayogo, (1999), Revormulasi Visi Pendidikan Islam, Malang: Stain


Press, cet. I,
28

Rivai, Veithzal & Arviyan Arifin. (2009). Islamic Leadership: Membangun Super
Leadership Melalui Keceerdasan Spritual. Jakarta: Bumi Askara

Wahjosumidjo, (2007). Kepemimpinan Kepela Sekolah: Tinjauan Teoritik dan


Permasalahan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Usman, (2006). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara,

Kartini Kartono. (2011). Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT.


Rajawaligrafindo Persada

Burhanuddin, Yusak. (1998). Administrasi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka.


Setia

Purwanto, M. Ngalim. (2012). Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja RosdakaryaLAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai