Masalah Leukokoria Yang Terjadi Pada Kasus Retinopathy of Prematurity Penyebab Low Vision
Masalah Leukokoria Yang Terjadi Pada Kasus Retinopathy of Prematurity Penyebab Low Vision
1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Tanda Tangan
Penguji 1 :
Penguji 2 :
Penguji 3 :
1.
2.
3.
4.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat illahi robbi, Tuhan
Yang Maha Esa dengan segala limpahan nikmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Tugas Akhir ini tepat pada
waktunya.
Tugas Akhir dengan Judul:
Masalah Leukokoria yang Terjadi pada Kasus Retinopathy of Prematurity
(ROP) Penyebab Low Vision
Tugas akhir ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Diploma III Ahli Madya Refraksionis Optisien di Akademi Refraksi Optisi
Kartika Indera Persada Jakarta.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
memberikan bantuan kepada penulis dalam menyampaikan tugas akhir ini,
terutama kepada:
1. Atti Kartikawati, Amd.RO., M.Pd, sebagai Direktur Akademi
2. Erni Suprihatin, Amd.RO, sebagai pembimbing materi
3. Sahel, M.Pd, sebagai pembimbing teknik
4. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan mendukung selama perkuliahan
5. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang saling mendukung selama perkuliahan
Pada akhirnya penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekeliruan
dalam penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa penulis tugas akhir ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan pengetahuan penulis di masa yang akan
datang.
Jakarta, 2023
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .....................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Alasan Pemilihan Judul ................................................................................ 2
D. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
E. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2
F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 4
A. Kajian Teori ................................................................................................ 4
B. Pembahasan Masalah ................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ 19
A. Kasus ......................................................................................................... 19
B. Penyelesaian .............................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 25
A. Kesimpulan ............................................................................................... 25
B. Saran ......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27
LAMPIRAN .............................................................................................................. 29
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mendefinisikan seorang dengan low
vision adalah seseorang yang mengalami penurunan fungsi penglihatan bahkan
setelah penatalaksanaan dan atau koreksi refraksi standart, dan juga mempunyai
tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) termasuk persepsi cahaya atau luas
penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi.
Erni (2022) mengartikan Low Vision adalah kondisi penglihatan dimana
seseorang sulit melakukan kegiatan sehari-hari walaupun sudah menggunakan
kacamata, lensa kontak, obat-obatan atau bahkan sudah menjalankan operasi
mata.
Salah satu penyakit yang menyebabkan Low Vision adalah Retinopathy of
Prematurity (ROP). ROP merupakan cacat bawaan yang banyak terjadi pada bayi
prematur yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan retina sehingga dapat
menyebabkan kebutaan pada bayi atau anak jika terlambat dideteksi.
ROP ditandai dengan adanya leukokoria, yaitu kondisi adanya titik putih
pada mata atau reflek putih pada pupil mata. pupil dapat terlihat normal pada
cahaya kamar namun tidak memiliki red reflex pada pemeriksaan oftalmoskop.
Pada dasarnya, pembuluh darah dan jaringan retina janin sudah mulai terbentuk
dan berkembang saat usia kehamilan memasuki minggu ke 16. Bagian mata janin
ini akan semakin berkembang hingga dapat berfungsi dengan baik setelah ia
dilahirkan cukup bulan (diatas 38 minggu). Ketika bayi dilahirkan terlalu cepat
atau terlahir prematur, retina mata bayi belum berkembamg dengan sempurna,
sehingga belum dapat berfungsi dengan baik. Hal ini dapat membuat
penglihatannya terganggu. Kondisi inilah yang disebut Retinopathy of
Prematurity (ROP).
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan penyebab dari low vision?
2. Apa saja gejala dan tanda dari low vision?
3. Apakah definisi dari leukokoria?
4. Apakah yang dimaksut dengan Retinopathy of Prematurity (ROP)?
5. Apa hubungan Leukokoria pada kasus Retinopathy of Prematurity (ROP)?
6. Apa saja peranan Refraksionis Optisien (RO) dalam pemeriksaan pasien
low vision?
7. Pemberian alat bantu optik dan non optik sesuai kebutuhan pasien
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menangani pasien low vison
2. Sebagai syarat untuk lulus menjadi Refraksionis Optisi di Akademi
Refraksi Optisi Kartika Indera Persada
E. Manfaat Penulisan
1. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengeni Low Vision
khususnya pada kasus Retinopathy of Prematurity (ROP)?.
2. Memberikan gambaran kepada adik tingkat maupun pembaca dalam
menyusun tugas akhir.
3
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini, disusun sebagai berikut:
A. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan, pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
B. BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi gambaran teori dan deskripsi yang sudah di jelaskan di dalam
pendahuluan.
C BAB III PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang kasus dan penyelesaian tentang topik.
D. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan untuk pasien
lebih baik di masa depan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Definisi dan Penyebab dari Low Vision
Low vision adalah gangguan pada penglihatan, yaitu visus kurang dari 6/18
pada kata terbaik atau luas penglihatan kurang dari 20 derajat. Setelah dengan
koreksi refraktif penglihatan tidak dapat kembali normal. Beberapa pengertian low
vision menurut para ahli, Low vision adalah seseorang yang masih memiliki
penglihatan jauh, tapi masih mungkin dapat melihat objek benda-benda yang
berada pada jarak beberapa inci atau maksimum pada jarak beberapa kaki (Emirat,
Barraga Natalie C). Erni (2022) mengartikan Low Vision adalah kondisi
penglihatan dimana seseorang sulit melakukan kegiatan sehari-hari walaupun
sudah menggunakan kacamata, lensa kontak, obat-obatan atau bahkan sudah
menjalankan operasi mata. Sedangkan menurut WHO (World Health
Organization) low vision adalah orang yang memiliki cacat penglihatan yang
sangat berarti tetapi ia juga memiliki sisa penglihatan yang masih sangat berguna.
Low vision adalah mereka yang karena sesuatu penyakit atau hal lain, setelah
dikoreksi menggunakan alat bantu terbaik mempunyai tajam penglihatan kurang
dari 20/200 atau 6/60 sampai 3/400 atau tidak dapat melihat cahaya dan mereka
yang mempunyai tajam penglihatan normal namun lapang pandangnya kurang
dari 20 derajat. Dari pengertian WHO diatas dapat disimpulkan sebagai hal
berikut:
1. Setelah dikoreksi dengan kacamata masih memiliki kelainan pada fungsi
penglihatannya.
2. Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepi cahaya.
3. Lapang pandang kurang dari 10 derajat.
4. Dapat menggunakan sisa penglihatannya dalam melaksanakan tugas
sehari-hari.
4
5
Penyebab dari low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang
dapat mempengaruhi mata dan sistem penglihatan. Kelainan-kelainan tersebut
dapat bersifat:
1. Kongenital/ bawaan lahir
2. Usia kanak-kanak
3. Usia dewasa/ usia lanjut
Penyebabnya sendiri dapat bersifat:
1. Herediter/ keturunan
2. Infeksi/ penyakit
3. Traumatic/ kecelakaan
4. Degenerasi/ bertambahnya usia
Terdapat dua masalah dalam proses penglihatan, antara lain:
1. Anak yang mengalami “kerusakan otak”
a. Terauma pada korteks visual akan mengalami masalah pemerosesan
penglihatan.
b. Ini disebut Cortical Visual Impairment (CVI) biasanya mereka sulit
untuk menginterpretasikan informasi yang diterima melalui matanya
walaupun tidak ada masalah pada matanya sendiri.
2. Anak dengan masalah Okulomotor
a. Anak dengan masalah Okulomotor sulit untuk mengkoordinasikan
gerakan mata atau menggunakan kedua mata
b. Satu atau kedua mata dapat juling kedalam, luar, atau bawah
c. Masalah Okulomotor dapat mempengaruhi persepsi kedalaman (stereo)
d. Diplopia dapat terjadi bila mata melihat gambaran berbeda secara
bersamaan
Biasanya disertai dengan “Kualitas Gangguan Penglihatan” antara lain:
1. Penglihatan buram seluruh luas penglihatan
2. Gangguan luas penglihatan sentral
3. Gangguan luas penglihatan sentral dan tepi
Penyebab utama dari low vision yang dapat diakibatkan oleh berbagai
penyakit yang dapat mempengaruhi mata dan sistem penglihatan baik dari cacat
6
bawaan, kecelakaan atau penyakit tertentu yang bisa menyerang semua usia,
yaitu:
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Makula Degenerasi
d. Retinitis pigmentosa
e. Myopia Tinggi
f. Atrofi Nervus Opticus
g. Retinopati Diabetika
h. Retina Prematur
i. Lupus
B. Pembahasan Masalah
Definisi Leukokoria
Leukokoria diartikan dengan white pupil atau pupil putih, pupil dapat
terlihat normal pada cahaya kamar namun tidak memiliki red reflex pada
pemeriksaan oftalmoskop. Gejala leukokoria merupakan suatu keadaan adanya
patologi di mata. Setiap kelainan yang menghalangi jalan sinar ke retina akan
menimbulkan pantulan berwarna putih. Leukokoria bisa disebabkan oleh
retinoblastoma, katarak kongenital, katarak traumatika, uveitis intrauterin,
retinopathy of prematurity (ROP), uveitis anterior, endoftalmitis, glioma nervus
optikum. Leukokoria dapat merupakan suatu ancaman terhadap hidup ataupun
terhadap kerusakan permanen penglihatan.
8
dengan pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan bayi
prematur lebih rentan terkena ROP, yaitu:
1. Berat badan lahir rendah
2. Kelainan genetik
3. Pertumbuhan janin terhambat
4. Hipoksemia atau kekurangan oksigen selama dalam kandungan
5. Infeksi dalam kandungan
Tahapan pada Retinopathy of Prematurity (ROP) terbagi menjadi:
a. Stadium I
Ditemukan adanya pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal di retina,
tetapi masih sedikit. Kebanyakan bayi dengan ROP stadium 1 dapat
membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan seiring bertambahnya usia.
ROP stadium 1 juga umumnya tidak mengganggu penglihatan.
b. Stadium II
Pada stadium 2, ditemukan cukup banyak pertumbuhan pembuluh darah
yang abnormal di sekitar retina. Sama seperti stadium 1, bayi dengan ROP
stadium 2 tidak memerlukan pengobatan dan seiring pertambahan usia
penglihatannya akan normal.
c. Stadium III
Pada ROP stadium 3, pembuluh darah abnormal di sekitar retina sagat
banyak, sehingga menutupi retina. Hal ini dapat mengganggu kemampuan
retina mata dalam menunjang penglihatan. Pada beberapa kasus, bayi
dengan ROP stadium 3 dapat membaik dan memiliki penglihatan yang
normal. Namun bila pembuluh darah retina semakin membesar dan
pertumbuhannya semakin banyak, maka pengobatan perlu dilakukan untuk
mencegah robekan retina.
d. Stadium IV
Pada ROP stadium 4, kondisi retina mata bayi sudah terpisah sebagian dari
bola mata. Hal ini karena tumbuhnya pembuluh darah abnormal di sekitar
retina menarik retina menjauh dari dinding mata. Bayi dengan ROP
10
yang paling sering terjadi adalah pada mata kiri (40%). Dan untuk ROP
merupakan penyebab leukokoria terkecil (7,1%).
Kategori penglihatan dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Awas (penglihatan normal)
Seseorang mampu melihat Objek secara jelas dengan atau tanpa kaca
mata koreksi(kaca mata minus/plus) atau lensa kontak. Kategori tajam
penglihatan setelah koreksi WHO : 6/6 – 6/18
b. Penglihatan kurang awas (low vision)
Kehilangan penglihatan yang tidak dapat diubah. Penurunan kemampuan
dan aktivitas sehari hari. Jika seseorang menggunakan penglihatan = low
vision, tidak buta. Walaupun sudah dilakukan pengobatan ataupun operasi
dan menggunakan kaca mata koreksi (lensa kontak) tajam penglihatan
<6/18 – persepsi cahaya. Luas penglihatan < 10 derajat. Secara potensial
dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan suatu tugas
c. Buta total
Penglihatan tidak mampu merespon cahaya
Jarak Jarak
VISUS VISUS
Ukuran Ukuran
Sensitivitas cahaya PHOTOPOBIA
Sensitivitas kontras KONTRAS TINGGI
Pengenalan Warna BIRU DAN KUNING
Luas Penglihatan BERMASALAH DI BERBAGAI
PENGLIHATAN
Posisi TERGANTUNG DIMANA
SCOTOMA NYA
14
Pemberian alat bantu optik dan non optik sesuai kebutuhan pasien
Peresepan untuk kebutuhan penglihatan dekat pasien dapat dicapai hanya
jika refraksi jauh yang benar telah ditetapkan. Keluhan paling umum dari individu
yang kehilangan penglihatan sentral adalah ketidakmampuan untuk membaca
huruf kecil, solusinya terletak pada pembesaran gambar yang terlihat pada retina.
Bagi mereka dengan masalah penglihatan sedang – ringan kadang-kadang semua
yang dibutuhkan hanya dengan penambahan addisi saja pada kacamata jauh, yang
dapat dengan mudah ditentikan oleh seorang Optometris. Sedangkan untuk
meresepkan pembesaran pada pasien low vision harus menggunakan metode
khusus, yaitu:
16
Kasus
Data Pasien:
Nama : NKZ
Usia : 7 tahun
Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas 1
Alamat : Boro Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur
Diagnosa : Myopia tinggi, leukokoria (ROP)
Riwayat:
Pada bulan Oktober 2022 pasien diperiksa oleh dosen Low Vison dalam
rangka kuliah praktek di Blitar, sekaligus untuk membantu pasien mendapatkan
alat bantu penglihatan serta diagnosa yang jelas mengenai keluhan penglihatan
yang dialami. Pasien terlahir prematur dengan riwayat kesehatan umum dan
kesehatan keluarga baik, pasien merupakan anak yatim piatu dan diasuh oleh
tantenya sebagi wali. Semasa pertumbuhannya ia mengalami masalah penglihatan
yaitu sering melihat dengan memicingkan mata dan memiringkan kepala. Keluhan
tersebut semakin terlihat saat pasien sudah masuk sekolah, pasien sering maju
mendekat ke papan tulis untuk mencatat dan sering melihat dengan miring.
Kemudian guru menyarankan walinya untuk memeriksakan mata. Wali pasien
sudah pernah memeriksakan ke salah satu Optik namun tidak mendapatkan
ukuran, pasien dirujuk untuk periksa ke dokter mata namun hanya diberikan obat
tetes mata. Selang beberapa bulan pasien mengeluh untuk lihat jauh dan dekat
kabur, wali pasien memeriksakan lagi ke Indra Optik Tulungagung dengan hasil
visus bisa lebih baik namun power myopia tinggi, selanjutnya pasien disarankan
19
20
untuk diperiksa oleh dosen Low Vision dan didapatkan diagnosa bahwa pasien
menyandang Low Vision Retinopathy of Prematurity (ROP) ditandai dengan
adanya Leukokoria namun perlu penegakan diagnosa dari dokter mata,
menyandang high myopia dan low akomodasi.
Penyelesaian
Setelah dilakukan pemeriksaan pada tanggal 19 Oktober 2022, didapatkan
hasil:
A. Pemeriksaan Pendahuluan
1. Pupil Distance
Jauh : 28/28
Dekat : 53mm
2. Visual Acuity
Jauh : OD 0.5/30
OS 3/30
ODS 3/30
Dekat : 25cm / 2,5m
3. Motilitas : Ortho
4. Posisi Bola Mata
Cover Test : OD Exotropia
OS Ortho
Cover Un Ct : -
5. Kontras : 10%
6. Warna : 90%
3. Cum Correction
AVOD : Sph -7.00 Va 1/30
AVOS : Sph -5.00 Va 3/21
AVODS : 3/21
ADD : +3.00
PD : 56/53
4. Jarak Baca : 25cm / 2,5m
5. Media Belajar : Normal Print
6. Fiksasi : OD Eccentric
OS Central
7. Kontras : 10 %, merupakan kontras tinggi dan sensitivitasnya rendah,
menggunakan buku tes kontras dengan jarak 50cm
4. Pencahayaan
Photophobia : Tidak
Cahaya Matahari : Tidak masalah
Cahaya Ruangan : Cahaya Ekstra
Orientasi malam hari/gelap : Sulit
5. Hasil assessment klinis sebagai alat bantu optik dan non optik dengan solusi
untuk pasien sebagai berikut:
a. Kacamata Bifokal dengan ukuran
R -7.00
L -5.00
Add +3.00
PD R/L 28/28
b. Lampu tambahan untuk mendapatkan penglihatan dekat terbaik
c. Buku tulis Low Vision untuk memudahkan dalam menulis
d. Diresepkan dan dicobakan teleskop ukuran 7x, tetapi karena pasien
masih kelas 1 MI tidak diberikan dulu karena dari penjelasan wali, jarak
duduk anak kurang lebih 2 meter, dan guru sudah sangat membantu
dalam masalah penglihatan di kelas
e. Dibuatkan surat untuk sekolah agar pasien ditempatkan di tempat duduk
paling depan dan sebelah kanan papan tulis
f. Menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi, buah,
sayur dan lain-lain
g. Disarankan ke dokter mata untuk penegakan diagnosa
h. Rutin memperiksakan kondisi mata (pemeriksaan refraksi) kurang lebih
3 bulan sekali
23
6. Meresepkan alat bantu pembesar untuk dekat, sedang dan jarak jauh
7. Mengoptimalkan jarak kerja
8. Memperhatikan ukuran huruf dan mencarikan alat bantu yang pas
9. Rekomendasi ketika duduk dan pencahayaan serta buta warna
10. Rekomendasi alat untuk membantu ketika mengalami kesulitan
11. Kerusakan lapang pandang yang tidak bisa diperbaiki
12. Rekomendasi dilakukan pemeriksaan tambahan
13. Rekomendasi untuk pemeriksaan lanjutan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Adik NKZ yang berusia 7 tahun merupakan pelajar kelas 1 MI di Desa
Boro Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung Jawa timur. Ia terlahir prematur,
memiliki masalah penglihatan yaitu melihat jauh buram, sering melihat dengan
memicingkan mata dan memiringkan kepala. Keluhan tersebut semakin terlihat
saat pasien sudah masuk sekolah, pasien sering maju mendekat ke papan tulis
untuk mencatat dan sering melihat dengan miring. Pada tanggal 19 Oktober 2022
dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil bahwa ia menyandang low vision
ditandai dengan adanya masalah leukokoria Retinopathy of Prematurity (ROP),
high myopia, dan low akomodasi.
Pasien diberikan resep kacamata R -7.00 1/30 L -5.00 3/21 ADD +3.00
dengan kepekaan kontras 10% pada jarak 50cm. Pada resep kacamata ini pasien
mengalami peningkatan tajam penglihatan yaitu dari sin correction AVOD 5/30
menjadi 1/30, sin correction AVOS 3/30 menjadi 3/21, dengan ADD +3.00
penglihatan dekat juga mengalami peningkatan yaitu dari ODS 25cm / 2,5m
menjadi ODS 20cm / 1,25m.
Penatalaksanaannya adalah diberikan kacamata bifokal dan diberikan alat
bantu non optik seperti buku tulis Low Vision serta ekstra lampu untuk
mendapatkan penglihatan dekat terbaik. Saran kepada wali pasien agar
memperiksakan kembali kurang lebih 3 bulan setelah kacamata jadi. Dibuatkan
surat untuk sekolah agar pasien ditempatkan di tempat duduk paling depan dan
sebelah kanan papan tulis. Dibuatkan juga surat kepada dokter spesialis mata
untuk penegakan diagnosa.
25
26
Saran
Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam upaya membantu pasien
low vision untuk mendapatkan penglihatan yang lebih maksimal kedepannya,
antara lain:
1. Membuatkan kacamata sesuai yang diresepkan.
2. Evaluasi rutin ke dokter mata minimal 1 tahun sekali untuk mengetahui
kondisi retina.
3. Evaluasi rutin ke klinik low vision 6 bulan sampai 1 tahun sekali untuk
mengetahui perkembangan tajam penglihatan.
4. Disarankan kepada wali pasien untuk mengawasi dan mengingatkan pasien
dalam penggunaan kacamata, memperhatikan pencahaan pasien saat
membaca dekat, serta mengfasilitasi pasien dengan alat bantu non optik
buku low vision untuk proses belajar pasien.
5. Membiasakan pola hidup sehat dengan memberikan makanan 4 sehat 5
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sang Ayu Putu Srimas Ambara, I. Made Kardana, and I. Wayan Eka
Sutyawan. "Karakteristik bayi kurang bulan dengan skrining retinopathy
of prematurity di rumah sakit umum pusat Sanglah." Medicina 48.2
(2017): 118-122.
Dogra, Mangat Ram, Deeksha Katoch, and Mohit Dogra. "An update on
retinopathy of prematurity (ROP)." The Indian Journal of Pediatrics 84
(2017): 930-936.
Fauzi, Lukman. "Skrining kelainan refraksi mata pada siswa sekolah dasar
menurut tanda dan gejala." JHE (Journal of Health Education) 1.1 (2016).
Fauzia, Firdha Malisa, Ine Renata Musa, and Harry Emile Saroinsong. "PATIENT
CHARACTERISTICS AND THE CAUSES OF LOW VISION AT
PAJAJARAN SLB." JURNAL ILMU FAAL OLAHRAGA INDONESIA 5.1
(2022): 33-42.
Kemala S, Azwin A, Maya N, “Profil Leukokoria Pada Anak Di Rsup Dr. M.
Djamil Padang”, Volume 37 Nomor 1, April 2014
Lestari, Ni Putu Dharmi, I. Wayan Eka Sutyawan, and Anak Agung Mas
Putrawati. "PROFIL BAYI PREMATUR DENGAN SKRINING
RETINOPATHY OF PREMATURITY DI DIVISI PEDIATRI
OFTALMOLOGI POLIKLINIK MATA RSUP SANGLAH PERIODE 1
JANUARI-31 DESEMBER 2015."
Retina, Citra Fundus. "Klasifikasi penyakit mata berdasarkan citra fundus retina
menggunakan dimensi fraktal box counting dan fuzzy k-means." (2022).
27
28
29
30