Anda di halaman 1dari 17

M U S I C , C U LT U R E & S O C I A L ( M A G A ) Z I N E B A S E D I N B E K A S I

#4 / APRIL 2013 Rp 7.000


plakzine.tumblr.com | Twitter: @plakzine

REPORTASE ROCK & ROLL


The Invisible Rebel JOSS STONE
SICK OF IT ALL
HARLAN BOER SUPERGLAD
MORFEM
VISCRAL BACKFEST 2013
SKY ON EYE
THE STONE ROSES EKSTRA
PESTOLAER REVENGE
STARS AND RABBIT WSATCC
BEKASI BEATBOX ((AUMAN))
RESENSI: TOKYOLITE COTSWOLDS SOPHIA SOVIA STOLKA AATPSC
(((EDITORIAL))) PLAK! Edisi 4 / April 2013
Sebuah festival seni bernama ARTE Indonesia Arts Festival berlangsung EDITOR-IN-CHIEF:
di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat selama tiga hari
berturut-turut pada akhir bulan lalu (29-31 Maret 2013). Terus terang,
Rama Wirawan - @ramawirawan_
saya hanya datang pada hari kedua dan ketiga acara yang rumornya
merupakan proyek tugas akhir puteri dari Jero Wacik, Menteri Kebudayaan PENULIS:
dan Pariwisata itu. Dan, terus terang juga, saya tidak terlalu fokus kepada Amalia Mas’ad - @amaliamasad
hal-hal lain yang disajikan di sana selain ke panggung musik. Bukan Andrew Mahardika - @andrewewew
tidak tertarik pada pameran-pameran seni rupa, seni instalasi, atau pun
booth-booth yang ada di sana. Tapi memang saat itu saya datang untuk FOTOGRAFER SAMPUL:
memusatkan perhatian pada band-band partikelir yang ternyata sesuai
juga dengan selera puteri sang Menteri. Ini tentu saja menjadi momen
Rama Wirawan
baik bagi para seniman yang selama ini mungkin hanya berkesempatan
menampilkan karyanya di ruang-ruang tidak sebesar JCC. Meski KONTRIBUTOR:
kenyataannya, jumlah pengunjung yang hadir lebih sedikit dibandingkan Anang Sigit, Malik Ganis Ilman,
dengan jumlah ketika tempat tersebut menjadi tempat pameran komputer. Yulio Abdul Syafik
Serta merta rumor tadi menjadi masuk akal. Untuk apa penyelenggara
mengadakan acara berisi seniman-seniman yang tidak bermain dan Surel: plakmagazine@gmail.com
populer di arusutama pada tempat sebesar itu? Tentu saja ada aspek
lain yang ia (atau mereka) kejar selain aspek bisnis. Karena kalau bicara
Twitter: @plakzine
bisnis, acara tersebut sama sekali tidak menghasilkan laba, semenjak Website: plakzine.tumblr.com
tidak sepeser pun uang ditarik dari dompet pengunjung untuk bisa masuk
dan menyaksikan segala hal di dalamnya.
Jangan salah sangka. Saya tidak sedang menjadi sinikal atau
skeptikal. Karena saya dengar acara itu telah diniatkan untuk digelar setiap
tahunnya. Dan ini sesuatu yang menurut saya sangat baik, mengingat pola
pikir penyelenggara yang cukup ‘gila’ dengan tidak merasa memerlukan
mendapuk Noah atau Nidji atau GIGI, misalnya, yang sudah pasti akan
menarik lebih banyak penonton.
Apa yang menarik bagi saya dari acara tersebut sebenarnya adalah
jargon “celebrating the arts of today” (merayakan seni hari ini) yang
diusungnya. Itu serta merta menjadi premis pertama. Premis kedua,
seni hari ini didominasi oleh orang-orang berselera estetika tidak seperti
penyelenggara ARTE tadi. Apakah Jirapah, Sigmun, Dried Cassava
(beberapa band yang tampil di ARTE) adalah nama-nama yang dikenal
oleh tipikal pemirsa televisi teresterial rata-rata, misalnya? Saya pikir
tidak. Tapi siapa yang tidak mengenal Noah, misalnya?
Secara logika, sukar untuk menghindar berpikir bahwa selera para
pemilik media atau para dominan lainnya di dalam struktur organisasi
menjadi determinan suatu karya akan diamplifikasi atau tidak. Dan jika
Anda bertanya pada tipikal pemirsa televisi teresterial rata-rata hari ini,
siapa band yang mewakili seni hari ini? apakah mereka akan menjawab,
“Zeke Khaseli”? Saya pikir tidak. Jadi, konklusi dari kedua premis tadi
seharusnya adalah jawaban dari pertanyaan ini: Seni hari ini yang mana
yang sebenarnya sedang dirayakan? Mungkin pertanyaan itu juga lah yang
timbul di benak tipikal pemirsa televisi teresterial rata-rata, ketika tempo
hari mereka sempat membaca reklame ARTE, entah di mana: “Seni hari
ini? Kok nggak ada Ungu? d’Masiv mana?” Dan mungkin karena itu juga
lah, JCC pada tiga hari di akhir Maret 2013 lalu tidak menjadi relatif tidak
ramai. Karena tampaknya seni yang coba ditampilkan pada tiga hari itu,
tidak mewakili selera pemirsa televisi teresterial rata-rata; yang barangkali
juga memang sudah teredukasi oleh amplifikasi-amplifikasi media massa.
Jadi, saya sudah memutuskan sendiri (tanpa perlu melakukan wawancara
dengan panitia, karena saya melihat ketika teman saya mewawancarai
wakil panitianya, ia memeroleh jawaban-jawaban yang normatif belaka),
jargon “merayakan seni hari ini” yang diusung oleh ARTE adalah sebuah
sinisme atau sindiran kepada industri hari ini. Bahwa masih banyak
Ilustrasi: Sutami A. Pramudito

wilayah dalam ranah seni kontemporer di negeri ini yang tidak ter-cover
secara maksimal. Tapi, apapun maksud panitia ARTE, ruang-ruang seperti
ini memang sudah selayaknya dimanfaatkan oleh para seniman yang
selama ini merasa tidak mendapat ruang, untuk menginfiltrasi gagasan-
gagasannya agar lebih meluas. Seperti kata Seringai dalam salah satu
lagunya: “Berangkat dari skena, mengembang di dunia...”

RAMA WIRAWAN
Editor-in-chief
3
EKSTRA

REVENGE JADI PENAMPIL PEMBUKA KONSER dalam dua format, yaitu format cakram padat dan
OBITUARY DI SINGAPURA vinyl 7 inch tersebut, berisi lagu-lagu daerah dengan
aransemen khas band yang konsisten menerapkan
gaya lawas ke dalam musik maupun penampilannya
secara utuh ini. Pada penampilannya di ARTE
Indonesian Arts Festival, 31 Maret 2013 lalu, WSATCC
membawakan dua lagu daerah yang telah mereka
aransemen ulang, sebagai isyarat bahwa lagu-lagu
itulah yang akan terdapat di album mini mendatang.
Dua lagu tersebut adalah “Cangkurilang” dan “Ambon
Manise.” [RWP]

ALBUM ((AUMAN)), SUAR MARABAHAYA, DALAM


Beberapa band lokal yang bergerak di kancah FORMAT KASET SEGERA DIRILIS
underground memang telah berhasil membuktikan diri
bahwa mereka berhasil untuk go international yang
sesungguhnya. Sebut saja Burgerkill sukses tampil
di Soundwave (Australia) 2009 dan bagaimana Noxa
mampu mencuri perhatian para penggila grindcore
sedunia di Obscene Extreme Fest (Rep. Ceko) 2010.
Mengikuti kesuksesan mereka, band death metal
asal Jakarta, Revenge, telah mengumumkan secara
resmi bahwa mereka akan menjadi opening act bagi
Obituary di Singapura pada 28 April 2013 mendatang.
Pihak Steel Harvest Production selaku promotor
percaya bahwa Revenge dan Belligerent Intent
(Australia) mampu memanaskan panggung sebelum
Obituary ambil alih pentas. Rifki Bachtiar (vokal), Raja
Humuntar (gitar), Rabindra Femzar Oewen (gitar),
Rizky Adityawarman (bass) dan Auliya Akbar (drum) Apa yang istimewa? Mungkin itu pertanyaan yang
pun sangat senang sekaligus bangga dengan ini pertama kali terbersit di kepala saat membaca judul
karena Obituary yang merupakan serdadu legendaris di atas. Pertama, rilisan kaset sendiri di era digital ini
death metal asal Amerika adalah idola mereka semua. tampaknya semakin sedikit peminatnya. Dan kedua,
[YAS] album perdana band cadas asal Palembang bernama
((AUMAN)), Suar Marabahaya, belum terlalu lama ini
dirilis dalam format cakram padat atau CD. Tapi vokalis
WHITE SHOES & THE COUPLES COMPANY
Farid Amriansyah merasa merilis album perdana
ISYARATKAN LAGU-LAGU UNTUK ALBUM MINI
bandnya tersebut ke dalam format kaset sebagai
TERBARU MEREKA MENDATANG
sebuah bentuk kerjasama dengan clothing brand
Maternal Disaster, memang sesuatu yang istimewa.
“Ada nilai romantisme akan pengalaman analog ketika Foto: Dok. Revenge, Rama Wirawan (WSATCC), Dok. ((AUMAN))
musik didengarkan secara menyeluruh, tidak parsial,”
kata vokalis yang akrab disapa Rian Pelor. Menurut
Rian, kaset yang hanya akan dirilis sebanyak 100 buah
itu berisi sebelas track, dengan bonus tiga live tracks
dari penampilan ((AUMAN)) di salah satu pentas seni
di Palembang. “Plus paket merchandise yang isinya
masih konfidensial dari Maternal Disaster,” imbuh
pria yang juga vokalis unit hardcore Dagger Stab.
Sementara itu, Agan Ahsan pemilik Maternal Disaster,
yang juga merupakan vokalis Vrosk, mengaku bahwa
berkolaborasi dengan ((AUMAN)) merupakan cara
Band pop independen White Shoes & The Couples agar merk sandang asuhannya semakin populer.
Company (WSATCC) telah merekam lagu-lagu Sebelumnya usaha garmen ini juga telah menerapkan
untuk album mini baru mereka pada akhir 2012 lalu. metode penetrasi pasar yang sama bersama A.L.I.C.E.,
Rekaman tersebut dilakukan di perusahaan rekaman hanya saja dalam format CD. “Sesudah ((AUMAN))
tertua di Indonesia, Lokananta, yang berlokasi di Solo, bakal ada kolaborasi lagi bersama tiga band yang
Jawa Tengah. Album mini yang rencananya akan dirilis masih dirahasiakan,” ungkap Agan. [RWP]
4
PATRIOT PATRIOT

Belajar dari Kebodohan Masa Lalu Demi Mencatat Sejarah Sendiri

tetap mau bantu dan menantang membuat album penuh


Album pertama Sky On Eye gagal dalam dalam waktu dua bulan, anak-anak menyanggupi,” ujar Anan
pendistribusian, tapi mereka terus bergerak yang juga berprofesi sebagai kamerawan dan editor di sebuah
Oleh Andrew Mahardika rumah produksi.

B
“Karena belum mengerti soal di luar proses rekaman
and asal Wisma Asri, Bekasi Utara, ini beranggotakan
album dan hanya berpikir album jadi dengan biaya yang kami
lima orang dan bernama Sky On Eye. Di dalamnya
keluarkan untuk paket keseluruhan, kami tidak mencermati Viscral menjamin mereka bukan band death
terdapat Ibrahim Aziz Sutansyah (vokalis), Tira Pratama dua alasan. Pertama, personel yang keluar lebih fokus untuk
soal distribusi album sehingga di akhirnya timbul perkara.
Putra Gantina (gitaris), Eky Habara Agnanto (gitaris),
Kami cetak 1000 keping CD dan harusnya sekalian didistribusi
metal yang mengedepankan kecepatan semata melakukan sesuatu di luar band. Dan yang kedua, para
Agustianto (bassis) dan Adnan Liansyah Putra (pemain drum)
oleh mereka, tapi karena satu dan lain hal yang nggak mau Oleh Andrew Mahardika personel yang meninggalkan Viscral hengkang ke band yang

D
yang sudah tergabung sejak tahun 2008, tepatnya pada lain. “Personel Viscral selalu menjadi incaran band-band lain
gue ingat akhirnya kami harus menjual 700 keping sendiri dan eath metal, sebuah jenis musik yang band
tanggal 10 November. Hampir seperti kebanyakan band lain, dan akhirnya tiga kali Viscral ditinggal personel yang dicabut
sisa 300 lagi nggak tahu gimana nasibnya,” sambungnya. pengusungnya bisa ditemukan dalam skena musik
Sky On Eye lahir sebagai pelarian para personelnya dari band ke sana ke mari,” imbuh Eggi.
Walaupun album pertama Sky On Eye meninggalkan Bekasi dengan jumlah yang banyak. Bahkan bisa
mereka terdahulu karena merasa ingin membuat hal-hal baru Singkat cerita, kini Viscral terdiri dari Eggi Pradia (vokal),
kesan tidak enak di benak masing-masing personel, nyatanya dibilang hampir menjamur, jika kita menelusuri lebih
di dalam lingkup musik yang mereka tinggali. Yogi Praja (drum), Liga Radensha (gitar utama), Adrel Jatnika
karya mereka bisa diterima dan disukai, khususnya di kalangan jauh ke tiap sudut daerah yang ada di kota ini. Salah satu dari
“Dulunya gue, Aziz, Eky dan satu orang bernama Tirta (gitar) dan Wiky Zharendra (bass). Menurut Eggi, formasi
remaja menuju dewasa. Itu dibuktikan dengan banyaknya sekian banyak itu adalah sebuah band yang bernama Viscral
main musik screamo, tapi band itu bubar. Akhirnya Agus inilah yang mempunyai konsistensi, loyalitas, tanggung
penggemar mereka di beberapa kota di Indonesia; dariJawa asal Bekasi Selatan. Bukannya mengikuti dari kebanyakan,
masuk dan Tirta keluar di tahun 2010. Selanjutnya gue jawab dan tetap terjaga untuk membuat Viscral lebih melaju
hingga Bali, bahkan hingga Malaysia. Keadaan atau bisa tapi dalam menjatuhkan pilihan untuk memainkan musik
berempat mikir untuk bikin sesuatu yang baru dan memainkan dari sebelumnya. Faktanya juga, dengan formasi terakhir
dibilang kesuksesan dari sisi ketenaran tersebut juga terbantu death metal para personel Viscral mengikuti kata hati mereka
musik yang beda, ditambah juga Tira masuk sebagai gitaris, ini, Viscral pernah mendapatkan sejumlah tawaran kompilasi
dengan tur yang mereka lakukan pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing. “Viscral memilih genre death metal atas dasar
dan jadilah Sky On Eye yang memainkan musik rock campur di luar negeri. “Kami pernah ditawari masuk di dalam album
silam di duabelas kota Jawa-Bali yang terbilang sukses. para personelnya mengidolakan band-band death metal yang
post-hardcore,” ujar Anan. kompilasi yang di dalamnya terdapat band dari Italia, Rusia,
“Nama turnya itu The Young Bloods Tour. Di 2011 kami hampir sama,” kata Eggi Praditia sang vokalis ketika ditanya
Walaupun mengaku menghasilkan musik rock dengan India dan Swiss. Selain itu, kami juga mendapatkan sejumlah
tur bareng Divide dan Dying Last Fashion asal Jakarta, serta mengapa Viscral memainkan jenis musik yang sudah banyak
tambahan unsur post-hardcore di dalamnya, tapi banyak offering dari label-label indie. Namun, kami masih memilah-
Monsters in Living asal Singapura. Sedangkan tahun 2012 dimainkan oleh band lain di kota Bekasi.
orang kekinian mengklaim Sky On Eye mengusung southern milih karena dirasa belum ada yang cocok,” ungkap Eggi
kami tur bareng Dying Last Fashion lagi serta Dial M For Namun Eggi menjamin bahwa Viscral bukanlah sebuah
rock. “Ya, kalau orang-orang menilai musiknya Sky On Eye itu yang baru saja melanjutkan kuliah setelah menonaktifkan diri
Murder dan Maddthelin asal Malaysia,” tutur Aziz yang juga band yang hanya sekadar memainkan musik death metal
southern rock sih bebas saja. Karena kami nggak terlalu fokus sebagai salah satu karyawan televisi swasta.
bertanggungjawab pada departemen lirik untuk semua lagu kebut-kebutan semata. “Viscral punya karakter kuat di dalam
di soal genre musik, yang penting kami mainin musik rock Di 2013 ini, Viscral sedang aktif-aktifnya memproduksi
Sky On Eye. musiknya. Kami mempunyai dinamika, groove, speed yang
dasarnya,” kata Aziz menambahkan. Namun, jika dikulik, kiblat materi baru serta berencana menelurkan album pertama
Untuk tahun 2013 ini, Sky On Eye punya beberapa atraktif, chord-chord yang easy listening namun mudah diingat,
musik masing-masing personel, Sky On Eye sepakat bahwa dengan tajuk Pareidolia Haze of Illusory. Tapi Eggi menegaskan
rencana yang ingin mereka realisasikan, diantaranya merilis serta melodi gitar di tiap part lagu yang berperan sebagai
mereka mengagumi musik-musik dari band He Is Legend dan bahwa jika nanti album itu tidak sesuai ekspektasi, Viscral akan
single terbaru yang sudah hampir rampung hingga tur tiga pemanis suasana,” tambahnya.
Memphis May Fire. mengambil sikap untuk tetap tegap dan bangga karena sudah
negara (Malaysia, Singapura dan Thailand). Soal album baru, Dari segi lirik, mungkin tidak jelas terdengar atau bad
Dalam umur band yang memasuki usia kelima di tahun ini, mencatat sejarah sendiri. “Kami tidak memaksakan mereka
Anan berujar bahwa rilisan album baru akan terjadi di tahun spell seperti band death metal lainnya. Tapi menurut Eggi
Sky On Eye sudah bisa menelurkan satu album bertajuk Rusa untuk mendengar. Karena pendengar musik mempunyai sifat
2014 mendatang. isi lirik dari Viscral tidak jauh dari kondisi psikologis, perang
Liar dengan delapan lagu di dalamnya pada tahun 2011 silam. heterogen yang tidak nyaman dipaksa atau mencintai genre
“Kami berencana mulai recording akhir tahun ini dengan dan konflik, propaganda-propaganda dunia dan genosida.
Proses pembuatan album itu memakan waktu pengerjaan lain yang bukan seleranya. Jadi tidak ada paksaan harus
kumpulin materi lagu sebanyak mungkin. Karena hal yang Diakui Eggi juga, dalam musiknya Viscral sangat menonjolkan
sangat cepat, hanya dua bulan termasuk membuat lagu, mendengarkan musik kami secara keseluruhan,” kata Eggi.
difokuskan sekarang ini adalah bagaimana caranya album sound layaknya band death metal internasional kelas atas
merancang artwork dan pembuatan dummy kemasan album. “Viscral hanya menawarkan suatu produk musik skala
pertama kami bisa lebih sampai ke orang banyak. Karena yang menginfluens mereka, seperti: Suffocation, Dying Fetus,
Namun, sayangnya album itu bisa dibilang gagal dari segi
Foto: Dok. Sky On Eye

balik ke awal buruknya distribusi album itu,” kata Anan saat Cannibal Corpse, Pyaemia dan Disavowed di tigabelas lagu besar dalam bungkus kecil dan sederhana, tapi punya
distribusi. kualitas. Jika dengan ‘manggutnya’ para pendengar musik
ditanya kebaruan apa yang Sky On Eye punya di tahun ini. yang sudah mereka hasilkan. Atau menjadi 19 tepatnya jika
Foto: Dok. Viscral

“Kami kerjasama bareng label asal Jakarta untuk bikin Viscral itu sudah menjadi satu poin positif, bahwa kami
“Rencananya juga kami akan menyebarkan album pertama tidak dihanguskan akibat perjalanan revolusi personel.
album pertama. Rencana awal kami mau produksi EP karena mampu memberikan racun suara sebagai bukti bahwa Viscral
Sky On Eye dalam bentuk free download. Karena Sky On Eye Viscral sendiri terbentuk pada 5 Mei tahun 2006, di mana
beberapa lagu sudah direkam, tapi mereka balikin mentah- sebenarnya adalah band yang layak sekali diterima oleh
adalah band yang tidak ingin berhenti bergerak dan patah terdapat lima orang di dalamnya. Tapi seiring berjalannya
mentah materi kami dan dinilai jelek. Tapi akhirnya mereka kalangan penikmat musik keras,” pungkasnya.
semangat akibat kebodohan di masa lalu,” tandasnya. waktu mereka juga sempat bongkar pasang personel dengan

6 7
HARLAN BOER

D
ari salah satu sisi Taman Ayodya di Barito, Jakarta
Selatan, Harlan Boer yang mengenakan kaos oblong
merah, celana jeans hitam dan sepatu All Star muncul
“Kalau di istilah 90an,
dan berjalan mendekat dengan gaya canggungnya
yang intens, menyusuri pinggiran danau buatan seluas 1.500 mungkin gue slacker,
sebelum gue tahu
meter persegi—yang pada sore hari seperti saat itu dihiasi
ornamen dua air mancur menyembur. Tak banyak perubahan
tampak dari sosok pria yang pertama kali dikenal luas
sekitar satu dekade silam sebagai vokalis C’mon Lennon ini.
Gesturnya masih tetap seculun ketika ia melakukan lipsync
slacker itu apa. Hal-
berbalut pakaian seragam klab sepakbola Persija oranye di
dalam videoclip lagu hit “Aku Cinta J.A.K.A.R.T.A.” dari satu- hal teknis kurang bisa.
satunya album yang pernah dirilis bandnya tersebut, Ketika
La La La (Marmalade Records, 2005), yang juga merupakan
salah satu lagu dalam proyek album kompilasi JKT: SKRG
Gue benerin mobil
(Aksara Records, 2004). (Tapi keculunan yang barangkali
tanpa direncanakan malah mengandung kualitas acuh tak nggak bisa. Itu sudah

SIASAT HARLAN confirmed.”


acuh a la band-band rock alternatif era 90an.)
Ia melambaikan tangannya dengan kikuk dan tersenyum
kaku, terus mendekat, hingga akhirnya mengajak untuk
menghampiri seorang penjual kopi keliling yang sedang
sih. Malah semakin kental. Warnanya makin terang karena
Mantan vokalis C’mon Lennon yang ‘tetap menyerang’ sebagai solois mangkal di salah satu sudut. Secara fisik, ia masih terlihat
sekurus di videoclip itu. Meski kini rambutnya sudah tak lagi diwarnai terus setiap hari. Yang diubah menurut gue lebih ke
OLEH RAMA WIRAWAN ∙ FOTO-FOTO OLEH KIKY MAKKIAH gondrong tanggung nan lemas berminyak, serta ukuran lensa
minus kacamata yang seingatnya terus bertambah besar. Tapi
siasatnya, cara-caranya. Tapi apa yang mau dilakukan masih
sama,” sambungnya kemudian.
secara psikis, Harlan sebenarnya sudah banyak berubah. Siasat dimaksud adalah dengan menjadi solois. Sebagai
Status ia kini sebagai karyawan di salah satu perusahaan pekerja dan kepala keluarga, ia merasa sudah tidak mempunyai
agensi periklanan digital—yang letak kantornya tak jauh dari waktu untuk bersosialisasi, atau istilahnya ‘nongkrong,’
Taman Ayodya—serta suami dari Hana Nurul Hasanah (30 sebanyak dulu. “Proses mencari partner [bermusik] itu kan
tahun) dan ayah dari Binar Idris (7 tahun) adalah beberapa sebenernya lama buat gue. Karena stok lama sudah nggak
perubahan signifikan dalam hidup pria dengan nama panggilan ada semua, sibuk semua. Teman-teman yang gue yakin
‘Bin’ ini (nama yang ia peroleh dari teman-teman semasa nyaman ngeband sama dia, itu sudah punya band semua.
sekolahnya karena dinilai mempunyai gerak-gerik mirip Dalam keadaan gue sekarang, pertumbuhan ide tidak sejalan
karakter sentral dalam komedi situasi populer, Mr. Bean), yang dengan pertumbuhan pergaulan,” jelas Harlan dan kemudian
membuatnya merasa tidak akan pernah bisa kembali ke titik- menambahkan, “Nah, sekarang waktu nongkrong sudah
titik ketika jam terbangnya manggung sebagai bassis dari band semakin sedikit. Itu membuat gue jadi stres sendiri. Jadi
epigon The Cure bernama Room V masih cukup tinggi, ikut beban. Karena kepala ada isinya, tapi nggak dibikin-bikin. Ya
menyumbangkan energi besar di dalam hit besar “Matraman” sudah gue solo saja, deh.”
saat secara aksidental menjabat kibordis The Upstairs, Dia memang masih produktif. Dia baru saja menelpon
atau pun sebagai vokalis C’mon Lennon yang membuatnya Ferry Dermawan pemimpin Rain Dogs Records untuk
pertama kali merasakan eksposur media televisi yang telah mengabarkan dirinya telah selesai merekam empat lagu bagi
ia tinggalkan sebelum memusatkan pikiran dan tenaga untuk album mini ketiganya sebagai solois dengan nama panggung
mengurusi manajemen Efek Rumah Kaca. Belakangan ia turut ‘Harlan’ saja—tanpa ‘Boer.’ Dia sedang memikirkan kapan
serta membangun Jangan Marah Records sebagai pijakan trio waktu yang tepat untuk merilisnya di bawah label rekaman
indie pop tersebut, lantaran Aksara Records label rekaman tersebut. Dua album mini dia sebelumnya, dirilis oleh label
yang menaungi mereka sebelumnya kolaps. rekaman yang sama dalam jarak waktu cukup berdempetan.
Di usianya yang akan mencapai 36 di bulan Mei Sakit Generik dilepas menjelang akhir tahun 2012 lalu dan
tahun ini, Harlan memang sudah bukan bagian dari band, Jajan Rock di bulan Februari 2013. Di titik ini dia terlihat belum
manajemen band ataupun label rekaman manapun. Meski mau berhenti.
demikian, ia tidak merasa sedang berada di posisi yang salah. Tapi Harlan sebelum seproduktif ini adalah Harlan yang
Karena ia pahami betul di mana ia berpijak hari ini sebagai sangat lambat belajar. Ia tumbuh di lingkungan keluarga
konsekuensi dari pilihan-pilihan yang telah diambilnya. “Pada kelas menengah, dengan sosok ayah pecinta musik yang
intinya, mengerti saja apa yang dijalani. Mengerti kenapa rajin memutar album-album The Beatles di rumah mereka.
menjalani ini. Ada visinya kenapa menjalani ini,” Harlan mulai Saat duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, Amdani Boer
berbicara dengan suaranya yang nyaris selalu bergetar saat ayahnya sempat menawarkan untuk membelikan ia dan Andri
sudah duduk tentram di satu bagian taman yang dirancang Boer kakaknya satu instrumen musik untuk dipakai bersama.
berundak-undak seperti bangku-bangku ampiteater, setelah Lala (begitu nama panggilan Harlan semasa kecil) awalnya
sebelumnya sempat menyeruput kopi panas yang dibelinya sangat tertarik dengan drum. Namun, karena pertimbangan
tadi. “Ketika gue merasa sudah menemukan apa yang gue instrumen tersebut akan membuat gaduh jika dimainkan di
yakini, ya, itu saja yang gue jalani. Mau umur berapa juga, dalam rumah, akhirnya sang ayah membelikan sebuah gitar
mau setua apa juga, yang berubah kan fisik saja sebenarnya. akustik. Sejak memiliki gitar, Lala yang cenderung pendiam
Secara stamina sudah lebih capek sekarang dibandingkan pun mulai mencoba mempelajari alat musik tersebut dengan
dulu. Tapi yang lainnya sebenarnya nggak ada yang berubah, cukup serius. “Gue les gitar pas kelas tiga SD itu. Ternyata gue

8 9
HARLAN BOER HARLAN BOER
nggak bisa main gitar. Gagal,” kenangnya kemudian tertawa. bisa serta merta disebut kompleks. Dia masih ingat ternyata
Namun, dia memang bukan tipikal orang yang cepat dirinya pernah mempunyai selera ke hal-hal yang berbau
menyerah. Dia terus mencoba, meski menyadari kemajuannya spiritualitas sejak dini, yakni ketika sedang duduk di kelas lima
yang tidak pernah pesat. “Jadi gue memang slow learner. SD dan sekolahnya mengadakan dharma wisata, di dalam bis
Lama banget belajar,” imbuhnya dan kemudian mengakui secara berulang-ulang ia mendengarkan kaset album Living in
bahwa prestasi akademis terbaik yang pernah ia capai semasa the Western World (Grammy Records, 1988) milik Fariz RM.
duabelas tahun sekolahnya adalah ranking 23. Kelambatannya “Gue suka banget lirik ‘Iman dan Godaan.’ Mungkin memang
dalam mempelajari hal-hal itu juga berlaku dalam proses- pada dasarnya semua orang punya relasi spiritual barangkali
proses menyukai musik yang baru ia dengar. Ketika di masa- ya, gue nggak mengerti. Tapi, buat gue waktu itu, [liriknya]
masa ia sekolah Nirvana sedang sangat populer, itu tidak disampaikan secara elegan lewat musik yang seperti itu.
membuatnya ikut menggemari dan membawakan lagu-lagu Itulah kenapa, waktu itu, untuk musik gue suka ‘Barcelona,’
band grunge tersebut bersama bandnya. Ia mengakui sempat tapi untuk lirik gue suka ‘Iman dan Godaan’ di kaset itu,”
membutuhkan waktu yang lebih lama dari orang-orang lain paparnya dan kemudian mengaku dirinya juga sudah sangat
untuk bisa mengerti musik-musik baru dan kemudian menjadi menggandrungi lagu “Di Dalam Bui” milik Koes Bersaudara di
penggemarnya. Namun, saat ini dia sudah jauh lebih cepat masa-masa yang sama.
dalam mencerna informasi-informasi seperti itu. Sebelum Kecenderungan menyukai lagu-lagu dengan muatan isu
datang ke taman ini, ia sedang mendengarkan single baru spiritual semacam itu yang diakuinya mempengaruhi gaya
Sore, “Sssst…” yang baru dirilis hari itu juga dan mengaku penulisan lirik lagu-lagunya sendiri yang reflektif di kemudian
sangat menyukainya. hari, seperti “Kiri Kanan” dan “Sakit Generik” di dalam album
Harlan baru mengurangi sifat pendiamnya dan mulai Sakit Generik. Dan selera-selera Harlan yang tidak umum
bergaul dengan teman-teman di luar lingkungan rumah ketika terhadap karya-karya seni lainnya terlihat juga ketika di era
ia mulai memasuki masa SMP. Tapi ia juga tidak pernah itu ia lebih menyukai film-film Indonesia di luar pakem seperti
merasa termasuk anak-anak bandel, bukan pula anak-anak Naga Bonar (1987) dan Ambisi (1973), ketimbang komedi
atletis yang menjadi idola gadis-gadis di sekolah. “Tapi gue ringan macam film-film Warkop DKI kebanyakan. “Ambisi itu
suka olahraga. Jadi gue merasa cukup khas, ya. Gue cukup full kritik sebenarnya,” cetusnya. “Gue baru semalam ngobrol
suka banyak hal, tapi nggak ada yang jago. Mata pelajaran sama Ameng [Indra, ruangrupa]. Menurut Ameng, Ambisi itu
pun gue suka, tapi nilai gue nggak ada yang bagus. Musik gue film yang sangat berpihak juga sebenarnya terhadap apa AKU MAU PULANG KE DALAM TAMAN
suka, tapi nggak jago. Average kali, ya. Orang-orang biasa yang dianggap benar waktu itu. Bayangkan di film itu ada Hampir duapuluh tahun bermusik, Harlan tetap
saja,” katanya sembari menghisap sebatang kretek filter dan videoclip-nya Bimbo, Koes Bersaudara dan Godbless. Itu ada lebih suka rekaman ketimbang tampil di panggung
menambahkan, “Kalau di istilah 90an, mungkin gue slacker, adegan surealnya, ada nasionalismenya. Gue rasa, gue ada
sebelum gue tahu slacker itu apa. Orang yang begitu-begitu nasionalismenya. Gue harus akui, gue ada.” band-band independen lain ketika hendak mempromosikan adalah musisi yang saat itu ingin ia ajak mengisi salah satu
saja. Hal-hal teknis kurang bisa. Gue benerin mobil nggak Akan tetapi fase awal pembentuk karakter seorang gig di mana mereka akan tampil, yaitu dengan memfotokopi bagian gitar dalam salah satu lagunya. “Waktu itu Kubil punya
bisa. Itu sudah confirmed. Ketika apapun rusak dan harus Harlan Boer sebagai musisi profesional, adalah masa-masa flyer acara dan menempelkannya di banyak tempat. Dan band, namanya Halusinasi, dia main gitar di sana. Musiknya
dibenerin, ah gue nggak bisa. Sudah paling mentok ganti kuliahnya ketika ia intens bersama Room V, yakni sejak tahun meski dia mengakui fase itu mengajarkannya banyak cara itu goth, kayak Joy Division. Gue pengen ada nuansa gitar
bohlam, deh.” 1995 hingga sekitar tahun 2000. Meski band itu sendiri hingga untuk menghadapi publik di panggung, hingga hari ini ia tetap kayak gitu di lagu gue,” ingat Harlan. Tapi ternyata alih-alih
Ramones lah salah satunya yang di belakang sana akhirnya ia tinggalkan tidak pernah berhasil lepas dari cap merasa kebingungan saat harus tampil. (“Tapi pasti nggak obrolan di antara mereka menjadi awal terealisasinya gagasan
kemudian punya peran paling besar dalam menumbuhkan band epigon. (Band itu akhirnya dirasa Harlan memang tidak sekosong itu!” belanya sendiri dan kemudian menyatakan proyek solo itu, Harlan lah yang malah kemudian ditarik ke
kepercayaan dirinya bermain musik. Menurutnya, kalau pernah memiliki spirit untuk merilis album, semenjak awal dirinya lebih menikmati menulis dan merekam lagu ketimbang dalam The Upstairs, yang juga tengah dibentuk Kubil bersama
bermusik bisa hanya dengan memainkan progresi akord pembentukannya memang sudah diniatkan untuk menjadi membawakannya di panggung.) Jimi Multhazam.
sesederhana itu, ia pun bisa. Akhirnya ia membentuk band cover band yang membawakan lagu-lagu The Cure.) “Di era itu, yang juga penting buat gue karena gue Walau bukan ini yang ia rencanakan pada awalnya, era
punk rock pertamanya saat duduk di bangku SMA. “Gue “Gue bisa ada di Room V itu cuma gara-gara di kampus sekampus sama Nyoman [Planetbumi],” di sini pandangan kebersamaannya dengan The Upstairs merupakan masa-
sangat dibesarkan oleh musik-musik yang mudah didengar. gue diajakin ngeband bawain The Cure. Gue suka The Cure, Harlan sejenak menerawang. Nyoman menjadi orang pertama masa terbaik Harlan dalam konteks bermusik. Tetapi meski
Belum tentu mudah dibikin, ya. Tapi mudah didengar. Jadi ya, gue ikut,” aku Harlan. Ia juga menambahkan soal atmosfer di sekitar Harlan yang serius menjalani pergerakan band pun dia merasakan energi luar biasa besar di dalam The
waktu gue kecil gue suka The Beatles juga bukan The Beatles saat itu yang sedang didominasi oleh musik Britpop dengan independen. “Dia nyari pita, terus dia rekaman, terus dia Upstairs, serta band seperti inilah yang selalu ia inginkan, pada
psikedeliknya. Yang gue suka itu kayak ‘If I Fell,’ ‘Michelle,’” meledaknya album-album dari Oasis dan Blur. Tapi ia lagi-lagi ‘ngasih lagu ke radio-radio,” katanya mengenang. Sejak saat akhirnya ia hanya setahun berada di sana setelah memberikan
katanya sembari menyanyikan secuplik verse-verse pertama mengaku, tidak secepat itu untuk ia bisa segera menyukai Pulp itu, Harlan sebenarnya sudah tergugah untuk menerapkan sumbangsih lumayan vital sebagai kibordis pada lagu
masing-masing lagu tersebut, yang mungkin tanpa ia atau The Stone Roses. Karena baginya band-band disebut nilai-nilai ideal sebuah grup musik semacam itu bersama Room “Matraman” dan “Nilai, Nilai, Nilai.” “Gue orangnya mungkin
rencanakan telah menunjukkan ada sedikit kualitas vokal John terakhir mempunyai standar estetis berbeda. “Tapi kalau The V. “Tapi ternyata tidak semudah itu, karena background kita memang sulit untuk konsisten karena banyak idenya. Gue
Lennon di pita suaranya. Ketertarikan besar pada lagu-lagu Cure gue memang sudah dengerin dari SMA,” imbuhnya lagi. pada dasarnya cover band. Pada perjalanannya memang ada suka juga sound yang seperti C’mon Lennon, ya akhirnya gue
easy listening lah yang di kemudian hari menjadi pondasi Tapi hal penting yang pertama dari era Room V bagi obrolan-obrolan ke situ. Tapi bagaimana pun visi pertamanya bikin C’mon Lennon. Gue juga suka menulis lirik, sementara
kuat baginya dalam menulis lagu-lagu dengan pendekatan- Harlan adalah di sana ia mulai mempelajari instrumen lain. bukan itu sebenarnya,” jelasnya. itu kan wilayahnya Jimi kalau di The Upstairs,” jelasnya soal
pendekatan seperti itu juga. “Gue belajar keyboard, gue belajar main drum. Jadi kebetulan Keputusan untuk pelan-pelan melepaskan diri dari Room salah satu landasan keputusan ia keluar dari band new wave
Dalam fase-fase yang sama, Harlan sudah menyukai waktu itu gue ngekost, terus drum ditaruh di kostan, terus gue V sebenarnya didasari kegelisahan Harlan untuk membuat tersebut.
puisi. Di masa kanak-kanaknya itu ia sudah menyukai Chairil belajar drum lebih intens, terus gue belajar keyboard lebih proyek solo dengan bekal beberapa materi yang sudah ia tulis, Harlan sejujurnya akan selalu merasa kesulitan jika
Anwar, WS Rendra, atau Sutardji Calzoum Bachri. Album intens. Itu fase-fase pentingnya, menurut gue di situ. Gue lebih sementara menurutnya lagu-lagu itu tidak akan sesuai dengan diminta untuk membandingkan mana energi yang lebih kuat
Kantata Takwa (Airo Records, 1990) yang intens ia dengarkan mencoba lebih banyak instrumen di masa kuliah sebenarnya. semangat bandnya yang jika dilihat dari usianya selama itu antara The Upstairs dengan C’mon Lennon. “Dua-duanya
sewaktu SMP saat sedang sakit cacar dan diungsikan ke Sebelumnya gue cuma main gitar doang,” jelasnya. Hal terbilang tak produktif karena hanya berhasil mengikutkan tipikal band yang gue anggap ideal,” katanya. Tapi bersama
rumah neneknya—karena itulah satu-satunya kaset yang ia penting kedua, menurutnya, masa-masa itu membentuknya satu lagu berjudul “Arti” ke album kompilasi Indieslapan The Upstairs untuk pertama kalinya ia merasakan apa yang
bawa—menurutnya adalah album hebat. “Ini musik tapi ada secara mental karena ia mulai melakukan penampilan tidak (Independent Records, 2000). Dan meski pun bandnya itu juga sejak SMA ia bayangkan: berada di dalam sebuah band yang
Rendranya. Gila,” gumamnya. Dan barangkali juga tanpa hanya di acara-acara sekolah sendiri, serta merasakan hasil sudah menulis dan merekam lagu-lagu sendiri, untuk kemudian punya visi sama dalam hal pencapaian estetis—yaitu menulis
pernah ia rencanakan, Harlan telah tumbuh menjadi pribadi jerih payahnya manggung dalam bentuk imbalan uang. Di dikirimkan ke radio-radio, tapi menurut Harlan, “Tidak pernah lagu, merekamnya menjadi album dan menjualnya. Nilai-nilai
dengan pikiran yang tidak terlalu sederhana, meski juga tidak situ ia juga mulai menjalankan pola-pola yang dilakukan oleh terlalu lancar.” Kubil Idris (gitaris The Upstairs/ Indische Party) ideal itu juga ia terapkan bersama band yang mengajarkan ia

10 11
HARLAN BOER HARLAN BOER
membandingkan dengan dirinya sendiri. “Gue bukan rebel

“Gue bukan rebel


yang mudah terlihat. Gue pemalu pada dasarnya. Jadi, seperti
itulah gue menulis lirik. Nggak akan marah-marah, tapi di sisi
KATA MEREKA
yang mudah terlihat.
lain mungkin kebiasaan gue bersiasat itu membuat gue tidak
mudah marah-marah juga.” (Pengaruh Morrissey lain, yang
TENTANG HARLAN
sebenarnya tidak terlalu langsung, terjadi pada pemilihan lagu
Gue pemalu. Jadi,
T
“Klaten” milik band glam rock GRIBS untuk ia rekam sebagai
ak sedikit yang memberi predikat “musisi indie
cover song di Jajan Rock, lantaran musisi legendaris Inggris
veteran” kepada Harlan Boer. Perjalanan ia
seperti itulah gue tersebut diketahui Harlan menyukai T-Rex dan New York Dolls.
“Jangan-jangan ini ada momentum emosi gara-gara Morrissey
sebagai musisi independen, terhitung sejak
ia memulai sebagai bassis Room V, sudah
menulis lirik. Nggak
datang ke sini,” katanya.)
mencapai 18 tahun hingga saat ini. Dalam rentang
“Gue dari kecil juga bukan pemarah. Waktu gue suka punk
waktu selama itu, ia telah bersinggungan dengan
rock, hal yang pertama gue suka juga keindahan lagunya,
akan marah-marah. bukan protes-protesnya. Dan pahlawan gue saja waktu itu
Ramones, bukan yang gariskeras,” ia menjelaskan lagi.
banyak pelaku penting di dalam scene musik lokal.
Berikut adalah semacam testimoni dari dua di

Mungkin kebiasaan
antaranya, yaitu Kubil Idris dan Ferry Dermawan.
Harlan ingat, bersiasat adalah kultur personal yang telah
Penilaian Kubil dianggap penting, karena dia selalu
dimulainya sejak jauh-jauh hari. Dengan ini dia mulai curiga,
disebut-sebut sebagai orang yang menarik Harlan
gue bersiasat itu jangan-jangan dirinya adalah seorang yang terlalu positif
dalam melihat situasi setidak ideal apapun. Karena seingatnya
masuk ke ranah profesional selaku pemain kibor
pertama The Upstairs. Sementara, Ferry termasuk
membuat gue tidak
juga, ia selalu merayakan semua pencapaian sekecil apapun.
salah satu orang yang dalam konteks musik cukup
“Waktu gue kecil gue bikin lapangan badminton,” katanya
intens bersinggungan dengan Harlan hari-hari ini
mengingat dan melanjutkan, “Dan gue memang gampang
mudah marah-marah excited. Ya, gampang senang. Karena nggak gampang pasrah
sama keadaan. Mau main badminton, nggak ada lapangan,
sebagai pemimpin Rain Dogs Records, label rekaman
yang merilis album-album mininya sebagai solois.
LAWAN TERUS SAKITMU
Selalu ada siasat bagi Harlan untuk juga.” ya sudah bikin lapangan. Nggak ada raket badmintonnya, ya
sudah main badmintonnya pakai raket ping pong.” Kubil Idris, gitaris The Upstairs/ Indische Party
bisa memilih apapun yang ia mau Tendensinya untuk menjadi tidak agresif dalam menulis Waktu itu, pada era
lirik, membuat dia tidak berekspektasi besar lagu semacam The Upstairs EP Antah
untuk maju ke depan sebagai vokalis, C’mon Lennon. Tapi band spesifik, dia mengangkat topik parahnya kemacetan kota “Sakit Generik” bisa mendorong orang-orang lain untuk Berantah, kita lagi nge-jam
itu kemudian hanya berhasil merekam dan merilis satu album Jakarta dan rutinitas produktif harian individu-individu yang menciptakan perubahan secara sistemik di kota tempatnya di kamar gue. Tiba-tiba
semasa aktifnya, sampai akhirnya Harlan hengkang. “Itu sakit mau tidak mau harus selalu bersinggungan dengan kondisi tinggal. Baginya, lagu itu lebih sebagai pengingat kepada Harlan Bin datang main ke
generik tuh,” kenangnya. Kemudian seperti tersadar dirinya semrawut di jalan raya. Tapi pemikiran untuk menuliskan soal dirinya sendiri, bahwa ia harus selalu bisa memilih hidup rumah dan secara spontan
telah terlanjur mendefinisikan kondisi diri yang membuatnya itu menjadi lirik lagu, sebenarnya sudah ada sejak sebelum seperti apa yang ia mau. “Walau pun bukan di kertas kosong ikut nge-jam bareng, yang
memutuskan untuk cabut itu sebagai ‘sakit generik,’ frasa yang ia bekerja di kantor terakhirnya ini yang mengharuskan ia memilihnya. Walau pun memilihnya juga di tempat yang sudah akhirnya secara spontan
juga menjadi tema, judul lagu dan judul album solonya, ia pun berkompromi dengan jam kantor, ditambah dengan kemacetan disempitkan—dikondisikan,” katanya kemudian mengimbuhi, juga kita ajak: Bin, besok
menerangkan, “Gue ingat kok, saat C’mon Lennon bikin demo lalu lintas. “Jadi itu lebih observing,” katanya. “Ini memang bukan bidang putih, tapi lo manusia, lo bisa lo ikut manggung, ya.
untuk album kedua, kayaknya gue nggak bikin lagu. Gue cuma Saat ini dia merasa telah cukup berhasil menyiasati bersiasat. Disesuaikan dengan nilai-nilai yang lo anggap ideal “OK,” kata Bin. Sejak saat
bikin lirik-lirik doang. Emosinya lagi nggak ke situ. Emosinya kondisi tidak ideal dalam kesehariannya. “Semua orang punya buat lo, dengan benturan dengan yang di luar. Ya, lo bisa itu Harlan Bin resmi masuk The Upstairs. Harlan Bin
lagi ke rumah. Jadi saat itu gue lagi ada rasa nggak enak— nilai-nilai ideal yang coba diterapkan ke dirinya dan sekitarnya, bersiasat.” sangat spontan dalam membuat karyanya. Bin bisa
nggak senang—untuk keluar kota, manggung.” begitu juga gue,” katanya dan kemudian melanjutkan, “Gue Siasat itu juga berlaku dalam pola Harlan memproduksi melihat dan merasakan sesuatu, dan langsung dia
Meski hari ini Harlan bisa menamai apa yang sebenarnya kan punya nilai-nilai yang gue yakini. Jadi kayak gue milih musik di hari ini. “Gue sudah nggak mungkin punya teman sulap jadi suatu karya. Dan karya-karyanya sangat
terjadi di dalam diri dia pada saat itu sebagai ‘sakit generik,’ kantor ideal gue, mungkin beda dengan orang lain dalam band, ya gue solo. Gue punya duitnya segitu, ya gue bikinnya ciri khas karya Harlan Bin. Yaitu suatu karya yang
lagu “Sakit Generik” sendiri tidak dia tulis pada masa-masa memilih kantor. Ideal gue memilih kantor adalah harus kantor akustik. Gue punya ide lagu lebih banyak dari gue memiliki spontan, nakal, imajinatif dan slow but sure.
tersebut dan juga bukan sebagai respons terlambat terhadap yang bisa memfasilitasi gue masih bisa beraktivitas di luar. waktu, berarti gue harus dengan estetis musik yang seperti
situasi tidak ideal di era itu. (Harlan tidak merasa saat itu ia Bahkan ideal gue untuk memilih posisi gue di kantor, gue harus ini,” jelasnya terdengar yakin. Ferry Dermawan, Rain Dogs Records
telah menjadi kompromistis. Tapi ada indikasi saat itu fokus mengerjakan hal-hal yang nggak bikin gue stres. Itulah kenapa Lagu-lagunya yang awalnya direncanakan untuk dirilis Pada dasarnya kami punya
Harlan pada C’mon Lennon harus terpecah karena masalah gue kerja di kantor ini. Jadi sebenarnya yang hampir gue nggak menjadi album penuh bertajuk Hiburan dan akhirnya malah banyak ketertarikan dan
yang terjadi di rumah. “Waktu itu fokusnya lagi banyak ke bisa bersiasat sama sekali, nggak berkutik, itu sama macet.” dilepas sebagai album mini album mini, merupakan siasat pandangan tentang musik
rumah. Era itu kan anak gue baru lahir, masuk inkubator, Sehingga bagian refrain di dalam lirik lagu “Sakit Generik” itu Harlan juga untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasannya. yang seringkali cocok,
dirawat di rumahsakit,” katanya.) Harlan adalah penulis lirik secara sinikal berbunyi, “Lawan terus sakitmu/ hingga kebal di “Apa yang pengen gue rekam, pengen segera gue rekam, bahkan sebelum kami
yang mempunyai kecenderungan menulis lirik-lirik lagunya dari kota Jakarta…/ Tawa keras sampai lupa…” lalu pengen segera gue rilis, supaya nggak menumpuk. bicarakan. Dalam hal ini
apa-apa yang ia alami dan rasakan sendiri. Dan dia mengakui, Harlan tidak sedang merasa sebagai seorang sinis. Sebenarnya sih keterbatasan gue. Gue punya problem termasuk kesepakatan
“Sakit Generik” adalah satu-satunya lagu yang tidak terlalu Malahan, alih-alih merasa sebagai orang yang cenderung kalau lagu menumpuk, gue pusing. Caranya ya begitu. Dan merilis lagu-lagunya dalam
personal, karenanya bisa dekat dengan banyak orang. “’Sakit menohok melalui lirik-lirik lagunya, Harlan selalu berpikir kesanggupan gue secara skill gue sebagai penulis lagu, beberapa EP sebelum
Generik’ itu sebenarnya bukan refleksi gue doang. Makanya dirinya adalah orang pemalu yang tidak pernah mau punya memang sanggupnya empat lagu,” katanya. Tapi ia tetap album penuh-yang cocok
gue memakai kata ‘generik.’ Generik itu kan kita. Gue nggak musuh. Tapi kekaguman mendalam pada Morrissey barangkali berencana untuk mengeluarkan album penuh yang akan dengan metode dan bentuk
bilang itu sakit personal. Itu sakit generik. Itu sakit umum,” bisa menjawab kenapa ia pun bisa tetap menyerang melalui berisi lagu-lagu dari masing-masing album mininya, ditambah rilisan Rain Dogs Records, hal baru. Dan saya rasa
katanya. liriknya, namun tetap sebagai Harlan yang tidak agresif. “Gue dengan beberapa lagu baru. Dan sampai di titik ini, dia seperti hanya Bin, satu-satunya orang di dunia ini yang punya
Secara umum, dalam lagu itu dia memang sedang lebih tersentuh sama lirik Morrissey dibanding Bob Dylan. Lirik baru saja tersadar, bahwa dirinya kini memegang prinsip untuk talenta gaya menulis lagu dan lirik seperti “Jajan
berbicara soal nilai-nilai ideal yang sesungguhnya dipunyai Morrissey kan sebenarnya gampang, tapi kok beda, ya. Punk melakukan semuanya secara sederhana. “Memaksimalkan Rock.” Bin selalu ada di tempat istimewa dalam skena
oleh setiap manusia, yang pada kenyataannya tidak bisa selalu rock dalam bentuk yang beda, sinisnya beda buat gue. Sarkas hal yang sangat simple. Karena itu yang bisa gue lakukan musik kita, bukan?
diperoleh dan untuk itu kita harus selalu punya siasat. Secara tapi flamboyan dan humoris,” katanya dan kemudian mencoba sekarang,” tandasnya.

12 13
STARS AND RABBIT

album kami rampung dengan sepuluh atau duabelas lagu di


dalamnya,” ungkap Elda yang memutuskan untuk membuat STARS AND RABBIT
sebuah proyek musik di akhir 2011 silam bersama Adi Nama grup musik yang di-
Widodo, lelaki yang berperan sebagai pasangan Elda dalam ambil dari nama akun Twitter
memainkan instrumen gitar di Stars and Rabbit. vokalisnya, Elda Suryani
“Aku dan El itu teman lama di Yogya. Saking lamanya
kami nggak pernah ketemu dan nggak tahu kabar masing-
masing. Sampai akhirnya suatu hari dia [Elda] hubungi aku
dan mengajak bikin band,” kenang Adi. “Waktu itu aku juga
ada di titik bosan dalam mengerjakan musik untuk orang lain,
jadi ketika El mengajak bikin band aku langsung terima ajakan
itu,” tambah Adi yang juga masih bekerja paruh waktu di salah
satu rumah produksi dalam membuat scoring.
Menurut Elda, materi lagu untuk album perdana Stars
and Rabbit sebenarnya sudah terkumpul tapi sekarang masih
berkutat di proses pengisian instrumen. “Kami memakai
treatment analog dan sedang menjalani sebuah fase. Fase di
mana kami akan memasukan banyak elemen lain sehingga
lebih berbunyi dengan tidak hanya mengandalkan suara vokal
dengan gitar saja. Proses untuk mencari additional player
yang cocok dan pengumpulan dana rekaman juga menjadi
poin-poin yang sedang dijalankan dalam fase tersebut. Jadi
kami sedang berusaha,” jelas Elda.
Di awal terbentuknya, Elda dan Adi memang sudah
langsung mempunyai rencana untuk rekaman tanpa
“Evertyhing that I wish
memikirkan nama apa yang akan dipakai oleh mereka berdua
dalam format band, sampai akhirnya mereka sepakat untuk come true because I’m

BERDUA
fighting for it. Dan
menamakan band mereka Stars and Rabbit. Sebuah nama
yang diambil dari nama akun Twitter Elda: @starsandrabbit.
“Nggak ada filosofi apapun dibalik nama Stars and Rabbit,
dan nama itu aku bikin jauh sebelum band ini ada buat nama harusnya aku dapat apa

WUJUDKAN
Twitter aku. Terus kenapa akhirnya nama itu yang dipakai? Ya
karena biar ada dulu saja namanya,” papar Elda, yang saat
itu mengenakan tanktop berwarna putih berpadu dengan
yang aku mau.”
bawahan celana panjang bermotif belang hitam putih serta

IMPIAN
penutup kepala bermotif macan tutul.
Kesepakatan soal nama band juga berjalan beriringan tertarik buat mendengarkan lagu kami. And maybe we blend
Kegigihan duo folk pop Stars and Rabbit dengan konsep dua orang dalam satu band. Rasa nyaman into something new,” tambah Elda yang memang terinpirasi
menjadi salah satu alasan kenapa mereka tidak berpikir untuk dari musisi era 90an seperti Sheryl Crow, Alanis Morissette,
meniti karier musik, setelah sempat jatuh dan menambah personel walaupun di sisi lain mereka juga ingin Jewel dan Vanessa Carlton.
OLEH ANDREW MAHARDIKA menghantam dasar jurang yang keras
menghasilkan musik yang beragam dari instrumen selain gitar Di masa lampau, Stars and Rabbit juga sempat
untuk mengiringi suara vokal. mengalami kesulitan dalam bermusik. Tapi Adi dan Elda tetap
FOTO OLEH KRISNA PRATIWI “Kami rasa sedikit kepala itu lebih mudah dalam berusaha untuk terus menjalakan apa yang telah mereka
pengerjaan musik kami. Walaupun untuk hasil yang lebih, kami mulai. Contoh konkretnya adalah ketika pada suatu saat Elda
juga membutuhkan bantuan orang lain atau additional player sempat memutuskan untuk berhenti bernyanyi. “I was hit rock
untuk mengisi instrumen lain seperti drum atau keyboard,” bottom sebenarnya. Waktu itu aku nggak mau nyanyi dan

M
alam itu, 16 Maret 2013, keadaan bar dan restoran lagu terbaru berjudul “Cry Little Heart” syahdu dibawakan oleh ungkap Adi. dengar musik gara-gara stres berat. Dan Adi adalah salah satu
bernama Nutmeg yang berada di daerah Kemang, kedua sosok yang tampak kalem tersebut. Jika menilik lebih dalam lagi lagu-lagu dari Stars and orang yang memberikan aku semangat untuk nggak berhenti,“
Jakarta Selatan, sedikit terasa berbeda dari biasanya. Lirik dari lagu-lagu Stars and Rabbit pun gampang dicerna Rabbit, reaksi kimia yang dihasilkan oleh Elda dan Adi memang cetus Elda. “Aku merasa project ini adalah suatu perjuangan
Walaupun tata letak meja makan dan pancaran sinar serta tidaklah berat. Dan orang yang bertanggungjawab atas pada akhirnya bisa melahirkan sebuah musik enak untuk yang akan menghasilkan nantinya. Tuhan pun akhirnya kasih
lampu yang remang tidak mengalami perubahan, tapi tetap semua itu adalah sang vokalis Elda Suryani. “Itu semua dicerna dengan perbedaan yang mereka tawarkan. Seperti kami jalan dengan contoh bikin Elda mau nyanyi lagi,” kata
saja ada keadaan lain di dalamnya. Keadaan tersebut tidak adalah penceritaan dari satu fase kehidupanku. Ada soal salah satunya dari suara vokal Elda yang punya keunikan Adi menimpali.
lain dikarenakan malam itu sebuah grup asal Yogyakarta yang persahabatan, keluarga dan cinta. Delapan puluh persen lagu- dan ciri khas tersendiri. “Ketika aku menciptakan lagu sendiri, Dengan semua cerita dalam perjalanan karier yang bisa
hanya beranggotakan dua orang bernama Stars and Rabbit lagu Stars and Rabbit itu about love life,” jelas Elda. keluarlah cara bernyanyi seperti sekarang ini. Dan karakter dibilang baru dirintis, namun terasa menjanjikan keberhasilan,
tampil menghibur para kaum urban ibukota yang sengaja Dirasa musik dan single-single yang mereka hasilkan vokal seperti itu aku rasa paling tepat dan nyaman buat aku Stars and Rabbit punya harapan mulia yang tetap mereka jaga
datang untuk melihat penampilan mereka. sudah diterima oleh orang banyak dan nama Stars and Rabbit dalam menyanyikan lagu-lagu Stars and Rabbit,” jelas Elda. dan ingin diwujudkan. “Evertyhing that I wish come true because
Di sana, Stars and Rabbit kurang lebih membawakan pun makin bersinar, kedua muda mudi itu pun tidak lantas Memang, karakter vokal Elda bisa membuat perbedaan I’m fighting for it. Dan harusnya aku dapat apa yang aku mau,”
delapan lagu andalan mereka. Lagu-lagu tersebut memang jumawa dan terjebak dalam zona nyaman mereka sendiri. Itu yang secara langsung menggiring orang untuk mendengarkan kata Elda yakin. Seraya dengan El, Adi pun berharap kalau
nampak sudah terlebih dahulu familiar di kuping orang-orang dibuktikan dengan kegigihan Stars and Rabbit dalam usaha lagu-lagu Stars and Rabbit. Tapi Elda menegaskan bahwa ini apa yang mereka kerjakan adalah sebuah jalan yang benar
yang datang dan menyukai musik dari Stars and Rabbit, yang melahirkan sebuah album penuh pertama yang memang bukanlah melulu soal dirinya. “Yang pasti Stars and Rabbit untuk ditempuh. “Pernah coba pekerjaan lain, tapi baliknya ya
terdengar bernuansa pop bercampur folk yang bersinergi. sudah diimpikan sejak dua tahun kebelakang. adalah kombinasi aku sama Adi. Kalau Adi tidak memainkan main musik lagi. Yang punya hidup menyuruh sabar saja dan
Lagu-lagu seperti “Worth It,” “Rabbit Run,” “Catch Me,” maupun “Cross our finger, paling lama at the end of this year musik yang seperti sekarang mungkin orang juga nggak mau lihat sejauh mana usaha kita,” tutup Adi.

14 15
BEKASI BEATBOX

Sedikit membahas Billy yang bisa dibilang mesias


untuk beatbox di Indonesia secara lingkup luas, dia tercatat “Kalau sound system
apalagi mic yang dipakai
pernah berpartisipasi pada kejuaraan beatbox dunia ke-3
di tahun 2012, tepatnya tanggal 31 Maret. Untuk kompetisi
beatbox sedunia itu sendiri, kejuaraan tersebut pertama kali
dilakasanakan pada tahun 2005 dan diadakan di Leipzig,
Jerman, serta dimenangkan oleh Joel Turner dari Australia.
jelek, ya sudah, mati.
Jika berbicara soal prestasi, Bekasi Beatbox juga sudah
pernah mengecap satu prestasi yang bisa jadi kebanggaan
Microphone is our
mereka. Itu semua terjadi di tahun 2011 saat mereka bisa
menjadi runner-up dalam “beatbox battle” yang diadakan di eX weapon.”
Plaza, Jakarta Pusat. “Waktu itu kami ikutan acara yang dibikin
sama Indo Beatbox di regional Jakarta dengan nama Block
mic sendiri untuk dipakai kalau buat battle atau tampil. Saat
Battle Team. Kami diadu sama enam grup beatbox lain juga
tampil pun diusahakan pakai mic yang ‘nyambung kabel dan
yang ikutan dan alhamduillah kami juara dua. Ya, walaupun
bukan yang wireless. Karena kalau pakai wireless mic dan
nggak juara pertama tapi kami bangga karena regional Jakarta

KLAN BEATBOX
kejauhan jaraknya, bisa putus-putus suara yang keluar,” timpal
itu ya pusatnya beatbox di Indonesia,” ujar Rino.
Boris.
Dalam komunitas Bekasi Beatbox juga tidak melulu
Selain soal teknis yang diperhatikan, kesehatan juga
berisikan laki-laki tapi ada juga beatboxer perempuan atau
menjadi hal utama yang mereka sorot untuk selalu menjaga

DI BEKASI
biasa disebut female beatboxer. “Female beatboxer di sini juga
mereka dalam performa terbaik. “Sakit sariawan apalagi di bibir
nggak kalah jago dari yang lelaki. Dan itu membuktikan bahwa
adalah musuh besar kami atau beatboxer lain yang berkaitan
siapapun bisa jadi beatboxer termasuk perempuan kalau dia
soal fisik yang lebih dari sakit di tenggorokan. Kalau sariawan
punya niat,” kata Boris.
di bibir itu sakit banget buat mengeluarkan suara bass karena
Menurut Boris ataupun Rino, mereka sepakat memberikan
di prakteknya mengeluarkan suara bass itu gigi lebih sering
Dari yang awalnya hanya enam orang, kini sudah terkumpul 70 orang anggota pernyataan kalau mereka atau beatboxer di manapun sangat
berbenturan sama bibir,” ungkap Rino.
bergantung pada perangkat tata suara yang prima dan mikrofon
OLEH ANDREW MAHARDIKA yang berkualitas saat tampil ataupun jamming. “Kalau sound
“Makanan yang paling kami hindari itu gorengan sama es
karena dua makanan itu yang bisa menyebabkan sariawan
system apalagi mic yang dipakai jelek, ya sudah, mati. Karena

M
enurut penjelasan yang tertulis di Wikipedia Sekarang saatnya fokus kepada sesuatu yang lain, yang ada atau sakit amandel. Karena modal para beatboxer yang paling
itu senjatanya banget. Microphone is our weapon,” cetus Rino
Indonesia, beatbox merupakan salah satu bentuk di dalam dunia beatbox, terutama di Indonesia, atau lebih utama ya mulut,” tutup Boris.
dan kemudian menambahkan, ”Dan kami bela-belain buat beli
seni yang memfokuskan diri dalam menghasilkan sempitnya lagi di kota Bekasi. Di kota ini, ada kumpulan anak-
bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen anak muda yang tergabung dalam Bekasi Beatbox dan sering
musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, khususnya berkumpul pada Jumat malam di alun-alun kota Bekasi untuk
suara turntable, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, berlatih atau sekedar kumpul santai.
lidah, bibir dan rongga-rongga ucap lainnya. Pemain beatbox “Awalnya banget dulu waktu SMA. Gue sama teman gue
atau lebih dikenal dengan beatboxer, diketahui handal dalam yang namanya Iwan iseng belajar beatbox dan nongkrong
mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-bunyian dan fasih di Taman Menteng lihat anak-anak Indo Beatbox latihan.
juga dalam multivokalisme. Di sana ketemu Boris yang asal Bekasi juga. Dan akhirnya
Beatbox lebih sering dikenal atau familiar dalam kami memutuskan untuk membuat Bekasi Beatbox biar kota
bersangkutan dengan genre musik hip-hop ataupun budayanya, Bekasi juga punya komunitas beatbox dan nggak jauh kalau
namun pada prakteknya beatbox juga diterapkan untuk genre latihan,” ujar Arino Aprindo Putra atau biasa disapa Rino yang
musik lainya seperti rock, pop, R&B dan sebagainya. Ambil menjadi salah satu dari enam orang pendiri Bekasi Beatbox.
satu contoh grup vokal Indonesia bernama Jamaica Café, “Setelah berjalan sebentar, akhirnya kami mencetuskan
mereka bukanlah sebuah grup vokal akapela yang kental bahwa pada tanggal 6 Desember 2010 Bekasi beatbox resmi
dengan genre hip hop, melainkan lebih bermesraan dengan terbentuk dengan tiga orang founder lagi bernama Andi, Goso
genre pop yang merdu. Tapi, mereka juga memasukkan unsur dan Ronald. Pertamanya terbentuk berenam. Kami dapat
beatbox di dalam musiknya. Jadi bisa disimpulkan sedikit tambahan orang lagi yang menjadi 15 orang waktu itu. Kalau
diawal bahwa beatbox bukan hanya menjadi bagian dari musik sekarang kumpul semua anggotanya sampai 70 orang,”
hip hop. tambah Rino.
Jika merunut pada sejarah tradisionalnya dan masih Hampir sama dengan kebanyakan komunitas lainnya di
berdasarkan tulisan Wikipedia Indonesia, landasan beatbox Bekasi, Bekasi Beatbox memang lahir berkat komunitas yang
pada dahulu kala berasal dari seni-seni vokal perkusi seperti lebih dulu ada di ibukota Jakarta, yaitu Indo Beatbox yang
musik Bol di India, Kouji di China, maupun teknik vokal perkusi dipelopori oleh seorang beatboxer ulung bernama Billy BdaBX.
dari Afrika. Sedangkan di dunia hip hop, beatbox mulai dikenal “Dia berjasa banget buat gue atau yang lain dan juga komunitas
di dekade 80an yang dipelopori oleh di antaranya Doug E. ini karena setelah gue belajar beatbox sendirian, Billy akhirnya
Foto: Dok. Bekasi Beatbox

Fresh, Darren “Buffy” Robinson dari grup The Fatboys dan banyak banget kasih pelajaran teknik dan mendorong buat
Leonardo “Wise” Roman dari Stetsasonic. Karena sudah bikin komunitas beatbox di Bekasi,” ungkap Rino. Boris pun
akrab sejak lama itulah banyak orang beranggapan beatbox menambahkan soal jasa-jasa Billy kepada mereka berdua,
itu hip hop, padahal kurang tepat. Beatbox adalah beatbox, “Dulu basic-nya diajarkan teknik bersuara b, t, k. B itu untuk
satu kesenian musik yang bisa masuk ke mana saja. suara drum kick, t itu hi-hat dan k itu suara snare. Basic yang
Jika sudah paham soal sedikit latar belakang diajarkan Billy itu penting banget buat belajar beatbox,” kata
perkembangan beatbox, mari kita tinggalkan itu sejenak. Boris yang wajahnya terlihat masih polos.

16
PESTOLAER
dua band pioner ini sendiri. (offbeat), itu yang kita take. Kalau dengar [Rhythm of Mine]
Pestolaer secara resmi bubar pada tahun 1998 (kali ini, ada satu lagu yang [saat merekamnya] nggak pernah
ini di tahun yang sama dengan Rumahsakit merilis album diperdengarkan [ke semua personel], langsung take. Basic-
perdananya di bawah label rekaman Independent Records) nya, one shot. Produk sempurna itu banyak. Tapi kita coba
dikarenakan, menurut Taba, semua personel lain selain dirinya orisinil.
ingin memainkan musik acid jazz, sementara ia sama sekali Madava [M]: Biasanya kalau band-band kebanyakan,
tidak mempunyai tendensi ke sana. Akhirnya ia hengkang. ada materi, diperdengarkan [bersama], dicari [bersama], baru
“Gue nggak bisa skill-nya. Gue anak punk rock. Akhirnya gue nge-take. Nah, ini baru ada, langsung di-take.
keluar, gue buat Voltus dulu. Itu satu-satunya band yang gue Onez [O]: Yang benar-benar tercebur di musik di antara
melacur dan gua membawakan industrial,” kenang Taba. kita, ya, dia (Angga). Pengetahuan ada, skill bermain ada, skill
Enam tahun kemudian, tahun 2004, band ini reuni di atas mixer juga ada. Kalau kita cuma tahu wacana, tapi kalau
kembali. Hanya saja dengan personel sama sekali baru. disuruh pegang mixer, gue nggak mengerti. Sudah dengar
Yang diajak terlibat saat itu temasuk pemain drum Chandra “Pemimpin Cahaya” (lagu yang ditulis oleh Angga dan masuk
(Waiting Room). Namun, saat mereka mencoba untuk mencari di album Rhythm of Mine—red)? Lagu orang sakit. Tahun
bentuk baru pertama kali di Doors Studio, Chandra tidak 2000an itu dia punya band di kalangan teman-teman SMPnya,
mampu mengikuti kemauan musikal Pestolaer yang ketika bawain The Stone Roses, nama bandnya Garage Flower,
itu menjadikan album Second Coming milik The Stone Roses scene-nya scene [Jakarta] Selatan, yang anak [Jakarta] Pusat
sebagai standar estetika mereka berikutnya. Lalu masuklah

PESTOLAER
itu cuma Angga. Vokalisnya orang tajir lah. Si Sandy ini buka
Onez, orang yang mengaku bukan siapa-siapa dan sejak usaha studio [musik]. Angga yang disuruh membantu. Jaga
awal Pestolaer terbentuk hanya merupakan penikmat di skena studio, mengurusi mixer kalau ada yang mau rekaman. Di situ
musik, mengisi posisi pemain drum yang kosong itu. Untuk Angga mulai mengulik. Sebelum itu Angga juga sudah mulai
mengisi departemen gitar, ditariklah Erlangga Ishander— mengulik. Tapi masih memakai digital. Fruity Loops, Cube
Wawancara dengan salah satu band pioner indie rock di Jakarta yang tak lain adalah adik kandung dari Onez dan kini juga Base. Tempat itu akhirnya dibubarin sama si Sandy, mixer-nya
mempunyai band bernama Ramayana Soul. “Dan amazingly sama benda-bendanya dibeli sama dia (Angga). Pindah lah ke
yang merilis dua album sekaligus di usianya yang ke-21 ceritanya Angga (nama panggilan Erlangga Ishander—red) kamar [Angga]. Di situ dia mulai belajar.
kayak Bernard Butler masuk ke Suede. Jadi ternyata dia T: Kalau dibilang pengen menyempurnakan, ya kita punya
OLEH RAMA WIRAWAN ∙ FOTO-FOTO OLEH SUTAMI A. PRAMUDITO mempelajari scene gue pas di Poster [cafe]. Dari mulai jelek, studio sendiri, kita punya waktunya. Bukan itu yang kita cari.
bagus, sampai jelek lagi,” imbuh Taba tertawa. Band indie label sama band major label, bedanya apa, sih?
Ditambah pemain bass Nanang dan pemain kibor

L
Secara prinsipil, itu terserah kita. Tapi harusnya ada esensi
ahir, sekolah, bermain musik indie rock, lalu mati. Kira- terjadi di luar sana, selalu ada polemik abadi di beberapa Haryo, mereka mengerjakan album ketiga Pestolaer yang yang bisa dibawa ke depan: Pertama, nggak usah takut-takut.
kira seperti itulah ikhtisar hidup yang diinginkan oleh kalangan ketika menyebut dua nama band tersebut di belakangan diberi judul Tribute for You (Tambourine Records, Kedua, ya menjadi beda saja. Kaya? Susah memang. Beda
vokalis Taba Ade Yusuf bersama bandnya, Pestolaer. dalam konteks pembahasan soal “siapa yang lebih dulu?” 2006). Setahun sebelum album itu dirilis, mereka sempat pulau. Kalau kita ada di Inggris mungkin bisa. Makanya kita
Taba adalah personel terlama di dalam band yang Persoalannya sederhana saja sebenarnya. Rumahsakit yang melepas single “Tribute to Amster” yang masuk ke dalam bilang ini Birth - School - Indie Rock - Death. Indie sampai
ia bentuk di masa sekolahnya bersama gitaris Nyoman dibentuk pada tahun 1994 (tahun yang sama dengan fase album soundtrack film Catatan Akhir Sekolah yang dirilis oleh mampus!
(belakangan membentuk Planetbumi), pemain bass P.A. transisi Pestolaer ke warna musik barunya saat itu) oleh empat FFWD Records. Musisi multi-talenta Madava (Bangkutaman) Apa yang membuat dari Tribute for You ke Rhythm
dan pemain drum Boris pada tahun 1992 itu. Selama dua mahasiswa kampus Institut Kesenian Jakarta dan bertumpu belakangan masuk dan menggantikan Nanang saat proses of Mine berjarak tujuh tahun?
tahun, band ini mempromosikan punk rock di skena musik banyak pada selera musik vokalis Andri Lemes terhadap penggarapan album tersebut hampir rampung, karena T: Gue ke luar negeri tiga tahun, dari tahun 2006, setelah
bawahtanah Jakarta dengan membawakan lagu-lagu dari The The Stone Roses, perlu diakui, datang di waktu dan tempat Nanang dianggap tidak mempunyai mental panggung. Haryo album Tribute for You. Jadi empat tahun kurang-lebih efektifnya
Sex Pistols. (Demikianlah kenapa nama band ini seperti itu. yang tepat. Dengan kemudian menjadi sedemikian sehatnya pun kemudian digantikan oleh Mickey (yang juga ternyata saat album itu terbentuk. Dan Angga sempat solo career dia buat
Dan menurut Taba, Nyoman lah yang memberikan nama.) atmosfer skena musik IKJ pada era-era tersebut dalam ini tidak bisa menjadi personel tetap). Itulah susunan personel tiga lagu. “Ana,” “Perlahan Terjatuh,” sama “Pemimpin Cahaya.”
Sejak tahun 1994, mereka mengubah arah kiblat ke band-band mencetak banyak band bagus (yang akhirnya dikenal tak Pestolaer hingga tulisan ini dibuat. Nah, itu dia lagi mendengarkan something yang different lagi.
seperti The Soup Dragons, Ride dan tentu saja The Stone hanya di lingkungan kampus mereka sendiri, seperti: Naif, Club Maret 2013 lalu, susunan personel tersebut merilis album Dan itu nggak bakal dibawakan on stage. Itu janjinya. “Ba, lo
Roses. Namun, pergeseran jarum kompas Pestolaer tersebut, Eighties, The Upstairs, The Adams, The Sastro, Goodnight keempat Pestolaer yang diberi judul Rhythm of Mine di bawah pakai, untuk memperkaya,” kata dia. Kenapa gue bawa ke
menurut logika Taba bukan sebuah inkonsistensi, melainkan Electric atau White Shoes & The Couples Company), label yang sama dengan album sebelumnya. Dalam waktu album ini? Supaya orang melihat ada bakat lain. Angga itu
lebih kepada sebuah peningkatan level pemahaman terhadap Rumahsakit disebut-sebut sebagai pelopor lahirnya skena yang berbarengan, Pestolaer juga merilis album antologi bukan hanya Pestolaer, begitu. Bahkan Madava sendiri punya
musik. Taba percaya bahwa Madchester (skena musik di musik IKJ. Sementara, Taba mengamini, Pestolaer adalah berjudul Birth - School - Indie Rock - Death (Nah, kalau Anda produk yang gue suka. Mickey yang bekas kibordis gue juga
Inggris yang menjadi tempat lahir band-band influensial bagi band yang ‘lahir di jalanan.’ merasa sempat membaca kalimat ini tapi lupa di mana, saya punya Barbar. Di sini ada pattern, itu yang membuat berat.
Pestolaer sejak tahun 1994) sendiri adalah “terusan dari punk Sebenarnya Taba sudah tidak lagi memersoalkan menerjemahkannya sebagai kalimat pembuka tulisan ini); yaitu Lo harus dragging ke sana. Sebenarnya kita butuh manajer
rock yang sedikit naik level. Jadi, momennya: dari punk rock, polemik itu. Ia memilih untuk ikut dengan paradigma umum dua keping cakram padat yang masing-masing berisi 10 lagu yang bisa me-manage kita. Kita ini kebiasaan hidupnya seperti
terus setelah itu mereka fed up dengan riot, terus mereka yang, menurutnya, sempat teramplifikasi oleh satu artikel di terbaik Pestolaer sejak tahun 1994 hingga 2012 dan B-sides, ini. Dibilang moody, ya, moody. Kalau ada orang yang ‘ngetok
mencari bentuk for peace. Nah, Madchester sendiri kalau majalah Rolling Stone Indonesia edisi Agustus 2006 berjudul juga di bawah label Tambourine Records, namun bekerjasama palu dalam bentuk skedul, mungkin bisa lebih rigid. Karena
menurut kita tampil karena pengen ada musik yang groovy, “School of Rock.” Meski sebenarnya di dalam artikel itu juga dengan Off The Records. sehatnya ya satu tahun sekali lah (rilis album).
yang bisa buat joged.” Demikian menurut Taba. telah disebutkan bahwa Pestolaer telah lebih dahulu meng- Berikut adalah hasil transkrip wawancara dengan O: Ya, satu atau dua tahun masih ideal lah, ya. Lebih dari
Selama empat tahun berikutnya, dengan susunan cover The Stone Roses. Jadi, tampaknya ini bukan sebuah Pestolaer (minus gitaris Angga) seputar album penuh keempat, itu sebenarnya sudah kelamaan. Cuma kita ini pada brengsek
personel baru (kecuali Taba dan Boris) Pestolaer berhasil kesalahan ingatan kolektif akibat informasi keliru yang album antologi, serta seperti apa mereka memandang skena semua [tertawa]. Yang stay di studio itu cuma Angga. Yang
melahirkan dua album penuh (pada saat itu masih berbentuk disampaikan oleh media massa. Dan—barangkali saja ini musik Britpop hari ini dan musik pada umumnya. eksplor banyak itu Angga. Dan kita nggak ada yang bisa
kaset,) Pestolaer (self-released, 1995) dan Jang Doeloe (self- dapat menuntaskan perdebatan soal sejarah—Taba pun mengatur. Itu yang bikin lama.
released, 1997), yang keduanya seolah menjadi pernyataan mengaku bahwa di masa-masa itu personel Pestolaer sangat Semangat seperti apa terkandung di balik jargon Artinya ketika kalian sudah punya nilai ideal seperti
bahwa merekalah memang salah satu band pioner indie dekat dengan Andri Ashari alias Andri Lemes. Mereka juga ‘lahir - sekolah - indie rock - mati’ yang jadi judul tadi, ke depannya akan mengejar idealitas itu?
rock dan atau indie pop di Jakarta, di samping band yang sempat tampil di IKJ karena menurutnya pada saat itu kampus album antologi kalian? T: To be honest, kita bukan oportunis. Tapi seandainya
mempunyai irisan skena cukup tebal dengan mereka, yaitu tersebut salah satu skena yang bisa menerima langgam musik Taba [T]: Kita buat album [Rhythm of Mine] itu, kita punya ada kesempatan, ada orang gila, yeah, ya, ayo. Intinya, kalau
Rumahsakit. yang sedang mereka bawa. Artinya, Taba mengisyaratkan, studio sendiri. Kebanyakan si Angga ini rada nyeleneh. Jadi lo mengerti kita, we go ahead…
Sekadar untuk diketahui dan tak mengabaikan fakta yang tidak pernah ada benturan-benturan semacam itu di antara yang nyerempet-nyerempet fales (out of tune), keduluan
18 19
PESTOLAER

Ada lagu-lagu lama yang kalian re-make di album


Rhythm of Mine. Kenapa?
T: Album ini tadinya sebenarnya bukan ini cover-nya.
Cover-nya itu penari balet. Jadi, tadinya album ini kita
merencanakan… [jeda] … Ada satu tarian balet, semua
balerina itu punya. Itu ‘rhythm of mine’ namanya. Itu salah
satu tarian balet, “terserah gue,” istilahnya. Tapi dia tetap main
dengan ground rules-nya. Semua balerina itu punya satu tarian
pamungkas. Artinya dia mengeluarkan gaya itu, setelah dia
belajar literatur sekian lama. Which is album ini yang tadinya
kita ingin jadikan cerita dari pertama sampai yang terakhir.
Cuma dengan different soul. Ada Angga, ada Mada yang COLORS
jadinya lebih aneh menurut gue dan itu lebih bagus buat gue. (Ki-ka: Angga, Madava, Onez) Tiga personel
Ada yang dari 1996, ada yang dari album Tribute for You— yang memberikan warna baru bagi Pestolaer
yah, lebih lengkapnya sih sebenarnya di Birth - School - Indie
Rock - Death. Karena banyak juga band-band yang sudah
klimaks, ke depannya bingung mau bagaimana. Nah, kita mau dengan datangnya The Stone Roses ke Jakarta?
menceritakan bahwa kita punya benang merah. Menurut gue T: Kalau untuk band-band yang ground rules-nya di
indie itu sangat kuat di konsep… Ini satu benang merah, dan situ dan merilis album lagi, seperti Planetbumi merilis lagi,
ini coba jadi satu literatur lah, nggak usah muluk-muluk ini jadi Bangkutaman… Gue one-hundred percents sure mereka
bakal tetap eksis seperti itu. Sekarang justru pertanyaannya

KETIKA THE STONE ROSES


hits. Gue nggak peduli luar bilang apa, mau bilang ini fales,
nggak enak, aneh… It’s okay… But at least we did something. gue kembalikan: Sejauh mana yang di luar ini bisa menangkap
Comparing we just doing nothing. Itu yang kita kejar. We just keberadaan band-band seperti ini? Karena sekarang sudah
don’t give a damn [tertawa]… Karena nggak ada orang lain di nggak ada wadah, sementara pendengar masih ada. Wadah

INGIN DIPUJA JAKARTA


sini yang investasi [tertawa]… Hanya ada satu produser gila, seperti tempat di mana teman-teman bisa frequently ketemu,
Pak Hardy itu… melihat, hang out…
Kalau tadinya Rhythm of Mine direncanakan untuk O: Jaman dulu ada Poster. Era-nya setelah Poster ada
menjadi seperti itu (menceritakan Pestolaer dari
awal sampai sekarang), lalu kenapa merasa perlu
Iguana… Setelah era itu, beberapa lama kosong—gue nggak
tahu apakah gue yang skip atau bagaimana... Laporan pandangan mata dari konser reuni salah satu band
mengeluarkan Birth - School - Indie Rock - Death
juga?
Pestolaer, katanya, terjebak sebagai band epigon
The Stone Roses. Menurut kalian sudah sejauh apa Britpop termasyhur dan terpenting di dunia
upaya kalian keluar dari bayang-bayang The Stone
T: Jadi, yang membedakan, di Rhythm of Mine ada
Roses?
TEKS & FOTO-FOTO OLEH RAMA WIRAWAN
Angga, di Birth - School - Indie Rock - Death nggak ada Angga.

P
Birth - School - Indie Rock - Death murni tentang sejarahnya M: Sebenarnya kalau mendengarkan album-album ara penggemar The Stone Roses di Indonesia tentu rangkaian tur juga akan berjalan sebanyak tiga legs, yang
Pestolaer... Bukan nggak ada peran Angga, single-nya Angga Pestolaer itu The Stone Roses-nya itu sudah nggak ada— tidak boleh lupa mengucapkan terimakasih yang berakhir pada Juni mendatang), yaitu dua hari setelah Dubai,
yang nggak ada. Sebenarnya kalau Madava mau memasukkan hampir hilang. Tapi mungkin banyak yang melihat karakter sebesar-besarnya kepada Led Zeppelin. Karena jika Arab Saudi, dan tiga hari sebelum Auckland, Selandia Baru.
singlenya nggak apa-apa… sound-nya seperti The Stone Roses, ya, karena mereka salah satu band pionir heavy metal itu tidak melakukan Tapi apakah ‘Jakarta’ memang benar-benar seberbahagia itu
M: Gue tambahin, album Birth - School - Indie Rock - mindset-nya sudah ke sana. reuni pada 2007 silam (sesuatu yang berhasil menggugah karena kedatangan band yang selalu “ingin dipuja” (wanna be
Death ini sebenarnya buat pendengar baru yang pengen T: Kita mengakui The Stone Roses sebagai salah satu gitaris John Squire untuk melakukan hal serupa bersama band adored) tersebut? Mari coba kita ingat-ingat kembali apa yang
tahu Pestolaer kayak bagaimana, ini kayak sebuah cerita sih influens terbesar. Satu sisi gue suka The Charlatans, gue yang ia bentuk bersama Ian Brown di awal ’80-an dan kemudian terjadi pada malam Minggu yang murung dirundung mendung
sebenarnya. Jadi banyak juga yang merespons, “Lagu-lagu lengkap albumnya. Driving-nya banyak ke kita. Kita suka The ia tinggalkan pada 1996), barangkali para penggemar tadi dan beberapa kali disemburi hujan itu.
Pestolaer yang lama kayak bagaimana, sih?” Karena dulu kan Music, kita suka The Verve… tidak akan pernah berkesempatan melihat secara langsung Pukul lima sore hari, sekitaran Lapangan D mulai
formatnya kaset dan itu sangat terbatas. Nah, itu kita ceritakan Ritme pengerjaan album terakhir terbilang lamban. Ian Brown tampil satu panggung bersama John Squire, Mani didatangi oleh orang-orang yang sebagian di antaranya terlihat
di sini. Ke depannya akan lebih cepat atau lebih lamban? dan Reni, seperti yang terjadi pada 23 Februari 2013 lalu mengenakan topi pancing atau bucket hat. Topi yang bagi
Taba adalah satu-satunya personel Pestolaer yang T: [tertawa] Itu pertanyaan bagus sekali sebenarnya. di Lapangan D, Senayan, Jakarta (tiga tahun sebelumnya, mereka identik dengan pemain drum Alan “Reni” Wren, dan
bertahan sejak pertama kali terbentuk hingga saat [tertawa] Madava ini sudah siap dengan materinya, Angga mereka mungkin sempat melihat Ian tampil solo di Lapangan sudah mereka kenakan untuk datang ke gigs Britpop sejak
ini. Kapan masa-masa terbaik Pestolaer menurut sudah siap—empat lagu sudah siap dia luncurkan. Kalau Basket ABC—satu helatan dengan Kula Shaker—dan berpikir akhir ‘90an hingga awal 2000an sebagai identitas sebagai
Taba? Pestolaer-nya sendiri, itu gue menunggu dari mereka saja. itulah satu-satunya kesempatan yang ada untuk bisa melihat fans The Stone Roses—atau secara umum penggemar
T: Sekarang. Dulu gue nggak punya Mada, Onez dan Menurut gue untuk menemani satu atau dua tahun ini, si monkey boy hidup dan melakukan joged monyet di hadapan musik Britpop. Hari itu seperti memberikan mereka justifikasi
Angga. Orang-orang ini tahu where they stand. Dulu kita sementara ini sudah dulu. Justru bagaimana mengentaskan mereka langsung, mengingat The Stone Roses sudah bubar untuk kembali berdandan seperti layaknya satu dekade silam
lebih liar. Serasa kita bisa di mana saja. Dulu itu lebih banyak yang baru-baru supaya punya wadah yang lebih besar 14 tahun sebelumnya). dengan perasaan bangga dan karenanya malah justru menjadi
kebersamaan. Sekarang lebih banyak personal. Dan itu dibandingkan kita yang untuk tetap eksis. Kalau eksis, selama Reuni band salah satu pionir pergerakan Madchester itu terkesan sangat demonstratif. Hal demonstratif lainnya—yang
memperkaya menurut gue. Karena jaman dulu itu momennya kita bisa, kita eksis. Jadi pendek katanya, kalau lo bertanya resmi dimulai pada tahun 2012 lalu, ditandai dengan sebuah juga lumrah terlihat dalam setiap konser band atau musikus
untuk pergerakan—memperkenalkan—sekarang maturity. apakah akan lebih cepat atau lebih lambat? Mungkin lebih tur dunia yang, tak tanggung-tanggung, langsung membabat internasional di sini—adalah banyaknya calon penonton
That’s the different things. Orang kalau untuk ramai-ramai lambat. Satu album sih sudah siap, Tribute for You kita rilis tiga legs sekaligus dalam tahun yang sama—yaitu sejak bulan mengenakan kaos sang band yang akan tampil. Kita tidak
melakukan demonstrasi, itu banyak. Tapi kalau sudah tercapai ulang. Tapi mungkin nggak sekarang sekarang ini lah... Mei hingga Agustus. Ini adalah suatu bentuk antusiasme dan pernah bisa tahu pasti, apakah itu kaos yang sudah mereka
reformasi, terus mau bagaimana, itu hal yang berbeda. Beda. O: Kita bikin lagu itu hasil meditasi kita sekian lama. Kita buncahan energi tak terduga dari sebuah band yang selama miliki sebelum kabar The Stone Roses akan tampil di Indonesia
Challenge-nya beda. nggak bisa menargetkan, “Oh, tahun depan gue harus bikin,” empat tahun sebelumnya telah didesas-desuskan akan mulai tersiar pada akhir 2012 lalu, ataukah baru saja mereka
Seoptimis apa kalian untuk menganggap era ini nggak bisa. Karena kita nggak ada yang dikejar kok. Kita main, melakukan reuni, namun selalu menampik sassus tersebut. beli sesudahnya dengan niat dikenakan pada hari itu agar
sebagai momen pergerakan kebangkitan Britpop, kita mengeluarkan materi, kita bikin karya. Kayak yang tadi Jakarta sendiri kemudian baru kebagian jatah disambangi tercitrakan sebagai penggemar berat. Apalagi kita pun sudah
dengan salah satu band seangkatan kalian Taba bilang, nggak ada unsur komersialisme di sini, nggak ada sang legendaris pada legs lanjutan tur dunia mereka yang tahu, bahwa para pedagang-kaki-lima kaos bootleg band-
Rumahsakit baru-baru ini juga merilis album, serta yang menaruh duit di sini. Ya, santai saja lah. dilangsungkan pada 2013 ini (rencananya, di tahun ini, band internasional di Senayan sungguh-sungguh responsif

20 21
THE STONE ROSES THE STONE ROSES
yang dibawakan (salah satu momen paling mahal adalah
dan selalu siap sedia menjajakan kaos-kaos band mana saja ketika kita bisa menyaksikan dan mendengar ia menyalurkan
yang bakal pentas di hari itu. Singkatnya, dalam situasi-situasi agresi dalam ketenangannya pada lagu “Fool’s Gold” yang
demikian, Anda akan kesulitan untuk membedakan mana membuatnya terlihat seperti Jimmy Page), solidnya Mani
yang benar-benar penggemar dan mana poser. Tapi kenapa (yang sangat sering berganti-ganti gear hampir pada setiap
ini menjadi terkesan sedemikian penting? Silakan baca terus pergantian lagu) dalam menjaga irama lagu-lagu yang tidak
tulisan ini. dihapal oleh sebagian besar penonton—seperti “Something’s
Tiga setengah jam sesudahnya, yaitu ketika The Stone Burning”—tetap bisa membuat mereka berdansa, atau
Roses muncul di atas panggung bertata cahaya spektakuler keketatan permainan Reni (meski sempat membuat sedikit
itu, orang-orang tadi—yang kini sudah bercampur baur di kesalahan pada lagu “Don’t Stop” nan ribet) yang di bawah topi
dalam komposisi sekira tigaribuan penonton—ikut membuat pancingnya terus menerus tersenyum dan membuatnya tidak
koor massal senada dengan bassline introduksi “I Wanna Be terlihat seperti pria nyaris berusia 50 tahun. Menilai konser
Adored” yang mulai dimainkan oleh Gary “Mani” Mounfield. Ini juga menyoal intensitas interaksi yang bisa terjadi antara band
sebuah atmosfer dan ambiens yang bisa membuat siapa pun di panggung dengan penonton. Dan meski tulisan ini sejak
di sana (mungkin termasuk The Stone Roses sendiri di atas di beberapa paragrap sebelumnya sudah mengindikasikan
sana) membayangkan keindahan konser seperti apa yang interaksi yang canggung, sungguh tidak patut bagi kita untuk
akan terjadi selama sekitar satu setengah jam ke depan (durasi menunjuk Ian Brown sebagai orang yang bertanggungjawab
konser ini bisa kita estimasi dengan melihat setlist konser- atas hal tersebut. Karena gaya snob ia (yang kemudian
konser The Stone Roses sebelumnya via situs Setlist.fm dan juga ditiru oleh Liam Gallagher), dan malah lebih memilih
kemudian menjumlahkan durasi lagu-lagu di dalamnya). Meski asyik sendiri melakukan goyang monyetnya yang tanggung
Ian Brown sendiri, yang sudah mulai terlihat melakukan joged ketimbang berusaha menjalin kedekatan dengan penonton,
monyet canggungnya sejak di intro tadi sembari memainkan memang sudah menjadi karakternya.
shaker, setelah sebelumnya menyapa penonton dalam dua Menyaksikan tidak semua penonton ikut ber-sing a long
kalimat bahasa Indonesia (“selamat malam” dan “terimakasih”), (terpantau sebagian besar penonton yang terus menerus ikut
semestinya bisa menyadari, bahwa dengan meletakkan lagu ber-“karaoke” itu berada di sayap kanan festival), sedikitnya
itu sebagai pembukaan untuk menilai respons audiensnya, ia JOHN SQUIRE inilah beberapa yang dapat disimpulkan: Pertama, tidak semua
tidak akan memeroleh obyektivitas. Pasalnya, “I Wanna Be Tampil prima malam itu dengan gaya permainan yang RENI
orang dapat menikmati musik The Stone Roses secara live,
Adored” adalah lagu The Stone Roses paling mudah dihapal mengingatkan pada gitaris Led Zeppelin Tidak lupa mengenakan topi yang
meski orang-orang itu sangat-sangat menikmati lagu-lagu The
karena liriknya yang hanya berupa repetisi dua kalimat pada Stone Roses yang sudah mereka dengarkan sejak tahun 90an.
telah menjadi “merk dagang”-nya.
verse (“I don’t have to sell my soul. He’s already in me…” dan Kedua, melihat band ini sendiri merupakan band generasi
hanya karena memeroleh respons positif dari penonton di lagu psikedelik di dalam musik The Stone Roses sendiri memang
“I don’t need to sell my soul. He’s already in me…”), serta bunga tahun 90an yang dekat dengan subkultur hippies (lagu
pertama yang sangat populer itu. sangat kental. Ketiga, ini kemungkinan yang paling buruk dan
kalimat judulnya yang diulang-ulang sebagai refrain. The “One Love” dari album Turns Into Stone menunjukkan tendensi
Itu terbukti ketika memasuki lagu kedua, “Mersey sudah ditengarai sejak awal tulisan, sebagian dari penonton
Stone Roses seharusnya sadar mereka tidak boleh terlalu itu), barangkali memang cara paling tepat untuk menikmati
Paradise,” volume koor massal tadi mulai berkurang sekira (mereka adalah orang-orang yang tidak ikut ber-sing a long,
cepat menyimpulkan dirinya sedang dipuja-puja oleh ‘Jakarta’ pertunjukan live mereka adalah dalam kondisi intoxicated
50% lantaran jumlah penonton yang ikut bernyanyi menjadi serta malah asyik berfoto dan mengobrol ketika komposisi-
lebih sedikit. Di lagu ketiga, “(Song for My) Sugar Spun Sister” agar tercipta ambiens dengan karakter seperti Woodstock komposisi panjang seperti “Fool’s Gold” dibawakan) adalah
jumlah itu tambah sedikit lagi. Keintiman kemudian masih (dan memang pada malam itu dapat tercium aroma ganja para posers yang datang hanya untuk bergaya.
berhasil diselamatkan ketika secara berturut-turut “Sally mengambang-ambang di udara); serta mengingat nuansa Kesimpulan mana yang benar, kita tidak dapat
Cinnamon” dan “Ten Storey Love Song” dibawakan. Tapi itulah mengetahuinya secara pasti. Atau malah mungkin semua itu
sesungguhnya titik kulminasi dari grafik intensitas hubungan benar dan yang menjadi penyebab bervariasinya penilaian
antara The Stone Roses dengan penontonnya pada malam mengenai konser legendaris tersebut. Namun, jika memang
itu. Karena selanjutnya yang terasa adalah sebuah hubungan yang ketiga adalah penyebab terbesar tidak intensnya
yang canggung dan cenderung dingin di antara keduanya hubungan antara The Stone Roses dengan penonton Jakarta,
karena tidak berhasil terjalinnya kedekatan hingga di akhir itu bisa menjadi alasan lain kenapa Ian Brown sempat
konser. Tidak sama sekali sepi memang. Kita masih bisa mengucapkan “fuck you!” ke penonton pada satu kesempatan,
mendengar suara-suara penonton yang ikut ber-sing a long selain karena keangkuhan pria berusia 50 tahun tersebut yang
dengan gegap gempita, bahkan terhadap lagu-lagu yang memang natural. Dan jika memang Lapangan D, Senayan,
dinyanyikan oleh Ian Brown dengan tenaga tanggung (nyaris pada akhir Februari 2013 lalu telah diokupasi oleh para posers,
berbisik) layaknya “Where Angels Play,” “Shoot You Down” semestinya bukan “I Am The Resurrection” lah yang dipilih oleh
atau “Fool’s Gold.” Tapi jumlahnya tidak sebanyak terhadap The Stone Roses sebagai pemungkas konser mereka. Karena
tiga lagu disebut tadi, dan juga terhadap “Made of Stone” yang toh para posers bahkan tidak pernah peduli siapa band ini,
dibawakan—serta lagi-lagi barangkali untuk menyelamatkan apalagi saat mereka bangkit kembali dari kematiannya. Lagu
intimasi—setelah sebagian besar penonton itu sempat dibuat yang tepat untuk menutup konser itu, jika memang begitu
tak mengerti harus merespons seperti apa dan karenanya kenyataannya, adalah “Made of Stone.” Karena setelah dibuka
mulai terlihat jenuh (beberapa terlihat sudah menyibukkan diri oleh sebuah lagu yang menjadi permintaan untuk dipuja, dan
mereka dengan berfoto bersama seperti tengah melakukan kemudian ternyata tidak banyak yang mengerti bagaimana
piknik ke candi Borobudur) saat “Don’t Stop” yang berstruktur seharusnya lagu-lagu band ini direspons (juga mereka tampak
rumit dimainkan. tidak mengerti betapa manisnya momen ketika Ian Brown
Menilai suatu konser bukan melulu perkara menilai memeperkan handuk bekasnya ke wajah John Squire yang
IAN BROWN hal-hal teknis seperti tata suara dan tata cahaya, atau juga MANI sempat berkonflik dan tak berbicara dengannya selama lebih
Vokalis The Stone Roses yang gaya snob serta goyang keahlian musikalitas para musisinya. Untuk hal-hal yang dari sepuluh tahun), sudah sewajarnya konser itu ditutup
Rajin berganti-ganti bass di hampir
monyetnya menginspirasi Liam Gallagher dari Oasis disebut terakhir, kita tidak perlu meragukan kepiawaian John dengan Ian bertanya ke bawah panggung: “Is anybody
setiap pergantian lagu
Squire dalam mengisi setiap bagiannya pada semua lagu home?”

23 23
REPORTASE ROCK & ROLL REPORTASE ROCK & ROLL
Joss Stone Sick Of It All Pesta Satu Dekade Superglad “Tidurlah” yang menjadi single paling pertama mereka dari
Arena PRJ Kemayoran, Jakarta, 1 Maret 2013 Viky Sianipar Music Center, Jakarta, 8 Maret 2013 Demajors, Jakarta, 3 Maret 2013 album mini pertama yang rilis pada 2003. Lalu ada lagu “Untuk
Sementara,” “Nona Malam,” “Sofa Merah,” “Flamboyan,”
“Cahaya,” “Peri Keci,l” “Ketika Setan Berteman,” “Putar
Kembali,” “Slam Dance,” hingga “Hello Hero Let’s Go” yang
menjadi mars untuk Superglad Heroes.
Pukul sepuluh malam akhirnya acara selesai. Raut lemas
namun puas terlihat dari para personel maupun para penonton
yang akhirnya menyebar dan menjauhi panggung untuk
mencari udara segar. Pada kesempatan ini juga Superglad
YOU HAD ME HELLO HERO memberikan bocoran materi untuk album keenam mereka
Joss Stone berkali-kali Superglad di hadapan penggemar dengan memutarkan tiga teaser lagu berjudul “Tempuh
berterimakasih karena didapuk loyal mereka pada perayaan Bahagia,” “Anugrah dan Petaka,” serta “Gnos Evol 3”. “Kami
tampil di Java Jazz Festival 2013 belum menemukan judul albumnya, jadi sementara album
ulangtahun satu dekade band ini
terbaru nanti kita kasih tajuk ‘still young still fuck’,” ujar Buluk.
Festival jazz terbesar di Indonesia kedatangan salah satu “Mari kawan-kawan, masuk semua ke dalam, karena acara [ANDREW MAHARDIKA]
penyanyi soul terbaik dunia. Joss Stone menjadi salah satu akan segera kita mulai,” teriak Buluk memberikan komando
pengisi acara di Java Jazz Festival bulan Maret lalu. Nama IT’S CLOBBERIN TIME kepada para pemuja Superglad yang bukan hanya datang Peluncuran Album Kedua Morfem
Joss Stone sudah eksis di industri musik selama satu dekade Sick Of It All dalam konser keduanya dari sekitaran Jakarta, tapi ada juga yang dari luar kota. Dan Demajors, Jakarta, 24 Maret 2013
dan penampilannya memang selalu menarik. Malam itu dengan di Jakarta yang lebih intim seketika ruangan toko Demajors yang berada di jalan Gandaria,
gaya khasnya, tanpa alas kaki, Joss tanpa basa-basi langsung Jakarta Selatan, itu pun sesak dipenuhi para Superlad Heroes
muncul di panggung diiringi bandnya dan membawakan “(For Bertempat di Viky Sianipar Music Center, 8 Maret 2013 lalu, yang masuk atau lebih tepatnya merangsek ke dalam. Hanya
God’s Sake) Give More Power to the People” dan “While menjadi kali kedua Sick Of It All menyambangi Jakarta. tersisa sedikit ruang kosong di antara satu dengan yang lain,
You’re Out Looking for Sugar” yang menyihir isi ruangan Sebelumnya di tahun 2008, kuartet sesepuh NYHC ini pun sehingga mengakibatkan suhu di dalam ruangan menjadi
menjadi menyenangkan. Suara Joss yang powerful membuat dengan sukses menggempur Tennis Outdoor Senayan. Dan panas menjurus pengap dengan ditambah kebulan asap rokok
para penonton di Kemayoran malam itu bangun dari kursinya nampaknya, apabila ada di antara kalian yang juga dua kali dimana-mana.
dan menari. Entah apa guna kursi malam itu. Bahkan di hadir dalam perhelatan show Sick Of It All, akan mengangguk Malam itu, acara pesta perayaan satu dekade Superglad
tengah penampilannya, Joss sempat bilang dengan aksen setuju bahwa pertunjukan yang kedua ini jauh lebih intim. dimulai dengan kilas balik perjalanan Superglad lewat videoclip HELLO HERO
Inggrisnya yang kental dan lucu, “I have some issues... I have DeadPits, Straight Answer, Lost Sight, Straight On View, yang pernah mereka buat dari tahun 2003, tahun dimana band Superglad di hadapan penggemar
some issues with seats. Do you fancy to come near me?” Thinking traight, Final Attack adalah beberapa nama yang itu terbentuk. Buluk yang bertugas menjadi narator diatas loyal mereka pada perayaan
dan memberi kode kepada penonton untuk maju ke depan, digandeng oleh Joorue, Trueside, serta Penny Jakarta untuk panggung lugas menceritakan sejarah kebersaamannya ulangtahun satu dekade band ini
berdekatan dengan Joss yang turun dari panggung agar bisa menambah semarak pentas. selama ini dengan Giox, Dadi dan Akbar di depan para
bersentuhan dengan para penggemarnya. Bagaimana tidak, stage tanpa barikade jelas memberikan Superglad Heros yang diminta duduk sejenak saat momen itu. Puas. Itulah satu kata yang paling pas untuk menggambarkan
Berterimakasih atas kesempatan yang ia dapatkan ruang lebih luas bagi para hardcore kids berpesta di habitat “Superglad itu band kere, cuy. Lo lihat saja dari tadi model- arti dari raut wajah orang-orang yang hadir di Demajors store,
untuk datang dan bernyanyi di Jakarta, Joss melanjutkan mereka. Vokalis yang humoris serta atraktif, Lou Koller, juga model videoclip-nya orangnya itu-itu saja. Kalau nggak temen Gandaria, Jakarta Selatan, saat selesai menyaksikan aksi
penampilannya dengan “You Had Me” yang di-medley dengan tidak lupa memberikan testimoni kepada para hadirin malam yang jadi modelnya, ya kru kami sendiri yang muncul terus. panggung Morfem yang hari itu sedang berpesta merayakan
“Super Duper Love.” Dua lagu tadi memang yang membawa itu bahwa Sick Of It All senang bisa kembali ke Jakarta. Gratisan semuanya tuh,” ucap vokalis-gitaris Buluk sambil peluncuran album penuh kedua mereka Hey, Makan Tuh
Joss Stone ke posisinya sekarang, dikenal dunia. Artikel- Deret lagu pemilik sembilan album studio ini dibuka lewat tertawa dan sesekali menghisap rokok di tangannya ketika sesi Gitar!
artikel lama tentang Joss Stone selalu menyebutkan kualitas “Good Lookin’ Out,” “It’s Clobberin Time,” “The Innocent,” videoclip screening dilakukan. Sesi tersebut juga dimanfaatkan Acara dimulai pukul setengah delapan malam, di mana
suaranya seperti penyanyi soul berkulit hitam dengan kekuatan serta “Death or Jail” yang langsung membakar seisi moshpit. Superglad untuk memperlihatkan videoclip terbaru mereka saat itu ada band rock alternatif asal Jakarta beranggotakan
yang jarang ditemukan. Semua terbukti lewat penampilannya Ya, memang, sebuah hardcore show pasti memiliki energi yang berjudul “Senandung Rindu” pertama kalinya. Lagu tiga orang bernama Barefood hadir lebih dulu untuk
malam itu. Joss tidak hanya bernyanyi, Ia berbicara. Bahkan panas didalamnya. Venue yang penuh sesak pun beberapa “Senandung Rindu” sendiri adalah sebuah lagu yang dicipta memanaskan keadaan. Total nyaris satu jam Barefood tampil
ketika tali dress-nya putus di tengah penampilannya, Joss tidak kali dikomentari oleh Lou Koller. Namun, keadaan gerah dan didedikasikan Buluk untuk almarhumah istrinya. dengan menyuguhkan musik berkualitas dan penuh distorsi di
panik. Ia justru menyanyikan keadaannya “I hope my dress tidak membuat Sick Of It All menurun. Justru mereka makin Setelah itu, acara dilanjutkan ke sesi sentimentil, di mana atas panggung yang memang ditata tak terlalu besar namun
won’t fall off...” yang membuat penonton salut dan terhibur menggila lewat nomor handal macam “Built To Last,” “Just aksi berdoa bersama dan tiup lilin dilakukan. Satu per satu nyaman untuk mereka serta Morfem setelahnya. Jarak dengan
di saat bersamaan. Diselamatkan oleh salah satu penyanyi Look Around,” “Step Down,” sampai “My Life.” orang-orang yang pernah berjasa dan tergabung di dalam penonton pun sangat dekat sehingga terasa intim. Namun
Foto: Akbarry Noor (Joss Stone), I Gede Adhiputra Sw (Sick Of It All)
latarnya yang meminjamkan jaketnya, Joss melanjutkan Salah satu sosok sentral malam itu tidak lain dan tidak manajemen Superglad dimasa lampau hadir ke atas panggung nyatanya berubah menjadi liar ketika sang empunya acara
penampilannya dengan flawless. Joss Stone sempat bilang Ia bukan adalah gitaris berpenampilan mentereng, Pete Koller. untuk menerima potongan kue sebagai tanda penghormatan hadir di atas panggung. Ditarik ke awal acara, peluncuran
merasa agak tidak di tempatnya karena ia mengisi acara di Tingkahnya yang atraktif adalah daya tarik tersendiri ketika dari Superglad. Acara pun kembali dianjutkan ke aksi utama, album Morfem malam itu juga bisa memanjakan mata para
festival jazz. Tetapi Ia bersyukur atas malam itu. Melanjutkan berada di atas panggung. Pete Koller yang juga merupakan di mana Superglad memainkan lagu-lagu terbaik mereka dari penonton yang hadir lewat sudut pandang lain: acara tersebut
dengan “Landlord” dan “Fell in Love With a Boy,” penonton saudara kandung dari Lou Koller, di tengah pertunjukan lima album sebelumnya dengan format akustik. Orang yang dipandu oleh dua orang MC cantik jelita yang juga kebetulan
tentu saja belum puas dan berteriak untuk encore. Semua segera mengajak para hardcore kids yang hadir untuk lebih hadir juga semakin penuh sehingga bibir panggung sudah adalah penyiar dari Trax FM Jakarta bernama Felisia Helena
benar-benar tidak peduli walau show Joss Stone seharusnya menggetarkan Viky Sianipar dengan karaoke massal. Tanpa tidak terlihat karena jarak antara para personel dengan dan Cia Wardhana. Kedua MC itu berhasil mendinginkan
sudah selesai setengah jam yang lalu. Semua mau puas. aba-aba pun ketika intro “Injustice System!” seisi venue penonton sudah sangat dekat dan berbaur menjadi satu. “Cuy, suasana yang lumayan panas karena padatnya manusia
Melanjutkan encore-nya dengan “Spoiled” dan “Right to be menuruti perintah Lou Koller. munduran sedikit, gue susah nih main gitarnya, sama mau saling berdiri berdampingan.
Foto: Krisna Pratiwi (Superglad, Morfem)

Wrong” yang lebih slow, ambience menjadi makin intim. Joss “Scratch The Surface” disambung “World Full Of Hate” buka baju dulu, gerah,” cetus Buluk. “Kita senang bareng- Pukul delapan tepat, Morfem akhirnya memulai aksi
lagi-lagi berterima kasih atas pengalamannya untuk bisa datang dinobatkan Sick Of It All sebagai dua lagu menjelang rehat bareng ya, tapi jangan rusuh. Mimik cantik dulu deh kalau panggung mereka. Dimulai dengan membawakan lagu terbaru
mengisi acara di Java Jazz Festival dan menutup acaranya sebentar ke belakang panggung. Para militan di moshpit gitu,” ujar gitaris Giox menambahkan. di album terbaru mereka berjudul “Berlagak Gila!” Morfem
dengan “Tell Me What We’re Gonna Do Now.” Lagu penutupnya seakan belum puas betul dengan performa Sick Of It All Pasca penonton berhasil diatur, lagu pertama berjudul membuka penampilan mereka diawal lebih dari sekedar kesan
seperti menanyakan apa yang akan seluruh penonton lakukan malam itu. Teriakan meminta encore pun diserukan bersama- “Baladaku Baladamu” yang diambil dari album Never Die berlagak, tapi sangat menjurus ke arah gila. Dengan vokalis
setelah penampilan Joss malam itu. Apakah penonton tetap sama. Tidak sampai 10 menit, Sick Of It All kembali mengambil langsung dimainkan dengan iringan koor berjamaah penonton. Jimi Multhazam yang sudah tidak bisa diam, gitaris Pandu
cinta kepadanya atau menyaksikan penampilan yang masih alih pentas. Sadar betul bahwa sebentar lagi Sick Of It All akan Mereka seolah tidak perduli keringat sudah jatuh bercucuran yang konsen memainkan instrumennya itu, bassis Yanu yang
banyak di panggung-panggung lain malam itu? Yang pasti, mengakhiri repertoar mereka, makin buas dan brutal malam itu membasahi pakaian. Suara hujan lebat turun di luar juga terlihat kalem namun bisa juga mematikan dan drummer
mayoritas penonton yang menyaksikan penampilan dahsyat dengan iringan antemik andalan “Uprising Nation” dan “Us vs menjadi tidak terdengar karena tertimpa oleh kumpulan suara Freddie yang berada di posisi paling belakang, Morfem secara
Joss Stone malam itu merasa senang. Terbukti dari banyak Them.” Setelah membaca tulisan ini dan kalian adalah salah yang bernyanyi bersama di dalam ruangan. perlahan berhasil menaikkan adrenalin para penonton yang
teriakan “I LOVE YOU!!!” yang terdengar keras saat Joss dan satu yang hadir di Viky Sianipar, coba ingat-ingat lagi ada Selain lagu “Baladaku Baladamu,” Superglad juga hadir. Selanjutnya, mereka membawakan satu buah lagu yang
bandnya meninggalkan panggung. [AMALIA MAS’AD] berapa memar hasil pogo kemarin? [YULIO ABDUL SYAFIK] membawakan lagu-lagu andalan mereka lainnya, seperti terinspirasi dari binatang tokek berjudul “Legenda Berbalut

24 25
REPORTASE ROCK & ROLL RESENSI ALBUM
Ngeri,” yang memang semakin membuat ngeri aksi Morfem di SERINGAI TOKYOLITE British mudah dirasakan. Hentakan drum yang konstan
atas panggung. Setelah itu, Morfem coba menggiring penonton Salah satu penampil utama Hello! EP dengan balutan kocokan gitar akustik diimbuhi efek delay
sejenak cooling down dengan membawakan tiga lagu dengan Backfest 2013 Label: FFWD Records mendominasi setiap lagu. Tapi, barangkali, menunggu formula
nuansa santai yaitu “Senja Kala Cerita,” “Bocah Cadel Lampu Format: CD baru pada album penuh yang sedang mereka kerjakan adalah
Merah” dan “Jalan Darat (antiboring)” yang notabene adalah Nilai: 2.5 dari 5 pilihan yang tepat untuk menilai lebih banyak. [ANANG SIGIT]
lagu yang diciptakan saat Morfem melakukan Jalan Darat Tour
2012 bersama Jude dan The Experience Brothers. Selesai tiga Pop dengan sentuhan jazz dan COTSWOLDS
lagu tersebut, Morfem langsung membawakan “Seka Ingusmu!” funk; bukan sebaliknya Self-titled EP
sebelum meng-cover satu lagu milik band yang memang Label: Tsefula/ Tsefuelha
sangat diidolai oleh Jimi. “Morfem akan membawakan satu Format: Digital
Tokyolite merupakan band asal Bogor yang baru saja merilis
buah lagu dari band yang menurut gue adalah band Indonesia Nilai: 3.5 dari 5
EP mereka berjudul Hello! bulan Maret lalu. Tokyolite bukan
yang mempunyai lirik terbaik untuk lagu-lagunya,” ungkap Jimi
di atas panggung. Tidak lama setelah itu, Pandu langsung band yang membawakan lagu-lagu sejenis soundtrack anime
hanya karena namanya menyebut nama kota Tokyo. Tetapi Memadukan post-punk dengan
memainkan intro lagu yang dimaksudkan oleh Jimi. Sontak yang sudah hadir dari siang lebih dulu dihibur oleh para
band pembuka Bekasi, seperti Proud of Freak, Bruinzhilda, nama Tokyolite dipilih oleh Stevan (gitar dan vokal), Alex shoegaze
tepukan tangan meriah pun dilakukan secara berjamaah oleh
penoton saat tahu bahwa Morfem membawakan lagu “Kuning” Jerusalem, Sky on Eye, Membara atau Viscral. Hiburan itu (bass) dan Guruh (drum) semata-mata agar band mereka
milik Rumahsakit. Penonton pun bernyanyi seirama mengikuti berlangsung hingga sore hari sebelum headliner pertama terdengar catchy dan mudah diingat publik. Lirik-liriknya Pandangan masyarakat atas kota Surabaya yang terkenal
alur lagu tersebut dan sesaat seperti menyatu dengan roh dari Speak Up hadir di atas panggung. simple, contohnya lagu “Coba” yang menjadi opening di dengan musik cadasnya mampu dipatahkan oleh empat
lagu itu. Selesai dengan lagu “Kuning,” Morfem pun langsung Setelah adzan Maghrib, Morfem sudah siap siaga di atas EP ini. Terdengar sekali jiwa remaja dari Tokyolite dalam pemuda: Dwiki Putra (gitar/vokal), Wing Wisesa (bass),
membawakan satu lagu dari album kompilasi Frekuensi panggung dan langsung memulai aksi mereka. Morfem secara bermusik. Permainan musik di track ini sedikit terdengar Windrata Faizal (gitar/vokal) dan Farras Fauzi (drum). Mereka
Perangkap Tikus garapan produser Harlan Boer dan Taufiq acak memainkan lagu-lagu dari album, mini album serta single- agak egois karena setiap instrumen disini seperti tidak mau tergabung dalam sebuah band bernama Cotswolds yang
Rahman, berjudul “Kami Bosan Jadi Negara Dunia Ketiga.” single mereka. Selanjutnya giliran band grunge Besok Bubar berdiri di akhir tahun 2012 lalu. Bisa dibilang band yang
kalah didengar. Ditambah dengan beat lagu yang cepat dan
Selang beberapa saat, Morfem kembali meng-cover lagu milik tampil meladeni para penonton yang makin malam terlihat masih berumur layaknya jagung ini memiliki keberanian besar
menghentak, “Coba” menjadi terdengar berisik. Untuk yang
band lain. Kali ini lagu dari Ramones berjudul “Hey Ho Let’s makin banyak. Setelah Besok Bubar, tiga orang grindrockers dalam menyebarkan ideologi bermusik. Mereka mencoba
asal Bandung, Rajasinga, menambahkan kegerahan para sedikit lambat, ada “Never Want” yang liriknya juga mellow.
Go” lugas dibawakan oleh mereka. menawarkan nuansa musik berbeda kepada masyarakat
penonton. Sesudahnya, Seringai tampil membawakan lagu- Pelafalan Bahasa Inggris Stevan terdengar mengalir dan
Jika para penonton yang hadir masih kurang mengenal dengan memadukan band-band post-punk akhir ‘70an dan
lagu mereka yang membuat penonton beringas. Kekuatan para tidak dipaksakan. EP ini memberi Anda sajian musik dengan
walaupun tetap menikmati lagu-lagu baru yang dibawakan shoegaze seperti My Bloody Valentine di era awal. Tepat
oleh Morfem karena baru mendapatkan album Hey, Makan penonton tetap bertahan sampai The S.I.G.I.T dan Burgerkill genre yang terasa sekali pengaruh pop dengan sedikit banyak
sentuhan jazz dan funk. Riff-riff gitar yang ada di EP berisi pada tanggal 13/03/2013 mereka merilis EP yang bertajuk
Tuh Gitar! malam itu, mereka pastinya tetap akan senang tampil. The S.I.G.I.T membawakan kurang lebih duabelas lagu
yang diantaranya single “Let The Right One In” dari album lima lagu ini terasa sekali sangat simple dan berhasil untuk self-titled dan berisikan empat track. Awalnya, mereka ingin
karena Morfem tidak lupa membawakan lagu-lagu dari
terbaru Detourn. Terakhir, Burgerkill membuat seisi venue Tokyolite jika tujuan mereka memang untuk menyajikan musik mendistribusikan demo mereka sendiri, namun Tsefula/
album pertama bertajuk Indonesia, seperti “Pilih Sidang atau
Berdamai,” “Gadis Suku Pedalaman” dan “Tidur Dimanapun merasakan orgasme di kala mereka bermain hingga menutup yang easy listening. Kalau yang dikejar oleh Tokyolite memang Tsefuelha Records (sub label Yes No Wave) tertarik untuk
Bermimpi Kapanpun” untuk lebih meliarkan penonton. acara yang baru pertama kali diadakan dan menambah catatan pasar musik mainstream dan penggemarnya adalah remaja merilis demo tersebut. Dibuka dengan “((intro))”, riff-riff gitar
Buktinya adalah ketika ada satu penonton yang tiba-tiba naik Bekasi pride tersebut. [ANDREW MAHARDIKA] putri, tentu EP ini bisa merangkak naik, laku dan Tokyolite yang sarat dengan balutan fuzz dan reverb sangat terasa
ke atas panggung untuk merebut mikrofon Jimi dan bernyanyi kebanjiran order manggung di acara pentas seni SMA di mulai dari awal lagu ini dimainkan hingga selesai secara
dengan penuh tenaga serta emosi yang meluap-luap. Spontan RESENSI SINGLE bilangan ibu kota. [AMALIA MAS’AD] fade out. Seperti halnya judul dari track tersebut, divisi vokal
FAT IN DIET
Jimi pun kembali merebut mikrofon miliknya dan merangkul sengaja dikosongkan sebagai penanda bahwa ini merupakan
“Crash the Apathy”
erat si penonton untuk mengajaknya bernyanyi bersama. Format: Digital Download SOPHIA SOVIA STOLKA permulaan. Masuk lagu kedua, “European Ocean” sedikit
Setelah hampir satu setengah jam, penampilan Morfem reverbnation.com/fatindiet Rumah Luka EP menaikkan tempo dan vokal yang kental dengan reverb
malam itu ditutup dengan lagu berjudul “Hey Tuan Botimen” Nilai: 2.5 dari 5 Label: self-released sukses membuat suasana semakin mengawang. Setelah itu,
dan single pertama dari album terbaru yang lebih dulu dilepas tempo masih tetap terjaga pada “Fire” yang memiliki eksplorasi
Format: Box Set CD
dengan sistem bebas unduh berjudul “180 derajat.” Tapi tidak “Crash the Apathy” adalah single ketukan-ketukan drum agresif. “Plasticity” merupakan track
Nilai: 2.5 dari 5
benar-benar selesai sampai di situ, karena ketika semua lagu baru Fat In Diet band metalcore terakhir pada EP ini. Lagu dibuka dengan tempo yang lamban,
tuntas dimainkan, Pandu mencoba untuk merusak gitar Radix asal Ungaran, Jawa Tengah, Lirik sarat isu sosial-politik berbalut namun sangat melodius. Di luar dugaan, ending dari lagu
putih miliknya yang dipakai malam itu dengan membanting yang telah merilis album perdana musik kelam ini menggunakan bagian-bagian yang terdapat di dalam
dan menggesekkan dengan stand mikrofon Jimi. Freddie bertajuk Decade (2011). Dalam kancah metalcore, single
pun seperti merasa terpengaruh oleh aksi Pandu sehingga “((intro)).” Jika diibaratkan, album tersebut seperti halnya
ini sebenarnya tidak menawarkan nilai baru dari apa-apa orang mendongeng yang memiliki dinamika bercerita, di mana
ia mencoba untuk menghancurkan set drumnya. Walau Sophia Sovia Stolka (SSS) adalah sekelompok pemuda (yang
yang sudah pernah disajikan oleh band-band dengan genre terdapat awal dan akhir. Sayangnya kualitas rekaman EP
akhirnya tidak hancur, tapi drum Freddie terlihat berantakan mungkin tidak tepat untuk dipanggil muda lagi) yang mulai
sejenis. (Apakah metalcore sendiri merupakan ruang yang tersebut memang hanya sebatas kualitas demo.
pada akhirnya. Aksi gila dari Morfem dalam peluncuran album terlalu sempit untuk dijelajahi, tentu perlu pembahasan resah dengan keadaan sosial-politik negeri ini. Band ini adalah
terbaru mereka pun jadi terasa lebih menguatkan jargon yang reinkarnasi dari Sophie (2002-2011) yang terbentuk awal tahun [MALIK GANIS ILMAN]
khusus soal ini.) Sebagai gambaran, kita masih dapat
mereka punya dan membuat penonton puas serta senang: merasakan kentalnya Killswitch Engage hingga Trivium di lalu dengan beranggotakan orang-orang lama dari skena lokal
“Morfem datang semua senang.” [ANDREW MAHARDIKA] dalam single ini. (Bahkan Trivium sendiri semakin kehilangan Jogja. SSS secara mandiri merilis debut album mininya ini AURETTE AND THE POLSKA
Backfest 2013 taring di In Waves, yang menyebabkan lagu-lagu mereka dalam forrmat boxset berisi barang-barang layak dikoleksi. SEEKING CARNIVAL
Self-titled EP
terdengar tidak distingtif satu sama lain.) Salah satu hal gila Selain mendapatkan cakram padat album mini Rumah Luka
Rooftop Bekasi Square, Bekasi, 17 Maret 2013
yang bisa membuat genre ini terus lestari adalah dengan tidak sendiri, ada beberapa bonus, seperti; kaos, gantungan kunci, Label: self-released
Foto: Krisna Pratiwi (Backfest 2013)

Setelah cukup lama tidak ada pagelaran musik besar apalagi membiarkannya statis dan membebaskannya pergi kemana pin, hingga poster yang dikemas dengan sebuah kotak Format: CD
dengan label ‘musik berisik,’ akhirnya pada 17 Maret 2013 pun. Yaitu membuka peluang untuk progresi seluas-luasnya. Nilai: 4 dari 5
kayu terukir nama Sophia Sovia Stolka. Tapi mari ke intinya
kota Bekasi kembali berteriak lewat Backfest 2013 (Bekasi Seperti dilakukan oleh Lamb Of God atau Burgerkill di album- saja. Album ini memuat tiga lagu: “Rumah Luka,” “Afrika-
Festival Indie Moment) hasil garapan Dinj’vika Production album teranyar mereka, yang berani bereksperimentasi Afrika” dan “Sisi Gelap Negeri Ini” yang masing-masing di Menarik, kemudian meracuni
dan bertempat di Rooftop Bekasi Square, Bekasi. Band-band dengan time-signature dan aransemen. Ini sesuatu yang
dengan nama besar layaknya Speak Up, Morfem, Besok dalamnya mengemas lirik sangat kental pesan-pesan moral
belum dilakukan oleh Fat In Diet dan akan membuat lagu atau Meski jika dilihat dari segi akronim nama, Aurette And The
Bubar, Rajasinga, Seringai, The S.I.G.I.T, hingga Burgerkill dan isu sosial-politik. SSS selalu mengklaim Radiohead
albumnya hanya akan didengar sekali dan setelah itu tidak
hadir sebagai headliners pada hari itu untuk membakar sebagai pengaruh terbesar musik mereka. Namun, pengaruh Polska Seeking Carnival (AATPSC) mengingatkan pada
dibawa kemana pun oleh pendengarnya. Tapi aspek kerapian
animo. itu justru terasa sangat sedikit. Mungkin akibat kurangnya White Shoes & The Couples Company (WSATCC)—keduanya
permainan, komposisi, serta kualitas rekaman yang baik
Sebelum bisa menikmati dan melihat para band besar dalam single ini tidak saya nafikkan. [RAMA WIRAWAN] eksperimentasi pada lini gitar, atau bahkan terlalu kelamnya juga sama-sama dinahkodai vokalis perempuan—AATPSC
yang diimpor langsung dari luar kota Bekasi, para penonton aransemen yang ditulis. Di sini balada pop hingga atmosfer sebenarnya sudah menunjukkan tendensi musikalitas berbeda
26 27
SUDUTPANDANG
bahkan sejak dalam namanya. Kata polska dan carnival adalah
tendensi dimaksud. Terlepas dari apakah memang band yang
lagu yang barangkali masih menghadirkan suasana hati positif
itu. Meski sebenarnya jika kita bicara soal sirkus, itu artinya
Apresiasi Terhadap Musisi Scene Lokal
terbentuk pada awal 2012 lalu di Yogyakarta ini sendiri memang kita akan membayangkan segala hal yang terjadi di dalamnya Oleh Dimas Satya Anindia (gitaris False Diary)

H
sedang melakukan hal konseptual dengan membuat nama menjadi seringan kembang gula atau gelembung-gelembung ampir setiap bulan kita bisa ini agar mereka dapat mempromosikan
seperti itu, yang kemudian terbilang sukses diterapkan secara sabun. Dan lagu yang mencampurkan bahasa Perancis menemukan gigs di kota dengan maksimal musik mereka dengan
musikal. (Kita juga perlu melepas pembahasan mendalam dengan Inggris di dalamnya ini tidak menawarkan perasaan- Bekasi, terkadang bahkan keterbatasan equipment yang dimiliki.
mengenai perbedaan tarian tradisional Eropa polska dan perasaan seringan itu juga. Lirik lagu ini adalah kisah beberapa gigs di hari yang Mungkin karena alasan biaya atau
genre musik tari polka, karena toh keduanya sama-sama percintaan yang cukup rumit, di mana orang pertama di dalam sama. Hal ini tentu saja dapat menjadi perizinan, saya mengamati spot gigs di
elemen lumrah di dalam carnival.) AATPSC merilis sebuah cerita pada akhirnya bisa mencintai seseorang yang dulunya tolak ukur perkembangan minat dalam Bekasi beberapa tahun ini didominasi oleh
album mini di awal 2013 ini dan mempertegas tendensi untuk ia benci. Liriknya sendiri cukup pretensius saat mencoba underground scene di kota patriot suatu tempat makan di lingkungan GOR
menciptakan nuansa karnaval itu melalui aspek visual yang memperhalus ungkapan-ungkapan perasaan, dengan kita. Genre yang diusung pun begitu Bekasi. Saya rasa ini adalah hal yang positif
mereka terapkan pada kemasan CD-nya. Dengan logo big elemen-elemen terdapat di dalam pizza sebagai analoginya. bervariasi tetapi tidak tersekat-sekat. mengingat bagaimana dulunya tempat ini
top (tenda besar utama pada sirkus) di sampul depan, yang “Lies in a Cup of Cappucino” masih memuat kisah hubungan Hardcore, punk rock, grunge, metal, di malam hari lebih sering dimanfaatkan
dibentuk dari akronim nama band ini tadi, serta ilustrasi badut sepasang kekasih, hanya saja dalam fase-fase terburuk, yaitu kalian sebutkan, semua ada. Dan sebagai pangkalan BBB, Bencong Beringas
dan pemain akrobat pada bagian dalamnya, band ini seperti perselingkuhan. Liriknya disampaikan secara naratif dan saya pribadi selalu terkejut dengan Bekasi. Band-band lawas sekaliber
berintensi menggiring kita pendengarnya masuk ke dalam karenanya lebih cerewet. Tiga track berikutnya adalah lagu- kualitas musik yang dimainkan talenta- Burgerkill, Thirteen, Seringai pernah
sebuah tenda sirkus. Track pembuka “Seeking Carnival” lagu yang reflektif karena liriknya mulai memuat ide-ide besar. talenta remaja tersebut. bermain di sini. Akan tetapi
sangat jelas memperlihatkan niat tersebut. Nomor instrumental “Letter to You” mengkritisi teknologi internet hari ini yang Saya mengerti bagaimana yang sangat disayangkan
yang didominasi pemainan akordion berirama 3/4 (irama waltz membuat banyak hal kehilangan makna ketika apa-apa kini kerasnya upaya-upaya yang “Sudah waktunya band lebih dihargai adalah bagaimana tidak
dan juga polska pada umumnya), yang lumrah dalam musik dapat diperoleh secara instan. “Someday Sometime” terasa
filosofis pada baris “Life is strange unpredictable…/ You can’t
dipersiapkan oleh suatu band sebagai produk utama dari underground ada sentuhan seni yang
sirkus itu, berhasil membangun teater pikiran dengan adegan untuk tampil dan menuangkan diberikan pihak EO ketika
badut-badut muncul membawa balon warna-warni, disambut choose to be happy everytime…” Dan “Wonderland” tampak hati mereka dalam wadah scene kota kita.” menyelenggarakan gigs
ekspresi ceria anak-anak kecil yang sedang memakan lolipop. bertendensi mengajak untuk berani memilih—atau setidaknya yang kita sebut “gigs” ini. disini. Dekorasi panggung
Tapi keceriaan karnaval yang ditawarkan AATPSC, berhenti memikirkan—jalan alternatif dalam dunia yang semuanya Saya dan band saya telah berkutat enam tahun di scene yang yang paling umum adalah banner acara sebagai backdrop
sampai di situ bersamaan dengan tuntasnya track pertama sudah serba ditentukan bagi kita. Sirkus adalah sesuatu yang penuh dengan semangat persaingan ini. Memang musik yang panggung. That’s it. Tidak pernah saya melihat lighting khusus
tadi. Karena pada track-track berikutnya, meski pun rerata mudah untuk dicintai siapa saja. Jika membangun nuansa dimainkan bukan untuk dinilai, tetapi begitu mengejutkan yang di-install kecuali lampu neon dari panggung. Fog machine
masih tetap berpijak pada irama, notasi serta instrumentasi sirkus dan karnaval melalui musik folk-pop berirama polska bagaimana passion menuntut suatu band untuk memberikan digantikan asap rokok dari penonton yang seharusnya tidak
ber-aura positif nan ringan, ternyata lirik di dalam lagu-lagunya dan atau waltz adalah cara AATPSC dalam mempermudah yang terbaik dalam musikalitas dan aksi panggung mereka. diloloskan pihak sweeping demi kenyamanan penikmat
tidak seceria apa yang umumnya terjadi di lingkungan karnaval menarik pendengarnya, untuk kemudian meniupkan isu-isu Sampai tibalah waktunya hingga seseorang di bandmu musik. Saya mengerti keterbatasan biaya adalah kendala
atau sirkus. “I Love You More Than Pizza” adalah satu-satunya posmodern, ya, mereka akan berhasil. [RAMA WIRAWAN] bilang “gue rasa kita siap, ayo kita nge-gigs!” dan dengan utama. Tetapi seharusnya kreativitas dalam menetapkan tema
segala birahi yang telah lama dipendam di dalam studio gigs tetap harus ada. Gigs sebagai suatu pertunjukan yang
RESENSI FILM
rental kecil yang pengap dengan bau keringat semua vokalis menawarkan pengalaman unik bagi penontonnya, mulai dari
BEAST OF THE SOUTHERN WILD dan drummer yang pernah latihan di sana, kamu pun setuju. masuk ke area venue, hingga penampilan line-up bandnya
BEAST OF THE SOUTHERN WILD Sutradara: Benh Zeitlin
Film tentang loyalitas dan Mulai dari titik inilah, hal-hal yang tidak bisa saya pahami yang terbungkus apik dalam sistem tata panggung yang
Pemain: Dwight Henry, Quvenzhane Wallis dan bibit-bibit kekecewaan mulai tertuai. Ialah ketika band dipersiapkan dengan matang malah terlihat seperti panggung
cara menghadapi hidup
Nilai: 4 dari 5 mulai berhubungan dengan pihak yang bernama EO (event yang serupa dan menjenuhkan.
organizer) atau lebih umumnya kita panggil ‘panitia.’ Sudah waktunya band lebih dihargai sebagai produk
Beast of the Southern Wild sebelumnya merupakan salah satu Perlu diperhatikan sebelumnya bahwa hal-hal yang utama dari underground scene kota kita. Katakanlah
film yang sebenarnya dianggap sebagai film kecil. Sampai akan saya kritisi berikut ini tidak mengeneralisasi EO secara saya terlalu kritis tetapi space (tidak perlu ruangan) yang
banyak kritikus yang memuji (tidak banyak juga yang benar- keseluruhan. Karena tentu saja terdapat pihak-pihak EO yang diperlukan oleh band untuk mempersiapkan dan menyimpan
benar mengkritik) dan masuk di nominasi Oscar, baru lah film menjaga integritas mereka. Akan tetapi, kata ‘panitia’ perlahan equipment-nya sebelum perform juga perlu disediakan dan
ini menarik banyak penonton untuk menyaksikannya. Mungkin telah mengeruh menjadi konotasi negatif dalam pikiran saya. diorganisir dengan baik oleh panitia, walaupun hanya kertas
dianggap kecil karena film ini merupakan debut pertama Benh Khususnya beberapa penyelenggara di underground scene bertuliskan nama band yang ditempel di sudut ruangan akan
Zeitlin untuk menyutradarai sebuah film. Bekasi. Beberapa band beruntung bisa dibayar atau salah satu memberi kesan “eksklusif” untuk band tersebut. Backstage
Setelah bencana Katrina, air yang naik menyebabkan personelnya mengenal panitia hingga bandnya bisa diselipkan yang dulu memiliki kesan sangat misterius, yang membuat
kehancuran berlebih ke area yang sebelumnya memang dalam line-up. Tetapi pada umumnya untuk band baru yang kita berangan-angan ritual apa yang dilakukan oleh para
sudah hancur. Chaos. Wink (Dwight Henry), seorang pecandu membutuhkan pengalaman pertama nge-gigs mereka, harus band sebelum tampil, dipukul rata dengan tempat penonton
minuman keras, hidup di tumpukan barang yang disusun menjadi atap pelindung hidup bersama putrinya yang berumur 6 membayar registrasi sekitar 150 ribu untuk tampil dengan tiga berkumpul. Semakin sedikit daya tarik penonton untuk datang
tahun, Hushpuppy (Quvenzhane Wallis – nominasi Oscar termuda sepanjang sejarah). Wink yang mengidap penyakit kelainan lagu dengan durasi kurang lebih limabelas menit. Yang berarti ke gigs. Banyak hal lainnya yang dapat dilakukan panitia untuk
di darahnya, juga mengalami gangguan dalam mengatur emosinya dikarenakan sakit hati sejak kealpaan dari ibu kandung 10 ribu/ menit. Dan yang saat ini marak adalah sistem share memberikan nuansa ini. Jika pemilik acara menunjukkan sikap
W. of the Southern Wild)

Hushpuppy. Kondisi Wink ini juga sering mengganggu pertumbuhan Hushpuppy dan menarik Hushpuppy dari kebutuhannya tiket kapitalis, di mana pemegang modal besar bisa merasa menghargai dan menjaga band yang tampil di gigs mereka,
merasakan kasih sayang seorang ibu. Karakter Hushpuppy berkembang sangat baik sepanjang film berjalan. Dia menjadi anak terkenal dengan nama yang terpajang tidak terlalu megah, maka sikap itu akan menular ke “tamu-tamu” yang datang ke
yang kuat dari dalam, berani dan adorable pada saat yang bersamaan. Namun, beberapa kelemahan dan kebutuhan kasih sedikit di atas pamflet. Ketika saatnya berjam-jam latihan kita acara tersebut. Tentu saja yang terpenting band akan pulang
sayangnya sebagai anak yang masih tumbuh terus mencoba meruntuhkan kekuatannya. Berkali-kali Hushpuppy mencari kasih siap dipresentasikan ataupun kesempatan menampilkan lagu dengan rasa puas dan termotivasi untuk berkarya dengan
sayang ibunya, namun tetap kembali ke ayahnya. Bisa jadi panggilan itu memang berasal dari dalam hatinya yang terus mencari yang telah kita rekam dengan jerih payah tabungan telah tiba, lebih baik. Event yang terorganisir dengan baik pada akhirnya
perhatian dan satu-satunya jalan adalah ke ayahnya, walau bermasalah. Dengan hidupnya yang bisa dibilang keras, hal-hal yang musisi dihalangi oleh pelitnya waktu yang diorganisir oleh juga akan meninggalkan kesan positif bagi band-band dari
terjadi memberikan Hushpuppy energi kuat dan kekuatan menghadapi masa depannya, walau tidak pasti. panitia. Pernah band saya dicibir oleh MC: “Wuiiih, band ini luar Bekasi yang menjajal scene kita, so they can spread the
Teguh Tri(Beast

Beast bisa menguasai amarahnya ke ibunya yang meninggalkannya, ke ayahnya yang kadang tidak peduli padanya, atau sound check-nya lebih lama dari guest star-nya.” Bermain words around Indonesia’s underground scene, bahwa Bekasi
Foto: Dok. Pribadi

bahkan ke dirinya sendiri karena memaksakan diri menjadi anak yang baik untuk orang tuanya, pikiran-pikirannya tentang dengan distorsi bukan berarti hanya memutar knob gain penuh bukanlah sekedar scene pinggiran ibukota.
Foto:Slate.com

ayahnya yang akan mati di masa depan dan pikiran-pikirannya untuk melanjutkan hidup dengan cara yang diajarkan ayahnya ke arah jam 5. Perlu waktu untuk mencari karakter yang sesuai
lewat cara survival. Dengan keadaan tadi, akankah Hushpuppy menyadari dan menerima hidup yang ia miliki? Film ini akan dengan keterbatasan sound system yang disediakan. Dan Dimas Satya Anindia adalah gitaris band screamo Bekasi yang terben-
membuat Anda berpikir banyak mengenai konflik-konflik yang Anda miliki sendiri, terutama mengenai love-hate relationship band, terutama di awal karier mereka, membutuhkan toleransi tuk sejak tahun 2006 silam, False Diary. Band ini sedang dalam proses
Foto:

dengan kehidupan Anda. [AMALIA MAS’AD] merampungkan album mini pertamanya. Twitter Dimas: @DimasAnindia
28 29
POTRET SKENA

DROP POINTS
Planetbumi saat membuka pesta peluncuran BEKASI: JAVIER ROCKSTORE / AL STUDIO
SUICIDE ANTHEM Jl. Wonodri Sendang Raya No. 10 Semarang. Telp:
album Pestolaer di Basement Cafe,
Jl. Sedap Malam No. 15A, Taman Galaxy, 085728969688
Kemang, 17 Maret 2013 Bekasi, Jawa Barat - Indonesia. Telp: 081310222356
SOLO:
STRIVE BELUKAR ROCKSHOP
Komplek Ruko Perum Puri Cendana 1 Blok AA No. 35 Jl. Pandudewanata 155 Kartopuran Surakarta, Jawa Tengah
Tambun Selatan, Bekasi. Telp: 085722669721 57152. Telp: (0271) 648079 / 085725191666

JAKARTA: KLATEN:
LAWLESS JAKARTA PARANOID SHOP
Kemang Selatan 8 No. 67k Jakarta Selatan. Jl. Majegan 06/01 Wonosari, Trucuk - Klaten, Jawa Tengah
Telp: (021) 7192871 57467. Telp: 087834988269

RURU SHOP YOGYAKARTA:


ruangrupa - Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6 Jakarta SEVEN SOULS
Taba Ade Yusuf, vokalis Pestolaer, Andre Kubil (kanan), gitaris The Upstairs, Selatan. Jl. Cendrawasih Komplek Kolombo No. 4.
dalam peluncuran album baru tampil bersama Indische Party band barunya Telp: (0274) 583789
mereka Rhythm of Mine membuka pesta peluncuran album Pestolaer HERMIT ROCKSHOP JAKARTA
Kompleks PTB Blok M3 No. 10, Duren Sawit, Jakarta Timur MALANG:

Foto: Sutami A. Pramudito (pesta peluncuran album Pestolaer), Rama Wirawan (ARTE Indonesia Arts Festival)
Baskoro Adhi Juwono, vokalis- 13250. Telp: (021) 8601029 / 085710641800 DISTORTION MERCH
gitaris Dried Cassava saat tampil Jl. Soekarno Hatta No. 9, Malang.
DOORS STUDIO Telp: 085755672229
di ARTE Indonesia Arts Festival
Jl. Pisangan Baru Tengah No. 48 RT 002/ RW 014 Jakarta
13110. Telp: (021) 85904982 SURABAYA:
HERMIT ROCKSHOP SURABAYA
FIRECATZ Jl. Brawijaya No. 1A Surabaya Jawa Timur
Jl. Raya Pondok Gede No. 21, Lubang Buaya, Jakarta Telp: 085733397666
Timur. Telp: (021) 92093380
PALEMBANG:
DEPOK: RAW
Ken Jenie, vokalis Jirapah, saat tampil TNT MUSIC Jl. Jaksa Agung R. Soeprapto, Palembang.
pada ARTE Indonesia Arts Festival, Depok Town Square Blok GS 7/7, Jl. Margonda Raya, Telp: 081994903891
di JCC, 31 Maret 2013 Depok. Telp: 087881518510
EINFALTRUE CULTR.
Zeke Khaseli tampil juga BOGOR: Telp: (0711) 412154
dalam ARTE Indonesia Arts KEBUN SUARA
Telp: 081282370193 MEDAN:
Festival, dan Akbar pemain
OMERTA
drum Efek Rumah Kaca (kanan) BANDUNG: Jl. Wahid Hasyim No. 9 Medan.
mendukungnya sebagai bagian OMUNIUUM
dari The Wrong Planeteers Jl. Ciumbuleuit 151 B Lantai 2 Bandung 40141 BANJARMASIN:
Telp: (022) 2038279 CRUST HOUSE
Jl. Adhyaksa No. 8 RT 26 Kel. Sundai Miai Banjarmasin
TOBUCIL 70123 Kalimantan Selatan. Telp: 085952420666
Jl. Aceh No. 56, Bandung 40113. Telp: (022) 4261548

CIRCLE SPLIT STORE


Jl. Cemara I No. 26 Cipaganti Bandung

SEMARANG:
DISTRICT SIDES
Jl. Pleburan Barat 3C Semarang.
Telp: (024) 91500 600

30

Anda mungkin juga menyukai