PENDAHULUAN
Manajemen sumber daya manusia adalah faktor terpenting bagi Instansi dalam
mengelola, mengatur dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi dengan baik dan
dalam pengelolaan SDM agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan
sumber daya manusia secara penuh demi tercapainya tujuan. Pada dasarnya suatu organisasi
zaman mendorong organisasi untuk mempertimbangkan secara matang kualitas sumber daya
manusia. Ketersediaan sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam suatu
organisasi, maka perlu adanya keterlibatan pegawai dan atau pegawai dalam menjalankan
seluruh aktivitas.
Pegawai merupakan aset sumber daya yang harus dikelola secara profesional oleh
organisasi agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal, sehingga organisasi bisa
mendapatkan hasil yang optimal dalam meraih tujuannya. Dengan pengelolaan SDM secara
pelatihan, pengembangan karier pegawai. Jika hal tersebut dapat terlaksana dengan sesuai
prosedur, maka pegawai dapat bekerja dengan baik dan perusahaan pun akan mecapai
Pada kesempatan ini, peneliti mengambil data hasil pengukuran kinerja dari Bagian
Umum sekretariat daerah Kabupaten Cirebon yang melakukan penilaian kinerja ASN
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui penilaian tiap masing masing ASNdiperoleh
dengan cara menilai dari 6 aspek penilaian yaitu orientasi pelayanan, integritas, komitmen,
disiplin, Kerjasama dan kepemimpinan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kinerja ASN di
jajaran sekretariat daerah Kabupaten Cirebon mengalami masih belum memenuhi standar
kinerja yang sudah diterapkan, dimana pada tahun 2019 angka penilaian kinerja ASN di
sekretariat Kabupaten Cirebon berada di angka 86,62, lalu pada tahun 2020 angka penilaian
kinerja ASN di sekretariat daerah Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan sebesar 2,24
angka di 88,86. Sedangkan pada tahun 2021, kinerja para ASN sekretariat daerah Kabupaten
Cirebon mengalami penurunan 3,73 angka menjadi 85,13.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan dengan terjadinya pasang surut kinerja
para ASN di jajaran sekretariat daerah Kabupaten Cirebon, tentu ada sebuah sebab yang
tujuannya yang mana dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
Bila kinerja belum seperti yang diharapkan pasti ada penyebabnya. Ketika pegawai tidak
dapat mempertahankan kinerjanya akibat suatu hal yang terjadi. Maka, semua proses di
menginput data, dan lain sebagainya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kinerja
pegawai menurun, seperti perilaku cyberloafing, dan tingkat stres kerja yang tinggi
memberikan fasilitas internet di dalam kantor diharapkan pegawai dapat bekerja
secara cepat dan pekerjaan dapat diselesaikan secara baik dan benar. Dengan meningkatnya
studi tentang cyberloafing yang pernah dilakukan di Indonesia dimana pegawai rata-rata
menghabiskan waktu satu jam per hari untuk mengakses internet untuk kepentingan pribadi
(Ardilasari dkk, 2017). Aktivitas yang dilakukan seperti browsing, facebook atau kaskus
Penggunaan jaringan internet dapat membantu efektivitas dan efisiensi dalam bekerja
pribadinya. Pegawai terkadang lupa akan tanggung jawabnya karena mengakses internet pada
dimana pegawai tersebut melakukan aktifitas yang tidak ada hubungan dengan
pekerjaannya namun dilakukan pada saat jam kerja masih berlangsung. Penggunaan internet
yang dimaksud terkait pembukaan situs-situs demi kepuasan pribadi, membuka sosial media,
sumber daya manusia yang tidak efisien, sehingga menghasilkan organisasi yang tidak
kompetitif. Menurut Lim V., 2002 (dalam Moffan dkk, 2020) mengemukakan bahwa:
“Cyberloafing bisa disebut juga cyberslacking termasuk salah satu bentuk dari Deviant
Adapun usaha lain instansi dalam meningkatkan kinerja pegawai, diantaranya dengan
memperhatikan tingkat stres kerja pegawai. Tingkat stres kerja yang tinggi maupun rendah
jika berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan kinerja
pegawai dikarenakan ada rasa tertekan dalam melaksanakan pekerjaan.
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Dimana pegawai merasakan beban kerja yang terlalu berat, waktu kerja yang
terlalu singkat, kualitas pengawasan kerja yang rendah, lingkungan kerja yang tidak sehat,
konflik kerja dan perbedaan nilai antara Pegawai dengan pemimpin yang frustasi dalam
bekerja.
Kepercayaan bahwa stres, khususnya stres kerja (work stress) menjadi peranan
penting terhadap faktor negatif individu dan organisasional yang dapat mempengaruhi
kesehatan pada pegawai yang lagi pada saat kerja mengakibatkan permasalahan kesehatan
Stres kerja juga dapat mengakibatkan para pegawai akan melakukan tindakan
indisipliner. Dimana para pegawai akan merasa malas bekerja akibat tuntutan kerja yang
tinggi dan kondisional lingkungan kerja yang tidak kondusif, sehingga stres akan muncul
dan para pegawai akan terkesan malas untuk berangkat menuju tempat kerjanya.
Pada kesempatan ini, peneliti memaparkan data dari BKPSDM (Badan Kepegawaian
indisipliner yang dilakukan oleh ASN Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon selama tahun
2019-2021
Tabel 1. 2 Data ASN di Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon yang tidak hadir dalam
Berdasarkan data diatas dapat diketahui pada tahun 2020, jumlah ASN yang
melakukan tindak indisipliner berada di angka tertinggi dimana presentase indisipliner berada
di 13%, presentase tersebut naik 1% dari tahun 2019. Pada tahun 2021, presentase Tindakan
Stres kerja bisa menjadi pengaruh positif bagi pegawai untuk menghasilkan prestasi
yang tinggi, sebagai contoh: bekerja dengan tekanan batas waktu dapat merupakan proses
kreatif yang merangsang, keterkaitannya dengan pekerjaan menjadi semakin tinggi serta
Ketika pegawai memiliki tingkat stres kerja yang tinggi, bisa dikatakan kinerja
mereka akan rendah untuk menghilangkan rasa stres tersebut. Sehingga ketika pegawai
Berdasarkan ketiga fenomena diatas, peneliti ingin mengetahui seperti apa dampak
pengaruh masing-masing variabel. Oleh sebab itu cyberloafing dan work stress bekerja
sebagai variabel yang mempengaruhi kinerja pada pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten
Cirebon.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti dapat
merumuskan masalah yang akan diteliti dengan memperhatikan fenomena yang terjadi di
sekretariat daerah Kabupaten Cirebon. Berikut beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam
penelitian ini:
Kabupaten Cirebon.
2. Bagaimana pengaruh antara work stress terhadap kinerja pegawai sekretariat daerah
Kabupaten Cirebon.
3. Bagaimana pengaruh antara cyberloafing dan work stress terhadap kinerja pegawai
cyberloafing dan stres kerja terhadap pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh work stress terhadap kinerja pegawai
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian teori dan perkembangan
ilmu ekonomi manajemen, khususnya pengaruh cyberloafing dan work stress terhadap
kinerja pegawai mengenai ilmu sumber daya manusia untuk program studi manajemen.
Obyek penelitian yang akan peneliti teliti dalam penelitian ini adalah cyberloafing dan
work stress (stres kerja) dan kinerja. Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai yang
bekerja di Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon. Batasan-batasan yang ada berguna untuk
mengfokuskan dan tidak menyimpang dari masalah yang diangkat oleh peneliti.
a. Cyberloafing
dimana Pegawai tersebut melakukan aktifitas yang tidak ada hubungan dengan pekerjaannya
namun dilakukan pada saat jam kerja masih berlangsung. Penggunaan internet yang
dimaksud terkait pembukaan situs-situs demi kepuasan pribadi, membuka sosial media,
b. Work Stress
Work stress (stres kerja) adalah hasil ketidakmampuan individu dengan tuntutan atau
c. Kinerja Pegawai
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seorang pegawai atau karyawan dalam
mencapai tujuan organisasi yang diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan
HIPOTESIS
indikator dari keempat variabel yang ingin diteliti, keempat variabel tersebut
2.1.1 Cyberloafing
Cyberloafing merupakan perilaku dari pegawai menggunakan akses
pribadi, membuka sosial media, belanja online, dan lain sebagainya diluar tugas
kerjanya.
fasilitas internet melalui perangkat pribadi atau instansi untuk kepentingan pribadi
selama jam kerja. Selain cyberloafing, definisi lain yang sama dalam menjelaskan
web use (PWU). Ketiga definisi tersebut menekankan pada penggunaan internet
penggunaan internet saat jam kerja. Ketiga definisi tersebut tidak menyiratkan
persepsi dan sikap pegawai, kebiasaan dan kecanduan internet, data demografi
pegawai, serta niat untuk terlibat, norma sosial, dan kode etik personal. Faktor
situasional terkait adanya fasilitas instansi seperti akses internet secara bebas
pekerjaan.
aktivitas tersebut memakai fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi adalah jelas
aktivitas tidak beretika. Pegawai memakai jam kerjanya untuk aktivitas yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan bahkan untuk hal-hal yang sifatnya menghibur diri
sendiri.
waktu yang terbatas. Poin umum dari definisi cyberloafing adalah bahwa hal itu
menjadikan seseorang sibuk dengan kegiatan pribadi di internet selama jam kerja
yaitu :
pegawai membuka akses portal media online pada saat jam kerja berlangsung.
3. Leisure activity, mengacu pada aktivitas santai seperti bermain game online,
4. Virtual emotional activity, mengacu pada aktivitas yang tidak bisa disamakan
perusahaan”.
Bruin et al, 2006 (dalam Moffan dkk, 2020) juga menambahkan bahwa
Stres tidak muncul begitu saja namun sebab-sebab stres muncul umumnya
peristiwa itu terjadi diluar dari kemampuannya sehingga kondisi tersebut telah
menekan jiwanya
tidak adanya pengawasan kerja, waktu kerja yang diberikan cukup padat,
lingkungan kerja yang tidak baik, adanya konflik kerja serta adanya
merusak kehidupan para pegawai baik dari segi Kesehatan maupun kesejahteraan.
Ketika para pegawai mendapatkan beban kerja yang sangat tidak seimbang dan
bertolak belakang dengan tugas pokok yang mereka dapatkan, sehingga mereka
terkena stres. Lalu mereka membawa sebuah permasalahan yang mereka dapatkan
di tempat kerja tersebut kedalam rumah tangga nya sehingga hal ini dapat
keluarganya.
dari kemunculan di lingkungan kerja seperti memberikan porsi kerja yang tidak
berlebihan, memberikan tugas yang sesuai dengan tugas pokok dari pegawai, dan
mengatur jam kerja yang sesuai sehingga produktivitas kerja dan kinerja para
terlalu berat, waktu kerja yang terlalu singkat, kualitas pengawasan kerja yang
rendah, lingkungan kerja yang tidak sehat, konflik kerja dan perbedaan nilai
peranan penting terhadap faktor negatif individu dan organisasional yang dapat
mempengaruhi kesehatan pada pegawai yang lagi pada saat kerja mengakibatkan
tindakan indisipliner. Dimana para pegawai akan merasa malas bekerja akibat
tuntutan kerja yang tinggi dan kondisional lingkungan kerja yang tidak kondusif,
sehingga stres akan muncul dan para pegawai akan terkesan malas untuk
produktivitas dan berpengaruh positif di tempat kerja. Pranoto dkk, 2016 (dalam
Safitri dkk, 2019) Stres kerja bisa dipahami sebagai keadaan dimana seseorang
menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh
kemampuannya.
Stres kerja dapat menjadi hal yang positif bagi pegawai untuk
menghasilkan kinerja yang baik, seperti bekerja dengan tekanan batas waktu dapat
sebagai tantangan.
Ketika pegawai memiliki tingkat stres kerja yang tinggi, bisa dikatakan
kinerja mereka akan rendah untuk menghilangkan rasa stres tersebut. Sehingga
ketika pegawai merasa stres, akan memperoleh dampak negatif pada kinerja
pegawai.
1. Faktor lingkungan
Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam lingkungan
2. Faktor organisasional
3. Faktor individual
seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari pegawai itu sendiri.
pekerjaan yang tidak dapat mereka penuhi. Stres dapat terjadi ketika pegawai
tidak dapat memenuhi apa yang menjadi tuntutan pekerjaan Adapun beban kerja
yang diberikan oleh supervise yang berlebihan dan tenggat waktu tugas yang
tugas-tugas yang tidak sinkron dengan satu sama lain, adalah beberapa dari
pemicu stres.
Dalam jangka pendek, stres yang tidak dapat dikelola serius oleh pihak
instansi dapat membuat pegawai merasa tertekan, tidak termotivasi, dan frustasi
terganggu.
Dalam jangka panjang, pegawai yang tidak dapat menahan stres kerja
maka ia tidak bisa lagi bekerja di instansi. Pada tahap yang semakin parah, stres
bisa membuat kondisi Kesehatan pegawai menjadi buruk atau bahkan pegawai
mental pada pekerjaannya dilambangkan sebagai stres kerja. Stres adalah reaksi
tubuh berupa serangkaian respons awal dari dampak yang lebih buruk yang
Dari teori para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah
pekerjaannya.
1. Beban kerja
perusahaan terhadap pegawaiya. Beban kerja yang berlebih dengan rentang waktu
pikiran dan tekanan. Semakin tinggi beban kerja yang di tanggung pegawai maka
akan semakin tinggi juga stres kerja yang dialaminya. Beban kerja yang tinggi
2. Waktu kerja
penyelesaian yang dibutuhkan. Rentang waktu kerja yang sesuai dengan beban
kerja yang diberikan cenderung akan menghasilkan output yang maksimal. Jika
pegawai dihadapi dengan beban kerja yang tingi namun dengan tuntutan waktu
tekanan pekerjaan yang harus dicapainya yang tentu saja akan mempengaruhi
karirnya di perusahaan.
3. Umpan balik
Seorang pegawai cenderung akan merasa dihargai jika pekerjaan yang
telah diselesaikanya mendapatkan umpan balik yang baik dan sesuai dengan apa
yang diharapkanya. Dengan umpan balik yang baik akan membuat pegawai
merasa di apresiasi dan dihargai oleh perusahaan. Namun jika umpan balik yang
diberikan tidak sesuai maka pegawai cenderung akan merasakan kegelisahan atas
pekerjaan yang telah dilakukanya. Pegawai membutuhkan kritik dan saran agar
mereka mengetahui arah mana yang harus mereka ambil dalam bekerja. Jika hal
berujung menjadi sebuah pikiran yang dapat menyebabkan stres dan menganggu
kinerjanya.
4. Tanggung Jawab
menanggung resiko, sebab dan akibat dari sebuah pekerjaan ataupun tugas tugas
ketepatan waktu, kualitas yang dihasilkan dan manfaat yang didapatkan untuk
merasakan stress kerja karena hal tersebut dapat membebani dan menumbuhkan
1. Beban tugas yang terlalu berat, Setiap pegawai memiliki kemampuan kerja
yang terbatas, jika seorang pegawai dibebani dengan tanggungan yang lebih
2. Desakan waktu, Untuk sebuah hasil kerja yang maksimal dbutuhkan juga
waktu yang sepadan untuk menyelesaikanya. Pekerjaan dengan waktu yang
tidak baik akan membuat pegawai merasakan bekerja di bawah tekanan yang
secara tidak langsung membuatnya tegang dan tidak merasa nyaman dalam
4. Iklim kerja yang tidak aman, Iklim kerja yang tidak aman akan menyebabkan
keresahan bagi para pegawai dalam sebuah perusahaan. Pikiran mereka akan
untuk bekerja menjadi terbagi karena adanya rasa ketidak amanan tersebut.
5. Kurangnya informasi dari umpan balik tentang prestasi kerja , Setiap orang
membutuhkan pengakuan, apresiasi dan timbal balik atas usaha yang telah
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance
yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang.
Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya menyatakan hasil kerja,
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut (Nasution,
2019).
kinerja adalah sebuah hasil dari kegiatan yang meliputi kegiatan utama dan
kegiatan lainnya yang ada didalam pekerjaan, dengan begitu keberhasilan dalam
bahwa kinerja adalah kinerja seorang individu atau sekelompok individu dalam
suatu organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, karena kinerja
sedemikian rupa sehingga mencapai hasil kerja secara maksimal dan berbagai
sasaran yang telah diciptakan dengan pengorbanan yang secara rasio kecil
1. Faktor kemampuan
rata -rata (110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
2. Faktor motivasional
Motivasi bisa disebut kondisi yang menggerakan diri pegawai yang terarah untuk
Kinerja tidak dapat terbentuk apabila tidak ada semangat juang pegawai
dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Dari hal tersebut dapat di ketahui
bahwa campur tangan supervise turut andil dalam memberikan semangat dan
Menurut Sutrisno (dalam Wirya dkk, 2020) ada enam indikator dari
1. Hasil Kerja, meliputi tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan
dari pegawai yang berdampak pada hasil kerja. selain itu pengetahuan
pekerjaan dapat mencerminkan sejauh mana pegawai dapat memahami produk atau
jasa yang dimiliki perusahaan.
instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang
ada.
5. Sikap, perilaku pegawai tehadap perusahaan atau teman sekerja dan tingkat
6. Disipin Waktu dan Absensi, tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran
kinerja yaitu :
1. Kemampuan
2. Motivasional
Sumber: Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen Vol 8. No. 4, Desember 2020 (491-502) e-ISSN 2580-3743
bahwa:
situasional dan faktor organisasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
pegawai ialah suatu pencapaian tenaga kerja dalam mengejar target kerja pada
waktu yang tepat, sehingga kinerja pegawai dapat berkontribusi bagi perusahaan.
fokus pegawai dapat terganggu karena pegawai terlalu fokus dalam menjelajah
Adapun untuk stres kerja dapat terjadi akibat beban kerja yang terlalu
berat atau terlalu ringan, lingkungan kerja yang tidak memadai, dan komunikasi
Berdasarkan penjelasan definisi dan hasil penelitian para ahli, maka dapat
mempengaruhi kinerja.
Cyberloafing H1
(X1)
H3 Kinerja
(Y)
Work Stress H2
(X2)
Keterangan:
2.3.2 Hipotesis
METODE PENELITIAN
berasumsi bahwa realitas sosial terbentuk dari fakta objektif yang didapat oleh
peneliti dari pengukuran dan uji statistik untuk mengetahui hubungan maupun
metode asosiasi.
menggunakan aplikasi Statical Package for the Social Science (SPSS) sebagai alat
pada penelitian ini, maka terlebih dahulu dijelaskan mengenai seluruh variabel
suatu atribut atau sifat dari orang, objek, organisasi atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
dalam penelitian ini adalah cyberloafing (X1), job satisfaction (X2), dan work
stress (X3).
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Nilai 1 : untuk jawaban sangat tidak setuju artinya pertanyaan tidak sesuai dengan
Nilai 2 : untuk jawaban tidak setuju artinya kurang dengan apa yang didapat oleh
Nilai 4 : untuk jawaban setuju artinya pertanyaan dianggap sesuai dengan keadaan
Nilai 5 : untuk jawaban sangat setuju artinya responden sangat setuju dan sangat
Skala
Definisi Variabel Dimensi Indikator Ukur
Cyberloafing Independen 1. Social 1. Eksistensi di Skala Likert
adalah (X1) Activity social media 5 : SS
perilaku Cyberloafing 2. Informationa 2. Perluasan 4:S
pegawai yang Jaringan Sosial 3 : CS
l Activity
menggunakan via Social 2 : TS
3. Leisure media 1 : STS
fasilitas Activity 3. Pencarian
internet 4. Virtual Berita Online
melalui 4. Menyebarkan
Emotional
perangkat Informasi dari
Activity
pribadi atau portal online
instansi untuk 5. Bermain Game
kepentingan 6. Streaming
pribadi video/ film
selama jam 7. Berbelanja
kerja. Online
8. Kencan Online
Skala
Definisi Variabel Dimensi Indikator Ukur
Stres kerja Independen 1. Beban kerja 1. Banyak Skala Likert
adalah (X3) 2. Waktu kerja pekerjaan 5 : SS
Perasaan Work Stress 3. Umpan balik 2. Jenis 4:S
tertekan yang 4. Tanggung pekerjaan 3 : CS
dialami Jawab 3. Jam kerja 2 : TS
pegawai 4. Waktu 1 : STS
dalam penyelesaian
menghadapi tugas
pekerjaan 5. Masukan
yang atasan
6. Apresiasi
diberikan
Instansi
perusahaan. 7. Tindakan
terhadap
pekerjaan
8. Penyelesaian
tugas kerja
3.3.1 Populasi
Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik, sifat yang dimiliki objek atau subjek
itu. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan
subjek penelitian dimana individu yang akan dikenai perilaku atau dapat dikatakan
sebagai keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian
ini adalah pegawai kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Cirebon yang berjumlah
No Bagian Jumlah
1 Tata Pemerintahan 17
2 Hukum 10
3 Hubungan Masyarakat 8
4 Perekonomian 10
5 Pembangunan 10
6 Kesejahteraan Rakyat 7
7 Umum 22
8 Keuangan 10
9 Perlengkapan 10
10 Organisasi dan Pemberdayaan Aparatur 13
Total 117
Sumber: Bag. Unum Sekretariat daerah Kabupaten Cirebon
3.3.2 Sampel
N
n=
1+ N 𝑒2
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
117
n=
1.292
n = 90,55 = 90 Orang
menggunakan metode random sampling yaitu penarikan sampel secara acak pada
populasi pada setiap bagian, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 90
1. Data Primer
Sugiyono (2019:8) menyatakan bahwa “Data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data primer yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan
pada sampel yang telah ditentukan. Data primer tersebut berupa data mentah
dalam bentuk skala likert (skala angka). Data mentah tersebut akan diolah oleh
peneliti.
2. Data Sekunder
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder berupa sumber
yang relevan dari permasalahan sebagai dasar pemahaman terhadap objek penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yaitu diantaranya sebagai
berikut :
1. Studi Lapangan
Jenis data dari studi lapangan merupakan penelitian yang diadakan oleh
2. Studi Kepustakaan
Jenis data dan studi kepustakaan merupakan hasil dari pengumpulan data yang
pengumpulan data Pada penelitian kali ini teknik pengumpulan data yang diambil
oleh peneliti meliputi :
1. Kuesioner (Angket)
Dalam penelitian ini uji analisis data secara kuantitatif ditunjukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel bebas dan satu
variabel terikat. Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka
Analisis instrumen ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
biasanya digunakan untuk data yang berasal dari instrumen penelitian (angket atau
kuesioner).
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kiuesioner dikatakan valid jika
Jadi dapat disimpulkan bahwa uji validitas berguna untuk mengetahui valid atau
tidaknya suatu data yang nantinya jika data diketahui valid maka data dinyatakan
𝒓 𝒏∑𝑿𝒊𝒀𝒊−(∑𝑿𝒊)(∑𝒀𝒊)
𝒙𝒚=
√{𝒏∑𝑿𝟐𝒊 −(∑𝑿𝒊)𝟐}{𝒏∑𝒀𝟐𝒊−(∑𝒀𝒊)𝟐}
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk”. Suatu
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Ghozali
(2018) pengujian reliabilitas data dapat dilakukan dengan uji statistik Cronbach
Untuk memeperoleh nilai yang efisien dan tidak bias dari suatu persamaan
regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil (OLS), harus memenuhi
distribusi normal”.
Model regresi yang baik hendaknya normal atau mendekati normal. Data
pengambilan keputusan :
1. Nilai Signifikan (sig) atau nilai probabilitas < 0,05, data yang terdistribusi
secara normal.
2. Nilai Signifikan (sig) atau nilai probabilitas > 0,05, data tidak terdistribusi
secara normal.
pada suatu sumbu diagonal dari grafik. Menurut Ghozali (2018:161), dasar
A. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
B. Jika data penyebar jauh dari garis regresi dan atau tidak mengikuti arah garis