Anda di halaman 1dari 1

Legalisasi Amal

Terkadang atau sering dalam hidup, kita berusaha memaafkan tindakan kita atau
kata lainnya melegalisasikan perbuatan kita. Maksudnya, kita mengatakan perbuatan kita
benar dengan dalih yang berusaha kita dari kebenarannya. Sebagai contoh, ketika kita
menunda melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang, maka kita berdalih “Saya
harus menyelesaikan tugas”, “Saya harus mengasuh anak dulu” dan lain sebagainya
sehingga begitu pintarnya kita mendapatkan alasan yang seolah alasan kitalah yang
paling benar. Atau cerita lain seperti seorang pencopet atau pelacur yang melegalkan
usahanya demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
 
Bolehkah kita melakukan hal tersebut?
 
Cerita yang mirip tertuang dalam kisah nabi Yusuf dalam surat Yusuf. Ketika itu,
saudara-saudara Yusuf melempar Yusuf ke dalam sumur dan mereka melaporkan kepada
nabi Yaqub (ayah mereka) bahwa Yusuf telah dimakan serigala. Maka Yaqub tidak
mempercayai hal tersebut dan berkata:
 

“Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu”
QS. Yusuf 18
 
Perkataan yang sama diulangi oleh nabi Yaqub dalam ayat 83 kepada saudara-
saudara Yusuf beberapa puluh tahun kemudian. Pengungkapan perkataan ini secara
berulang mengisyaratkan bahwa pentingnya Allah swt mengingatkan kita semua untuk
tidak dengan mudah mendalihkan bahwa perbuatan kita adalah benar.
 
Bagaimana agar kita tidak terjerumus pada hal tersebut? Janganlah kita terburu-
buru dalam bertindak. Seringlah kita bertanya pada diri kita sendiri “Apakah memang
yang saya lakukan ini berbuah amal kebaikan atau berbuah kemaksiyatan?” Atau
“Apakah saya mendapatkan ridho Allah dalam melakukan hal ini atau malah membuat
murka-Nya. Jadi, sering-seringlah kita berinstropeksi.
 
Wallahu a’lam bish showab.
 
AEM MULYADI, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai