Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KASUS

PASIEN GERIATRI DENGAN FRAILTY, INSTABILITY, RESIKO


MALNUTRISI, DAN IMPACTION AKIBAT PENYAKIT PARKINSON
DAN TALASEMIA B MINOR

DISUSUN OLEH:
Alifia Shafanaura Pamuji 2210221046

PEMBIMBING:
dr. Anjar Budi Astoro, Sp.PD, FINASIM

DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL VETERAN JAKARTA
RSPAD GATOT SOEBROTO
PERIODE 2 JANUARI – 10 MARET 2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus :

“PASIEN GERIATRI DENGAN FRAILTY, INSTABILITY, RESIKO


MALNUTRISI, DAN IMPACTION AKIBAT PENYAKIT PARKINSON
DAN TALASEMIA B MINOR”

Disusun Oleh :

Alifia Shafanaura Pamuji 2210221046

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik

Di SMF Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto

Telah disetujui dan dipresentasikan pada

Tanggal, …………………. 2022

Jakarta, …...............2022

Pembimbing,

dr. Anjar Budi Astoro, Sp.PD, FINASIM


iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul “PASIEN GERIATRI

DENGAN FRAILTY, INSTABILITY, RESIKO MALNUTRISI, DAN

IMPACTION AKIBAT PENYAKIT PARKINSON DAN TALASEMIA B

MINOR” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan

kepaniteraan klinik di bagian Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

kasus ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada dr. Anjar Budi Astoro, Sp.PD, FINASIM, selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan ilmu dan saran serta menyediakan waktu dalam

penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat

memberikan manfaat kepada pembaca.

Jakarta, 22 November 2022

Penulis
iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………….………i

Lembar Pengesahan………………………………………………………………ii

Kata Pengantar……………………………………………………………………iii

Daftar Isi………………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

BAB II STATUS PASIEN……………………………………………….…….....3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..…43

BAB IV KESIMPULAN………………………………………………….……..58

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………59
1

BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai perubahan baik secara biologis, fungsional, namun sosial

ekonomi terjadi pada orang lanjut usia, di mana dalam medis terlingkup dalam

geriatri dengan batas usia di atas 65 tahun (Sieber, 2007). Menua didefisikan

sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang lemah

dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara

eksponensial. Menua adalah suatu proses normal dan tidak selalu menyebabkan

gangguan fungsi organ atau penyakit, kecuali dengan keterlibatan faktor lain

seperti genetik, lingkungan, dan gaya hidup. Secara umum, pada proses penuaan

terjadi penurunan kapasitas fungsional baik pada tingkat selular atau organ

sehingga orang usia lanjut tidak berespon terhadap berbagai rangsangan dan sulit

memelihara homeostasis tubuhnya. Efek dari penurunan fungsi tersebut yaitu

kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan

lingkungan, serta hilangnya mobilitas dan ketangkasan (Setiati dkk., 2014).

Penerapan klinis dari mengetahui proses penuaan pada usia lanjut yaitu

membedakan pengelolaan masalah medis pada orang lanjut usia dengan orang

usia muda. Hal tersebut penting karena diharapkan pengobatan pada pasien usia

lanjut dapat terarah pada patologi yang dapat diobati dan menghindari pengobatan

terhadap proses penuaan normal. Selain itu, pengkajian dari orang lanjut usia

harus lebih holistik karena proses menua tidak terbatas pada sisi biologis. Pada

proses penuaan juga terjadi banyak kehilangan secara sosial dan ekonomi, seperti

kehilangan status dan mata pencaharian akibat pensiun, kehilangan teman dan

keluarga, kecemasan terhadap keamanan pribadi dan finansial serta ketakutan


2

ketergantungan. Keseluruhan hal tersebut terangkum dalam masalah-masalah

yang sering muncul di geriatri yang dikenal dengan 14I, yaitu: imobilisasi,

instabilitas, inkontinensia, gangguan intelektual, infeksi, gangguan pendengaran

dan penglihatan, isolasi, inanisi (malnutrisi), iatrogenesis, insomsia, defisiensi

imun, konstipasi (impaction), berkurangnya keuangan (impecunity), dan

impotensi. Masing-masing masalah tersebut dapat memiliki etiologi yang

beragam dan dokter serta tenaga kesehatan harus mendapat informasi riwayat

penyakit yang cukup untuk menentukan sebab serta tatalaksana yang tepat (Setiati

dkk., 2014; PMK No 67, 2015).

Pengkajian geriatri paripurna (comprehensive geriatric assesment)

merupakan pendekatan khusus yang penting untuk diimplementasikan pada

pasien lanjut usia. Tujuan pendekatan ini yaitu untuk mempertimbangkan aspek

sosial, biologis dan psikologis sehingga didapatkan rencana penatalaksanaan

optimal baik secara preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Pendekatan ini harus

interdisiplin, intensitas perawatan lebih tinggi, rehabilitasi medik, keterlibatan

psikiatri, komunikasi antarpakar yang intens, tindak lanjut yang terus menerus,

serta penyesuaian pengobatan sesuai dengan perkembangan pasien (Setiati dkk.,

2014).
3

BAB II
STATUS PASIEN

1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Simanjuntak

Tanggal Lahir : 11 Maret 1941 (81 Tahun)

No. Rekam Medis : 975***

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status perkawinan : Menikah (janda)

Nama keluarga penanggung jawab : Davrosa

Nama pelaku rawat di rumah : Davrosa

Jumlah anak : 9 orang

Alamat : Pulo Gadung

Agama : Kristen protestan

Suku bangsa : Batak

Pendidikan : SMA

Jenis Pembiayaan : BPJS

Tanggal Masuk RS : 14 Januari 2023

Ruang Perawatan : Paviliun Soediro Kertohusodo lt 2

II.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan

pasien dan suaminya di Paviliun Soediro Kertohusodo RSPAD Gatot

Subroto Lantai 2 pada 16 Januari 2023.


4

A Keluhan Utama

Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 1 hari sebelum masuk

rumah sakit.

B Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSPAD pada tanggal 14/01/23 jam 21.40

malam dengan keluhan sesak napas yang memburuk sejak 3 jam

SMRS. Sesak napas sudah dirasakan sejak 1 hari sebelumnya. Keluhan

timbul dikarenakan obat rutin pasien habis, namun pasien tidak

mengatakannya kepada keluarganya. Pasien sempat berobat ke

puskesmas pada tanggal 13 Januari untuk mengatasi keluhannya dan

diberi obat vitamin B kompleks, namun tidak membaik. Pada tanggal

14 Januari, keluhan sesak napas memburuk. Sesak napas dirasakan

timbul secara perlahan dan semakin memberat. Sesak dirasakan

memberat apabila pasien tidur terlentang dan berkurang saat duduk

atau tidur menggunakan bantal lebih dari 2. Sesak napas dirasakan

sama saja ketika malam maupun pagi hari dan tidak disertai suara

napas tambahan. Sebelum masuk ke IGD, pasien pernah terbangun

dari tidur karena sesak. Sesak tidak disertai nyeri dada, namun disertai

batuk berdahak. Batuk berdahak dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk

rumah sakit, terjadi pada malam maupun siang hari. Dahak berwarna

kuning kehijauan kental. Sesak juga disertai dengan rasa mual dan

kembung yang tidak membaik setelah makan.

Selain sesak, pasien juga mengeluhkan lemas dan mudah capek

ketika berjalan atau beraktivitas. Lemas dan mudah capek tidak


5

disertai dengan muntah darah, BAB hitam, BAK seperti teh, mimisan,

gusi berdarah, memar, pasien sudah menopause dan tidak lagi

menstruasi. Pasien mengaku sudah beberapa bulan terakhir mengalami

penurunan nafsu makan, makan hanya 5 sendok sebanyak 2-3 kali, dan

terkadang hanya ingin minum susu saja. Keluarga mengatakan terjadi

penurunan berat badan kurang lebih sekitar 3 kg pada pasien dalam

beberapa bulan terakhir.

Tidak ada demam atau keringat di malam hari sebelum masuk

rumah sakit. Tidak ada bengkak, muntah, nyeri perut, mencret,

menggigil, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, nyeri sendi, pilek, gejala

kuning, dan benjolan di daerah perut. Anak pasien mengatakan BAK

pasien sedikit dan terkadang sedikit berbusa, namun warna kuning

jernih dan tidak nyeri saat berkemih, pasien juga tidak dapat menahan

kencing dan sering mengompol. BAB pada pasien seringkali sulit

karena bab keras dan hal tersebut diatasi dengan pemberian microlac,

warna bab coklat normal dan tidak disertai darah. Pasien memiliki

penyakit ginjal kronik dan hipertensi, riwayat alergi makanan udang

dan ikan teri, namun tidak memiliki riwayat asma. Penyakit gula pada

pasien disangkal.

C Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah didiagnosis mengalami penyakit jantung koroner

pada tahun 2010 dan penyakit ginjal kronik pada tahun 2016 disertai

riwayat bengkak pada kedua kaki. Riwayat penyakit paru, hati, stroke,

keganasan disangkal.
6

D Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien.

Tidak ada aggota keluarga serumah yang mengalami batuk atau

demam. Adik pertama pasien memiliki penyakit DM, adik kedua

pasien meninggal akibat sirosis hepatis. Riwayat hipertensi, jantung,

paru, keganasan, stroke pada keluarga disangkal.

E Riwayat Pengobatan

Pasien mengkonsumsi obat jantung, obat ginjal, dan obat hipertensi

secara rutin, namun saat ini obat-obatan pasien habis dan keluarga

pasien tidak ingat nama obat yang dikonsumsi, selain Amlodipine dan

Isosorbid Dinitrate.

F Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien tinggal di rumah bersama cucu dan anak-anaknya, satu

rumah ber 7. Pasien menikah umur 18 tahun namun saat ini suami

pasien sudah meninggal dan pasien memiliki 9 anak. Pasien jarang

keluar rumah, aktivitas yang dilakukan pasien dirumah adalah

menonton tv dan menjemur pakaian. Keperluan sehari-hari pasien

berasal dari anak-anaknya. Pasien makan 2-3 kali sehari 5 sendok

makan, berupa nasi lembek karena pasien susah mengunyah. Lauk

yang biasa dikonsumsi oleh pasien adalah nasi, sayur, dan ayam, dan

jarang makan daging. Pasien tidak pernah merokok, konsumsi

minuman keras maupun obat terlarang. Pasien menyukai makanan

yang pedas dan asin tetapi tidak suka dengan makanan manis.
7

II.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak lemas, sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis. GCS E4M6V5

Tanda Vital :

Suhu : 36 oC

Nadi : 83 x/menit, reguler, kuat isi cukup

Tekanan Darah : 141/81 mmHg

Laju Pernapasan : 20 x/menit

Saturasi O2 : 98 % room air

VAS :0

Status Gizi :

Berat badan (BB) : 60 kg

Tinggi Badan (TB) : 165 cm

Indeks Massa Tubuh : 22.03 (Normoweight)

LLA : 23 cm

Status Generalis

Kepala : Normocephalic, rambut terdistribusi rata,

berwarna putih, tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil

isokor, cekung (-/-), refleks cahaya langsung dan

tidak langsung (+/+)

Telinga : Normotia, sekret telinga (-/-)


8

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-) cavum nasi dextra

dan sinistra, konka kiri dan kanan tidak

hiperemis, napas cuping hidung (-/-) masa (-/-)

Tenggorokan : Tonsil T1-T1, uvula letak tengah, faring tidak

hiperemis

Mulut : Bibir kering, tidak sianosis, perdarahan gusi dan

gigi (-), atrofi papil lidah (-), coated tongue (-),

lidah tremor (-), beberapa gigi tidak ada.

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB, tidak teraba

pembesaran tiroid, JVP 5+3, deviasi trakea (-)

Thorax

Pulmo

Inspeksi : Normochest, gerakan dada simetris,

kedalaman nafas cukup, tidak ada retraksi,

tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pengembangan

thorax simetris, vocal fremitus (+) pada

lapang paru kiri, kanan, depan, belakang

Perkusi : Pekak pada basal paru kanan-kiri

Auskultasi : Vesicular breathing sound pada kedua

lapang paru (+/+), ronkhi (+/+) minimal di

basal paru, wheezing (-/-)


9

Cor

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V mid

klavikularis sinistra

Perkusi : Batas jantung kanan ICS 4 linea

parasternalis dekstra, batas pinggang jantung

ICS 3 linea parasternalis sinistra, batas

jantung kiri dua jari kearah lateral dari ICS

V linea midklavikularis sinistra. Kesan

kardiomegali.

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, Distensi (-), massa (-). venektasi

(-), caput medusa (-), spider naevi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan limfa tidak

teraba.

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, nyeri

ketok CVA (-/-), shifting dullness (-),

undulasi (-).

Ekstremitas

Akral hangat, sianosis (-/-), CRT < 2, koilonikia (-/-), edema

(-/-), ptekie (-/-), purpura (-/-)


10

II.4 Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)

II.4.1 Abbreviated Mental Test (AMT)

No. Pertanyaan Skor

1 Berapa umur Anda 0

2 Jam berapa sekarang? 1

3 Dimana alamat rumah Anda? 0

4 Tahun berapa sekarang? 0

5 Saat ini kita berada di mana? 1

6 Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat? 1

7 Tahun berapa Indonesia merdeka? 1

8 Siapa nama presiden RI sekarang? 0

9 Tahun berapa Anda lahir? 1

10 Menghitung mundur dari 20 sampai 1 1

Jumlah Skor 6

Keterangan :
Skor 0-7 mengindikasikan terdapat gangguan fungsi kognitif
Skor 8-10 mengindikasikan tidak terdapat gangguan fungsi kognitif
Pada pasien : Terdapat gangguan fungsi kognitif

II.4.2 Geriatric Depression Scale (GDS)

No Pertanyaan Skor

1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan YA TIDAK


kehidupan anda?

2. Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK

3. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK

4. Apakah Anda lebih senang tinggal di YA TIDAK


rumah daripada pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
11

5. Apakah Anda merasa tidak berharga seperti YA TIDAK


perasaan Anda saat ini?

Keterangan :
Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal; setiap jawaban bercetak
tebal mempunyai nilai 1
Skor lebih dari sama dengan 2 menunjukkan kemungkinan depresi dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut dengan 15 item GDS.
Pada pasien : Tidak terdapat kemungkinan depresi

II.4.3 FRAIL Score

KRITERIA PENGUKURAN DAN CUT-OFF POINT

Fatigue/Kelelahan “Dalam 4 minggu terakhir berapa banyak waktu / seberapa


sering Anda merasa kelelahan?”
Jawaban pasien : “Seringkali merasa lemas”
Skor : 1
Resistance/ Daya “Apakah Anda mengalami kesulitan untuk naik tangga
Tahan/ Kelemahan sebanyak 10 anak tangga secara mandiri tanpa istirahat dan
tanpa menggunakan alat bantu?”
Jawaban pasien : “Tidak berani naik tangga karena takut
jatuh”
Skor : 1
Ambulation/ “Apakah Anda mengalami kesulitan untuk berjalan
Kecepatan beberapa ratus meter sendiri tanpa alat bantu?”
Jawaban pasien : “Sulit”
Skor : 1
Illness / Penyakit Hasil dinilai positif bila subjek melaporkan 5 atau lebih
penyakit dari 11 (hipertensi, diabeter, kanker selain kanker
kulit minor, penyakit paru kronis, serangan jantung,
penyakit jantung kongestif, angina, asma, artritis dan sakit
ginjal)
12

Jawaban pasien : “Hipertensi”


Skor : 0
Loss of Weight / Hasil dinilai positif bila terdapat penurunan perat badan 5%
Penurunan Berat atau lebih dalam 12 bulan terakhir
Badan
Jawaban pasien : “Tidak menimbang dalam 1 tahun
belakangan, namun 4 tahun lalu sebelum terkena Parkinson
berat badanya 73, saat ini hanya 54”
Skor : 1

Keterangan :
Fit/Robust : 0
Pre-frail : 1-2
Frail : 3-5
Pada pasien : Frail (Skor 4)
13

II.4.4 Mini Nutritional State

A.Apakah asupan makanan berkurang E.Gangguan Neuropsikologis


selama 3 bulan terakhir karena 0 = depresi berat atau kepikunan
kehilangan nafsu makan, gangguan berat
pencernaan, kesulitan mengunyah atau 1= kepikunan ringan
menelan? 2= tidak ada gangguan psikologis
0 = Asupan makanan sangat berkurang SKOR PASIEN : 2
1 = asupan makanan agak berkurang
2 = asupan makanan tidak berkurang F.Indeks Massa Tubuh (IMT)
SKOR PASIEN : 1 (berat dalam kg)/(tinggi dalam
m2)
B.Penurunan berat badan selama 3 bulan 0 = IMT <19
terakhir 1= IMT 19 – 21
0 = Penurunan berat badan lebih dari 3 kg 2= IMT 21 - 23
1= Tidak tahu 3= IMT lebih dari sama dengan 23
2= penurunan berat badan antara 1-3 kg SKOR PASIEN : 2
SKOR PASIEN : 1

C.Mobilitas
0 = terbatas di tempat tidur atau kursi
1= mampu bangun dari tempat tidur/kursi
tetapi tidak bepergian ke luar rumah
2= dapat bepergian ke luar rumah
SKOR PASIEN : 2

D.Menderita tekanan psikologis atau


penyakit yang berat dalam 3 bulan
terakhir
0 = ya
2= tidak TOTAL SKOR 10
SKOR PASIEN : 2

Skor PENAPISAN (Subtotal maksimum 14 poin)


Skor 12-14 : Status gizi normal
Skor 8-11 : beresiko malnutrisi
Skor 0-7 malnutrisi
Atau jika IMT <19 : Beresiko malnutrisi
Pada pasien : Beresiko malnutrisi
14

II.4.5 Kesimpulan P3G

Instrumen Hasil

AMT Tidak terdapat gangguan fungsi


kognitif
Geriatric Depression Scale Tidak terdapat kemungkinan depresi

Skor Frail Frail

Mini Nutritional State Beresiko malnutrisi

II. 5 Pengkajian Medis Usia Lanjut

II.5.1 Anamnesis Sistem

1. Jantung dan pembuluh darah Ya Tidak

A Nyeri/ rasa berat di dada ✔ ✔


B Sesak Nafas pada waktu kerja ✔✔
C Terbangun tengah malam karena sesak ✔✔
D Sesak saat berbaring tanpa bantal ✔✔
E Bengkak pada kaki dan tungkai ✔ ✔
2. Paru ✔ ✔
A Sesak nafas ✔✔
B Demam ✔ ✔
C Batuk, dahak ✔✔
3. Saluran lambung usus ✔ ✔
A Nafsu makan menurun ✔
B Gangguan menelan ✔
C Gangguan mengunyah ✔
D Sakit perut ✔
E Perut terasa kembung ✔
F Mencret ✔
G Tinja berdarah ✔
15

H Pembuangan tinja tiap hari ✔


4. Saluran kemih

A Gangguan berkemih (termasuk ✔


inkontinensia urin)
B Nyeri saat berkemih ✔
C Pancaran air kemih kurang ✔
D Air kemih menetes ✔
E Bangun malam untuk berkemih ✔
5. Darah

A Mudah timbul lebam di kulit ✔


B Bila luka pendarahan lambat berhenti ✔
C Kelenjar getah bening bengkak ✔
6. Sendi otot

A Kekakuan sendi ✔
B Bengkak sendi ✔
C Nyeri otot ✔
7. Endokrin

A Benjolan di leher (depan/samping) ✔


B Gemeteran ✔
C Lebih suka udara dingin ✔
D Banyak keringat ✔
E Lekas Lelah/lemas ✔
F Berat badan turun ✔
G Operasi gondok ✔
H Rasa haus bertambah ✔
I Mudah mengantuk ✔
J Tidak tahan dingin ✔
16

K Sering lupa, sulit berkonsentrasi, lambat ✔


berpikir
L Mudah tersinggung ✔
8. Saraf

A Pusing/sakit kepala (rasa berputar , tanpa ✔


rasa berputar)
B Kesulitan mengingat sesuatu/konsentrasi ✔
C Pingsan sesaat ✔
D Gangguan penglihatan ✔
E Gangguan pendengaran ✔
F Rasa baal/ kesemutan anggota badan ✔
G Kesulitan tidur ✔
H Kelemahan anggota tubuh ✔
I Lumpuh ✔
J Kejang- kejang ✔
9. Jiwa

A Sering lupa ✔
B Kelakuan aneh ✔
C Mengembara ✔
D Murung ✔
E Sering nangis ✔

II.5.2 Penapisan Depresi

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK

2. Apakah anda telah meninggalkan banyak YA TIDAK


kegiatan dan minat atau kesenangan anda?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda YA TIDAK


kosong?

4. Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK


17

5. Apakah anda mempunyai semangat baik YA TIDAK


setiap saat

6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang YA TIDAK


buruk akan terjadi kepada anda?

7. Apakah anda merasa Bahagia untuk YA TIDAK


Sebagian besar hidup anda?

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya YA TIDAK

9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah YA TIDAK


daripada pergi ke luar dan mengerjakan
sesuatu hal yang baru?

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak YA TIDAK


masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan orang?

11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda YA TIDAK


sekarang ini menyenangkan?

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti YA TIDAK


perasaan anda saat ini?

13. Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK

14. Apakah anda merasa keadaan anda tidak YA TIDAK


ada harapan?

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih YA TIDAK


baik keadaanya daripada anda?

Skor 4
Skor : hitung berdasarkan jawaban bercetak tebal Tidak depresi
(tiap jawaban bercetak tebal bernilai 1)
5-9 : kemungkinan besar depresi
10 : depresi
18

II.5.3 PENGKAJIAN STATUS MENTAL MINI

Nilai Nilai PERNYATAAN


maksima
l

ORIENTASI

5 5 Sekarang ini (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari)


apa?

5 5 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah


sakit), (lantai kamar)

REGISTRASI

3 3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: satu detik


untuk setiap benda. Kemudian pasien diminta mengulangi
nama ketiga objek tadi. Berilah nilai 1 untuk tiap nama
objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien
menyebut dengan benar: (kertas, pulpen, botol)
Hitunglah jumlah percobaan dan carilah: 1 kali

ATENSI DAN KALKULASI

5 5 Pengurangan 100 dengan 7 Nilai 1 untuk setiap jawaban


yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara
terbalik kata “ W A H Y U “ (Nilai diberi pada huruf yang
benar sebelum kesalahan; missal: UYAHW = 2 nilai)

MENGENAL KEMBALI

3 3 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek diatas tadi.


Berikan nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.

BAHASA

2 2 Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil dan arloji

1 1 Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut : “JIKA


TIDAK, DAN ATAU TAPI “

3 0 Pasien disuruh melakukan perintah: “ Ambil kertas itu


dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di
lantai”

1 1 Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah


kalimat “pejamkan mata anda”
19

1 0 Pasien disuruh menulis kalimat lengkap dengan spontan


( tulis apa saja )

1 0 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini

TOTAL 25 Tidak ada gangguan kognitif

Interpretasi Nilai MMSE

● 25-30 : tidak ada gangguan kognitif 


● 20-24 : dicurigai ada gangguan kognitif
● <20 : ada gangguan kognitif

II.5.4 STATUS FUNGSIONAL (INDEKS ADL BARTHEL)

Fungsi Skor Skor Keterangan


Sesudah
Sebelum

1. Mengendalikan 2 1 0.Tak terkendali / tak teratur


rangsang (perlu pencahar)
pembuangan tinja
1. Kadang- kadang tak
terkendali ( 1x seminggu)
2. Terkendali teratur

2. Mengendalikan 2 2 0.Tak terkendali atau pakai


rangsang kateter
berkemih 1. Kadang – kadang tak
terkendali ( hanya 1 x /24 jam)
2. Mandiri
3. Membersihkan 1 1 0. Butuh pertolongan orang lain
diri ( seka muka,
1. Mandiri
sisir rambut, sikat
gigi)

4. Penggunaan 2 1 0.Tergantung pertolongan orang


jamban, masuk lain
dan keluar
1.Perlu pertolongan pada
(melepaskan,
beberapa kegiatan tetapi dapat
memakai celana,
mengerjakan sendiri beberapa
membersihkan
kegiatan yang lain
20

menyiram) 2. Mandiri

5. Makan 2 1 0.Tidak mampu


1.Perlu ditolong memotong
makanan
2.mandiri

6. Berubah sikap 3 2 0.Tidak mampu


dari berbaring ke
1.Perlu banyak bantuan untuk
duduk
bisa duduk ( 2 orang)
2.Bantuan minimal 1 orang
3.Mandiri

7. Berpindah / 3 2 0.Tidak mampu


berjalan
1.Bisa (pindah) dengan kursi
roda
2.Berjalan bantuan dengan satu
orang
3.Mandiri

8. Memakai baju 2 2 0.Tergantung orang lain


1.Sebagian dibantu (misalnya
mengancing baju)
2.Mandiri

9. Naik turun tangga 0 0 0.Tidak mampu


1.Butuh pertolongan
2.Mandiri

10. Mandi 1 1 0.Tergantung orang lain


1.Mandiri

TOTAL SKOR 19 13 Ketergantungan Ringan

Skor BAI
● 20: Mandiri
● 12-19 : ketergantungan ringan
21

● 9-11 : ketergantungan sedang


● 5-8 : ketergantungan berat
● 0-4 : ketergantungan total

II.5.5 SKOR INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING


1 Kemampuan menggunakan telepon
a. Menggunakan telepon atas inisiatif sendiri, mampu mencari dan 1
memencet nomor telepon
b. Mampu memencet beberapa nomor telepon yang diketahui 1
c. Hanya bisa menjawab telepon tapi tidak mampu memencet nomor telepon 1

d. Sama sekali tidak menggunakan telepon 0

2 Berbelanja
a. Mampu menangani semua kebutuhan belanja secara mandiri 1
b. Mampu berbelanja sendiri untuk barang – barang kecil 0
c. Perlu ditemani setiap kali berbelanja 0

d. Sama sekali tidak bisa berbelanja 0

3 Menyiapkan makanan
a. Merencanakan, menyiapkan / memasak, dan menyajikan makanan secara 1
mandiri
b. Menyiapkan / memasak makanan jika bahannya sudah disediakan 0
c. Memanaskan, menyajikan, dan menyiapkan makanan namun tidak 0
memenuhi kebutuhan yang cukup
d. Perlu bantuan menyiapkan/ memasak dan menyajikan makanan 0
22

4 Urusan rumah tangga


a. Memelihara rumah sendiri atau sekali-sekali perlu bantuan untuk 1
pekerjaan yang berat
b. Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan seperti mencuci 1
piring dan merapihkan tempat tidur
c. Melakukan pekerjaan rumah tangga ringan namun kurang baik/ tidak 1
bersih

d. Bantuan untuk semua pekerjaan rumah tangga 1

e. Sama sekali tidak mampu melakukan pekerjaan rumah tangga 0

5 Mencuci pakaian
a. Mampu mencuci pakaian sendiri 1
b. Mampu mencuci pakaian-pakaian yang ringan, seperti kaos kaki, dll 1
c. Kegiatan mencuci pakaian dilakukan oleh orang lain 0

6 Penggunaan transportasi
a. Dapat berpergian dengan menggunakan kendaran umum atau menyetir 1
sendiri
b. Dapat bepergian dengan taxi, bajaj, atau ojeg namun tidak dengan 1
kendaraan umum.
c. Dapat bepergian dengan kendaraan umum jika ditemani 1

d. Bepergian hanya dengan taxi atau mobil sendiri dengan ditemani 1

e. Sama sekali tidak mampu berpergian 0

7 Tanggung jawab terhadap obat sendiri


a. Mampu bertanggung jawab terhadap minum obat dengan dosis dan waktu 1
yang tepat
b. Mampu bertanggung jawab terhadap obat jika telah disiapkan 1
c. Tidak mampu minum obat sendiri 0
23

8 Mampu mengatur keuangan


a. Mampu mengatur masalah keuangan sendiri (merencanakan, membuat 1
catatan, membayar tagihan, dll)
b. Mampu mengatur belanja sehari – hari, namun perlu bantuan dalam hal 1
perbankan, dll
c. Tidak mampu mengatur keuangan sendiri 0

Skor total antara 0 – 8


Skor pasien : 4 (Ketergantungan)

II.5.6 Status Nutrisi (Mini Nutritional Assessment) (MNA)

PENAPISAN (SCREENING)
A. Apakah ada penurunan asupan makanan dalam jangka waktu 3 bulan oleh
karena kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan menela,
atau mengunyah?
0 = nafsu makan yang sangat berkurang
1 = nafsu makan sedikit berkurang (sedang)
2 = nafsu makan biasa saja
B. Penurunan berat badan dalam waktu 3 bulan terkakhir
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan berat badan 1-3 kg
3 = tidak ada penurunan berat badan
C. Mobilitas
0 = harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
1 = bisa keluar dan tempat tidur/ kursi roda, tetapi tidak bisa ke luar rumah
2 = bisa keluar rumah
D. Menderita stress psikologis / penyakit akut 3 bulan terakhir
0 = Iya
2 = Tidak
E. Masalah neuropsikologis
24

0 = demensia berat atau depresi berat


1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah psikologis
F. Indeks massa tubuh (IMT) berat badan dalam kg/tinggi badan dalam m2
0= IMT < 19
1= IMT 19 - < 21
2= IMT 21 - < 23
3 = IMT 23 atau lebih
Total : 10 (subtotal maximum 14 poin)
Skor > 12: Normal, tidak beresiko --> tidak perlu melanjutkan form pengkajian
Skor < 11 : Kemungkinan malnutrisi --> lanjutkan pengkajian
PENGKAJIAN (ASSESSMENT)
G. Hidup mandiri, tidak tergantung orang lain (bukan di rumah sakit/ panti
werdha)
0 = Tidak
1 = Iya
H. Minum obat lebih dari 3 macam dalam 1 hari
0 = Iya
1 = Tidak
I. Terdapat ulkus dekubitus luka tekan / luka di kulit
0 = Iya
1 = Tidak
J. Berapa kali pasien makan lengkap dalam 1 hari?
0 = 1 kali
1 = 2 kali
2 = 3 kali
K. Konsumsi BM tertentu yang diketahui sebagai BM sumber protein
(asupan protein)
● Sedikitnya 1 penukar dari produk susu (susu, keju, yogurt) per hari
( Ya/ Tidak)
● Dua penukar atau lebih atau lebih dari kacang – kacangan atau telur
per minggu ( Ya / Tidak)
25

● Daging, ikan, atau unggas tiap hari (Ya/ Tidak)


0 = jika 0 atau 1 pertanyaan jawabannya “ya”
0.5 = jika 2 pertanyaan jawabannya “ya”
1.0 = jika 3 pertanyaan jawabannya “ya”
L. Adakah mengkonsumsi 2 penukar atau lebih buah atau sayuran perhari?
0 = Tidak
1 = Ya
M. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu ….) yang di minum setiap
hari
0 = kurang dari 3 gelas
0.5 = 3 sampai 5 gelas
1.0 = lebih dari 5 gelas
N. Cara makan
0 = tidak dapat makan tanpa bantuan
1 = makan sendiri dengan sedikit kesulitan
2 = dapat makan sendiri tanpa masalah
O. Pandangan pasien terhadap status gizinya
0 = Merasa dirinya kekurangan makan/ kurang gizi
1 = Tidak dapat menilai tidak yakin akan status gizinya
2 = Dapat makan sendiri tanpa masalah
P. Dibandingkan dengan orang lain yang seumur, bagaimana pasien
melihat status kesehatannya?
0 = tidak sebaik mereka
0.5 = tidak tahu
1.0 = sama baik
2.0 = lebih baik

Q Lingkar lengan atas (LLA) dalam cm


0 = LLA < 21
1.0 = LLA ≥ 22 (Pada pasien 22 cm)

R. Lingkar betis (LB) dalam cm


0 = LB < 31
26

1 = LB ≥ 31 (Pada pasien 33 cm)

Skor PENGKAJIAN (maksimum 16) = 9.5


Skor PENAPISAN = 10
Penilaian total (maksimum 30 poin) = 19.5
SKOR INDIKATOR MALNUTRISI
● 17 sampai 23.5 poin : risiko malnutrisi
● Kurang dari 17 poin : malnutrisi
Kesimpulan : Resiko Malnutrisi

II.5.7 STATUS KUALITAS HIDUP (EQ5D)


Mohon beri tanda pada kotak □ yang paling sesuai untuk pernytaan tentang
tingkat kesehatan Bapak/ Ibu
1 MOBILITAS
a Saya tidak mempunyai masalah untuk berjalan
✔ b Saya ada masalah untuk berjalan
c Saya hanya mampu berbaring

2. PERAWATAN DIRI SENDIRI


✔ a Saya tidak mempunyai kesulitan dalam perawatan diri
sendiri.
b Saya tidak mengalami kesulitan untuk membasuh badan,
mandi, atau berpakaian.
c Saya tidak mampu membasuh badan, mandi, atau berpakaian
sendiri.
27

3. AKTIVITAS SEHARI -HARI ( misalnya pekerjaan rumah tangga,


aktivitas keluarga, bersantai)
a Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari saya
✔ b Saya mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan
kegiatan sehari -hari
c Saya tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari – hari

4. RASA NYERI / RASA TIDAK NYAMAN


a Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tidak
nyaman
✔ b Saya merasakan agak nyeri/ agak kurang nyaman
c Saya menderita karena keluhan rasa nyeri atau tidak nyaman

5. RASA CEMAS
✔ Saya tidak cemas/ gelisah atau depresi ( jiwa tertekan)

b Saya kadang merasa agak cemas atau depresi


c Saya merasa sangat cemas atau sangat depresi
28

BAGIAN KEDUA DARI EQ-5D

Untuk membantu menyatakan tingkat kesehatan Bapak / Ibu, Berikut ini adalah
sebuah alat ukur dengan skala yang dapat menggambarkan tingkat Kesehatan
yang menurut bapak/ ibu paling sesuai. Jika tingkat Kesehatan yang dirasakan
sangat baik maka dapat ditandai ke angka 100 sedangkan jika tingkat Kesehatan
bapak/ibu sangat buruk maka dapat diberi tanda di angka 0
29

II. 6. Pemeriksaan Penunjang

II.6.1 Elektroforesis Hemoglobin (07/10/22)

Jenis Pemeriksaan Hasil Hasil Rujukan

HbA2 4.2 1.5-3.7%

HbF 1.1 0-2.0%

Kesan Anemia mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, dan

mengesankan beta thalassemia trait

II.6.2 Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan


Nilai Rujukan
27/10/22 28/10/22
(Pre transfusi) (Post transfusi)

Hematologi Lengkap

Hemoglobin 7.4 10.3 12.0 - 16.0 g/dL

Hematokrit 22 30 37 - 47 %

Eritrosit 3.4 4.3 4.3 - 6.0 juta/L

Leukosit 7180 7490 4,800 - 10,800 /L

Trombosit 246000 196000 150.000 - 400.000 /L

Hitung Jenis :

- Basofil 0 0 0-1%

- Eosinofil 2 1 1-3%
30

-Neutrofil 75 71 2-6%

- Limfosit 14 19 50 - 70 %

- Monosit 9 9 20 - 40 %

MCV 67 70 80 - 96 fL

MCH 22 24 27 - 32 pg

MCHC 33 34 32 - 36 g/dL

RDW 20.60 21.50 11.5 - 14.5 %

Kimia Klinik

SGOT 18 < 35 U/L

SGPT 12 < 40 U/L

Albumin 3.4 3.5 – 5.9 g/dL

Ureum 34 20 - 50 mg/dL

Kreatinin 1.01 0.5 - 1.5 mg/dL

eGFR 55.75 > 90 : normal atau

tinggi

60-89 :penurunan

ringan

45-59 :penurunan

ringan sampai sedang

30-44 :penurunan
31

sedang sampai berat

15-29 :penurunan

berat

<15 : gagal ginjal

mL/mnt/1.73m2

Natrium (Na) 139 135 - 147 mmol/L

Kalium (K) 2.9 3.5 - 5.0 mmol/L

Klorida (Cl) 102 95 - 105 mmol/L

Kalsium (Ca) 8.0 8.6 – 10.3 mg/dL

Magnesium (Mg) 1.76 1.8 – 3.0 mg/dL


32

II.6.3 Foto Thoraks (27 Oktober 2022)

Foto Thorax AP Supina

 Jantung kesan ukuran membesar

 Aorta dan mediastinum superior tidak melebar

 Trakea relatif di tengah. Kedua hilus tampak suram

 Tampak infiltrat di lapang bawah paru knan-kiri

 Tulang-tulang tervisualisasi optimal kesan intak

 Kesan : Kardiomegali, infiltrat di lapang bawah paru dd/

Pneumonia

II.6.4 Echocardiography (1 November 2022)

 Kontraktilitas fungsi LV dan RV baik

 LVH konsentrik

 Global normokinetik

 Katup-katup fungsi dalam batas normal

 Disfungsi grade I dengan normal LAP

 Tidak tampak efusi perikardium, SEC dan thrombus dari TTE


33

II.7 Resume

Pasien Ny. RH, 72 tahun, datang akibat nyeri di kedua paha 1 hari SMRS,

terus menerus, jadi sulit berjalan, VAS 7, sering muncul dalam 5 bulan terakhir

dan membaik dengan obat Parkinson. Kedua tungkai bengkak sejak 5 bulan lalu,

tidak ada sesak, sulit berjalan, membaik dengan furosemid, dan tidak perlu bantal

ditumpuk. Badan lemas 1 bulan SMRS, tampak pucat dan lesu, tidak dipengaruhi

makanan, mengaku asupan nutrisi cukup dengan makan 2 kali sehari dengan

sayur, buah dan lauk daging hewani atau telur. Mengeluhkan konstipasi sejak

2021 akibat konsumsi suplemen zat besi, feses keras, 3 hari sekali, warna

kecokelatan. Pasien memiliki penyakit Parkinson sejak 4 tahun lalu, thalassemia B

minor baru terdiagnosis Oktober 2022, dan darah tinggi sejak 18 tahun lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, kesan batas jantung

kardiomegali, abdomen distensi dengan bising usus meningkat (35x/menit),

ekstremitas atas terdapat rigiditas dan ekstremitas bawah terdapat pitting edema di

belakang malleolus medial.

Status geriatri pada P3G menunjukan frail score termasuk ke dalam kategori

frail dengan skor 4 dan mini nutritional state termasuk resiko malnutrisi dengan

skor 10. Pada Pengkajian Medis Usia Lanjut didapatkan Indeks Adl Barthel

ketergantungan ringan dengan skor 13 dari total 20, dan mini nutritional

assessment hasil skor nya 19.5 yang masuk ke kategori resiko malnutrisi.
34

Pemeriksaan penunjang didapatkan HbA2 meningkat (kesan thalassemia B

minor), Hb post transfusi 10.3, hematokrit 30, MCV 70, MCH 24, RDW 21.50,

rontgen thorax AP kesan kardiomegali, echocardiography kesan LVH konsentrik

II. 8 Daftar Masalah

1. Sindrom Geriatri (Instabilitas, Frailty, Resiko Malnutrisi dan Impaksi)

2. Penyakit Parkinson

3. Thalassemia B Minor

4. HHD dd/ Kardiomiopati akibat Hemosiderosis

II.9 Analisa Masalah

II.9.1 Sindrom Geriatri (Instabilitas, Frailty, Resiko Malnutrisi dan Impaksi)

 Anamnesis : Instabilitas didasarkan pada penyakit Parkinson yang dimiliki

pasien sehingga terdapat resiko mudah jatuh. Impaksi didasarkan pada

pasien frekuensi BAB 3 hari sekali dengan konsistensi keras. Terdapat

resiko malnutrisi, terutama karena pasien mengalami penurunan berat

badan dalam 4 tahun terakhir.

 Pemeriksaan Fisik : Mendukung konstipasi dengan adanya distensi

abdomen dan peningkatan bising usus

 Pemeriksaan Penunjang : Mendukung resiko malnutrisi dengan penurunan

albumin.

 Rencana diagnosis : Pertimbangkan rujuk ke Sp.PD sub GEH untuk

kolonoskopi untuk mencari etiologi impaksi jika tidak membaik dengan

intervensi perubahan diet dan farmakologi.


35

 Rencana Tatalaksana :

o Tatalaksana instability dan frailty : Rujuk ke rehabilitasi medik dan

Sp.S untuk persiapan fisioterapi saat rawat jalan dan tatalaksana

farmakologis penyakit Parkinson saat ini

o Tatalaksana resiko malnutrisi : Konsultasi ke Sp.GK untuk

perbaikan nutrisi saat rawat jalan

o Diet nutrisi 35kkal/kgBB (1890 kkal) dengan komposisi 55-65%

karbohidrat, 10-35% protein dan 20-35% lemak terbagi dalam 3

kali makanan lunak. Perkali makan 100 g karbohidrat (409kkal),

31 g protein (126kkal), dan 10 g lemak (95kkal).

o Tatalaksana impaksi : Perbaikan gaya hidup dan diet seperti

penjadwalan BAB setelah makan dan meningkatkan konsumsi

serat dengan rekomendasi 20-35 gram per hari yang ditingkatkan

perlahan untuk menghindari efek samping gastrointestinal seperti

perut kembung. Jika tidak membaik maka dapat diberikan

farmakologi lactulose (lactulax) 10-15 mL dapat dibagi dua kali

sehari.
36

II.9.2 Acute Decompensation Heart Failure

 Anamnesis : Pasien mengalami sesak yang perlahan semakin

memberat terutama ketika berjalan dan beraktifitas, ortopneu (+),

PND (+)

 Pemeriksaan Fisik : Pada ekstremitas atas terdapat rigiditas

 Pemeriksaan Penunjang : (-)

 Rencana diagnosis : (-)

 Rencana Tatalaksana :

o Rujuk ke rehabilitasi medik dan Sp.S untuk persiapan

fisioterapi saat rawat jalan dan tatalaksana farmakologis

penyakit Parkinson saat ini

II.9.3 Thalassemia B Minor

o Anamnesis : Pasien mengeluhkan lemas dan tampak pucat serta

lesu sejak 2021 dan saat itu dicek Hbnya 7,9 gr/dL, dan tidak

membaik dengan suplemen besi dan vitamin C.

o Pemeriksaan Fisik : (-)

o Pemeriksaan Penunjang: Hasil elektroforesis Hb (7/10/22) terdapat

HbA2 (4.2%), darah tepi kesan anemia mikrositik hipokrom, dan

anisopoikilositosis. Pada laboratorium 27/10/22, Hb pre-tranfusi

7.4, Ht 22%, eritrosit 3.4 juta/uL, MCV 67, MCH 22, dan RDW

20.60.

o Rencana diagnosis : Profil besi lengkap untuk mengetahui resiko

hemosiderosis
37

o Rencana Tatalaksana :

 Rujuk ke Sp.PD sub HOM untuk pemeriksaan profil besi

lengkap dan pertimbangan terapi kelasi besi

II.9.4 HHD dd/ Kardiomiopati akibat Hemosiderosis

o Anamnesis : Kedua tungkai bengkak sejak 5 bulan lalu

o Pemeriksaan Fisik : Ekstremitas bawah terdapat pitting edema

(+/+) di belakang malleolus medial

o Pemeriksaan Penunjang: Rontgen thorax AP kesan kardiomegali,

echocardiography kesan LVH konsentrik

o Rencana diagnosis : Profil besi lengkap untuk mengetahui resiko

hemosiderosis

o Rencana Tatalaksana :

 Kontrol ke Sp.JP untuk penatalaksanaan LVH dan

pertimbangan melanjutkan obat antihipertensi


38

II.10 Follow Up

II.10.1 Follow up 3 November 2022

a. Subjektif

Nyeri di kedua paha berkurang dengan VAS 2, masih mengeluhkan lemas namun

lebih baik dibanding saat awal masuk RS, dan keluhan sulit BAB belum membaik

b. Objective

Kesadaran compos mentis, tekanan darah 139/92, RR 20x/menit, HR 66x/menit,

suhu 36,1C, SpO2 98% dalam udara ruangan.

c. Assesment

 Nyeri muskuloskeletal ec. Penyakit Parkinson (Perbaikan)

 Anemia gravis ec Thalassemia B minor (Perbaikan)

 HHD dd/ Kardiomiopati akibat Hemosiderosis

 Geriatri sindrom impaksi (konstipasi) belum ada perbaikan

 Geriatri sindrom instabilitas dan frailty ec. Penyakit Parkinson

 Geriatri sindrom resiko malnutrisi

d. Plan Terapi

 IVFD NaCl 0.9% 500cc dalam 24 jam (7 ttm)

 Diet nutrisi 35kkal/kgBB (1890 kkal) dengan komposisi 55-65%

karbohidrat, 10-35% protein dan 20-35% lemak terbagi dalam 3 kali

makanan lunak. Perkali makan 100 g karbohidrat (409kkal), 31 g protein

(126kkal), dan 10 g lemak (95kkal).

 Konsultasi ke Sp.GK untuk tatalaksana resiko malnutrisi saat rawat jalan

 Rencana pulang besok jika keadaan umum sudah membaik

 Rujuk ke Rehabilitasi Medik dan Sp.S untuk persiapan fisioterapi saat


39

rawat jalan dan tatalaksana farmakologis penyakit Parkinson saat ini

 Rujuk ke Sp.JP untuk penatalaksanaan LVH dan pertimbangan

melanjutkan obat antihipertensi

e. Plan Diagnostik

 Rujuk ke Sp.PD sub HOM untuk pemeriksaan profil besi lengkap untuk

diagnostik dd/ kardiomiopati hemosiderosis

f. Plan Monitoring

 Observasi keluhan utama dan tanda vital per 8 jam

II.10.2 Follow Up 4 November 2022

a. Subjektif

Nyeri di kedua paha tidak lagi dirasakan, lemas lebih baik dibandingkan kemarin,

namun sulit BAB belum membaik

b. Objective

Kesadaran compos mentis, tekanan darah 144/74, RR 16x/menit, HR 72x/menit,

suhu 36,5C, SpO2 98% dalam udara ruangan.

c. Assesment

 Nyeri muskuloskeletal ec. Penyakit Parkinson (Perbaikan)

 Anemia gravis ec Thalassemia B minor (Perbaikan)

 HHD dd/ Kardiomiopati akibat Hemosiderosis

 Geriatri sindrom impaksi (konstipasi) belum ada perbaikan (Rawat jalan)

 Geriatri sindrom instabilitas dan frailty ec. Penyakit Parkinson (Rawat

jalan)

 Geriatri sindrom resiko malnutrisi (Rawat jalan)


40

d. Plan Terapi

 Rencana pulang hari ini

 Rujuk ke Rehabilitasi Medik dan Sp.S untuk fisioterapi di hari kerja serta

melanjutkan kontrol rutin penyakit Parkinson (rawat jalan)

 Konsultasi ke Sp.GK untuk tatalaksana resiko malnutrisi (rawat jalan)

 Kontrol ke Sp.JP untuk penatalaksanaan LVH dan pertimbangan

melanjutkan obat antihipertensi

e. Plan Diagnostik

 Rujuk ke Sp.PD sub HOM untuk pemeriksaan profil besi lengkap untuk

diagnostik HHD dd/ kardiomiopati hemosiderosis


41

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Geriatri

III.1.1 Definisi

Menurut Setiati dkk. (2014), beberapa istilah yang perlu dikemukakan

terkait dengan proses penuaan adalah gerontologi, geriatri, dan longevity.

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua, dan segala aspeknya.

Geriatri merujuk pada pemberian layanan pada pasien usia tua dengan penyakit

ganda. Sedangkan longevity merujuk pada lama hidup seseorang. Adapun menua

itu sendiri merupakan sebuah proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang lemah dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

kematian secara eksponensial.

III.1.2 Fisiologi Proses Menua

Berdasarkan Setiati dkk. (2014), beberapa teori yang diterima saat ini

mengenai fisiologi penuaan antara lain teori “radikal bebas”, teori “glikosilasi”,

dan teori “DNA repair”

1 Teori “radikal bebas”

Teori ini menyebutkan bahwa radikal bebas dapat bereaksi dengan

berbagai komponen penting selular, termasuk protein, DNA, dan lipid, dan

menjadi molekul–molekul yang tidak berfungsi namun bertahan sehingga

mengganggu fungsi sel lainnya


42

2 Teori “glikosilasi”

Teori ini menyatakan proses glikosilasi non enzimatik yang menghasilkan

pertautan glukosa–protein yang disebut advanced glycation end products

(AGEs) dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain

yang termodifikasi sehingga terjadi disfungsi pada manusia yang menua.

AGE dapat berakumulasi di berbagai jaringan seperti kolagen,

hemoglobin, dan lensa mata.

3 Teori “DNA repair”

Teori ini berhubungan ketat dengan teori radikal bebas karena ROS

dihasilkan oleh mitokondria dan dapat mempengaruhi DNA mitokondria.

Gangguan pada proses repair ini dapat menyebabkan percepatan penuaan.

III.1.3 Sindrom Geriatri

Menurut Setiati dkk. (2014), sindrom geriatri adalah kondisi klinis pada

orang tua. Kondisi ini tidak selalu dikaitkan dengan penyakit dasar yang spesifik.

Gejala sindrom geriatri merupakan akumulasi gangguan dari berbagai sistem dan

ketidakmampuan individu tersebut untuk mengkompensasi gangguan. Etiologi

yang mendasari sindrom geriatri bersifat multifaktorial. Selama proses penuaan,

terjadi penurunan kapasitas cadangan homeostatis pada semua sistem organ,

sehingga membuat seseorang lebih rentan terhadap stresor. Ketika stresor lebih

berat daripada kapasitas cadangan seseorang, perkembangan sindrom geriatri

mungkin muncul akibat kurangnya kemampuan untuk mengkompensasi untuk

stresor tertentu. Presentasi klinis sindrom geriatri sering tidak mewakili stresor

fisiologis spesifik yang memicu timbulnya gejala sindrom geriatri pada tingkat

sistem organ.
43

Berdasarkan PMK No 67 (2015), gejala dari sindrom geritri biasa disingkat

dengan 14I, adalah sebagai berikut :

1. Immobility. Berkurangnya kemampuan gerak yang dikenal dengan

istilah imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom

penurunan fungsi fisik sebagai akibat dari penurunan aktivitas dan

adanya penyakit penyerta. Pasien dikatakan imobilisasi bila tidak

mampu bergerak selama minimal 3 kali 24 jam. Luka atau ulkus

dekubitus merupakan salah satu masalah yang ditimbulkan oleh

imobilisasi yang seringkali mempersulit perawatan dan bahkan dapat

menimbulkan pemanjangan lama perawatan.

2. Instability. Gangguan keseimbangan merupakan masalah kesehatan

yang

dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari gangguan visual,

gangguan organ keseimbangan (vestibuler) dan atau gangguan

sensori motor.

3. Inkontinensia. Secara umum inkontinensia urin didefinisikan sebagai

keluarnya urin secara tak terkendali pada saat yang tidak tepat dan tidak

diinginkan. Beberapa penyebab timbulnya inkontinensia urin antara lain

adalah sindrom delirium, immobilisasi, poliuria, infeksi, inflamasi,

impaksi feses, serta beberapa obat-obatan.

4. Infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama mortalitas dan

morbiditas pada lanjut usia. Beberapa faktor penyebab

terjadinya infeksi pada lanjut usia adalah adanya perubahan sistem

imun, perubahan fisik (penurunan refleks batuk, sirkulasi yang


44

terganggu dan perbaikan luka yang lama) dan beberapa penyakit

kronik lain. Infeksi yang paling sering terjadi pada lanjut usia adalah

infeksi paru, saluran kemih dan kulit.

5. Gangguan Fungsi Indera (Impairment Of Senses).

Gangguan fungsi indera merupakan masalah yang sering

ditemui pada lanjut usia yang dapat menyebabkan

timbulnya gangguan fungsional yang menyerupai gangguan kognitif

serta isolasi sosial.

6. Kekurangan Gizi (Inanition). Gangguan gizi pada lanjut usia dapat

merupakan konsekuensi masalah-masalah somatik, fisik atau sosial.

Adanya gangguan mobilisasi (misalnya akibat artritis maupun stroke),

gangguan kapasitas aerobik, gangguan input sensor (mencium,

merasakan dan penglihatan), gangguan gigi-geligi, malabsorbsi,

penyakit kronik (anoreksia, gangguan metabolisme) dan obat-obatan

menyebabkan lanjut usia mudah mengalami kekurangan zat gizi.

7. Masalah akibat Tindakan Medis (Iatrogenic). Iatrogenik adalah

masalah kesehatan yang diakibatkan oleh tindakan medis, yang paling

sering yaitu polifarmasi. Polifarmasi didefinsikan sebagai penggunaan

beberapa macam obat. Faktor yang menyebabkan polifarmasi antara lain

masalah penyakit kronik, mendapatkan resep dari beberapa dokter,

kurang baiknya koordinasi perawatan kesehatan, adanya gejala penyakit

yang tidak khas dan penggunaan obat-obatan tambahan untuk mengatasi

efek samping obat-obatan yang sedang digunakan.

8. Gangguan Tidur (Insomnia). Pasien sering datang dengan masalah


45

insomnia. Insomnia dapat disebabkan oleh gangguan cemas, depresi,

delirium, dan demensia. Gangguan tidur yang kronik seringkali

menyebabkan jiwa pasien tertekan (distress).

9. Gangguan Fungsi Kognitif (Intelectual Impairment).

adalah kapasitas intelektual yang berada dibawah rata-rata normal untuk

usia dan tingkat pendidikan seseorang tersebut. Gangguan fungsi

kognitif ini dapat disebabkan oleh sindrom delirium dan demensia

10. Isolasi (Isolation) Yang dimaksud dengan isolasi adalah menarik diri

dari lingkungan sekitar. Penyebab tersering adalah depresi dan hendaya

fisik yang berat. Dalam keadaan yang sangat lanjut dapat muncul

kecenderungan bunuh diri baik aktif maupun pasif.

11. Berkurangnya Kemampuan Keuangan (Impecunity).

Impecunity mencakup pengertian ketidakberdayaan finansial.

Walaupun dapat terjadi pada kelompok usia lain namun, khususnya

pada lanjut usia menjadi sangat penting karena meningkatkan risiko

keterbatasan akses terhadap berbagai layanan kesehatan,

pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan asuhan psikososial.

12. Konstipasi (Impaction). Kesulitan buang air besar (Konstipasi) sering

terjadi pada lanjut usia karena berkurangnya gerakan (peristaltik) usus

13. Gangguan Sistem Imun (Immune Defficiency). Gangguan kesehatan

yang disebabkan oleh perubahan system imunitas pada Lanjut Usia.

Sistem imunitas yang tersering mengalami gangguan adalah sistem

immunitas seluler. Berkaitan dengan hal tersebut, kejadian infeksi

tuberkulosis meningkat pada populasi Lanjut Usia ini sehingga


46

memerlukan kewaspadaan

14. Gangguan Fungsi Seksual (Impotence). Gangguan fungsi ereksi pada

laki-laki lanjut usia dapat berupa ketidakmampuan ereksi,

ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan mempertahankan

ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat antihipertensi,

diabetes melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkendali, dan

merokok.

III.2 Acute Decompensated Heart Failure

III.2.1 Definisi

Berdasarkan American Heart Association (AHA), gagal jantung adalah

sebuah sindrom klinis dengan tanda dan gejala yang disebabkan adanya kelainan

struktural ataupun fungsional ventrikel dalam mengejeksikan darah8. Gagal

jantung meliputi sindroma klinis yang mencakup gejala utama (sesak napas,

edema tungkai, dan kelelahan) yang dapat disertai tanda klinis (peningkatan

jugular venous pressure (JVP), ronkhi paru, dan edema perifer). Hal tersebut

terjadi karena adanya abnormalitas struktural dan/atau fungsional dari jantung

yang menghasilkan peningkatan tekanan intrakardiak dan/atau cardiac output

yang tidak adekuat saat istirahat dan/atau selama beraktivitas9. Kelainan

struktural jantung atau kardiomiopati yang asimtomatik tidak termasuk dalam

gagal jantung8.

III.2.2 Klasifikasi

ADHF dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Berdasarkan Fraksi Ejeksi


Penyebab Gagal jantung dibagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan
47

pengukuran Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) dikarenakan

terdapat sebuah penelitian mengenai uji coba terapi pada gagal jantung yang

menunjukkan hasil yang meningkat secara substansial pada pasien dengan

LVEF ≤40%. Klasifikasi tersebut yaitu Heart Failure with mildly reduced

Ejection Fraction (HfmrEF), Heart Failure with preserved Ejection Fraction

(HfpEF), dan Heart Failure with reduced Ejection Fraction (HfrEF).

2. Disfungsi Ventrikel Kanan

Disfungsi ventrikel kanan dapat berakhir pada gagal jantung.

Mekanisme dan fungsi ventrikel kanan berubah untuk menyesuaikan

tekanan dan volume berlebih. Etiologi utama dari gagal jantung kanan

kronik adalah disfungsi ventrikel kiri yang menginduksi hipertensi

pulmonal. Namun, terdapat beberapa penyebab lainnya, yaitu infark

miokard, Arrythmogenic Right Ventricular Cardiomyopathy (ARVC), atau

gangguan katup. Diagnosis ditentukan berdasarkan penilaian kuantitatif

fungsi ventrikel kanan, paling sering menggunakan ekokardiografi.

3. Berdasarkan Keparahan Gejala

Derajat keparahan gagal jantung oleh New York Heart Association

(NYHA).
48

4. Berdasarkan Gejala Klinis

III.2.3 Manifestasi Klinis dan Diagnosis


49

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda, pemeriksaan

laboratorium, EKG, dan echocardiogram. Kriteria Framingham dapat membantu

diagnosis, dimana untuk diagnosisnya diperlukan minimal 2 kriteria mayor; atau 1

kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

III.2.4 Penatalaksanaan

Tatalaksana ADHF di IGD dimulai dengan ABC (jalan napas, pernapasan,

dan sirkulasi). Evaluasi awal pasien dengan dugaan ADHF bertujuan untuk

mengidentifikasi gangguan pernapasan berat dan potensi gagal napas, serta pasien

dengan hipertensi berat yang berkontribusi terhadap gejala mereka. Tujuan utama

pada pasien dengan ADHF meliputi dukungan oksigenasi, ventilasi, dan

stabilisasi hemodinamik. Oksigen harus diberikan untuk mempertahankan saturasi

O2 lebih besar dari 95% tetapi tidak diperlukan atau direkomendasikan jika pasien

tidak hipoksia. Vasodilator dan diuretik merupakan terapi medis terpenting yang

dapat diberikan pada gagal jantung akut dekompensasi. Agen seperti nitrat dan

sodium nitroprusside biasanya digunakan dalam situasi ini. Nitrat pilihan di UGD

adalah nitrogliserin. Nitrogliserin awalnya dapat diberikan secara sublingual

sampai terapi intravena dapat dilakukan. Diuretik harus diberikan dalam dosis

intravena sama dengan 1-2,5 kali dosis po harian biasa pasien. Pada pasien naif

diuretik, dosis tipikal adalah memulai furosemide dengan dosis 40 mg atau


50

bumetanide dengan dosis 1 mg, secara intravena. Dosis selanjutnya kemudian

dapat disesuaikan dengan output urin. Setelah itu dapat dilakukan echocardiografi

untuk menentukan lebih lanjut jenis gagal jantung yang dialami pasien dan terapi

kemudian diberikan sesuai dengan jenis gagal jantung yang dialami, antara lain:

1. Tatalaksana Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri <40% (HFrEF)

2. Tatalaksana HFmrEF

Obat ini serupa Tatalaksana medikamentosa yang diberikan adalah diuretik

dengan tujuan untuk mengontrol kongesti. Tidak ada data uji coba

prospektif yang menunjukkan perbaikan signifikan mengenai pemberian

obat-obatan lain yang pada pasien dengan gagal jantung tipe HFmrEF.2

3. Tatalaksana HFmrEF

Tidak ada pengobatan yang signifikan yang mampu mengurangi mortalitas

dan morbiditas pasien secara signifikan dengan gagal jantung tipe HFpEF,
51

walaupun terdapat beberapa perbaikan pada pasien dengan pengobatan

spesifik tertentu. Pemberian candesartan dan spironolakton dapat

menurunkan angka rawat inap. Di sisi lain, pemberian nebivolol secara

signofikan menurunkan angka mortalitas dan kejadian rawat inap pada

pasien. Tidak adanya rekomendasi pengobatan medikamentosa untuk

memperbaiki kondisi penyakit, maka penatalaksanaan difokuskan untuk

mengurangi gejala kongesti. Pemberian loop diuretic disarankan untuk

mengontrol kongesti. Bukan hanya itu saja, perlu dilakukan edukasi untuk

mengurangi berat badan pada pasien dengan obesitas. Di sisi lain penting

untuk mengidentifikasi dan mengobati faktor risiko penyerta, etiologi, dan

komorbid yang diderita pasien.2

III.3 Pneumonia

III.3.1 Definisi

Pneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru. Pneumonia bukan

penyakit tunggal, melainkan sekelompok infeksi spesifik (bakteri, mikoplasma,

klamidia, riketsia, virus, fungi, dan parasit) yang masing-masing dengan

epidemiologi, patogenesis, gambaran klinis, dan perjalanan klinis yang berlainan.4

III.3.2 Klasifikasi

1. Community-acquired Pneumonia (CAP)

Adalah Pneumonia pada masyarakat, yang terjadi melalui inhalasi

atau aspirasi mikroba patogen ke paru-paru (lobus paru). Penyebabnya 85%

disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, Haemophylus influenzae, dan

Moraxella catarrhalis.

2. Hospital-acquired Pneumonia (HAP)


52

Pneumonia yang muncul setelah 48 jam dirawat di rumah sakit atau

fasilitas perawatan kesehatan lainnya, dengan tanpa pemberian intubasi

tracheal. Pneumonia terjadi karena ketidakseimbangan pertahanan host dan

kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi saluran pernafasan

bagian bawah.

3. Ventilator-acquired Pneumonia (VAP)

Pneumonia yang berhubungan dengan ventilator. Pneumonia terjadi

setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi trachea. Ventilator mekanik

adalah alat yang dimasukkan melalui mulut dan hidung atau lubang didepan

leher dan masuk ke dalam paru.

III.3.3 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Manifestasi klinik dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat,

batuk (produktif, atau non produktif, atau produksi sputum yang berlendir dan

purulent), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Sering berbaring pada posisi yang

sakit dengan lutut bertekuk karena nyeri dada.10 Pada pemeriksaan fisik didapati

adanya retraksi dinding dada bagian bawah saat bernafas, tachypneu, meningkat

dan menurunnya taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak akibat terjadi

konsolidasi atau cairan pada pleura, ronchi, suara nafas brochial, dan peural

friction rub. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis

penumonia adalah cek lab darah lengkap dan fotothorax.

III.3.4 Penatalaksanaan

Terapi awal yang diberikan untuk pneumonia biasanya terdiri dari

pemberian oksigen, antipiretik, dan antibiotik empiris. Pemberian antibiotik pun


53

pada umumnya dimulai dari pertimbangan berdasarkan data epidemiologi,

kemudian berdasarkan data hasil kultur mikrobiologis. Durasi terapi antibiotik

lazimnya berkisar 7 – 10 hari. Minimal durasi adalah 5 hari dengan ketentuan

terdapat periode bebas demam dalam 48 – 72 jam (2 – 3 hari). Terdapat beberapa

kondisi tertentu terkait durasi terapi antibiotik ini, misalnya jika pneumonia

diketahui disebabkan oleh M.pneumoniae dan C.pneumoniae, maka antibiotik

diberikan selama 10 – 14 hari. Edukasi mengenai berhenti merokok, etika batuk,

dan vaksinasi pneumococcus dan influenza sebagai upaya pencegahan merupakan

hal penting.19

Terdapat scoring CURB 65 untuk penentuan resiko pada Penumonia CAP,

dimana skoring ini dapat menjadi pertimbangan rawat inap / rawat jalan pada

pasien.

Berikut ini regimen Terapi Empiris Inisial untuk Pneumonia Komuniti

pada Pasien Dewasa19


54

III.4

CKD

III.4.1 Definisi

Chronic Kidney Disease (CKD) / Penyakit ginjal kronik (PGK) dapat


55

dikatakan apabila terdapat kelainan struktural serta fungsional pada ginjal dalam

kurun waktu minimal 3 bulan, dengan atau tanpa penurunan Glomerular Filtration

Rate (GFR), yang bermanifestasi sebagai kelainan patologis atau penanda adanya

kerusakan pada ginjal. Dapat juga dikatakan seseorang mengalami penyakit ginjal

kronik apabila GFR kurang dari 60mL/min/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau

tanpa kerusakan ginjal.10 Beberapa penyakit penyerta dikatakan merupakan

faktor risiko meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronik, diantaranya Diabetes

Mellitus, Hipertensi dan infeksi pada saluran kemih. Selain karena penyakit

penyerta, penyakit ginjal kronik juga dapat disebabkan oleh faktor usia, riwayat

penyakit keluarga, ras, serta akibat konsumsi obat-obatan tertentu.4

III.4.2 Klasifikasi

Penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat

keparahannya untuk mengetahui rencana terapi yang akan diberikan pada pasien.

III.4.3 Manifestasi Klinis dan Diagnosis


56

Berikut tabel manifestasi klinis dari penyakit ginjal kronis:

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis PGK

diantaranya: Pemeriksaan Darah Lengkap, Pemeriksaan Elektrolit, Pemeriksaan

Glukosa Darah dan Profil Lipid, Analisa Gas Darah, Urinalisis dan Albumin Urin,

serta Sedimen Urin.

III.4.4 Penatalaksanaan
57

Tatalaksana yang diberikan untuk pasien dengan PGK bertujuan untuk

mencegah progresivitas PGK dan untuk mengatasi komplikasi-komplikasi akibat

PGK. Tatalaksana yang dapat diberikan diantaranya:


58
59

III.5

Hipertensi

III.5.1 Definisi
60

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013).

III.5.2 Klasifikasi

Menurut American College of Cardiology (ACC) dan American Heart

Association (AHA) tahun 2020, klasifikasi hipertensi yaitu:

III.5.3 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Umumnya, pasien hipertensi tidak memiliki keluhan atau asimptomatik.

Kebanyakan kasus hipertensi terdeteksi dari pengukuran tekanan darah. Keluhan

yang mungkin dapat muncul pada pasien hipertensi diantaranya: nyeri kepala,

palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, pegal

pada ekstrimitas, nyeri dada, sesak. Tanda klinis pada penderita hipertensi dapat

sebagai tanda kerusakan vaskular berhubungan dengan sistem organ yang dialiri

pembuluh darah yang rusak (Tomymy, 2019). Misalnya jika organ yang terkena

adalah otak dan mata, manifestasi yang terjadi diantaranya sakit kepala, gangguan

penglihatan, defisit sensorik dan motorik. Jika yang terkena jantung yang terjadi

diantaranya palpitasi, rhytm dan rate denyut jantung, sesak, bengkak pada

ekstrimitas. Jika yang terkena ginjal yang terjadi diantaranya adanya hematuria,
61

tanda kulit pucat anemis, dan jika yang terkena pembuluh darah arteri perifer

maaka dapat terjadi palpasi arteri perifer, ekstrimitas dingin, dan klaudikasio

intermiten. Jika terjadi hipertensi sekunder, gejala dan tanda berhubungan dengan

keadaan penyebab. Pemeriksaan yang dilakukan selain mengukur tekanan darah,

dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan gejala organ target yang

terkena.

III.5.4 Penatalaksanaan

Tatalaksana hipertensi adalah perubahan pola hidup diantaranya

mengurangi konsumsi garam, rutin berolahraga dan penurunan berat badan

apabila pasien overweight atau obesitas. Untuk terapi obat terdapat beberapa

pilihan obat diantaranya golongan ACEi, beta bloker, CCB dan diuretic. Berikut

ini algoritma tatalaksana hipertensi dengan obat-obatan:

ACEi = angiotensin-converting enzyme inhibitor; ARB = angiotensin receptor

blocker; CCB = calcium channel blocker; MI = myocardial infarction. Adaptasi dari

ESC/ESH 2018 Hypertension Guidelines.


62

BAB IV

KESIMPULAN

Dilaporkan sebuah kasus Ny. RH usia 72 tahun dengan diagnosis penyakit

Parkinson dan thalassemia B minor disertai sindrom geriatri yaitu frailty,

instability, resiko malnutrisi, dan impaksi. Hasil diagnosis didapat dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, penilaian geriatri, dan pemeriksaan penunjang.

Pada status geriatri dari Ny. RH menggunakan P3G dan Pengkajian Medis

Usia Lanjut. Pada P3G menunjukan frail score termasuk ke dalam kategori frail

dengan skor 4 dan mini nutritional state termasuk resiko malnutrisi dengan skor

10. Pada Pengkajian Medis Usia Lanjut didapatkan Indeks Adl Barthel

ketergantungan ringan dengan skor 13 dari total 20, dan mini nutritional

assessment hasil skor nya 19.5 yang masuk ke kategori resiko malnutrisi.

Geriatric giant yang berjumlah 14 dirumuskan untuk memahami gejala

pasien geriatri, untuk kasus ini pasien memiliki instability, hal ini karena pasien

memiliki penyakit Parkinson sehingga sulit menginisiasi dan menghentikan

gerakan jalan sehingga terdapat resiko mudah jatuh. Selanjutnya juga terdapat

constipation, karena pasien BAB 1x setiap 3 hari dengan konsistensi keras. Selain

itu pada pasien terdapat inanition dan termasuk ke resiko malnutrisi, terutama

karena pasien mengalami penurunan berat badan dalam 4 tahun terakhir.

Keseluruhan hal tersebut berkontribusi terhadap status kerapuhan (frailty) pada

pasien, di mana terjadi akibat resiko malnutrisi, gangguan cara berjalan,

kelemahan umum, penurunan berat badan, rasa takut jatuh, dan ketergantungan

fungsional.
63
64

DAFTAR PUSTAKA

Atmakusuma, D. (2014) ‘Thalassemia : Manifestasi Klinis, Pendekatan Diagnosis dan


Thalassemia Intermedia’, in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6. Jakarta:
Interna Publishing, pp. 2631–2638.
Bajwa, H. and Basit, H. (2022) Thalassemia. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2015) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67
Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di
Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Setiati, S. et al. (2014) ‘Geriatri dan Gerontologi’, in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 6 Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, pp. 3669–3885.
Sieber, C. C. (2007) ‘[The elderly patient--who is that?]’, Der Internist, 48(11), pp. 1190–
1194. doi: 10.1007/s00108-007-1945-3.

Anda mungkin juga menyukai