Anda di halaman 1dari 128

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ni Kadek Ayu Setya Pradnyani (211033)

Ni Made Widayanti (211034)

Michelle Novena Nauli (211035)

Ni Putu Amara Angelina (211036)

Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (211037)

Putri Siswati Anggrayani (211038)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

2021/2022
A. JUDUL PRAKTIKUM

Adapun praktikum yang akan kami lakukan berjudul “Uji Kualitatif Karbohidrat”.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Berikut merupakan tujuan dari praktikum Uji Kualitatif Karbohidrat :

1. Mahasiswa dapat membuktikan beberapa sifat karbohidrat.


2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membedakan monosakarida dan polisakarida.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara membedakan monosakarida, polisakarida, dan
disakarida.
C. DASAR TEORI

Nama karbohidrat berasal dari bahasa Latin, yaitu “karbon” yang berarti mengandung
unsur karbon (C) dan “hidrat” yang berarti air (H₂O). Walaupun pada kenyataannya senyawa
karbohidrat tidak mengandung senyawa air, tetapi kata karbohidrat tetap digunakan selain nama
sakarida. Jadi karbohidrat merupakan atom karbon yang terhidrasi. Secara umum rumus empiris
karbohidrat dikenal sebagai (CH2O)n. Karbohidrat atau disebut juga sebagai hidrat arang
merupakan senyawa yang memiliki peran struktural dan metabolik yang sangat penting bagi
makhluk hidup.

Berikut merupakan beberapa fungsi dari karbohidrat :

1. Sebagai Sumber energi → (Glukosa, fruktosa, pati)


2. Cadangan energi → (Glikogen, pati pada tumbuhan)
3. Penyusun struktur → (Selulosa)
4. Penjaga tekanan osmotic → (Glukosa, sukrosa)
5. Pembawa informasi genetic → (Ribosa, deoksiribosa)

Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam
pelarut organik, tetapi larut dalam pelarut air (kecuali beberapa sakarida). Sebagian besar
karbohidrat dengan berat molekul yang rendah, manis rasanya. Karena itu, digunakan juga
istilah gula untuk zat – zat yang tergolong karbohidrat.

Secara garis besar, karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :

1. Monosakarida
Monosakarida terdiri dari 2 kata, yaitu “Mono” yang berarti satu dan “Sakarida” yang
berarti gula. Jadi “Monosakarida” adalah molekul gula tunggal, yang merupakan karbohidrat
paling sederhana karena tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk karbohidrat yang lebih
sederhana lagi. Monosakarida merupakan senyawa terkecil dalam golongan karbohidrat dan
berperan sebagai monomer penyusun senyawa yang lebih kompleks. Beberapa jenis
monosakarida yang banyak ditemui, yaitu ribose, deoksiribosa, fruktosa, dan galaktosa.
2. Disakarida
Disakarida terdiri dari 2 kata, yaitu “Di” yang berarti dua dan “Sakarida” yang berarti gula.
Jadi “Disakarida” adalah molekul gula ganda dan merupakan karbohidrat yang tersusun atas
dua molekul monosakarida. Pada umumnya disakarida mudah larut dalam air dan
mempunyai rasa manis. Contoh disakarida yaitu maltosa, laktosa, dan sukrosa.
3. Oligosakarida
Oligosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun atas tiga hingga sepuluh
molekul monosakarida. Oligosakarida sukar dicerna oleh tubuh. Contoh oligosakarida yaitu
rafinosa dan stakiosa.
4. Polisakarida
Polisakarida terdiri dari 2 kata, yaitu “Poli” yang berarti banyak dan “Sakarida” yang berarti
gula. Jadi “Polisakarida” adalah molekul besar yang terdiri dari banyak gula dan merupakan
polimer alam yang tersusun atas unit-unit monosakarida membentuk rantai panjang melalui
reaksi kondensasi. Umumnya, polisakarida mempunyai molekul yang besar dan lebih
kompleks disbanding monosakarida, disakarida, maupun oligosakarida. Ada dua golongan
polisakarida yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida. Homopolisakarida adalah
polisakarida yang hanya mengandung satu jenis monosakarida, missal pati, glikogen, dan
selulosa. Sedangkan heterosakarida mengandung beberapa jenis monosakarida, seperti kitin.

Untuk menguji kandungan karbohidrat secara kualitatif, dapat dilakukan dengan beberapa
metode pengujian, seperti :
1. Uji Bennedict
Tujuan dari uji Bennedict adalah untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan
sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang
terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O daalam suasan alkalis menjadi
Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang
terdapat pada reagen Bennedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang menandakan
adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat dapat berwarna hijau, kuning
atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. (Kusbandari, 2015).
2. Uji Molisch
Tujuan dari uji Molisch adalah membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif. Uji
Molisch dilakukan dengan cara mencampurkan sampel dengan pereaksi Molisch.Selanjutnya
campuran tersebut dicampurkan asam sulfat pekat. Uji positif adanya karbohidrat ditandai dengan
adanya cincin berwarna ungu. Identifikasi karbohidrat ini didasarkan pada reaksi hidrolisis
karbohdirat yang menghasilkan monosakarida. Dehidrasi pentose oleh asam sulfat menghasilkan
furfural, sedangkan dehidrasi heksosa menghasilkan hidroksi metil furfural. Senyawa furfural
tersebut akan bereaksi dengan αnaftol membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. (Margono et
al, 2019).

3. Uji Saliwanof
Tujuan dari uji Saliwanof adalah untuk mengetahui adanya ketosa (fruktosa) atau
membedakan antara glukosa dengan fruktosa. Fruktosa dalam sampel akan didehidrasi oleh HCl
pekat menghasilkan hidroksimetil furfural dengan menambahkan resorsinol akan menghasilkan
senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi HCl dengan glukosa tidak menghasilkan warna merah
(Margono et al, 2019).

4. Uji Fehling
Preaksi Fehling ditambahkan karbohidrat pereduksi, kemudian di panaskan, akan terjadi
perubahan warna dari biru → hijau → kuning → kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan
merah bata kupro oksida bila jumlah karbohidratpereduksi banyak. Pada reaksi ini, karbohidrat
pereduksi akan di ubah menjadi asam onat yang membentuk garam karna adanya basa, sedangkan
pereaksi Fehling akan mengalami reduksi sehingga Cu2+ diubah menjadi Cu+ (Hanum, 2017).

5. Uji Tollens
Pereaksi Tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitrat dengan larutan ammonium
hidroksida secara perlahan seingga endapan yang mula-mula terbentuk larut. Bila karbohidrat
pereduksi dipanaskan dengan pereaksi tollens dalam tabung reaksi maka akan terbentuk lapian tipis
menyerupai cermin pada bagian bawah tabung percobaan. Pada proses ini, karbohidrat pereduksi
dioksidasi menjadi asam onat yang segera membentuk garam ammonium, sedangkan pereaksi
tollens direduksi sehingga dibebaskan logam perak yang segera melekat pada bagian bawah dinding
tabung percobaan berupa lapisan tipis menyerupai cermin. (Hanum, 2017).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Uji Bennedict
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Penjepit tabung reaksi
• Penangas Bunsen

b. BAHAN
• Larutan glukosa
• Larutan sukrosa
• Larutan laktosa
• Larutan fruktosa
• Larutan maltose
• Reagen Benedict
2. Uji Molisch
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
b. BAHAN
• Larutan glukosa 1%
• Larutan sukrosa 1%
• Larutan laktosa 1%
• Larutan fruktosa 1%
• Larutan maltose 1%
• Reagen molisch 1%
• Asam sulfat pekat 1%
3. Uji Saliwanof
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Penjepit tabung reaksi
• Penangas Bunsen
b. BAHAN
• Larutan glukosa 1%
• Larutan fruktosa 1%
• Reagen Saliwanof
4. Uji Osazon
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Penjepit tabung reaksi
• Mikroskop
b. BAHAN
• Larutan glukosa 1%
• Larutan sukrosa 1%
• Larutan laktosa 1%
• Larutan fruktosa 1%
• Larutan maltose 1%
• Reagen Osazon
5. Uji Fehling
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Penjepit tabung reaksi
• Penangas Bunsen
b. BAHAN
• Larutan glukosa 1%
• Larutan sukrosa 1%
• Larutan laktosa 1%
• Larutan fruktosa 1%
• Larutan maltose 1%
• Reagen Fehling A dan Fehling B
6. Uji Tollens
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Penjepit tabung reaksi
b. BAHAN
• Larutan glukosa 1%
• Larutan sukrosa 1%
• Larutan laktosa 1%
• Larutan fruktosa 1%
• Larutan maltose 1%
• Reagen Tollens
7. Uji Nylanders
a. ALAT
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet tetes
• Penjepit tabung reaksi
b. BAHAN
• Larutan glukosa 1%
• Larutan sukrosa 1%
• Larutan laktosa 1%
• Larutan fruktosa 1%
• Larutan maltose 1%
• Reagen Nylanders

E. CARA KERJA
1. Uji Bennedict

Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering

Masukkan ke dalam 5 tabung reaksi masing-


masing 1 mL larutan glukosa, sukrosa,
laktosa, fruktosa dan maltose
Selanjutnya tambahkan 2 ml reagen Benedict ke
dalam masing-masing tabung reaks

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Lalu dengan menggunakan penjepit tabung reaksi, panaskan tabung reaksi di atas
pembakar spirtus secara hati-hati sampai mendidih, atau dalam penangas air hingga
mendidih selama 5 menit

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk


endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya

2. Uji Molisch

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih


dan kering masing-masing 1 mL karbohidrat

Selanjutnya tambahkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam


masing-masing tabung reaksi

Lalu tambahkan dengan hati-hati 3 ml asam sulfat pekat


melalui dinding tabung, sehingga terbentuk dua lapisan
jangan dikocok

Amatilah timbulnya warna pada perbatasan kedua


lapisan tersebut di atas

3. Uji Saliwanoff

Siapkan 2 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung


reaksi yang bersih dan kering masing-masing 2 mL
glukosa dan 2 mL fruktosa

Selanjutnya tambahkan 2 mL Reagen Saliwanof ke dalam


masing-masing tabung reaksi
Selanjutnya panaskan pada penangas Bunsen hingga
mendidih selama 1 menit.

Amatilah perubahan warna yang terjadi

4. Uji Osazon

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi


yang bersih dan kering masing-masing 1 mL karbohidrat

Selanjutnya tambahkan 2 tetes reagen Osazon ke dalam


masing-masing tabung reaksi dan dikocok sampai
homogeny

Amati pembentukan kristal di bawah mikroskop, dan catat hasilnya

5. Uji Fehling

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang


bersih dan kering masing-masing 1 mL senyawa karbohidrat

Selanjutnya tambahkan dimasukkan 4 tetes reagen Fehling A menggunakan pipet


tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Selanjutnya tambahkan dimasukkan 4 tetes reagen Fehling B menggunakan


pipet tetes ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah ditetesi reagen
Fehling A

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur


Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak
dan bandingkan kecepatan perubahannya

6. Uji Tollens

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang


bersih dan kering masing-masing 1 mL senyawa karbohidrat

Selanjutnya tambahkan dimasukkan 1 mL reagen Tollens ke


dalam masing-masing tabung reaksi

Panaskan tabung reaksi pada penangas Bunsen

Amati perubahan warna yang terjadi

7. Uji Nylanders

Siapkan 5 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih


dan kering masing-masing 1 mL senyawa karbohidrat

Selanjutnya tambahkan dimasukkan 1 mL reagen


Nylanders ke dalam masing-masing tabung reaksi

Panaskan tabung reaksi pada penangas Bunsen

Amati perubahan warna yang terjadi


F. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Uji Bennedict
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa + Reagen - Setelah pembakaran
Bennedict berwarna orange
kecoklatan dan tidak ada
endapan.
- Sebelum pembakaran
berwarna biru dan tidak
ada endapan.

2. Larutan Sukrosa + Reagen - Berwarna biru dan tidak


Bennedict ada endapan setelah
ditambahkan reagen
(sebelum pembakaran)
- Tidak ada perubahan
warna dan tidak ada
endapan (sesudah
pembakaran).

3. Larutan Laktosa + Reagen - Hijau kecoklatan dan


Bennedict tidak ada endapan
(sesudah pembakaran)
-Berwana biru dan tidak
ada endapan (sebelum
pembakaran)
4. Larutan Fruktosa + Reagen - Berwarna orange dan
Bennedict tidak ada endapan
(sesudah pembakaran)
- Berwarna biru dan tidak
ada endapan (sebelum
pembakaran)

5. Larutan Maltosa + Reagen - Berwarna merah bata


Bennedict dan tidak ada endapan
(setelah pembakaran)
- Berwarna biru dan tidak
ada endapan (sebelum
pembakaran)

2. Uji Molisch
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa 1% + Reagen - Sebelum ditambahkan
Molisch 1% + Asam Sulfat reagen Molisch berwarna
Pekat 1% putih bening.
- Setelah ditambahkan
reagen Molisch berwarna
pink.
- Setelah ditambahkan
asam sulfat berubah
menjadi warna hijau
toska dan ada cincin
berwarna cokelat
2. Larutan Sukrosa 1% + Reagen - Sebelum ditambah
Molisch 1% + Asam Sulfat reagen berwarna bening.
Pekat 1% - Setelah ditambahkan
reagen menjadi warna
pink.
- Setelah ditambahkan
asam sulfut menjadi
warna hijau kehitaman
dan terdapat cincin.

3. Larutan Laktosa 1% + Reagen - Sebelum ditambahkan


Molisch 1% + Asam Sulfat reagen Molisch berwarna
Pekat 1% putih bening.
- Setelah ditambahkan
reagen Molisch berwarna
pink.
-Setelah ditambahkan
asam sulfat berubah
menjadi warna coklat dan
tidak ada endapan.

4. Larutan Fruktosa 1% + - Sebelum ditambahkan


Reagen Molisch 1% + Asam reagen terdapat berwarna
Sulfat Pekat 1% putih bening.
- Setelah ditambahkan
reagen berwarna pink.
- Setelah ditambahkan
asam sulfat berubah
menjadi warna hijau tua
dan ada perbatasan.
5. Larutan Maltosa 1% + Reagen - Sebelum ditambahkan
Molisch 1% + Asam Sulfat reagen terdapat warna
Pekat 1% putih bening.
-Setelah ditambahkan
reagen berwarna pink.
-Setelah ditambahkan
asam sulfat berwarna
menjadi warna hijau tua.

3. Uji Saliwanoff
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa 1% + Reagen - Sebelum dipanaskan
Saliwanof warna kuning bening.
- Setelah dipanaskan
perubahan warna yaitu
tetap kuning.

2. Larutan Fruktosa 1% + - Setelah dipanaskan


Reagen Saliwanof larutan berwarna merah
orange.
4. Uji Osazon
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa 1% + Reagen - Terdapat endapan yang
Osazon terlihat dari mikroskop
yaitu ada kristal

2. Larutan Sukrosa 1% + Reagen -Tidak terbentuk endapan


Osazon dan saat dilihat di
mikroskop tidak ada
kristal.

3. Larutan Laktosa 1% + Reagen -Tidak terbentuk endapan


Osazon , pada saat di mikroskop
tidak terdapat ada kristal

4. Larutan Fruktosa 1% + -Terbentuknya endapan


Reagen Osazon yang dilihat dari
mikroskop yaitu ada
kristal.

5. Larutan Maltosa 1% + Reagen - Tidak terbentuk


Osazon endapan, saat di
mikroskop tidak ada
kristal.
5. Uji Fehling
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa 1% + Reagen -Setelah penambahan
Fehling A+ Reagen Fehling B reagen fehling A menjadi
biru muda
- Setelah penambahn
reagen B menjadi hijau.

2. Larutan Sukrosa 1% + Reagen - Setelah ditambahkan


Fehling A + Reagen Fehling B reagen fehling A
berwarna biru muda
- Setelah ditambahkan
reagen fehling B menjadi
biru tua.

3. Larutan Laktosa 1% + Reagen -Setealh ditambahkan


Fehling A + Reagen Fehling B reagen fehling A menjadi
biru muda.
-Setelah ditambahkan
reagen fehling B menjadi
hijau muda

4. Larutan Fruktosa 1% + - Setelah ditambahkan


Reagen Fehling A + Reagen reagen fehling A menjadi
Fehling B biru muda
-Setelah ditambahkan
reagen fehling B menjadi
coklat dan terdapat
endapan.
5. Larutan Maltosa 1% + Reagen - Setelah ditambahkan
Fehling A+ Reagen Fehling B reagen fehling A menjadi
biru muda
-Setelah ditambahkan
reagen fehling B menjadi
biru muda.

6. Uji Tollens
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa 1% + Reagen - Setelah ditambahkan
Tollens reagen tidak berubah
warna.
-Setelah pemanasan
terdapat endapan perak
kehitaman.

2. Larutan Sukrosa 1% + Reagen -Setelah penambahan


Tollens reagen tidak terjadi
perubahan warna tetapi
Ketika dipanaskan
menjadi kuning negative.
3. Larutan Laktosa 1% + Reagen -Setelah penambahan
Tollens reagen tidak ada
perubahan warna.
-Ketika dipanaskan
berwarna perak
kehitaman.

4. Larutan Fruktosa 1% + -Setelah penambahan


Reagen Tollens reagen tidak ada
perubahan warna.
-Ketika dipanaskan
berwarna perak
kehitaman.

5. Larutan Maltosa 1% + Reagen -Setelah penambahan


Tollens reagen tidak ada
perubahan warna.
-Ketika dipanaskan
berwarna perak
kehitaman.

7. Uji Nylanders
No Bahan Hasil Gambar
1. Larutan Glukosa 1% + Reagen Setelah penambahan
Nylanders reagen nylanders yaitu
berwarna hitam dan tidak
ada endapan.
2. Larutan Sukrosa 1% + Reagen Setelah penambahan
Nylanders reagen tidak terjadi
perubahan setelah
dipanaskan menajdi
kuning.

3. Larutan Laktosa 1% + Reagen Setelah penambahn


Nylanders reagen berwarna coklat
muda dan tidak ada
endapan.

4. Larutan Fruktosa 1% + Setelah penambahan


Reagen Nylanders reagen berwarna hitam
dan tidak ada endapan.

5. Larutan Maltosa 1% + Reagen Setelah penambahan


Nylanders reagen berwarna coklat
muda dan tidak ada
endapan.
G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum uji kualitatif karbohidrat. Karbohidrat
merupakan suatu senyawa yang terdiri atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen dengan rasio 1:2:1.
Karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut
dalam pelarut air (kecuali beberapa sakarida). Sebagian besar karbohidrat dengan berat molekul
yang rendah, manis rasanya. Di praktikum ini, Ada lima macam pengujian yang kami lakukan
untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa karbohidrat. Adapun diantaranya adalah uji Bennedict,
uji Molisch, uji Saliwanof, uji Fehling, dan uji Tollens.

1. Uji Bennedict

Tujuan dari uji Bennedict adalah untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan
sampel. Hasil positif pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya gula
pereduksi pada sampel, endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata
tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. Pada uji bennedict ini adapun sampel yang kami
gunakan adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa. Pada pengujian bennedict dengan
glukosa mendapatkan hasil berwarna oranye kecoklatan dsn tidak ada endapan , pada pengujian
bennedict dengan fruktosa mendapatkan hasil berwarna oranye kecoklatan dan tidak ada endapan,
pada uji bennedict dengan maltose mendapatkan hasil berwarna merah bata dan tidak ada endapan,
pada pengujian Benedict dengan laktosa mendapatkan hasil berwarna hijau kecoklatan dan tidak
ada endapan, dan pada pengujian benedict dengan sukrosa mendapat hasil berwarna biru dan tidak
ada endapan. Pada pengujian Bennedict yang kami lakukan sudah sesuai dengan literatur.

2. Uji Molisch

Tujuan dari uji Molisch adalah untuk membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif, uji
positif adanya karbohidrat ditandai dengan adanya cincin berwarna ungu. Adapun sampel yang
kami gunakan pada uji ini, yaitu larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan maltosa 1%,
larutan laktosa 1%, dan larutan sukrosa 1%. Pada uji Molisch dengan larutan glukosa 1% yang
ditambahkan reagen molish warnanya pink dan setelah ditambahkan asam sulfat berubah menjadi
warna hijau toska dan ada cincin berwarna coklat. Pada uji Molisch dengan larutan fruktosa 1%
setelah ditambah reagen molish menghasilkan warna pink dan setelah ditambahkan asam sulfat
berubah menjadi warna hijau tua dan ada pembatas. Pada uji Molisch dengan larutan maltosa 1%
pada saat ditambahkan reagen menghasilkan warna pink dan setelah ditambahkan asam sulfat
menghasilkan warna hijau tua. Pada uji Molisch dengan larutan laktosa 1% setelah ditambahkan
reagen molish mendapat warna pink dan setelah ditambahkan asam sulfat berwarna coklat dan tidak
ada pembatasnya. Pada uji Molisch dengan larutan sukrosa 1% setalah ditambahkan reagen molish
berwana pink dan setelah penambahan asam sulfat berubah menjadi warna hijau kehitaman dan
terdapat cincin. Pada pengujian ini hasil positif yang sesuai dengan literatur hanya pengujian pada
semua sampel.

3. Uji Saliwanof

Tujuan dari uji Saliwanof adalah untuk mengetahui adanya ketosa (fruktosa) atau
membedakan antara glukosa dengan fruktosa. Adapun sampel yang kami gunakan adalah larutan
glukosa 1% dan larutan fruktosa 1%. Pada uji saliwanof dengan larutan glukosa 1% pada saat
ditambahkan reagen menghasilkan warna kuning bening dan pada uji saliwanof dengan larutan
fruktosa 1% yang ditambah dengan reagen mendapatkan hasil larutan berwarna merah oranye. Jika
dibandingkan dengan literatur yang kami gunakan, maka hasil uji yang kami dapatkan telah sesuai.

4. Uji Osazon

Uji Osazon memiliki prinsip reaksi aldosa atau ketosa dengan hidrazin untuk
membentuk hidrazon. Dengan hidrazin yang berlebih, akan terbentuk produk oksidasi
hidrazon. Tahap berikutnya ialah reaksi ketosa atau aldehida hidrazon dengan fenilhidrazin
yang membentuk osazon. Osazon yang terbentuk ditunjukkan dengan terbentuknya Kristal .
Adapun sempel yang kami gunakan adalah larutan glukosa 1% mendapatkan hasil terdapat endapan
yang terlihat dari mikroskop yaitu ada kristal, kemudian menggunakan larutan sukrosa 1%
mendapatkan hasil tidak terbentuk endapan dan saat dilihat di mikroskop tidak ada Kristal,
kemudian pada larutan laktosa 1% mendapatkan hasil tidak terbentuk endapan dan pada saat di
mikroskop tidak terdapat ada kristal, pada larutan fruktosa 1% mendapatkan hasil terbentuknya
endapan yang dilihat dari mikroskop yaitu ada kristal, dan yang terakhir menggunakan larutan
maltose 1% mendapatkan hasil yaitu tidak terbentuk endapan dan saat di mikroskop tidak ada
kristal. Jika dibandingkan dengan literatur yang kami gunakan, maka hasil yang kami dapatkan ada
yang tidak sesuai literatur karena saat proses pengujian ada kendala saat mereaksikan larutannya.

5. Uji Fehling

Uji Fehling memiliki prinsip yaitu gugus aldehida dan keton bebas dalam molekul
karbohidrat dapat mereduksi Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi Fehling menjadi Cu+ berupa
endapan merah Cu2O. Pereaksi Fehling ditambahkan karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan,
akan terjadi perubahan warna dari biru → hijau → kuning → kemerah-merahan dan akhirnya
terbentuk endapan merah bata kupro oksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak. Adapun
sampel yang kami gunakan adalah larutan glukosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%,
larutan fruktosa 1%, larutan maltose 1%. Pada uji Fehling dengan menggunakan larutan glukosa 1%
akan mendapatkan hasil setelah ditambahkan reagen Fehling A menjadi biru muda dan setelah
ditambahkan reagen Fehling B menjadi hijau. Kemudian dengan menggunakan larutan sukrosa 1%
akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen Fehling A menjadi biru muda dan setelah
ditambahkan reagen Fehling B menjadi biru tua. Kemudian dengan menggunakan larutan laktosa
1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen Fehling A menjadi biru muda dan
setelah penambahan reagen Fehling B menjadi hijau muda. Selanjutnya dengan menggunakan
larutan fruktosa 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen Fehling A menjadi
biru muda dan setelah penambahan reagen Fehling B menjadi coklat dan terdapat endapan. Yang
terakhir dengan menggunakan larutan maltose 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah
penambahan reagen Fehling A menjadi biru muda dan setelah penambahan reagen Fehling B tetap
menjadi biru muda. Jika dibandingkan dengan literatur yang kami gunakan, maka hasil yang kami
dapatkan sesuai dengan literatur karena saat proses pengujian tidak ada kesalahan dan kendala saat
mereaksikan larutannya.

6. Uji Tollens

Uji Tollens memiliki fungsi yaitu agar kita bisa membedakan yang mana aldehid dan yang
mana keton, karena Aldehid dan keton ialah keluarga dari senyawa organik yang merasuk kedalam
kehidupan sehari-hari kita. Adapun sampel yang kami gunakan adalah larutan glukosa 1%, larutan
sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan maltose 1%. Pada uji Tollen dengan
menggunakan larutan glukosa 1% akan mendapatkan hasil setelah ditambahkan reagen tidak
berubah warna, dan setelah pemanasan terdapat endapan perak kehitaman. Kemudian dengan
menggunakan larutan sukrosa 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen tidak
terjadi perubahan warna tetapi Ketika dipanaskan menjadi kuning negative. Dengan menggunakan
larutan laktosa 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen tidak ada perubahan
warna dan ketika dipanaskan berwarna perak kehitaman. Selanjutnya dengan menggunakan larutan
fruktosa 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen tidak ada perubahan warna
dan ketika dipanaskan berwarna perak kehitaman. Yang terakhir dengan menggunakan larutan
maltose 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen tidak ada perubahan warna
dan ketika dipanaskan akan berwarna perak kehitaman. Jika dibandingkan dengan literatur yang
kami gunakan, maka hasil uji yang kami dapatkan telah sesuai.

7. Uji Nylanders

Uji Nylanders bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus pereduksi pada sakarida berjenis
aldosa yang dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat jika direaksikan dengan reagen Nylanders,
namun pada ketosa tidak termasuk gugus pereduksi karena hanya memiliki gugus keton yang tidak
dapat teroksidasi lagi. Hasil positif adanya gugus pereduksi adalah terbentuknya larutan berwarna
hitam yang merupakan hasil reduksi NBB (Raras, 2010). Adapun sampel yang kami gunakan
adalah larutan glukosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan laktosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan
maltose 1%. Pada uji Nylanders dengan menggunakan larutan glukosa 1% akan mendapatkan hasil
setelah ditambahkan reagen menjadi berwarna hitam dan tidak adanya endapan. Kemudian dengan
menggunakan larutan sukrosa 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen tidak
terjadi perubahan warna namun setelah dipanaskan menjadi kuning. Dengan menggunakan larutan
laktosa 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen menjadi coklat muda dan
tidak ada endapan. Selanjutnya dengan menggunakan larutan fruktosa 1% akan mendapatkan hasil
yaitu setelah penambahan reagen menjadi hitam dan tidak ada endapan. Yang terakhir dengan
menggunakan larutan maltose 1% akan mendapatkan hasil yaitu setelah penambahan reagen
menjadi coklat muda dan tidak ada endapan. Jika dibandingkan dengan literatur yang kami
gunakan, maka hasil uji yang kami dapatkan telah sesuai.

H. KESIMPULAN

Jadi pada uji kualitatif karbohidrat ini kami melakukan lima macam pengujian, yakni uji
Bennedict, uji Molisch, uji Saliwanoff, uji Fehling, dan uji Tollens. Uji Benedict, Fehling, dan
Tollens dilakukan untuk menguji gula preduksi (glukosa, fruktosa, maltose dan laktosa).
Sedangkan uji Molisch dapat digunakan untuk menguji seluruh jenis karbohidrat. Dan yang
terakhir adalah uji Saliwanoff yang digunakan untuk membedakan antara glukosa dan fruktosa.
Pada uji kualitatif karbohidrat ini, hasil pengamatan yang kami lakukan sesuai dengan literatur
dan ada juga yang tidak sesuai. Kemungkinan besar hal ini dapat terjadi akibat dari kesalahan
cara kerja yang kami lakukan pada saat praktikum pengujian sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Hanum, Galuh Ratmana. 2017. Buku Ajar Biokimia Dasar. Sidoarjo : UMSIDA Press.

Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung dan Pati Umbi

Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5 (1). hal. 38.

Margono, Narum Yuni, Risha Rahmawati & Annik Qurniawati. (2019). PR Kimia untuk SMA/MA

Kelas XII. Yogyakarta : Intan Pariwara.

Rahmadina. (2019). Modul Ajar Biokimia dalam Kehidupan. Medan : Fakultas Sains dan
Teknologi,

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Wibawa, Anak Agung Putu Putra. (2017). Diktat Mata Kuliah Biokimia Karbohidrat. Denpasar :

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

Yusuf, Yusnidar. (2018). Modul Kimia Pangan dan Gizi. EduCenter Indonesia. ISBN 978-602-

52823-4-8.

Raras, Hayu Ajeng Anggana, dkk. 2010. Uji Kualitatif Karbohidrat. Yogyakarta : Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma
LAMPIRAN
LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KUALITATIF LIPID

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ni Kadek Ayu Setya Pradnyani (211033)

Ni Made Widayanti (211034)

Michelle Novena Nauli (211035)

Ni Putu Amara Angelina (211036)

Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (211037)

Putri Siswati Anggrayani (211038)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

2021/2022
PRAKTIKUM BIOKIMIA ACARA 5
UJI KUALITATIF LIPID

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan uji kelarutan lipid pada beberapa macam pelarut.
2. Mahasiswa mampu melakukan uji derajat ketidakjenuhan asam lemak.
3. Mahasiswa mampu melakukan uji adanya lemak dalam suatu larutan

B. DASAR TEORI
Kata lipid berasal dari Bahasa Yunani “lipos” yang berarti lemak. Lipid merupakan
sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak, minyak, dan steroid. Para ahli biokimia
mengelompokkan lemak dan senyawa organik mirip dengan lemak ke dalam golongan lipid.
Kesepakatan ini telah disetujui oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC)
(Margono, dkk., 2019). Penyusun utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga
asam lemak yang bisa beragam jenisnya. Penyusun lipid lainnya berupa gliserida, monogliserida,
asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipida sederhana yang mengandung komponen
asam lemak seperti derivative senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivative steroida (Mamuaja,
2017).
Lipid memiliki sifat yaitu larut dalam pelarut nonpolar contohnya eter dan kloroform serta
tidak larut dalam air. Namun asam lemak, fosfolipid, sfingolipid dan kolesterol mengandung gugus
polar, sehingga dapat bersifat amfipatik yaitu dapat larut dalam air dan larut dalam lemak. Asam
lemak di dalam tubuh terutama terdapat sebagai ester dalam minyak dan lemak alami. Asam lemak
yang terdapat di dalam lemak alami mengandung atom karbon berjumlah genap dapat mengandung
ikatan tunggal (jenuh) atau mengandung ikatan satu atau lebih ikatan rangkap (tidak jenuh)
(Murray, dkk., 2012).
Berikut merupakan beberapa fungsi dari lipid :

1. Penyimpan energi.
2. Transportasi metabolik sumber energi.
3. Struktur dasar atau komponen utama membran semua jenis sel.
4. Pelindung organ tubuh dan alat angkut vitamin larut lemak
5. Pembentukan sel dan sumber asam lemak esensial (Hidayanto, 2017).

Berdasarkan kerangka dasarnya, lipid dapat diklasifikasikan menjadi berikut (Mamuaja, 2017).

1. Lipid Sederhana
Lipid sederhana merupakan lipid yang tersusun dari ester asam lemak dengan berbagai
alkohol.
a. Lemak (fat) merupakan ester asam lemak dengan gliserol.
b. Minyak (oil) adalah lemak dalam keadaan cair
c. Wax (malam) merupakan ester asam lemak dengan alkohol.
2. Lipid Kompleks
Berbeda dengan lipid sederhana, lipid kompleks merupakan ester asam lemak yang
mengandung gugus-gugus selain alkohol dan asam lemak, seperti fosfolipid dan glikolipid.
Fosfolipid adalah lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor, sedangkan glikolipid
adalah lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat.
Berdasarkan ikatan penyusunnya lipid dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Lipid Jenuh
Lipid jenuh yaitu lipid yang tidak memiliki ikatan rangkap atau dalam arti lain struktur lipid
ini memiliki ikatan tunggal.
2. Lipid Tak Jenuh
Lipid tak jenuh yaitu lipid yang strukturnya memiliki ikatan rangkap.

Untuk menguji kandungan lipid secara kualitatif, dapat dilakukan dengan beberapa metode
pengujian, seperti :

1. Uji Kelarutan Lipid Pada Beberapa Macam Pelarut

Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak, seperti : eter, kloroform, dan
benzena (Mardiyah, dkk., 2019).

2. Uji Adanya Lemak Dalam Suatu Larutan

Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung lemak. Jika
terbukti bahan makanan tersebut mengandung lemak, maka ia akan berwarna transparan
(Hidayanto, 2017).

3. Uji Penyabunan

Sabun mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini tampak dari timbulnya
busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk (Mardiyah, dkk., 2019).

4. Uji Menunjukkan Sifat Sabun Sebagai Emulgator

Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak
atau minyak, karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Sehingga sabun dapat
berfungsi sebagai emulgator (Mardiyah, dkk., 2019).

5. Uji Salkowski

Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi kolesterol. Apabila dalam sampel mengandung
kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat
terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Mamuaja, 2017).
C. ALAT DAN BAHAN
a. Uji Kelarutan Lipid Pada Beberapa Macam Pelarut
Alat :
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes
Bahan :
Minyak goreng, Mentega, Kloroform, Eter, Aquadest, NaOH 1N, Alkohol 96%, Bensin
b. Uji Adanya Lemak Dalam Suatu Larutan
Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Kertas minyak
Bahan:
Minyak goreng, Minyak kelapa, Eter
c. Uji Penyabunan
Alat :
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penangas air
Bahan :
Minyak kelapa, NaOH 0,5 N, Aquadest, Alkohol 96%, NaCl jenuh
d. Uji Menunjukkan Sifat Sabun Sebagai Emulgator
Alat :
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penangas Bunsen
Bahan :
Minyak kelapa, Na2CO3, Aquadest
e. Uji Salkowski
Alat :
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Vortex
Bahan :
Kuning telur, Kloroform, H2SO4

D. CARA KERJA
1. Uji Kelarutan Lipid Pada Beberapa Macam Pelarut

Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu isilah


masing-masing tabung dengan :
Tabung 1 : 1 mL kloroform
Tabung 2 : 1 mL eter
Tabung 3 : 1 mL aquadest
Tabung 4 : 1 mL NaOH 1N
Tabung 5 : 1 mL alkohol 96%
Tabung 6 : 1 mL bensin .

Tambahkan ke dalam tiap tabung di atas 1 mL minyak goreng

Gojoklah sampai homogen, lalu diamkan beberapa menit


dan amati serta catat perubahan yang terjadi.

Ulangi percobaan di atas dengan menggunakan mentega


sebagai sumber lipida

2. Uji Adanya Lemak Dalam Suatu Larutan

Siapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu isilah


masing-masing tabung dengan :

Tabung 1 : 2 mL minyak goreng


Tabung 2 : 2 mL minyak zaitun
Tabung 3 : 2 mL mentega

Tambahkan 2 mL eter pada masing-masing tabung reaksi

Ambilah lapisan eter dan tempatkan di atas lempeng tetes.

Biarlah eternya menguap dan usaplah sisanya dengan kertas


minyak

Amati ada/tidaknya noda


3. Uji Penyabunan

Siapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu isilah


masing-masing tabung dengan 1 mL minyak kelapa

Kemudian isilah masing-masing tabung :

Tabung 1 : 1 mL NaOH
Tabung 2 : 1 mL aquadest

Setelah itu tambahkan 1 mL alkohol 96% pada masing-masing tabung reaksi

Selanjutnya panaskan kedua tabung pada penangas air mendidih


selama 15 menit

Selanjutnya keluarkan kedua tabung dari penangas air dan


tambahkan 2 mL NaCl jenuh

Amati perubahan yang terjadi

4. Uji Menunjukkan Sifat Sabun Sebagai Emulgator

Siapkan 1 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu isilah


dengan 1 mL minyak kelapa

Tambahkan 0,5 mL aquadest dan 0,5 mL Na2CO3 1%

Selanjutnya vortex tabung reaksi tersebut

Amati perubahan dan bau yang terjadi


5. Uji Salkowski

Larutkan kuning telur sebanyak 0,5 mL dengan 1 mL kloroform

Selanjutnya vortex tabung reaksi dan tambahkan 1 mL H2SO4

Amati perubahan yang terjadi

E. DATA HASIL PERCOBAAN


1. Uji Kelarutan Lipid Pada Beberapa Macam Pelarut
a. Sampel Minyak Goreng

No. Perlakuan Hasil Percobaan Gambar


1. 1 mL minyak Larut
goreng + 1mL
klorofom
Berwarna Kuning
Bening

2. 1 mL minyak Larut
goreng + 1mL eter

Berwarna Kuning
Bening
3. 1 mL minyak Tidak Larut
goreng + 1mL
aquadest
Terdapat 2 lapisan,
yaitu minyak diatas
dan aquadest
dibawah

4. 1 mL minyak Tidak Larut


goreng + 1mL
NaOH 1N
Terdapat 2 lapisan,
yaitu minyak diatas
dan NaOH dibawah.

5. 1 mL minyak Larut
goreng + 1mL
alkohol 96%
Berwarna Kuning
Keruh
6. 1 mL minyak Larut
goreng + 1mL
bensin
Berwarna Bening
Kehijauan.

b. Sampel Mentega
No. Perlakuan Hasil percobaan Gambar
1. 1 mL mentega + Larut
1mL klorofom

Berwarna Kuning
2. 1 mL mentega + Larut
1mL eter
Berwarna Kuning

3. 1 mL mentega + Tidak Larut


1mL aquadest

Terdapat 2 fase,
yaitu minyak diatas
dan aquadest
dibawah.

4. 1 mL mentega + Tidak Larut


1mL NaOH 1N

Terdapat 2 fase,
yaitu minyak diatas
dan NaOh dibawah.
5. 1 mL mentega + Larut
1mL alkohol 96%

Berwarna Kuning

6. 1 mL mentega + Larut
1mL bensin

Berwarna Hijau
Kekuningan.
2. Uji Adanya Lemak Dalam Suatu Larutan
No. Perlakuan Hasil Percobaan
1. 2 mL eter + 2 mL Ada noda pada
minyak goreng kertas minyak.

2. 2 mL eter + 2 mL Ada noda pada


minyak zaitun kertas minyak.

3. 2 mL eter + 2 mL Ada noda pada


mentega kertas minyak.
3. Uji Penyabunan
No. Perlakuan Hasil Percobaan
1. 1 mL minyak kelapa -Sebelum
+ 1 mL NaOH + 1 dipanaskan
mL alkohol 96% menghasilkan 3 fase,
yang dibagian
tengahnya keruh.

- Setelah dipanaskan
menghasilkan busa
dan larut.

2. 1 mL minyak kelapa -Sebelum


+ 1 mL aquadest + 1 dipanaskan
mL alcohol 96% menghasilkan 2 fase,
yaitu dibagian atas
keruh dan bagian
bawah bening.
-Setelah dipanaskan
menghasilkan 2 fase
dan busa

4. Uji Menunjukkan Sifat Sabun Sebagai Emulgator


No. Perlakuan Hasil Percobaan Gambar
1. 1 mL minyak kelapa - Setelah
+ 0,5 mL aquadest + ditambahkan
0,5 mL Na2CO3 1% aquadest terjadi 2
fase dan berwarna
bening.

- Setelah
ditambahkan
Na2CO3 terdapat 2
fase dan adanya busa
- Setelah di vortex
menghasilkan 2 fase
dan tidak ada busa
dan bau minyak
kelapa

5. Uji Salkowski
No. Perlakuan Hasil Percobaan Gambar
1. 0,5 mL kuning telur -Setelah telur
+ 1 mL kloroform + ditambah 1 ml
1 mL H2SO4 kloroform
menghasilkan warna
kuning butek karena
tidak mengandung
kolesterol.

- Setelah
ditambahkan 1 ml
H2S04
menghasilkan warna
kuning keruh.

-Setelah di vortex
menghasilkan warna
kuning cerah.
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum uji kualitatif lipid. Lipid atau sering
disebut sebagai lemak merupakan sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak, minyak,
dan steroid. Lipid memiliki sifat yaitu larut dalam pelarut nonpolar contohnya eter dan kloroform
serta tidak larut dalam air. Berdasarkan ikatan penyusunnya, lipid dapat dibedakan menjadi lipid
jenuh (lipid yang tidak memiliki ikatan rangkap atau dalam arti lain struktur lipid ini memiliki
ikatan tunggal) dan lipid tak jenuh (lipid yang strukturnya memiliki ikatan rangkap). Selain itu lipid
juga dapat dibagi berdasarkan kerangka dasarnya, yakni : lipid sederhana (lipid yang tersusun dari
ester asam lemak dengan berbagai alkohol) dan lipid kompleks (ester asam lemak yang
mengandung gugus-gugus selain alkohol dan asam lemak).

Pada praktikum ini, ada lima macam pengujian yang kami lakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan senyawa lipid. Adapun kelima uji itu adalah : uji kelarutan lipid pada beberapa macam
pelarut, uji adanya lemak dalam suatu larutan, uji penyabunan, uji menunjukkan sifat sabun sebagai
emulgator, dan uji Salkowski.

1. Uji Kelarutan Lipid Pada Beberapa Macam Pelarut


Seperti yang kita ketahui, bahwa lipid merupakan salah satu contoh senyawa
nonpolar. Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah terlarut dengan
pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Hal ini sesuai dengan prinsip uji
kelarutan, yakni berdasarkan kaidah “like dissolves like” yang mana senyawa polar akan
larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Oleh karena itu, secara teori seharusnya senyawa
lipid, atau dalam praktikum ini adalah minyak goreng dan mentega hanya akan larut dalam
pelarut nonpolar saja, seperti : kloroform, eter, dan bensin. Hasil pengujian yang kami
dapatkan untuk sampel minyak goreng telah sesuai secara literatur/teori. Dan pada sampel
mentega hasil yang kami dapatkan sudah sesuai dengan literatur atau teori. Hasil dari uji
kelarutan lipid dengan minyak goreng dan mentega yaitu sudah sesuai dengan literatur.

2. Uji Adanya Lemak Dalam Suatu Larutan


Untuk menguji bahwa sampel mengandung lemak atau tidak, kita dapat
menggunakan kertas minyak. Pada saat sampel diusapkan pada kertas minyak, jika dia
mengandung lemak, maka kertas minyak akan berubah menjadi berwarna transparan
(terdapat noda). Ketiga sampel yang kami ujikan saat praktikum yaitu pada minyak goreng,
minyak zaitun, dan mentega. Ketika diusap pada kertas, ternyata membuat kertas tersebut
menjadi transpara dan ada noda pada kertanya. Hal ini menandakan bahwa sampel minyak
goreng, minyak zaitun, dan mentega positif mengandung lemak.

3. Uji Penyabunan
Proses hidrolisis lemak menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan garam
asam lemak atau sabun. Proses hidrolisis ini merupakan reaksi antara lemak dengan basa
alkali (NaOH atau KOH) dinamakan dengan reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak
yang digunakan untuk membuat sabun, pada umumnya berasal dari asam lemak palmitat.
Sabun mempunyai sifat menurunkan tegangan permukaan air (surfaktan). Hal ini tampak
dari timbulnya busa apabila sabun dilarutkan dalam air dan diaduk. Pada saat praktikum uji
penyabunan ini, didapatkan hasil pada tabung reaksi pertama yaitu minyak kelapa + NaOH
+ alkohol 96% mendapatkan hasil yaitu mengandung busa dan larut. Sedangkan pada tabung
reaksi yang kedua yaitu pada minyak kelapa + aquadest + alkohol 96% mendapatkan hasil
mengandung busa dan terdapat 2 fase. Hal ini menandakan bahwa hasil yang kami dapatkan
sudah sesuai dengan literatur.

4. Uji Menunjukkan Sifat Sabun Sebagai Emulgator


Sabun dapat digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang
bersifat lemak atau minyak, karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak.
Sehingga sabun dapat berfungsi sebagai emulgator. Pada proses emulsi, bagian hidrofob
molekul sabun masuk ke dalam lemak, sedangkan ujung yang bermuatan negatif ada di
bagian luar. Karena terdapat gaya tolak antara muatan listrik negatif inilah, kotoran akan
terpecah menjadi partikel-partikel lebih kecil dan membentuk emulsi. Ketika praktikum,
didapatkan hasil bahwa saat minyak kelapa + aquadest + Na2CO3 1% dicampurkan dengan
vortex, maka minyak kelapa dengan aquadest menjadi 2 fase dan terdapat busa. Selain itu
timbul yaitu bau seperti minyak kelapa.

5. Uji Salkowski
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume
yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester
lipid. Apabila dalam sampel terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas
menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna
fluorosens hijau. Hasil yang kami dapatkan ketika praktikum, yakni sampel (kuning telur)
setelah dilarutkan dalam kloroform dan ditambahkan dengan asam sulfat yaitu tidak
memperlihatkan hal yang serupa sesuai dengan teori. Hal ini karena hasil yang kami
dapatkan pada sampel yaitu berwarna kuning butek, mungkin saja hal ini terjadi karena pada
telur tidak mengandung kolesterol dan bisa saja pada saat melalukan percobaan kami terlalu
sedikit memasukkan sampel kuning telurnya kedalam tabung reaksi. Namun hasil akhir
setelah di vortex menghasilkan warna kuning cerah dan sesuai dengan literatur atau teori.

G. KESIMPULAN
Pada uji kualitatif lipid ini, kami melakukan lima macam pengujian, yakni : uji uji kelarutan
lipid pada beberapa macam pelarut, uji adanya lemak dalam suatu larutan, uji penyabunan, uji
menunjukkan sifat sabun sebagai emulgator, dan uji Salkowski. Secara keseluruhan, hampir semua
hasil yang didapatkan ketika praktikum telah sesuai dengan apa yang tercantum pada literatur atau
teori yang didapatkan. Namun ada juga hasil pengujian yang masih kurang sesuai. Hal ini dapat
disebabkan oleh karena kesalahan cara kerja, maupun masih kurangnya ilmu yang dimiliki oleh
kami selaku praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiyah, Siti, Baterun Kunsah, Nastiti Kartika rini dan Rinza Rahmawati Samsudin. (2019).
Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surabaya.

Hidayanto, Ariyo Prabowo. (2017). Modul Praktikum Biokimia. Jakarta : Universitas Esa Unggul.

Mamuaja, Christine F., (2017). Lipida. Manado : Unsrat Press.

Margono, Narum Yuni, Risha Rahmawati & Annik Qurniawati. (2019). PR Kimia untuk SMA/MA
Kelas XII. Yogyakarta : Intan Pariwara.

Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W. and Weil, P.A., (2012),
Alih Bahasa Manurung, L.M. dan Mandera, L.I., Biokimia Harper, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KUALITATIF PROTEIN

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ni Kadek Ayu Setya Pradnyani (211033)

Ni Made Widayanti (211034)

Michelle Novena Nauli (211035)

Ni Putu Amara Angelina (211036)

Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (211037)

Putri Siswati Anggrayani (211038)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

2022/2023
PRAKTIKUM BIOKIMIA ACARA 7
UJI KUALITATIF PROTEIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat membuktikan sifat fisika dan kimia protein.

B. DASAR TEORI
Protein berasal dari kata latin proteios yang berarti pertama atau sesuatu yang terpenting
dalam kehidupan. Protein merupakan senyawa organik bagian dari protoplasma dinding sel dan
organel sel tumbuhan tumbuhan dan hewan. Senyawa ini menyusun sekitar 20% berat kering sel
hewan dan manusia (Sakdiah, 2019).

Sifat, bentuk, dan ciri khas protein sebagai suatu kelompok senyawa biologi ditemukan oleh
komposisi kimianya. Komposisi dan tata urutan asam amino, sebagai satuan dasar penyusun protein,
menentukan bentuk ruang (konformasi) protein. Bentuk ruang ini sangat penting dalam aktivitas dan
fungsi protein. Secara umum, komposisi unsur protein terdiri atas 50% karbon (C), 7% hidrogen (H),
16% nitrogen (N), 0-3% sulfur (S), dan 0-3% fosfor (P). terdapat unsur nitrogen (N) yang merupakan
ciri khas molekul protein (Sakdiah, 2019).

Protein adalah makromolekul yang kompleks secara fisik dan fungsional yang berperan
penting dalam tubuh makhluk hidup. Protein memiliki empat urutan struktur protein yaitu struktur
primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Protein merupakan rangkaian asam amino yang disebut
polipeptida yang melaksanakan sebagian besar fungsi di dalam sel (Sisimindari, 2015).

Asam amino penyusun protein terdiri atas 20 jenis asam amino. Suatu protein tersusun dari
satu atau lebih polipeptida seperti hemoglobin dan insulin. Pada dasarnya, struktur suatu asam amino
terdiri atas gugus α-amino, α-karboksil, α-karbon dan gugus R yaitu suatu rantai panjang. Terdapat
dua bentuk asam amino yaitu bentuk netral dengan gugus NH2 dan COOH serta bentuk zwitterionic
yang memiliki muatan positif dan negatif dalam satu molekul (Sisimindari, 2015).

Gugus R menentukan karakter dari asam amino sehingga juga akan menentukan karakter dari
protein. Oleh adanya gugus R yang bermacam-macam, maka ada empat macam golongan protein
yaitu asam amino hidrofobik dengan gugus R yang nonpolar, asam amino polar dengan gugus R yang
netral, asam amino bermuatan positif memiliki gugus R bermuatan positif pada pH fisiologi dan asam
amino bermuatan negatif memiliki gugus R bermuatan negatif pada pH fisiologi (Sisimindari, 2015).

Berdasarkan strukturnya, protein mempunyai sifat-sifat berikut :


1. Membentuk zwitter ion di dalam air.
2. Dapat mengalami denaturasi (kerusakan struktur) akibat pemanasan, perubahan pH, pelarut
organik, gerakan mekanik, dan adanya ion logam.
3. Jika dilarutkan dalam air, mempunyai viskositas lebih besar daripada air. Viskositas
tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi, dan suhu larutan.
4. Sebagian besar protein bersifat koloid hidrofil
5. Dapat dihidrolisis menjadi asam amino dengan asam encer atau enzim protease (Margono,
2019).

Berikut merupakan beberapa fungsi utama protein (Wahjuni, 2014).

Fungsi Protein (contoh-contoh)


Peranan katalisator Enzim-enzim
Kontraksi Aktin, Miosin
Pengaturan gen Histon, protein represor, enzim
Peranan hormonal Insulin, dan hormon protein lainnya
Proteksi Fibrin, imunoglobulin, interferon
Peranan regulasi Kalmodulin, Ca2 binding protein
Peranan structural Kolagen, elastin, keratin
Transport Albumin (bilirubin, asam lemak, dll)
Hemoglobin (oksigen), lipoprotein, transferin
(besi)

Untuk menguji kandungan protein secara kualitatif, dapat dilakukan dengan beberapa metode
pengujian, seperti :

1. Uji Millon
Jika sampel protein dipanaskan dengan merkuri nitrat (Hg(NO3)2), lalu ditambah asam
nitrit akan terbentuk cincin yang berwarna merah. Uji ini untuk mengetahui adanya asam
amino dengan gugus fenol. (Margono, 2019)
2. Uji Biuret
Jika sampel protein ditambah beberapa tetes CuSO4 dan NaOH akan berwarna merah
muda sampai ungu. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida (Margono,
2019).
3. Uji pengendapan dengan alkohol
Uji ini merupakan pengujian untuk denaturasi protein. Denaturasi protein ditandai dengan
adanya endapan atau penggumpalan protein yang disebut koagulasi. Penambahan alkohol
pada protein dapat merusak ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen yang dimaksud berada di
antara gugus amida dalam struktur sekunder protein. Penambahan asam kuat dan basa
kuat akan mengganggu jembatan garam dengan adanya muatan ionik (Margono, 2019).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Uji Millon
Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penjepit tabung reaksi, Penangas Bunsen
Bahan:
Putih telur ayam, Putih telur bebek, Ekstrak tempe , Ekstrak tahu dan Reagen Millon
2. Uji Biuret
Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes
Bahan:
Putih telur ayam, Putih telur bebek, Ekstrak tempe, Ekstrak tahu, dan Reagen Biuret
3. Uji Pengendapan dengan alkohol

Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penjepit tabung reaksi, Penangas Bunsen
Bahan:
Putih telur ayam, Putih telur bebek, Ekstrak tempe, Ekstrak tahu, HCl 0,1 M, NaOH 0,1
M, Buffer asetat 1 M (pH 4,7), Etanol 95%

D. CARA KERJA
1. Uji Millon

Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL putih telur ayam, putih telur bebek, ekstrak tempe
dan ekstrak tahu

Selanjutnya tambahkan dimasukkan 5 tetes reagen milon menggunakan pipet


tetes kedalam masing-masing tabung reaksi
Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Panaskan pada bunsen

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya

2. Uji Biuret

Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL putih telur ayam, putih telur bebek, ekstrak tempe
dan ekstrak tahu

Selanjutnya tambahkan dimasukkan 2 mL reagen Biuret ke dalam masing-


masing tabung reaksi

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya

3. Uji Pengendapan dengan alkohol

Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL putih telur ayam, putih telur bebek, ekstrak tempe
dan ekstrak tahu

Selanjutnya tambahkan 1 mL HCl 0,1M dan 6 mL etanol 95% ke dalam


masing-masing tabung reaksi

Selanjutnya tambahkan 1 mL NaOH 0,1M dan 6 mL etanol 95% ke dalam


masing-masing tabung reaksi
Selanjutnya tambahkan 1 mL Buffer asetat dan 6 mL etanol 95% ke dalam
masing-masing tabung reaksi

Goyang-goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya

E. DATA HASIL PERCOBAAN

1. Uji Millon

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN Gambar

5 mL putih telur ayam + 5 - Putih telur ayam sebelum


tetes reagen Millon ditambahkan reagen
Millon tidak ada endapan
dan bewarna kuning
bening.

- Putih telur ayam setelah


ditambahkan reagen
Millon dan dipanaskan
terdapat endapan merah
bata.
5 mL putih telur bebek + 5 - Putih telur bebek sebelum
tetes reagen Millon ditambahkan reagen
Millon tidak ada endapan
dan bewarna kuning
bening.

- Putih telur bebek setelah


ditambahkan reagen
Millon dan dipanaskan
terdapat endapan merah
bata.

5 mL ekstrak tempe + 5 - Ekstrak tempe sebelum


tetes reagen Millon ditambahkan reagen
Millon tidak ada endapan
dan bewarna kuning
keruh.
-

- Ekstrak tempe setelah


ditambahkan reagen
Millon dan dipanaskan
terdapat endapan merah
bata.
5 mL ekstrak tahu + 5 tetes - Ekstrak tahu sebelum
reagen Millon ditambahkan reagen
Millon tidak ada endapan
dan bewarna putih keruh.

- Ekstrak tahu setelah


ditambahkan reagen
Millon dan dipanaskan
terdapat endapan merah
bata.

2. Uji Biuret

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN Gambar

5 mL putih telur ayam + 2 - sebelum ditambah reagen


mL reagen Biuret berwarna kuning jernih
dan tidak ada endapan

- Setelah ditambah reagen


warnanya berubah
menjadi ungu muda dan
tidak ada endapan
5 mL putih telur bebek + 2 - Sebelum ditambah reagen
mL reagen Biuret warna putih bening dan
tidak ada endapan

- Setelah ditambah reagen


warnanya berubah
menjadi ungu muda dan
tidak ada endapan

5 mL ekstrak tempe + 2 mL - Sebelum ditambah reagen


reagen Biuret berwarna kuning keruh
dan tidak ada endapan

- Setelah ditambah reagen


warnanya berubah
menjadi ungu muda dan
tidak ada endapan
5 mL ekstrak tahu + 2 mL - Sebelum ditambah reagen
reagen Biuret berwarna putih keruh dan
tidak ada endapan

- Setelah ditambah reagen


warnanya berubah
menjadi ungu muda dan
tidak ada endapan

3. Uji Pengendapan Dengan Alkohol

a) Etanol 95% + HCl 0,1 M

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN Gambar

5 mL putih telur ayam + 1 -Pada saat ditambah 1 ml HCI


mL HCl 0,1 M + 6 mL tidak terdapat endapon dan
etanol 95% berwarna kuning bening

-Pada saat ditambah ime HCI +6


ml etanol 95% mendapatkan hasil
yaitu ada endapan berwarna putih
5 mL putih telur bebek + 1 -Pada saat ditambah 1 mL HCI
mL HCl 0,1 M + 6 mL tidak terdapat endapan dan
etanol 95% berwarna bening

-Pada saat ditambah 1 mL HCI +


6 mL etanol 95% mendapatkan
hasil yaitu ada endapan berwarna
Putih

5 mL ekstrak tempe + 1 mL -Pada saat ditambah 1 mL HCI


HCl 0,1 M + 6 mL etanol ekstrat tempe tidak terdapat
95% endapan dan berwarna Putih
keruh.

-Pada saat ditambah 1 mL HCl +6


mL etanol terdapat endapan
berwarna putih
5 mL ekstrak tahu + 1 mL -Pada saat ditambahimy HCI
HCl 0,1 M + 6 mL etanol ekstrak tahu tidak terdapat
95% endapan dan berwarna putih

-Pada Saat ditambah imu HCl +


6mL etanol terdapat anda pan
berwarna putih

b) Etanol 95% + NaOH 0,1 M

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN Gambar

5 mL putih telur ayam + 1 - Pada saat ditambah 1 mL


mL NaOH 0,1 M + 6 mL NaOH tidak terdapat
etanol 95% endapan dan berwarna
kuning bening.

- Pada saat ditambah 1 mL


NaOH + 6 mL etanol
terdapat endapan
berwarna kuning bening.
5 mL putih telur bebek + 1 - Pada saat ditambah 1 mL
mL NaOH 0,1 M + 6 mL NaOH tidak terdapat
etanol 95% endapan dan berwarna
putih bening.

- Pada saat ditambahkan 1


mL NaOH + 6 mL etanol
terdapat endapan
berwarna putih.

5 mL ekstrak tempe + 1 mL - Pada saat ditambahkan 1


NaOH 0,1 M + 6 mL mL NaOH ekstrak
etanol 95% terhadap endapan dan
berwarna putih keruh.

- Pada saat ditambah 1 mL


NaOH + 6 mL etanol
terhadap endapan
berwarna kuning.
5 mL ekstrak tahu + 1 mL - Pada saat ditambahkan 1
NaOH 0,1 M + 6 mL etanol mL NaOH ekstrak tahu
95% tidak terdapat endapan
dan berwarna putih.

- Pada saat ditambakan 1


mL NaOH + 6 mL etanol
terdapat endapan
berwarna putih.

c) Etanol 95% + 1 Buffer Asetat 1 M

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN Gambar

5 mL putih telur ayam + 1 - Pada saat ditambah 1 mL


mL Buffer asetat + 6 mL buffer asetat, tidak ada
etanol 95% endapan dan berwarna
kuning bening.

- Pada saat ditambah 1 mL


buffer asetat + 6 mL
etanol, terdapat endapan
berwarna putih.
5 mL putih telur bebek + 1 - Pada saat ditambah 1 mL
mL 1 mL Buffer asetat + 6 buffer asetat, tidak ada
mL etanol 95% endapan dan berwarna
putih bening.

- Pada saat ditambah 1 mL


buffer asetat + 6 mL
etanol, terdapat endapan
berwarna putih.

5 mL ekstrak tempe + 1 mL - Pada saat ditambah 1 mL


Buffer asetat + 6 mL etanol buffer asetat, tidak ada
95% endapan dan berwarna
putih.

- Pada saat ditambah 1 mL


buffer asetat + 6 mL
etanol, terdapat endapan
berwarna putih.
5 mL ekstrak tahu + 1 mL - Pada saat ditambah 1 mL
Buffer asetat + 6 mL etanol buffer asetat, tidak ada
95% endapan dan berwarna
putih

- Pada saat ditambah 1 mL


buffer asetat + 6 mL
etanol, terdapat endapan
berwarna putih.

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum uji kualitatif protein. Protein adalah
makromolekul yang kompleks secara fisik dan fungsional yang tersusun dari berbagai asam amino
dan berperan penting dalam tubuh makhluk hidup, yang mana senyawa ini bertindak dalam menyusun
sekitar 20% berat kering sel hewan dan manusia. Protein memiliki beragam fungsi, yakni dapat
menjadi katalisator, berperan dalam pengaturan gen dan hormon, bertindak dalam memproteksi
tubuh, serta sebagai transport. Pada praktikum ini, terdapat tiga macam pengujian yang kami lakukan
untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa protein. Adapun ketiga uji tersebut adalah : uji Millon,
uji Biuret, dan uji pengendapan dengan alkohol.

1. Uji Millon

Prinsip dalam uji millon ini adalah merkuro atau merkuri nitrat yang terdapat dalam pereaksi
Millon apabila ditambahkan pada larutan protein yang mengandung tirosin akan menghasilkan
endapan putih. Jika dipanaskan, maka akan terbentuk warna merah bata. Hal ini dapat terjadi karena
merkuri yang bereaksi dengan gugus fenol pada tirosin akan membentuk senyawa yang berwarna.
Oleh karena itu, pada dasarnya reaksi ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol (Mardiyah,
dkk., 2019).
Hasil pengujian dalam percobaan yang kami lakukan pada keempat sampel (putih telur bebek,
putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu) adalah semua menghasilkan endapan putih, serta
terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna merah bata. Yang mana warna merah paling pekat
terdapat pada sampel putih telur bebek, kemudian diikuti oleh putih telur ayam, selanjutnya pada
ekstrak tempe dan warna merah yang paling muda terdapat pada ekstrak tahu. Urutan di atas sejalan
dengan kecepatan terjadinya endapan pada sampel, yakni sampel putih telur bebek yang paling cepat
mengendap dan yang paling lambat adalah sampel ekstrak tahu. Apabila hasil praktikum ini
dibandingkan dengan apa yang tertulis dalam literatur, maka didapatkan makna bahwa sampel putih
telur bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu mendapatakan hasil yang positif yaitu
mengandung senyawa protein yang mengandung tirosin. Maka dalam percobaan uji millon hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan literatur.

2. Uji Biuret

Prinsip dalam uji ini adalah protein memiliki ikatan peptida yang bereaksi positif dengan reagen
Biuret. Ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan polipeptida dalam larutan bersuasana alkali
atau basa akan berwarna lembayung bila direaksikan dengan Cu2+ dalam reagen Biuret. Reaksi ini
tidak terjadi pada makromolekul yang lain (Mardiyah, dkk., 2019).

Hasil pengujian dalam percobaan yang kami lakukan pada keempat sampel yaitu putih telur
bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe, dan ekstrak tahu adalah semua menghasilkan endapan putih,
serta terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna ungu muda. Yang mana warna ungu paling
pekat terdapat pada sampel putih telur bebek, kemudian diikuti oleh putih telur ayam, selanjutnya
pada ekstrak tempe dan warna ungu yang paling muda terdapat pada ekstrak tahu. Sama halnya pada
uji Millon, kecepatan pengendapan yang paling cepat terdapat pada sampel putih telur bebek dan
yang paling lambat adalah pada sampel ekstrak tahu. Apabila hasil praktikum ini dibandingkan
dengan apa yang tertulis dalam literatur, maka didapatkan makna bahwa sampel putih telur bebek,
putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu mendapatkan hasil yang positif yaitu mengandung
protein. Maka dalam percobaan uji biuret hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur.

3. Uji Pengendapan Dengan Alkohol

Prinsip dalam uji ini adalah etanol absolut bersifat kuat menarik air (higroskopis). Penambahan
etanol absolut pada suatu larutan protein akan menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan
molekul protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol. Akibatnya, molekul-molekul protein
beragregasi satu sama lain sehingga membentuk endapan. Bila agregat partikel protein tersebut
dibiarkan bersentuhan dengan etanol untuk waktu yang lama, maka endapan yang terbentuk tidak
dapat dilarutkan lagi sehingga denaturasi yang terjadi bersifat irreversible (Mardiyah, dkk., 2019).

a. Etanol 95% + HCl 0,1 M

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penambahan etanol dapat menyebabkan
denaturasi pada larutan yang mengandung protein. Selain karena penambahan alkohol, pH ekstrem
juga dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi. Penambahan HCl yang bertindak sebagai
asam kuat menyebabkan pH larutan protein menjadi asam, sehingga dapat memungkinkan larutan
protein akan mengalami denaturasi. Denaturasi ini ditampilkan melalui terbentuknya endapan pada
larutan protein. Namun, endapan yang terbentuk masih sebagian. Hasil yang kami peroleh pada
keempat sampel putih telur bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu, semuanya
mendapatkan hasil positif yaitu terbentuk endapan berwarna putih. Sehingga dapat diartikan bahwa,
sampel telah mengalami denaturasi. Maka dalam percobaan ini hasil yang kami peroleh sudah sesuai
dengan literatur.

b. Etanol 95% + NaOH 0,1 M

Selain mereaksikan etanol dengan asam kuat, pada pengujian ini juga mereaksikan etanol dengan
basa kuat yakni NaOH. Penambahan NaOH yang bertindak sebagai basa kuat menyebabkan pH
larutan protein menjadi basa, sehingga dapat memungkinkan larutan protein akan mengalami
denaturasi. Sama seperti sebelumnya, denaturasi ini ditampilkan melalui terbentuknya endapan pada
larutan protein. Namun, endapan yang terbentuk masih sebagian. Hasil yang kami peroleh pada
keempat sampel yaitu putih telur bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu, semuanya
mendapatkan hasil yang positif yaitu terbentuk endapan berwarna putih. Sehingga dapat diartikan
bahwa, sampel telah mengalami denaturasi. Maka dalam percobaan ini hasil yang kami peroleh sudah
sesuai dengan literatur.

c. Etanol 95% + Buffer asetat 1 M (pH 4,7)

Penambahan etanol dan buffer asetat pada keempat sampel larutan protein yaitu putih telur bebek,
putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu menyebabkan timbulnya endapan putih. Endapan
putih yang timbul menandakan bahwa larutan protein mengalami denaturasi. Hal ini disebabkan
karena buffer asetat sangat kuat mempertahankan pH nya pada pH 4,7 sehingga merusak
keseimbangan zwitter ion ke kondisi asam di bawah titik isoelektrik.
G. KESIMPULAN

Pada uji kualitatif protein ini, kami melakukan tiga macam pengujian yakni : uji millon, uji
biuret, dan uji pengendapan dengan alkohol. Uji millon dilakukan untuk menguji apakah ada/tidak
senyawa protein yang mengandung tirosin pada sampel, uji biuret dilakukan spesifik pada senyawa
protein saja sebab prinsip dari uji ini yang hanya bereaksi positif jika sampel mengandung ikatan
peptida di dalamnya, dan yang terakhir adalah uji pengendapan dengan alkohol yang berdasar pada
konsep denaturasi protein. Dan secara keseluruhan, semua hasil yang kami dapatkan ketika
melakukan uji kualitatif protein ini telah sesuai dengan apa yang tertulis dalam literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiyah, Siti, Baterun Kunsah, Nastiti Kartika Rini & Rinza Rahmawati Samsudin. 2019. Petunjuk
Praktikum Biokimia. Surabaya : Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Margono, Narum Yuni, Risha Rahmawati & Annik Qurniawati. (2019). PR Kimia untuk SMA/MA
Kelas XII. Yogyakarta : Intan Pariwara.

Sakdiah, Siti Hajar, Al-Azhar, Sofia & Juwita. 2019. Modul Kegiatan Praktikum Biokimia. Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Sisimindari, Rumiyati, Jenie, R.I. dan Meiyanto, E., 2015, Biokimia Farmasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Wahjuni, Sri. 2014. Dasar-Dasar Biokimia. Udayana University Press, Denpasar.


LAMPIRAN
LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI GLUKOSA DAN PROTEIN DALAM URIN

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ni Kadek Ayu Setya Pradnyani (211033)

Ni Made Widayanti (211034)

Michelle Novena Nauli (211035)

Ni Putu Amara Angelina (211036)

Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (211037)

Putri Siswati Anggrayani (211038)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

2022/2023
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Dapat membuktikan adanya glukosa dan protein dalam urin.

B. DASAR TEORI

Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti
racun atau obat-obatan dari dalam tubuh (Washudi, et al, 2016). Ekskresi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa yang terdapat di dalam darah yang akan disaring oleh ginjal, serta
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Wibawa, 2016). Urinalisis adalah pemeriksaan sampel
urin yang bertujuan untuk skrining, diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran
kemih, batu ginjal, serta memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan hipertensi,
dan juga skrining terhadap status kesehatan umum (Santhi, et al, 2016).

Pemeriksaan glukosa dalam urin dengan uji Bennedict memanfaatkan sifat glukosa sebagai gula
pereduksi. Prinsip pemeriksaan uji Bennedict yakni glukosa dalam urin akan mereduksi cuprisulfat
menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Bennedict. Hasil positif
ditampilkan dengan adanya kekeruhan dan perubahan warna dari semula berwarna biru menjadi
hijau kekuningan sampai merah bata. Kelebihan dari metode ini adalah biayanya yang lebih murah,
serta membutuhkan jumlah urin yang lebih sedikit (Gandasoebrata, 2008). Sedangkan kelemahan
yang dimiliki metode ini yakni jumlah reagen yang dibutuhkan lebih banyak, dibutuhkan waktu
yang cukup lama untuk dapat memperoleh hasil, serta metode ini bersifat tidak spesifik untuk
mendeteksi glukosa dalam urin saja (Mayangsari, 2008).

Berikut merupakan interpretasi hasil uji glukosa urin dengan metode Bennedict (Gandasoebrata
dalam Priadi, et al, 2017).

Warna campuran Perkiraan Kadar Glukosa Kesimpulan

Biru jernih 0% Negatif

Hijau 0,5% Positif, samar

Hijau kecoklatan 1% Positif, + sampai dengan ++

Kuning 1,5% +++

Merah bata 2% ++++


Membran kapiler glomerulus sangat selektif, karena memiliki tiga lapisan utama yakni endotel
kapiler, membran basalis, dan lapisan sel epithelial (podosit). Ketiga lapisan ini berfungsi sebagai
saringan untuk menahan eritrosit dan protein plasma, tetapi masih dapat menyaring air dan zat
terlarut. Seluruh dinding kapiler glomerulus memiliki muatan negatif yang mengakibatkan albumin
tidak dapat terfiltrasi. Sehingga, hasil filtrasi (urin) pada dasarnya akan bebas dari protein dan
eritrosit (Guyton C, 2014).

Pemeriksaan protein dalam urin dengan uji Biuret memanfaatkan prinsip bahwa protein
memiliki ikatan peptida yang bereaksi positif dengan reagen Biuret. Ikatan-ikatan peptida yang
menyusun protein dan polipeptida dalam larutan dengan suasana alkali akan berwarna lembayung
bila direaksikan dengan Cu2+ dalam reagen Biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul yang
lain (Mardiyah, et al, 2019).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Percobaan 1 Uji Glukosa dalam urin


Alat :

Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penjepit tabung reaksi, Penangas air

Bahan:

Urin normal 24 jam, Reagen Benedict

2. Percobaan 2 : Uji Protein dalam urin


Alat :

Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes

Bahan :

Urin normal 24 jam, Reagen Biuret

D. CARA KERJA

1. Percobaan 1 Uji Glukosa dalam urin

Siapkan 1 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL urin segar
Selanjutnya tambahkan 2 mL reagen Benedict ke dalam masing – masing
tabung reaksi

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau panaskan


langsung selama 2 menit

Dinginkan perlahan – lahan

Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terdapat endapan atau tidak
dan bandingkan kecepatan perubahannya

2. Percobaan 2 Uji Protein Dalam Urin

Siapkan 1 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL urin segar

Selanjutnya tambahkan 2 mL reagen Biuret ke dalam masing – masing


tabung reaksi

Goyang – goyangkan tabung reaksi hingga larutan tercampur

Amati perubahan yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya
3. TABEL PENGAMATAN

a. Uji Glukosa Dalam Urin

Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar


5 mL urin segar A + 2 Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1
mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%

- Replikasi 2 - Replikasi 2

Setelah ditambahkan reagen


benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%
Jadi hasil replikasi tidak didapatkan
perubahan.
5 mL urin segar B + 2 Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1
mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%

- Replikasi 2 - Replikasi 2
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%
Jadi hasil replikasi tidak didapatkan
perubahan.

5 mL urin segar C + 2 Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1


mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%
Jadi hasil replikasi tidak didapatkan
perubahan.

5 mL urin segar D + 2 Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1


mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%

- Replikasi 2
- Replikasi 2
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru kehijauan dan
ada endapan (positif samar)
kadar glukosa yang
terkandunng 0,5%
Jadi hasil replikasi tidak didapatkan
perubahan.
5 mL urin segar E + 2 Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1
mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru dan ada
endapan (negatif) kadar
glukosa yang terkandunng
0%

- Replikasi 2
- Replikasi 2
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru dan ada
endapan (negatif) kadar
glukosa yang terkandunng
0%
Jadi hasil replikasi tidak didapatkan
perubahan.

5 mL urin segar F + 2 Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1


mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru dan ada
endapan (negatif) kadar
glukosa yang terkandung 0%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
Setelah ditambahkan reagen
benedict urin bewarna biru.
Setelah urin dipanaskan urin
bewarna biru dan ada
endapan (negatif) kadar
glukosa yang terkandunng
0%
Jadi hasil replikasi tidak didapatkan
perubahan.

Sebelum ditambahkan Reagen


5 mL urin segar cup A + benedict urin bewarna kuning
2 mL reagen Benedict bening.

Setelah ditambahkan reagen benedict


urin bewarna biru.

Setelah urin dipanaskan urin bewarna


biru dan ada endapan (negatif) kadar
glukosa yang terkandunng 0%

5 mL urin segar cup B + Sebelum ditambahkan Reagen


2 mL reagen Benedict benedict urin bewarna kuning
bening.

Setelah ditambahkan reagen benedict


urin bewarna biru.

Setelah urin dipanaskan urin bewarna


kuning kehijauan dan tidak ada
endapan (positif samar) kadar
glukosa yang terkandunng 0,5-1%
b. Uji Protein Dalam Urin

Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar


Sebelum ditambahkan Reagen
5 mL urin segar A + 2 mL biuret urin bewarna kuning - Replikasi 1
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

- Replikasi 2
- Replikasi 2
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.

Sebelum ditambahkan Reagen - Replikasi 1


5 mL urin segar B + 2 mL biuret urin bewarna kuning
reagen Biuret bening.
- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

- Replikasi 2 - Replikasi 2

Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.

Sebelum ditambahkan Reagen


5 mL urin segar C + 2 mL biuret urin bewarna kuning - Replikasi 1
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
- Replikasi 2 - Replikasi 2
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.

Sebelum ditambahkan Reagen


5 mL urin segar D + 2 mL biuret urin bewarna kuning - Replikasi 1
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

- Replikasi 2
- Replikasi 2
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.
Sebelum ditambahkan Reagen
5 mL urin segar E + 2 mL biuret urin bewarna kuning - Replikasi 1
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

- Replikasi 2 - Replikasi 2

Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.

Sebelum ditambahkan Reagen


5 mL urin segar F + 2 mL biuret urin bewarna kuning - Replikasi 1
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
- Replikasi 2
Setelah ditambahkan - Replikasi 2
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.

Sebelum ditambahkan Reagen


5 mL urin segar cup A + 2 mL biuret urin bewarna kuning
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

- Replikasi 2
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%
Jadi hasil replikasi tidak
didapatkan perubahan.
Sebelum ditambahkan Reagen
5 mL urin segar cup B + 2 mL biuret urin bewarna kuning
reagen Biuret bening.

- Replikasi 1
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

- Replikasi 2
Setelah ditambahkan
reagen biuret urin
bewarna kuning bening
(negatif). Kadar protein
0%

Jadi hasil replikasi tidak


didapatkan perubahan.

c. Uji Testpack Pada Urin

Hasil Pengamatan Gambar

Hasil uji testpack pada urin cup A yaitu


menunjukkan garis 2 (positif)
E. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum uji glukosa dan protein dalam urin.
Glukosa adalah senyawa golongan karbohidrat yang merupakan sumber energi utama bagi makhluk
hidup karena glukosa berasal dari proses fotosintesis yang mengonversi energi matahari menjadi
energi kimia (Sismindari, 2015). Sedangkan protein merupakan suatu makromolekul yang
kompleks secara fisik dan fungsional yang tersusun dari berbagai asam amino dan berperan penting
dalam tubuh makhluk hidup, yang mana senyawa ini bertindak dalam menyusun sekitar 20% berat
kering sel hewan dan manusia (Sakdiah, 2019). Protein memiliki beragam fungsi utama, yakni
dapat menjadi katalisator, berperan dalam pengaturan gen dan hormon, bertindak dalam
memproteksi tubuh, serta sebagai transport (Wahjuni, 2014).

Pada praktikum ini, untuk mengidentifikasi keberadaan glukosa di dalam urin maka dilakukan
dengan uji Benedict, dan untuk mengidentifikasi keberadaan protein di dalam urin dilakukan dengan uji
Biuret .

1. Uji Benedict

Prinsip pemeriksaan uji Benedict ini adalah glukosa dalam urin akan mereduksi cuprisulfat
menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict. Hasil positif
ditampilkan dengan adanya kekeruhan dan perubahan warna dari semula berwarna biru menjadi
hijau kekuningan sampai merah bata (Gandasoebrata, 2008). Apabila warna hasil campuran urin
dengan reagen Benedict berwarna biru, maka kadar glukosa di dalam urin 0%, apabila berwarna
hijau maka kadar glukosa di dalam urin 0,5%, apabila berwarna hijau kecokelatan maka kadar
glukosa di dalam urin 1%, apabila berwarna kuning maka kadar glukosa di dalam urin 1,5%, dan
apabila berwarna merah bata maka kadar glukosa di dalam urin 2% Gandasoebrata dalam Priadi, et
al, 2017). ). Pada cara kerja dalam uji ini setelah dimasukan 5 mL urine dan 2 mL reagen setelah itu
dipanaskan, tujuan dari pemanasan ini untuk mempercepat hasil reaksinya.

Hasil pengujian yang kami peroleh pada sampel urin A menunjukkan bahwa warna campuran
urin dengan reagen Benedict adalah berwarna hijau, serta terdapat endapan sehingga sampel urin A
positif mengandung glukosa dengan kadar yang dapat diperkirakan sekitar 0,5%. Sampel urin B
menunjukkan warna yaitu warna hijau dan terdapat endapan sehingga sampel urin B positif
mengandung glukosa dengan kadar 0,5%. Sampel urin C menunjukkan warna yaitu menjadi warna
hijau, serta terdapat endapan, sehingga sampel urin C samar positif mengandung glukosa dengan
kadar yang dapat diperkirakan adalah sekitar 0,5%.
Sampel urin D menunjukkan warna yaitu warna hijau, serta terdapat endapan, sehingga sampel
urin D positif mengandung glukosa dengan kadar 0,5%. Pada sampel urin E menunjukkan warna
yaitu warna biru, serta terdapat endapan, sehingga sampel urin E negatif tidak mengandung glukosa
dengan kadar 0%. Dan yang terakhir, urin F menunjukkan warna yaitu warna biru, serta terdapat
endapan, sehingga sampel urin E negatif tidak mengandung glukosa dengan kadar 0%. Percobaan
ini dilakukan sebanyak 2 replikasi. Selanjutnya, untuk mengetahui kevalidan hasil ada/tidaknya
glukosa di dalam sampel urin, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis lebih lanjut. Sebab, salah
satu kelemahan yang dimiliki oleh uji Benedict adalah metode ini bersifat tidak spesifik untuk
mendeteksi glukosa dalam urin saja (Mayangsari, 2008). Sehingga masih ada kemungkinan hasil
bias yang didapatkan pada saat praktikum.

2. Uji Biuret

Prinsip dalam uji ini adalah protein memiliki ikatan peptida yang bereaksi positif dengan reagen
Biuret. Ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan polipeptida dalam larutan bersuasana
alkali atau basa akan berwarna lembayung bila direaksikan dengan Cu2+ dalam reagen Biuret.
Reaksi ini tidak terjadi pada makromolekul yang lain (Mardiyah, et al, 2019). Pada uji ini kami
melakukan 2 kali replikasi disetiap urine yang kami uji. Dan pada cara kerja dalam uji ini setelah
dimasukan 5 mL urine dan 2 mL reagen.

Hasil pengujian yang kami peroleh pada kelima sampel urin A, urin B, urin C, urin D, urin E,
tidak ada satupun sampel urin yang menghasilkan endapan maupun mengalami perubahan warna
antara urin dengan reagen Biuret menjadi berwarna ungu. Sehingga kelima sampel urin tersebut
negatif mengandung protein di dalamnya.

Hal ini juga membuktikan bahwa glomerulus (salah satu bagian dalam ginjal) yang dimiliki
oleh urin A, urin B, urin C, urin D, dan urin E masih dikatakan berfungsi dengan baik, karena pada
dasarnya urin manusia yang normal akan terbebas dari protein dan eritrosit (Guyton C, 2014).

3. Uji Benedict Dan Uji Biuret Pada Urin Orang A Dan Orang B

a. Uji sampel urin orang A

Selanjutnya dilakukan pengujian dengan sampel urin orang A dan orang B dimana saat
pengujian urin orang A dengan reagen Benedict mendapatkan hasil berwarna biru, dan tidak ada
endapan sehingga sampel urin orang A negatif, tidak mengandung glukosa dengan kadar 0%.
Selanjutnya dengan melakukan pengujian dengan reagen Biuret mendapatkan hasil berwarna
kuning bening, dan tidak ada endapan sehingga sampel urin orang A negatif, tidak mengandung
protein dengan kadar 0%.
b. Uji sampel urin orang B

Kemudian pada orang B saat pengujian urin orang B dengan reagen Benedict juga
mendapatkan hasil berwarna hijau, dan ada endapan sehingga sampel urin orang B positif,
mengandung glukosa dengan kadar 0,5 - 1%. Selanjutnya dengan melakukan pengujian dengan
reagen Biuret mendapatkan hasil berwarna kuning bening, dan tidak ada endapan sehingga
sampel urin orang B negatif, tidak mengandung protein dengan kadar 0%.

4. Hasil testpack

a. Uji sampel urin orang A

Pada saat praktikum hasil testpack urin orang A positif, sehingga dapat disimpulkan urin
orang A postifi hamil.

b. Uji sampel urin orang B

Pada saat praktikum hasil testpack urin orang B negatif, sehingga dapat disimpulkan
urin orang B tidak hamil.

F. KESIMPULAN
Pada praktikum uji glukosa dan protein dalam urin ini, kami menggunakan dua macam metode
uji, yakni : uji Benedict dan uji Biuret. Uji Benedict dilakukan untuk menguji apakah ada/tidak glukosa
di dalam urin, dan uji Biuret dilakukan untuk menguji keberadaan protein pada urin.
Pada urin A, B,C,D dengan reagen benedict didapatkan hasil positif yaitu mengandung 0,5%
kadar glukosa, sedangkan pada urin E dan F didapatkan hasil negatif yaitu tidak ada kadar glukosa
yang terkandung. Pada urin A, B, C, D, E, F dengan reagen biuret didapatkan hasil negatif yaitu tidak
ada kadar glukosa yang terkandung. Pada hasil testpack urin orang A menghasilkan hasil positif yang
artinya positif hamil, sedangkan urin orang B didapatkan hasil negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata. 2008. Pemeriksaan Urine Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Guyton C, Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 12. Rachman YL, Hartono H,
Novianti A, Wulandari, editor edisi Bahasa Indonesia Singapura: Elsevier.

Mardiyah, S., Kunsah, B.,Rini, N. K. & Samsudin, R. R. 2019. Petunjuk Praktikum Biokimia.

Surabaya: Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Mayangsari, C. 2008. Kesesuaian Hasil Pemeriksaan Glukosuria Metode Konvensional Benedict


dengan Metode Spektrofotometri. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Sakdiah, Siti Hajar, Al-Azhar, Sofia & Juwita. 2019. Modul Kegiatan Praktikum Biokimia. Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Santhi, Dharma D. G. D., Dewi, Rasmika. D. A. P. & A.P., Santa A. A. N. 2016. Penuntun
Praktikum Kimia Klinik Urinalisis dan Cairan Tubuh. Denpasar: Universitas Udayana.

Sismindari, Rumiyati, Jenie, R.I. dan Meiyanto, E., 2015, Biokimia Farmasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Wahjuni, Sri. 2014. Dasar-Dasar Biokimia. Udayana University Press, Denpasar.

Washudi, Hariyanto, T. & Kirnantoro. 2016. Praktikum Biomedik Dasar Dalam Keperawatan.

Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Wibawa, A. A. P. P. 2016. Diktat Biokimia Ginjal dan Urine. Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana.
LAMPIRAN
LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN ENZIM

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ni Kadek Ayu Setya Pradnyani (211033)

Ni Made Widayanti (211034)

Michelle Novena Nauli (211035)

Ni Putu Amara Angelina (211036)

Dewa Ayu Pramita Widya Cahyaningrum (211037)

Putri Siswati Anggrayani (211038)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA

2022/2023
PRAKTIKUM BIOKIMIA ACARA 11
PERCOBAAN ENZIM

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat membuktikan beberapa sifat enzim.

B. DASAR TEORI
Enzim adalah protein yang mempunyai aktivitas biokatalis. Aktivitas biokatalis yaitu
mempercepat reaksi biokimia, tidak mengalami perubahan biofisik selama reaksi, tetapi berubah
kembali setelah reaksi selesai (Wahjuni, 2014). Enzim merupakan protein yang berukuran sangat
besar dibanding dengan molekul pada reaksi yang dikatalisis. Ukuran enzim berkisar 12-1000 KD.
Prinsip kerja enzim yaitu dapat meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata dan dapat
bekerja dengan menurunkan energi aktivasi suatu reaksi (Murray, dkk., 2012).

Enzim bekerja dengan mengikat reaktan atau substrat yang menyebabkan berada pada posisi yang
diinginkan dengan energi yang lebih rendah dari energi aktivasinya. Pada akhir reaksi, enzim akan
kembali seperti semula (Sismindari, 2015).

enzim + A + B  + D + enzim

Enzim memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Omegawati, et al., 2018).

a. Dipengaruhi oleh suhu dan pH. Pada suhu tinggi enzim akan mengalami denaturasi, sedangkan
pada suhu rendah kerja enzim akan terhambat.
b. Bekerja secara spesifik, yakni hanya dapat bekerja pada satu substrat tertentu. Contohnya enzim
maltase hanya dapat memecah maltose menjadi glukosa.
c. Bekerja secara bolak-balik (reversible), artinya enzim dapat mengkatalis penguraian suatu
senyawa menjadi senyawa lain maupun sebaliknya mengkatalis penyusunan senyawa-senyawa
tersebut menjadi senyawa semula.
d. Diperlukan dalam jumlah sedikit.
e. Dapat bereaksi dengan substrat asam maupun basa.
f. Berupa koloid.
g. Dapat digunakan berulang kali.

Komponen utama enzim adalah protein. Sisi aktif enzim adalah bagian yang bergabung dengan
substrat. Enzim mengandung berbagai molekul nonprotein kecil dan ion logam yang ikut serta secara
langsung dalam katalisis/pengikatan substrat yaitu gugus prostetik, kofaktor dan koenzim. (Murray,
dkk., 2012).

Bromelin adalah salah satu enzim proteolitik dan protease, yaitu enzim yang mengkatalisasi
penguraian protein menjadi asam amino dengan membangun blok melalui reaksi hidrolisis. Hidrolisis
adalah penguraian dari molekul besar menjadi unit yang lebih kecil dengan kombinasi air. Dalam
pencernaan protein, ikatan peptida terputus dengan penyisipan komponen air, -H dan –OH pada rantai
akhir (William and Hargrove, 2002).

Bromelin dapat diperoleh dari tumbuhan nanas baik dari tangkai, kulit, daun, buah, maupun
batang dalam jumlah yang berbeda. Kandungan enzim bromelin lebih banyak ditemukan di bagian
daging buahnya, hal ini ditunjukkan dengan aktivitasnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
aktivitas pada bagian batangnya (Supartono, 2004).

Dalam melakukan perannya sebagai biokatalisator, kerja enzim dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim sebagai berikut:

1. Temperatur
Setiap enzim mempunyai suhu optimum yang spesifik. Jika enzim berada di bawah suhu
optimum, kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 00C atau di bawahnya bersifat nonaktif.
Akan tetapi, pada suhu tersebut enzim tidak rusak. Kenaikan suhu dapat meningkatkan aktivitas
enzim. Namun, jika suhu melebihi batas optimum, enzim dapat mengalami denaturasi (kerusakan).
Akibatnya enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi. Contoh enzim manusia memiliki suhu
optimal 350-400C (Omegawati, et al., 2018).
2. Derajat keasaman (pH)
Setiap enzim mempunyai pH optimum yang spesifik. Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif
enzim berubah sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim. Selain itu,
perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi pada enzim. Contoh enzim ptialin di mulut
hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim pepsin di lambung bekerja pada pH asam, sedangkan
enzim tripsin di usus bekerja pada pH basa (Omegawati, et al., 2018).
3. Konsentrasi enzim atau substrat
Produk yang dihasilkan dari reaksi antara substrat dan enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi
enzim maupun substrat. Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi enzim maupun
substrat. Kondisi seperti ini tidak akan terus terjadi. Pada suatu saat, kecepatan reaksi akan berjalan
konstan walaupun konsentrasi substrat maupun enzim ditingkatkan (Puspitaningrum, et al., 2016).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi
Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penjepit tabung reaksi, Penangas air.
Bahan:
Susu sapi, Susu kedelai, Enzim protease (pepsin 0,5% atau bromelin)

2. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kecepatan Reaksi


Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penjepit tabung reaksi, Penangas air
Bahan:
Susu sapi, Susu kedelai, Enzim protease (pepsin 0,5% atau bromelin)

D. CARA KERJA
1. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi

Siapkan 3 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering
susu sapi dan susu kedelai masing-masing 10 mL

Siapkan penangas air dengan suhu 370 C, kemudian letakkan ke dalamnya sebuah
tabung reaksi berisi 10 mL susu

Selanjutnya masukkan ke dalamnya 3 tabung reaksi masing-masing berisi : tabung


pertama berisi 1 mL enzim protease. Tabung kedua berisis 0,5 mL enzim protease +
0,5 mL air. Tabung ketiga berisi 0,25 mL enzim protease +, 0,75 mL air.

Setelah diinkubasi selama 5 menit pipetkan masing-masing 5 mL susu hangat ke


dalam 3 tabung reaksi yang berisi enzim protease diatas

Lakukan satu demi satu jangan serentak, campurkan isi tabung dengan baik dan cepat,
amati penggumpalan susu dalam hitungan detik dari tiap-tiap tabung.

2. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kecepatan Reaksi

Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering, masukkan ke dalamnya :


a. Tabung reaksi 1 : 5 mL susu
b. Tabung reaksi 2 : 4 mL susu + 1 mL air
c. Tabung reaksi 3 : 3 mL susu + 2 mL air

Letakkan ketiga tabung reaksi dalam penangas air 370 C selama 5 menit.
Tambahkan 1 mL larutan enzim ke dalam masing-masing tabung di atas dan amati
waktu penggumpal-pengumpalanan susu pada tiap tabung, lakukan satu persatu
jangan serentak.

Catatlah waktu yang diperlukan untuk penggumpalan susu dalam hitungan detik.

E. DATA HASIL PERCOBAAN

1. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat


+ 1 mL enzim protease ditambahkan enzim protease tidak
terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu sapi hangat


ditambahkan enzim protease terdapat
gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 12


detik.

5 mL susu sapi hangat  -Sebelum susu sapi hangat


+ 0,5 mL enzim ditambahkan enzim protease dan air
protease + 0,5 mL air tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu sapi hangat


ditambahkan air dan enzim protease
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 13


detik.
5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat
+ 0,25 mL enzim ditambahkan enzim protease dan air
protease + 0,75 mL air tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu sapi hangat


ditambahkan air dan enzim protease
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 14


detik.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 1 mL enzim ditambahkan enzim protease tidak
protease terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu kedelai hangat


ditambahkan enzim protease
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 12


detik.

5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 0,5 mL enzim ditambahkan enzim protease dan air
protease + 0,5 mL air tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu kedelai hangat


ditambahkan enzim protease dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 13


detik.
5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat
hangat + 0,25 mL ditambahkan enzim protease dan air
enzim protease + 0,75 tidak terdapat gumpalan dan susu
mL air berwarna putih.

 Setelah susu kedelai hangat


ditambahkan enzim protease dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 14


detik.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat


+ 1 mL larutan buah ditambahkan larutan buah nanas
nanas. tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu sapi hangat


ditambahkan larutan buah nanas
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 9


detik.

5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat


+ 0,5 mL larutan buah ditambahkan larutan nanas dan air
nanas + 0,5 mL air tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu sapi hangat


ditambahkan larutan nanas dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 13


detik.
5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat
+ 0,25 mL larutan buah ditambahkan larutan nanas dan air
nanas + 0,75 mL air tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu sapi hangat


ditambahkan larutan nanas dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 15


detik.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 1 mL larutan ditambahkan larutan buah nanas
buah nanas. tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Setelah susu kedelai hangat


ditambahkan larutan buah nanas
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 9


detik.

5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 0,5 mL ditambahkan larutan buah nanas dan
larutan buah nanas + air tidak terdapat gumpalan dan susu
0,5 mL air berwarna putih.

 Setelah susu kedelai hangat


ditambahkan larutan buah nanas dan
air terdapat gumpalan berwarna
putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 10


detik.
5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat
hangat + 0,25 mL ditambahkan larutan buah nanas dan
larutan buah nanas + air tidak terdapat gumpalan dan susu
0,75 mL air berwarna putih.

 Setelah susu kedelai hangat


ditambahkan larutan buah nanas dan
air terdapat gumpalan berwarna
putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 14


detik.

2. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kecepatan Reaksi

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat


+ 1 mL larutan enzim ditambahkan larutan enzim tidak
terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu sapi hangat


ditambahkan larutan enzim terdapat
gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 10


detik.

4 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi ditambahkan


+ 1 mL air + 1 mL larutan enzim dan air tidak terdapat
larutan enzim gumpalan dan susu berwarna putih.

 Seteleh susu sapi hangat


ditambahkan larutan enzim dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 13


detik.
3 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat
+ 2 mL air + 1 mL ditambahkan larutan enzim dan air
larutan enzim tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu sapi hangat


ditambahkan larutan enzim dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 14


detik.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 1 mL larutan ditambahkan larutan enzim tidak
enzim terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu kedelai hangat


ditambahkan larutan enzim terdapat
gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 9


detik.

4 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 1 mL air + 1 ditambahkan larutan enzim dan air
mL larutan enzim tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu kedelai hangat


ditambahkan larutan enzim dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 11


detik.
3 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat
hangat + 2 mL air + 1 ditambahkan larutan enzim dan air
mL larutan enzim tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu kedelai hangat


ditambahkan larutan enzim dan air
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 12


detik.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat


+ 1 mL larutan buah ditambahkan larutan buah nanas
nanas tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu sapi hangat


ditambahkan larutan buah nanas
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 9


detik.

4 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi ditambahkan


+ 1 mL air + 1 mL larutan buah nanas dan air tidak
larutan buah nanas terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu sapi hangat


ditambahkan larutan buah nanas dan
air terdapat gumpalan berwarna
putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 10


detik.
3 mL susu sapi hangat  Sebelum susu sapi hangat
+ 2 mL air + 1 mL ditambahkan larutan buah nanas dan
larutan buah nanas air tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu sapi hangat


ditambahkan larutan buah nanas dan
air terdapat gumpalan berwarna
putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 11


detik.

PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN GAMBAR

5 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 1 mL larutan ditambahkan larutan buah nanas
buah nanas tidak terdapat gumpalan dan susu
berwarna putih.

 Seteleh susu kedelai hangat


ditambahkan larutan buah nanas
terdapat gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 9


detik.
4 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat
hangat + 1 mL air + 1 ditambahkan larutan larutan buah
mL larutan buah nanas nanas dan air tidak terdapat
gumpalan dan susu berwarna putih.

 Seteleh susu kedelai ditambahkan


larutan buah nanas dan air terdapat
gumpalan berwarna putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 11


detik.

3 mL susu kedelai  Sebelum susu kedelai hangat


hangat + 2 mL air + 1 ditambahkan larutan buah nanas dan
mL larutan buah nanas air tidak terdapat gumpalan dan
susu berwarna putih.

 Seteleh susu kedelai hangat


ditambahkan larutan buah nanas
dan air terdapat gumpalan berwarna
putih.

 Waktu yang diperlukan yaitu 12


detik.

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum menggunakan bahan baku utama berupa
enzim. Enzim adalah protein yang mempunyai aktivitas biokatalis. Aktivitas biokatalis yaitu
mempercepat reaksi biokimia, tidak mengalami perubahan biofisik selama reaksi, tetapi berubah
kembali setelah reaksi selesai. Enzim yang digunakan pada praktikum ini adalah enzim protease
(bromelin). Enzim ini dapat menghidrolisis ikatan peptida protein menjadi molekul yang lebih kecil,
yaitu asam amino sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh (Hrckova, et al, 2002).

Pada praktikum ini, terdapat dua macam pengujian yang kami lakukan untuk mengetahui
faktor penentu kerja enzim dalam suatu reaksi. Adapun kedua uji tersebut adalah : uji kecepatan reaksi
berdasarkan konsentrasi enzim dan uji kecepatan reaksi berdasarkan konsentrasi substrat.
1. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi

Prinsip dalam uji ini adalah kecepatan reaksi berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi enzim.
Akan tetapi, kondisi seperti ini tidak akan terus terjadi. Pada suatu saat, kecepatan reaksi akan berjalan
konstan walaupun konsentrasi enzim sudah ditingkatkan (Puspitaningrum, et al., 2016).
Terbentuknya gumpalan pada tabung reaksi yang berisi sampel susu dan enzim menandakan bahwa
reaksi telah terjadi.

a. Sampel susu sapi

Hasil yang diperoleh pada sampel susu sapi ditambahkan enzim protease yakni ketiga
sampel yang diuji terbentuk gumpalan berwarna putih. Kecepatan terbentuknya gumpalan
sebanding dengan konsentrasi enzim, yakni pada konsentrasi enzim 1 mL didapatkan waktu
terbentuknya gumpalan adalah 12 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk terbentuk
gumpalan pada konsentrasi enzim 0,5 mL dengan pembanding air 0,25 adalah 13 detik, dan
pada konsentrasi enzim 0,25 mL dengan pembanding air 0,75 diperoleh waktu yang
diperlukan adalah 14 detik.

Sedangkan hasil yang diperoleh pada sampel susu sapi ditambahkan larutan buah
nanas asli yakni ketiga sampel yang diuji terbentuk gumpalan berwarna putih. Kecepatan
terbentuknya gumpalan sebanding dengan konsentrasi larutan yang dipakai yakni pada
konsentrasi larutan nanas 1 mL didapatkan waktu terbentuknya gumpalan adalah 9 detik,
sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya gumpalan pada konsentrasi larutan
buah nanas 0,5 mL dengan perbandingan air 0,5 adalah 13 detik, dan pada konsentrasi enzim
0,25 mL dengan pembanding air 0,75 diperoleh waktu yang diperlukan adalah 15 detik.

b. Sampel susu kedelai

Hasil yang diperoleh pada sampel susu kedelai yakni seluruh sampel yang diujikan
membentuk gumpalan, dengan kecepatan terbentuknya gumpalan berwarna putih adalah
sebanding dengan konsentrasi enzim. Pada konsentrasi enzim 1 mL didapatkan waktu
terbentuknya gumpalan adalah 12 detik, waktu yang dibutuhkan untuk terbentuk gumpalan
pada konsentrasi enzim 0,5 mL adalah 13 detik, dan pada konsentrasi enzim 0,25 mL waktu
yang dibutuhkan untuk terbentuknya gumpalan adalah 14 detik.

Sedangkan hasil yang diperoleh pada sampel susu kedelai ditambahkan larutan buah
nanas asli yakni ketiga sampel yang diuji terbentuk gumpalan berwarna putih. Kecepatan
terbentuknya gumpalan sebanding dengan konsentrasi larutan yang dipakai yakni pada
konsentrasi larutan nanas 1 mL didapatkan waktu terbentuknya gumpalan adalah 9 detik,
sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya gumpalan pada konsentrasi larutan
buah nanas 0,5 mL dengan perbandingan air 0,5 adalah 10 detik, dan pada konsentrasi enzim
0,25 mL dengan pembanding air 0,75 diperoleh waktu yang diperlukan adalah 14 detik.

2. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Kecepatan Reaksi

Prinsip dalam uji ini adalah kecepatan reaksi berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi
substrat. Akan tetapi, kondisi seperti ini tidak akan terus terjadi. Pada suatu saat, kecepatan reaksi
akan berjalan konstan walaupun konsentrasi substrat telah ditingkatkan (Puspitaningrum, et al.,
2016). Terbentuknya gumpalan pada tabung reaksi yang berisi sampel susu dan enzim menandakan
bahwa reaksi telah terjadi.

a. Sampel susu sapi

Hasil yang diperoleh pada sampel susu sapi ditambahkan dengan enzim protease yakni
seluruh sampel yang diujikan membentuk gumpalan berwarna putih, dengan kecepatan
terbentuknya gumpalan adalah sebanding dengan konsentrasi substrat (susu sapi). Pada
konsentrasi substrat 5 mL didapatkan waktu terbentuknya gumpalan adalah 10 detik, waktu
yang dibutuhkan untuk terbentuk gumpalan pada konsentrasi substrat 4 mL adalah 13 detik,
dan pada konsentrasi substrat 3 mL waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya gumpalan
adalah 14 detik.

Sedangkan hasil yang diperoleh pada sampel susu sapi ditambahkan larutan buah
nanas asli yakni seluruh sampel yang diujikan membentuk gumpalan berwarna putih, dengan
kecepatan terbentuknya gumpalan adalah sebanding dengan konsentrasi substrat (susu sapi).
Pada konsentrasi substrat 5 mL didapatkan waktu terbentuknya gumpalan adalah 9 detik,
waktu yang dibutuhkan untuk terbentuk gumpalan pada konsentrasi substrat 4 mL adalah 10
detik, dan pada konsentrasi substrat 3 mL waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya
gumpalan adalah 11 detik.

b. Sampel susu kedelai

Hasil yang diperoleh pada sampel susu kedelai ditambahkan enzim protease yakni
seluruh sampel yang diujikan membentuk gumpalan berwarna putih, dengan kecepatan
terbentuknya gumpalan adalah sebanding dengan konsentrasi substrat (susu kedelai). Pada
konsentrasi substrat 5 mL didapatkan waktu terbentuknya gumpalan adalah 9 detik, waktu
yang dibutuhkan untuk terbentuk gumpalan pada konsentrasi substrat 4 mL adalah 11 detik,
dan pada konsentrasi substrat 3 mL, waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya gumpalan
adalah 12 detik.

Sedangkan hasil yang diperoleh pada sampel susu kedelai ditambahkan larutan buah
nanas asli yakni seluruh sampel yang diujikan membentuk gumpalan berwarna putih, dengan
kecepatan terbentuknya gumpalan adalah sebanding dengan konsentrasi substrat (susu sapi).
Pada konsentrasi substrat 5 mL didapatkan waktu terbentuknya gumpalan adalah 9 detik,
waktu yang dibutuhkan untuk terbentuk gumpalan pada konsentrasi substrat 4 mL adalah 11
detik, dan pada konsentrasi substrat 3 mL waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya
gumpalan adalah 12 detik.

G. KESIMPULAN

Pada praktikum ini, enzim yang digunakan adalah enzim protease (bromelin) dan dari buah nanas
asli yang dapat menghidrolisis ikatan peptida protein menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam
amino. Adapun dua macam pengujian yang dilakukan yakni : uji kecepatan reaksi berdasarkan
konsentrasi enzim dan uji kecepatan reaksi berdasarkan konsentrasi substrat. Dan secara keseluruhan,
hasil yang kami dapatkan telah sesuai dengan apa yang tertulis dalam literatur, yakni kecepatan reaksi
berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi enzim maupun substrat.
DAFTAR PUSTAKA

Hrckova, M., Rusnakova, M., and Zemanovic, J., 2002, Enzymatic Hydrolysis of Defatted Soy Flour
by Three Different Proteases and their Effect on the Functional Properties of Resulting Protein
Hydrolysates, Czech J. Food Sci, 20 (1): 7 – 14.

Murray, R. K., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennelly, P. J., Rodwell, V. W. and Weil, P. A., 2012,
Alih Bahasa Manurung, L. M. dan Mandera, L. I., Biokimia Harper, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Omegawati, Wigati Hadi, Teo Sukoco, Henny Purnamawati dan Rumiyati, 2018, PR Biologi Kelas
XII. PT Intan Pariwara, Klaten.

Puspitaningrum, Rini, Chris Adhiyanto, 2016, Enzim dan Pemanfaatannya, Ghalia Indonesia, Bogor.

Sismindari, Rumiyati, Jenie, R.I. dan Meiyanto, E., 2015, Biokimia Farmasi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Supartono, 2004, Karakterisasi Enzim Protease Netral dari Buah Nenas Segar, Jurnal MIPA
Universitas Negeri Semarang, 27 (2): 134 – 142.

Wahjuni, Sri, 2014, Dasar-Dasar Biokimia, Udayana University Press, Denpasar.


William, V. G. and Hargrove, M. S., 2002, Using Bromelain in Pineapple Juice to Investigate Enzyme
Function, Proceedings of the 23rd Workshop/Conference of the Association for Biology
Laboratory Education (ABLE).

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai