PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Kelompok 6
2022/2023
PRAKTIKUM BIOKIMIA ACARA 7
UJI KUALITATIF PROTEIN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat membuktikan sifat fisika dan kimia protein.
B. DASAR TEORI
Protein berasal dari kata latin proteios yang berarti pertama atau sesuatu yang terpenting
dalam kehidupan. Protein merupakan senyawa organik bagian dari protoplasma dinding sel dan
organel sel tumbuhan tumbuhan dan hewan. Senyawa ini menyusun sekitar 20% berat kering sel
hewan dan manusia (Sakdiah, 2019).
Sifat, bentuk, dan ciri khas protein sebagai suatu kelompok senyawa biologi ditemukan oleh
komposisi kimianya. Komposisi dan tata urutan asam amino, sebagai satuan dasar penyusun protein,
menentukan bentuk ruang (konformasi) protein. Bentuk ruang ini sangat penting dalam aktivitas dan
fungsi protein. Secara umum, komposisi unsur protein terdiri atas 50% karbon (C), 7% hidrogen (H),
16% nitrogen (N), 0-3% sulfur (S), dan 0-3% fosfor (P). terdapat unsur nitrogen (N) yang merupakan
ciri khas molekul protein (Sakdiah, 2019).
Protein adalah makromolekul yang kompleks secara fisik dan fungsional yang berperan
penting dalam tubuh makhluk hidup. Protein memiliki empat urutan struktur protein yaitu struktur
primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Protein merupakan rangkaian asam amino yang disebut
polipeptida yang melaksanakan sebagian besar fungsi di dalam sel (Sisimindari, 2015).
Asam amino penyusun protein terdiri atas 20 jenis asam amino. Suatu protein tersusun dari
satu atau lebih polipeptida seperti hemoglobin dan insulin. Pada dasarnya, struktur suatu asam amino
terdiri atas gugus α-amino, α-karboksil, α-karbon dan gugus R yaitu suatu rantai panjang. Terdapat
dua bentuk asam amino yaitu bentuk netral dengan gugus NH2 dan COOH serta bentuk zwitterionic
yang memiliki muatan positif dan negatif dalam satu molekul (Sisimindari, 2015).
Gugus R menentukan karakter dari asam amino sehingga juga akan menentukan karakter dari
protein. Oleh adanya gugus R yang bermacam-macam, maka ada empat macam golongan protein
yaitu asam amino hidrofobik dengan gugus R yang nonpolar, asam amino polar dengan gugus R yang
netral, asam amino bermuatan positif memiliki gugus R bermuatan positif pada pH fisiologi dan asam
amino bermuatan negatif memiliki gugus R bermuatan negatif pada pH fisiologi (Sisimindari, 2015).
Untuk menguji kandungan protein secara kualitatif, dapat dilakukan dengan beberapa metode
pengujian, seperti :
1. Uji Millon
Jika sampel protein dipanaskan dengan merkuri nitrat (Hg(NO3)2), lalu ditambah asam
nitrit akan terbentuk cincin yang berwarna merah. Uji ini untuk mengetahui adanya asam
amino dengan gugus fenol. (Margono, 2019)
2. Uji Biuret
Jika sampel protein ditambah beberapa tetes CuSO4 dan NaOH akan berwarna merah
muda sampai ungu. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida (Margono,
2019).
3. Uji pengendapan dengan alkohol
Uji ini merupakan pengujian untuk denaturasi protein. Denaturasi protein ditandai dengan
adanya endapan atau penggumpalan protein yang disebut koagulasi. Penambahan alkohol
pada protein dapat merusak ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen yang dimaksud berada di
antara gugus amida dalam struktur sekunder protein. Penambahan asam kuat dan basa
kuat akan mengganggu jembatan garam dengan adanya muatan ionik (Margono, 2019).
Alat:
Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes, Penjepit tabung reaksi, Penangas Bunsen
Bahan:
Putih telur ayam, Putih telur bebek, Ekstrak tempe, Ekstrak tahu, HCl 0,1 M, NaOH 0,1
M, Buffer asetat 1 M (pH 4,7), Etanol 95%
D. CARA KERJA
1. Uji Millon
Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL putih telur ayam, putih telur bebek, ekstrak tempe
dan ekstrak tahu
Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya
2. Uji Biuret
Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL putih telur ayam, putih telur bebek, ekstrak tempe
dan ekstrak tahu
Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya
Siapkan 4 tabung reaksi, masukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering masing-masing 5 mL putih telur ayam, putih telur bebek, ekstrak tempe
dan ekstrak tahu
Amati perubahan warna yang terjadi, apakah terbentuk endapan atau tidak dan
bandingkan kecepatan perubahannya
1. Uji Millon
2. Uji Biuret
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum uji kualitatif protein. Protein adalah
makromolekul yang kompleks secara fisik dan fungsional yang tersusun dari berbagai asam amino
dan berperan penting dalam tubuh makhluk hidup, yang mana senyawa ini bertindak dalam menyusun
sekitar 20% berat kering sel hewan dan manusia. Protein memiliki beragam fungsi, yakni dapat
menjadi katalisator, berperan dalam pengaturan gen dan hormon, bertindak dalam memproteksi
tubuh, serta sebagai transport. Pada praktikum ini, terdapat tiga macam pengujian yang kami lakukan
untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa protein. Adapun ketiga uji tersebut adalah : uji Millon,
uji Biuret, dan uji pengendapan dengan alkohol.
1. Uji Millon
Prinsip dalam uji millon ini adalah merkuro atau merkuri nitrat yang terdapat dalam pereaksi
Millon apabila ditambahkan pada larutan protein yang mengandung tirosin akan menghasilkan
endapan putih. Jika dipanaskan, maka akan terbentuk warna merah bata. Hal ini dapat terjadi karena
merkuri yang bereaksi dengan gugus fenol pada tirosin akan membentuk senyawa yang berwarna.
Oleh karena itu, pada dasarnya reaksi ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol (Mardiyah,
dkk., 2019).
Hasil pengujian dalam percobaan yang kami lakukan pada keempat sampel (putih telur bebek,
putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu) adalah semua menghasilkan endapan putih, serta
terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna merah bata. Yang mana warna merah paling pekat
terdapat pada sampel putih telur bebek, kemudian diikuti oleh putih telur ayam, selanjutnya pada
ekstrak tempe dan warna merah yang paling muda terdapat pada ekstrak tahu. Urutan di atas sejalan
dengan kecepatan terjadinya endapan pada sampel, yakni sampel putih telur bebek yang paling cepat
mengendap dan yang paling lambat adalah sampel ekstrak tahu. Apabila hasil praktikum ini
dibandingkan dengan apa yang tertulis dalam literatur, maka didapatkan makna bahwa sampel putih
telur bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu mendapatakan hasil yang positif yaitu
mengandung senyawa protein yang mengandung tirosin. Maka dalam percobaan uji millon hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan literatur.
2. Uji Biuret
Prinsip dalam uji ini adalah protein memiliki ikatan peptida yang bereaksi positif dengan reagen
Biuret. Ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan polipeptida dalam larutan bersuasana alkali
atau basa akan berwarna lembayung bila direaksikan dengan Cu2+ dalam reagen Biuret. Reaksi ini
tidak terjadi pada makromolekul yang lain (Mardiyah, dkk., 2019).
Hasil pengujian dalam percobaan yang kami lakukan pada keempat sampel yaitu putih telur
bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe, dan ekstrak tahu adalah semua menghasilkan endapan putih,
serta terjadi perubahan warna larutan menjadi berwarna ungu muda. Yang mana warna ungu paling
pekat terdapat pada sampel putih telur bebek, kemudian diikuti oleh putih telur ayam, selanjutnya
pada ekstrak tempe dan warna ungu yang paling muda terdapat pada ekstrak tahu. Sama halnya pada
uji Millon, kecepatan pengendapan yang paling cepat terdapat pada sampel putih telur bebek dan
yang paling lambat adalah pada sampel ekstrak tahu. Apabila hasil praktikum ini dibandingkan
dengan apa yang tertulis dalam literatur, maka didapatkan makna bahwa sampel putih telur bebek,
putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu mendapatkan hasil yang positif yaitu mengandung
protein. Maka dalam percobaan uji biuret hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur.
Prinsip dalam uji ini adalah etanol absolut bersifat kuat menarik air (higroskopis). Penambahan
etanol absolut pada suatu larutan protein akan menyebabkan molekul air yang berinteraksi dengan
molekul protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol. Akibatnya, molekul-molekul protein
beragregasi satu sama lain sehingga membentuk endapan. Bila agregat partikel protein tersebut
dibiarkan bersentuhan dengan etanol untuk waktu yang lama, maka endapan yang terbentuk tidak
dapat dilarutkan lagi sehingga denaturasi yang terjadi bersifat irreversible (Mardiyah, dkk., 2019).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penambahan etanol dapat menyebabkan
denaturasi pada larutan yang mengandung protein. Selain karena penambahan alkohol, pH ekstrem
juga dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi. Penambahan HCl yang bertindak sebagai
asam kuat menyebabkan pH larutan protein menjadi asam, sehingga dapat memungkinkan larutan
protein akan mengalami denaturasi. Denaturasi ini ditampilkan melalui terbentuknya endapan pada
larutan protein. Namun, endapan yang terbentuk masih sebagian. Hasil yang kami peroleh pada
keempat sampel putih telur bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu, semuanya
mendapatkan hasil positif yaitu terbentuk endapan berwarna putih. Sehingga dapat diartikan bahwa,
sampel telah mengalami denaturasi. Maka dalam percobaan ini hasil yang kami peroleh sudah sesuai
dengan literatur.
Selain mereaksikan etanol dengan asam kuat, pada pengujian ini juga mereaksikan etanol dengan
basa kuat yakni NaOH. Penambahan NaOH yang bertindak sebagai basa kuat menyebabkan pH
larutan protein menjadi basa, sehingga dapat memungkinkan larutan protein akan mengalami
denaturasi. Sama seperti sebelumnya, denaturasi ini ditampilkan melalui terbentuknya endapan pada
larutan protein. Namun, endapan yang terbentuk masih sebagian. Hasil yang kami peroleh pada
keempat sampel yaitu putih telur bebek, putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu, semuanya
mendapatkan hasil yang positif yaitu terbentuk endapan berwarna putih. Sehingga dapat diartikan
bahwa, sampel telah mengalami denaturasi. Maka dalam percobaan ini hasil yang kami peroleh sudah
sesuai dengan literatur.
Penambahan etanol dan buffer asetat pada keempat sampel larutan protein yaitu putih telur bebek,
putih telur ayam, ekstrak tempe dan ekstrak tahu menyebabkan timbulnya endapan putih. Endapan
putih yang timbul menandakan bahwa larutan protein mengalami denaturasi. Hal ini disebabkan
karena buffer asetat sangat kuat mempertahankan pH nya pada pH 4,7 sehingga merusak
keseimbangan zwitter ion ke kondisi asam di bawah titik isoelektrik.
G. KESIMPULAN
Pada uji kualitatif protein ini, kami melakukan tiga macam pengujian yakni : uji millon, uji
biuret, dan uji pengendapan dengan alkohol. Uji millon dilakukan untuk menguji apakah ada/tidak
senyawa protein yang mengandung tirosin pada sampel, uji biuret dilakukan spesifik pada senyawa
protein saja sebab prinsip dari uji ini yang hanya bereaksi positif jika sampel mengandung ikatan
peptida di dalamnya, dan yang terakhir adalah uji pengendapan dengan alkohol yang berdasar pada
konsep denaturasi protein. Dan secara keseluruhan, semua hasil yang kami dapatkan ketika
melakukan uji kualitatif protein ini telah sesuai dengan apa yang tertulis dalam literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiyah, Siti, Baterun Kunsah, Nastiti Kartika Rini & Rinza Rahmawati Samsudin. 2019. Petunjuk
Praktikum Biokimia. Surabaya : Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Margono, Narum Yuni, Risha Rahmawati & Annik Qurniawati. (2019). PR Kimia untuk SMA/MA
Kelas XII. Yogyakarta : Intan Pariwara.
Sakdiah, Siti Hajar, Al-Azhar, Sofia & Juwita. 2019. Modul Kegiatan Praktikum Biokimia. Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sisimindari, Rumiyati, Jenie, R.I. dan Meiyanto, E., 2015, Biokimia Farmasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.