COVER
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat - Nya Pedoman Pelayanan Gizi dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Dalam rangka meningkatkan standar pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
RS Dedy Jaya yang bermutu dan berkualitas , maka diperluka suatu pedoman sehingga
pelayanan gizi yang dilaksanakan memenuhi standar yang telah ditetapkan . Instalasi
Gizi RS Dedy Jaya sebagai salah satu penunjang pelayanan di rumah sakit ini
membutuhkan tenaga terampil yang dapat bekerja efektif , efisien dan berkualitas.
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS Dedy Jaya ini merupakan standar
dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit sesuai dengan SDM yang
dimiliki , dimana diuraikan dalam standar ketenagaan, standar fasilitas ,tata laksana ,
pelayanan logistik, sanitasi makanan dan keselamatan kerja hingga pengawasan dan
pengendalian mutu . Dengan adanya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS Dedy
Jaya ini, semoga tercapainya pelayanan kesehatan terutama pelayanan instalasi gizi
terus meningkat dan berkembang.
Penyusun
ii
SAMBUTAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY JAYA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat segala karunia dan
PetunjukNya sehingga penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi di Rumah sakit
Dedy Jaya dapat di selesaikan tepat waktu.
Proses penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi di Rumah Sakit Dedy
Jaya melibatkan beberapa disiplin ilmu di Rumah Sakit. Dengan telah disusunnya
Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi ini, saya harap mutu pelayanan pasien di Rumah
sakit Dedy Jaya terutama dalam pelayanan Gizi dapat tetap tejaga.
Saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak atas
bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam penyusunan Pedoman
Pelayanan Instalasi Gizi. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan
petunjuk kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas ini . Aamiin
iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY
JAYA NOMOR 055/SK/DIR/IV/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
DEDY JAYA
iv
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY JAYA
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT DEDY
JAYA;
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 3 Mei 2021 ditetapkan
dan apabila dipandang perlu, dapat dilakukan perubahan
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
v
Ditetapkan di Brebes
Pada tanggal 3 Mei 2021
DIREKTUR
RUMAH SAKIT DEDY JAYA
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Tanggal,
dr. Abdi Haqiqi
Nama
15 Maret 2021
Tanggal,
Jabatan Direktur
Tanda tangan
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek , diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara,
yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh
orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang betujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena
sesuatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya
Rumah Sakit.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya
kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi pada
semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia
lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan
pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit terutama pada
penderita anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan,
penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, koma,
kegagalan fungsi saluran pencernaan dan pasien yang mendapat kemoterapi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa rumah sakit
umum di Jakarta tahun 1991 menunjukkan 20% - 60% pasien menderita kurang
gizi saat dirawat di rumah sakit.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap
orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan
yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek
lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain
jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah
untuk diri dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek dibidang
kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan
kesatuan dari asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gzi.
Sejalan dengan dilaksanakannya program akreditasi pelayanan gizi rumah
sakit, diharapkan pedoman ini dapat menjadi pegangan atau acuan bagi rumah
sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang
telah ditetapkan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistim
pelayanan gizi rumah sakit dengan memperhatikan bebrbagai aspek gizi dan
penyakit, serta merupakan bagian daripelayanan kesehatan secara
1
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi
di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi
yang mencakup :
1) Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolism zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)
2) Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diit pola makan
3) Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4) Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
5) Penyelenggaraan eveluasi terhadap preskripsi diit yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
6) Penterjemahan preskripsi diit, penyediaan dan pengolahan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan pasien
7) Penciptaan standar diit khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit
8) Penyelenggaraan konseling tentang pentingnya diit pada pasien dan
keluarganya
D. Batasan Operasiaonal
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi bahasan buku
ini, perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan
gizi rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah ,
baik bersumber dari buku pedoman yang lama maupun dari sumber-sumber lain
yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan gizi.
2
14. Klien
15. Nutrition Related Disease
16. Mutu Pelayanan Gizi
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan
gizi di rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal
aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
4. Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi
7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
9. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKB/VIII/2001
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 35 yahun 2001 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
10. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara No. 23/Kep/M.PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
11. Hasil Rapat Konsultasi Pejabat Rumah Sakit ke I, II, dan III tahun 1980 –
1983
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Kepala Unit Instalasi Gizi seharusnya diampu oleh Dokter Spesialis Gizi
Klinik, namun karena keterbatasan tenaga sementara tugas diampu oleh
tenaga kesehatan (dietisien) yang memiliki syarat pendidikan minimal D-III
Gizi.
2. Pelaksana
B. Distribusi Ketenagaan
4
C. Pengaturan Jaga
Berikut adalah pengaturan jaga / sift tenaga gizi di Rumah Sakit Dedy Jaya
SIFT
KATEGORI TENAGA PENDIDIKAN
PAGI SIANG
Ka. Instalasi Gizi S1-Gizi 1 1
Pramumasak SMA 1 1
Pramusaji SMA 3 3
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
.
12
Keterangan :
1 = Pintu masuk
2 = Tempat penerimaan bahan makanan
3 = Tempat pemilahan bahan makanan
4 = Tempat pencucian
5 = Tempat pengadaan bahan makanan
6 = Tempat pengolahan bahan makanan
7 = Tempat penyajian makanan
8 = Meja penyajian
9 = Tempat penyimpanan bahan makanan kering
10 = Tempat penyimpanan bahan makanan basah
11 = Pintu keluar
12 = Meja register
6
B. Standar Fasilitas
Kegiatan di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat
jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan
7
Tempat pencucian ini dibagi menjadi 2 berdasarkan waktu pencucian.
Pencucian pertama dilakukan untuk peralatan masak dan pencucian
kedua dilakukan untuk peralatan makan pasien. Hal ini karena rumah
sakit kami hanya memliki 1 ruang pencucian.
g. Tempat pembuangan sampah
Tempat sampah di ruang produksi menggunakan tempat sampah yang
dilapisi kantong plastic hitam, tertutup dan dibuang jika volume telah ¾ isi
ke tempat pembuangan sampah sementara oleh petugas kebersihan.
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi,
biaya, aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mnecapai status gizi
optimal.
Pelayanan
makan pasien (7)
9
1. Perencanaan menu
sandar porsi
kelas lauk lauk
nasi hewani nabati sayur buah susu snack
utama 3P 6P 6P 3P 3P 1P 2P
I 3P 3P 6P 3P 3P 1P 2P
II 3P 3P 3P 3P 3P 0 2P
III 3P 3P 3P 3P 3P 0 1P
10
6) Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan yang digunakan
dalam siklus menu
Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah pemakaian bahan
makanan tertentu yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:
11
stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada
tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu
d. Buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan harus segera
di isi dan diletakkan pada tempatnya
e. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan
f. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlubang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup
kuat dan tidak menempel pada dinding
g. Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka
pada waktu yang telah ditentukan. Petugas yang keluar masuk juga
petugas yang telah ditentukan
h. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19-21 ⁰ C
i. Pembersihan ruangan setiap hari
Lama Waktu
Jenis Bahan Makanan < 3 hari ≤ 1 minggu <1
minggu
Daging, ikan, udang, dan -5 ─ 0 ⁰ C -10 ─ -5 ⁰ < -10 ⁰ C
hasil olahannya C
Telur, buah dan hasil 5 ─ 7 ⁰ C -5 ─ 0 ⁰ C <-5⁰C
olahannya
Sayur, buah dan minuman 10 ⁰ C 10 ⁰ C 10 ⁰ C
Tepung dan biji-bijian 25 ⁰ C 25 ⁰ C 25 ⁰ C
Sumber : Depkes RI. Penyehatan Makanan / Minuman, Dalam Seri
Sanitasi Rumah Sakit. Ditjen
PPM & PLP dan Ditjen Yanmed, Depkes RI, Jakarta, 1988
12
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas dan aman untuk dikonsumsi dengan tujuan mengurangi resiko
kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatkan nilai cerna,
meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makana serta bebas dari organisme dan zat yang berbahaya
untuk tubuh.
5. Pendistribusian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan pasien (makanan biasa dan
makanan khusus) dengan tujuan pasien mendapat makanan sesuai dengan
diit dan ketentuan yang berlaku.
6. Penyajian makanan
Penyajian makanan adalah suatu kegiatan menyajikan makanan ke pasien
yang dilakukan oleh pramusaji dengan sopan dan santun serta himbauan
kepada pasien agar segera menyantap makanan yang baru saja disajikan
serta menyampaikan jenis dan tidak lupa menanyakan identitas pasien untuk
memastikan ketepatan pemberian diit pasien.
Pelayanan Gizi Rawat Inap merupaan pelayanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap kepada pasien rawat
inap di RS Dedy Jaya agar memperoleh asupan makanan yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
2. Sasaran
Pasien dan Keluarga
3. Mekanisme kegiatan
a. Skrining Gizi Pasien Dewasa
Skrining gizi awal dilakukan oleh perawat IGD dan penetapan order diit
pasien awal oleh dokter IGD. Skrining pasien dewasa dilakukan pada
pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS, metode yang
digunakan adalah MST (Malnutrition Screening Tools). Parameter
dalam MST adalah :
1) Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncanakan / tidak diinginkan dalam 16 bulan terakhir?
- Tidak maka skor 1
- Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi longgar), maka skor 2
- Ya, ada penurunan BB sebanyak :
1 – 5 Kg : Maka skor 1
6 – 10 Kg : Maka skor 2
13
11 – 15 Kg : Maka skor 3
> 15 Kg : Maka skor 4
Tidak tau berapa kilo penurunannya : Maka skor 2
14
4) Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
pasien beresiko mengalami malnutrisi ? ( Lihat table 1)
Kemudian, pasien dengan resiko sedang dan berat, rujuk ke ahli gizi
untuk asesmen gizi, pasien dengan resiko rendah, skrining ulang
setelah 7 hari.
15
Penurunan berat badan tidak diketahui : Maka skor 1
Penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg : Maka skor 2
Tidak terjadi penurunan berat badan : Maka skor 3
3) Mobilitas
Ya : Maka skor 0
Tidak : Maka skor 2
5) Masalah neuropsikologis
7) Lingkar Betis
Lingkar betis kurang dari 31 cm : Maka skor 0
Lingkar betis sama dengan atau lebih besar daripada 31
cm : Maka skor 3
Setelah ahli gizi melihat hasil skrining gizi yang telah dilakukan oleh
perawat, kemudian menandatangani kolom yang sudah disediakan
pada lembar skrinning nutrisi (tulisan paling bawah).
16
d. Asesment lanjutan
Setelah dilakukan asuhan gizi dalam waktu 1 x 24 jam selanjutnya ahli
gizi melakukan pemantauan perkembangan pasien dan mencatatnya
dalam lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pada
rekam medis sebagai komunikasi antar PPA di unit rawat inap dengan
tetap menggunakan format ADIME.
1. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan / poliklinik RS Dedy Jaya
atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah gizinya.
2. Sasaran
- Pasien dan keluarga
- Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
- Individu pasien yang datang atau dirujuk
- Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik
oleh rumah sakit
3. Mekanisme kegiatan
a. Konseling gizi
1) Pasien datang ke ruang konsultasi gizi dengan membawa rujukan
dokter poliklinik / dokter dari luar / atas permintaan sendiri .
2) Ahli gizi melakukan pencatatan data pasien dalam buku register.
3) Ahli gizi melakukan pengukuran antropometri.
4) Ahli gizi melakukan melakukan assesmen gizi (riwayat makan,
riwayat klinis, data laboratorium, antropometri dan riwayat personal)
Ahli gizi menetapkan diagnose gizi.
5) Ahli gizi memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
sesuai dengan keadaan pasien.
6) Ahli gizi menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan ulang,
untuk mengetahui keberhasilan intervensi dilakukan monitoring dan
evaluasi gizi
7) Pencatatan hasil konseling dimasukan ke dalam catatan rekam
medik pasien
b. Penyuluhan gizi
1) Persiapan penyuluhan
- Menerima jadwal penyuluhan dari rumah sakit
- Menetukan materi sesuai kebutuhan
- Membuat outline materi yang akan disajikan
- Merencanakan media yang akan digunakan
- Persiapan ruangan dan alat bantu / media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan
17
- Peserta mengisi daftar hadir
- Dietisien menyampaikan materi penyuluhan
- Tanya jawab
18
BAB V
LOGISTIK
Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung
dengan sarana dan prasarana / logistik yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan.
A. Logistik perkantoran
Kebutuhan logistik perkantoran mecakup pelayanan gizi rawat inap dan rawat
jalan dan diperoleh dari permintaan setiap bulan yang diajukan ke bagian gudang
/ bagian logistik. Berikut adalah rincian logistik perkantoran Instalasi Gizi Rumah
Sakit Dedy Jaya :
2. Form – form
a. Form permintaan barang
b. Form pengambilan barang
c. Form perbaikan barang rusak
d. Form asuhan gizi pasien
e. Form konsultasi gizi rawat inap dan rawat jalan
3. Elektronik
a. Komputer set
b. Printer
c. Printer etiket makanan
19
sebelumnya telah diajukan oleh ahli gizi ke bagian keuangan atas
persetujuan direktur.
2. Peralatan makan pasien
Kebutuhan peralatan makan pasien berasal dari data pramusaji tentang
kebutuhan alat makan baik yang sudah tidak layak pakai maupun yang hilang
untuk dipenuhi kembali guna mendukung pelayanan yang optimal.
3. Peralatan pendukung penyelenggaraan makanan pasien
Kebutuhan peralatan pendukung penyelenggaraan makanan pasien meliputi
peralatan masak, gas, air minum dan lain lain diadadakan dengan proses
pengajuan ke bagian keuangan atas persetujuan direktur.
4. Kebutuhan gizi karyawan
Kebutuhan gizi karyawan berasal dari permintaan ahli gizi setiap bulan ke
bagian logistic ke bagian keuangan yang sebelumnya telah disetujui direktur.
20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Dalam unit pelayanan gizi rumah sakit, keselamatan pasien terkait dalam kegiatan
asuhan gizi ( nutrition care ) pada pasien rawat jalan maupun rawat inap, dan
kegiatan penyelenggaraan makanan.
B. Tujuan
1. Untuk memberikan makanan / diit pasien yang tepat identitas, tepat waktu, dan
sesuai dengan diagnose pasien
2. Untuk memberikan pelayanan makan pasien yang hygienis diawali dari prosedur
cuci tangan yang benar dan penggunaan APD yang sesuai dengan arahan tim
PPIRS
INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT DEDY JAYA
Nama
No. RM
Tgl Lahir
DIIT
Tgl. Pemberian
Ruang
Alergi
21
Contoh label atau yang biasa kami sebut dengan etiket diit pasien saat proses
distribusi berlangsung yaitu sebagai berikut :
Makanan pasien merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi pada pasien yang dirawat inap. Untuk mengurangi resiko infeksi
ini maka setiap karyawan di instalasi gizi (dibagian produksi) wajib melakukan
hand hygiene sebelum, selama dan setelah bekerja serta setelah dari kamar
mandi menggunakan cara cuci tangan 12 langkah sesuai dengan pedoman hand
hygiene yang efektif karena menggunakan air mengalir. Selain itu karyawan
instalasi gizi di bagian produksi tidak diperbolehkan mempunyai kuku jari
melebihi ujung jari dan tidak diperbolehkan menggunakan cincin dan aksesoris
dari siku ke bawah. Sedangkan untuk petugas gizi yang melaksanakan
konsultasi gizi sebelum dan sesudah ke pasien harus cuci tangan 6 langkah
karena menggunakan handrubs.
Sebelum masuk ke ruang produksi, karyawan harus menggunakan APD
lengkap,dengan urutan yang dimulai dari :
1. Pemakaian tutup kepala
2. Pemakaian masker
3. Pemakaian apron / celemek
4. Pemakaian sepatu kerja
5. Pemakaian sarung tangan
22
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu , merugikan, dan membahayakan kesehatan. Makanan yang
tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease
yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang
mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme
pathogen
Prinsip keamanan makanan meliputi ;
a. Good Manufacturing Practices (GMP)
adalah suatu pedoman untuk menjelaskan bagaimana memproduksi
makanan agar bermutu, aman , dan layak untuk dikonsumsi.
Aman untuk dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak
mengandung bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau
keselamatan manusia seperti menimbulkan penyakit atau keracunan
Layak untuk dikonsumsi artinya makanan tersebut keadaannya normal
tidak menyimpang seperti busuk, kotor.
Isi Pedoman Good Manufacturing Practices (GMP), berdasarkan
Penetapan Ka. Badan POM RI No. : HK.00.05.5.1639 tahun 2003,
meliputi :
Lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai
air, fasilitas dan kegiatan hygiene sanitasi, Pengendalian hama,
Kesehatan dan Higiene karyawan, Pengendalian proses, Label pangan,
Penyimpanan, Pengannggung jawab, Penarikan Produk, Pencatatan dan
dokumentasi, Pelatihan Karyawan.
Tujuan Good Manufacturing Practices (GMP) :
1) Melindungi konsumsi dari produksi makanan yang tidak aman dan
tidak memenuhi syarat.
2) Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang
diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi.
3) Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap
makanan yang disajikan.
23
Pemilihan makanan yang aman dapat dilakukan dengan cara :
Pilih makanan dalan keadaan tertutup/kemasan
Pilih makanan dalam kondisi baik sebelum tanggal kedaluarsa
Amati apakah makanan berwarna mencolok atau jauh
berbeda dengan aslinya. ( kerupuk eskrim, warna daging
sapi, ayam, dsb)
Perhatikan kualitas makanan, apakah masih segar, atau
berjamur.
Amati komposisinya baca teliti kandungan bahan tambahan
makanan yang berbahaya yang dapat merusak kesehatan.
Jika membeli makanan impor pastikan produk tersebut telah
memiliki ijin edar yang diketahui pada label tertera pada
kemasan.
24
a) Adanya sistem penyimpanan
b) Adanya fasilitas ruang penyimpanan
c) Tersedia buku catatan keluar masuk bahan makanan
3) Pengolahan Makanan
25
d) Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan.
e) Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan
semua peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang
akan diolah sesuai urutan urutan prioritas.
f) Pengaturan suhu dan waktu pengolahan perlu diperhatikan
karena setiap bahan makanan mempunyai waktu kematangan
yang berbeda.
g) Higiene penanganan makanan.
Suhu Penyimpanan
Disajikan Akan segera Belum
NO Jenis Bahan Makanan
dalam wkt disajikan segera
lama disajikan
1. Makanan kering 25 - 30°C
2. Makanan basah (berkuah) > 60°C -10°C
3. Makanan cepat basi (
≥ 65,5°C -5°sd -1°C
santan, susu, telur)
4. Makanan disajikan dingin 5°- 10°C <10°C
5) Pengangkutan Makanan
26
4) Cara pengolahan makanan (tempat, tenaga, dan proses pengolahan)
5) Cara pengangkutan makanan ( food transportation)
6) Cara penyajian makanan ( food service)
27
Parameter Syarat
Kondisi
Kesehatan
Tidak menderita penyakit mudah menular; batuk,
pilek, influenza, diare, penyakit menular lain.
Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya)
28
2. Penggunaan bahan tambahan makanan.
Menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 pengertian BTP
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan bukan
merupakan ingredient khas makanan mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat
khas makanan tersebut.
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ( BTP) :
Pemakaian BTP dapat dibenarkan apabila memenuhi syarat :
a. Dapat mempertahankan kualitas gizi bahan makanan
b. Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi
kehilangan bahan pangan.
c. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen
d. Bagi konsumen yang memerlukan diit khusus mendapat bahan
makanan yang dikehendaki.
e. Tidak bereaksi dengan bahan.
3. Hygienitas makanan
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai
penyembuhan pasien rumah sakit. Makanan yang diberikan tidak hanya
harus memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus
bebas dari komponen komponen yang menyebebkan penyakit. Penerapan
kaidah tersebut dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai
penyajian makanan ke pasien.
a. Pemilihan bahan makanan
Bahan makanan yang kita pilih sesuai dengan spesifikasi yang sudah
kita tentukan
b. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
yang telah ditetapkan
c. Pengolahan bahan makanan
Pengolahan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang telah ditetapkan
d. Penyimpanan masak
Penyimpanan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang telah ditetapkan
e. Pengangkutan makanan
Pengankutan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang telah ditetapkan
f. Penyajian makanan
Penyajian dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
yang telah ditetapkan
g. Penggunaan APD
Alat pelindung Diri yang wajib digunakan dengan tujuan keamanan
dan hygienitas makanan dan minuman adalah sarung tangan, masker
dan penutup kepala. Ketiganya digunakan agar tidak terjadi
kontaminasi bahan makanan dengan kotoran baik berupa fisik, kimia
29
maupun mikrobiologi serta mencegah kontaminasi makanan melalui
udara yang berasal dari mulut dan hidung petugas.
h. Penerapan Hand Hygiene
Karyawan wajib melakukan cuci tangan baik menggunakan air
maupun cairan berbasis alcohol sebelum dan sesudah menyentuh
makanan dan atau lingkunyan sekitar pasien.
30
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan
terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena
pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang
aman dan terjamin kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan
sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak
diharkan, serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat, makanan dan melukai
karyawan.
Keselamatan kerja di unit instalasi gizi lebih ditekankan pada penggunaan APD oleh
petugas yaitu :
1. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi petugas dari bahaya fisik dan kimia
yang dapat membahayakan petugas.
2. Clemek
Clemek digunakan untuk menghindari petugas dari bahaya fisik dan kimia yang
dapat mengotori atau menciderai baju petugas.
3. Penutup kaki (sandal tertutup)
Sandal tertutup digunakan untuk menghindari petugas dari bahaya fisik dan kimia
yang dapat menciderai kaki petugas.
Selain penggunaan APD di instalasi gizi juga terdapat alat pemadam kebakaran yang
terletak tidak jauh dari tempat produksi.
31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dalam Standar Pelayanan Gizi Rumah Sakit (DepkesRI, 2008), ditetapkan bahwa
indikator Standar Pelayanan Gizi meliputi :
1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien, dengan ukuran keberhasilan
≥90%
2. Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien, dengan ukuran keberhasilan ≤20%
Rumah Sakit Dedy Jaya belum melakukan ketiga penelitian tersebut karena
keterbatasan SDM di Instalasi Gizi. Dengan adanya standar penilaian mutu tersebut
diharapkan adanya pemenuhan tenaga gizi di Instalasi Gizi Rumah Sakit Dedy Jaya ini
sehingga dapat segera melakukan pelayanan sesuai dengan SPMRS.
32
BAB IX
PENUTUP
33
LAMPIRAN
Gambar 1
Denah Instalasi Gizi
12
Keterangan :
1 = Pintu masuk
2 = Tempat penerimaan bahan makanan
3 = Tempat pemilahan bahan makanan
4 = Tempat pencucian
5 = Tempat pengadaan bahan makanan
6 = Tempat pengolahan bahan makanan
7 = Tempat penyajian makanan
8 = Meja penyajian
9 = Tempat penyimpanan bahan makanan kering
10 = Tempat penyimpanan bahan makanan basah
11 = Pintu keluar
12 = Meja register
34