Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

RUMAH SAKIT DEDY JAYA

COVER
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat - Nya Pedoman Pelayanan Gizi dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Dalam rangka meningkatkan standar pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
RS Dedy Jaya yang bermutu dan berkualitas , maka diperluka suatu pedoman sehingga
pelayanan gizi yang dilaksanakan memenuhi standar yang telah ditetapkan . Instalasi
Gizi RS Dedy Jaya sebagai salah satu penunjang pelayanan di rumah sakit ini
membutuhkan tenaga terampil yang dapat bekerja efektif , efisien dan berkualitas.
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS Dedy Jaya ini merupakan standar
dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit sesuai dengan SDM yang
dimiliki , dimana diuraikan dalam standar ketenagaan, standar fasilitas ,tata laksana ,
pelayanan logistik, sanitasi makanan dan keselamatan kerja hingga pengawasan dan
pengendalian mutu . Dengan adanya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS Dedy
Jaya ini, semoga tercapainya pelayanan kesehatan terutama pelayanan instalasi gizi
terus meningkat dan berkembang.

Brebes, 22 juni 2021

Penyusun

ii
SAMBUTAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY JAYA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat segala karunia dan
PetunjukNya sehingga penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi di Rumah sakit
Dedy Jaya dapat di selesaikan tepat waktu.
Proses penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi di Rumah Sakit Dedy
Jaya melibatkan beberapa disiplin ilmu di Rumah Sakit. Dengan telah disusunnya
Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi ini, saya harap mutu pelayanan pasien di Rumah
sakit Dedy Jaya terutama dalam pelayanan Gizi dapat tetap tejaga.
Saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak atas
bantuan dan perhatiannya yang telah diberikan dalam penyusunan Pedoman
Pelayanan Instalasi Gizi. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan
petunjuk kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas ini . Aamiin

Brebes,20 Mei 2021


Direktur
RUMAH SAKIT DEDY JAYA

dr. PRAYUDHA ADHI LAKSONO

iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY
JAYA NOMOR 055/SK/DIR/IV/2021

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
DEDY JAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY JAYA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah


Sakit Dedy Jaya maka diperlukan Pedoman Pelayana Gizi;

b. bahwa agar Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Dedy Jaya dapat


terlaksana dengan baik, efektif dan efisien, maka perlu adanya
Pedoman Pelayana Instalasi Gizi yang ditetapkan Direktur
Rumah Sakit Dedy Jaya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam item a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Dedy Jaya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11


Tahun 2017 Tentang Keselamatan pasien di Rumah Sakit;

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES


/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78 tahun 2013 tentang


Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26


tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Tenaga Gizi;

iv
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 03


Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit;

11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MenKes/SK/II/2008


Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/1128/2022 Tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;

13. Surat Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


Republik Indonesia Nomor C-331.HT.03.01-TH. 2002 Tanggal
19 Maret 2002 Tentang Akte Pendirian PT. Rumah Sakit Dedy
Jaya;

14. Surat Keputusan Kepala Dinas Modal dan Pelayanan Terpadu


Satu Pintu Brebes Nomor 503.11/DPMPTSP/02053/VII/2018
Tentang Ijin Operasional Rumah Sakit Dedy Jaya;

15. Surat Keputusan Direktur Utama Nomor


004/SK/DIRUT/III/2021 Tertanggal 01 Maret 2021 Tentang
Pengangkatan dr. Prayudha Adhi Laksono Sebagai Direktur
Rumah Sakit Dedy Jaya Periode 01 Maret 2021 sampai
dengan 01 Maret 2022.

MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DEDY JAYA
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT DEDY
JAYA;

KEDUA : Pemberlakuan Keputusan Direktur Rumah Sakit Dedy Jaya


tentang Pedoman Pelayanan Gizi dapat digunakan dalam tata
laksana kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Dedy Jaya;

KETIGA : Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan keputusan ini


dilakukan oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang
Medis Rumah Sakit Dedy Jaya;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 3 Mei 2021 ditetapkan
dan apabila dipandang perlu, dapat dilakukan perubahan
sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

v
Ditetapkan di Brebes
Pada tanggal 3 Mei 2021
DIREKTUR
RUMAH SAKIT DEDY JAYA

dr. PRAYUDHA ADHI LAKSONO

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal,
dr. Abdi Haqiqi
Nama

15 Maret 2021

Jabatan Kepala Bidang Pelayanan Medis


Tanda tangan

Tanggal,

Nama dr. Prayudha Adhi Laksono 15 Maret 2021

Jabatan Direktur
Tanda tangan

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


SAMBUTAN DIREKTUR ....................................................................................... iii
SK DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI .................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
BAB II STANDAR KETENAGAN ............................................................................ 4
BAB III STANDAR FASILITAS ............................................................................... 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................................. 9
BAB V LOGISTIK ................................................................................................... 18
BAB VI KESELAMATAN PASIEN .......................................................................... 20
BAB VII KESELAMATAN KERJA........................................................................... 30
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ......................................................................... 31
BAB IX PENUTUP ................................................................................................. 32

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada
berbagai aspek , diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi
agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara,
yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh
orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang betujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya
perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena
sesuatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya
Rumah Sakit.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual
mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya
kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi pada
semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia
lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan
pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit terutama pada
penderita anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan,
penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, koma,
kegagalan fungsi saluran pencernaan dan pasien yang mendapat kemoterapi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Almatsier di beberapa rumah sakit
umum di Jakarta tahun 1991 menunjukkan 20% - 60% pasien menderita kurang
gizi saat dirawat di rumah sakit.
Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap
orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan
yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek
lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain
jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah
untuk diri dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek dibidang
kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan
kesatuan dari asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan gzi.
Sejalan dengan dilaksanakannya program akreditasi pelayanan gizi rumah
sakit, diharapkan pedoman ini dapat menjadi pegangan atau acuan bagi rumah
sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang
telah ditetapkan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistim
pelayanan gizi rumah sakit dengan memperhatikan bebrbagai aspek gizi dan
penyakit, serta merupakan bagian daripelayanan kesehatan secara

1
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi
di rumah sakit.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi
yang mencakup :
1) Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolism zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium)
2) Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diit pola makan
3) Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4) Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
5) Penyelenggaraan eveluasi terhadap preskripsi diit yang diberikan sesuai
perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
6) Penterjemahan preskripsi diit, penyediaan dan pengolahan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan pasien
7) Penciptaan standar diit khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit
8) Penyelenggaraan konseling tentang pentingnya diit pada pasien dan
keluarganya

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Menejemen Sistem Penyelenggaraan Makan Rumah Sakit
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap dan Rawat Jalan
3. Penyuluhan dan Konsultasi Diit
4. Penilaian dan Pengembangan Gizi Terapan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu
dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan pelayanan rawat
inap dan rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian
dari Instalasi Rawat Inap.

D. Batasan Operasiaonal
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi bahasan buku
ini, perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan
gizi rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah ,
baik bersumber dari buku pedoman yang lama maupun dari sumber-sumber lain
yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan gizi.

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit


2. Pelayanan Gizi
3. Tim Asuhan Gizi
4. Panitia Asuhan Gizi
5. Masyarakat Rumah Sakit
6. Terapi Gizi Medis
7. Terapi Gizi
8. Terapi Diit
9. Perskripsi Diit atau Rencana Diit
10. Konseling Gizi
11. Nutrisionist
12. Dietisien
13. Food Model

2
14. Klien
15. Nutrition Related Disease
16. Mutu Pelayanan Gizi

E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan
gizi di rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal
aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
4. Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi
7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
9. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKB/VIII/2001
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 35 yahun 2001 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
10. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara No. 23/Kep/M.PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
11. Hasil Rapat Konsultasi Pejabat Rumah Sakit ke I, II, dan III tahun 1980 –
1983

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Unit Pelayanan Gizi / Kepala Instalasi Gizi
Kepala Unit Pelayanan Gizi / Kepala Instalasi Gizi adalah penanggung
jawab umum organisasi unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala Unit Pelayanan Gizi / Kepala
Instalasi Gizi bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah
sakit, yang pada umumnya bertanggungjawab langsung kepada Direktur
rumah sakit. Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit,
umumnya tugas dan fungsi Kepala Unit Pelayanan Gizi / Kepala Instalasi Gizi
meliputi :

a. Menyusun perencanaan pelayanan gizi


b. Menyusun rencana evaluasi pelayanan gizi
c. Melakukan pengawasan dan pengendalian
d. Melaksanakan pemantauan
e. Melaksanakan pengkajian data kasus
f. Melaksanakan penelitian dan pengembangan

Kepala Unit Instalasi Gizi seharusnya diampu oleh Dokter Spesialis Gizi
Klinik, namun karena keterbatasan tenaga sementara tugas diampu oleh
tenaga kesehatan (dietisien) yang memiliki syarat pendidikan minimal D-III
Gizi.

2. Pelaksana

Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas


sebagai pramumasak dan pramusaji yang mengampu tugas distribusi dan
pencuciaan alat.
Pramumasak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai
dari persiapan bahan makanan sampai pengolahan. Sedangkan Pramusaji
adalah pelaksana kegiatan penyajian makanan di ruangan rawat inap, mulai
dari penataan di dapur sampai menyajikan ke pasien.
Pendidikan :
Seluruh staf / asisten ahli gizi dan pramumasak di Instalasi Gizi RSDJ
memiliki pendidikan SMA

B. Distribusi Ketenagaan

Kebutuhan tenaga gizi dapat dihitung dengan menggunakan formulasi


berdasarkan ISN maupun berdasarkan beban kerja. Berikut adalah kebutuhan
tenaga gizi di Rumah Sakit Dedy Jaya Brebes :
KEBUTUHAN TENAGA GIZI RUMAH SAKIT DEDY JAYA

KATEGORI RUMAH SAKIT JUMLAH


TENAGA KELAS D TENAGA
S1-Gizi √ 2
Pramumasak √ 2
Pramusaji √ 7

4
C. Pengaturan Jaga

Berikut adalah pengaturan jaga / sift tenaga gizi di Rumah Sakit Dedy Jaya

PENGATURAN JAGA TENAGA GIZI RUMAH SAKIT DEDY JAYA

SIFT
KATEGORI TENAGA PENDIDIKAN
PAGI SIANG
Ka. Instalasi Gizi S1-Gizi 1 1
Pramumasak SMA 1 1
Pramusaji SMA 3 3

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
.

12

Keterangan :
1 = Pintu masuk
2 = Tempat penerimaan bahan makanan
3 = Tempat pemilahan bahan makanan
4 = Tempat pencucian
5 = Tempat pengadaan bahan makanan
6 = Tempat pengolahan bahan makanan
7 = Tempat penyajian makanan
8 = Meja penyajian
9 = Tempat penyimpanan bahan makanan kering
10 = Tempat penyimpanan bahan makanan basah
11 = Pintu keluar
12 = Meja register

6
B. Standar Fasilitas

Kegiatan di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat
jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan

1. Sarana dan prasarana ruangan ahli gizi


- Meja kursi
- Lemari buku
- Computer set
- Printer
- Telephone
- Alat tulis lengkap
2. Sarana dan prasarana gizi rawat jalan
Ruang konsultasi gizi rawat jalan terdiri dari :
- Meja kursi
- Alat tulis
- Timbangan
- Microtoice
- Formulir NCP (Nutrision Care Proses) / Asuhan Nutrisi Rawat Jalan yang
berisi skrining, assessment, pemeriksaan fisik klinis, intervensi,
monitoring dan evaluasi.
- Buku pencatatan konsultasi gizi rawat inap
- Computer set
- Printer
- Softwere asuhan nutrisi dan perhitungan bahan makanan
- Food model

3. Sarana penyelenggaraan makanan


Tempat yang diperlukan di Ruang Penyelenggaraan Makanan terdiri dari :
a. Tempat penerimaan bahan makanan
Ruangan ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan
mengecek jumlah dan spesifikasi bahan makanan yang telah dipesan
sebelumnya.
b. Tempat penyimpanan bahan makanan
Di instalasi gizi RSDJ terdapat 2 tempat penyimpanan bahan makanan
yaitu penyimpanan bahan makanan kering dan penyimpanan bahan
makanan basah (lemari pendingin)
c. Tempat persiapan bahan makanan
Tempat persiapan digunakan untuk mempersiapkan bahan makanan dan
bumbu meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas,
menumbuk, menggiling, memotong, mengiris untuk disimpan sebelum
digunakan ataupun bahan makanan yang langsung diolah.
d. Tempat pengolahan bahan makanan
Tempat pengolahan bahan makanan terdapat 2 kompor gas, sebelah
utara untuk pengolahan makanan biasa dan sebelah selatan untuk
pengolahan makanan khusus (diit)
e. Tempat pengepackan, pelebelan dan distribusi makanan
Ruang ini terpisah dari ruang produksi. Ruangan ini digunakan untuk
pengepackan makanan, pemberian lebel (etiket diit) pasien, serta uji
organoleptik, jumlah dan jenis oleh ahli gizi sebelum dilakukan distribusi
ke ruangan rawat inap.
f. Tempat pencucian peralatan masak dan peralatan makan pasien

7
Tempat pencucian ini dibagi menjadi 2 berdasarkan waktu pencucian.
Pencucian pertama dilakukan untuk peralatan masak dan pencucian
kedua dilakukan untuk peralatan makan pasien. Hal ini karena rumah
sakit kami hanya memliki 1 ruang pencucian.
g. Tempat pembuangan sampah
Tempat sampah di ruang produksi menggunakan tempat sampah yang
dilapisi kantong plastic hitam, tertutup dan dibuang jika volume telah ¾ isi
ke tempat pembuangan sampah sementara oleh petugas kebersihan.

8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Menejemen Sistem Penyelenggaraan Makan Rumah Sakit


Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan
anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan,
pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta
evaluasi.

1. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan gizi,
biaya, aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mnecapai status gizi
optimal.

2. Sasaran dan ruang lingkup


Sasaran penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Dedy Jaya adalah
pasien rawat inap dan karyawan. Ruang lingkup penyelenggaraan makanan
rumah sakit meliputi produksi dan distribusi makanan.

3. Alur penyelenggaraan makanan

Perencamaan menu Pengadaan bahan Penerimaan dan


(1) (2) penyimpanan bahan
(3)

Pelayanan
makan pasien (7)

Penyajian Distribusi Persiapan dan


makanan di makanan (5) pengolahan makanan
ruangan (6) (4)

4. Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit

Bentuk penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Dedy Jaya


menggunakan system swakelola. Penyelenggaraan makanan rumah sakit
dengan system swakelola meliputi instalasi gizi / unit yang bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam
system swakelola ini, seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana,
dan metoda) disediakan oleh pihak rumah sakit.

9
1. Perencanaan menu

Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan


diolah untuk memenuhi selera konsumen pasien, dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Perencanaan menu dilakukan setiap enam bulan sekali dengan
memperhatikan peraturan pemberian makan rumah sakit, standar porsi,
standar resep dan standar bumbu.

2. Pengadaan bahan makanan


Pengadaan bahan makanan meliputi dua unsure dibawah ini :
a. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan
penyusunan kebutuhan makanan yang diperlukan untuk pengadaan
bahan makanan guna tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan
bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun anggaran.
Perhitungan kebutuhan bahan makanan dapat dilakukan jika memenuhi
syarat sebagai berikut :
1) Kebijakan rumah sakit :
Peraturan Direktur Rumah Sakit Dedy Jaya Nomor
055/SK/DIR/IV/2021 tentang Pelayanan Gizi.
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit:
Pemberian makan di rumah sakit dibagi menjadi 5 waktu sebagai
berikut :

No Jenis pemberian Pukul


1 makan pagi 6.30
2 snack pagi 9.00
3 makan siang 12.00
4 snack sore 15.00
5 makan sore 17.00

3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien


Berikut adalah standar porsi makanan sehari di Rumah Sakit Dedy
Jaya

sandar porsi
kelas lauk lauk
nasi hewani nabati sayur buah susu snack
utama 3P 6P 6P 3P 3P 1P 2P
I 3P 3P 6P 3P 3P 1P 2P
II 3P 3P 3P 3P 3P 0 2P
III 3P 3P 3P 3P 3P 0 1P

4) Tersedianya siklus menu


Siklus menu dibuat setiap 6 bulan sekali dengan jumlah siklus 10
5) Tersedianya data jumlah pasien yang dilayani
Jumlah pasien dapat dilihat dari total jumlah pasien pada bulan
sebelumnya untuk dijadikan acuan perhitungan kebutuhan bulan
selanjutnya.

10
6) Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan yang digunakan
dalam siklus menu
Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah pemakaian bahan
makanan tertentu yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:

Jumlah pasien x berat kotor x kerap pemakaian

b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan

Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan


makanan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah konsumen atau pasien
yang dilayani. Tujuan dilakukannya pemesanan dan pembelian bahan
makanan adalah agar tersedianya bahan makanan yang dipesan sesuai
standar atau spesifikasi yang ditetapkan.
Langkah pemesanan bahan makanan :

standar porsi x jumlah pasien

3. Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan Bahan Makanan adalah suatu kegiatan yang melaui


pemeriksaan / penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas
dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta
spesifikasi yang telah ditetapkan. Tujuan dilakukannya kegiatan penerimaan
ini adalah agar tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah.

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, meyimpan,


memelihara, keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas
maupun kuantitas serta pencatatan dan pelaporannya.

Langkah Penyimpanan Bahan Makanan :


a. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera
dibawa ke ruang penyimpanan gudang atau ruang pendingin untuk bahan
mkanan basah, dan gudang kering untuk bahan makanan kering dengan
prinsip FIFO.
b. Apabila bahan makanan akan langsung digunakan, setelah ditimbang
dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa
ke ruang persiapan bahan makanan.

Berikut adalah syarat ruang penyimpanan bahan makanan kering (gudang):

a. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam,


golongan maupun urutan pemakaian bahan makanan
b. Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu (FIFO = First In First
Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi tanda
tanggal penerimaan
c. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai
pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu

11
stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada
tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu
d. Buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan harus segera
di isi dan diletakkan pada tempatnya
e. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan
f. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlubang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup
kuat dan tidak menempel pada dinding
g. Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka
pada waktu yang telah ditentukan. Petugas yang keluar masuk juga
petugas yang telah ditentukan
h. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19-21 ⁰ C
i. Pembersihan ruangan setiap hari

Berikut adalah syarat ruang penyimpanan bahan makanan basah (segar):

a. Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan


agar tidak terjadi rusak
b. Pengecekkan terhadap suhu dilakukan 2 x sehari dan pembersihan
lemari es dilakukan setiap hari
c. Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi
pengerasan
d. Semua bahan makanan yang akan dimasukkan lemari pendingin
dibungkus menggunakan plastik
e. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras dengan bahan
makanan yang tidak berbau
f. Khusus sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan.
Untuk buah buahan ada yang tidak memerlukan pendingin , perhatikan
sifat buah tersebut sebelum dimasukkan ke dalam lemari pendingin

SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR

Lama Waktu
Jenis Bahan Makanan < 3 hari ≤ 1 minggu <1
minggu
Daging, ikan, udang, dan -5 ─ 0 ⁰ C -10 ─ -5 ⁰ < -10 ⁰ C
hasil olahannya C
Telur, buah dan hasil 5 ─ 7 ⁰ C -5 ─ 0 ⁰ C <-5⁰C
olahannya
Sayur, buah dan minuman 10 ⁰ C 10 ⁰ C 10 ⁰ C
Tepung dan biji-bijian 25 ⁰ C 25 ⁰ C 25 ⁰ C
Sumber : Depkes RI. Penyehatan Makanan / Minuman, Dalam Seri
Sanitasi Rumah Sakit. Ditjen
PPM & PLP dan Ditjen Yanmed, Depkes RI, Jakarta, 1988

4. Persiapan dan pengolahan


Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan
bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan,
memotong, mengupas, mengocok, merendam dsb, dengan tujuan
mempersiapkan bahan makanan serta bumbu sebelum dilakukan kegiatan
pemasakan.

12
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas dan aman untuk dikonsumsi dengan tujuan mengurangi resiko
kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatkan nilai cerna,
meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makana serta bebas dari organisme dan zat yang berbahaya
untuk tubuh.

5. Pendistribusian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan pasien (makanan biasa dan
makanan khusus) dengan tujuan pasien mendapat makanan sesuai dengan
diit dan ketentuan yang berlaku.

6. Penyajian makanan
Penyajian makanan adalah suatu kegiatan menyajikan makanan ke pasien
yang dilakukan oleh pramusaji dengan sopan dan santun serta himbauan
kepada pasien agar segera menyantap makanan yang baru saja disajikan
serta menyampaikan jenis dan tidak lupa menanyakan identitas pasien untuk
memastikan ketepatan pemberian diit pasien.

B. Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap

Pelayanan Gizi Rawat Inap merupaan pelayanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi.

1. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap kepada pasien rawat
inap di RS Dedy Jaya agar memperoleh asupan makanan yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.

2. Sasaran
Pasien dan Keluarga

3. Mekanisme kegiatan
a. Skrining Gizi Pasien Dewasa
Skrining gizi awal dilakukan oleh perawat IGD dan penetapan order diit
pasien awal oleh dokter IGD. Skrining pasien dewasa dilakukan pada
pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS, metode yang
digunakan adalah MST (Malnutrition Screening Tools). Parameter
dalam MST adalah :
1) Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
direncanakan / tidak diinginkan dalam 16 bulan terakhir?
- Tidak maka skor 1
- Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi longgar), maka skor 2
- Ya, ada penurunan BB sebanyak :

 1 – 5 Kg : Maka skor 1
 6 – 10 Kg : Maka skor 2

13
 11 – 15 Kg : Maka skor 3
 > 15 Kg : Maka skor 4
 Tidak tau berapa kilo penurunannya : Maka skor 2

2) Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu


makan / kesulitan menerima makanan?

 Tidak : Maka skor 0


 Ya : Maka skor 1

3) Apakah pasien memiliki riwayat penyakit missal infeksi / diabetes


mellitus, hipertensi, dan lain-lain ?

 Tidak : Maka skor 0


 Ya : Maka skor 1

Selanjutnya, perawat akan menentukan tingkat resiko malnutrisi


pasien berdasarkan nilai skor dari 3 pertanyaan tersebut. Interpretasi
skor adalah sebagai berikut :

Total skor ≥ 2, rujuk ke ahli gizi untuk asesmen gizi


Total skor < 2, skrinning ulang setelah 7 hari

b. Skrining Gizi Pasien Anak


Skrining pasien anak dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah
pasien masuk RS, metode yang digunakan adalah Strong Kids.
Parameter dalam Strong Kids adalah :

1) Apakah pasien tampak kurus ?

 Tidak : Maka skor 0


 Ya : Maka skor 1

2) Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan terakhir?


(berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada atau penilaian
subjektif orang tua pasien atau untuk bayi < 1 tahun BB tidak naik
selama 1 bulan terakhir)

 Tidak : Maka skor 0


 Ya : Maka skor 1

3) Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut :


Diare ≥ 5 kali/hari dan atau muntah > 3 kali/hari dalam seminggu
terakhir
Asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir

 Tidak : Maka skor 0


 Ya : Maka skor 1

14
4) Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
pasien beresiko mengalami malnutrisi ? ( Lihat table 1)

 Tidak : Maka skor 0


 Ya : Maka skor 2

Table 1. Daftar penyakit / keadaan yang beresiko mengakibatkan malutrisi


 Diare kronik (lebih dari 2  Kelainan anatomi
minggu) daerah mulut yang
 (tersangka) penyakit jantung menyebabkan
bawaan kesulitan makan,
 (tersangka) infeksi HIV misalnya bibir
 (tersangka) kanker sumbing
 Penyakit hati kronik  Trauma
 Penyakit ginjal kronik  Kelainan metabolik
 TB paru bawaan
 Luka bakar luas  Retardasi mental
 Lain lain (berdasarkan  Keterlambatan
pertimbangan dokter) perkembangan
: ………………………………….  Rencana / pasca
operasi mayor
misalnya laparotomi,
torakotomi
 Terpasang stoma

Selanjutnya, perawat akan menentukan tingkat resiko malnutrisi


pasien berdasarkan nilai skor dari 4 pertanyaan tersebut. Interpretasi
skor adalah sebagai berikut :

Skor 0 = resiko rendah


Skor 1-3 = resiko sedang
Skor 4-5 = resiko berat

Kemudian, pasien dengan resiko sedang dan berat, rujuk ke ahli gizi
untuk asesmen gizi, pasien dengan resiko rendah, skrining ulang
setelah 7 hari.

c. Skrining Gizi Pasien Geriatri/ Lansia


Skrining pasien anak dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah
pasien masuk RS, metode yang digunakan adalah MNA. Parameter
dalam MNA adalah :

1) Apakah terjadi penurunan upan makan elam 3 bulan terakhir


berkaitan dengan penurunan nafsu makan, gangguan saluran
cerna, kesulitan mengunyah atau kesulitan menelan?

 Penurunan nafsu makan tingkat berat : Maka skor 0


 Penurunan nafsu makan tingkat sedang : Maka skor 1
 Tidak kehilangan nafsu makan : Maka skor 2

2) Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir

 Penurunan berat badan > 3 kg (6,6 lbs) : Maka skor 0

15
 Penurunan berat badan tidak diketahui : Maka skor 1
 Penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg : Maka skor 2
 Tidak terjadi penurunan berat badan : Maka skor 3
3) Mobilitas

 Hanya diatas kasur atau dikursi roda : Maka skor 0


 Dapat beranjak dari kursi/kasur, tetapi tidak mampu
berktifitas normal : Maka skor 1
 Mampu beraktifitas normal : Maka skor 2

4) Menderita tekanan pikologi atau penyakit yang berat dalam 3 bulan


terakhir

 Ya : Maka skor 0
 Tidak : Maka skor 2
5) Masalah neuropsikologis

 Demensia tingkat berat atau deprsi : Maka skor 0


 Demensia tingkat sedang : Maka skor 1
 Tidak ada masalah psikologis : Maka skor 2

6) Body Massa Index

 BMI < 19 : Maka skor 0


 BMI 19 − < 21 : Maka skor 1
 BMI 21 − < 23 : Maka skor 2
 BMI ≥ 23 : Maka skor 3
Bila data IMT tidak ada, ganti pertanyaan no. 6 dengan pertanyaan
no. 7. Abaikan pertanyaan no. 7 bila pertanyaan no. 6 sudah dapat
diisi

7) Lingkar Betis
 Lingkar betis kurang dari 31 cm : Maka skor 0
 Lingkar betis sama dengan atau lebih besar daripada 31
cm : Maka skor 3

Selanjutnya, perawat akan menentukan tingkat resiko malnutrisi


pasien berdasarkan nilai skor dari 4 pertanyaan tersebut. Interpretasi
skor adalah sebagai berikut :

Skor 12 – 14 = Status Gizi Normal


Skor 8 – 11 = Beresiko Malnutri
Skor 0 – 7 = Malnutrisi

Setelah ahli gizi melihat hasil skrining gizi yang telah dilakukan oleh
perawat, kemudian menandatangani kolom yang sudah disediakan
pada lembar skrinning nutrisi (tulisan paling bawah).

Selanjutnya ahli gizi melakukan asesmen / pengkajian gizi / asuhan


gizi dengan format ADIME dalam waktu 1 x 24 jam setelah hasil
skrining.
.

16
d. Asesment lanjutan
Setelah dilakukan asuhan gizi dalam waktu 1 x 24 jam selanjutnya ahli
gizi melakukan pemantauan perkembangan pasien dan mencatatnya
dalam lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pada
rekam medis sebagai komunikasi antar PPA di unit rawat inap dengan
tetap menggunakan format ADIME.

C. Pelayanan Gizi Ruang Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan yang dilakukan di RS Dedy Jaya adalah


serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessment / pengkajian, penetapan diagnosis, intervensi gizi dan monitoring
evaluasi kepada klien / pasien di rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada
umunya disebut kegiatan konseling gizi dan dietetic atau edukasi / penyuluhan
gizi.

1. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat jalan / poliklinik RS Dedy Jaya
atau kelompok dengan membantu mencari solusi masalah gizinya.

2. Sasaran
- Pasien dan keluarga
- Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
- Individu pasien yang datang atau dirujuk
- Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik
oleh rumah sakit
3. Mekanisme kegiatan
a. Konseling gizi
1) Pasien datang ke ruang konsultasi gizi dengan membawa rujukan
dokter poliklinik / dokter dari luar / atas permintaan sendiri .
2) Ahli gizi melakukan pencatatan data pasien dalam buku register.
3) Ahli gizi melakukan pengukuran antropometri.
4) Ahli gizi melakukan melakukan assesmen gizi (riwayat makan,
riwayat klinis, data laboratorium, antropometri dan riwayat personal)
Ahli gizi menetapkan diagnose gizi.
5) Ahli gizi memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
sesuai dengan keadaan pasien.
6) Ahli gizi menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan ulang,
untuk mengetahui keberhasilan intervensi dilakukan monitoring dan
evaluasi gizi
7) Pencatatan hasil konseling dimasukan ke dalam catatan rekam
medik pasien

b. Penyuluhan gizi

1) Persiapan penyuluhan
- Menerima jadwal penyuluhan dari rumah sakit
- Menetukan materi sesuai kebutuhan
- Membuat outline materi yang akan disajikan
- Merencanakan media yang akan digunakan
- Persiapan ruangan dan alat bantu / media yang dibutuhkan

2) Pelaksanaan penyuluhan

17
- Peserta mengisi daftar hadir
- Dietisien menyampaikan materi penyuluhan
- Tanya jawab

18
BAB V
LOGISTIK

Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung
dengan sarana dan prasarana / logistik yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan.

A. Logistik perkantoran
Kebutuhan logistik perkantoran mecakup pelayanan gizi rawat inap dan rawat
jalan dan diperoleh dari permintaan setiap bulan yang diajukan ke bagian gudang
/ bagian logistik. Berikut adalah rincian logistik perkantoran Instalasi Gizi Rumah
Sakit Dedy Jaya :

1. Alat tulis kantor (ATK)


a. Pulpen / pinsil
b. Penghapus
c. Penggaris
d. Tipe – x
e. Stabillo, spidol (permanent / boardmaker)
f. Buku : ekspedisi dan folio
g. Kertas HVS
h. Tinta printer
i. Streples dan isi
j. Klip paper (ukuran kecil dan besar)

2. Form – form
a. Form permintaan barang
b. Form pengambilan barang
c. Form perbaikan barang rusak
d. Form asuhan gizi pasien
e. Form konsultasi gizi rawat inap dan rawat jalan

3. Elektronik
a. Komputer set
b. Printer
c. Printer etiket makanan

4. Tersedianya ruang konsultasi gizi seluas 2 x 2 m² dengan peralatan sebagai


berikut :
a. Food model
b. Timbangan berat badan
c. Alat ukur tinggi badan
d. Buku laporan pasien

B. Logistik penyelenggaraan makanan


Kebutuhan logistik penyelenggaraan makanan diperoleh dari permintaan setiap
bulan yang diajukan ke bagian gudang / bagian logistik. Berikut adalah rincian
logistik penyelenggaraan makanan Instalasi Gizi Rumah Sakit Dedy Jaya :

1. Bahan makanan kering dan bahan makanan basah


Kebutuhan bahan makanan kering di instalasi gizi berasal dari permintaan
ruang produksi yang direkap dan dipenuhi setiap awal bulan yang

19
sebelumnya telah diajukan oleh ahli gizi ke bagian keuangan atas
persetujuan direktur.
2. Peralatan makan pasien
Kebutuhan peralatan makan pasien berasal dari data pramusaji tentang
kebutuhan alat makan baik yang sudah tidak layak pakai maupun yang hilang
untuk dipenuhi kembali guna mendukung pelayanan yang optimal.
3. Peralatan pendukung penyelenggaraan makanan pasien
Kebutuhan peralatan pendukung penyelenggaraan makanan pasien meliputi
peralatan masak, gas, air minum dan lain lain diadadakan dengan proses
pengajuan ke bagian keuangan atas persetujuan direktur.
4. Kebutuhan gizi karyawan
Kebutuhan gizi karyawan berasal dari permintaan ahli gizi setiap bulan ke
bagian logistic ke bagian keuangan yang sebelumnya telah disetujui direktur.

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan pasien ( safety patient ) secara sederhana didefinisikan sebagai suatu


upaya untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi pada pasien. Walaupun
mempunyai definisi yang sederhana, tetapi upaya untuk menjamin keselamatan
pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan banyak hambatan.
IPSG / SIKP ( Sasaran Internasional Keselamatan Pasien ) mempunyai 6 (enam)
sasaran pokok, tiga diantaranya terkait dengan pelayanan gizi, yaitu :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.

Dalam unit pelayanan gizi rumah sakit, keselamatan pasien terkait dalam kegiatan
asuhan gizi ( nutrition care ) pada pasien rawat jalan maupun rawat inap, dan
kegiatan penyelenggaraan makanan.

B. Tujuan

1. Untuk memberikan makanan / diit pasien yang tepat identitas, tepat waktu, dan
sesuai dengan diagnose pasien
2. Untuk memberikan pelayanan makan pasien yang hygienis diawali dari prosedur
cuci tangan yang benar dan penggunaan APD yang sesuai dengan arahan tim
PPIRS

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien

1. Sasaran Ketepatan Identifikasi Pasien


Berdasarkan aturan di rumah sakit, semua petugas harus melakukan identifikasi
dengan menggunakan 2 identitas yaitu Nama dan Nomor Rekam Medik atau
Nama dan Tanggal Lahir. Untuk pasien rawat inap dapat dicocokkan dengan
gelang pasien saat distribusi makanan pasien, sedangkan untuk pasien
konsultasi gizi rawat jalan dapat dicocokkan dengan kartu berobat.

INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT DEDY JAYA

Nama
No. RM
Tgl Lahir
DIIT
Tgl. Pemberian
Ruang
Alergi

SEBAIKNYA DIKONSUMSI MAKSIMAL


2 JAM SETELAH WAKTU MAKAN

21
Contoh label atau yang biasa kami sebut dengan etiket diit pasien saat proses
distribusi berlangsung yaitu sebagai berikut :

2. Sasaran V Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Makanan pasien merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi pada pasien yang dirawat inap. Untuk mengurangi resiko infeksi
ini maka setiap karyawan di instalasi gizi (dibagian produksi) wajib melakukan
hand hygiene sebelum, selama dan setelah bekerja serta setelah dari kamar
mandi menggunakan cara cuci tangan 12 langkah sesuai dengan pedoman hand
hygiene yang efektif karena menggunakan air mengalir. Selain itu karyawan
instalasi gizi di bagian produksi tidak diperbolehkan mempunyai kuku jari
melebihi ujung jari dan tidak diperbolehkan menggunakan cincin dan aksesoris
dari siku ke bawah. Sedangkan untuk petugas gizi yang melaksanakan
konsultasi gizi sebelum dan sesudah ke pasien harus cuci tangan 6 langkah
karena menggunakan handrubs.
Sebelum masuk ke ruang produksi, karyawan harus menggunakan APD
lengkap,dengan urutan yang dimulai dari :
1. Pemakaian tutup kepala
2. Pemakaian masker
3. Pemakaian apron / celemek
4. Pemakaian sepatu kerja
5. Pemakaian sarung tangan

Secara singkat, untuk menjamin keselamatan pasien, dalam kegiatan pelayanan


gizi, upaya yang dilakukan diantaranya :
1. Menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan diet pasien, pasien
diidentifikasi dengan menggunakan identitas lengkap meliputi nama, no. RM,
tanggal lahir, jenis diet.
2. Menyusun pendekatan agar komunikasi diantara para petugas pemberi
perawatan semakin efektif baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
lewat form catatan perkembangan pasien pasien terintegrasi.
3. Mengurangi resiko infeksi dari fasilitas yang terkait dengan kegiatan
penyelenggaraan makanan dan pengontrolan fungsi mekanis serta teknik.

Acuan Penyelenggaraan Makanan :


1. Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi jasa
Boga
2. ISO 22000, 2005 tentang Food Safety Management System
3. JCI standar 4 , Peencegahan dan Pengendalian Infeksi dari persiapan
sampai distribusi makanan.

Beberapa hal yang diperhatikan dalan kegiatan penyelenggaraan makanan,


sebagai berikut :
1. Keamanan Makanan

22
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu , merugikan, dan membahayakan kesehatan. Makanan yang
tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease
yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang
mengandung atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme
pathogen
Prinsip keamanan makanan meliputi ;
a. Good Manufacturing Practices (GMP)
adalah suatu pedoman untuk menjelaskan bagaimana memproduksi
makanan agar bermutu, aman , dan layak untuk dikonsumsi.
Aman untuk dikonsumsi artinya produk makanan tersebut tidak
mengandung bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau
keselamatan manusia seperti menimbulkan penyakit atau keracunan
Layak untuk dikonsumsi artinya makanan tersebut keadaannya normal
tidak menyimpang seperti busuk, kotor.
Isi Pedoman Good Manufacturing Practices (GMP), berdasarkan
Penetapan Ka. Badan POM RI No. : HK.00.05.5.1639 tahun 2003,
meliputi :
Lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai
air, fasilitas dan kegiatan hygiene sanitasi, Pengendalian hama,
Kesehatan dan Higiene karyawan, Pengendalian proses, Label pangan,
Penyimpanan, Pengannggung jawab, Penarikan Produk, Pencatatan dan
dokumentasi, Pelatihan Karyawan.
Tujuan Good Manufacturing Practices (GMP) :
1) Melindungi konsumsi dari produksi makanan yang tidak aman dan
tidak memenuhi syarat.
2) Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang
diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi.
3) Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap
makanan yang disajikan.

Penerapan kaidah GMP dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan


sampai penyajian makanan ke konsumen.
1) Pemilihan Bahan Makanan
a) Memilih dan ciri-ciri makanan yang berkualitas
Bahan makanan menjadi rusak, busuk disebabkan karena
mikroba. Mutu suatu produk makanan sangat tergantung pada
mutu dan keamanan bahan bakunya.
Dalam memilih bahan makanan ada beberapa hal yang
diperhatikan agar mutu bahan makanan dapat dipertahankan
terkait nilai gizi, yaitu :
 Mutu bahan makanan yang terkait nilai gizi.
 Kebutuhan bahan makanan
 Kebersihan
 Keamanan /bebas dari unsur yang tidak diharapkan.

23
Pemilihan makanan yang aman dapat dilakukan dengan cara :
 Pilih makanan dalan keadaan tertutup/kemasan
 Pilih makanan dalam kondisi baik sebelum tanggal kedaluarsa
 Amati apakah makanan berwarna mencolok atau jauh
berbeda dengan aslinya. ( kerupuk eskrim, warna daging
sapi, ayam, dsb)
 Perhatikan kualitas makanan, apakah masih segar, atau
berjamur.
 Amati komposisinya baca teliti kandungan bahan tambahan
makanan yang berbahaya yang dapat merusak kesehatan.
 Jika membeli makanan impor pastikan produk tersebut telah
memiliki ijin edar yang diketahui pada label tertera pada
kemasan.

b) Tanda kerusakan bahan makanan


Bahan makanan menjadi tidak layak konsumsi apabila
menunjukkan tanda kerusakan, seperti
1. Daging mudah sekali rusak oleh mikroba tanda; perubahan
bau, warna, berlendir rasa menjadi asam, tumbuh kapang
pada daging kering.
2. Ikan dan produk olahannya rentan rusak oleh mikroba
tandanya; bau busuk karena gas ammonia, sulfide, atau
senyawa busuk lainnya. Terbentuk lendir pada permukaan,
perubahan kulit, ikan tak kenyal.
3. Susu dan produk olahannya . makanan mudah rusak oleh
mikroba . Tandanya ; perubahan rasa susu menjadi asam,
menggumpal, terbentuk lendir, perubahan bau menjadi
tengik, tumbuh kapang pada produk olahan susu.
4. Telur dan produk olahannya dapat rusak secara fisik
maupun mikroba. Tanda-tandanya : penurunan berat,
pembesaran kantung telur, timbul bintik-bintik berwarna hijau,
hitam atau merah karena bakteri, bau busuk.
5. Sayuran dan buah-buahan serta produk olahan dapat rusak
baik fisik maupun serangga atau karena mikroba, tanda-
tandanya; menjadi memar karena berbenturan, menjadi layu
karena penguapan air, timbul noda karena spora dan kapang,
timbul bau alcohol atau rasa asam, menjadi lunak karena
menjadi berair.
6. Biji-bijian , kacang-kacangan dan umbi-umbian. Mudah
rusak jika pengeringannya tidak cukup atau kondisi
penyimpanan salah, misal. Pada suhu tinggi atau terlalu
lembab , kerusakan yang timbul terjadi perubahan warna,.
7. Minyak goreng. Tidak menggunakan minyak goreng daur
ulang yang digunakan lebih dari dua kali proses pengorengan.
Tanda minyak daur ulang harga murah, kemungkinan sudah
diputihkan, jika dikonsumsi rasa gatal pada tenggorokan,
warna hitam kecoklatan.
2) Penyimpanan Bahan Makanan

Penyimpanan bahan makanan dapat berjalan dengan baik jika sudah


memenuhi prasyarat penyimpanan, yaitu :

24
a) Adanya sistem penyimpanan
b) Adanya fasilitas ruang penyimpanan
c) Tersedia buku catatan keluar masuk bahan makanan

Persyaratan penyimpaan bahan makanan sbb :


 Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi bakteri, serangga, tikus hewan lain
yang berbahaya
 Penyimpanan harus memperhatikan First in first out (FIFO) dan
First exfired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yag disimpan
terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa
dimanfaatkan/digunakan lebih dulu.
 Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis
bahan makanan. Bahan yg cepat rusak disimpan di lemari
pendingin dan bahan makanan kering ditempat kering dan tidak
lembab.
 Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
 Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 %-90%
 Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik.
 Makanan kemasan tertutup disimpan pada suhu ±10°C
 Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu dan
lama penyimpanan

Lama Waktu Penyimpanan


NO Jenis Bahan Makanan
< 3 hari ≤ 1 minggu >1 minggu
1. Daging, ikan, udang, hasil -5 - 0°C -10 sd -50°C < -10°C
olah
2. Telur, buah dan hasil olah 5 - 7°C -5 sd 0°C <-5°C
3. Sayur, buah dan minuman 10°C 10°C 10°C
4. Tepung dan biji-bijian 25°C 25°C 25°C

3) Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan makanan yang


mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi atau cara
produksi makanan yang baik yaitu :
a) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi
persyaratan teknis hygiene sanitasi untuk mencegah resiko
pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya
lalat, kecoa, tikus, dan hewan lainnya.
b) Pemilihan bahan (sortir) untuk memisah atau membuang bagian
bahan yang rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan
makanan serta mengurangi resiko pencemaran makanan.

c) Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan


prioritas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan
harus higienie dan semua bahan yang siap dimasak harus dicuci
dengan air mengalir.

25
d) Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan yang aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan.
e) Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan
semua peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang
akan diolah sesuai urutan urutan prioritas.
f) Pengaturan suhu dan waktu pengolahan perlu diperhatikan
karena setiap bahan makanan mempunyai waktu kematangan
yang berbeda.
g) Higiene penanganan makanan.

4) Penyimpanan Makanan masak

Suhu Penyimpanan
Disajikan Akan segera Belum
NO Jenis Bahan Makanan
dalam wkt disajikan segera
lama disajikan
1. Makanan kering 25 - 30°C
2. Makanan basah (berkuah) > 60°C -10°C
3. Makanan cepat basi (
≥ 65,5°C -5°sd -1°C
santan, susu, telur)
4. Makanan disajikan dingin 5°- 10°C <10°C

5) Pengangkutan Makanan

Pengangkutan bahan makanan


a) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun
b) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan
yang higienis.
c) Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki.
d) Bahan makanan seperti daging, susu cair, diangkut dengan alat
pendingin.

Pengangkutan makanan jadi/masak.


a) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun
b) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan
jadi/masak dan harus selalu higienis.
c) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan
tertutup.
d) Wadah harus utuh, kuat, tidak berkarat, dan ukurannya memadai
dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan.
6) Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan
makanan. Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap dan
laik santap.

b. Higiene dan sanitasi makanan (penyehatan makanan)


Prinsip sanitasi makanan :
1) Kebersihan peralatan makanan dan minuman
2) Cara penyimpanan bahan makanan kering
3) Cara penyimpanan bahan makanan basah

26
4) Cara pengolahan makanan (tempat, tenaga, dan proses pengolahan)
5) Cara pengangkutan makanan ( food transportation)
6) Cara penyajian makanan ( food service)

Higiene dan sanitasi makanan yaitu usaha kesehatan preventif yang


menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu.
Sedangkan sanitasi sebagai usaha kesehatan lingkungan lebih banyak
memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai kesehatan.
Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman harus sesuai
dengan peraturan yang berlaku mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Tujuan kegiatan penyehatan makanan dan minuman untuk :
1) Tersedianya makanan berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
konsumen.
2) Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan melalui makanan.
3) Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan.

Langkah penting dalam mewujudkan hygiene dan sanitasi :


1) Mencapai dan mempertahankan hasil produk yang sesuai dengan
suhu hidangan ( panas atau dingin )
2) Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang
dipersiapkan lebih awal.
3) Memasak tepat waktu dan suhu
4) Dilakukan oleh pegawai/penjamah makanan yang sehat mulai
penerimaan hingga distribusi.
5) Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan.
6) Memantau secara teratur bahan makanan mentah dan bumbu-
bumbu sebelum dimasak.
7) Panaskan kembali sisa makanan menurut suhu yang tepat (74`C)
8) Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah,
makanan masak melalui orang (tangan), alat makan dan alat dapur.

Higiene Tenaga Penjamah Makanan


Kebersihan diri dan kesehatan penjamah makanan merupakan kunci
kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat, karena
penjamah makanan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mencemari
bahan pangan baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis.
Syarat hygiene penjamah makanan :

27
Parameter Syarat
 Kondisi
Kesehatan
 Tidak menderita penyakit mudah menular; batuk,
pilek, influenza, diare, penyakit menular lain.
 Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya)

 Menjaga  Mandi teratur dengan sabun dan air bersih


Kebersihan  Menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi secara
diri teratur, paling sedikit dua kali, setelah makan dan
sebelum tidur.
 Membiasakan membersihkan lubang hidung, lubang
teliga, dan sela-sela jari secara teratur.
 Mencuci rambut/keramas secara rutin 2 x dalam
seminggu
 Kebersihan tangan ; kuku dipotong pendek, kuku
tidak di cat atau kutek, bebas luka.

 Kebiasaan  Sebelum menjamah atau memegang makanan


mencuci  Sebelum memegang peralatan makan
tangan  Setelah keluar dari WC atau kamar kecil
 Setelah meracik bahan mentah seperti; daging, ikan
,sayuran, buah, dan lainnya.
 Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti
bersalaman, menyetir kendaraan, memperbaiki
peralatan, memegang uang, dan lain-lain.
 Perilaku  Tidak menggaruk-garuk rambut, lubang hidung atau
penjamah sela-sela jari/kuku.
makanan  Tidak merokok
dalam  Menutup mulut saat bersin atau batuk.
melakukan  Tidak meludah sembarangan di ruangan pengolahan
kegiatan makanan.
pelayanan  Tidak menyisir rambut sembarangan terutama di
penanganan ruangan persiapan dan pengolahan makanan.
makanan.  Tidak memegang, mengambil, memindahkan dan
mencicipi makanan langsung dengan tangan (tanpa
alat).
 Tidak memakan permen dan sejenisnya pada saat
mengolah makanan.
 Penampilan  Selalu bersih dan rapi, memakai celemek
Penjamah  Memakai tutup kepala
makanan  Memakai alas kaki yang tidak licin
 Tidak memakai perhiasan.
 Memakai sarung tangan, jika diperlukan.

28
2. Penggunaan bahan tambahan makanan.
Menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 pengertian BTP
adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan bukan
merupakan ingredient khas makanan mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat
khas makanan tersebut.
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan ( BTP) :
Pemakaian BTP dapat dibenarkan apabila memenuhi syarat :
a. Dapat mempertahankan kualitas gizi bahan makanan
b. Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi
kehilangan bahan pangan.
c. Membuat bahan pangan lebih menarik bagi konsumen
d. Bagi konsumen yang memerlukan diit khusus mendapat bahan
makanan yang dikehendaki.
e. Tidak bereaksi dengan bahan.

3. Hygienitas makanan
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai
penyembuhan pasien rumah sakit. Makanan yang diberikan tidak hanya
harus memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus
bebas dari komponen komponen yang menyebebkan penyakit. Penerapan
kaidah tersebut dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai
penyajian makanan ke pasien.
a. Pemilihan bahan makanan
Bahan makanan yang kita pilih sesuai dengan spesifikasi yang sudah
kita tentukan
b. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
yang telah ditetapkan
c. Pengolahan bahan makanan
Pengolahan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang telah ditetapkan
d. Penyimpanan masak
Penyimpanan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang telah ditetapkan
e. Pengangkutan makanan
Pengankutan dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang telah ditetapkan
f. Penyajian makanan
Penyajian dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
yang telah ditetapkan
g. Penggunaan APD
Alat pelindung Diri yang wajib digunakan dengan tujuan keamanan
dan hygienitas makanan dan minuman adalah sarung tangan, masker
dan penutup kepala. Ketiganya digunakan agar tidak terjadi
kontaminasi bahan makanan dengan kotoran baik berupa fisik, kimia

29
maupun mikrobiologi serta mencegah kontaminasi makanan melalui
udara yang berasal dari mulut dan hidung petugas.
h. Penerapan Hand Hygiene
Karyawan wajib melakukan cuci tangan baik menggunakan air
maupun cairan berbasis alcohol sebelum dan sesudah menyentuh
makanan dan atau lingkunyan sekitar pasien.

Untuk menjamin keamanan makanan di Instalasi Gizi Dedy Jaya maka


seharusnya dilakukan pemeriksaan laboratorium (kimia dan mikrobiologi)
makanan dan minuman yang diproduksi oleh instalasi gizi setiap 6 bulan
sekali, namun rumah sakit kami belum melakukannya karena masih dalam
keterbatasan SDM dan biaya.

30
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan
terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena
pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang
aman dan terjamin kebersihannya, istirahat yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan
sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan ataupun tidak
diharkan, serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat, makanan dan melukai
karyawan.
Keselamatan kerja di unit instalasi gizi lebih ditekankan pada penggunaan APD oleh
petugas yaitu :
1. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi petugas dari bahaya fisik dan kimia
yang dapat membahayakan petugas.
2. Clemek
Clemek digunakan untuk menghindari petugas dari bahaya fisik dan kimia yang
dapat mengotori atau menciderai baju petugas.
3. Penutup kaki (sandal tertutup)
Sandal tertutup digunakan untuk menghindari petugas dari bahaya fisik dan kimia
yang dapat menciderai kaki petugas.
Selain penggunaan APD di instalasi gizi juga terdapat alat pemadam kebakaran yang
terletak tidak jauh dari tempat produksi.

31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen


mutu yaitu :
1. Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan
aman
2. Menjamin kepuasan konsumen
3. Assessment yang bekualitas

Dalam Standar Pelayanan Gizi Rumah Sakit (DepkesRI, 2008), ditetapkan bahwa
indikator Standar Pelayanan Gizi meliputi :
1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien, dengan ukuran keberhasilan
≥90%
2. Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien, dengan ukuran keberhasilan ≤20%

Rumah Sakit Dedy Jaya belum melakukan ketiga penelitian tersebut karena
keterbatasan SDM di Instalasi Gizi. Dengan adanya standar penilaian mutu tersebut
diharapkan adanya pemenuhan tenaga gizi di Instalasi Gizi Rumah Sakit Dedy Jaya ini
sehingga dapat segera melakukan pelayanan sesuai dengan SPMRS.

32
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan gizi di RS Dedy Jaya disusun bertujuan untuk


memberikan acuan yang jelas dan professional dalam mengelola dan melaksanakan
pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat bagi pasien / klien sesuai tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu, pedoman ini akan bermanfaat bagi pengelola gizi
rumah sakit dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta
perkembangan pelayanan gizi yang holistik.

33
LAMPIRAN

Gambar 1
Denah Instalasi Gizi

12

Keterangan :
1 = Pintu masuk
2 = Tempat penerimaan bahan makanan
3 = Tempat pemilahan bahan makanan
4 = Tempat pencucian
5 = Tempat pengadaan bahan makanan
6 = Tempat pengolahan bahan makanan
7 = Tempat penyajian makanan
8 = Meja penyajian
9 = Tempat penyimpanan bahan makanan kering
10 = Tempat penyimpanan bahan makanan basah
11 = Pintu keluar
12 = Meja register

34

Anda mungkin juga menyukai