Praktikum pengukuran dasar elektronika ini bertujuan untuk memahami rangkaian tapis pasif
RC baik tapis lolos rendah maupun tapis lolos tinggi, serta dapat melukiskan tanggapan amplitudo
untuk tapis lolos rendah dan tapis lolos tinggi. Sebuah tapis/filter merupakan sebuah jaringan yang
didesain agar dapat melewatkan isyarat pada daerah frekuensi tertentu. Daerah frekuensi dimana
isyarat dapat diloloskan disebut pita lolos (pass band) dan daerah frekuensi dimana isyarat ditolak disebut
pita henti (stop band). Filter dengan pita lolos pada frekuensi rendah disebut filter lolos rendah,
sedangkan untuk pita lolos frekuensi tinggi disebut filter lolos tinggi[1].
Rangkaian filter dapat digunakan dalam berbagai hal, misalnya rangkaian penapis orde dua
dapat digunakan untuk meredam riak. Riak (rippel) merupakan sesuatu yang tidak diinginkan,
karenanya harus diusahakan untuk direduksi sekecil mungkin. Salah satu metode yang biasa digunakan
untuk mereduksi amplitude riak keluaran dari sebuah catu daya yaitu dengan memperbesar konstenta
waktu pelepasan muatannya dalam rangkaian penapis RC orde dua[2]. Dasar pemahaman tentang proses
tanggapan frekuensi ini, maka kita hanya akan mengkaji pada sifat RC yang bisa meloloskan frekuensi
rendah dan tinggi dan sebagai alat pengubah (converter) gelombang persegi-ke-segitiga dan persegi-ke-
pulsa dengan, masing-masing, mengintegrasikan dan mendiferensialkan gelombang inputnya dan
rangkaiannya sendiri masing-masing disebut rangkaian integrator dan rangkaian diferensiator orde 1,
yang hanya terdiri dari sebuah resistor yang seri dengan sebuah kapasitor yang ditunjukkan oleh
gambar berikut[3]:
Gambar 2.1 (a) rangkaian tapis lolos rendah, (b) rangkaian tapis lolos tinggi
Gambar 2.1 (a) rangkaian tapis lolos rendah, (b) rangkaian tapis lolos tinggi
Gambar 2.1 (a) rangkaian tapis lolos rendah, (b) rangkaian tapis lolos tinggi
(2.1)
Di mana rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada Gambar 1 (a)
ditentukan dengan :
(2.2)
Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, mplitude menjadi :
(2.3)
Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :
(2.4)
Plot ternormalisasi antara faktor penguatan tegangan AV terhadap frekuensi f menghasilkan
kurva seperti pada gambar berikut[3]:
(2.5)
Dengan rasio Vo/Vi atau faktor penguatan tegangan (AV) dari rangkaian pada Gambar 1 (b)
ditentukan dengan :
(2.6)
Untuk frekuensi khusus di mana XC = R, amplitudo menjadi :
(2.7)
Dan menghasilkan frekuensi kritis atau frekuensi cut-off sebesar :
(2.8)
Gambar 2.3 Plot ternormalisasi dari rangkaian pada gambar A.1. (b)
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, Osciloskop, generator isyarat,
projectboard, kabel penghubung, resistor (1 k dan 10 k), kapasitor (10000 pF dan 100000 pF). Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum kali ini. Percobaan pertama yang dilakukan
adalah rangkaian pada tapis lolos rendah, kemudian percobaan yang kedua adalah rangkaian pada tapis
lolos tinggi. Untuk melakukan percobaan rangkaian tapis lolos rendah langkah kerja yang harus
dilakukan adalah pertama membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1 (a) dengan resistor (R) sebesar
1000 dan kapasitor (C) sebesar 10000 pF. Lalu menghubungkan generator isyarat pada jalur masukan
(input) rangkaian tapis. Kemudian mengatur generator isyarat pada frekuensi 50 Hz dan mengatur
amplitudo pada generator isyarat agar menghasilkan tegangan sebesar 200 mVPP. Setelah itu,
menghubungkan CRO pada jalur masukan (input) rangkaian tapis, tentukan nilai tegangan puncak-
puncaknya, ini sebagai Vin. Selanjutnya, mindahkan CRO pada jalur keluaran (output) dari rangkaian
tapis. Kemudian mentukan nilai tegangan puncak-puncaknya, ini sebagai Vout. Lalu memvariasikan
frekuensi dari generator isyarat mulai dari 50 Hz sampai dengan 1.000.000 Hz melalui langkah 3 sampai.
Dan terakhir, membuat tanggapan amplitudo dan menentukan frekuensi potongnya (fp). selanjutnya
adalah percobaan tapis lolos tinggi. Langkah pertama adalah membuat rangkaian seperti pada gambar
2.1 (b) dengan resistor (R) sebesar 1000 dan kapasitor (C) sebesar 10.000pF. Lalu menghubungkan
generator isyarat pada jalur masukan (input) rangkaian tapis. Kemudian mengatur generator isyarat pada
frekuensi 50 Hz dan mengatur amplitudo pada generator isyarat agar menghasilkan tegangan sebesar
200 mVPP. Setelah itu, menghubungkan CRO pada jalur masukan (input) rangkaian tapis, tentukan nilai
tegangan puncak-puncaknya, ini sebagai Vin. Selanjutnya, mindahkan CRO pada jalur keluaran (output)
dari rangkaian tapis. Kemudian mentukan nilai tegangan puncak-puncaknya, ini sebagai Vout. Lalu
memvariasikan frekuensi dari generator isyarat mulai dari 50 Hz sampai dengan 1.000.000 Hz melalui
langkah 3 sampai. Dan terakhir, membuat tanggapan amplitudo dan menentukan frekuensi potongnya
���� 1 ���� 1
K= ���
=1=1 K= ���
=1=1
���� 1 ���� 1
K= = =1 K= = =1
��� 1 ��� 1
Dan untuk tapis lolos tinggi didapatkan hasil nilai K sebagai berikut:
Berdasarkan grafik 2.1 dan 2.2 yaitu grafik ternormalisasi dari rangkaian integrator yang telah diperoleh,
terlihat bahwa semakin besar nilai frekuensi yang diinput maka nilai faktor penguatan dari rangkaian
menjadi semakin kecil. Hal ini menjelaskan bahwa pada rangkaian filter RC lolos melakukan
penyaringan sinyal dari frekuensi-frekuensi tertentu saja, yaitu menahan sinyal berfrekuensi tinggi dan
meloloskan sinyal berfrekuensi rendah. Sedangkan pada grafik plot ternormalisasi dari rangkaian
diferensiator, menjelaskan bahwa semakin besar nilai frekuensi yang diinput maka nilai dari faktor
penguatan rangkaian menjadi semakin besar. Artinya rangkaian filter RC lolos tinggi melakukan
penyaringan sinyal dari frekuensi-frekuensi tertentu, yaitu menahan sinyal berfrekuensi rendah dan
meloloskan sinyal berfrekuensi tinggi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada rangkaian integrator nilai
faktor penguatan dari rangkaian akan semakin mengecil ketika nilai frekuensi yang diinput diperbesar.
Sedangkan pada rangkaian diferensiator, nilai faktor penguatan akan semakin besar ketika nilai dari
frekuensi yang diinput diperbesar. Rangkaian tapis lolos rendah semakin besar nilai frekuensinya maka
akan semakin kecil nilai K yang didapatkan, sementara rangkaian tapis lolos tinggi semakin besar nilai
frekuensi maka semakin besar pula nilai K yang didapatkan. Pada filter ada yang disebut dengan
frekuensi cut-off, dimana frekuensi ini adalah frekuensi yang menjadi batas untuk melewatkan atau
menghalangi sinyal masukan yang mempunyai frekuensi yang lebih tinggi maupun yang lebih
rendahdari frekuensi cut-off. Adapun nilai frekuensi cut-off yang diperoleh berdasarkan grafik pada
rangkaian RC lolos rendah dan lolos tinggi diatas adalah 0,0159 Hz, sedangkan nilai frekuensi cut-off
yang diperoleh dari persamaan (2.4) adalah:
1
= 2���
= 0,0159 Hz
1
=
��
1
= 1000×10−2
= 0,1
Jika dibandingkan dengan nilai frekuensi yang dihitung berdasarkan persamaan (2.4), dapat disimpulkan
bahwa nilainya menyimpang jauh dari nilai teori. Secara spesifik, nilai persentase perbedaan antara
keduanya adalah 0%. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara nilai frekuensi yang diperoleh dari
grafik maupun dari perhitungan berdasarkan persamaan. Begitupun dengan hasil yang didapati dari
praktikum sesuai dengan referensi, dimana pada grafik referensi dimulai dengan rendah kemudian naik
ke atas untuk tapis lolos tinggi dan dimulai dari atas lalu turun ke bawah untuk tapis lolos rendah.
Praktikum rangkaian tapis (filter) dibagi menjadi dua, yakni rangkaian tapis lolos rendah dan
rangkaian tapis lolos tinggi. Pada rangkaian tapis lolos rendah resistor dipasang seri dan kapasitor
dipasang parallel pada sumber tegangan. Sedangkan pada rangkaian tapis lolos tinggi kapasitor yang
dipasang seri dan resistor di pasang parallel. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa untuk rangkaian tapis lolos rendah hanya melewatkan sinyal berfrekuensi rendah, sementara
sinyal berfrekuensi tinggiakan diredam. Untuk rangkaian tapis lolos tinggi hanya melewatkan sinyal
berfrekuensi tinggi, sementara sinyal berfrekuensi rendah akan diredam mendekati nilai nol.
[1] Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar. Universitas Halu Oleo. Kendari.
[2] Bakri, Abdul Haris, M. Agus Martawijaya & Muh. Saleh. 2015. Dasar-Dasar Elektronika.
Makassar: Edukasi Mitra Grafika.
[3] Bakri, Abdul Haris, Saleh, Muh. 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar. Makassar:
Laboratorium Elektonika dan Instrumen UNM.
50 1 1 1
100 1 1 1
200 1 1 1
300 1 1 1
400 1 1 1
500 1 1 1
600 1 1 1
700 1 1 1
800 1 1 1
900 1 1 1
1000 1 1 1
2000 1 1 1
4000 1 1 1
50 1 0,040 0,040
1000000 1 1 1