Anda di halaman 1dari 7

MODUL 2 RANGKAIAN TAPIS (FILTER)

Reza Afrilia Putri Haryandi (K1C020055)


Asisten : Tyas Ahadriansyah
Tanggal Percobaan : 25/09/2021
PAF15210P - Praktikum Elektronika Dasar 1
Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed

Praktikum rangkaian tapis (filter) bertujuan untuk memahami rangkaian tapis pasif RC baik
tapis lolos rendah maupun tapis lolos tinggi. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk
melukiskan tanggapan amplitudo untuk tapis lolos rendah dan lolos tinggi. Rangkaian tapis atau filter
adalah suatu rangkaian yang didesain khusus untuk membuang tegangan output pada frekuensi
tertentu. Dalam merancang filter dapat digunakan komponen pasif (R,L,C) dan komponen aktif (OP-
Amp, transistor)[1]. Rangkaian tapis merupakan rangkaian yang dapat meloloskan gelombang pada
rentang frekuensi tertentu. Pada dasarnya, terdapat dua jenis rangkaian tapis yaitu tapis lolos rendah
(low-pass filter) dan tapis lolos tinggi (high-pass filter). Selain itu, terdapat dua jenis lainnya yaitu
band-pass filter dan band-stop filter. Kedua jenis tapis ini dibuat dengan merangkaikan LPF dan HPF
baik secara seri maupun parallel[2]. Low Pass Filter (LPF) merupakan rangkaian untuk meloloskan
gelombang yang memiliki frekuensi lebih rendah dari frekuensi potong rangkaian tersebut. Rangkaian
tapis lolos rendah digunakan untuk meneruskan sinyal berfrekuensi tinggi ke sinyal berfrekuensi
rendah[3] Rangkaian ini akan memberikan tegangan keluaran yang konstan dari DC hingga frekuensi
cut-off. Nilai penguatan frekuensi cut-off sebesar 0.707 atau – 3dB[4]. Sementara Rangkaian tapis
lolos tinggi merupakan rangkaian yang berperilaku meneruskan sinyal atau isyarat dengan frekuensi
tinggi sementara sinyal dengan frekuensi rendah akan diredam atau dilemahkan. Selain itu rangkaian
ini juga berguna untuk menahan isyarat yang berada dibawah frekuensi cut-off [5].

Gambar 1. Rangkaian Tapis Lolos Rendah Gambar 2. Rangkaian Tapis Lolos Tinggi
(Low-Pass Filter) (High-Pass Filter)

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum rangkaian tapis (filter) antara lain osoliskop,
generator isyarat, projectboard, kabel penghubung, resistor (1 k dan 10 k) dan Kapasitor (10000 pF
dan 100000 pF). Dalam praktikum ini dilakukan dua kali percobaan yaitu pengukuran pada rangkaian

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 1


tapis lolos rendah (LPF) dan rangkaian tapis lolos tinggi (HPF). Pada pengukuran rangkaian tapis
lolos rendah (LPF) langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rangkaian dengan
hambatan (R) = 1 KΩ dan kapasitor (C) = 10000 pF). Kemudian generator isyarat dihubungkan pada
jalur masukan (input) rangkaian tapis dan diatur pada frekuensi 50 Hz, serta amplitudo diatur pada
generator isyarat agar menghasilkan tegangan sebesar 100 mVPP. Setelah itu, CRO dihubungkan
pada jalur masukan (input) rangkaian tapis sehingga nilai tegangan puncak-puncaknya (Vin) dapat
ditentukan. Selanjutnya CRO dipindahkan pada jalur keluaran (output) dari rangkaian tapis, sehingga
nilai tegangan puncak-puncaknya (Vout) dapat ditentukan. Setelah itu frekuensi dari generator isyarat
divariasikan mulai dari 50 Hz sampai dengan 1 MHz melalui langkah 3 sampai 6. Dan yang terakhir,
tanggapan amplitudo (K) dan frekuensi potongnya (fp) ditentukan. Pada pengukuran Pengukuran
rangkaian tapis tinggi (HPF), langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rangkaian
dengan hambatan (R) = 1 KΩ dan kapasitor (C) = 10000 pF. Kemudian generator isyarat
dihubungkan pada jalur masukan (input) rangkaian tapis dan diatur pada frekuensi 1 MHz lalu
amplitudo diatur pada generator isyarat agar menghasilkan tegangan 100 mVPP pada layar CRO.
Selanjutnya, CRO dihubungkan pada jalur masukan (input) rangkaian tapis, sehingga nilai tegangan
puncak-puncaknya (Vin) dapat ditentukan. Setelah itu CRO dipindahkan pada jalur keluaran (output)
dari rangkaian tapis, sehingga nilai tegangan puncak-puncaknya (Vout) dapat ditentukan. Kemudian
frekuensi generator isyarat divariasikan mulai dari 50 Hz sampai dengan 1 MHz melalui langkah 3
sampai 6. Dan yang terakhir, tanggapan amplitudo (K) dan frekuensi potongnya (fp) ditentukan.
Setelah melaksanakan percobaan pada praktikum acara 2, diperoleh hasil data pengamatan
sebagai berikut :
A. Rangkaian Tapis Lolos Rendah
Nilai Hambatan = 250 Ω
Nilai Kapasitor = 10 µF
Tabel 1 Data Praktikum Low Pass Filter
Data Praktikum Rangkaian Tapis Lolos Rendah

Frekuensi (Hz) Vin (mV) Vout (mV) K = Vout/Vin

10 100 98.79 0.9879

50 100 78.64 0.7864

100 100 53.70 0.5370

200 100 30.33 0.3033

300 100 20.76 0.2076

400 100 15.72 0.1572

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 2


500 100 12.63 0.1263

600 100 10.55 0.1055

700 100 9.06 0.0906

800 100 7.93 0.0793

900 100 7.06 0.0706

1000 100 6.35 0.0635

1500 100 4.24 0.0424

2000 100 3.18 0.0318

Dari tabel dapat dianalisis bahwa nilai Vin terlihat konstan pada frekuensi 10 Hz hingga 2000 Hz dan
terjadi penurunan nilai Vout pada frekuensi dari 10 Hz hingga 2000 Hz, sehingga nilai K yang
didapatkan juga semakin menurun.

B. Rangkaian Tapis Lolos Tinggi


Nilai Hambatan = 250 Ω
Nilai Kapasitor = 10 µF
Tabel 2 Data Praktikum High Pass Filter
Data Praktikum Rangkaian Tapis Lolos Tinggi

Frekuensi (Hz) Vin (mV) Vout (mV) K = Vout/Vin

10 100 15.52 0.1552

50 100 61.77 0.6177

100 100 84.36 0.8436

200 100 95.29 0.9529

300 100 97.82 0.9782

400 100 98.76 0.9876

500 100 99.20 0.9920

600 100 99.44 0.9944

700 100 99.59 0.9959

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 3


800 100 99.68 0.9968

900 100 99.75 0.9975

1000 100 99.80 0.9980

1500 100 99.91 0.9991

2000 100 99.90 0.9990

Dari tabel 2 dapat dianalisis bahwa nilai Vin terlihat konstan pada frekuensi 10 Hz hingga 2000 Hz
dan terjadi kenaikan nilai Vout pada frekuensi dari 10 Hz hingga 2000 Hz, sehingga nilai K yang
didapatkan juga semakin naik. Akan tetapi pada frekuensi 1500 Hz hingga 2000 Hz terjadi
penurunan nilai Vout. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kurang akuratnya alat yang digunakan
dalam percobaan.

K = Vout/vin
1.2
1
0.8
0.6
K

0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
LOG F

Grafik 1. Hubungan nilai K dengan Log f Pada Rangkaian Tapis Lolos Rendah

K = Vout/vin
1.2
1
0.8
0.6
K

0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
LOG F

Grafik 2. Hubungan nilai K dengan Log f Pada Rangkaian Tapis Lolos Tinggi

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 4


Frekuensi cut-off adalah frekuensi yang menjadi batas untuk melewatkan atau menghalangi sinyal
masukan yang mempunyai frekuensi yang lebih tinggi maupun frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi cut off. Nilai frekuensi cut-off dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
Dimana:
𝑓𝑐 = Frekuensi cut-off dalam satuan Hertz (Hz)
𝜋 = 3,14
R = Nilai resistor dalam satuan Ohm (Ω)
C = Nilai kapasitor dalam satuan Farad (F)
Sehingga dari persamaan tersebut dapat diperoleh hasil perhitungan :
1. Nilai frekuensi cut-off pada Rangkaian Tapis Lolos Rendah
1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
1
𝑓𝑐 =
(2)(3.14)(250)(10−5 )
1
𝑓𝑐 =
1.57 𝑥 10−2
𝑓𝑐 = 63.694 𝐻𝑧
𝑓𝑐 = 6.4 𝑥 10−2 𝐾𝐻𝑧

2. Nilai frekuensi cut-off pada Rangkaian Tapis LolosTinggi


1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
1
𝑓𝑐 =
(2)(3.14)(250)(10−5 )
1
𝑓𝑐 =
1.57 𝑥 10−2
𝑓𝑐 = 63.694 𝐻𝑧
𝑓𝑐 = 6.4 𝑥 10−2 𝐾𝐻𝑧

Berdasarkan perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai frekuensi cut-off dipengaruhi oleh besarnya nilai
resistor (R) dan kapasitor (C). Semakin besar nilai resistor dan kapasitor maka akan semakin kecil
nilai frekuensi cut-off yang dihasilkan, begitu pun sebaliknya.

Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rangkaian tapis
lolos rendah (low-pass filter) adalah rangkaian yang meneruskan sinyal atau isyarat dengan frekuensi
rendah sementara sinyal dengan frekuensi tinggi akan diredam atau diperkecil. Sedangkan rangkaian
tapis lolos tinggi adalah rangkaian yang meneruskan sinyal atau isyarat dengan frekuensi tinggi
sementara sinyal dengan frekuensi rendah akan diredam atau dilemahkan. Pada grafik rangkaian tapis

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 5


lolos rendah (LPF) terjadi penurunan nilai K, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi
maka akan semakin rendah nilai K yang dihasilkan. Sementara pada grafik rangkaian tapis lolos tinggi
(HPF) terjadi kenaikan nilai K, yang berarti bahwa semakin tinggi frekuensi maka akan semakin
tinggi pula nilai K yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Wijaya, Sastra Kusuma. Diktat Elektronika 1. Universitas Indonesia: Jakarta. 2012.

[2] Dwikoro. Rangkaian Elektronika Analog. PT Elex Media:Jakarta.1996.

[3] Reika, S. Rio. Fisika dan Teknologi Semikonduktor. Erlannga:Jakarta.1996.

[4] Turner, Ruus. 1995. Rangkaian Elektronika. Gramedia: Jakarta.

[5] Franco,S. 1998. Design with Operational Amplifier and Analog Integrated Circuit. Mc Graw Hill
Book Co: Singapore.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 6


LAMPIRAN

Gambar 3. Hasil running Tapis Lolos Rendah Gambar 6. Hasil running Tapis Lolos Tinggi
frekuensi 10 Hz frekuensi 10 Hz

Gambar 4. Hasil running Tapis Lolos Rendah Gambar 7. Hasil running Tapis Lolos Tinggi
frekuensi 50 Hz frekuensi 50 Hz

Gambar 8. Hasil running Tapis Lolos Tinggi


Gambar 5. Hasil running Tapis Lolos Rendah
frekuensi 2000 Hz
frekuensi 2000 Hz

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 7

Anda mungkin juga menyukai