TETANUS
Pembimbing :
dr. Dwanda Yuniro, Sp. B
Oleh :
Putu Rico Aditya Pangestu 21710115
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I LAPORAN KASUS.....................................................................................1
A. IDENTITAS..................................................................................................1
B. ANAMNESIS (Heteroanamnesis)...............................................................1
C. PEMERIKSAAN FISIK..............................................................................2
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................5
E. Resume..........................................................................................................7
F. Diagnosis........................................................................................................7
G. Penatalaksanaan..........................................................................................7
H. Follow Up......................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................13
A. Definisi.........................................................................................................13
B. Etiologi.........................................................................................................13
C. Faktor Risiko..............................................................................................14
D. Patofisiologi.................................................................................................15
E. Penegakan Diagnosis..................................................................................15
F. Anamnesis...................................................................................................16
G. Pemeriksaan Fisik......................................................................................17
H. Pemeriksaan Penunjang............................................................................18
I. Penatalaksanaan.........................................................................................19
J. Prognosis.....................................................................................................20
K Komplikasi..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
1. No. RM : 2351xxxx
2. Nama : Tn. S
5. Usia : 55 tahun
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Petani
9. Pendidikan terakhir : SD
B. ANAMNESIS
pukul 21.50 WIB dengan keluhan sulit membuka mulut sejak tadi siang,
hanya bisa membuka dengan 2 jari. Pasien juga mengeluh sulit menelan serta
perut dan kedua kaki terasa kaku. Pada saat dirumah pasien sempat kejang 1x
pada sore hari. Dua minggu yang lalu telapak kaki kanan pasien tertusuk
paku berkarat saat bekerja di sawah dan diobati dirumah dengan betadin.
1
2
kepala dan silau di ruangan terang. Keluhan keluar banyak air liur,
5. Riwayat Sosial :
6. Riwayat Alergi :
C. PEMERIKSAAN FISIK
2. Kesadaran : E4 V5 M6
3. Vital Sign :
Suhu : 36,8 oC
Nadi : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 98 %
3
STATUS GENERALIS
Kepala:
- Inspeksi : Anemis (-/-), Ikterik (-/-), Sianosis (-), Dypsneu (-), Trismus
pada mulut
Leher
b) Thorax
Paru:
Jantung:
c) Abdomen
- Perkusi : Timpani
d) Ekstremitas:
Philip Score
<9 : Ringan
9-15 : Sedang
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
JUKAN
IMUNOSEROLOGI
Rapid Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
Hepatitis Marker
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
KIMIA KLINIK
Diabetes
Glukosa Sewaktu 104 mg/dL 70-120
Fungsi Ginjal
BUN/ Blood Urea Nitrogen 13 mg/dL 8-18
Kreatinin 1.11 mg/dL 0.57-1.11
Fungsi Hati
AST (SGOT) 21.8 U/L 5.0-34.0
ALT (SGPT) 17.0 U/L 0.0-55.0
Elektrolit
Natrium (Na) 145 mmol/L 135-147
Kalium (K) 4.2 mmol/L 3.5-5
Klorida (Cl) 108 H mmol/L 98-106
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax AP
E. Resume
Pasien mengeluh sulit membuka mulut sejak tadi siang, hanya bisa
membuka dengan 2 jari. Pasien juga mengeluh sulit menelan serta perut dan
kedua kaki terasa kaku. Pada saat dirumah pasien sempat kejang 1x pada sore
hari. Dua minggu yang lalu telapak kaki kanan pasien tertusuk paku berkarat
saat bekerja di sawah dan diobati dirumah dengan betadin. Keluhan dirasakan
mendadak dan makin memberat. Pasien merasa nyeri kepala dan silau di
ruangan terang. Pasien tidak ada riwayat vaksin tetanus dalam 10 tahun terakhir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan trismus pada mulut pasien dan uji spatula
(+), kaku pada leher, pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut papan, dan
bulat di telapak kaki kanan pasien. Setelah dilakukan perhitungan philip score
F. Diagnosis
Tetanus Generalisata
G. Penatalaksanaan
1. Inf. 14 tpm
9. WT (Wound Toilet)
10. Pasang DC, NGT dan diet susu per NGT bila kejang sudah berkurang
H. Follow Up
menelan (+), kedua kaki menelan (+), kedua kaki kaki sudah bisa
sudah bisa digerakkan, sudah bisa digerakkan, digerakkan, pusing (-),
pusing (-), kejang (-), pusing (-), kejang (-), kejang (-), pasien
pasien mengalami pasien mengalami mengalami sariawan
sariawan sariawan
Object Object Object
• KU : Sakit Sedang • KU : Sakit Sedang • KU : Sakit Sedang
• TD : 106/67 • TD : 94/59mmHg • TD : 104/68mmHg
mmHg • Suhu : 36 ℃ • Suhu : 36 ℃
• Suhu : 36 ℃ • Nadi : 100x/menit • Nadi : 90x/menit
• Nadi : 88x/menit • RR: 18 x/menit, • RR: 18 x/menit,
• RR: 18x/menit, • SPO2 : 97% • SPO2 : 97%
• SPO2 : 97%
Assessment Assessment Assessment
Tetanus Generalisata Tetanus Generalisata Tetanus Generalisata
Plan Plan Plan
• IVFD NS : D5 1/2 • IVFD NS : D5 1/2 • Inf. NaCl 0,9%
NS = 1÷2 NS = 1÷2 500cc 14tpm
• Inj. Antrain 500mg • Inj. Antrain 500mg • Inj. Antrain 500mg
3x1 3x1 3x1
• Inj. Deksketoprofen • Inj. Deksketoprofen • Inj.
25mg 3x1 bila 25mg 3x1 bila masih Deksketoprofen
masih nyeri nyeri 25mg 3x1 bila
• Inj. Ceftizoxime 1g • Inj. Ceftizoxime 1g masih nyeri
3x1 3x1 • Inj. Ceftizoxime
• Inj. Metronidazole • Inj. Metronidazole 1g 3x1
500mg 3x1 500mg 3x1 • Inj. Metronidazole
• Inj. Pantoprazole • Inj. Pantoprazole 500mg 3x1
40mg 1x1 40mg 1x1 • Inj. Pantoprazole
• Inj PPC 3x1,2 jt sc • Inj PPC 3x1,2 jt sc 40mg 1x1
• Syringe valisanbe 1 • Syringe valisanbe 1 • Inj PPC 3x1,2 jt sc
cc/ jam cc/ jam • Syringe valisanbe
• Nystatin drip 2xgtt1 • Nystatin drip 2xgtt1 1 cc/ jam
• Nystatin drip
2xgtt1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tetanus adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh toksin bakteri
bervariasi antara 3 hingga 21 hari, dengan rata-rata onset gejala pada hari ke-7.
Namun tetanus dapat berkembang hingga 178 hari setelah infeksi. Secara
umum, tetanus ditandai dengan rigiditas, spasme otot, dan gangguan otonom.
Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang menyebabkan
penutupan rahang (trismus, lock jaw) serta melibatkan tidak hanya otot
ekstremitas, tetapi juga otot batang tubuh. Tetanus tidak menular dari manusia
B. Etiologi
ini membentuk spora, dan bersifat obligat anaerob. Spora mampu melindungi
dirinya selama berada di lingkungan terutama tanah yang lembab dan hangat
yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tanah yang ditaburi pupuk
kandang sangat mungkin mengandung banyak spora bakteri ini. C.tetani masuk
ke jaringan host manusia melalui luka trauma, jaringan nekrosis, dan jaringan
riwayat adanya luka. Dalam kondisi anaerobik seperti jaringan yang mengalami
devitalisasi, nekrosis, atau tertutup kotoran, spora dapat menjadi basil tetanus
14
aktif yang utama dari basil ini adalah tetanospasmin yang menghambat
tersebut akan mencegah inhibisi impuls saraf eksitasi sehingga muncul gejala
C. Faktor Risiko
jumlah yang kecil sudah dapat menimbulkan penyakit tetapi tidak cukup
terinfeksi C. tetani.
3. Bayi dapat terlindungi oleh antibodi tetanus dari ibu melalui plasenta.
Sehingga bayi yang dilahirkan dari ibu yang memiliki riwayat imunisasi
tetanus tidak adekuat memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit ini.
5. Usia >65 tahun memiliki risiko kematian akibat tetanus 5% lebih tinggi dari
D. Patofisiologi
dapat menyebar melalui pembuluh darah dan saluran limfatik. Selain itu, toksin
dapat diabsorpsi di tautan saraf otot yang kemudian bermigrasi melalui jaringan
neurotransmitter dari ujung saraf melalui fusi vesikel sinaps dengan membran
plasma saraf. Gejala awal infeksi lokal tetanus ialah paralisis flaksid akibat
menyebar secara retrograde di akson lower motor neuron (LMN) dan akhirnya
aktivitas LMN. Sesampainya toksin pada terminal saraf inhibitor, toksin tetanus
akan memecah VAMP, sehingga menghambat pelepasan GABA dan glisin. Hal
hiperaktivitas dan peningkatan aktivitas otot dalam bentuk rigiditas dan spasme
E. Penegakan Diagnosis
Tetanus didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Hingga saat ini belum ada
tumbuh pada saat dikultur dari sampel yang berasal dari luka terkontaminasi.
Tes spatula dengan menyentuhkan ujung spatula pada dinding faring akan
direspon dengan gigitan kuat pada spatula tersebut, tes ini spesifik dan sensitif
untuk diagnosis tetanus. Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu
(Maryanti, 2022):
1. Tetanus lokal
Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit
pada otot sekitar proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang menjadi
tetanus umum.
2. Tetanus sefalik
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari,
disebabkan oleh luka daerah kepala atau otitis media kronis. Gejala berupa
3. Tetanus umum/generalisata
kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan cemas serta kejang
4. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, akibat infeksi tali pusat.
17
F. Anamnesis
1. Anamnesis gejala awal seperti kekakuan pada otot wajah dan leher,
kesulitan menelan, rahang sulit dibuka (trismus), kaku otot wajah (risus
sardonicus).
2. Anamnesis gejala lanjut tetanus seperti kaku pada punggung, perut dan
3. Riwayat adanya luka yang terkontaminasi, seperti luka trauma akibat benda
tajam yang kotor, luka akibat infeksi bakteri, jaringan nekrosis, infeksi gigi,
G. Pemeriksaan Fisik
ada rangsangan sinar, suara dan sentuhan, seluruh badan tampak kaku (Saragih
diselingi bradikardi
4. Suhu
sensitivitas 94%.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosis tetanus ditentukan berdasarkan gejala klinis pasien dan tidak ada
Hartawan, 2019).
I. Penatalaksanaan
1. Umum
2018).
2. Imunoterapi
Formulary ialah 5.000-10.000 unit. Bila human TIG tidak tersedia, dapat
toksin tetanus bebas, sedangkan toksin yang sudah berada di saraf terminal
tidak dapat ditangani dengan antitoksin. Oleh karena itu, gejala otot dapat
tetap berkembang karena toksin tetanus berjalan melalui akson dan trans-
sinaps serta memecah VAMP. Selain itu, dapat ditambahkan vaksin tetanus
toksoid (TT) 0,5 ml. IM. Pasien yang tidak memiliki riwayat vaksinasi
sebaiknya mendapat dosis kedua 1-2 bulan setelah dosis pertama dan dosis
3. Antibiotik
dibagi 2-4 dosis. Pasien alergi golongan penisilin, dapat diberi tetrasiklin,
dengan dosis mulai dari 5 mg atau lorazepam dengan dosis mulai dari 2 mg
dapat dititrasi hingga tercapai kontrol spasme tanpa sedasi dan hipoventilasi
J. Prognosis
prognosis tetanus yaitu Phillips score. Pada Phillips score, nilai <9 termasuk
severitas ringan, 9-15 severitas sedang, dan >16 severitas berat. Berikut adalah
K. Komplikasi
fraktur dari tulang spinal, serta rabdomiolisis yang sering diikuti oleh gagal
didapat di rumah sakit, dan ulkus dekubitus. Emboli paru sangat bermasalah
pada pengguna narkoba dan pasien usia lanjut. Aspirasi pneumonia merupakan
komplikasi akhir yang umum dari tetanus, ditemukan pada 50% -70% dari
meliputi hipertensi dan takikardi yang kadang berubah menjadi hipotensi dan
Aji, D. K., Muhamad, F., & Hidayat, N. (2021). Tetanus Generalisata, Diagnosis
Dan Penatalaksanaan: Laporan Kasus. Proceeding Book National
Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIV.
Jaya, H. L., & Aditya, R. (2018). Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care
Unit. Majalah Anestesia dan Critical Care, 36(3), 114-121.
Maryanti, Y. (2022). Laporan Kasus Diagnosis dan Tata Laksana Tetanus
Generalisata. Jurnal Ilmu Kedokteran (Journal of Medical Science), 16(2),
134-138.
Nurlaily, A., & Kurniati, E. (2018). Factors Related To The Coverage Of Tetanus
Toxoid Immunization For Pregnant Women. Jurnal Life Birth, 2(1), 30-44.
Putri, S. R. (2020). Prevention of Tetanus. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 2(4), 443-450.
Prajogi, P. A., & Hartawan, I. U. (2019). Magnesium sulfat pada tatalaksana
Tetanus Generalisata di ruang terapi intensif. Medicina, 50(1).
Saragih, R. H., & Siregar, J. H. (2017). Imunisasi Pada Orang Dewasa.
Surya, R. (2016). Skoring prognosis Tetanus Generalisata pada pasien
dewasa. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 199-203.
Tertia, C., Sumada, I. K., & Wiratmi, N. K. C. (2019). Laporan Kasus: Tetanus
Tipe General Pada Usia Tua Tanpa Vaksinasi. Callosum Neurology, 2(3),
110-118.
WHO. (2017). Tetanus vaccines: WHO position paper. World Heal Organ
[Internet]. 2017;92(6):53–76.
23