LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan
Seksualitas dosen pengampu dr. Setyo Wahyu Wibowo, M.Kes dan Dr. Tati Hernawati, M.Pd
Disusun oleh:
Andily Aprilia Rahmawati 1904904
Gita Fitriani Kusnandar 1900012
Iis Asifah 1906154
Natalia Veronica 1910036
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pubertas pada anak berkebutuhan khusus merupakan hal yang penting.
Pubertas merupakan fenomena alamiah ditandai ditandai dengan perubahan yang
terjadi pada diri remaja seperti perubahan fisik (berat badan, tinggi badan, dll),
perubahan bentuk tubuh, dan bahkan perubahan secara seksualitas (Santrock, 2008.
Hal tersebut berpengaruh pada meningkatnya rasa ingin tahu mengenai seksualitas,
dirinya, dan orang lain (Rahayu, A., 2018). Perubahan yang terjadi seringkali diiringi
dengan permasalahan salah satunya adalah public-private-errors. Public-private
errors yaitu adanya perilaku menyentuh organ-organ vital atau alat kelamin,
memainkan alat kelamin dengan tujuan untuk mencapai kepuasan, menyentuh,
mencium, atau memeluk orang lain secara sembarangan, dan bahkan kebanyakan
masturbasi dengan cara berlebihan dan cenderung menyakiti diri sendiri (Lembar
Fakta Disabilitas, 2010).
Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman seks bagi anak berkebutuhan
khusus. Pendidikan seks merupakan upaya preventif agar setiap anak berkebutuhan
khusus dapat mengenali, memahami dan mengelola perkembangan dan perubahan
secara biologis pada dirinya, menghargai perilaku seks orang lain, serta tidak terjebak
pada perilaku seks yang menyimpang ataupun mendapatkan kekerasan dan pelecehan
seks dari orang lain. Kondisi disabilitas menjadikan anak berkebutuhan khusus mudah
dimanipulasi, dirayu, sehingga kerap kali terjebak untuk dijadikan objek pelampiasan
syahwat oleh orang yang berkepribadian buruk.
Pendidikan seks di Indonesia yang masih tabu serta anggapan bahwa anak
berkebutuhan khusus tidak memerlukan pemahaman akan seksualitasnya merupakan
hal yang keliru. Sebab anak berkebutuhan khusus pada prinsipnya memiliki
perkembangan dorongan seksual yang sama dengan anak-anak pada umumnya.
Namun, bagi anak tunarungu hal tersebut menjadi lebih sulit karena terhambat
komunikasi yang buruk dengan orang tuanya, bahkan sebagian besar orang tua
seringkali tidak dapat memahami maksud ungkapan anaknya, begitu juga sebaliknya
orang tua juga seringkali tidak dapat mengungkapkan karena mereka tidak
mempelajari bahasa isyarat atau tidak memahami bagaimana cara berkomunikasi yang
baik dengan anaknya (Paramesthi, M. H. P., & Rahardjo, T., 2021). Sehingga orang
tua seringkali menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada sekolah dan guru untuk
anak mendapatkan pendidikan seksual yang tepat..
Oleh karenanya laporan ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi objektif dari
pemahaman dan keadaan anak tunarungu terhadap pendidikan seksual tentang
pubertas, sistem reproduksi, pemahaman kekerasan seksual, dan konsep diri. Dengan
mengamati anak yang mengalami gejala tersebut, kita dapat menentukan anak yang
membutuhkan layanan khusus mengenai pendidikan reproduksi.
B. Tujuan Asesmen
Tujuan dari observasi ini adalah sebagai berikut:
1. MengAsesmen tingkatan pemahaman pubertas siswa tunarungu di SLB Negeri
Cicendo
2. MengAsesmen permasalahan yang dialami anak tunarungu yang berkaitan
tentang kesehatan reproduksi di SLB Negeri Cicendo
C. Sasaran
D. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Asesmen dan asesmen dilaksanakan pada hari Senin sampai Rabu
tanggal 6 Februari hingga 8 Februari 2023.
BAB II
A. Prosedur Kegiatan
NPSN : 26017001
Status : Negeri
C. Identitas Subyek
Kami melakukan asesmen terhadap satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan.
Adapun identitas dari siswa tersebut adalah sebagai berikut:
Nama :I
Kelas : 12 B
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jenis Kebutuhan Khusus : Tunarungu
D. INSTRUMEN ASESMEN ANAK
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian
Jawablah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai kondisi diri sendiri. Bacalah baik-baik setiap pernyataan lalu pilihlah salah satu dari dua
jawaban yang tersedia dengan menuliskan tanda ceklis (✓) pada kolom yang tersedia.
No Pernyataan Ya Tidak
22. Saya pernah membayangkan bermesraan dengan perempuan cantik sambil menyentuh
penis saya sendiri
23. Saya pernah menonton video porno
26. Saya merasakan suasana hati saya berubah dengan cepat, kadang marah kadang
senang
32. Saya malu karena punya godek (Rambut yang tumbuh di depan telinga)
33. Saya malu karena punya janggut
46. Saya pernah atau sedang merasa suka pada lawan jenis
A. Hasil Asesmen
Fisik Perubahan Anak Saya tahu bahwa laki- angket v Anak sudah
fisik primer mengetahui laki normal mengalami memahami
(Pengetahuan tentang mimpi basah konsep mimpi
) mimpi basah basah
Non Fisik Ketertarikan Anak mulai Saya suka menonton Kuesioner/ v Anak sudah
seksual memiliki film yang pemainnya angket memiliki
idola cantik ketertarikan
seksual terhadap
Apakah kamu Kuesioner/ v sesuatu yang dia
mengidolakan angket anggap menarik
seseorang?
A. Rencana Program
Kebutuhan anak : Program penanggulangan adiksi pornografi
B. Tujuan Program
Melalui penggunaan media flash card, peserta didik dapat mengetahui dan
memahami terkait bahaya pornografi dan cara terhindar dari adiksi pornografi yang
dimuat melalui gambar dan penjelasan singkat pada kartu flashcard. Gambar yang
tercantum dalam flash card yaitu gambar yang sering ditemui oleh peserta didik.
Sehingga anak akan lebih mudah memahami keterangan pada kartu karena diiringi
dengan gambar yang sering dijumpai anak.
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
A. Dokumentasi Kegiatan